Anda di halaman 1dari 157

Spesifikasi Teknis

Untuk Pekerjaan

PENINGKATAN STRUKTUR KANTOR BPJN I BANDA ACEH


(TOWER I)
Daftar Isi

BAB I : Persyaratan Teknis Umum Pelaksanaan


BAB II : Pekerjaan Persiapan
BAB III : Pekerjaan Tanah
BAB IV : Pekerjaan Bore Pile
BAB V : Pekerjaan Beton
BAB VI : Pekerjaan Struktur Baja
BAB VII : Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
BAB VIII : Pekerjaan Kusen, Jendela, Ventilasi dan Pintu
BAB IX : Pekerjaan Pelapis Lantai dan Dinding
Bab X : Pekerjaan Pengecatan
Bab XI : Pekerjaan, ACP dan Besi Hollow
Bab XII : Pekerjaan Atap dan Perlindungan
Bab XIII : Pekerjaan Plafond dan Dinding Partisi
Bab XIV : Pekerjaan Elektrikal
Bab XV : Pekerjaan Mekanikal
Bab XVI : Pekerjaan Plumbing
Bab XVII : Pekerjaan Sanitair
Lampiran Spesifikasi
Spesifikasi Teknis

DOKUMEN RENCANA KERJA DAN SYARAT

Penyusunan Dokumen Rencana Kerja dan Syarat (RKS) ini dimaksudkan untuk
memberi informasi tentang metode pelaksanaan dan spesifikasi teknis yang digunakan, dengan
mempertimbangkan semua data yang terkumpul dan hambatan-hambatan yang diperkirakan
muncul nantinya. Dengan laporan ini diharapkan pelaksanaan pekerjaan “Peningkatan
Struktur Kantor BPJN 1 Banda Aceh (Tower I)” ini akan berjalan dengan lancar dan tetap
mengacu pada Kerangka Acuan Kerja yang ada.
Demikian laporan ini disampaikan dengan harapan semoga dapat dijadikan pedoman
kerja lebih lanjut. Atas kerja sama dan kepercayaannya kami ucapkan terima kasih.

BAB I

PERSYARATAN TEKNIS UMUM PELAKSANAAN

Pasal 01

PERATURAN TEKNIS

1.1. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan lembar-lembar ketentuan-ketentuan dan peraturan
seperti tercantum di bawah ini :

a. Peraturan-peraturan umum atau Algemene Voorwaarden (A.V)


b. Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2011 Tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008 Tentang Persyaratn Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
f. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013)
g. Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung (SNI 03-1729-2002):
h. Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 03-1729-2015)
i. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
(SNI 03-1726-2012)
j. Peraturan Mutu Kayu Bangunan (SNI 03-3527-1994)
k. Peraturan Umum Instalasi Listrik (A.V.E)
l. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (SNI 04-0225-2011)
m. Peraturan Umum Instalasi Air Leding (A.V.W.I)
n. Pedoman Plumbing Indonesia
o. Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh PLN
p. Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh PDAM
q. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
r. Persyaratan Umum Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (PDTPI - 1980)
s. Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Gedung Negara oleh Departemen Pekerjaan
Umum
1
Spesifikasi Teknis
t. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG -1983)
u. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung (PPTGIUG 1983)
v. Peraturan Bahan Bangunan Indonesia (PBBI – 1983)Peraturan Pemerintah Daerah setempat.

1.2. Jika ternyata pada rencana kerja dan syarat-syarat ini terdapat kelainan/
penyimpangan dari peraturan-peraturan sebagaimana dinyatakan dalam ayat (1.1) di atas, maka
rencana kerja dan syarat-syarat ini yang mengikat.

Pasal 02.

PEMAKAIAN UKURAN

2.1. Penyedia Jasa Konstruksi tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang
tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat dan gambar kerja berikut tambahan
dan perubahannya.

2.2. Penyedia Jasa Konstruksi wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan
maupun bagiannya dan segera memberitahukan pengawas tentang setiap perbedaan
yang

2
ditemukannya di dalam rencana kerja dan syarat-syarat dan gambar kerja maupun dalam
persetujuan tertulis dari pengawas.

2.3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, di dalam hal apapun menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa Konstruksi, oleh karaena itu Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan
mengadakan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap gambar-gambar dan dokumen yang ada.

Pasal 03

INFORMASI TAPAK

3.1. Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi harus benar-benar memahami kondisi/
keadaan tapak (site) atau hal-hal lain yang mungkin akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan
dan harus sudah memperhitungkan segala akibatnya.

3.2. Penyedia Jasa Konstruksi harus memperhatikan secara khusus mengenai peraturan lokasi tempat
kerja, penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasi selama pekerjaan berlangsung.

3.3. Penyedia Jasa Konstruksi harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS dan agenda
dalam dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi lapangan sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik.

Pasal 04

KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN

4.1. Selama belangsungnya pembangunan, kebersihan halaman, kantor, gudang, los kerja dan bagian
dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan bekas, tumpukan
tanah dan lain-lain. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan pengawas memberi perintah
menghentikan seluruh pekerjaan dan Penyedia Jasa Konstruksi harus menanggung seluruh akibatnya.

4.2. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang-gudang maupun yang berada di halaman bebas,
harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan keamanan pekerjaan/umum
dan juga agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh pengawas
maupun pemberi tugas.

4.3. Penyedia Jasa Konstruksi wajib membuat urinoir dan WC untuk pekerja pada tempat- tempat
tertentu yang disetujui oleh pengawas demi terjaminnya kebersihan dan kesehatan dalam proyek.

Para pekerja Penyedia Jasa Konstruksi tidak diperkenankan untuk :

a. Menginap ditempat pekerjaan kecuali dengan ijin pengawas/pemberi


tugas. b. Memasak di tempat bekerja kecuali dengan ijin pengawas.
c. Membawa masuk penjual-penjual makanan, minuman, rokok dan sebagainya di tempat
pekerjaan.
d. Keluar masuk lokasi pekerjaan dengan bebas.
Peraturan lain mengenai ketertiban akan dikeluarkan oleh pengawas atau pemberi tugas
pada waktu pelaksanaan.
Pasal 05

KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN

5.1 Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun dalam
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat
pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. 1941 dan Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Indonesia (PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan
termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material,
peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang
dimaksudkan.

5.2 MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL & KOMPONEN JADI

a. Kecuali bila ditentukan lain dalam Dokumen Kontrak, semua merk pembuatan atau merk
dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar
perbandingan kualitas / setara dan tidak diartikan sebagai sesuatu yang mengikat. Setiap
keterangan mengenai peralatan, material barang atau proses, dalam bentuk nama dagang,
buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standar atau kualitas dan tidak
boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan, dan Kontraktor / Pemborong harus
dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang atas penilaian
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana, sesuai dengan keterangan itu. Seluruh material
paten itu harus dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya.
b. Bahan / material dan komponen jadi yang dipasang / dipakai, harus sesuai dengan yang
tercantum dalam Gambar Kerja dan RKS, memenuhi standar spesifikasi bahan tersebut,
mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.
c. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli yang diajukan
/ ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang bersangkutan tersebut sebagai Pelaksana. Dalam
hal ini, Kontraktor / Pemborong tidak berhak mengajukan klaim sebagai pekerjaan tambah.
d. Disyaratkan dalam satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan untuk setiap
jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.
e. Penggunaan bahan produk lain yang setara dengan apa yang dipersyaratkan harus disertai test
dari Laboratorium lokal / dalam negeri baik kualitas, ketahan serta kekuatannya dan harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Konsultan Perencana.
Apabila diperlukan biaya untuk test laboratorium, maka biaya tersebut harus ditanggung oleh
Kontraktor / Pemborong tanpa dapat mengajukan sebagai biaya pekerjaan tambah.

5.3 Kontraktor / Pemborong terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan
yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas / Direksi dan Konsultan
Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut
didatangkan / dipakai. Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas /
Direksi dan Konsultan Perencana adalah sebanyak 4 (empat) buah dari satu bahan yang ditentukan
untuk menetapkan “standard of appearance” dan disimpan di ruang Direksi. Paling lambat waktu
penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.

5.4 Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan kepada
Kontraktor / Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh
bahan tersebut.

5.5 PENYIMPANAN MATERIAL

Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan dan atau
sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
a. Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang matang agar tidak
mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi / akses pekerja. Bahan material disusun
dengan metoda yang baik dengan cara FIFO (first in first out), sehingga tidak ada bahan material
yang tersimpan terlalu lama dalam gudang / stock material.
b. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaian untuk
pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta
harus ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan.
Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari
pemiliknya.
c. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling) menurut
petunjuk Konsultan Pengawas.
d. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping sesuai
dengan ketentuan, sehingga memberikan drainase / pemasukan dari kandungan air / cairan
yang berlebihan. Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi
serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat / dibongkar
lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari 1 (satu) meter. Tinggi tempat penyimpanan
tidak lebih dari 5 (lima) meter.

Pasal 06

PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN / BARANG

6.1. Bila dalam RKS disebut nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang, maka dalam
hal ini dimaksud untuk menunjukan tingkat mutu bahan dan barang yang digunakan.

6.2. Setiap penggatian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan baraang harus disetujui oleh
perencana/pemberi tugas dan bila tidak ditentukan dalam RKS serta gambar kerja maka bahan
dan barang tersebut diusahakan dan disediakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi yang harus
mendapat persetujuan dahulu dari pengawas atau pemberi tugas.

6.3. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera disediakan atas
biaya Penyedia Jasa Konstruksi, setelah disetujui oleh pengawas atau pemberi tugas, harus dianggap
bahwa bahan dan barang tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.

6.4. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh pengawas atau pemberi tugas
untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai tidak
sesuai kualitas maupun sifatnya.

6.5. Dalam mengajukan harga penawaran, Penyedia Jasa Konstruksi harus sudah memasukkan sejauh
keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang.

6.6 Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir / ditolak
oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi bangunan / proyek selambat-
lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.

6.7 Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas / Konsultan
Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas / Konsultan
Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor / Pemborong, yang
mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan
Kontraktor / Pemborong sepenuhnya. Di samping itu pihak Kontraktor / Pemborong tetap dikenakan
denda sebesar 1 / 1000 (satu per mil) dari harga borongan.

6.8 Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan
tersebut, maka Kontraktor / Pemborong harus menguji dan memeriksakannya ke laboratorium Balai
Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan secara tertulis
kepada Konsultan Pengawas / Direksi / Konsultan Perencana. Segala biaya pemeriksaan ditanggung
oleh Kontraktor / Pemborong.

6.9 Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari bahan-
bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang
menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.

6.10 Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memberikan penjelasan
lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan
dilaksanakan.

Pasal 07

SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR

7.1 Jika Kontraktor / Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub Kontraktor)
didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/ Pemborong “wajib”
memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas / Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.

7.2. Ukuran Kontraktor / Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub Kontraktor
dan Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.

7.3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk pekerjaan khusus dimana
pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.

Pasal 08

PERBEDAAN DALAM DOKUMEN

8.1. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar kerja dan RKS ini, maka Penyedia Jasa
Konstruksi harus menanyakannya secara tertulis kepada pengawas dan Penyedia Jasa Konstruksi
harus mentaati keputusan tersebut.

8.2. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang berlaku dan
ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran dengan skala dari gambar-
gambar, tetapi jika mungkin ukuran ini harus diambil dari pekerjaan yang telah selesai.

8.3. Apabila ada hal-hal yang disebut pada gambar kerja, RKS atau dokumen, yang berlainan atau
bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap lainnya. Tetapi
untuk menegaskan masalahnya. Kalau terjadi hal ini maka diambil sebagai patokan adalah yang
mempunyai bobot teknis atau yang mempunyai bobot biaya yang tinggi.

8.4. Apabila terdapat perbedaan antara:

a. Gambar arsitektur dengan gambar struktur, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran
fungsional adalah gambar arsitektur, sedangkan untuk jenis dan kualitas bahan dan barang
adalah gambar struktur.
b. Gambar struktur dengan gambar mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran
kualitas dan jenis bahan adalah gambar mekanikal.
c. Gambar arsitektur dengan gambar elektrikal, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran
fungsional adalah gambar arsitektur, sedangkan untuk ukuran dan kualitas bahan adalah
gambar elektrikal.
Pasal 09

KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

9.1 Di lapangan pekerjaan, Kontraktor / Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa
disebut ‘Site Manager’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan
mendapat kuasa penuh dari Kontraktor / Pemborong, berpendidikan minimal S1 Teknik Sipil Memiliki
Pengalaman 10 (sepuluh) Tahun;

9.2 Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor / Pemborong lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
9.3 Kontraktor / Pemborong wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemimpin / Ketua Proyek dan
Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat persetujuan.

9.4 Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin / Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas bahwa
‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahukan kepada Kontraktor / Pemborong secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’.

9.5 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor / Pemborong harus
sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor / Pemborong sendiri (Penanggung Jawab /
Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 10

SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR

10.1 Jika Kontraktor / Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub Kontraktor)
didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/ Pemborong “wajib”
memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas / Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
10.2 Kontraktor / Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub Kontraktor dan
Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
10.3 Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk pekerjaan khusus dimana
pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.

Pasal 11

GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)

11.1. Jika terdapat kekurangan-kekurangan penjelasan dalam gambar kerja, atau diperlukan
gambar tambahan/gambar detail atau untuk memungkinkan Penyedia Jasa Konstruksi
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka Penyedia Jasa
Konstruksi harus membuat gambar tersebut dalam rangkap 3 (tiga) dan biaya atas
pembuatan gambar tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi. Pekerjaan
berdasarkan gambar tersebut baru dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari
pengawas.

11.2. Gambar kerja hanya berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh pemberi tugas,
dengan mengikuti penjelasan dan pertimbangan dari perencana.

11.3. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh pemberi tugas, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar
kerja dan gambar perubahan rencana.

11.4. Gambar tersebut harus diserahkan kepada pengawas untuk disetujui sebelum dilaksanakan.
Pasal 12

GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN PEKERJAAN (ASBUILT DRAWING)

12.1. Semua yang belum terdapat dalam gambar kerja baik karena penyimpangan, perubahan atas
perintah pemberi tugas/pengawas, maka Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat gambar-gambar
yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara
gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan.

12.2. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya (gambar asli) yang
biaya pembuatan ditanggung oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
BAB II PEKERJAAN

PERSIAPAN Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan, pendayagunaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantunya yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan pada proyek ini.

1.2. Bagian ini meliputi mobilisasi dan demobilisasi, Pembuatan Papan Nama Proyek,
Pembuatan Pagar Pengaman, Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank, pembutan Direksi Keet,
Barak Pekerja dan Gudang Material, Pekerjaan Timbunan Lahan dan Quality Control.

Pasal 02

PEMBERSIHAN LOKASI DAN TIMBUNAN LAHAN

2.1. Sebelum memulai pekerjaan Pembangunan Gedung baru, Penyedia Jasa Konstruksi wajib
membersihkan lokasi dari puing-puing, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan serta benda lainnya yang
dianggap dapat mengganggu pelaksanaan pembangunan. Penimbunah lahan dilakukan setelah
dilakukan pembersihan lokasi, Penyedia Jasa Konstruksi harus menjamin bahwa pekerjaan harus
dijaga tetap kering segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan
pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup untuk
membantu drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa
pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari
tempat kerja harus dibuang ke dalam sistem drainase permanen.

2.2. Bahan yang digunakan untuk timbunan biasa sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified
atau Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak
dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau
pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi.
Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah
bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Bahan timbunan bila
diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4
hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan
oleh SNI 03-1742-1989. Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25
atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau
"extra high", tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara
Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).

Pasal 03

PERALATAN KERJA DAN MOBILISASI

3.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan-peralatan kerja dan
perlatan bantu yang akan digunakan di lokasi proyek sesuai dengan lingkup pekerjaan serta
memperhitungkan segala biaya pengangkutan.

3.2. Penyedia Jasa Konstruksi harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan alat-alat berat
yang menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu-lintas.

8
3.3. Pengawas atau pemberi tugas berhak memerintahkan untuk menambah peralatan
atau menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi persyaratan.

3.4. Bila pekerjaan telah selesai, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk segera
menyingkirkan alat-alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan
membersihkan bekas- bekasnya.

3.5. Disamping untuk menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksudkan pada ayat (1),
Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada kondisi
apapun, seperti : tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hari hujan, perancah (scafolding) pada sisi
luar bangunan atau tempat lain yan g memerlukan, serta peralatan lainnya.

Pasal 04

PENGUKURAN

4.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran dan penelitian
ukuran tata letak atau ketinggian bangunan (Bouwplank), termasuk penyediaan Back Mark atau Line
Offset Mark, pada masing-masing lantai bangunan.

4.2 Patok ukur dibuat dari kayu secukupnya, berpenampang 5 x 7 cm, tertancap kuat ke dalam tanah
sedalam 100 cm. dengan bagian yang muncul di atas muka tanah cukup untuk memberikan indikasi
peil ± 0,00 sesuai Gambar Kerja, dan di atasnya ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan
patokan ketinggian diatas peil ± 0,00.

4.3 Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan lokasi
penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.

4.4 Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan dijaga
keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan Pengawas
untuk dibongkar.

4.5. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada pengawas agar dapat ditentukan sebagai pedoman atau
referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.

Pasal 05

SARANA AIR KERJA DAN PENERANGAN

5.1. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, Penyedia Jasa
Konstruksi harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air kerja, air
minum untuk pekerja dan air kamar mandi.

5.2 Air yang dimaksud adalah bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air, serta pengadaan
dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan dan untuk
keperluan direksi keet, kantor Penyedia Jasa Konstruksi, kamar mandi/WC atau tempat-tempat lain
yang dianggap perlu.

5.3. Penyedia Jasa Konstruksi juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan direksi keet dan penerangan proyek pada malam hari
sebagai keamanan selama proyek berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.

5.4. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan pengadaan Generator Set,
dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Konstruksi.
Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi
dan armatur, stop kontak serta saklar/panel.

Pasal 06

PEMBUATAN LOS KERJA DAN BANGUNAN ISTIRAHAT

6.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat los kerja dan bangunan tempat untuk istirahat dan
tempat shalat bagi pekerja Penyedia Jasa Konstruksi.

6.2. Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk tempat bekerja bagi tukang/pekerja
Penyedia Jasa Konstruksi dan mempunyai kondisi yang cukup baik, terlindung dari pengaruh cuaca
yang dapat menghambat kelancaran pekerjaan.

Pasal 07

KEAMANAN PROYEK

7.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus menjamin keamanan proyek baik untuk barang- barang milik
Penyedia Jasa Konstruksi, pengawas atau pengelola proyek, serta menjaga keutuhan bangunan-
bangunan yang ada dari gangguan para pekerja Penyedia Jasa Konstruksi ataupun kerusakan
akibat pelaksanaan pekerjaan.

7.2. Penyedia Jasa Konstruksi harus menempatkan petugas-petugas keamanan selama 24 jam penuh
setiap hari, yang dibagi dalam 3 (tiga) shift, dan harus selalu mengadakan pemeriksaan pengamanan
setiap hari setelah selesai pekerjaan.

7.3. Untuk menguasai dan menjaga ketertiban bekerja para pekerjanya, setiap pekerja Penyedia Jasa
Konstruksi diharuskan mengenakan tanda pengenal khusus yang harus dipakai pada bagian badan
yang mudah terlihat oleh petugas keamanan.

7.4. Pekerja Penyedia Jasa Konstruksi tidak diijinkan menginap di lokasi kecuali petugas keamanan yang
sedang bertugas pada malam hari.

Pasal 08

KANTOR PROYEK (DIREKSI KEET) DAN PERLENGKAPANNYA

8.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan kantor pengelola proyek lengkap dengan peralatan /
perabotan serta fasilitas-fasilitas kerja lainnya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek sebagai
berikut :

- 3 (tiga) set meja kerja lengkap dengan kursinya


- Meja rapat untuk kapasitas 10 orang
- Calculator sebanyak 2 Buah (Minimal 12 digit)
- 1 (satu) lemari arsip metal terkunci
- 1 (satu) set meja gambar

8.2. Penyedia Jasa Konstruksi juga harus menyediakan alat-alat kerja pengelola proyek di
lapangan, sebagai berikut :

- Sepatu lapangan yang tahan terhadap paku, helm pengaman dan jas hujan masing- masing 5 set
- 2 (Dua) buah roll meter tape ukuran 5 meter
- Caliper/schuifmaat dan penyiku besi
8.3. Direksi keet/kantor pengeloa proyek, kantor dan gudang Penyedia Jasa Konstruksi, pompa air kerja
adalah merupakan sarana penunjang dalam pelaksanaan proyek dan merupakan yang dipakai habis
pada saat selesai pekerjaan.

Pasal 09

KANTOR DAN GUDANG PENYEDIA JASA KONSTRUKSI

9.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat kantor di lokasi proyek untuk tempat bagi wakil Penyedia
Jasa Konstruksi bekerja, dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.

9.2. Penyedia Jasa Konstruksi juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk
menyimpan bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari gangguan
cuaca dan pencurian.

9.3. Penempatan kantor dan gedung Penyedia Jasa Konstruksi harus diatur sedemikian rupa, agar
mudah dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.

9.4 Pagar Pengaman Proyek. Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi / Pemilik dapat
memerintahkan kepada Kontraktor / Pemborong untuk memagari sekelilingnya sehingga aman. Biaya
untuk keperluan ini akan dimasukan didalam penawaran Pemborong. Tinggi Pagar Proyek minimum
1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari seng gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat /
tiang pagar dari kayu Dolken / kayu Borneo ukuran 5/7, memenuhi persyaratan kekuatan dan atau
sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah setempat.

Pasal 10

PENYEDIAN FASILITAS PROYEK

10.1. Penyedia Jasa Konstruksi juga harus memperhitungkan biaya-biaya konsumsi untuk rapat-rapat/
pertemuan dengan pemberi tugas atau wakilnya dan tamu-tamu pemberi tugas yang
berkepentingan dengan proyek.

10.2. Unit tabung pemadam kebakaran harus ditempatkan pada setiap lantai bangunan dengan radius
kurang lebih 50 meter, di dalam direksi keet dan tempat-tempat lain yang memerlukan.

Pasal 11

PEMADAM KEBAKARAN

11.1. Selama pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan alat
pemadam kebakaran berupa tabung pemadam kebakaran yang dapat digunakan untuk
memadamkan api akibat listrik, minyak dan gas dengan kapasitas 7 kg.

11.2. Unit tabung pemadam kebakaran harus ditempatkan pada setiap lantai bangunan dengan radius
kurang lebih 50 meter, di dalam direksi keet dan tempat-tempat lain yang memerlukan.

Pasal 12

JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA

12.1. Apabila dianggap perlu, sesuai dengan kondisi dan situasi lokasi, Penyedia Jasa
Konstruksi harus sudah memperhitungkan pembuatan jalan masuk sementara dan/atau jembatan
kerja sementara yang disetujui oleh pengawas.
12.2. Pembuatan jalan masuk atau jembatan sementara harus mengikuti peraturan dan semua
perijinan sehubungan dengan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Konstruksi.

12.3. Penyedia Jasa Konstruksi harus menghindari kerusakan pada fasilitas jalan masuk yang ada dengan
mengatur trayek kenderaan yang digunakan serta membatasi/membagi beban muatan.

12.4. Kerusakan pada jalan atau benda-benda lain yang diakibatkan oleh pekerjaan Penyedia Jasa
Konstruksi, mobilisasi peralatan serta pemasukan bahan akan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Konstruksi dan harus segera diperbaiki.

Pasal 13

KESELAMATAN KERJA

13.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus menjamin keselamatan kerja sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan dalam peraturan perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk setiap bidang
pekerjaan.

13.2 Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di
tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam proyek.

13.3 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, Kontraktor /
Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, bahan dan peralatan teknis
serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas. Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka
Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.

13.4 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor / Pemborong selekas mungkin memberitahukan kepada
Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan itu.

13.5 Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor / Pemborong wajib menyediakan tabung alat
pemadam kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dan siap pakai, dengan jumlah sekurang-kurangnya 4
(empat) buah tabung. Masing-masing tabung berkapasitas 12 kg.

13.6 Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja Nomor
30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk
maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum, Pihak
Kontraktor / Pemborong yang sedang melaksanakan pembangunan / pekerjaan agar ikut serta dalam
program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin Proyek.

13.2. Di dalam lokasi harus taersedia kotak obat pelengkap untuk pertolongan pertama pada
kecelakaan (PPPK).

Pasal 14

IZIN-IZIN

14.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat izin-
izin yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain: izin peneringan,
izin pengambilan material, izin pembuangan, izin pengurugan, izin trayek dan pemakaian jalan,
izin penggunaan bangunan serta izin - izin lain yang diperlukan sesuai dengan
ketentuan/peraturan daerah setempat.
14.2. Biaya Izin Mendirikan Bangunan (IMB), menjadi tanggung jawab pemilik proyek, dengan
pengurusan dibantu konsultan perencana dan konsultan pengawas serta Penyedia Jasa Konstruksi.

14.3. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut ayat (1) di atas menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.

Pasal 15

DOKUMENTASI

15.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta
pengirimannya ke pemberi tugas serta pihak-pihak lain yang diperlukan.

15.2 Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat teknis maupun
administratif.

15.3 Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus memberikan data-data yang
diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.

15.4 Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas Lapangan dari Konsultan
Pengawas.

15.5 Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan kepada Pemimpin
Proyek untuk bahan monitoring.

15.6 Pekerjaan dokumentasi adalah :Foto-foto proyek, berwarna, minimal ukuran postcard, untuk
keperluan laporan bulanan yang dibuat oleh konsultan pengawas, dan 3 (tiga) set album yang harus
diserahkan pada serah terima pekerjaan untuk pertama kalinya.

Pasal 16

PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN

16.1 IZIN MEMASUKI TEMPAT KERJA

16.1.1 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor / Pemborong, tetapi
karena bahan / material ataupun komponen jadi maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak
oleh Konsultan Pengawas / Direksi, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas
biaya Kontraktor / Pemborong dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas /
Direksi.
16.1.2 Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat sebelum mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor / Pemborong harus memberikan kesempatan
sepenuhnya kepada Petugas / Ahli dari Konsultan Pengawas untuk memeriksa dan mengukur
pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.
16.1.3 Kontraktor / Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas kapan setiap pekerjaan
sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan Konsultan Pengawas tidak boleh menunda waktu
pemeriksaan, kecuali apabila Konsultan Pengawas memberikan petunjuk tertulis kepada Kontraktor /
Pemborong apa yang harus dilakukan.
16.1.4 Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari waktu diterimanya
Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur / hari raya) tidak dipenuhi / ditanggapi oleh
Konsultan Pengawas, maka Kontraktor / Pemborong dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian
yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
16.1.5 Bila Kontraktor / Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas / Direksi berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.
16.1.6 Biaya pembongkaran dan pemasangan / perbaikan kembali menjadi tanggungan Kontraktor /
Pemborong, tidak dapat di-klaim sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk perpanjangan
waktu pelaksanaan.

16.2 KEMAJUAN PEKERJAAN


16.2.1 Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh Kontraktor /
Pemborong demikian pula metode / cara pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian
rupa, sehingga diterima oleh Konsultan Pengawas.
16.2.2 Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut penilaian
Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu yang telah
ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang, maka Konsultan Pengawas harus memberikan
petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.

16.3 PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN


Bila Kontraktor / Pemborong atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja dimana
Konsultan Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk atau perintah, maka petunjuk atau
perintah itu harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua petugas pelaksana atau petugas yang
ditunjuk oleh Kontraktor / Pemborong untuk menangani pekerjaan itu.

16.4 TOLERANSI
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam Kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan toleransi yang
diberikan dalam spesifikasi dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian lainnya.
BAB III PEKERJAAN

TANAH

Pasal 01

KETENTUAN UMUM

1.1. Sebelum melakukan pekerjaan tanah, pemborong harus membersihkan daerah yang akan
dikerjakan dari sisa-sisa bongkaran, akar pohon maupun semak-semak serta segala perintang yang
ada dalam daerah kerja, kecuali ditentukan lain oleh pengawas.

1.2. Pemborong harus menjamin terjaganya keutuhan barang/benda atau bangunan yang telah selesai
dikerjakan dari segala macam kerusakan dan berhati-hati untuk tidak mengganggu patok
pengukuran atau tanda-tanda yang lainnya.

1.3. Perbaikan kerusakan pada barang/benda atau bangunan yang harus dijaga akibat pelaksanaan
pekerjaan akan menjadi tanggung jawab pemborong.

1.4. Pemborong harus melakukan pengukuran dan pematokan terlebih dahulu dan melaporkannya
kepada pengawas, serta meminta ijin untuk memulai pekerjaan.

1.5. Pemindahan material akibat pembongkaran puing-puing dan semua yang merintangi pekerjaan
harus dilakukan menurut peraturan.

Pasal 02

LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendaya gunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, dan
perlengkapan- perlengkapan untuk semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali, dan pengisian/
pengurugan untuk peninggian lantai bangunan sesuai dengan peil/elevasi yang telah ditentukan.

Pasal 03

PENGGALIAN TANAH

3.1. Semua sampah-sampah, tumbuh-tumbuhan dan bekas urugan harus dibuang. Penggalian
harus dilaksanakan sampai kedalaman sebagaimana ditentukan dalam gambar-gambar.
Sebelum pekerjaan selanjutnya dilanjutkan, maka semua pekerjaan penggalian harus disetujui
pengawas.

3.2. Bilamana tidak dinyatakan lain oleh Pengawas, maka penggalian untuk pondasi harus mempunyai
lebar yang cukup (minimum 20 cm lebih lebar dari dasar pondasi) untuk dapat memasang maupun
memindahkan rangka/bekisting yang diperlukan, serta pembersihan.

3.3. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang
tertera dalam gambar tanpa instruksi tertulis dari pengawas, maka kelebihan di atas harus diisi
kembali dengan adukan beton 1: 3 : 5 tanpa biaya tambahan.

3.4. Pemborong harus merawat tebing galian dan menghindarkan dari longsoran. Untuk itu
pemborong harus membuat penyangga/penahan tanah yang diperlukan selama masa penggalian,
karena stabilitas selama penggalian merupakan tanggung jawab pemborong.
3.5. Pada saat penggalian, pipa-pipa drainase, gas, air bersih dan kabel-kabel yang masih berfungsi harus
diamankan dan dijaga agar jangan sampai rusak atau cacat. Apabila hal tersebut dijumpai, maka
pemborong harus segera memberitahukan kepada pengawas dan mengganti semua kerusakan-
kerusakan tersebut atas biaya sendiri.

3.6. Semua galian harus diperiksa terlebih dahulu oleh pengawas sebelum pelaksanaan pekerjaan
selanjutnya. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan selanjutnya, pemborong harus mendapat
persetujuan/ijin tertulis pengawas.

PASAL 04

PENGGALIAN DI BAWAH MUKA AIR TANAH

4.1. Penggalian harus dilakukan dalam keadaan kering. Kontraktor bertanggung jawab untuk
merencanakan sistem pemompaan air tanah dan sudah memperhitungkan biayanya.

4.2. Pemompaan dilakukan dengan memompa sumur-sumur bor atau cara lain yang disetujui oleh
pengawas dengan memenuhi persyaratan-persyarataan berikut:

a. Permukaan air tanah yang diturunkan harus dalam keadaan terkontrol penuh setiap waktu
untuk menghindari fluktuasi yang dapat mempengaruhi kestabilan penggalian tanah.
b. Sistem yang digunakan tidak boleh mengakibatkan penaikan/penurunan tanah dasar galian
secara berlebihan.
c. Harus menyediakan filter-filter secukupnya yang dipasang disekeliling sumur yang
dipompa untuk mencegah kehilangan butir-butir tanah akibat pemompaan.
d. Air yang dipompa harus dibuang sehingga tidak mengganggu penggalian atau daerah
sekitarnya.
e. Sistem pemompaan harus memperhitungkan rencana detail dalam menghadapi
bahaya longsor pada pekerjaan dan daerah sekitarnya pada saat hujan besar.

Pasal 05

PENGURUGAN DAN PEMADATAN

5.1. Bila tidak dicantumkan dalam gambar-gambar detail, maka pada bagian bawah pasangan Lantai
diurug dengan pasir padat minimal 5 cm atau sesuai dengan gambar dan petunjuk Pengawas. Pasir
urug yang digunakan harus dari jenis pasir pasang yang bersih/bebas dari lumpur, kotoran-
kotoran, sampah dan benda-benda organis lainnya yang dapat menyebabkan tidak sempurnanya
pemadatan.

5.2. Di bawah lapisan pasir tersebut, urugan yang dipakai adalah tanah jenis “silty clay” yang
bersih tanpa potongan-potongan bahan yang bisa lapuk, serta bahan batuan yang telah
dipecahkan (pecahan batuan tersebut maksimal 15 cm).

5.3. Pemborong wajib melaksanakan pengurugan dengan semua bahan urugan yang keras atau
mutu bahan yang terbaik dan mengajukan contoh bahan yang akan digunakan untuk
mendapat persetujuan pengawas.

5.4. Penghamparan dan pemadatan harus dilaksanakan lapis-per lapis yang tidak lebih tebal dari 20
cm (gembur) dengan alat-alat yang telah disetujui, seperti mesin penggilas getar, atau alat
tumbuk dimana standar kepadatannya dicapai pada kepadatan dimana kadar airnya 95% dari kadar
air optimal, atau “dry density” nya smencapai 95% dari dry density optimal, sesuai dengan petunjuk
pengawas.
5.5. Terhadap hasil pemadatan yang dilaksanakan, Pemborong harus mengadakan “density test”
di lapangan. Semua biaya seluruh pengujian tersebut menjadi beban Pemborong.

5.6. Bila bahan urugan apapun yang digunakan menjadi lapuk/rusak atau bila urugan yang telah
dipadatkan menjadi terganggu, maka bahan tersebut harus digali keluar dan diganti dengan
bahan yang memenuhi syarat serta dipadatkan kembali, sesuai dengan petunjuk Pengawas, tanpa
adanya biaya tambahan.

5.7. Selama dan sesudah pekerjaan pengurugan dan pemadatan, tidak dibenarkan adanya genangan air
di atas tanah atau sekitar lapangan pekerjaan. Pemborong harus mengatur pembuangan
air sedemikian rupa agar aliran air hujan atau dari sumur lain dapat berjalan lancar, baik selama
ataupun sesudah pekerjaan selesai.

5.8. Pemborong bertanggung jawab atas stabilitas urugan tanah dan pemborong harus mengganti
bagian-bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan kelalaian pemborong atau akibat dari aliran air.

PASAL 06

PEKERJAAN PENYELESAIAN

6.1. Seluruh daerah kerja termasuk penggalian dan penimbunan harus merupakan daerah dari yang
betul- betul seragam dan bebas permukaan yang tidak merata.

6.2. Seluruh lapisan akhir, harus benar-benar memenuhi piel yang dinyatakan dalam gambar. Bila
diakibatkan oleh penurunan, timbunan memerlukan tambahan meterial yang tidak lebih dari
30 cm, maka bagian atas tersebut harus digaruk sebelum material timbunan
tambahan dihamparkan, untuk selanjutnya dipadatkan sampai mencapai elevasi dan sesuai
dengan persyaratan.

6.3. Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan pengisi/urugan, seluruh puing-
puing, reruntuhan dan sampah-sampah harus segera disingkirkan dari lokasi.
BAB IV PEKERJAAN

BORE PILE Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan - bahan, upah
dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan bore pile yang terdapat dalam gambar
rencana.

1.2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan pekerjaan borepile.

Pasal 02

PENGENDALIAN PEKERJAAN

2.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat yang terpasang,
selubung- selubung dan sebagainya yang tertanam dalam beton. Pengendalian pekerjaan ini
tercantum pada syarat-syarat dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI – 1971), Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013) dan Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung
Baja Struktural (SNI
03- 1729-2015).

2.2. Secara umum referensi desain adalah ACI 543R-00.

2.3. Secara umum pelaksanaan pekerjaan mengacu kepada Spesifikasi Umum Bina Marga tahun 2010
Revisi
3.

Pasal 03

BAHAN

Bore Pile yang digunanakan untuk pekerjaan ini memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Rangka Mesin Rangka mesin ini mempunyai lebar 1,80 meter dengan panjang 3,00 meter terbuat dari
besi kanal UNP.
2. Rangkaian Siku ukuran 5 cm x 5 cm dengan panjang per section 3 meter yang berfungsi sebagai line /
pengarah gear box.
3. Penggerak Bor
4. Pipa Bor / Rod
5. Mata bor
6. Katrol / Diesel Winch
7. Pompa
8. Corong Cor
9. Pipa Tremi
10. Alat Bantu (Kunci Pipa, Kunci Pas, Cangkul, Linggis, Ember, Travo Las, Gerinda Potong, gegep dan lain-lain.
11. Roller / Perakit Baja Tulangan
Pasal 04

PELAKSANAAN

4.1 Sebelum memulai pengeboran, kontraktor harus mengajukan aproval shop drawing terlebih dahulu
untuk mendapat persetujuan oleh direksi pekerjaan. Proses aproval shop drawing ini bertujuan untuk
memastikan agar jangan sampai terjadi kesalahan pada denah posisi titik-titik bore pile yang akan
dibor. Setelah aproval shop drawing mendapat persetujuan oleh direksi pekerjaan maka surveyor
melakukan pengukuran , marking dan setting out titik pile yang akan dibor.

4.2 Setelah pekerjaan marking dan setting out titik bore selesai dilakukan oleh surveyor lalu dilanjutkan
dengan pekerjaan pemasangan casing temporary. Pemasangan casing temporary ini bertujuan agar
pada saat pekerjaan pengeboran dilakukan jangan sampai terjadi keruntuhan pada permukaan tanah
yang akan dibor tersebut, Cara pemasangan casing sementara yaitu dengan menggunakan Vibrator
(Vibro-hammer) yang di pukul ke dalam tanah. Verticality di check dengan menggunakan 2 plum yang
di letakkan secara ortogonal atau spirit level jika casing kurang dari 4 m.

4.3 Sebelum memulai pekerjaan pengeboran , alat bor disetting pada titik bore pile yg sudah di marking
dan dipasang casing temporary tersebut. Pengeboran dilakukan dengan menggunakan auger,
diameter auger dan panjang kedalaman titik pile disesuaikan dengan gambar rencana atau shop
drawing.

4.4 Setelah mencapai kedalaman design toe level ,alat bor auger diganti alat bor dengan dasar yang flat
(Cleaning Bucket). Cleaning bucket berfungsi untuk membersikan dasar lubang bor.

4.5 Pengukuran kedalaman lubang Bor dilakukan dengan menurunkan measuring tape sampai ke dasar
lubang bor. Di ujung measuring tape di pasang plum dengan berat yang cukup agar memastikan
measuring tape sampai ke dasar bore hole.

4.6 Steel Cage (tulangan besi) di pabrikasi di lokasi proyek. Steel cage yang sudah di pabrikasi kemudian di
turunkan ke lubang bor yang sudah selesai di bor sampai kedalaman desain toe level. Steel cage
disambung dengan alat las.

4.7 Setelah tulangan besi (steel cage) diturunkan ke dasar lubang ,lalu dilanjutkan dengan setting pipa
tremi untuk persiapan pekerjaan pengecoran.Pemasangan pipa tremi ini bertujuan agar di saat
pengecoran beton segar tidak bercampur dengan tanah.

4.8 Metode casting / pengecoran adalah dengan menggunakan pipa tremi. Ready mix dituang melalui
bucket yang berbentuk pipa corong. Panjang pipa tremi disesuaikan dengan kedalaman dasar lubang
bor. Sebelum ready mix dituang terlebih dahulu air di tuang ke dalam corong untuk melancarkan
aliran ready mix dalam pipa tremi. Casting akan dihentikan jika concrete sudah 1 m diatas cut off level.
Selama pengecoran pipa tremi akan dipotong secara bertahap, tetapi tetap di jaga agar pipa tremi
minimal 2 m tertanam di bawah concrete level .

Pasal 05

PENGUJIAN / PEMERIKSAAN MUTU BETON

5.1. Apabila diperlukan, direksi pekerjaan dapat memerintahkan pelaksanaan tiang uji
untuk mengetahui dengan pasti kedalaman dan daya dukung dari pondasi.

5.2. Percobaan pembebanan statis harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Penyedia Jasa harus menyerahkan detail gambar peralatan pembebanan yang akan
digunakannya kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan.
5.3 Peralatan tersebut harus dibuat sedemikian hingga memungkinkan penambahan beban tanpa
menyebabkan getaran terhadap tiang uji. Pelaksanaan pengujian Static Loading Test mengacu pada
Standar ASTM (D 1143 - 81 (Reapproved 1994) Standard Test Method for Piles Under Static Axial
Compressive Load).

5.4. Untuk mengetahui daya dukung tiang digunakan metode Pile Driving Analyzer (PDA), alat
yang digunakan harus mampu merekam dengan baik regangan pada tiang dan pergerakan
relatif (relative displacement) yang terjadi antara tiang dan tanah di sekitarnya akibat
impact yang diberikan. Pengujian dinamis ini mengacu pada ASTM D 4945-00 Standard Test
Method forHigh- Strain Dynamic Testing of Piles.
Spesifikasi Teknis

BAB V PEKERJAAN

BETON Pasal 01

KETENTUAN UMUM

1.1. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan syarat pelaksanaan beton secara
umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan tekn is ini. Kecuali ditentukan lain
dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standar di
bawah ini :

- Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013)


- Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
(SNI 03-1726-2012)
- Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2014)
- Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
- Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 03-1729-2015)

1.2. Penyedia Jasa Konstruksi harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan kesesuaian yang
tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi - instruksi yang tidak
memenuhi syarat harus dibongkar dan diganti atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi sendiri.

1.3. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan p ersyaratan dan
disetujui oleh pengawas, dan pengawas berhak meminta diadakan pengujian bahan-bahan
tersebut dan Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material
yang tidak disetujui oleh pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.

Pasal 02

LINGKUP PEKERJAAN

2.1. Kecuali disebutkan lain, pelaksanaan pekerjaan beton struktural harus menggunakan
beton ready mix. Pelaksanaan pekerjaan beton dengan menggunakan metode konvensional harus
terlebih dahulu mendapat persetujuan owner dan konsultan pengawas.

2.2. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan- bahan, upah dan
perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan beton/beton bertulang yang terdapat
dalam gambar rencana.

2.3. Pengadaan, detail, pabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-bagian dari
pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.

2.4. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan pemeliharaan
beton dan semua jenis pekerjaan yang menunjang pekerjaan beton.

Pasal 03

PENGENDALIAN PEKERJAAN

3.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat yang terpasang,
selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam dalam beton. Pengendalian pekerjaan ini
tercantum pada syarat-syarat dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI – 1971), Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI03-2847-2013) dan Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung
Baja Struktural (SNI 03-1729-2015).
3.2. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tercantum dalam gambar-gambar
rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat,
begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur konstruksi beton
bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran
yang berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Pengawas untuk mendapatkan
ukuran sesungguhnya.

3.3. Jika karena keadaan pasaran penulangan perlu diganti guna kelangsu ngan
pelaksanaan, maka jumlah luas penampang tidak boleh berkurang dengan memperhatikan syarat-
syarat lainnya yang termuat dalam Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-2847-
2013) dan Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2014) dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas.

Pasal 04

BAHAN-BAHAN

4.1. Semen Portland

a. Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standard International atau Standar


Nasional Indonesia (SNI) untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk
dan susunan kemia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh digunakan jika atas
petunjuk Pengawas. Semen yang digunakan untuk seluruh pekerjaan pondasi dan beton
harus dari satu merk saja yang disetujui Pengawas.
b. Penyedia Jasa Konstruksi harus mengirim surat pernyataan pabrik yang menyebutkan
type, kualitas dari semen yang digunakan.
c. Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga agar
semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan
syarat penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena
terlalu lama disimpan sehingga mengeras atau tercampur bahan lain, tidak boleh digunakan
dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan
terlindung baik dari pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai
dengan urutan pengiriman.

1. Agregat Halus (Pasir) dan Agregat Kasar (Koral/Batu Pecah)

a. Agregat Halus (Pasir)

- Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat dalam Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) dan
Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2002), Bab 3.
- Mutu Pasir
Butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan
organis.
- Ukuran
Sisa di atas ayakan 4 mm harus minimal 2 % berat ; Sisa di atas ayakan 2 mm
harus minimal 10 % berat ; Sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara
80%-
90% berat.

b. Agregat Kasar (Koral/Batu Pecah)

- Mutu
Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-butir pipih maksimal
20% berat ; tidak pecah atau hancur serta tidak mengandung zat-zat reaktif alkali.
- Ukuran
Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat ; Sisa di atas ayakan 4 mm, harus
berkisar antara 90 % - 98 % berat, selisir antara sisa-sisa kumulatif di atas dua
ayakan yang berurutan, adalah maksimal 60 % dan minimal 10 % berat.
- Penyimpanan
Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa sehingga
terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.
2. Air

a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak beton serta baja
tulangan atau jaringan kawat baja. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.
b. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian contoh air di lembaga
pemeriksaan bahan-bahan yang diakui apabila terdapat αkeragu- raguan mengenai
mutu air tersebut. Biaya pengujian contoh air tersebut untuk keperluan pelaksanaan
proyek ini adalah sepenuhnya menjadi tanggungan Penyedia Jasa Konstruksi.

3. Pembesian/Penulangan

a.Baja tulangan harus memenuhi persyaratan SNI, dengan tegangan leleh (αα = 4000
kg / cm 2) atau Baja U – 40. Untuk diameter ≥ 10 MM dan tegangan leleh (αα =
4000 kg / cm 2) atau baja U-24 untuk diameter < 10 MM.
b. Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga
bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab ataupun basah. Juga besi
penulangan harus disimpan rata (Round Bars) harus sesuai dengan persyaratan
yang sudah tertera dalam SNI.
c. Besi yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain.
Apabila terdapat karat pada bagian permukaan besi, maka besi harus di bersihkan
dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter penampang besi, atau
menggunakan bahan cairan sejenis “Vikaoxy off” produksi yang telah memenuhi
standart atau yang setara dan disetujui Pengawas.
d. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian terhadap beton cor
di tempat yang akan digunakan ; dan bahan yang diakui serta yang disetujui Pengawas.
Semua biaya sehubungan dengan pengujian tersebut di atas sepenuhnya menjadi
tanggungan Penyedia Jasa Konstruksi.
e. Apabila baja tulangan yang digunakan telah distel di pabrik dan perlu penyambungan
yang berbeda antara penulangan di lapangan dengan ketentuan dari pabrik pembuat,
maka harus atas persetujuan Pengawas.
4. Kawat Pengikat

Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan


dalam standard kelayakan yang telah ditentukan.

5. Bahan Additive

a. Penggunaan Additive tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari pengawas.


b. Untuk mempercepat pengerasan beton atau bila slump yang disyaratkan tinggi,
beton dapat digunakan bahan additive yang disetujui Pengawas. Bahan additive
yang digunakan produksi SIKA atau yang setara. Semua perubahan design mix
atau penambahan bahan additive, sepenuhnya menjadi tanggungan Penyedia Jasa
Konstruksi.

Pasal 05
ADUKAN BETON

5.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton, harus dilakukan terlebih dahulu “Mix Design” untuk
mengetahui perbandingan bahan adukan beton. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa
dan disetujui pengawas. Semua biaya pengujian tersebut menjadi beben Penyedia Jasa Konstruksi.

5.2. Adukan beton untuk pekerjaan struktur menggunakan beton ready mix (siap pakai) dengan mutu
beton:

• Plat Lantai K-300 dengan slump 12±2


• Tangga K-300 dengan slump 12±2
• Ring Balok K-300 dengan slump 12±2
• Plat Dack K-300 dengan slump 12±2

5.3. Adukan beton untuk pekerjaan non structural (lantai kerja, pondasi batu kali) menggunakan
mutu beton K-100 dan K-175.

Pasal 06

CETAKAN DAN ACUAN

6.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana cetakan dan
acuan untuk mendapatkan persetujuan Pengawas, sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi cetakan atau acuan,
sambungan- sambungan dan kedudukan serta sistem rangkanya.

6.2. Cetakan dan acuan untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam SNI.

6.3. Acuan harus direncanakan agar dapat memikul beban-beban konstruksi dan getaran- getaran yang
ditimbulkan oleh peralatan penggetar. Defleksi maksimal dari cetakan dan acuan antara
tumpuannya harus dibatasi sampai 1/400 bentang antara tumpuan tersebut.

6.4. Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian agar keamanan konstruksi tetap
terjamin dan disesuaikan dengan persyaratan SNI.

6.5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari pengawas, atau jika umur beton
telah melampaui waktu sebagai berikut :

a. Bagian sisi balok 48 Jam


b. Balok tanpa beban konstruksi 7 Hari
c. Balok dengan beban konstruksi 21 Hari
d. Pelak beton 21 Hari

6.6. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan
cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan
gambar rencana, Penyedia Jasa Konstruksi wajib mengadakan perbaikan atau pembetulan kembali.

6.7. Cetakan untuk pekerjaan kolom dan pekerjaan beton lainnya harus menggunakan papan tebal
minimal 2,5 cm atau multliptek 18 mm, balok 5/7, 6/10, 8/10 dan dolken diameter 8-12 cm, dapat
digunakan dari mutu kayu Klas II.
Pasal 07

PELAKSANAAN

7.1. Proporsi

Kecuali disebut lain, maka campuran dari beton harus sedemikian sehingga mencapai kekuatan
kubus 28 hari sebesar yang disyaratkan pada SNI yaitu untuk Beton f’c = 26,4 Mpa dan f’c = 19,3
Mpa (untuk beton structural) dan f’c = 9,8 Mpa (untuk beton non structural).

7.2. Slump

Nilai yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix yang normal adalah 7,5–10 cm dan
disesuaikan terhadap mutu beton yang disyaratkan. Slump yang terjadi diluar batas tersebut harus
mendapatkan persetujuan Pengawas.

7.3. Penyambungan Beton dan Grouting

Sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang telah mengeras, maka


permukaanya harus dibersihkan dan dikasarkan terlebih dahulu. Cetakan harus dikencangkan
kembali dan permukaan sambungan disiram dengan bahan “Bonding Agent” untuk maksud
tersebut dengan persetujuan Pengawas.

Pasal 08

TEBAL PENUTUP BETON MINIMAL

8.1. Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton minimal adalah 2,5 cm.

8.2. Untuk beton yang bersentuhan langsung dengan tanah atau tertimbun tanah, tebal penutup
beton minimal 7 cm.

8.3. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk itu
tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit
sama dengan mutu beton yang akan dicor.

8.4. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang
sebanyak minimal 4 (empat) buah setiap meter persegi cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan
jarak tersebar merata.

Pasal 09

PENGANGKUTAN ADUKAN DAN PENGECORAN

9.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberitahukan pengawas selambat-lambatnya 2 (Dua) hari
sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti
bahwa Penyedia Jasa Konstruksi akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.

9.2. Beton harus dicor sesuai dengan persyaratan dalam Struktur Bangunan Gedung. Bila tidak
disebutkan lain atau persetujuan Pengawas, tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,5
m.

9.3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan bebas dari
kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton sudah harus
terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik, Plumbing dan perlengkapan lainnya).
9.4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus sudah dibasahi
dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton
lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala
kotoran yang lepas.

9.5. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara pengadukan
dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan pengikatan yang mencolok
antara beton yang sudah dicor dan akan dicor.

9.6. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang telah ditentukan,
maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (Retarder) dengan persetujuan
pengawas.

9.7. Adukan tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen dan agregat telah
melampaui 1,5 jam; dan waktu ini dapat berkurang, bila pengawas menganggap perlu berdasarkan
kondisi tertentu.

9.8. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya pemisahan
material (Segresi) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat bantu seperti
talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat persetujuan pengawas dan alat-alat
tersebut harus bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.

Pasal 10

PEMADATAN BETON

10.1. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan
dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa perlu
penggetaran secara berlebihan.

10.2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan Mechanical Vibrator dan dioperasikan
oleh orang yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak terjadi Over
Vibration dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan
beton. Hasil beton harus merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang segresi atau
keropos.

10.3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang
mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan beton yang baik. Alat
penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai
mengeras.

Pasal 11

BENDA-BENDA YANG DITANAM DALAM BETON

11.1. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain dalam bagian-bagian struktur beton
bila tidak ditunjukkan secara detail dalam gambar. Dalam beton perlu dipasang selongsong pada
tempat-tempat yang dilewati pipa.

11.2. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan dalam gambar/petunjuk pengawas tidak
dibenarkan untuk menanam saluran listrik dalam struktur beton.

11.3. Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-angkur, kait dan
pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton, harus sudah di pasang sebelum
pengecoran beton dilaksanakan.
11.4. Bagian-bagian atau peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan
diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran beton dilakukan.

11.5. Penyedia Jasa Konstruksi utama harus memberitahukan serta memberi kesempatan kepada
pihak lain untuk memasang bagian/peralatan tersebut sebelum pengecoran beton dilaksanakan.

11.6. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda atau peralatan yang
akan ditanam dalam beton, yang mana rongga tersebut harus tidak terisi beton, harus ditutupi
bahan lain yang mudah dilepas nantinya setelah pelaksanaan pengecoran beton.

Pasal 12

PENGUJIAN / PEMERIKSAAN MUTU BETON

12.1. Pengujian mutu beton mengacu kepada Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-2847-2013).

12.2. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus beton 15 x 15 x 15
cm atau silinder sesuai standar SNI.

12.3. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian “slump”, dimana nilai slump harus dalam
batas-batas yang disyaratkan dalam SNI.

12.4. Pengujian compresive strength untuk beton dilaksanakan sesuai ASTM dan SNI di
laboratorium yang disetujui Pengawas.

12.5. Mengenai pengambilan contoh/sampel/spesimen untuk benda uji dilaksanakan secara berkala,
paling sedikit setiap 5 m beton yang diproduksi atau pada pekerjaan beton dengan volume
kurang dari 5 m3, pengujian dilaksanakan pada setiap item pekerjaan beton.

12.6. Hasil pengujian dikeluarkan pada :

- saat benda uji berumur 3 – 7 hari


- saat benda uji berumur 14 hari
- saat benda uji berumur 28 hari

12.7. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab sepenuhnya terhadap biaya pengujian beton dan
biaya yang ditimbulkan akibat tidak dapat diterimanya mutu beton tersebut.

12.8. Pemeriksaan Lanjutan

12.9. Pengawas dapat meminta pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dengan menggunakan
concrete gun atau kalau perlu dengan core drilling untuk meyakinkan penilaian terhadap kualitas
beton yang sudah ada. Biaya pekerjaan serupa ini sepenuhnya menjadi tanggungan Penyedia Jasa
Konstruksi.

Pasal 13

PERAWATAN BETON

13.1. Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam standarisasi bangunan gedung.

13.2. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap preoses pengeringan yang belum saatnya
dengan cara mempretahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan
suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk preoses hydrasi semen serta
pengerasan beton.
13.3. Perawatan beton segera dimulai setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus
berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 (dua) minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu
beton pada awal pengecoran harus dipertahankan supaya tidak melebihi 30° C.

13.4. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton pun harus tetap dalam keadaan basah.
Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan maka selama sisa
waktu tersebut pelaksanaan perawatan tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus
menerus dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui
Pengawas.

13.5. Cara pelaksanaan perawatan serta alat dipergunakan harus mendapat persetujuan dulu dari
Pengawas.

Pasal 14

CACAT-CACAT PEKERJAAN

14.1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam pengerjaan setiap bagian
pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam Persyaratan
Teknis, maka bagian pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan.

14.2. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti sesuai dengan yang
dikehendaki oleh Pengawas. Seluruh pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang digolongkan
cacat tersebut serta semua biaya yang timbul akibat hal itu. Seluruhnya menjadi tanggungan
Penyedia Jasa Konstruksi.

28
BAB VI

PEKERJAAN STRUKTUR BAJA PROFIL

Pasal 01

KETENTUAN UMUM

1.1. Persyaratan-persyaratan konstruksi baja profil, istilah teknik dan syarat pelaksanaan baja profil
secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan tekn is ini. Kecuali ditentukan
lain dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan harus sesuai dengan standar di bawah
ini :

- Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983, NI-3 PBUBB (1970) dan lain-lain kecuali
ada hal-hal yang khusus.
- AISC “Specification for Fabrication and erection” 12 Pebruari 1981.
- Semua pekerjaan baut pada bangunan ini juga harus memenuhi syarat dari AISC “Specification
for
Structural Joints Bolts”.
- Semua pekerjaan las harus mengikuti “American Welding Society for Arc Welding in Builiding
Construction Section”.

1.2. Penyedia Jasa Konstruksi harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan kesesuaian yang
tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi - instruksi yang tidak
memenuhi syarat harus dibongkar dan diganti atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi sendiri.

1.3. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan p ersyaratan dan
disetujui oleh pengawas, dan pengawas berhak meminta diadakan pengujian bahan-bahan
tersebut dan Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material
yang tidak disetujui oleh pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.

Pasal 02

LINGKUP PEKERJAAN

Yang termasuk pekerjaan struktur baja adalah seluruh pekerjaan atap baja sesuai dengan gambar-gambar
pelaksanaan, termasuk didalamnya tapi tidak terbatas pada :

2.1. Pekerjaan pengadaan dari semua peralatan, perlengkapan, tenaga serta bahan- bahan seperti pelat,
profil, baut, angker dan lain-lain menurut kebutuhan sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan-
persyaratan teknis pelaksanaan.

2.2 Pekerjaan pembuatan bagian-bagian konstruksi kolom dan ring balok, sambungan-sambungan,
pengelasan baik las sudut maupun las penuh, sambungan dengan baut dan lain-lain sesuai dengan
gambar kerja dan persyaratan teknis pelaksanaan.

Pasal 03

BAHAN-BAHAN

3.1. Mutu baja yang digunakan untuk seluruh konstruksi baja adalah baja BJ-37 dengan tegangan dasar
1600
Kg/Cm2. Seluruh profil baja yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana serta dilampiri sertifikat dari pabrik
pembuat profil baja tersebut
3.2. Elektroda las yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas / Perencana, harus disimpan pada tempat terlindung yang
menjamin komposisi dan sifat-sifat lain dari bahan elektroda tersebut tidak berubah. Bahan las
yang digunakan dari kelas E 6012 AWS dan harus dijaga agar selalu dalam keadaan baik dan kering.

3.3. Semua bahan konstruksi baja yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan Peraturan Umum
Bahan
Bangunan (PUBB 1982) dan harus memenuhi standar ASTM A-36.

3.4 Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan baja harus diperoleh dari Supplier
/ Distributor yang dikenal dan disetujui Konsultan Perencana / Konsultan
Pengawas.

3.5 Semua bahan-bahan harus lurus, tidak cacat dan tidak ada karatnya.
Penampang-penampang (profil) yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-detail konstruksi
yang ditunjukkan pada gambar harus disediakan.

Pasal 04

PERSYARATAN TEKNIS

4.1. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang
tercantum pada gambar kerja.

4.2. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk melengkapi gambar detail / sambungan dari bagian-
bagian konstruksi baja yang tidak / belum tercantum
dalam gambar kerja, untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai
pekerjaan tersebut..

4.3. Perubahan bahan atau detail karena alasan-alasan tertentu, harus diajukan dan
diusulkan pada Konsultan Pengawas / Perencana untuk mendapat persetujuan.

4.4 Semua perubahan-perubahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa ada biaya tambahan yang
mempengaruhi kontrak.

4.5 Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing, fabrikasi dan
ketepatan penyetelan / pemasangan semua bagian- bagian dari konstruksi baja.

4.6 Seluruh pekerjaan struktur baja harus di-fabrikasi di workshop, kecuali untuk bagian-bagian
pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk dikerjakan di workshop sehingga harus dikerjakan di
lapangan.

4.7 Semua rivet dan baut baik yang dikerjakan di workshop maupun di lapangan harus selalu
memberikan kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lubang rivet atau baut tersebut.

4.8 Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu pemasangan yang
diakibatkan oleh kekurang-telitian atau kelalaian Kontraktor, harus diganti dan dilaksanakan atas
biaya Kontraktor.

4.9 Kekurang-tepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki atau diganti
dengan yang baru dan semua biaya untuk ini harus ditanggung oleh Kontraktor.

4.10 Kontraktor dapat diminta untuk memberikan surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik
(laboratorium) untuk bahan konstruksi baja yang digunakan.

4.11 Setelah pengujian bahan dilakukan, maka hasil testing tersebut harus diberikan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan terhadap bahan tersebut.
30
4.12 Pekerjaan baja harus dilaksanakan sesuai dengan keterangan-keterangan yang tertera dalam gambar,
lengkap dengan penyangga-penyangga, alat untuk memasang dan menyambungnya, pelat-pelat siku
peralatan penunjang untuk presisi dari komponen maupun pekerjaannya sendiri.

4.13 Pekerjaan harus berkualitas kelas I, semua pekerjaan ini harus diselesaikan bebas dari puntiran,
tekanan dan harus dikerjakan dengan teliti untuk menghasilkan tampak yang rapi sekali.

4.14 Semua perlengkapan atau barang-barang / pekerjaan lain yang diperlukan demi kesempurnaan
pemasangan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau dipersyaratkan disini,
harus diadakan / disediakan, kecuali jika dipersyaratkan lain.

4.15 Konstruksi baja yang telah dikerjakan tetapi belum dilakukan pengecatan, harus segera dilindungi
terhadap pengaruh-pengaruh udara, hujan dan lain- lain dengan cara yang memenuhi syarat.

4.16 Sebelum bagian-bagian dari konstruksi dipasangkan dimana semua bagian yang perlu sudah diberi
lubang dan sudah dibersihkan dari karat, maka bagian-bagian itu harus diperiksa dalam keadaan
tidak cacat.

Pasal 05

PERSYARATAN PELAKSANAAN

5.1. Pengelasan

5.1.1 Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman. Kontraktor wajib
menyerahkan sertifikat keakhlian dari masing-masing tukang lasnya. Sertifikat kelas A untuk tenaga
ahli yang mengerjakan bagian-bagian sekunder konstruksi.

5.1.2 Kekuatan bahan las yang dipakai minimal harus sama dengan kekuatan baja yang dipakai. Bahan las
yang dipergunakan dari tipe E 6010 untuk posisi pengelasan plat horizontal dan overhead, serta tipe
E 6012 dan E 6013 untuk posisi pengelasan plat, dan harus dijaga agar supaya selalu dalam keadaan
baik dan kering.

Ukuran las harus sesuai dengan gambar kerja dan atau :

• Tebal las minimum : 3,5 mm.


• Panjang las minimum : 13 x tebal las.
• Panjang las maksimum : 43 x tebal las.

5.1.3 Pekerjaan las harus dilakukan di bengkel (pabrik) atau bebas angin dan dalam keadaan kering. Baja
yang sedang dikerjakan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pekerjaan las dapat dilakukan
dengan baik dan teliti.

5.1.4 Pemberhentian las, harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin tidak akan berputar atau
membengkok.

5.1.5 Setelah pengelasan, maka sisa-sisa / kerak-kerak las harus dibuang dan dibersihkan dengan baik.

5.1.6 Semua pengerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapi dan tanpa menimbulkan kerusakan-
kerusakan pada bahan bajanya.

5.1.7 Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan elektroda tersebut.

5.1.8 Teknik cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan kualitas dari las yang
dikerjakan.
5.1.9 Permukaan dari bagian yang akan di-las harus bebas dari kotoran, cat, minyak, karat dan kotoran
dalam ukuran kecilpun harus dibersihkan, bahan yang akan di-las juga harus bersih dari aspal.

5.1.10 Peralatan yang dipergunakan untuk mengelas harus memakai tipe yang sesuai dengan yang
dibutuhkan, sehingga penyambungan dengan las dapat memuaskan. Mesin las tersebut harus
mencapai kapasitas 24 – 40 Volt dan 200 – 400 Ampere.

5.1.11 Perbaikan las. Bila pekerjaan las ternyata memerlukan perbaikan, maka hal ini harus dilakukan
sebagaiamana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas. Biaya perbaikan las ini menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

5.2. Sambungan dengan baut

5.2.1 Sambungan-sambungan yang dibuat harus dapat memikul gaya-gaya yang bekerja, selain berguna
untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang.

5.2.2 Lubang baud harus lebih besar 0,5 mm daripada diameter luar baud. Jika baud dikerjakan di
workshop, maka cara melubangi boleh langsung dengan alat pengerat. Semua pelubangan /
pengeboran untuk baud harus dapat dikerjakan sesudah bagian-bagian / profil-profil yang akan
berhubungan tersebut dikerjakan.

5.2.3 Daerah-daerah yang berbatasan antara profil dengan lubang baud dan baud itu sendiri harus dapat
memikul gaya-gaya dan dapat dengan cepat meneruskan gaya tersebut.

5.2.4 Pengujian pekerjaan sambungan baud dan las. Untuk sambungan baud dan las dilakukan
pemeriksaan visual kecuali pengelasan dengan Full Penetration harus dilakukan dengan X-ray
test, sebanyak 2 (dua) titik pengetesan. Pemeriksaan dilakukan dengan random testing. Untuk
pekerjaan las dan pengujian yang tidak memenuhi syarat harus diulangi kembali hingga
memenuhi persyaratan. Biaya X-ray test ditanggung oleh Kontraktor.

5.3. Meluruskan, Mendatarkan dan Melengkungkan.

5.3.1 Melengkungkan dalam keadaan dingin hanya boleh dilakukan pada bagian non struktural. Untuk
melengkungkan harus digunakan gilingan lengkung. Melengkungkan plat dalam keadaan dingin
menurut suatu jari-jari tidak boleh lebih kecil dari 3 (tiga) kali tebal plat. Hal ini berlaku pula untuk
batang-batang di bidang plat badannya.

5.3.2 Melengkungkan batang menurut jari-jari yang kecil harus dilakukan dalam keadaan panas segera
setelah bahan yang dipanaskan tersebut menjadi merah tua. Tidak diperkenankan melengkungkan
dan memukul dengan martil bilamana bahan tersebut tidak dalam kondisi menyala merah tua lagi.

Pasal 06

PEMASANGAN

6.1 Pemasangan rangka-rangka baja tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm. dari Asnya. Kemudian juga
elemen-elemen vertikal harus tegak lurus dengan bidang permukaan lantai.

6.2. Kontraktor diwajibkan untuk menjaga supaya bagian-bagian konstruksi yang tertumpuk di
lapangan tetap dalam keadaan baik seperti pada saat pelaksanaan pembuatan konstruksi
tersebut.

6.3. Kontraktor harus menjaga konstruksi yang tertumpuk di lapangan, agar jangan rusak karena
perubahan cuaca.

6.4. Memotong dan menyelesaikan pinggiran-pinggiran bekas irisan dan lain-lain.


a. Pemotongan-pemotongan baja untuk bahan konstruksi, harus dengan mechanical cutting
kecuali ditunjukkan lain dalam gambar rencana.
b. Bagian-bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih, sekali-kali tidak
diperbolehkan ada bekas jalur dan lain-lain.
c. Bila bekas pemotongan dengan mesin diperoleh pinggiran-pinggiran bekas irisan, maka bagian
tersebut harus dibuang sekurang-kurangnya setebal 2,5 mm, kecuali kalau keadaannya
sebelum dibuang setebal 2,5 mm sudah tidak tampak lagi jalur-jalur.
d. Bagian konstruksi yang berfungsi sebagai pengisi juga perlu dibuang bekas-bekas potongan
atau kotoran-kotoran lainnya.

6.5. Menembus, mengebor dan melebarkan lubang.

a. Semua lubang-lubang pada bahan baja harus dibor.


b. Pada keadaan akhir diameter lubang untuk baud yang dibubut dengan tepat dan sebuah
baud hitam yang tepat boleh berbeda masing-masing sebanyak 0,1 mm dan 0,4 mm daripada
diameter batang baud-baud.
c. Semua lubang-lubang dalam bagian konstruksi yang disambung dan yang harus dijadikan satu
dengan alat penyambung, harus dibor sekaligus sampai diameter sepenuhnya. Apabila
ternyata tidak sesuai, maka perubahan - perubahan lubang tersebut dibor atau diluaskan dan
penyimpangannya tidak boleh melebihi 0,5 mm.
d. Semua lubang-lubang harus benar-benar bulat atau sesuai dengan permintaan gambar
rencana terdiri dari siku-siku pada bidang-bidang dan bagian-bagian konstruksi yang akan
disambung.
e. Semua lubang-lubang sebelum pemasangan harus dibersihkan dulu. Mempersiapkan
lubang tidak boleh dilakukan dengan menggunakan besi / sikat kawat atau besi-besi penggaruk.

Pasal 07

PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN

7.1. Seluruh profil baja harus dibersihkan dari permukaan korosi (karat) dan kotoran-kotoran ataupun
minyak-minyak, dengan menggunakan sikat baja atau sandblasting, sampai permukaannya
memperoleh warna metalic yang merata.

7.2. Segera setelah dibersihkan, sebelum profil-profil baja dipasang di workshop, seluruh permukaannya
harus cepat-cepat di cat dengan meni (red oxide) yang tebalnya 30 – 35 micron. Cat dasar ini harus
betul-betul merata untuk seluruh permukaan profil.

7.3. Cat dasar yang tidak baik harus dibuang / dibersihkan sama sekali, disikat kawat, digosok, dan setelah
bersih segera dicat dasar lagi seperti yang telah diuraikan. Cat dasar dilaksanakan 2 (dua) kali
pengecatan dan dipakai produksi DANAPAINT.

7.4. Cat finish dilaksanakan 2 (dua) kali, produk DANAPAINT.

7.5. Pengecatan harus dilakukan sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan oleh pabrik dan mengikuti
petunjuk Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.

33
BAB VII

PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

A. PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan -bahan, peralatan dan alat- alat bantunya
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan pasangan batu bata pada dinding, pasangan rooster, dan lain-
lain sesuai gambar detail dan petunjuk Pengawas.

Pasal 02

BAHAN- BAHAN

Persyaratan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut


:

• Batu bata harus memenuhi SNI 6897-2008


• Semen Portland harus memenuhi SNI 6897-2008
• Pasir harus memenuhi SNI 6897-2008
• Air harus memenuhi SNI 6897-2008
• Harus memenuhi PUBBI–1982

Pasal 03

PELAKSANAAN

3.1. Batu bata merah yang digunakan batu bata setempat dengan kualitas terbaik yang disetujui
Pengawas, yaitu siku dan sama ukurannya.

3.2. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga jenuh.

3.3. Setelah bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dengan kemudian disiram air.

3.4. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari (maksimal) 24 lapis setiap
hari, diikuti dengan cor kolom prektis.

3.5. Bidang dingding bata ½ (setengah) batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus ditambah kolom
dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 13 x 13 cm, dengan 4 buah tulangan pokok
berdiameter 12 mm, beugel diameter 8–20 cm, jarak antara kolom maksimal 4 m.

3.6. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus
diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm. Jarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam
dalam pasangan bata minimal 30 cm, kecuali ditentukan lain.

3.7. embuatan lubang pada pasangan bata merah yang patah dua melebihi dari dua tidak boleh
digunakan.
3.8. Pasangan batu bata merah untuk dinding ½ (setengah) batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 15 cm dan untuk dinding 1 (satu) batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus
cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.

3.9. Pada bagian/daerah sekitar toilet dan lain-lain yang membutuhkan penempatan barang-barang
yang digantungkan pada dinding, maka di dalam dinding bagian- bagian tersebut harus dipasang
perkuatan yang dibuat dari besi beton secara vertikal dan horizontal, yang dihubungkan/disambung
dengan las.

3.10. Pemasangan besi beton perkuatan dinding tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh
Pengawas mengenai tempat dan ukurannya.

3.11. Kelos-kelos yang dibutuhkan dapat ditanam dalam dinding dengan angkur.

3.12. Pemasangan dinding rooster semen seperti pada pemasangan dinding bata dan perletakannya
sesuai dengan gambar pelaksanaan atau atas petunjuk Pengawas, sedangkan untuk morifnya akan
ditentukan kemudian.

Pasal 04

PENGUJIAN MUTU PEKERJAAN

4.1. Pemborong harus menguji semua pekerjaan menurut persyaratan teknis dari pabrik/ produser atau
menurut uraian di atas. Peralatan untuk pengujian disediakan oleh Pemborong.

4.2. Apabila pengujian tidak dilakukan dengan baik atau kurang memuaskan maka Pengawas
berhak meminta pengulangan pengujian dimana biaya pengujian dan pengulangan pengujian
tersebut adalah tanggung jawab Pemborong.

B. PEKERJAAN PLESTERAN

Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan acian pada seluruh bagian yang dijelaskan dalam
gambar dan petunjuk Pengawas.

Pasal 02

PENGENDALIAN PEKERJAAN

Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan syarat dalam :

1. SNI 6897-2008
2. SNI 03-2837-2002
3. SNI 7395-2008

Pasal 03

BAHAN-BAHAN

3.1. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur atau campuran-
campuran lain.

35
3.2. Semen Portland
Semen Portland yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membantu dan dalam sak
yang tertutup seperti disyaratkan dalam NI-8. Hanya sebuah merk dari satu jenis semen yang boleh
dipakai dalam pekerjaan, yaitu merk yang disetujui Pengawas.

3.3. Air
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti minyak, asam atau
unsur- unsur organik lainnya.

Pasal 04

PERBANDINGAN CAMPURAN PLESTERAN

4.1. Plesteran dengan campuran 1 PC : 4 Ps digunakan pada dinding, sedangkan untuk daerah basah
digunakan plesteran dengan campuran 1 PC : 2 Ps.

4.2. Plesteran dengan 1 PC: 3 Ps digunakan pada permukaan beton, kecuali dinyatakan lain dalam
gambar.

4.3. Apabila diperlukan, acian dibuat dengan bahan PC dicampur air sampai mencapai hasil
kekentatalan yang sempurna.

Pasal 05

PELAKSANAAN

A. Persiapan Plesteran

5.1. Bersihkan permukaan dasar sampai benar-benar siap untuk dilakukan pekerjaan plesteran.

5.2. Untuk daerah yang luas, dibuat pola dasar plesteran (kepala plesteran) dengan jarak 1 meter arah
vertikal sebagai dasar plesteran untuk menjamin adanya ketebalan yang sama, permukaan yang
datar/rata, contour dan profil-profil akurat.

5.3. Basahi seluruh permukaan bidang yang akan diplester untuk peresapan. Plesteran dapat dimulai
setelah bidang tersebut kering.

5.4. Pelaksanakan plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan seperti tidak rata, tidak tegak
lurus atau bergelombang, adanya pecah atau retak, keropos, maka bagian tersebut harus
dibongkar kembali untuk diperbaiki atas biaya Pemborong.

B. Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran

5.5. Bersihkan permukaan dinding batu bata atau permukaan beton dari noda debu, minyak cat, bahan-
bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat plesteran.

5.6. Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai dengan yang disyaratankan, maka
dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat te rlebih dahulu “kepala plesteran”.

5.7. Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (+ 20 mm) dan diratakan dengan roskam
kayu/besi dari kayu halus terserut dan rata permukaannya ataupun dengan profil aluminium
dengan panjang minimal 1,5 m. Kemudian basahkan terus selama 3 (tiga) hari untuk
menghindarkan terjadinya retak akibat penyusutan yang mendadak.
5.8. Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula permukaan beton harus dikasarkan dengan
pahat besi untuk mendapatkan daya ikat yang kuat antara permukaan beton dengan plesteran.
Bilamana perlu permukaan beton yang telah dikasarkan diberi bahan additive, misalnya “Calbon”.

5.9. Basahi permukaan beton untuk air hingga jenuh, tunggu sampai aliran air berhenti.

5.10. Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan ketebalan minimal 2 cm, tidak
diperbolehkan melakukan plesteran sekaligus, tetapi harus dilakukan secara bertahap yaitu dengan
cara menempelkan adukan semen pada bagian yang akan diplester, kemudian setelah mengering,
lakukan plesteran berikutnya dengan adu kan semen pasir hingga mencapai ketebalan
yang dikehendaki.

5.11. Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton dengan ketebalan lebih dari 3 cm,
sebagai akibat dari kesalahan pada waktu pengecoran atau yang lainnya, maka plesteran
tersebut harus dilapis dengan kawat ayam yang ditempelkan pada permukaan beton yang akan
diplester. Biaya penambahan kewat ayam tersebut menjadi tanggungan Pemborong.

5.12. Hindarkan benda-benda ataupun bahan-bahan lain yang dapat merusak permukaan acian.

5.13. Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar atau diperbaiki, maka hasil akhir (finishing)
dari pekerjaan tersebut harus dapat menyamai pekerjaan yang telah disetujui oleh
Pengawas.
BAB VIII

PEKERJAAN KUSEN UPVC DAN

PERLENGKAPAN A. PEKERJAAN KUSEN,

PINTU DAN JENDELA

Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini meliputi penyediaan tenaga kerja, alat, bahan-bahan, pengadaan dan pemasangan kosen,
pintu dan jendela kayu beserta perlengkapannya yang tertera dalam gambar.

Pasal 02

PENGENDALIAN PEKERJAAN

Seluruh pekerjaan kayu harus sesuai dengan:

1. SNI 03-3527-1994
2. SNI T-02-2004-C
3. SNI T-02-2003
4. SNI 15-4354-1996

Pasal 03

BAHAN-BAHAN

Bahah-bahan yang digunakan

3.1. Kusen yang digunakan menggunakan material UPVC dengan spesifikasi:

• Bahan : Dari bahan Aluminium framing system setara YKK.


• Bentuk profil : Sesuai shop drawing yang disetujui Perencana/
Konsultan
• Warna Profil : Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan
Kontraktor).
• Lebar Profil : Tebal 3” (pemakaian lebar bahan sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar.
• Pewarnaan : Powder Coating sesuai standart produksi pabrik.
• Nilai Deformasi : Diijinkan maksimal 1 mm.

3.2. Daun Pintu yang digunakan menggunakan bahan yang bervariasi yaitu:

• Pintu Alumunium untuk pintu kamar mandi


• Pintu Kaca Tempered Glass untuk pintu utama
• Blockboard dengan panel HPL

3.3. Daun Jendela yang digunakan menggunakan bahan yang bervariasi yaitu:

• Jendela kaca bening 5mm.


3.4. Seluruh aksesoris pada pintu dan jendela merupakan elemen yang mengikat terhadap bahan daun
pintu dan jendela dengan metode pemasangan disesuaikan terhadap gambar kerja.

Pasal 04

PELAKSANAAN

4.1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang kayu terbaik dengan standard
pengerjaan yang disetujui Pengawas.

4.2. Untuk profil panjang seperti kusen, lisplank dan sebagainya digunakan mesin-mesin.

4.3 Rangka-rangka harus dibuat sesuai dengan gambar atau menurut kebiasaan yang baik dan
disetujui Pengawas.

4.4. Semua lubang/cacat di tempat bekas paku, baut dan permukaan sambungan- sambungan dan
lain-lain harus ditutup dengan dempul/sealer hingga rapi kembali.

4.5. Pemborong harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan lain; jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka Pemborong tersebut harus
mengganti tanpa biaya tambahan.

B. PEKERJAAN PERLENGKAPAN

Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan perlengkapan pintu dan jendela seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

Pasal 02

PERSYARATAN BAHAN

2.1 Semua alat penggantung dan pengunci (hardware) yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam RKS ini.
2.2 Apabila terjadi perubahan atau penggantian, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu secara
tertulis dari Pemberi Tugas.
2.3 Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas /
Konsultan Pengawas. Dalam pengajuan tersebut harus dengan komponen (anak kunci) lengkap.
2.4 Pemilihan hardware pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.

Pasal 03

BAHAN-BAHAN

Bahah-bahan yang digunakan

3.1. Engsel yang digunakan dengan spesifikasi:

• Bahan : Dari bahan satinless steel dengan sistem single swing dan double swing
standar SII-0407-80.
• Warna Profil : Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan Kontraktor).
• Ukuran : 4 ” u n t u k p i n t u d a n 3” untuk jendela dan pintu double
swing.
• Jumlah : Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan Kontraktor).
• Tipe : EK 06 BB
• Warna : Silver.
• Contoh : Dapat dilihat pada lampiran.

3.2. Lockcase yang digunakan dengan spesifikasi:

• Bahan : U n t u k L oc k c a s e d o u b l e l oc k s e m u a p i n t u t u n g g a l
d a n p i n t u g a n d a , single lock pada pintu kaca ganda tanpa
rangka (frameless door glass).
• Pemakaian : U n tu k L o c kc as e d o u b l e l o c k me mp u n y a i l i d a h s i l a n g
( l a t c h b o l t ) d a n l i d a h m a l a m ( r o l l o n g d e a d b o l t ) , single
lock
pada bagian bawah dan atas pintu frameless.
• Warna : Silver.
• Tipe : LC 112 WL, LC 111 WL
• Contoh : Dapat dilihat pada lampiran foto.

3.3 Cylinder yang digunakan dengan spesifikasi:

• Bahan : P a d a s i s i l u a r m e m p u n ya i l u b a n g k u n c i d a n t o m b o l
p a d a s i s i d a l a m ( K n o b C yl i n d e r ) .
• Pemakaian : P i n t u t u n g g a l k h u s u s r u a n g p a n e l d a n u t il it a s .
• Warna : Ditentukan kemudian
• Produk : KC 01 60, KW 01 60
• Contoh : Dapat dilihat pada lampiran foto.

3.4 Handle yang digunakan dengan spesifikasi:

• Bahan : Handle untuk semua membuka lidahpenahan secara


me k a n i s . P ema s a n g a n m e n y a t u d e n g a n s i l i n d e r k
u n c i d a n d ile n g k a p i d e n g a n p e n u t u p l u b a n g k u n c
i . Ha n d e l
untuk pintu frameless hanya pegangan pada pintu k
aca.
• Pemakaian : S e m u a P i n t u u n t u k l o c k m e k an i s d a n p i n t u k
acaframeless hanya handle.
• Warna : Silver
• Tipe : E 62 15, HP 31 01, HRE 62 08 dan PD 511 01.
• Contoh : Dapat dilihat pada lampiran foto.

3.5 Door Stopper yang digunakan dengan spesifikasi:

• Bahan : Karet.
• Pemakaian : Semua pintu.
• Produk : SES, Solid atau setara.
• Contoh : Dapat dilihat pada lampiran foto.

3.6 Grendel Jendela/ Pintu yang digunakan dengan spesifikasi:

• Bahan : S t a i n l e ss st e e l .
• Pemakaian : Semua pintu dan jendela.
• Produk : SES, Solid atau setara
• Contoh : Dapat dilihat pada lampiran foto.

3.7 Hak Angin yang digunakan dengan spesifikasi:


• Bahan : S t a i n l e ss st e e l .
• Pemakaian : S e mu a j en d e l a .
• Tipe : RMS 623.
• Contoh : Dapat dilihat pada lampiran foto.

3.8 Barrel Bolt yang digunakan dengan spesifikasi:

• Bahan : S t a i n l e ss st e e l .
• Pemakaian : Pintu Toilet.
• Tipe : Barrel Bolt 314
• Contoh : Dapat dilihat pada lampiran foto.

3.9 Window Lock yang digunakan dengan spesifikasi:

• Bahan : S t a i n l e ss st e e l .
• Pemakaian : Jendela.
• Tipe : Spring Knip 379.
• Contoh : Dapat dilihat pada lampiran foto.

3.4. Seluruh aksesoris pada pintu dan jendela merupakan elemen yang mengikat terhadap bahan daun
pintu dan jendela dengan metode pemasangan disesuaikan terhadap gambar kerja.

Pasal 04

PELAKSANAAN

4.1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang terbaik dengan standard
pengerjaan yang disetujui Pengawas.

4.2. Untuk profil panjang seperti kusen, lisplank dan sebagainya digunakan mesin-mesin.

4.3 Rangka-rangka harus dibuat sesuai dengan gambar atau menurut kebiasaan yang baik dan
disetujui Pengawas.

4.4. Semua lubang/cacat di tempat bekas paku, baut dan permukaan sambungan- sambungan dan
lain-lain harus ditutup dengan dempul/ sealer hingga rapi kembali.

4.5. Pemborong harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan lain; jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka Pemborong tersebut harus
mengganti tanpa biaya tambahan.
BAB IX

PEKERJAAN PELAPIS LANTAI DAN DINDING

A. PEKERJAAN LANTAI RABAT BETON

Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan seluruh pekerjaan lantai rabat beton sesuai dengan detail yang disebutkan
dalam gambar atau petunjuk Pengawas.

Pasal 02

PENGENDALIAN PEKERJAAN

Seluruh pekerjaan akan disesuaikan menurut


standard:

1. SNI 7394-2008
2. SNI 7395-2008
3. ASTM
4. PUBBI 1982

Pasal 03

PELAKSANAAN

3.1. Untuk pemasangan langsung di atas tanah, yang akan dipasang rabat harus dipadatkan untuk
mendapatkan permukaan yang rata dan padat sehingga diperoleh daya dukung tanah yang
maksimum.

3.2. Pasir urung bawah lantai yang disyaratkan merupakan permukaan yang keras, bersih dan bebas
alkali, asam maupun bahan organik lainnya yang dapat mengurangi mutu pasangan. Tebal lapisan
pasir urug minimum 7 cm atau sesuai dengan gambar, disiram dengan air sehingga
diperoleh kepadatan yang maksimal.

3.3. Lantai beton rabat dicor 5 cm minimum atau sesuai dengan gambar dengan adukan 1PC : 3 Ps : 5 Kr.

3.4. Lantai beton rabat permukaannya harus rata, dengan memperhatikan kemiringan daerah
basah dan teras.

B. PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING KERAMIK

Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan seluruh pekerjaan lantai dan dinding keramik sesuai dengan detail yang disebutkan
dalam gambar atau petunjuk Pengawas.
Pasal 02

PENGENDALIAN PEKERJAAN

Seluruh pekerjaan akan disesuaikan menurut standard :

1. SNI 7395-2008
2. SII-0243-1979
3. ASTM
4. PUBBI 1982

Pasal 03

PERSYARATAN BAHAN

Spesifikasi Bahan Granit dan Keramik yang digunakan adalah:

1. Type : .Glazur Tile dan Homogenus Tile (Granit Tile) dengan 2 x


pembakaran (firing)
2 . Jenis dan Ukuran :

- Homogenus Tile Polished (permukaan kilat) ukuran 60 x 60 cm


untuk lantai ruang dalam dan dinding.

- Homogenus Tile Unpolihsed (permukaan matte/dof) ukuran 60 x 60


cm untuk lantai teras.

- Glazur Tile jenis Rustic (permukaan kasar) uk. 60 x 60 cm untuk


lantai toilet/kamar mandi.

- Glazur Tile jenis Glossy (permukaan kilat) uk. 60 x 60 untuk dinding


toilet/kamar mandi.

3. Produksi : Niro/Sandjimas atau setara (Granit tile), Roman/ Platinum atau


setara(glazur tile)
4. Warna dan corak : Akan ditentukan kemudian

Pasal 04

CONTOH-CONTOH

4.1. Sebelum diadakan pemasangan, Pemborong harus memberikan contoh bahan-bahan yang
akan digunakan untuk disetujui Konsultan Perencana dan Pengawas.

4.2. Contoh bahan yang telah disetujui akan digunakan sebagai pedoman/standard bagi Pengawas
untuk menerima atau memeriksa bahan yang dikirim oleh Pemborong ke lapangan.

Pasal 05

PELAKSANAAN

5.1. Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna, motif tiap keramik
harus sama, tidak boleh retak, gompal atau cacat lainnya.
5.2. Lebar celah lantai dan dinding keramik maksimal 1 mm untuk keramik homogenus, atau 4 mm
untuk keramik glazur. Pengisi celah/naad/siar diberi warna dengan warna sesuai keramik yang
dipasang atau warna lain atas persetujuan Pengawas.

5.3. Pola pemasangan keramik harus sesuai dengan gambar detail atau sesuai petunjuk Pengawas.

5.4. Pemotongan keramik harus menggunakan alat pemotong khusus, sesuai petunjuk produsen
pembuat.

5.5. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda-noda yang melekat
sehingga benar-benar bersih (warna keramik tidak kusam/buram).

5.6. Adukan pengikat untuk pemasangan keramik pada lantai menggunakan campuran 1PC : 4 PS,
sedangkan untuk daerah basah (toilet) adukan pengikat dengan campuran 1 PC : 2 PS.

5.7. Lebar siar-siar harus sama dengan kedalaman maksimal 4 mm membentuk garis lurus atau
sesuai dengan gambar atau petunjuk Pengawas. Siar-siar harus diisi bahan pengisi berwarna (grout
semen berwarna) yang sesuai dengan warna lantai.

5.8. Sebelum keramik dipasang, terlebih dahulu harus direndam dalam air sampai jenuh.

5.9. Keramik yang telah terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban selama 2 x 24 jam dan
dilindungi dari kemungkinan cacat akibat pekerjaan lain.

5.10. Hasil pemasangan keramik lantai harus merupakan bidang permukaan yang benar-benar rata, tidak
bergelombang dengan memperhatikan kemiringan didaerah basah dan teras.

5.11. Keramik plint harus terpasang siku terhadap lantai, dengan memperhatikan siar-siarnya
bertemu siku dengan siar lantai dan dengan ketebalan siar yang sama pula.
BAB X PEKERJAAN

PENGECATAN A.

KETENTUAN UMUM Pasal


01

LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan cat, peralatan, dan perlengkapan lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan pengecatan pada seluruh detail yang disebutkan dalam gambar dan sesuai
petunjuk Pengawas.

Pasal 02

BAHAN-BAHAN

2.1. Pengecatan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi dari pabrik cat yang bersangkutan.

2.2. Pemborong wajib membuktikan keaslian cat dari pabrik tersebut mengenai hal -hal
yang menunjukkan kemurnian cat yang digunakan, antara lain :

1. segel kaleng
2. test laboratorium
3. hasil akhir pengecatan

Hasil dari test kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari produsen
untuk diketahui Pengawas. Biaya test tersebut menjadi tanggungan Pemborong.

Pasal 03

CONTOH-CONTOH

Sebelum memulai pengecatan, Pemborong wajib menyerahkan 1 contoh bahan yang masih dalam kaleng, 3
contoh bahan yang telah dicatkan pada permukaan plywood ukuran 40 x 40 cm, brosur lengkap dan jaminan
dari pabrik.

Pasal 04

PELAKSANAAN

4.1. Umum

a. Sebelum dikerjakan, semua bahan harus ditunjukkan kepada Pengawas beserta


ketentuan/persyaratan/jaminan pabrik untuk mendapatkan persetujuannya. Bahan yang
tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan

b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian, bahan pengganti harus disetujui oleh
Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan Pemborong.

c. Untuk pekerjaan cat di daerah terbuka, jangan dilakukan dalam keadaan cuaca lembab dan hujan
atau keadaan angin berdebu, yang akan mengurangi kualitas pengecatan. Bilamana
waktu
mendesak, harap dilakukan pengecatan dalam keadaan terlindung dari basah dan lembab ataupun
debu.

d. Permukaan bahan yang akan dicat harus benar-benar sudah dipersiapkan untuk pengecatan,
sesuai persyaratan pabrik dipersiapkan untuk pengecatan, sesuai persyaratan pabrik cat dan
bahan yang bersangkutan. Permukaan yang akan dicat harus benar-benar kering, bersih dari
debu, lemak/minyak dan noda-noda yang melekat.

e. Setiap pengecatan yang akan dimulai pada suatu bidang, harus mendapat persetujuan dari
Pengawas. Sebelum memulai pengecatan, Pemborong wajib melakukan percobaan untuk
disetujui Pengawas.

f. Pemborong tidak diperkenankan memulai suatu pekerjaan suatu tempat bila ada
kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.

g. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dan lain-lainnya, maka Pemborong harus
segera melaporkannya kepada Pengawas.

h. Pemborong wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti kerusakan yang terjadi selama masa


pelaksanaan dan masa garansi, atas beban biaya Pemborong, selama kerusakan bukan
disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.

4.2. Teknis

a. Lakukan pengecatan dengan cara terbaik, yang umum dilakukan kecuali spesifikasi lain. Jadi
urutan pengecatan, penggunaan lapisan-lapisan dasar dan tebal lapisan penutup minimal sama
dengan persyaratan pabrik. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau
ada bekas- bekas yang menunjukkan tanda- tanda sapuan, semprotan dan roller.

b. Sapuan semua dasar dengan cat memakai kuas, penyemprotan hanya diijinkan dilakukan bila
disetujui Pengawas.

c. Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang menutupi, atau
lepas. Pengulangan pengecatan dilakukan sebagaimana ditunjukkan oleh Pengawas, serta harus
mengikuti petunjuk dan spesifikasi yang dikeluarkan pabrik yang bersangkutan.

d. Pembersihan permukaan harus mendapat persetujuan, pekerjaan termasuk penggunaan


ongkos, pencucian dengan air, maupun pembersihan dengan kain kering.

e. Kerapian pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan mengganggu pekerjaan
finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah terpasang. Pekerjaan yang tidak sempurna
diulang dan diperbaiki atas tanggungan Pemborong.

Pasal 05

PENGUJIAN MUTU PEKERJAAN

5.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Pemborong wajib melakukan percobaan atas semua pekerjaan
yang akan dilaksanakan atas biaya sendiri. Pengecatan yang tidak disetujui Pengawas harus
diulangi/diganti, atas biaya Pemborong.

5.2. Pada waktu penyerahan, pabrik dengan Pemborong harus memberi jaminan selama minimal 2
tahun atas semua pekerjaan pengecatan, terhadap kemungkinan cacat karena cuaca
warna dan kerusakan cat lainnya.
5.3. Pengawas wajib menguji semua hasil berdasarkan syarat-syarat yang telah diberikan baik oleh pabrik
maupun atas petunjuk Pengawas. Peralatan untuk pengujian disediakan oleh Pemborong.

5.4. Pengawas berhak minta pengulangan pengujian bila dianggap perlu.

5.5. Dalam hal pengujian yang telah dilakukan dengan baik atau kurang memuaskan, maka biaya
pengujian/pengulangan pengujian adalah termasuk tanggung jawab Pemborong.

Pasal 06

PENGAMANAN PEKERJAAN

6.1. Daerah-daerah yang sedang dicat agar ditutup dari pekerjaan-pekerjaan lain, maupun kegiatan
lain dan juga daerah tersebut terlindung dari debu dan kotoran lainnya sampai cat tersebut
kering.

6.2. Lindungi pekerjaan ini dan juga pekerjaan atau bahan lain yang dekat dengan pekerjaan
ini seperti fitting-fitting, kosen-kosen dan sebagainya dengan cara menutup/melindungi bagian
tersebut selama pekerjaan pengecatan berlangsung.

6.3. Pemborong bertanggung jawab memperbaiki atau mengganti bahan yang rusak akibat pekerjaan
pengecatan tersebut.

B. PEKERJAAN CAT TEMBOK (ACRYLIC EMULSION PAINT)

Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pengecatan dinding (bagian dalam dan luar), plafond atau seperti yang
dinyatakan dalam gambar dan petunjuk Pengawas.

Pasal 02

BAHAN-BAHAN

2.1. Bahan cat yang digunakan untuk bagian dalam (interior) adalah merek Vinilex produksi Nippon
Paint atau setara. Warna ditentukan kemudian.

2.2. Pemakaian cat untuk dinding bagian luar (eksterior) menggunakan cat ICI dengan type “Weather
Shield atau setara. Warna ditentukan kemudian.

2.3. Untuk dempul tembok mengunakan dempul merek RJ London.

Pasal 03

PELAKSANAAN

3.1. Sebelum dilakukan pengecatan pada permukaan dinding tersebut, maka harus diperhatikan
permukaan plesterannya dari :

1. Permukaan plesteran harus datar dan sempurna sesuai dengan pola yang telah ditentukan.
2. Permukaan plesteran telah diberi lapisan aci dengan hasil yang rata dan halus.
3. Seluruh bidang pengecatan sudah diberi dempul tembok dan diampelas serta bersih
segala noda noda atau kotoran/debu.
3.2. Bila pengecatan dilakukan di atas permukaan dinding tidak diplester, maka Pemborong
harus memeriksa apakah permukaan dinding sudah bersih dari noda, seperti yang disyaratkan.

3.3. Setelah permukaan dinding siap untuk dicat, dilakukan pengecatan menurut petunjuk dari pabrik cat.

3.4. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan rol cat

3.5. Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan harus dihindarkan terjadinya sentuhan - sentuhan selama
1,5 sampai 1 jam.

3.6. Pengecatan akhir harus dilakukan secara ulang paling sedikit selama 2 (dua) jam kemudian.

C. PEKERJAAN CAT MINYAK (SYNTHETIC ENAMEL)

Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pengecatan kayu eksposed yang terletak di luar bangunan (eksterior) seperti
yang dinyatakan dalam gambar atau petunjuk pengawas.

Pasal 02

BAHAN-BAHAN

2.1. Bahan cat minyak yang digunakan adalah Bee Brand produksi Nippon Paint atau setara.

2.2. Dempul kayu merek RJ London

2.3. Bahan pengencer seperti yang disyaratkan pabrik

Pasal 03

PELAKSANAAN

3.1. Sebelum dilakukan pengecatan pada permukaan kayu yang dicat telah diberi dempul (wood filler)
dan diamplas secara merata.

3.2. Setelah permukaan dinding siap untuk dicat dilakukan pengecatan sesuai petunjuk dari pabrik cat.

3.3. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan kuas minimal 2”

3.4. Setiap lapisan cat dilakukan setelah minimal kering selama 3 (tiga) jam.

3.5. Setelah pengecatan lapisan terakhir, permukaan cat harus dijaga dari sentuhan minimal 1 hari
(24 jam).
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

BAB XI

PEKERJAAN DINDING GRC , ACP DAN BESI HOLLOW

A. PEKERJAAN DINDING GRC DAN ACP

Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pemasangan dinding bagian luar sesuai dengan Gambar Kerja.

Pasal 02

BAHAN-BAHAN

2.1. GRC Board tipe plain/polos dan tipe kerawang dengan spesifikasi :

• Agregat/ Cement Ratio ; 0,5 -1,0


• Water/Cement Ratio : 0,325 – 0,375
• Glass Fibre Content : 4% – 5% by total mix weight

2.2. Semua bahan GRC Board dan ACP diproduksi sesuai dengan gambar kerja.

2.3 Accessories (baut pengikat, plat kait, lengkap dengan ring karet), sealant dan lain-lain harus mengikuti
spesifikasi yang ditentukan pabrik.

2.4 Kontraktor wajib memberikan contoh bahan untuk disetujui dengan disertai keterangan tertulis mengenai
spesifikasi bahan, detail bentuk, ukuran serta petunjuk cara pemasangan.

2.5 Bila Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas menganggap perlu, maka Pemberi Tugas berhak meminta
kepada Kontraktor agar dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus diawasi oleh tenaga ahli / supervisi khusus
dari pabrik pembuat dengan dan atas biaya tanggungan Kontraktor.

2.6 Lembaran aluminium diangkut ke atas rangka baja menara hanya apabila akan dipasang.

2.7 Kontraktor harus memeriksa dengan teliti dan seksama serta memastikan bahwa permukaan atas semua
bagian sudah satu bidang. Hal ini harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh Kontraktor karena penyetelan
dan pengganjalan tidak tepat akan mengakibatkan gangguan pengikatan, terutama jika jarak penyangga
kecil.

2.8 Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan plat kait, jarak perletakan
pertama maupun terakhir dari plat kait terhadap ujung / tepi lembaran harus memenuhi persyaratan
pabrik.

2.9 Lakukan pemeriksaan setempat terhadap penyetelan plat kait untuk mencegah pergeseran. Untuk
memperbaiki kelurusan, lembaran dapat diatur 2 mm. dengan menarik plat kait menjauhi atau menekan
ke arah lembaran pada saat mengikatkan plat kait tersebut. Untuk mencegah plat kait menggeser ke
bawah, harus dipergunakan pengikat positif yaitu sekrup atau baut pada plat kait tersebut.

2.10 Arah pemasangan lembaran dari bawah ke atas kemudian dilanjutkan pemasangan ke samping dengan
arah tetap dari bawah ke atas dan seterusnya.

49
2.11 Kontraktor harus teliti dan rapi sehingga lembaran setelah terpasang rapi dan lurus, garis-garis rusuk
lembaran sejajar, lurus, tidak bergelombang ke arah horizontal maupun vertikal, menghasilkan
penampilan yang baik.

Pasal 03

PELAKSANAAN

3.1. Sebelum dimulai pekerjaan, lokasi GRC Board harus diukur kembali untuk mengetahui
ketepatan ukuran sesuai deang keadaan lapangan. Setiap titik penyambungan GRC dengan
penyangganya harus telah dipastikan daya dukungnya.

3.2. GRC Board yang digunakan harus telah memiki umur adonan yang tepat dan memenuhi minimum
strength yang disyaratkan.

3.3. Ornamen GRC dibuat sesuai dengan motif yang diminta dengan ketebalan minimal 8 mm.

3.4. Ornamen GRC direkat pada dinding / tembok dengan menggunakan rangka besi siku 30.30.3 dan
dibaut dengan menggunakan fisher galvanized

3.5. Untuk GRC Board bidang lebar, hubungan antara satu GRC Board dengan satu GRC Board lainnya dibuat
sedemikian sehingga sambungan cukup rapat, celah antara GRC Board segera diisi bahan pengisi agar
tidak terbuka.

3.6. Pemasangan GRC Board harus dilakukan oleh specialist pemasangan GRC Board.

B. PEKERJAAN BESI HOLLOW

Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan yang diperlukan, peralatan
termasuk alat-alat bantu dan pengangkutan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini sehingga
dapat dicapai mutu pekerjaan yang baik.

1.2. Meliputi seluruh pekerjaan yang ditunjukkan dalam gambar rencana.

Pasal 02

PERSYARATAN BAHAN

2.1. Pipa besi / besi hollow yang di gunakan adalah pipa hitam / besi hollow dengan bentuk dan ukuran
sesuai yang tertera pada gambar.

2.2. Baja Profil yang digunakan adalah baja st. 37 dengan bentuk dan ukuran sesuai yang tertera pada gambar.

Pasal 03

SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

3.1. Bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu diserahkan contoh-contohnya untuk
mendapatkan persetujuan dari MK/perencana).
3.2. Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan di atas teknis operatif sebagai informasi bagi
MK/perencana.

3.3. Bila dianggap perlu, kontraktor wajib mengadakan test terhadap bahan -bahan tersebut
di laboratorium yang ditunjukkan MK/perencana baik mengenai komposisi, konsentrasi dan aspek-aspek
lain yang ditimbulkannya menjadi tanggung jawab kontraktor.

3.4. Bila perencana/MK memandang perlu pengujian dengan penyinaran gelombang tinggi, maka segala biaya
dan fasilitas yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
kontraktor.

Pasal 04

PELAKSANAAN

4.1. Seluruh pekerjaan di workshop harus merupakan pekerjaan yang berkwalitas tinggi, seluruh
pekerjaan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua komponen dapat dipasang dengan tepat di
lapangan dan dapat berfungsi dengan baik.

4.2. Seluruh pekerjaan pengelasan harus dilakukan oleh pekerja yang benar benar ahli dalam bidang
pengelasan, setifikat keahlian merupakan rujukan yang diperlukan jika timbul keragu raguan mengenai
keahlian pelaksanaan.

4.3. Semua baja yang dipakai harus bebas dari retak dan cacat lain yang dapat mengurangi kekuatan
sambungan serta kerataan permukaan bagian sambungan.

4.4. Ketentuan untuk ketebalan dan panjang las minimal dan maksimal adalah harus sesuai
dengan persyaratan dari American Welding Society ( AWS ).

4.5. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar dan kondisi di lapangan.
Perhatikan semua ukuran, sambungan dan hubungannya dengan material lain, dengan mengikuti
semua petunjuk gambar rencana secara seksama .
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

BAB XII

PEKERJAAN ATAP DAN PERLINDUNGAN

A. PEKERJAAN ATAP

Pasal 01

KETENTUAN UMUM

1.1. Persyaratan-persyaratan konstruksi rangka atap dan istilah-istilah teknik secara umum menjadi
satu-kesatuan dalam bagian dalam buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam
buku teknis ini, maka semua pekerjaan rangka atap harus mengacu pada Tata cara perencanaan
struktur baja untuk bangunan gedung (SNI 03-1729-2002):

1.2. Penyedia Jasa Konstruksi harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan kesesuaian yang
tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi - instruksi yang
diberikan pengawas.

1.3. Semua material yang digunakan harus baru dengan kualitas terbaik sesuai dengan persyaratan dan
diketahui oleh pengawas. Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian atas bahan-bahan
tersebut dan Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab atas segala biaya untuk
keperluan tersebut.

1.4. Semua pengukuran harus menggunakan pita baja yang disetujui oleh pengawas.

Pasal 02

LINGKUP PEKERJAAN

2.1. Bagian ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu yang
dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan kubah yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau
sesuai petunjuk pengawas.

2.2. Pelaksanaan pekerjaan dengan kesesuaian terhadap seluruh gambar kerja.

Pasal 03

BAHAN-BAHAN

3.1. Spesifikasi Bahan

Ra n g k a : Besi UNP 8, 10 dan 12


Grc Kubah : Motif Pengecatan
: Ex Jotun Exterior Ukuran :
Sesuai dengan gambar.

3.2. Penutup atas memakai Kubah Enamel. Bahan penutup. Kubah dan Hubungan yang berkualitas baik
yang mempunyai spesifiksai umum antara lain, berukuran sama, tidak cacat (bocor atau berlubang),
kuat, anti lumut, mudah dipotong dan dipaku, tahan panas (sampai 255 derajat celcius) dan tahan
kelembaban udara serta mempunyai kerapatan air yang baik.

52
3.3. Enamel (Alumunium cetak) bermotif islami. . Sebelum dipesan/dikirim kelokasi pekerjaan,
pemborong terlebih dahulu mengajukan contoh kepada direksi/ pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.

3.4. Alat sambung yang digunakan harus berkualitas baik dan sesuai dengan jenis dan ketebalan baja
yang digunakan.

3.5. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan garansi dari vendor dengan rentang garansi
disesuaikan.

3.6. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan teknis
operatif dari pabrik/produsen sebagai informasi bagi Pengawas.

3.7. Bahan lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi diperlukan dalam
penyelesaian/penggantian pekerjaan, harus baru, kualitas terbaik dan harus disetujui Pengawas.

3.8. Semua material baja harus bersih dari karat, lubang-lubang serta bebas dari tekukan, puntiran dan
kerusakan lainnya.

3.9. Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan di atas papan/balok kayu untuk
menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah. Dalam penumpukan material,
Penyedia Jasa Konstruksi harus menjamin keutuhan material dari kerusakan yang mungkin
terjadi.

3.10. Pengawas berhak menolak material-material baja yang tidak memenuhi syarat tersebut di
atas dan tidak diperkenan untuk difabrikasi.

Pasal 04

PENGUJIAN MATERIAL

4.1. Apabila dianggap perlu, maka pengawas dapat memerintahkan Penyedia Jasa Konstruksi
untuk menyediakan contoh material baja guna diadakan pengujian material. Semua biaya yang
timbul untuk keperluan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.

4.2. Pengawas akan melakukan pengujian pada hasil pengelasan. Type dan jumlah pengujian untuk
pengelasan disesuaikan dengan kebutuhan serta dilakukan atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.

4.3. Apabila ternyata terdapat material yang tidak memenuhi persyaratan seperti pasal 03 di atas,
maka pengawas berhak untuk menolak penggunaan material tersebut.

Pasal 05

SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

5.1. Gambar Kerja (Shop Drawing)

a. Sebelum fabrifikasi dimulai, Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat gambar- gambar kerja
yang diperlukan dan mengirim 4 set copy gambar kerja untuk disetujui oleh pengawas. Bila
mana disetujui, 2 set gambar kerja akan dikembalikan kepada Penyedia Jasa Konstruksi untuk
dapat dimulai pekerjaan fabrikasinya.
b. Pemeriksaan dan persetujuan pengawas atas gambar kerja tersebut hanyalah
menyangkut segi kekuatan struktur baja seperti:ukuran-ukuran/dimensi profil, ketebalan
plat, ukuran/jumlah baut/las, tebal pengelasan.
c. Ketepatan ukuran-ukuran, panjang lebar, tinggi dari elemen konstruksi yang berhubungan
dengan erection menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi. Dengan kata lain walaupun
semua gambar kerja telah disetujui oleh pengawas, tidaklah berarti mengurangi atau
membebaskan Penyedia Jasa Konstruksi dari tanggung jawab ketidak tepatan serta kemudahan
dalam erection elemen-elemen konstruksi baja.
d. Pengukuran dengan skala dalam gambar sama sekali tidak diperkenankan.

5.2. Fabrikasi

a. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan Manual Prosedur Fabrikasi termasuk


prosedur quality control kepada pengawas.
b. Fabrikasi dari elemen-elemen konstruksi baja harus dilaksanakan oleh tukang- tukang yang
berpengalaman dan diawasi oleh mandor-mandor yang ahli dalam konstruksi baja.
c. Pemotongan-pemotongan elemen-elemen harus dilaksanakan dengan rapi, dan pemotongan
besi harus dilakukan dengan blender dan bagian tepi di gerinda hingga halus dan
bebas dari bekas-bekas kotoran. Pemotongan dengan mesin las sama sekali tidak
diperbolehkan.

B. PEKERJAAN PERLINDUNGAN

Pasal 01

Lingkup Pekerjaan

1.1 Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

• Pekerjaan sealant.
• Pekerjaan grouting.
• Pekerjaan floor hardener.
• Pekerjaan waterproofing.

1.2 Pekerjaan Sealant.


Semua celah pada sambungan unit saniter dan aksesorisnya terhadap dinding, lantai maupun antara
pipa. Semua celah pada kaca dengan rangka dan dinding. Semua celah pada kusen PVC.

1.3 Pekerjaan grouting


Semua pekerjaan penutup celah yang terjadi pada bahan / material metal yang tertanam dalam beton
maupun pasangan bata.

1.4 Pekerjaan Floor Hardener


Pelapisan dengan bahan / material floor hardener untuk permukaan lantai beton pada R. Pompa, R.
Gardu, R. ME, dan atau sesuai Gambar Kerja.

1.5 Pekerjaan Waterproofing


Pelapisan dengan bahan / material waterproofing untuk bahan / material waterproofing lembaran
untuk permukaan atas pelat atap beton.
Pasal 02

PERSYARATAN BAHAN

2.1 Pekerjaan Sealant


Bahan sealant harus sesuai dengan kegunaan, fungsi dan bahan / material, tahan cuaca, kedap air,
tahan terhadap garam dan alkali, bersifat elastis untuk menghadapi perubahan temperatur, tahan
benturan dan berdaya lekat tinggi dan bahann dasar dari Poly Urethan.
Produk : FOSROC
Nama bahan : NITOSEAL 118

2.2 Pekerjaan grouting


Bahan grouting dari jenis non-shrink dan non-metallic dengan pemakaian dicampur semen.
Produk : FOSROC
Nama bahan : CONBEXTRA GP
Bahan grouting untuk penutup / pengisi keretakan beton dari jenis epoxy dengan pemakaian
diinjeksikan kedalam retakan. Pekerjaan harus dilaksanakan oleh aplicator dengan garansi.
Produk : FOSROC
Nama bahan : CONBEXTRA EP

2.3 Pekerjaan Floor Hardener


Bahan floor hardener dari jenis non-metallic siap pakai, tahan gesek, tahan aus, tahan benturan,
tahan minyak dan oli, anti slip dan memiliki ketahanan terhadap beban 5 – 10 kg/m2.
Produk : FOSROC
Nama bahan : NITOFLOOR HARDTOP
Dosis : 5 kg/m2
Warna : Ditentukan kemudian.

2.4 Pekerjaan Waterproofing.


Untuk Waterproofing Atap menggunakan PROOFEX TORHCHEAL 3P merk FOSROC, merupakan
waterproofing berbentuk lembaran (membran) dengan bahan dasar bitumen dan polyester.

2.5 Pemasangan dengan teknik pemanasan (torching) dan ketebalan 3 mm.

2.6 Penyerahan bahan / material di tempat pekerjaan harus dalam keadaan masih utuh, tertutup baik dan
tersegel dalam kemasannya serta berlabel seperti waktu diterima dari Distributor / Pabrik. Jika dalam
keadaan cacat atau rusak, maka bahan / material tersebut tidak diperkenankan untuk dipakai.

Pasal 03

PELAKSANAAN

Sebelum pelaksanaan, permukaan dari semua bahan / material yang termasuk dalam pekerjaan harus
bersih dan bebas dari debu, minyak, air dan noda maupun kotoran lainnya. Peil atau elevasi
permukaan tersebut sudah disetujui Konsultan Pengawas. Apabila dari bahan / material yang dipakai
ada yang mengandung bahan dasar yang beracun atau membahayakan kesehatan & keselamatan
manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung misalnya : masker, sarung tangan
dan sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan. Selama pelaksanaan
pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh Tenaga Ahli / Supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal
ini ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat di klaim sebagai pekerjaan tambah. Prosedur
pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik.
3.1 Pekerjaan Sealant

Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus benar-benar kering, bersih dan bebas dari debu,
minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan, partikel bahan / material yang terlepas maupun noda dan
kotoran lainnya. Permukaan material harus sudah difinish.

Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini di dalam ruangan tertutup karena sealant
memerlukan kelembaban atmosfir untuk mengeras.

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan cara pemasangan dan jenis
sealant yang dibedakan berdasarkan macam / jenis material yaitu :

• Material keramik / kaca


• Material metal
• Material kayu
• Material beton
• Permukaan aduk plesteran dan lain-lain

Kontraktor harus mengikuti semua persyaratan / spesifikasi pabrik.

3.2 Pekerjaan Grouting

a. Persiapan Permukaan
• Metal yang tertanam telah diberi cat dasar atau cat anti karat. Terkecuali untuk baja stainless
steel, persyaratan ini tidak berlaku.
• Permukaan lubang pada beton maupun pasangan batu bata harus bersih dan bebas dari
debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan/semen, partikel bahan / material yang
terlepas maupun noda dan kotoran lainnya.
• Sebelum pemberian grouting, permukaan lubang harus dibasahkan terlebih dahulu tetapi
tidak diperkenankan ada butiran air di atas permukaan tersebut pada waktu pelaksanaan
grouting.
b. Pelaksanaan
Aduk grouting diisikan dari satu arah menerus hingga seluruh celah / lubang tertutup padat,
tidak ada rongga, rata permukaan agar tidak terbentuk rongga udara.
Apabila celah / lubang berukuran kecil, pengisian aduk grouting dapat mempergunakan
corong atau alat lain.
c. Perawatan (curing) dan perbaikan
Permukaan aduk grouting harus dilindungi dari pengeringan dan pengerasan yang terlalu
cepat yaitu dengan ditutup oleh kain basah.

3.3 Pekerjaan Floor Hardener

a. Persiapan Permukaan
Bidang permukaan lantai harus rata, tidak terdapat retak-retak, tidak ada lubang dan celah-
celah. Jika ada retak, lubang atau celah, harus ditutup dengan adukan kedap air (trasraam)
sampai rata terhadap permukaan sekelilingnya.
b. Pelaksanaan
Pekerjaan lapisan floor hardener dilaksanakan setelah ada persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan lapisan floor hardener dengan
mengikuti persyaratan dari pabrik pembuat.
c. Pemeliharaan
Lapisan floor hardener yang telah selesai terpasang harus dihindarkan dari terjadinya
kerusakan dan cacat akibat adanya pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan lain.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada permukaan lapisan floor hardener harus diperbaiki
oleh Kontraktor hingga mencapai mutu pekerjaan seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi
ini tanpa adanya biaya tambahan.

3.4 Pekerjaan Waterproofing

a. Persiapan Permukaan
Bekisting pada bagian / sisi bawah pelat lantai dan pelat atap beton harus sudah dilepas agar
tidak menghambat butir-butir air dalam beton untuk keluar.
Perawatan beton minimum telah melewati 7 hari dari yang dipersyaratkan Pekerjaan beton
struktural. Permukaan harus betul-betul kering sebelum pelaksanaan lapisan waterproofing.
Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak, retak atau lubang, serbuk aduk beton,
debu gumpalan aduk beton, bagian-bagian yang menonjol tajam, permukaan halus dan rata.
Retak, lubang yang tidak berguna dan sebagainya harus ditutup dengan aduk kedap air 1 Pc :
3 Ps hingga padat dan diratakan permukaannya.
b. Pekerjaan Waterproofing cair
Perbandingan campuran powder dan cairan disesuaikan dengan dosis yang ditentukan oleh
pabrik.
Pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan menggunakan kuas, disemprot atau
trowel.
c. Aplikasi / Pemasangan pada Pelat Beton
Plat atap beton harus sudah berumur 28 hari, atau bila memakai bahan pemadat (densifier)
plat beton telah benar-benar mengeras, sesuai dengan hasil tes laboratorium. Kemiringan
ideal menuju arah roof drain (sesuai yang dicantumkan dalam Gambar Kerja).
Semua dudukan instalasi / pipa dan lain-lain harus sudah terpasang. Ujung pemberhentian
sepanjang bidang tegak / parapet / dinding dibuat groove + 2 cm. Pada bidang pertemuan
antara plat lantai dan dinding atau parapet serta semua dudukan beton atau instalasi akan
diisi adukan 5 x 5 cm.
d. Lapisan Pelindung
Apabila diperlukan lapisan pelindung, dibuat dari lapisan (screed) kedap air 1 Pc : 3 Ps dengan
tulangan kawat kasa ayam. Tebal lapisan minimal 3 cm dan maksimal 8 cm.
e. Pengujian
Kontraktor harus melaksanakan pengujian kebocoran setelah selesai pekerjaan lapisan
waterproofing.
Cara pengujian dengan menuangkan air ke permukaan yang telah tertutup lapisan
waterproofing hingga ketinggian + 50 mm dan dibiarkan selama 3 x 24 jam.
f. Perbaikan Lapisan Waterproofing
Apabila terjadi ketidak-sempurnaan dalam pelaksanaannya (terjadi kebocoran), maka
Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali pekerjaan tersebut hingga sempurna dan
disetujui Konsultan Pengawas dan biaya perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
Metoda pelaksanaan perbaikan waterproofing harus mengikuti petunjuk / saran dari
pakarnya dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
g. Jaminan / Garansi
Kontraktor wajib menyerahkan jaminan / garansi tertulis bahwa pekerjaan, perbaikan dan
perawatan dari bagian-bagian pekerjaan perlindungan ini telah dilaksanakan dengan standar
sesuai spesifikasi teknis dari pabrik pembuat.
Jaminan / garansi untuk pekerjaan perlindungan tersebut tidak kurang dari 5 tahun setelah
masa pemeliharaan
BAB XIII

PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI

A. PLAFOND RANGKA METAL

Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
pekerjaan plafond gypsumboard, calsium silicate board, pvc dan sebagainya sesuai dengan yang tertera
pada gambar.

Pasal 02

PENGENDALIAN PEKERJAAN

Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan


dalam:
- ASTM
- PUBBI 1970
- PKKI
Pasal 03

BAHAN-BAHAN

3.1. Rangka Plafond

Untuk rangka plafond digunakan bahan zincalume/galvalume hollow ukuran 40 x 40 cm dengan


ketebalan plat 0,55 mm. Rangka di ramset pada beton atau diberi penggantung besi dia.6 mm
pada rangka kuda-kuda.

3.2. Penutup Plafond

I. Gypsum board 9 mm produksi Jayaboard atau setara


II. Calsium Silicate Board 6 mm prouksi Kalsiboard dari Eternit Gresik
III. UPVC produksi Shunda Plafon.
IV. Lokasi dan ukuran : sesuai gambar.

Pasal 04

CONTOH-CONTOH

4.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus memberikan contoh-contoh bahan


untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.

4.2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan digunakan sebagai
standard/pedoman untuk memeriksa/menerima bahan yang dikirim oleh Pemborong ke lapangan.

59
Pasal 05

PELAKSAAAN

5.1. Pemasangan rangka plafon dipasang dengan jarak ukuran maksimal 60 x 120 cm. Plafon
gypsumboard/calsium silicate board discrew pada tiap jarak 20 cm pada bagian tepi atau 30 cm pada
bagian tengah. Ukuran screw adalah 1” dengan bahan mutu terbaik dan tidak karat. Plafon UPVC
dipasang sesuai petunjuk dari podusen pembuat.

5.2. Pada pekerjaan plafond ini diperlukan adanya pekerjaan lain yang mempunyai hubungan erat
dalam pelaksanaannya. Sebelum pemasangan plafond dilaksanakan, pekerjaan lain yang terletak di
atas plafond harus sudah terpasang.

5.3. Bila pekerjaan tersebut tidak tercantum pada gambar rencana plafond harus diteliti dahulu pada
gambar-gambar instalasi yang lain (EL, PL, AC dan lain-lain). Untuk pemasangan harus konsultasi
Perencana.

5.4. Bahan-bahan penggantung disesuaikan dengan kebutuhan dan gambar.

5.5. Pada pertemuan bidang planfond dengan dinding harus diperhatikan dan pelaksanaannya
harus sesuai dengan gambar.

5.6. Pemborong harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka Pemborong tersebut harus
mengganti tanpa biaya tambahan.

Pasal 06

PENGUJIAN MUTU BAHAN

6.1. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Pemborong wajib memberikan Pengawas“Certificate


Test” bahan-bahan plafond dari produsen.

6.2. Bila tidak ada sertifikat tersebut, Pemborong harus melakukan pengujian atas bahan bahan di
laboratorium yang akan ditunjuk kemudian.

6.3. Hasil pengujian dari laboratorium deserahkan kepada Pengawas.

6.4. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut menjadi tanggung jawab
Pemborong.

B. DINDING PARTISI RANGKA METAL

Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan dinding partisi seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.
Pasal 02

BAHAN-BAHAN

2.1. Spesifikasi Bahan

Rangka dinding terdiri dari steel track dan steel stud yang terbuat dari bahan Zincalume /
Galvalume. Ukuran steel track adalah U - 70x40 mm dengan ketebalan0,6 mm, sedangkan steel
stud adalah C - 70x40 mm tebal 0,8 mm atau hollow 70x40 mm tebal 0,8 mm.
Penutup dinding : Calsium Silicate Board (kalsiboard) dari Eternit Gresik atau setara dengan
ketebalan 8 mm.

2.2. Bahan lain yang tidak terdapat pada daftar di atas tetapi diperlukan dalam penyelesaian /
penggantian pekerjaan, harus disetujui
pengawas.

Pasal 03

CONTOH-CONTOH

3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus memberikan contoh-contoh bahan


untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.

3.2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan digunakan sebagai
standard/pedoman untuk memeriksa/menerima bahan yang dikirim oleh Pemborong ke lapangan.

Pasal 05

PELAKSANAAN

5.1. Pekerjaan dinding partisi harus diselesaikan setelah pekerjaan penutup lantai dan plafon selesai.

5.2. Rangka dinding terdiri dari track yang dipasang horizontal pada lantai dan plafond dan stud yang
dipasang vertikal setiap jarak 60 cm. Bahan dinding discrew dengan jarak30 cm pada dinding tepid an
40 cm pada dinding tengah dengan screw ukuran 1”.

5.3. Pemasangan dinding partisi harus benar-benar tegak tanpa miring.

5.4. Pemborong harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan denganpekerjaan lain.
Jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka pemborong terseut harus mengganti tanpa
biaya tambahan.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

BAB XIV

PEKERJAAN ELEKTRIKAL

1.1 UMUM

Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada klausul dari persyaratan ini yang
dituliskan kembali dalam persyaratan teknis ini, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul
tersebut dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum.

1.2. PERATURAN DAN ACUAN

Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada Peraturan Nasional, Keputusan
Menteri, Assosiasi Profesi Internasional, Standar Nasional maupun Internasional yang terkait. Kontraktor
dianggap sudah mengenal dengan baik standard dan acuan nasional maupun internasional. Adapun standar
atau acuan yang dipakai, tetapi tidak terbatas, antara lain seperti dibawah ini :

a. SNI-04-0227-1994 tentang Tegangan Standar.


b. SNI-04-0255-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi
Listrik.
c. SNI-03-7015-2004 tentang Sistem Proteksi Petir pada Bangunan. d. SNI-03-6197-2000 tentang Konversi
Energi Sistem Pencahayaan.
e. SNI-03-6574-2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah dan Sistem
Peringatan Bahaya pada
Bangunan.
f. SNI-03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada
Bangunan.
g. SNI-03-7018-2004 tentang Sistem Pasokan Daya darurat h. Standard Internasional antara lain : IEC,
DIN,BS
dll.

1.3. GAMBAR-GAMBAR

1. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang saling
melengkapi dan sama mengikatnya.
2. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan
pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada,
petunjuk instalasi dari pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan pengoperasian serta
pemeliharaannya jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
3. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar kerja dan detail, “Shop
Drawing” kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih
dahulu sebanyak 3 (tiga) set. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Kontraktor
dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini. Persetujuan
tersebut tidak berarti membebaskan Kontraktor dari kesalahan yang mungkin terjadi dan dari
tanggung jawab atas pemenuhan kontrak.
4. Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar terinstalasi, “As-built Drawings” disertai
dengan
Operating Instruction, Technical and Maintenance Manual, harus diserahkan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi pada saat penyerahan pertama pekerjaan dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari atas
1 (satu) asli kalkir berikut softcopynya dan 4 (empat) cetak biru dan dijilid serta dilengkapi dengan daftar
isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A1 atau disebutkan lain dalam proyek ini. As-built
Drawing ini harus benar-benar menunjukkan secara detail seluruh instalasi Elektrikal yang ada
termasuk dimensi perletakan dan lokasi peralatan.
5. Operating Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus cetakan asli (original)
berikut
terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sebanyak 5 (lima) set dan dijilid dan dilengkapi dengan daftar
isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A4. 62
1.4. KOORDINASI

1. Kontraktor instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Kontraktor lainnya, agar pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
2. Koordinasi yang baik perlu ada agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan instalasi
lain.
3. Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari Konsultan Manajemen
Konstruksi, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibat menjadi tanggung jawab
Kontraktor ini.

1.5. RAPAT KOORDINASI LAPANGAN

1. Wakil Kontraktor harus selalu hadir dalam setiap rapat koordinasi proyek yang diatur oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
2. Peserta rapat koordinasi harus mengetahui situasi dan kondisi lapangan serta bisa memberi
keputusan terhadap sebagian masalah.

1.6. PERALATAN DAN MATERIAL

Semua peralatan dan bahan harus baru dan sesuai dengan brosur yang dipublikasikan, sesuai dengan spesifikasi
yang diuraikan, maupun pada gambar-gambar rencana dan merupakan produk yang masih beredar dan
diproduksi secara teratur.

1.6.1. Persetujuan Peralatan dan Material

1. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja (SPK), dan sebelum
memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Kontraktor diharuskan menyerahkan daftar
dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang
didalamnya tercantum nama-nama dan alamat manufacture, catalog dan keterangan- keterangan lain
yang dianggap perlu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Konsultan Perencana antara lain:

• Manufacturer Data Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang


tercetak jelas cukup detail sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.
• Performance Data
Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu tabel atau kurva yang meliputi
informasi yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan- peralatan lain yang ada kaitannya
dengan unit tersebut.
• Quality Assurance
Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap kualitas dari unit
berupa produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di beberapa lokasi
dan telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik.

2. Persetujuan oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi akan diberikan atas dasar
atau sesuai dengan ketentuan di atas.

1.6.2. Contoh Peralatan dan Material

1. Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan dipasang minimal dari 3 (tiga) merek
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi paling lama 2 (dua) minggu setelah daftar material disetujui.
Semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah
menjadi tanggungan Kontraktor.
2. Konsultan Manajemen Konstruksi tidak bertanggung jawab atas contoh bahan yang akan dipakai dan
semua
biaya yang tidak berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan contoh/dokumen ini.
1.6.3. Peralatan dan Bahan Sejenis

Untuk peralatan dan bahan sejenis yang fungsi penggunaannya sama harus diproduksi pabrik
(bermerk), sehingga memberikan kemungkinan saling dapat dipertukarkan.

1.6.4. Penggantian Peralatan dan Material

1. Semua peralatan dan bahan yang diajukan dalam tender sudah memenuhi spesifikasi, walaupun
dalam pengajuan saat tender kemungkinan ada peralatan dan bahan belum memenuhi spesifikasi,
tetapi tetap harus dipenuhi se suai spesifikasi bila sudah ditunjuk sebagai Kontraktor .
2. Untuk peralatan dan bahan yang sudah memenuhi spesifikasi, karena suatu hal yang tidak bisa
dihindari terpaksa harus diganti, maka sebagai penggantinya harus dari jenis setaraf atau lebih baik
(equal or better) yang disetujui.
3. Bila Konsultan Manajemen Konstruksi membuktikan bahwa penggantinya itu betul setaraf atau lebih
baik, maka biaya yang menyangkut pembuktian tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor.

1.6.5. Pengujian dan Penerimaan

1. Khusus peralatan utama seperti Kubikal tegangan menengah, Transformator dan Genset dan
kelengkapannya, harus ditest dahulu oleh Pemilik dan didampingi Konsultan Perencana di pabrik masing-
masing yang sebelumnya sudah ditest oleh pabrik yang bersangkutan dan disetujui untuk dikirim ke
lapangan.
2. Semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini dikirim dan dipasang dan telah
memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan
pengujian secara keseluruhan dari peralatan - peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan
memenuhi fungsi - fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit lengkap
dengan peralatannya dapat diserahkan berdasarkan Berita Acara oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

1.6.6. Perlindungan Pemilik

Atas penggunaan bahan/material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor, Pemilik dijamin dan dibebaskan
dari segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.

1.7. IZIN-IZIN

Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh biaya yang
diperlukannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.7.1. Pelaksanaan pemasangan

1. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja
dan detailnya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui. Yang
dimaksud gambar kerja disini adalah gambar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan, lengkap
dengan dimensi peralatan, jarak peralatan satu dengan lainnya, jarak terhadap dinding, jarak pipa
terhadap lantai, dinding dan peralatan, dimensi aksesoris yang dipakai. Konsultan Manajemen Konstruksi
berhak menolak gambar kerja yang tidak mengikuti ketentuan tersebut diatas.
2. Kontraktor diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran/kapasitas peralatan (equipment)
yang akan dipasang. Apabila terdapat keraguan- keraguan, Kontraktor harus segera menghubungi
Konsultan Manajemen Konstruksi untuk
berkonsultasi.
3. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan yang sebelumnya tidak dikonsultasikan
dengan Konsultan Manajemen Konstruksi, apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi tanggung
jawab Kontraktor. Untuk itu pemilihan peralatan dan material harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Manajemen Konstruksi atas rekomendasi Konsultan Perencana.
4. Pada beberapa peralatan tertentu ada asumsi yang digunakan konsultan dalam menentukan performnya,
asumsi-asumsi ini harus diganti oleh Kontraktor sesuai actual dari peralatan yang dipilih maupun
kondisi
lapangan yang tidak memungkinkan. Untuk itu Kontraktor wajib menghitung kembali performanya dari
peralatan tersebut dan memintakan persetujuan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.

1.7.2. Penambahan/Pengurangan/Perubahan Instalasi

1. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana karena penyesuaian dengan kondisi
lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Konsultan Perencana dan Konsultan
Manajemen Konstruksi.
2. Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi sebanyak rangkap 3 (tiga) set yang akan dikirim oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi kepada Konsultan Perencana.
3. Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Kontraktor kepada Konsultan
Manajemen
Konstruksi secara tertulis dan jika terjadi pekerjaan tambah/kurang/perubahan yang ada harus
disetujui oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi secara tertulis.

1.7.3. Sleeves dan Inserts

Semua sleeves menembus lantai beton untuk instalasi sistem elektrikal harus dipasang oleh Kontraktor.
Semua inserts beton yang diperlukan untuk memasang peralatan, termasuk inserts untuk penggantung
(hangers) dan penyangga lainnya harus dipasang oleh Kontraktor.

1.7.4. Pembobokan, Pengelasan dan


Pengeboran

1. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan instalasi
ini serta mengembalikannya ke kondisi semula, menjadi lingkup pekerjaan Kontraktor instalasi ini.
2. Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada persetujuan dari
pihak
Konsultan Manajemen Konstruksi secara tertulis.

1.7.5. Pengecatan

Semua peralatan dan bahan yang dicat, kemudian lecet karena pengangkutan atau pemasangan harus
segera ditutup dengan dempul dan dicat dengan warna yang sama, sehingga nampak seperti baru kembali.

1.8. PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN

1. Kontraktor instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan
berpengalaman yang harus selalu ada di lapangan, yang bertindak sebagai wakil dari Kontraktor dan
mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan bertanggung jawab penuh
dalam menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
2. Penanggung jawab tersebut di atas juga harus berada di tempat pekerjaan pada saat
diperlukan/dikehendaki oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

1.9. PENGAWASAN

1. Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah dilakukan oleh Konsultan
Manajemen
Konstruksi.
2. Konsultan Manajemen Konstruksi harus dapat mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian
pekerjaan, bahan dan peralatan. Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
3. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan Konsultan
Manajemen
Konstruksi adalah tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4. Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas harian diluar jam-jam kerja (08.00 sampai dengan 16.00), dan
hari libur maka segala biaya yang diperlukan untuk hal tersebut menjadi beban Kontraktor yang
perhitungannya disesuaikan dengan peraturan pemerintah. Permohonan untuk mengadakan
pengawasan tersebut harus dengan surat yang disampaikan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.
5. Di tempat pekerjaan, Konsultan Manajemen Konstruksi menempatkan petugas- petugas pengawas
yang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan Kontraktor, agar pekerjaan dapat dilaksanakan
atau dilakukan sesuai dengan isi surat perjanjian Pelaksanaaan Pekerjaan serta dengan cara-cara yang
benar dan tepat serta cermat.

1.10. LAPORAN-LAPORAN

1.10.1. Laporan Harian dan Mingguan

1. Kontraktor wajib membuat laporan harian dan mingguan yang memberikan gambaran mengenai:

• Kegiatan fisik
• Catatan dan perintah Konsultan Manajemen Konstruksi yang disampaikan secara lisan maupun
tertulis.
• Jumlah material masuk/ditolak.
• Jumlah tenaga kerja dan keahliannya
• Keadaan cuaca
• Pekerjaan tambah/kurang
• Prestasi rencana dan yang terpasang

2. Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan setelah ditandatangani oleh
manajer proyek harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk diketahui/disetujui.

1.10.2. Laporan Pengetesan

1. Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dalam rangkap 3
(tiga) mengenai hal-hal sebagai berikut :

• Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi


• Hasil pengetesan mesin atau peralatan
• Hasil pengetesan kabel
• Hasil pengetesan kapasitas aliran udara, kuat arus, tegangan, tekanan, dll

2. Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.

1.11. PEMERIKSAAN RUTIN DAN KHUSUS

1. Pemeriksaan rutin dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi
ini secara periodik dan tidak kurang dari tiap 2 (dua) minggu, atau ditentukan lain oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.
2. Pemeriksaan khusus dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini,
apabila ada permintaan dari pihak Konsultan Manajemen Konstruksi dan atau bila ada gangguan
dalam instalasi ini.

1.12. KANTOR KONTRAKTOR, LOS KERJA DAN GUDANG

1. Kontraktor diharuskan untuk membuat kantor, gudang dan los kerja di halaman tempat
pekerjaan, untuk keperluan pelaksanaan tugas administrasi lapangan, penyimpanan barang/bahan
serta peralatan kerja dan sebagai area/tempat kerja (peralatan pekerjaan kasar), dimana pelaksanaan
tugas instalasi berlangsung.
2. Pembuatan kantor, gudang dan los kerja ini dapat dilaksanakan bila terlebih dahulu mendapatkan ijin
dari pemberi tugas/Konsultan Manajemen Konstruksi.
1.13. PENJAGAAN

1. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus selama
berlangsungnya pekerjaan atas bahan, peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang disimpan di tempat kerja
(gudang lapangan).
2. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang tersebut di atas, menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

1.14. AIR KERJA

1. Semua kebutuhan air yang diperlukan dalam setiap bagian pekerjaan dan sebagainya harus
disediakan oleh pihak Kontraktor.
2. Apabila menggunakan sumber air yang sudah ada (existing) harus dilengkapi dengan meter air, dan
berkoordinasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi terlebih dahulu.

1.15. PENERANGAN, SUMBER DAYA LISTRIK

1. ada kantor, los kerja, gudang dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan yang dianggap perlu, harus
diberi penerangan yang cukup.
2. Daya listrik baik untuk keperluan penerangan maupun untuk sumber tenaga/daya kerja harus
diusahakan oleh Kontraktor. Bila menggunakan daya listrik dari bangunan existing, harus dilengkapi dengan
KWh meter dan berkoordinasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi terlebih dahulu.

1.16. KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN

1. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan tempat
pekerjaan dilaksanakan dalam bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih.
2. Penimbunan/penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang maupun di luar (halaman),
harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak mengganggu
pekerjaan dari bagian lain.
3. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan olehKonsultan Manajemen
Konstruksi pada waktu pelaksanaan.

1.17. KECELAKAAN DAN PETI PPPK

1. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka Kontraktor
diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban atau para korban, serta
melaporkan kejadian tersebut kepada instansi dan departement yang bersangkutan/berwenang (dalam hal
ini Polisi dan Department Tenaga Kerja) dan mempertanggung jawabkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
2. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan pertama pada kecelakaan
harus selalu ada di tempat pekerjaan.

1.18. TESTING DAN COMMISSIONING

1. Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning yang dianggap perlu untuk
mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua
persyaratan yang diminta, sesuai dengan prosedur testing dan commissioning dari pabrik pembuat dan
instansi yang berwenang.
2. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut merupakan
tanggung jawab Kontraktor termasuk daya listrik untuk testing.

1.19. MASA PEMELIHARAAN DAN SERAH TERIMA PEKERJAAN

1. Peralatan dan sistem instalasi ini harus digaransi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak saat
penyerahan pertama.
2. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak saat
penyerahan pertama, bila Konsultan Manajemen Konstruksi/Pemberi Tugas menentukan lain, maka yang
terakhir ini yang akan berlaku.
3. Selama masa garansi, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih merupakan tanggung
jawab
Kontraktor sepenuhnya.
4. Selama masa garansi ini, untuk seluruh instalasi ini Kontraktor diwajibkan mengatasi segala
kerusakan
yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
5. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Kontraktor instalasi tidak melaksanakan teguran dari
Konsultan Manajemen Konstruksi atas perbaikan/penggantian/ penyetelan yang diperlukan, maka
Konsultan Manajemen Konstruksi berhak menyerahkan perbaikan/penggantian/penyetelan tersebut
kepada pihak lain atas biaya Kontraktor instalasi ini.
6. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor instalasi harus melatih petugas- petugas yang ditunjuk oleh
Pemilik dalam teori dan praktek sehingga dapat mengenali sistem instalasi dan dapat melaksanakan
pengoperasian dan pemeliharaannya.
7. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti pemeriksaan
dengan hasil yang baik yang ditandatangani bersama oleh Kontraktor dan Konsultan Manajemen
Konstruksi.
8. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah
:
• Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan baik,
ditandatangani bersama oleh Kontraktor dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
• Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction, Technical dan
Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4 (empat) copy telah
diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.
• Manual book untuk setiap peralatan harus di buat dalam Bahasa Indonesia.

1.20. GARANSI

Setiap sertifikat pengetesan harus diserahkan oleh pabrik pembuatnya. Bila peralatan mengalami kegagalan
dalam pengetesan-pengetesan yang disyaratkan di dalam spesifikasi teknis ini, maka pabrik pembuat
bertanggung jawab terhadap peralatan yang diserahkan, sampai peralatan tersebut memenuhi syarat-
syarat, setelah mengalami pengetesan ulang dan sertifikat pengetesan telah diterima dan disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

1.21. TRAINING

Sebelum penyerahan pertama pekerjaan, Kontraktor harus menyelenggarakan semacam pendidikan dan latihan
serta petunjuk praktis operasi kepada orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi dan perawatan
lengkap dengan 3 copies buku Operating Maintenance, Repair Manual dan As-built drawing, segala
sesuatunya atas biaya Kontraktor.
PASAL 2. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL

2.1. UMUM

1. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen
Kontrak dengan teliti untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan ini.
2. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi
ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan
harus sesuai dengan ketentuan- ketentuan pada spesifikasi ini.
3. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi
yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau
peralatan tersebut, sehingga sesuai dengan ketentuan pada RKS ini tanpa adanya ketentuan tambahan
biaya.

2.2. LINGKUP PEKERJAAN

2.2.1. Pengadaan, pemasangan dan pengaturan dari peralatan, perlengkapan dan bahan yang disebutkan
dalam gambar atau Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, dalam kondisi lengkap terpasang dan siap
dioperasikan antara lain :

1. Pengadaan dan Pemasangan Transformator Distribusi 500 kVA termasuk pengkabelannya.


2. Pengadaan dan pemasangan Diesel Generating sets 500 kVA beserta panel kontrol dan
pengkabelannya.
3. Sistem interlock antara suplai daya PLN dan Genset, ATS (automatic transfer switch) dan
AMF (automatic main failure).
4. Kabel feeder untuk panel penerangan dan panel-panel tenaga.
5. Panel-panel penerangan dan stop kontak (LP), Panel AC, Panel DistribusiTegangan Rendah
(MDP) dan SDP secara lengkap.
6. Pengadaan dan pemasangan sistem penerangan secara lengkap termasuk di dalamnya
pengkawatan dan konduit, titik nyala lampu, armature, saklar dan seluruh stop-kontak.
7. Pengadaan dan pemasangan peralatan kontrol berikut panelnya.
8. Pekerjaan pembumian/grounding.

2.2.2. Penyambungan Daya baru PLN termasuk ijin dan UJL.

2.2.3. Pengadaan, pemasangan dan mengecek ulang atas design, baik yang telah disebutkan dalam
gambar/Rencana Kerja dan Syarat-syarat maupun yang tidak disebutkan namun secara umum/teknis
diperlukan untuk memperoleh suatu sistem yang sempurna, aman, siap pakai dan handal.

2.2.4. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengujian, dan pengesahan seluruh instalasi listrik yang terpasang.

2.2.5. Menyerahkan gambar instalasi yang terpasang (As-built drawings).

2.3. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

2.3.5. Kabel Tegangan Rendah

1. Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Manajemen Konstruksi.
2. Pada prinsipnya kabel-kabel yang dipergunakan adalah jenis NYY, NYM, NYA, NYFGbY, dan BCC. Untuk
kabel feeder/power dari jenis NYY, kabel penerangan dipergunakan kabel NYM, kabel stop kontak dan AC
menggunakan kabel NYM sedangkan untuk kabel grounding dari jenis BCC atau NYA dan untuk feeder
lampu taman menggunakan kabel NYFG.
3. Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm².
2.3.6. Lighting Fixtures

Lighting fixtures yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Lampu LED tube 2 x 16 W , 2 x 1600 lumen, recessed mounted, with metalic aluminium louvre
2. Lampu LED tube 2 x 8 W , 2 x 800 lumen, recessed mounted, with metalic aluminium louvre
3. Lampu Baret dengan TL circular 20 W
4. Lampu Downlight LED 7 W, 600 lumen, Ø = 100 mm
5. Lampu Downlight LED 18 W, 2000 lumen, Ø = 125 mm
6. LED panel, 40 W, 3518 lm, 620 mm x 620 mm
7. Lampu Trunkable linea batten, 120 cm, 13 W, 1000 lm, 3000 K
8. Lampu Exit LED 3 W
9. Lampu taman dengan LHE 26 W dan tiang 1,5 m
10. Lampu PJU SON-T 250 W dgn tiang octagonal 9 m
11. Lampu sorot (vision lamp) Led 40 W

2.3.7. Kotak-Kontak dan Saklar

1. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipasang pada dinding tembok bata adalah tipe pemasangan
masuk/inbow (flush mounting).
2. Kotak-kontak biasa (inbow) yang dipasang mempunyai rating 16 A sedangkan saklar mempunyai
rating minimum 10 A.
3. Ada tiga penempatan stop kontak yaitu di dinding, di lantai dan di plafond
4. Flush-box (inbow doos) untuk tempat saklar, kotak-kontak dinding harus dipakai dari jenis bahan blakely.
5. Untuk stop kontak yang dipasang di lantai harus diberi penutup yang cukup untuk melindungi dari
masuknya air ke dalam stop kontak.

2.3.8. Konduit

1. Konduit instalasi penerangan yang dipakai adalah dari jenis PVC High Impact.
2. Factor pengisian konduit harus mengikuti ketentuan pada PUIL.

2.3.9. Rak kabel/Cable Tray

1. Rak kabel terbuat dari plat galvanis dan buatan pabrik, ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Penggantung dibuat dari Hanger Rod, jarak antar penggantung maximum 1 m. Penggantung harus rapi &
kuat sehingga bila ada pembebanan tidak akan berubah bentuk. Penggantung harus dicat dasar anti karat
sebelum dicat akhir dengan warna abu-abu.
3. Bahan-bahan untuk rak kabel dan penggantung harus buatan pabrik.

2.3.10. Perlengkapan Instalasi

1. Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material-material untuk melengkapi instalasi agar
diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan, handal dan mudah perawatan.
2. Seluruh klem kabel yang digunakan harus buatan pabrik.
3. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam junction box/doos, warna kabel harus sama.
4. Juction box/doos yang digunakan harus cukup besar dan dilengkapi tutup pengaman.

2.4. PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN

2.4.1. Panel-panel

1. Sebelum pemesanan/pembuatan panel, harus mengajukan gambar kerja untuk


mendapatkan persetujuan perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
2. Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuat dan harus rata (horizontal).
3. Letak panel seperti yang ditunjukan dalam gambar, dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
4. Untuk panel yang dipasang tertanam (inbow) kabel-kabel dari/ke terminal panel harus dilindungi pipa PVC
High Impact yang tertanam dalam tembok secara kuat dan teratur rapi. Sedangkan untuk panel yang
dipasang menempel tembok (outbow), kabel-kabel dari/ke terminal panel harus melalui cable tray.
5. Penyambungan kabel ke terminal harus menggunakan sepatu kabel (cable shoe) yang sesuai.
6. Ketinggian panel yang dipasang pada dinding (wall-mounted) = 1,600 mm dari lantai terhadap as panel.
7. Semua panel harus dbumikan.

2.4.2. Kabel–Kabel

1. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas dan tidak mudah lepas
untuk mengindentifikasikan arah beban.
2. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk mengidentifikasikan phasenya
sesuai dengan ketentuan PUIL.
3. Kabel daya yang dipasang horizontal/vertical harus dipasang pada cable ladder/tray, diikat dan disusun
rapi.
4. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada T-doos untuk instalasi
penerangan.
5. Untuk kabel dengan diameter 16 mm² atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
6. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan sleeve dari pipa
galvanis dengan penampang minimum 2 ½ kali penampang kabel.
7. Semua kabel yang dipasang di atas langit-langit harus diletakkan pada suatu rak kabel.
8. Kabel penerangan yang terletak di atas rak kabel harus tetap di dalam konduit.
9. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam kotak terminal yang terbuat dari
bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan dilengkapi dengan sekrup untuk tutupnya dimana tebal
kotak terminal tadi minimum 4 cm. Penyambungan kabel menggunakan las doop.
10. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m disetiap ujungnya.
11. Penyusunan konduit di atas rak kabel harus rapih dan tidak saling menyilang.
12. Kabel tegangan rendah yang akan dipasang harus mempunyai serifikat lulus uji dari PLN yang
terutama menjamin bahan isolasi kabel sudah memenuhi persyaratan.
13. Pengujian dengan Megger harus tetap dilaksanakan dengan nilai tahanan isolasi minimum 500 kilo
ohm.

2.4.3. Instalasi Kabel Bawah Tanah

1. Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman minimum 80 cm, dimana sebelum kabel ditanam
ditempatkan lapisan pasir setebal 15 cm dan setelah kabel di gelar, diatas kabel diberi lapisan pasir
lagi setebal minimum 10 cm kemudian diamankan dengan batu bata press sebagai pelindungnya. Lebar
galian minimum adalah 40 cm yang disesuaikan dengan jumlah kabel.
2. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi lainnya harus ditanam lebih
dalam dari 80 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis dengan penampang minimum 2 ½ kali
penampang kabel.
3. Penanaman kabel harus memenuhi peraturan yang berlaku dan persyaratan yang ditunjukan dalam
gambar/RKS.
4. Tidak diperkenankan melakukan pengurugan sebelum Konsultan Manajemen
Konstruksi memeriksa dan menyetujui perletakan kabel tersebut.
5. Penyambungan kabel feeder tidak diperbolehkan. Kabel harus utuh menerus tanpa sambungan.
6. Penanaman tidak boleh dilakukan dimalam hari.

2.4.4. Armatur Lampu

1. Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafond dari Arsitek dan disetujui oleh
MK
2. Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond, dimana lampu yang
terpasang harus mempunyai gantungan sendiri
3. Instalasi kabel penerangan yang berhubungan langsung de ngan lampu yang bersangkutan harus
dilengkapi dengan flexible conduit
4. Tiang lampu penerangan untuk diluar bangunan harus dipasang tegak
lurus.

2.4.5. Kotak–Kontak dan Saklar

1. Sesuai dengan keperluannya kotak-kontak dipasang di lantai, 300 mm dan 1500 mm dari permukaan
lantai. Kotak-kontak yang dipasang di lantai harus mempunyai tutup pengaman. Saklar yang akan
dipakai adalah tipe pemasangan masuk dan dipasang pada ketinggian 1.500 mm.
2. Kotak-kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab/basah harus dari tipe water dicht (bila
ada).
3. Kotak-kontak yang khusus dipasang pada kolom beton harus terlebih dahulu dipersiapkan sparing untuk
pengkabelannya disamping metal doos yang harus terpasang pada saat pengecoran kolom tersebut.

2.4.6. Pembumian (Grounding)

1. Sistem pembumian harus memenuhi peraturan yang berlaku dan persyaratan yang ditunjukan
dalam gambar/RKS.
2. Seluruh panel dan peralatan harus ditanahkan. Penghantar pembumian pada panel-panel
menggunakan BCC atau NYA dengan ukuran minimal 4 mm² dan maksimal 50 mm², penyambungan ke
panel harus menggunakan sepatu kabel (cable lug).
3. Dalamnya pembumian minimal 12 meter dan ujung elektroda pembumian harus mencapai permukaan
air tanah, agar dicapai harga tahanan tanah (ground resistance) dibawah 2 (dua) ohm, yang diukur setelah
tidak hujan selama 3 (tiga) hari berturut-turut.
4. Pengukuran Pembumian dilaksanakan oleh Kontraktor setelah mendapat persetujuan dari
Konsultan
Manajemen Konstruksi. Pengukuran ini harus disaksikan Konsultan Manajemen Konstruksi.

2.5. PENGUJIAN

Sebelum semua peralatan utama dari system dipasang, harus diadakan pengujian secara individual. Peralatan
tersebut baru dapat dipasang setelah dilengkapi dengan sertifikat pengujian yang baik dari pabrik pembuat dan
LMK/PLN serta instansi lainnya yang berwenang untuk itu. Setelah peralatan tersebut dipasang, harus
diadakan pengujian secara menyeluruh dari system untuk menjamin bahwa system berfungsi dengan baik. Semua
biaya yang timbul dari pelaksanakan pengujian menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Test meliputi :

• Test Beban Kosong (No Load Test)


• Test Beban Penuh (Full Load Test)

2.5.1. No Load Test

2.5.1.1. Test ini dilakukan tanpa beban artinya peralatan ditest satu per satu seperti misal pengujian
Instalasi
0,6/1 KV (Kabel Tegangan Rendah):

• Pengukuran tahanan isolasi dengan megger 1,000 Volt


• Pengukuran tahanan instalasi dengan megger 1,000 Volt
• Pengukuran tahanan pembumian

2.5.1.2. Dan harus diberikan hasil test berupa Laporan Pengetesan/hasil pengujian pemeriksaan.
Apabila hasil pengujian dinyatakan baik, maka test berikutnya harus dilaksanakan secara keseluruhan
(Full Load Test).
2.5.2. Full Load Test (Test Beban Penuh)

2.5.2.1. Test beban penuh ini harus dilaksanakan Kontraktor sebelum penyerahan pertama pekerjaan.
Test ini meliputi :

• Test nyala lampu-lampu dengan nyala semuanya.


• Test pompa-pompa seluruhnya, yang dilaksanakan bersama-sama sub pekerjaan pompa pompa.
• Test peralatan (beban) lainnya.

2.5.2.2. Lamanya test ini harus dilakukan 3 x 24 jam non stop dengan beban penuh, dan semua biaya dan
tanggung jawab teknik sepenuhnya menjadi beban Kontraktor, dengan schedule/pengaturan
waktu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

2.5.2.3. Hasil test harus mendapat pengesahan dari Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
Selesai test 3 x 24 jam harus dibuatkan Berita Acara test jam untuk lampiran penyerahan pertama
pekerjaan.

2.6. REFERENSI PRODUK

2.6.1. Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan
alternatif lain yang setaraf dengan yang dispesifikasikan. Kontraktor baru dapat mengganti bila ada
persetujuan resmi dan tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

2.6.2. Produk bahan dan peralatan, pada dasarnya adalah sebagai berikut :

No Uraian Spesifikasi Teknis Merk/Produk

1 Pemutus rangkaian MCCB motorized, MCCB, MCB, SCHNEIDER, ABB atau


2 Modul inteligen Type Digital include Protection Comap, DEEP SEA atau
Device setara
3 Panel Manufacturer Free standing & wall mounted LOKAL
Finishing box powder :
Powder coating
4 Measuring Device Power meter digital, Ampere meter, Schneider, ABB atau setara
Volt meter
5 Push Button & Pilot Standard Schneider, Axle, Rivalco, atau
6 Time Switch Standard ABB, Panasonic atau setara
Standard Schneider, ABB, atau setara
Standard Schneider, GAE, CIC, atau
8 Kabel – kabel NYY, NYA, NYM, NYFGbY Supreme, Kabelindo, Kabel
9 Konduit PVC High Impact Ega, Clipsal, Pralon, atau
10 Cable Mark Standard 3M, Legrand atau setara
11 Armature dan lampu Standard Artolite, Philips, Osram, atau
setara
12 Stop kontak, Saklar Type standard Schneider, Panasonic atau
13 Kabel tray / kabel ladderGalvanized Three Star, Metosu, Oni rack,
PASAL 3. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PENANGKAL PETIR

3.1. UMUM

1. Yang dimaksud dengan sistem penangkal petir dalam pekerjaan ini ialah semua penyediaan dan
pemasangan sistem penangkal petir, termasuk disini air terminal, penghantar down conductor,
electroda pembumian dan peralatan lainnya seperti yang ditunjukan dalam gambar rencana.
2. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen Kontrak
dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan ini.
3. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi
ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan
harus sesuai dengan ketentuan- ketentuan pada spesifikasi ini.
4. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi
yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau
peralatan tersebut, sehingga sesuai dengan ketentuan pada RKS ini tanpa adanya ketentuan tambahan
biaya.

3.2. LINGKUP PEKERJAAN

1. Pengadaan dan pemasangan instalasi penangkal petir jenis electrostatic and membrane system, termasuk
air terminal (batang penerima), down conductor pembumian/grounding dan bak kontrolnya serta
peralatan lain yang berkaitan dengannya sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-
bagiannya seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
2. Pengadaan barang/material, instalasi dan testing terhadap seluruh material, serah terima dan
pemeliharaan selama 12 bulan.
3. Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi/syarat-syarat teknis
tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan
kedalam pekerjaan ini.
4. Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah pengadaan dan
pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan perlengkapan sistem
penangkal petir sesuai dengan peraturan/standar yang berlaku seperti yang ditunjukkan pada syarat-syarat
umum untuk menunjang bekerjanya sistem/peralatan, walaupun tidak tercantum pada syarat-syarat teknis
khusus atau gambar dokumen.

3.3. AIR TERMINAL

1. Air terminal haruslah jenis electrostatic and membrane system dengan radius perlindungan minimal 60
meter.
2. Air terminal harus tidak menimbulkan gangguan gelombang dalam frekuensi radio (high frequency RFI),
kecuali pada saat terjadinya leader dan pada saat terjadinya sambaran balik (main return strike).
3. Bentuk dari air terminal harus sedemikian rupa, sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya pelepasan ion korona pada ujung runcingnya pada kondisi medan statis guruh.
4. Air terminal harus tidak mengalami korosi pada atmosfir normal.
5. Secara keseluruhan air terminal harus terisolasikan dari bangunan yang dilindunginya pada seluruh
kondisi.

3.4. SALURAN / PENGHANTAR

1. Saluran / penghantar adalah kabel NYA 70 mm2


2. Seluruh saluran penghantar, harus diusahakan tidak ada sambungan baik yang horizontal maupun yang
vertical / jalur menara, dengan kata lain kabel tersebut harus menerus dan utuh tanpa sambungan.
3.5. SAMBUNGAN PADA BAK KONTROL

Sambungan pada bak kontrol harus menjamin suatu kontak yang baik antar penghantar yang disambung dan tidak
mudah lepas. Sambungan harus diusahakan agar dapat dibuka untuk keperluan pemeriksaan atau pengetesan
tahanan tanah (ground resistance).

3.6. PENAMBAT / KLEM

Kabel yang turun kebawah vertikal harus diklem agar kuat, lurus dan rapi dan ditambatkan pada rangka/dinding
bangunan.

3.7. PEMBUMIAN

Tahanan pembumian harus lebih kecil dari 5 Ohm. Ground rod harus terbuat dari tembaga seperti gambar
rencana, ditanamkan ke dalam tanah secara vertikal sedalam minimal 12 (dua belas) meter dan harus
mencapai air tanah.

3.8. BAK KONTROL

Pada setiap ground rod harus dibuatkan bak pemeriksaan (bak kontrol). Sambungan dari Down Conductor ke
elektroda Pembumian harus dapat dibuka untuk keperluan pemeriksaan tahanan tanah. Bak kontrol banyaknya
sesuai gambar rencana. Sambungan/klem penyambungan harus dari bahan tembaga.

3.9. PEMASANGAN AIR TERMINAL/PENANGKAL


PETIR

Pemasangan air terminal (head) dipasang sesuai gambar


rencana.

3.10. SURAT IJIN

1. Kontraktor harus mempunyai ijin khusus dan berpengalaman dalam pemasangan penangkal petir dan
dibuktikan dengan memberikan daftar proyek-proyek yang sudah pernah dikerjakan.
2. Kontraktor berkewajiban dan bertanggung jawab atas pengurusan perijinan instalasi sistem penangkal
petir
oleh instalasi Depnaker wilayah setempat hingga memperoleh sertifikasi / rekomendasi.

3.11. PENGUJIAN / PENGETESAN

Untuk mengetahui baik atau tidaknya sistem penangkal petir yang dipasang, maka harus diadakan pengetesan
terhadap instalasinya maupun terhadap sistem pembumiannya.

Pengetesan yang harus dilakukan :


• Grounding Resistant test :
Ukuran tahanan dari pembumian dengan mempergunakan
metode standard.
• Continuity test :
Kontraktor harus memberikan laporan hasil testing tersebut.

3.12. REFERENSI PRODUK

Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan untuk
mengajukan alternatif lain yang setaraf dan Kontraktor baru dapat menggantinya bila sudah ada persetujuan
resmi dan tertulis dari Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas.
Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :

No Uraian Spesifikasi Teknis Produk

Jenis electrostatic and membrane Viking, Thomas atau


1 Air Terminal
system dengan radius perlindungan min 60 meter setara
2 Conductor NYA Kabelindo, Kabel
Metal, Tranka,
Supreme

3 Pipa Galvanized Medium Class Bakrie, Spindom, PPI


BAB XV

PEKERJAAN MEKANIKAL

1.1. UMUM

Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada klausul dari persyaratan ini yang
dituliskan kembali dalam persyaratan teknis ini, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul
tersebut dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum.

1.2 PERATURAN DAN ACUAN

Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada Peraturan Daerah
maupun Nasional, Keputusan Menteri, Assosiasi Profesi Internasional, Standar Nasional maupun
Internasional yang terkait. Kontraktor dianggap sudah mengenal dengan baik standard dan acuan nasional
maupun internasional dari Amerika dan Australia dalam spesifikasi ini. Adapun standar atau acuan yang dipakai,
tetapi tidak terbatas, antara lain seperti dibawah ini :

Standard Internasional antara lain : IEC, DIN,BS


dll.

1.2.1. Listrik Arus Lemah (L.A.L)

a. SNI-03-3985-2000 tentang Sistem Deteksi dan Alarm


Kebakaran.
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tg. 30 Desember 2008 tentang Ketentuan
Teknis
Pengaman Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
c. UU No. 32/1999 tentang Telekomunikasi dgn PP No. 52/2000 tentang Telekomunikasi
Indo

1.2.2. Pemadam Kebakaran

a. SNI-03-1745-2000 tentang Pipa tegak dan Slang.


b. SNI-03-3989-2000 tentang Sprinkler Otomatik.
c. Perda Pemda setempat
d. Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah
Setempat
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tg. 30 Desember 2008 tentang Ketentuan
Teknis
Pengaman Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan. f. LITERATURE DAN / ATAU REFERENCE
g. National Fire Codes :
- NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher
- NFPA-13, Standard for The Installation Sprinkler Systems
- NFPA-14, Standard for The Installation Standpipe and Hose Systems
- NFPA-20, Standard for The Installation Centrifugal Fire Pumps
- Mc. Guiness, Stein & Reynolds
- Mechanical & Electrical for Buildings

1.2.3. Tata Udara Gedung (T.U.G)

a. SNI-03-6390-2000 tentang Konservasi Energi Sistem Tata


Udara
b. SNI-03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada
Bangunan Gedung.
c. SNI-03-6571-2001 tentang Sistem Pengendalian Asap pada Bagunan
Gedung.
d. SNI-03-7012-2004 tentang Sistem Manajemen Asap di dalam MAL, Atrium dan Ruangan Bervolume
Besar.
e. ASHRAE 62-2001 Standard of Ventilation for Acceptable
IAQ. f. CARRIER, Hand Book of Air Conditioning System
Design.
g. ASHRAE HVAC Design Manual for Hospital and
Clinics. h. ASHRAE Handbook Series
a. Strakosch, Vertical Transfortation.
b. Gina Barney, Elevator Traffic
c. Luonir Janovsky, Elevator Mechanical Design.

1.3. GAMBAR-GAMBAR

a. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang saling
melengkapi dan sama mengikatnya.
b. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan
pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada, petunjuk
instalasi dari pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan pengoperasian serta
pemeliharaannya jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
c. Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialis lainnya (bila ada) harus dipakai sebagai
referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing instalasi.
d. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar kerja dan detail, “Shop Drawing”
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu
sebanyak 3 (tiga) set. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Kontraktor dianggap telah
mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini. Persetujuan tersebut tidak
berarti membebaskan Kontraktor dari kesalahan yang mungkin terjadi dan dari tanggung jawab atas
pemenuhan kontrak.
e. Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar terinstalasi, “As-built Drawings” disertai
dengan Operating Instruction, Technical and Maintenance Manual, harus diserahkan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi pada saat penyerahan pertama pekerjaan dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari
atas
1 (satu) asli kalkir berikut diskettenya dan 4 (empat) cetak biru dan dijilid serta dilengkapi dengan daftar
isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A0 atau A1 atau disebutkan lain dalam proyek ini.
As-built Drawing ini harus benar-benar menunjukkan secara detail seluruh instalasi M & E yang
ada termasuk dimensi perletakan dan lokasi peralatan, gambar kerja bengkel, nomor seri, tipe
peralatan dan informasi lainnya sehingga jelas.
f. Operating Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus cetakan asli (original) berikut
terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sebanyak 5 (lima) set dan dijilid dan dilengkapi dengan daftar
isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A4.

1.4. KOORDINASI

a. Kontraktor instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Kontraktor lainnya, agar pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
b. Koordinasi yang baik perlu ada agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan instalasi lain.
c. Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari Konsultan Manajemen
Konstruksi, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibat menjadi tanggung jawab
Kontraktor ini.

1.5. RAPAT KOORDINASI LAPANGAN

a. Wakil Kontraktor harus selalu hadir dalam setiap rapat koordinasi proyek yang diatur oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
b. Peserta rapat koordinasi harus mengetahui situasi dan kondisi lapangan serta bisa memberi
keputusan terhadap sebagian masalah.

1..6. PERALATAN DAN MATERIAL

Semua peralatan dan bahan harus baru dan sesuai dengan brosur yang dipublikasikan, sesuai dengan
spesifikasi yang diuraikan, maupun pada gambar-gambar rencana dan merupakan produk yang masih
beredar dan diproduksi secara teratur.
1.6.1. Persetujuan Peralatan dan Material

a. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja (SPK), dan sebelum
memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Kontraktor diharuskan menyerahkan daftar
dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang
didalamnya tercantum nama-nama dan alamat manufacture, catalog dan keterangan- keterangan lain
yang dianggap perlu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Konsultan Perencana antara lain :

- Manufacturer Data Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak


jelas cukup detail sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.
- Performance Data Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu tabel atau kurva yang
meliputi informasi yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan- peralatan lain yang ada kaitannya
dengan unit tersebut.
- Quality Assurance Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap
kualitas dari unit berupa produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di
beberapa lokasi dan telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik.

b. Persetujuan oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi akan diberikan atas
dasar atau sesuai dengan ketentuan di atas.

1.6.2. Contoh Peralatan dan Material

a. Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan dipasang kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi paling lama 2 (dua) minggu setelah daftar material disetujui. Semua biaya yang
berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan
Kontraktor.
b. Konsultan Manajemen Konstruksi tidak bertanggung jawab atas contoh bahan yang akan dipakai dan
semua biaya yang tidak berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan contoh/dokumen ini.

1.6.3. Peralatan dan Bahan Sejenis

Untuk peralatan dan bahan sejenis yang fungsi penggunaannya sama harus diproduksi pabrik
(bermerk), sehingga memberikan kemungkinan saling dapat dipertukarkan.

1.6.4. Penggantian Peralatan dan Material

a. Semua peralatan dan bahan yang diajukan dalam tender sudah memenuhi spesifikasi, walaupun
dalam pengajuan saat tender kemungkinan ada peralatan dan bahan belum memenuhi spesifikasi,
tetapi tetap harus dipenuhi sesuai spesifikasi bila sudah ditunjuk sebagai Kontraktor .
b. Untuk peralatan dan bahan yang sudah memenuhi spesifikasi, karena suatu hal yang tidak bisa
dihindari terpaksa harus diganti, maka sebagai penggantinya harus dari jenis setaraf atau lebih
baik (equal or better) yang disetujui.
c. Bila Konsultan Manajemen Konstruksi membuktikan bahwa penggantinya itu betul setaraf atau
lebih baik, maka biaya yang menyangkut pembuktian tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor.

1.6.5. Pengujian dan Penerimaan

a. Khusus peralatan utama, harus ditest dahulu oleh Pemilik dan didampingi Konsultan Perencana di
pabrik masing-masing yang sebelumnya sudah ditest oleh pabrik yang bersangkutan dan disetujui
untuk dikirim ke lapangan.
b. Semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini dikirim dan dipasang dan
telah memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan
pengujian secara keseluruhan dari peralatan- peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan
memenuhi
fungsi - fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit lengkap
dengan peralatannya dapat diserahkan berdasarkan Berita Acara oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

1.6.6. Perlindungan Pemilik

Atas penggunaan bahan/material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor, Pemilik dijamin dan dibebaskan
dari segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.

1.7. IJIN-IJIN

Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh biaya yang
diperlukannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.7.1. Pelaksanaan pemasangan

a. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Kontraktor harus menyerahkan gambar
kerja dan detailnya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dalam rangkap 3 (tiga) untuk
disetujui. Yang dimaksud gambar kerja disini adalah gambar yang menjadi pedoman dalam
pelaksanaan, lengkap dengan dimensi peralatan, jarak peralatan satu dengan lainnya, jarak
terhadap dinding, jarak pipa terhadap lantai, dinding dan peralatan, dimensi aksesoris yang dipakai.
Konsultan Manajemen Konstruksi berhak menolak gambar kerja yang tidak mengikuti ketentuan
tersebut diatas.
b. Kontraktor diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran/kapasitas peralatan (equipment)
yang akan dipasang. Apabila terdapat keraguan- keraguan, Kontraktor harus segera menghubungi
Konsultan Manajemen Konstruksi untuk berkonsultasi.
c. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan yang sebelumnya tidak dikonsultasikan
dengan Konsultan Manajemen Konstruksi, apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi
tanggung jawab Kontraktor. Untuk itu pemilihan peralatan dan material harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi atas rekomendasi Konsultan Perencana.
d. Pada beberapa peralatan tertentu ada asumsi yang digunakan konsultan dalam menentukan
performnya, asumsi-asumsi ini harus diganti oleh Kontraktor sesuai actual dari peralatan yang dipilih
maupun kondisi lapangan yang tidak memungkinkan. Untuk itu Kontraktor wajib menghitung kembali
performanya dari peralatan tersebut dan memintakan persetujuan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi.

1.7.2. Penambahan/Pengurangan/Perubahan
Instalasi

a. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana karena penyesuaian dengan kondisi
lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Konsultan Perencana dan
Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada
Konsultan
Manajemen Konstruksi sebanyak rangkap 3 (tiga) set yang akan dikirim oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi kepada Konsultan Perencana.
c. Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Kontraktor kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi secara tertulis dan jika terjadi pekerjaan tambah/kurang/perubahan yang ada harus
disetujui oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi secara tertulis.

1.7.3. Sleeves dan Inserts

Semua sleeves menembus lantai beton untuk instalasi sistem elektrikal harus dipasang oleh Kontraktor.
Semua inserts beton yang diperlukan untuk memasang peralatan, termasuk inserts untuk penggantung
(hangers) dan penyangga lainnya harus dipasang oleh Kontraktor.
1.7.4. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran

a. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan
instalasi ini serta mengembalikannya ke kondisi semula, menjadi lingkup pekerjaan Kontraktor instalasi
ini.
b. Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila da persetujuan dari pihak
Konsultan Manajemen Konstruksi secara tertulis.

1.7.5. Pengecatan

Semua peralatan dan bahan yang dicat, kemudian lecet karena pengangkutan atau pemasangan harus
segera ditutup dengan dempul dan dicat dengan warna yang sama, sehingga nampak seperti baru kembali.

1.8. PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN

a. Kontraktor instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli
dan berpengalaman yang harus selalu ada di lapangan, yang bertindak sebagai wakil dari Kontraktor
dan mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan bertanggung jawab penuh
dalam menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Penanggung jawab tersebut di atas juga harus berada di tempat pekerjaan pada saat
diperlukan/dikehendaki oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

1.9. PENGAWASAN

a. Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah dilakukan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.
b. Konsultan Manajemen Konstruksi harus dapat mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian
pekerjaan, bahan dan peralatan. Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
c. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan Konsultan Manajemen
Konstruksi adalah tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas harian diluar jam-jam kerja (08.00 sampai dengan 16.00),
dan hari libur maka segala biaya yang diperlukan untuk hal tersebut menjadi beban Kontraktor yang
perhitungannya disesuaikan dengan peraturan pemerintah. Permohonan untuk mengadakan
pengawasan tersebut harus dengan surat yang disampaikan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.
e. Di tempat pekerjaan, Konsultan Manajemen Konstruksi menempatkan petugas- petugas pengawas
yang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan Kontraktor, agar pekerjaan dapat dilaksanakan
atau dilakukan sesuai dengan isi surat perjanjian Pelaksanaaan Pekerjaan serta dengan cara-cara yang
benar dan tepat serta cermat.

1.10. LAPORAN-LAPORAN

1.10.1 Laporan Harian dan Mingguan

a. Kontraktor wajib membuat laporan harian dan mingguan yang memberikan gambaran mengenai:
• Kegiatan fisik
• Catatan dan perintah Konsultan Manajemen Konstruksi yang disampaikan secara lisan
maupun tertulis.
• Jumlah material masuk/ditolak.
• Jumlah tenaga kerja dan keahliannya
• Keadaan cuaca
• Pekerjaan tambah/kurang
• Prestasi rencana dan yang terpasang
b. Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan setelah ditandatangani oleh
manajer proyek harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk diketahui/disetujui.
1.10.2 Laporan Pengetesan

a. Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dalam rangkap
3 (tiga) mengenai hal-hal sebagai berikut :
• Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi
• Hasil pengetesan mesin atau peralatan
• Hasil pengetesan kabel
• Hasil pengetesan kapasitas aliran udara, kuat arus, tegangan, tekanan, dll
b. Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.

1.11. PEMERIKSAAN RUTIN DAN KHUSUS

a. Pemeriksaan rutin dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini
secara periodik dan tidak kurang dari tiap 2 (dua) minggu, atau ditentukan lain oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
b. Pemeriksaan khusus dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini,
apabila ada permintaan dari pihak Konsultan Manajemen Konstruksi dan atau bila ada gangguan
dalam instalasi ini.

1.12. KANTOR KONTRAKTOR, LOS KERJA DAN GUDANG

a. Kontraktor diharuskan untuk membuat kantor, gudang dan los kerja di halaman tempat
pekerjaan, untuk keperluan pelaksanaan tugas administrasi lapangan, penyimpanan barang/bahan
serta peralatan kerja dan sebagai area/tempat kerja (peralatan pekerjaan kasar), dimana pelaksanaan
tugas instalasi berlangsung.
b. Pembuatan kantor, gudang dan los kerja ini dapat dilaksanakan bila terlebih dahulu mendapatkan
ijin dari pemberi tugas/Konsultan Manajemen Konstruksi.

1.13. PENJAGAAN

a. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus selama berlangsungnya
pekerjaan atas bahan, peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang disimpan di tempat kerja
(gudang lapangan).
b. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang -barang tersebut di atas,
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.14. AIR KERJA

a. Semua kebutuhan air yang diperlukan dalam setiap bagian pekerjaan dan sebagainya harus
disediakan oleh pihak Kontraktor.
b. Apabila menggunakan sumber air yang sudah ada (existing) harus dilengkapi dengan meter air, dan
berkoordinasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi terlebih dahulu.

1.15. PENERANGAN, SUMBER DAYA LISTRIK

a. Pada kantor, los kerja, gudang dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan yang dianggap perlu, harus
diberi penerangan yang cukup.
b. Daya listrik baik untuk keperluan penerangan maupun untuk sumber tenaga/daya kerja harus
diusahakan oleh Kontraktor. Bila menggunakan daya listrik dari bangunan existing, harus
dilengkapi dengan KWh meter dan berkoordinasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi terlebih
dahulu.
1.16. KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN

a. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan tempat pekerjaan
dilaksanakan dalam bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih.
b. Penimbunan/penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang maupun di luar
(halaman), harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak
mengganggu pekerjaan dari bagian lain.
c. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi pada waktu pelaksanaan.

1.17. KECELAKAAN DAN PETI PPPK

a. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka Kontraktor
diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban atau para korban, serta
melaporkan kejadian tersebut kepada instansi dan departement yang bersangkutan/berwenang (dalam
hal ini Polisi dan Department Tenaga Kerja) dan mempertanggung jawabkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
b. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan pertama pada
kecelakaan harus selalu ada di tempat pekerjaan.

1.18. TESTING DAN COMMISSIONING

a. Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning yang dianggap
perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi semua persyaratan yang diminta, sesuai dengan prosedur testing dan commissioning
dari pabrik pembuat dan instansi yang berwenang.
b. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut
merupakan tanggung jawab Kontraktor termasuk daya listrik untuk testing.

1.19. MASA PEMELIHARAAN DAN SERAH TERIMA PEKERJAAN

a. Peralatan dan sistem instalasi ini harus digaransi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak saat
penyerahan pertama.
b. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak saat
penyerahan pertama, bila Konsultan Manajemen Konstruksi/Pemberi Tugas menentukan lain, maka
yang terakhir ini yang akan berlaku.
c. Selama masa pemeliharaan, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih
merupakan tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
d. Selama masa pemeliharaan ini, untuk seluruh instalasi ini Kontraktor diwajibkan mengatasi
segala kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
e. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Kontraktor instalasi tidak melaksanakan teguran
dari Konsultan Manajemen Konstruksi atas perbaikan/penggantian/ penyetelan yang diperlukan, maka
Konsultan Manajemen Konstruksi berhak menyerahkan perbaikan/penggantian/penyetelan tersebut
kepada pihak lain atas biaya Kontraktor instalasi ini.
f. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor instalasi harus melatih petugas- petugas yang
ditunjuk oleh Pemilik dalam teori dan praktek sehingga dapat mengenali sistem instalasi dan dapat
melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaannya.
g. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti pemeriksaan
dengan hasil yang baik yang ditandatangani bersama oleh Kontraktor dan Konsultan Manajemen
Konstruksi.
h. Pada waktu unit-unit mesin tiba di lokasi, maka Kontraktor harus menyerahkan daftar komponen/part
list seluruh komponen yang akan dipasang dan dilengkapi dengan gambar detail/photo dari masing-
masing komponen tersebut, lengkap dengan manualnya. Daftar komponen tersebut diserahkan kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Pemberi Tugas masing-masing 1 (satu) set.
i. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah :
• Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan baik,
ditandatangani bersama oleh Kontraktor dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
• Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction, Technical dan
Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4 (empat) copy telah
diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.

1.20. GARANSI

Setiap sertifikat pengetesan harus diserahkan oleh pabrik pembuatnya. Bila peralatan mengalami
kegagalan dalam pengetesan-pengetesan yang disyaratkan di dalam spesifikasi teknis ini, maka pabrik pembuat
bertanggung jawab terhadap peralatan yang diserahkan, sampai peralatan tersebut memenuhi syarat-
syarat, setelah mengalami pengetesan ulang dan sertifikat pengetesan telah diterima dan disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
PASAL 2. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN FIRE ALARM

2.1. UMUM

a. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen Kontrak
dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan.
b. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi
ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan- bahan dan peralatan yang
digunakan harus sesuai dengan ketentuan- ketentuan pada spesifikasi ini.
c. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti
bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.

2.2. PENJELASAN SISTEM

a. Fungsi sistem deteksi dan alarm kebakaran adalah sistem deteksi awal apabila terjadi kebakaran,
dimana pada waktu terjadi kebakaran akan memberikan indikasi secara audio (bell) maupun
visual (lampu warna merah) dari mana asal kebakaran tersebut dimulai, sehingga dapat diambil
tindakan pencegahan sedini mungkin.
b. Fire alarm system ini menerima signal kebakaran yang diberikan baik secara otomatis dari
detector maupun secara manual dari push button box.

2.3. LINGKUP PEKERJAAN

a.
Kontraktor yang menangani pekerjaan instalasi ini harus melaksanakan pengadaan,
pemasangan & pengujian serta menyerahkan dalam keadaan beroperasi dengan baik dan
siap untuk dipakai. Bahan-bahan dan peralatan-peralatan pembantu instalasi fire alarm
system harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan pekerjaan dan gambar instalasi fire alarm
system.
b. Lingkup pekerjaan Instalasi Fire Alarm yang dimaksud adalah sebagai berikut :
• Pengadaan, pemasangan dan pengetesan Panel Kontrol MCFA, Annunciator dan sistem
yang terpasang.
• Pengadaan, pemasangan dan pengetesan instalasi kabel dari MCFA ke Anounciator.
• Pengadaan, pemasangan semua jenis Detektor, Manual Station, Indicator
Lamp, Alarm Bell, dan sistem Fire Intercom (master & slave).
• Pengadaan, pemasangan Junction Box di setiap lantai.
c. Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel-kabel untuk keperluan interface dengan :
• Pompa Kebakaran.
• Flow Switch dan Fire supervisory valve switch (Tamper switch)
• Sistem Tata Suara
• Sistem Listrik
• Sistem Air Conditioning dan Fan
• Sistem Lift
d. Mengurus dan menyelesaikan perijinan Instalasi Fire Alarm dari instansi yang berwenang.
e. Melakukan testing dan commissioning.
f. Melaksanakan training (on Site & Class Room) dan menyerahkan buku technical manual.

2.4. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

a. Peralatan utama yang terdapat dalam sistem Fire Alarm ini adalah :
- Addressable Smoke Detector
- Addressable Manual Call Point (Break Glass/Dual Action)
- Addressable Horn Strobe
- Module (Mini Monitor Module/Control Module)
- Master Control Panel Addressable
- Annunciator
- Operator Console
b. Data–data teknis lainnya :
- Addressable : in base
- Operating Temperature Range : 0- 50ºC
- Range Operating Voltage : 16 – 32 VDC w/ Data
- Humidity Range : ≤ 95% RH ( 40 ± 2ºC)
- Alarm Current : 0.9 mA from separate 24 VDC Supply

2.4.1. Smoke Detector Addressable

a. Jenis yang dipakai adalah prinsip photoelectric yang dapat diprogram tingkat sensitivity dari
range 0.2% sampai dengan 3.7%.
b. Data–data teknis lainnya :
- Addressable : in base
- Operating Temperature Range : 0- 50ºC
- Range Operating Voltage : 16–32 VDC w/ Data
- Humidity Range : ≤ 95% RH ( 40 ± 2ºC)
- Alarm Current : 0.9 mA from separate 24 VDC Supply

2.4.2. Thermal Detector Convensional

a. Jenis yang digunakan adalah Rate of Rise detector dan Fixed Temperature detector
yang memiliki response lamp di base.
b. Data-data teknis lainnya :
- Frequency Test : dapat dipakai berulang kali
- Working Temprature : 57° C
- Operating Voltage : ± 20 V DC
- Quescent Current : < 100 mA
- Alarm Current : < 80 mA

2.4.3. Smoke Detector Convensional

Jenis yang dipakai adalah prinsip photoelectric yang memiliki 2 buah response lamp dan mempunyai
karateristik sensitivitas yang rata (flat response technology).

- Frequency Test : dapat dipakai berulang kali


- Operating Voltage : ± 20 V DC
- Quescent Current : ± 100 mA
- Alarm Current : maks. 100 mA

2.4.4. Manual Call Point Addressable

a. Jenis yang dipakai adalah tipe dual action (Break Glass and Pull) dilengkapi dengan mounting dan
pengalamatan pada peralatan tersebut.
b. Data–data teknis lainnya :
- Addressable : Dipswitch
- Temperature Range : 0-50° C
- Material : Lexan Polycarbonate
- Humidity Range : ≤ 95% RH ( 40 ± 2ºC)
- Alarm Current : 3.0 mA
- Operating Voltage : 16–32 VDC

2.4.5. Horn and Strobe Light Addressable

a. Horn and Stobe Light Addressable merupakan peralatan Audible dan Visual yang menjadi satu
sebagai indikator dari fire alarm system. Peralatan Audible dan Visual ini dilengkapi dengan alamat
(Addressable) di dalam peralatan tersebut.
b. Data–data teknis lainnya :
- Rated Voltage Range : 17 VRMS s/d 31 VRMS
- Current Rating for Strobe Output : 15 cd/83 mA
- Temperature Range : 32° to 122° F (0 - 50° C)
- Humidity Range : 10% to 93%, Non Condensing @100° F (38° C)

2.4.6. Manual Push Button Konvensional

Jenis yang dipakai merupakan surface mounted dan dilengkapi dengan reset switch, jika terjadi penekanan.

2.4.7. Alarm Bell Konvensional

Persyaratan teknis harus dipenuhi :


• Konstruksi : Anti karat
• Operating Voltage : 18 s/d 36 V DC
• Curent Consumption : max. 80 mA
• Power Consumption : 1,2 Watt
• Desibel Rating : 85 dB. at 3 m

2.4.8. Indicator Lamp Konvensional

Indicator Lamp merupakan lampu indikator yang dipasang paralel dengan group detector. Lampu
indicator ini akan menyala hanya jika group detector yang bersangkutan bekerja.

2.4.9. Zone Indicator

Zone Indicator ini menunjukan zone mana yang bekerja yang disesuaikan dengan letak zone
indicator tersebut.

2.4.10. Mini Module

a. Alamat/zone dapat diset lewat Dip-Swtich.


b. Input signal harus bebas dari prioritas signal digital. Signal akan dipancarkan ke pengontrol dan
pemicu sesuai dengan pengesetan.
c. Kesalahan/fault akan secara otomatis dimonitor dan ditunjukkan dengan
pengontrol. d. Input dimonitor untuk sirkuit terbuka.
e. Data teknis lainnya :
• Operating Voltage : 16–32 VDC
• Quiescent Current : ± 0.6 mA
• Activation Current : ± 4.0 mA
• Working Temperature : -10 - +50ºC
• Relative Humidity : ≤ 95% (40±2ºC)
• EOL : ± 100 KΩ
2.4.11. Control Module

a. Output Module adalah alat untuk mengaktifkan peralatan external menurut ungkapan logika yang
telah ditetapkan lebih dulu dan juga diharapkan menerima konfirmasi aktifasi tersebut.
b. Alamat/zone dapat diset lewat Dip-Swtich.
c. Dapat mengaktifkan peralatan eksternal oleh logika yang telah ditetapkan lebih dulu, output dapat
berupa denyut atau signal menurut set-up Dip-Switch.
d. Input dimonitor untuk sirkuit terbuka.
e. Tidak direkomendasikan penggunaan modul ini untuk memadamkan kendali/kontrol secara
langsung. f. Kesalahan/fault akan secara otomatis dimonitor dan ditunjukkan dengan pengontrol.
g. Data teknis lainnya :
• Operating Voltage : ± 16 – 32 VDC
• Quiescent Current : ± 0.7 mA
• Activation Current : ± 2.5 mA
• Relay Rating : 30V/2.0A , 125VAC/1.0A
• Confirmation Led : Steady output; steady on: Pulse Output;
flashing
• Working Temperature : -10 - +50ºC
• Relative Humidity : ≤ 95% (40±2ºC)
• Wiring Capacity : 1.0 – 1.5 mm²

2.4.12. Main Control Fire Alarm (MCFA) Addressable

a. MCFA yang digunakan memakai Sistem Addressable. Diperlengkapi Sealed Lead Acid battery, Power
Supply 220/240 VAC. MCFA harus mempunyai pintu dengan jendela penglihat.
b. Kapasitas MCFA direncanakan 2 loops.
c. MCFA harus dapat dikembangkan 1250 sampai dengan 2000 point addressable atau 1 card memiliki 127
sampai dengan 250 address + zoning dan dapat digunakan secara keseluruhan untuk detector
maupun card module dari fire alarm system.
d. MCFA harus memiliki Fire Panel Internet Interface (IP Based) yang dapat dihubungkan ke jaringan
infrastruktur ethernet melalui UTP Cat 5 atau cat 6 sehingga dengan melalui komputer yang terhubung
dengan jaringan intranet ataupun extranet, user dapat mengakses MCFA dengan memasukkan User
Name dan password yang dapat diterima oleh MCFA. Komputer dan software yang digunakan tidak
perlu dengan software khusus dan cukup dengan menggunakan web browser dari Windows Internet
Explorer.
e. MCFA harus memiliki Optional untuk TCP/IP Communication Network. Bila dikemudian hari
dilakukan pengembangan dan diinginkan MCFA dari gedung lain dapat dihubungkan secara
network dan dimonitor oleh MCFA Pusat, metoda Networking antar MCFA secara peer-to-peer
dapat dilakukan melalui TCP/IP Interface dengan memanfaatkan jaringan LAN yang sudah tersedia.
f. MCFA ini harus mempunyai fasilitas lampu tanda :
- Bell Off
- Reset
- Testing
- Lamp test
- Fault Signal General
- Signal for Alarm Condition
- LCD Display
g. MCFA ini harus mempunyai output berupa :
- Visible/Audible Alarm
- Visible/Audible Fault Alarm
- Test Signal (Visible)
- History Log
2.4.13. Operator Console (Color Graphics Unit w/ Management Information Systems)

a. Perangkat Komputer yang memiliki kemampuan (Software) untuk mengetahui status display, gambar
graphics dari layout, dan mengetahui kegiatan operasional dari Fire Alarm System serta memiliki
History Event Loging.
b. Data – Data teknis lainnya:
• Komputer : Minimal Intel Pentium Core 2 Duo, 2.0 GHz, 320 GB, 52x DVD-RW,
Optical mouse, USB 2.0 ports and Gigabyte network adaptor,
Minimal LCD Monitor, Minimal RAM 2 Gb, VGA Grafis 256 Mb
None Share.
• Operating Temperature : 0° to 48° C
• Operating Humidity : up to 85% RH, (Non–Condensing),at 86° F (30°C)
• Port Interface : Serial dan Parallel Port.
• Printable Information : Historical Log Report, True Alarm Report, and System Activity
Report
• Printer Compatible : Microsoft windows compatibility

2.4.14. Annunciator Panel

a. Annunciator Panel suatu alat yang dipakai untuk memberikan indikasi lokasi sumber kebakaran (zone
area) dan indikasi adanya sistem sprinkler yang bekerja, indikasi gangguan dari instalasi dengan
indikator Audio berupa buzzer dan indikator visual berupa colour graphic atau dalam bentuk LCD-
display.
b. Pada panel juga dilengkapi fasilitas button yang berfungsi sebagai silence/acknowledge alarm dan
reset button. Unit ini dilengkapi dengan tombol test untuk lampu (lamp test) dan tombol test untuk
buzzer test.

2.4.15. Terminal Box

Terminal Box terbuat dari plat baja tebal 1,2 mm ukuran 400 x 600x 150 mm untuk ukuran besar dan 300 x 500 x
150 mm untuk ukuran kecil dengan finishing cat warna merah atau sesuai dengan persetujuan Pemberi
Tugas/Pengawas Lapangan.

2.4.16. Pipa Konduit

a. Semua kabel harus dipasang di dalam pipa konduit PVC High impact dia. 20 mm, baik yang di atas
plafond (horizontal) maupun yang di dinding/tembok/beton (vertikal). Pemasangan pipa konduit
vertikal harus inbow.
b. Seluruh kotak sambungan, persimpangan, dan lain-lain harus dipasang tertutup sehingga tidak akan
masuk benda-benda lain ke dalam kotak tersebut. Seluruh saluran ini harus terpisah dengan sistem
saluran lainnya yang terdapat pada bangunan ini.

2.4.17. Kabel

a. Kabel untuk main Power Supply dari setiap perlengkapan dalam sistem menggunakan FRC dengan ukuran
minimal 2 x 1,5 mm².
b. Kabel untuk instalasi circuit antar detector dan break glass digunakan kabel STP AWG #18.
c. Kabel untuk instalasi telepon jack menggunakan kabel ITC 2 x dia. 0,6 mm.
d. Kabel untuk instalasi dari MCFA ke Terminal Box/Module menggunakan STP AWG #18
e. Kabel untuk instalasi Main Bell Red Lamp, Flow Switch, Tamper Switch dan Panel AC menggunakan
kabel NYA 3 x 1,5 mm².
2.5. PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN

2.5.1. Denah setiap lantai menunjukan lokasi perkiraan letak detector dan peralatan-peralatan
lain dari sistem ini, dimana letak yang pasti dijelaskan pada gambar.

2.5.2. Untuk manual push button/manual call point, alarm bell, red lamp dipasang pada ketinggian 1,5 m dari
lantai.

2.5.3. Disekitar detector harus ada ruangan bebas sekurang kurangnya pada jarak 0,6 m dari detector tanpa
ada timbunan barang atau alat-alat lainnya.

2.5.4. Semua kabel harus dipasang di dalam conduit, baik yang di atas plafond (horizontal)
maupun yang di dinding/tembok/beton (vertical), ukuran conduit dan kabel harus sesuai gambar
rencana.

2.5.5. Pemasangan Peralatan Utama ditempatkan pada Ruang Kontrol atau sesuai dengan
Gambar
Perencanaan.

2.6. INTERCONNECTING INTERLOCK

Instalasi Fire Alarm ini, harus dipasang interlock/Interfacing dengan Panel Listrik dan Peralatan
lainnya termasuk pemasangan kabel kontrol dan relaynya, seperti yang disebutkan dalam Gambar
Perencanaan.

2.7. TESTING/COMMISSIONING

2.7.1. Setelah pekerjaan Fire Alarm ini diselesaikan, harus dilakukan testing/pengetesan, yang disaksikan
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

2.7.2. Satu persatu detector ditest, dengan menggunakan alat pemanas dan untuk smoke
detector menggunakan asap.

2.7.3. Tiap-tiap zone, ditest satu persatu dan diberi nomor urutan
zonenya.

2.8. LAIN–LAIN

Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau disebutkan dalam
spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan. Di tempat pekerjaan, pengawas menempatkan petugas pengawas yang bertugas
setiap saat untuk mengawasi pekerjaan Kontraktor agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau dilakukan sesuai
dengan isi Surat Perjanjian serta dengan cara-cara yang benar dan tepat serta cermat.

2.9. REFERENSI PRODUK

2.9.1. Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi teknis. Kontraktor
dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan Kontraktor baru dapat
menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan tertulis dari Pemberi Tugas dan Konsultan
Manajemen Konstruksi.

2.9.2. Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut


:

No Uraian Spesifikasi Teknis Produk


1 MCFA Full Addressable Simplex / Edward /
Detectomat
2 Annuciator Simplex / Edward /
Detectomat
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

3 Horn & Strobe Simplex / Edward /


Detectomat
4 Manual Break Glass Standard model Simplex / Edward /
Detectomat
Colour : Red
5 Detector Addressable Thermistor DCD IEL Simplex / Edward /
& Konvensional Detectomat
Photo electric flat respon technology
6 Jack Telephone Simplex / Edward /
NYA, NYM, ITC Kabelindo, Supreme,
7 Kabel-kabel STP AWG #18 Belden, AMP, Avaya
8 Konduit PVC high impact Ega, Clipsal, Pralon

91
PASAL 3. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN TATA SUARA (PUBLIC ADDRESS)

3.1. UMUM

3.1.1 Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen Kontrak
dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan.

3.1.2 Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi
ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan- bahan dan peralatan yang digunakan
harus sesuai dengan ketentuan- ketentuan pada spesifikasi ini.

3.1.3 Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti
bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.

3.2. LINGKUP PEKERJAAN

Pengadaan, pemasangan instalasi Sound System, sehingga berfungsi dengan baik dan memuaskan.
Pemasangan Sound System sesuai dengan gambar rencana antara lain sebagai berikut : Untuk di dalam
bangunan dipasang seperti gambar rencana Khusus pada Ruangan Theater, Special Desain.

3.3. PERSYARATAN TEKNIS

Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen Kontrak dengan teliti,
untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan. Pengadaan dan pemasangan peralatan
utama tata suara seperti yang tertuang dalam sistem perencanaan.

3.4. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

3.4.1. Power Amplifier

Power Amplifier haruslah memiliki output total seperti ditunjuk dalam gambar rencana dan Dengan
output
150 Watt RMS dan frekuensi response antara 50 Hz sampai dengan 20 kHz. Distortion kurang dari 1%
pada batas frekuensi. Amplifier Berada Satu Cabinet dengan Speaker Yang disebut dengan Speaker
Active.

3.4.2. Mixer

Mixer Pre Amplifier harus memiliki supervised input 16 Canel emergency microphone dengan hand-held
microphone dan RJ45 standard connector dan shielded Cat-5 cable serta analog microphone input yang akan
mempunyai input sensitive variable 200 mV/2V.

3.4.3. Pre Amplifier

Untuk Penguat Exiter dari Audio Input Sekalian Tone Control, Mempunyai Set gain dengan sensitivitas
tidak kurang dari 92 dB max.

3.4.4. Microphone

Dynamic Microphone dengan flexible microphone stem, Patern UniDirectional condenser, selectable gain dan
Frekuensi response antara 100 Hz sampai dengan 16 kHz. Microphone harus dilengkapi dengan Heavy
Duty Anty Feet back.

92
3.4.5. DVD/CD Player, FM/AM Tuner

DVD/CD Player :
Frequency Response : 2 Hz – 20 kHz (+1/-3 dB)
Distortion : < 0.1% S/N
Ratio : > 90 dB Capacity
player : DVD/CD, MP3

FM Tuner :
Freuqency Response : 30 Hz to 15 kHz (+1/-3 dB)
Distortion : < 0.1%
S/N Ratio : > 63 dB (1mV,FM)
Tuner Frequenncy Range : FM 87,5 – 108 Mhz, AM 531-1610 kHz

3.5. GAMBAR KERJA

Gambar kerja harus mendapat persetujuan perencana/Konsultan Manajemen Konstruksi


sebelum dilaksanakan.

3.6. PEMASANGAN INSTALASI

3.6.1. Instalasi ke semua kabel yang terpasang di bawah plat beton (ceiling speaker dan attenuator)
adalah outbow menggunakan pipa high impact dia. 20 mm, dengan kabel NYMHY 3 x 1,5 mm2. Instalasi
ini klem setiap jarak 60 cm. Klem yang dipakai ke plat beton, menggunakan ramset, dynabolt. Jalur
seluruh kabel diatur sejajar dan dekat jalur kabel listrik.

3.6.2. Semua kabel yang melalui shaft (dari peralatan utama ke Terminal Box) adalah outbow,
menggunakan pipa high impact dia. 20 mm dengan kabel NYMHY 3 x 1,5 mm2 untuk masing-
masing zone sound system. Jumlah zone dapat dilihat pada gambar perencanaan. Instalasi ini diklem
ke rak besi siku atau tangga kabel, dan klem setiap 100 cm.

3.6.3. Penyambungan-penyambungan harus dilakukan dalam kotak penyambungan dengan menggunakan


Electrical Spring Connector, Durados atau Cable Connection.

3.6.4. Semua kabel yang terpasang dalam tembok adalah inbow, menggunakan pipa high Impact dia. 20mm.

3.6.5. Rack Cabinet terpasang free standing diruang monitor, sesuai gambar rencana.

3.6.6. Semua equipment harus diketanahkan yang dihubungkan dengan kawat BCC dari sistem pentanahan.

3.7. PENGUJIAN/TESTING COMISSIONING

3.7.1. Semua instalasi sound system yang dipasang harus ditest secara sempurna sehingga impedansinya
sesuai dengan yang diinginkan.

3.7.2. Semua equipment yang dipasang harus ditest sehingga bekerja dengan sempurna.

3.7.3. Pengetesan dilakukan bersama-sama Konsultan Manajemen Konstruksi.

3.7.4. Semua perlengkapan untuk mengadakan pengetesan harus disediakan olehKontraktor yang
bersangkutan.
3.8. LAIN-LAIN

Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau disebutkan dalam spesifikasi
ini harus disediakan oleh Kontraktor sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan. Di tempat pekerjaan, pengawas menempatkan petugas pengawas yang bertugas setiap
saat untuk mengawasi pekerjaan Kontraktor agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau dilakukan sesuai
dengan isi Surat Perjanjian Kontraktor serta dengan cara-cara yang benar dan tepat, serta cermat.

3.9. REFERENSI PRODUK

3.9.1. Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi


spesifikasi.

Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan Kontraktor baru dapat
menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan tertulis dari Pemberi Tugas dan Konsultan
Manajemen Konstruksi.

3.9.2. Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut


:

No Uraian Spesifikasi Teknis Produk


1 DVD/CD Player, MP3, Tuner Bosch ,Teac, Philips

2 Pre Amplifier/ Mixer Bosch, Teac, Philips

3 Graphic Equalizer Phonic, DOD,


Panasonic,
4 Power Amplifier Bosch, Teac, Philips

5 Microphone. Bosch, Pioner, Sony

6 Kabel NYA, NYMHY, Kabelindo, Supreme,


Kabel Metal, Tranka
7 Conduit PVC High Impact dia 20 mm Ega, Clipsal, Pralon

8 Kabel Rack Three stars, Metosu, Oni


PASAL 4. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN INTEGRASI / STRUCTURE CABLE (DATA, TELEPON
DAN CCTV)

4.1. UMUM

4.1.1. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, harus mempelajari seluruh Dokumen Pelelangan
dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan.

4.1.2. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi ataupun
yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan- bahan dan peralatan yang digunakan harus
sesuai dengan ketentuan- ketentuan pada spesifikasi ini.

4.1.3. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan
atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan
tambahan biaya.

4.2. LINGKUP PEKERJAAN

4.2.1. Mengurus / membantu penyambungan line telepon atau sesuai dengan persetujuan dari Pemberi
Tugas.

4.2.2. Pada sistem ini peralatan telepon dan CCTV masih menggunakan type konvensional, namun
jaringan sudah disiapkan menggunakan peralatan berbasis IP. Bila suatu saat akan merubah
peralatan dari konvensional ke IP, tidak perlu penggantian jaringan kabel eksisting (yang sudah
terpasang)

4.2.3. Pengadaan dan pemasangan Sistem Telepon (PABX), CCTV, Jaringan Data terintegrasi dalam satu jaringan
LAN.

4.2.4. Pengadaan dan Pemasangan Core Switch, Access Switch, dll sesuai dengan kebutuhan dalam
system yang ditawarkan dan di masukkan dalam kabinet rack 19”. Untuk sofware dan unit
Server menggunakan standard Pemberi Tugas dan di install oleh Pemberi Tugas, namun harus
mengacu dari Gambar yang sudah tertuang dalam Perencanaan iin (tidak termasuk dalam lingkup ini).

4.2.5. Mempersiapkan jaringan dalam (indoor wiring system), meliputi penyediaan dan pemasangan:

- Kabel horizontal dan vertikal dalam conduit, lengkap dengan Face Plate, modular jack, patch
cord dan patch panel yang digabungkan dalam rack 19”.
- Kelengkapan-kelengkapan lainnya yang menunjang pekerjaan ini.

4.2.6. Mengadakan pengetesan sistem secara menyeluruh, sehingga sistem tersebut dapat berfungsi dengan
tepat dan benar.

4.2.7. Menyelenggarakan pemeliharaan terhadap sistem, termasuk penyediaan suku cadang selama
waktu minimal 3 tahun.

4.2.8. Mengadakan training bagaimana menggunakan sistem structure cable termasuk peralatan
yang ada dan memberikan buku petunjuk penggunaannya.

4.3. TELEPON

4.3.1. PABX

4.3.1.1. Sistem Telephone yang digunakan adalah PABX konvensional dan sesuai Standard STO Telkom
4.3.1.2. Kapasitas PABX yang ditawarkan adalah dari jenis PABX yang dapat dikembangkan hingga 400
extension tanpa harus mengubah system yang ada, dengan kapasitas yang dibutuhkan saat ini adalah :

• Analog Trunk Lines : 10


• Extension : 50
• Analog Extensions : 16
• Operator Console : 1

4.3.1.3. PABX ini mempunyai fitur-fitur antara lain :

• Off Hook Call Announce


• Station Lock Password
• Account Code
• Feature Promting Soft Key
• Automatic Call Distributor
• Remote Maintenance
• Voice Over IP
• Automatic Call Distribution
• Intelligent Call Routing dan Interactive Voice Response
• Reporting dan Monitoring
• Recording Solution
• Audit report
• Automatic wake-up calls
• Call restriction
• Message registration
• Message waiting Indicators
• PMS Interface
• Call Transfer
• Call Hold
• Night Service
• Multi Party Conference
• Waiting Massage
• Call Pick Up

4.3.2. Operator console

Pada system ini mempunyai fitur-fitur sbb :

- Operator console traffic handling capability.


- Alarm display
- Alpha numeric display
- Alternate answering
- Attendant busy override.
- Attendant calls waiting indication
- Attendant display of busy station
- Attendant jacks
- Attendant time display
- Attendant head sets
- Attendant Individual trunk access
- Call Hold
- Call Queuing
- Camp On Busy
- Console overflow
- Recorded overflow Announcement

4.3.3. Pesawat Telepon

4.3.3.1. Pesawat-pesawat telepon yang disediakan adalah tipe standard dan tipe executive. Tipe
executive harus mempunyai display digital, hands free dan kelebihan lainnya. Sistem pemasangan
terdiri atas 2 jenis yaitu pemasangan meja dan pemasangan dinding.

4.3.3.2. Pesawat yang ditawarkan harus dinyatakan baik oleh PT. Telkom, serta mampu bekerja secara normal
pada jaringan lokal PT. Telkom. Hal ini saat mengajukan approval material harus dilengkapi dengan
fotocopy surat lulus dari PT. Telkom. Baik pesawat standard maupun executive harus bekerja secara full
digital.

4.3.4. Terminal Box Telkom

4.3.4.1. Untuk setiap penyambungan kabel telepon harus dengan metoda jumpering dan memakai terminal-
terminal berisolasi sesuai standard PT. Telkom.

4.3.4.2. Untuk terminal yang ditempatkan pada lokasi berkelembaban tinggi, maka box terminal harus diberi
pelindung dari bahan anti karat dengan pintu-pintu yang kedap udara.

4.4. CCTV

4.4.1. Indoor Fixed Camera

4.4.1.1. Low Light Operation :

• Imaging Device : 1/3-inch image format


• Dynamic Range : 60 dB maximum (WDR mode)

4.4.1.2. Picture Elements

• PAL : 795 (H) x 596 (V)


• Sensing Area : 6,3 mm (H) x 4,7 mm (V)
• Scanning System : 625 (PAL), 2:1 interlace
• Synchronization : AC line lock/internal
• Horizontal Resolution : 480 TV lines

4.4.1.3. Electronic Shutter Range

• PAL : 1/60-1/100,000 second


• Auto Iris Lens Type : DC-video control (autosensing)
• Minimum Illumination : 0.075 lux, 1/60-second shutter speed or: 0.003 lux ½-second
shutter speed, f1.2, 40 IRE, AGC on, 75% reflectance

4.4.1.4. Filter Switching Threshold

• Digital Slow Shutter : Selectable on/off;


• Signal-to-Noise Ratio : >50 dB
• Vertical Phase : Adjustable 0°±70°
• Automatic Gain Control : Selectable: on/off
• Backlight Compensation : Selectable: on/off
• Auto White Balance : Selectable: on/off
• Day/Night : Selectable: on/off
• Signal Processing : Digital signal processing (DSP)
• Video Output : 1 Vp-p, 75 ohms

4.4.1.5. LENS

• Format Size : 1/3-inch


• Mount Type : CS
• Focal Length : 3 – 9 mm
• Relative Aperture : (F) 1.6~360 1.8~360
• Operation Iris : Auto Iris (Direct Drive)
• Focus : Manual
• Minimum Object Distance : 0.75 m
• Back Focal Length : 15.5 mm
• Filter Size (mm) : 72P 0.75
• Indeks Protection : IP 55
• EMC : FCC Class A/B

4.4.2. Indoor P/T/Z Camera

4.4.2.1. Pan and Tilt Drive

• General Construction : Sheet aluminum


• Finish : Powder coating
• Viewing Window : 0.23-inch (5.84 mm) tempered glass
• Drive Unit : 9° stepper motor
• Limit Stops : Programmable
• Wiring : Internally prewired
• Azimuth Zero : Programmable
• Azimuth/Elevation : Programmable dari 0 ke 359 dan elevation - 83 ke +33
• Direction Display : Programmable
• Mode of Operation : Selectable
• Receiver : Automatic sensing
• Protocol : RS-485/422 atau yang lain
• Addressing : Selectable DIP Switches
• Speed : 0,5o – 40/sec
• Pan Rotation : 360° continous
• Preset Speed : 100°/sec
• Vertical Tilt : +33° to -83° unobstructed
• Tilt Speed : 0.5° s/d 20° /sec pada kecepatan angin 50 s/d
90o mill/hour
• Presets : 64, dengan 20-character label / preset
• Preset Accuracy : +/-.25°
• Comunication : RS422
• Position Feedback : Out put ASCII
• Direct Positioning : Yes
• Auto Pan : Yes

4.4.2.2. Day Night Camera

• Day/ Night Operation


Day : Infrared (IR) cut filter
Night : BK-7 glass, same optical displacemnt as day
• Imaging Device : 1/3-inch image format
• Dynamic Range : 60 dB maximum (WDR mode)
• Picture Elements
NTSC : 768 (H) x 494 (V)
PAL : 752 (H) x 582 (V)
• Sensing Area : 6 mm diagonal
• Scanning System : 525 (NTSC)/625 (PAL), 2:1 interlace
• Synchronization : AC line lock/internal
• Horizontal Resolution : 530 TV lines (B-W); 480 TV lines (color)
• Electronic Shutter Range
NTSC : 1/60-1/50,000 second
PAL : 1/50-1/50,000 second
Auto Iris Lens Type : DC-drive (autosensing)
• Minimum Illumination
B-W (SENS 40x) : 0.002 lux, F1.2, 40 IRE, AGC on,
Color (SENS 40x) : 0.05 lux, F1.2, 40 IRE, AGC on, 75% scene
• Filter Switching Threshold
Day to Night : 1.6 lux, average scene illumination
Night to Day : 1.9 lux, average scene illumination
Digital Slow Shutter : Selectable on/off;
Signal-to-Noise Ratio : >50 dB
Vertical Phase : Adjustable ±90°
Automatic Gain Control : Selectable: on/off
Backlight Compensation : Selectable: on/off
Flickerless Mode : Selectable: on/off;
: 1/100 sec (NTSC), 1/120 sec (PAL)
Auto White Balance : Selectable: on/off
Day/Night : Selectable: on/off
Signal Processing : Digital signal processing (DSP) Video Output
: 1 Vp-p, 75 ohms
Gamma Correction : Selectable: on/off, 0.45, 0.6, 1.0
White Balance Range : 2,500° to 8,600°K.
Indeks Protection : IP 65
EMC : FCC Class A/B

4.4.2.3. LENS

• Type : Motorized Zoom


• Format Size : 1/3-inch
• Mount Type : CS
• Focal Length : 5.5~165 mm
• Zoom Ratio : 24x
• Relative Aperture : (F) 1.6~360 1.8~360
• Operation
• Iris : Auto Iris (Direct Drive)
• Focus : Motorized*
• Zoom : Motorized*
• Angle of View
• Diagonal : 2.1º~58.7º
Horizontal : 1.7º~47.6º
Vertical : 1.3º~33.9º
Minimum Object Distance : 1.8 m
Back Focal Length : 15.5 mm
Filter Size (mm) : 72P 0.75
CERTIFICATIONS : CE, Class B, FCC, Class B
ENCLOSURE : Dust-Proof, Compact, Lightweight, Aluminum Construction, NEMA 4
and IP66 Standards

4.4.3. Indoor Fixed Dome Camera

• Low Light Operation


Imaging Device : 1/3-inch image format
Dynamic Range : 60 dB maximum (WDR mode)
• Picture Elements
PAL : 795 (H) x 596 (V)
• Sensing Area : 6,3 mm (H) x 4,7 mm (V)
• Scanning System : 625 (PAL), 21 interlace
• Synchronization : AC line lock/internal
• Horizontal Resolution : 570 TV lines
• Electronic Shutter Range
PAL : 1/60-1/100,000 second
• Auto Iris Lens Type : DC-video control (autosensing)
• Minimum Illumination : 0.07 lux, 1/60-second shutter speed or : 0.003 lux, ½-second shutter
speed, f1.2, : 40 IRE, AGC on, 75% reflectance
• Filter Switching Threshold
• Digital Slow Shutter : Selectable on/off;
• Signal-to-Noise Ratio : >50 dB
• Vertical Phase : Adjustable 0°±70°
• Automatic Gain Control : Selectable: on/off
• Backlight Compensation : Selectable: on/off
• Auto White Balance : Selectable: on/off
• Day/Night : Selectable: on/off
• Signal Processing : Digital signal processing (DSP)
• Video Output : 1 Vp-p, 75 ohms

LENS

• Format Size : 1/3-inch


• Mount Type : CS
• Focal Length : 2.8-8mm
• Relative Aperture : (F) 1.6~360 1.8~360
• Operation
Iris : Auto Iris (Direct Drive)
Focus : Manual
• Minimum Object Distance : 0.75 m
• Back Focal Length : 15.5 mm
• Filter Size (mm) : 72P 0.75

ENCLOSURE : Dust-Proof Compact, Lightweight Aluminum Construction NEMA 4


and IP66 Standards

4.4.3.1. Imaging Device : 1/3-inch Interline Color CCD minimal

4.4.3.2. Synchronization System : Internal/AC line lock/internal, auto select

4.4.3.3. Horizontal Resolution : PAL 460 TVL

100
100
4.4.3.4. Signal-to-Noise ratio : 50 dB

4.4.3.5. Min. Illumination : 0.75 lux @ 40 IRE DSS Off,F1.6 @ wide angle 1.20 lux @ 50 IRE DSS Off, F1.6 @
wide angle, 0.025 lux @ 40 IRE, 30 fields of, DSS, F1.6 @wide angle, 0.040 lux @ 50 IRE, 30 fields
ofDSS, F1.6 @ wide angle

4.4.3.6. Gain Control : Auto/Manual by DIP Switch

4.4.3.7. White Balance : Auto

4.4.3.8. Backlight Compensation : On/Off Switch Selectable

4.4.3.9. Exposure : Automatic Control w/DC Iris Meter (1/60 - 1/100,000)

4.4.4. Outdoor P/TZ/ Camera

4.4.4.1. Pan and Tilt Drive

• General Construction : Sheet aluminum


• Finish : Powder coating
• Viewing Window : 0.23-inch (5.84 mm) tempered glass
• Drive Unit : 9° stepper motor
• Limit Stops : Programmable
• Wiring : Internally prewired
• Azimuth Zero : Programmable
• Azimuth/Elevation : Programmable dari 0° ke 359° dan elevation -83° ke +33°
• Direction Display : Programmable
• Mode of Operation : Selectable
• Receiver : Automatic sensing
• Protocol : RS-485/422 atau yang lain
• Addressing : Selectable DIP Switches
• Speed : 0,5o – 40/sec
• Pan Rotation : 360° continous
• Preset Speed : 100°/sec
• Vertical Tilt : +33° to -83° unobstructed
• Tilt Speed : 0.5° s/d 20° /sec pada kecepatan angin 50 s/d 90 mill/hour
• Presets : 64, dengan 20-character label / preset
• Preset Accuracy : +/-.25°
• Comunication : RS422
• Position Feedback : Out put ASCII
• Direct Positioning : Yes
• Auto Pan : Yes

4.4.4.2. Day Night Camera

• Day/Night Operation
Day : Infrared (IR) cut filter
Night : BK-7 glass, same optical displacement as day
• Imaging Device : 1/3-inch image format
• Dynamic Range : 60 dB maximum (WDR mode)
• Picture Elements
NTSC : 768 (H) x 494 (V)
PAL : 752 (H) x 582 (V)
• Sensing Area : 6 mm diagonal
• Scanning System : 525 (NTSC)/625 (PAL), 2:1 interlace
• Synchronization : AC line lock/internal
• Horizontal Resolution : 530 TV lines (B-W); 480 TV lines (color)
• Electronic Shutter Range
NTSC : 1/60-1/50,000 second
PAL : 1/50-1/50,000 second
• Auto Iris Lens Type : DC-drive (autosensing)
• Minimum Illumination
B-W (SENS 40x) : 0.002 lux, F1.2, 40 IRE, AGC on,
Color (SENS 40x) : 0.02 lux, F1.2, 40 IRE, AGC on, 75% scene
• Filter Switching Threshold
Day to Night : 1.6 lux, average scene illumination
Night to Day : 1.9 lux, average scene illumination
• Digital Slow Shutter : Selectable on/off;
• Signal-to-Noise Ratio : >50 dB
• Vertical Phase : Adjustable ±90°
• Automatic Gain Control : Selectable: on/off
• Backlight Compensation : Selectable: on/off
• Flickerless Mode : Selectable: on/off; 1/100 sec (NTSC), 1/120 sec (PAL)
• Auto White Balance : Selectable: on/off
• Day/Night : Selectable: on/off
• Signal Processing : Digital signal processing (DSP)
• Video Output : 1 Vp-p, 75 ohms
• Gamma Correction : Selectable: on/off, 0.45, 0.6, 1.0
• White Balance Range : 2,500° to 8,600°K.

LENS
• Type : Motorized Zoom
• Format Size : 1/3-inch
• Mount Type : CS
• Focal Length : 5.5~165 mm
• Zoom Ratio : 24x
• Relative Aperture : (F) 1.6~360 1.8~360
• Operation
Iris : Auto Iris (Direct Drive)
• Focus : Motorized*
• Zoom : Motorized*
• Angle of View
Diagonal : 2.1º ~ 58.7º
Horizontal : 1.7º ~ 47.6º
Vertical : 1.3º ~ 33.9º
• Minimum Object Distance : 1.8 m
• Back Focal Length : 15.5 mm
• Filter Size (mm) : 72P 0.75

CERTIFICATIONS : CE, Class B, FCC, Class B


ENCLOSURE : Dust-Proof, Compact, Lightweight, Aluminum Construction, NEMA
4 and IP66 Standards, Sun Shroud and Dual-Element

4.4.5. Outdoor Fixed Camera

• Low Light Operation


• Imaging Device : 1/3-inch image format
• Dynamic Range : 60 dB maximum (WDR mode)
• Picture Elements
PAL : 795 (H) x 596 (V)
• Sensing Area : 6,3 mm (H) x 4,7 mm (V)
• Scanning System : 625 (PAL), 21 interlace
• Synchronization : AC line lock/internal
• Horizontal Resolution : 570 TV lines
• Electronic Shutter Range
PAL : 1/60-1/100,000 second
• Auto Iris Lens Type : DC-video control (autosensing)
• Minimum Illumination : 0.07 lux, 1/60-second shutter speed or : 0.003 lux, ½-second shutter
speed, f1.2, : 40 IRE, AGC on, 75% reflectance
• Filter Switching Threshold
• Digital Slow Shutter : Selectable on/off;
• Signal-to-Noise Ratio : >50 dB
• Vertical Phase : Adjustable 0°±70°
• Automatic Gain Control : Selectable: on/off
• Backlight Compensation : Selectable: on/off
• Auto White Balance : Selectable: on/off
• Day/Night : Selectable: on/off
• Signal Processing : Digital signal processing (DSP)
• Video Output : 1 Vp-p, 75 ohms

LENS

• Format Size : 1/3-inch


• Mount Type : CS
• Focal Length : 2.8-8mm
• Relative Aperture : (F) 1.6~360 1.8~360
Operation
• Iris : Auto Iris (Direct Drive)
• Focus : Manual
• Minimum Object Distance : 0.75 m
• Back Focal Length : 15.5 mm
• Filter Size (mm) : 72P 0.75

ENCLOSURE : Dust-Proof Compact, Lightweight Aluminum Construction NEMA 4


and IP66 Standards

4.4.6. Digital Video Recorder (DVR)

4.4.6.1. GENERAL

• Operating Temperature : 50° to 95°F (10° to 35°C)


• Relative Humidity Maximum : 80%, noncondensing
• Dilengkapi dengan UTP Converter

4.4.6.2. FEATURES

• 16-Channel Expansion Box Option


• Maximum Increased Storage Capacity of 3 TB and External Storage RAID Option
• Increased Frame Rate for CIF, 2CIF and 4CIF Recording
• Standard Analog Output
• 10/100/1000 Gigabit Ethernet Port
• Multicasting
• NTP Time Server Compatible
• Standard DVD-R Burner Writes to CD-R and DVD-R Media
• Up to 704 x 480 Recording Resolution (4CIF)
• Up to 32 Camera Inputs and Outputs with Auto Termination
• Support for Camera Selection and PTZ Control
• Third-Party Dome Support

4.4.6.3. ADDITIONAL FEATURES

• On-Line Help
• Up to 32 Channels of Audio Recording (Optional)
• 8/16/24/32 Alarm Inputs and 8/16/24 Relay Outputs
• Camera View Favorites
• Instant Playback
• Quick Menu Option to Turn Relays On/Off
• Live Audio Over the Network
• Video Loss Event Start and Recovery Time
• Video Loss Event Linked to an Alarm
• Up to 100 Servers in Client Tree
• Network Bandwidth Throttling
• Multiple Displays for Live Viewing or Playback While Recording
• 6X Digital Zoom on Playback
• Pre-Motion and Pre-Alarm Recording
• On-Screen PTZ Control with Positioning Device Programming Capability
• Includes Remote PC, Web, and Handheld Client Software
• Compression Technology Offering High-Quality and Small File Sizes
• Local and Remote Administration, Live, Search, and Playback Viewing
• Individual Camera Channel Configuration
• Display of Cameras from Different Sites on One Screen
• Dynamically Adjustable Frame Rate and Image Quality for Motion and Alarm Recording and Pre-
Alarm Recording
• Pre-Alarm Recording up to 60 Seconds (up to 15 Minutes with Optional)
• Monitor System Changes Using Activity Logs
• User-Friendly and Highly Intuitive Graphical User Interface
• Local and Remote Software Upgrade Capabilities
• Multilevel Password and User Configuration
• Automatic Image Watermarking
• Multilanguage Support (English, French, German, Italian, Polish, Portuguese, Russian, and Spanish)
• User-Definable PTZ Presets, Patterns, and Preset Tours
• Display up to 36 Local and Remote Cameras on a Single Screen Only in CIF
• Print Still Images from Video
• Export Video and Still Images in Multiple Formats, Including Native, AVI, ASF, BMP, TIFF, and JPEG
• API Facilitates Development and Integration of Third-Party Applications
• Ability to Configure Any Number of Camera Inputs for Covert Mode
• Scheduled Backup
• Pre-alarm time estimate based on 16-channel recording at a resolution of 320 x 240 (CIF) and a
frame rate of 5 ips.

4.4.6.4. ELECTRICAL/VIDEO

• Input Voltage : 100-240 VAC ±10%, 50/60 Hz, autoranging


• Power Consumption : Maximum 350 watts
• Signal System : NTSC/PAL
• Operating System : Windows ® 2000 and Service Pack 4
• Recording Resolutions : NTSC PAL
320 x 240 320 x 288
640 x 240 640 x 288
640 x 480 640 x 576
352 x 240 352 x 288
704 x 240 704 x 288
704 x 480 704 x 576

• Video Inputs : 8/16/24/32


• VGA Outputs : Min. 1
• Analog Video Outputs : Min. 1
• Alarm Input Terminals : 8/16/24/32 (user selectable, N.O./N.C.)
• Relay Output Terminals : 8/16/24 (user selectable, N.O./N.C.)
• Relay Contact Ratings Rated
(Resistive) Load : 0.5 A at 120 VAC or 1 A at 24 VDC
• Remote Administration : Full remote control via TCP/IP network
• Total Recording Rate : Up to 480 ips at CIF
: Up to 240 ips at 2CIF
: Up to 120 ips at 4CIF

4.4.6.5. MECHANICAL

Connectors :

BNC : Video inputs and outputs


6-pin mini-DIN : PS/2 mouse and keyboard
DB9 : COM 1
DB15 : VGA port
RJ-45 : Gigabit Ethernet port (1000BaseT) and RS-485/RS-422 ports
USB : Min. 4 high-speed USB 2.0 ports
Audio Connectors : Min. 1 miniature phone jack for audio output

4.4.7. LCD Monitor

• Screen size : 42”


• Type : LCD TFT, Flat
• LCD Panel Type : 1280 x 1024 pixel
• Pixel pitch : 0.280 x 0.280 mm NEC
• Resolution : 1280 x 1024 at 60 Hz IBM
• Display Color : 16 M
• Color enclosure : Black or Silver

4.4.8. Fire Fighting dan Fire alarm System

4.4.8.1. Sprinkler & Hydrant Pump

• Memberikan indikator status ada/tidaknya aliran air dari pompa Sprinkler & Hydrant.
• Memberikan status on/off pompa
• Memberikan trip off alarm.
4.4.8.2. MCFA

• Memberikan indikator status ada/tidaknya power listrik yang masuk kedalam panel.
• Memberikan status dan trip alarm MCFA
• Memerikan status flow switch yang dikontrol melalui MCFA.

4.4.9. Sistem Vertical Transportation/Lift

4.4.9.1. Lift

• Memberikan indikator general alarm.


• Memberikan status operasional tiap-tiap lift.

4.4.10. Genset

4.4.10.1.CB Incoming

• Memberikan indikator status dan trip alarm

4.4.10.2.CB Outgoing

• Memberikan indikator status dan trip alarm

4.4.10.3.Fuel Storage Tank

• Memberikan indikator alarm bila permukaan bahan bakar dari Fuel


• Storage Tank berada diatas batas permukaan atas (high level).
• Memberikan indikator alarm bila permukaan bahan bakar dari Fuel
• Storage Tank berada dibawah batas permukaan bawah (low level).

4.4.10.4.Daily Tank

• Memberikan indikator alarm bila permukaan bahan bakar dari Daily Tank berada diatas batas
permukaan atas (high level).
• Memberikan indikator alarm bila permukaan bahan bakar dari Daily Tank berada dibawah batas
permukaan bawah (low level).

4.4.10.5.Panel Kontrol Genset (PKG)

• Memonitor Arus (Current)


• Memonitor Tegangan (Voltage)
• Memonitor Cos Phi
• Memonitor DC Voltage
• MemSpesifikasi Teknis Hardware

4.4.11. Color Display Unit

Screen Size : minimal 20 inch TFT LCD Flat


Type : XGA
Picture Capacity : 640 dynamic pictures, stored in
Resolusi :center.
1024 x 768
4.4.12. Alarm Printer

Report : Automatically printed


Colour : 7 colour prints on nominal Paper.
Resolution : 640 points/line.

4.4.13. Remote Control Unit

Processor : Micro processor minimal 8 bit


Kecepatan Komunikasi : minimal 19,2 Kbit/s
Kapasitas : DI/DO/AI/AO expandable.
Operation : Bisa stand alone (DDC)
Power Supply : Harus stabil (Original bukan local made)
Input/Output Module Digital Input
Contact : Dry contact closure.
Response : 16 m sec to switch On,16 m sec to switch Off.

Digital Output
Single Pole Change
Over Relays, Rating : 5 A at 250 VAC (resistive).
Maximum Switching : 10 VA Resistive atau 100 VDC tanpa rusak pada 0,5 A.

4.4.14. Environmental Limit

Operating : 0°C – 50°C


Humidity : 10 % - 95% RH non Condensing.

4.4.15. Switch, Relay dan Contactor

Elektrik maupun mekanik. Built in.


Mampu mendeteksi sinyal analog atau digital sesuai keperluan yang dideteksi. Tahan
Korosi. Instalasi tidak harus mempergunakan special tool yang mahal.

4.4.16. Battery UPS

Type : On Line + By Pass


Input : 184 – 264 VAC.
Output : 230 VAC.

4.4.17. Kecepatan transfer data titik terjauh maximum 10 secon


PASAL 5. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN

5.1. UMUM

5.1.1. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen Kontrak
dengan teliti untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan ini.

5.1.2. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi ataupun
yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan- bahan dan peralatan yang digunakan harus
sesuai dengan ketentuan- ketentuan pada spesifikasi ini.

5.1.3. Kontraktor wajib melengkapi seluruh peralatan-peralatan yang dibutuhkan sehingga sistem
berjalan dan beroperasi dengan baik.

5.1.4. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti
bahan atau peralatan tersebut, sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.

5.2. PENJELASAN SISTEM

5.2.1. Sistem proteksi kebakaran untuk proyek ini terdiri atas sistem hydrant, sprinkler dan pemadam
kebakaran ringan.

5.2.2. Sistem hydrant yang diinginkan untuk proyek ini adalah menggunakan sistem pillar hydrant (outdoor)
dan fire landing valve (indoor).

5.2.3. Tipe dari sistem tersebut diatas direncanakan memakai "tipe basah" (wet system), ini berarti
bahwa semua katup penyediaan air untuk sistem harus dalam kondisi terbuka penuh dan tekanan
dalam air dalam jaringan pemipaan dijaga setiap saat.

5.2.4. Cara kerja sistem Hydrant :

• Apabila tekanan dalam pipa turun sampai ambang batas yang telah ditentukan karena
adanya kebocoran, maka jockey pump akan hidup secara otomatis dan mati secara otomatis di
ambang batas tekanan yang juga telah ditentukan atau ketika pompa utama start.
• Apabila tekanan air dalam pipa terus turun karena satu atau lebih katup hydrant dibuka maka
pompa kebakaran utama akan bekerja secara otomatis dan pompa Jockey mati secara otomatis.
Pompa kebakaran utama mati secara manual oleh operator.
• Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, akan segera berbunyi dengan nada yang berbeda dengan
bunyi alarm system.

5.3. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini adalah pengadaan dan instalasi sistem fire hydrant dan instalasi fire sp rinkler sesuai dengan
gambar perancangan dan meliputi antara lain :

5.3.1. Pengadaan dan instalasi pemipaan sprinkler, sprinkler head lengkap dengan Flow Switch, Branch
Control Valve, Main Alarm Valve dan perlengkapan lainnya.

5.3.2. Pengadaan dan instalasi pemipaan dan peralatan fire hydrant yang meliputi hydrant box lengkap
dengan peralatannya, hydrant pillar, hose rail cabinet, valve-valve dan perlengkapan lainnya.

5.3.3. Pengadaan dan Pemasangan Siamese Connection untuk Fire Hydrant dan Fire Sprinkler type
sesuai standard Dinas Pemadam Kebakaran.
5.3.4. Mengadakan Testing and Commissioning terhadap seluruh sistem fire hydrant dan sprinkler
hingga berfungsi dengan baik serta memenuhi persyaratan untuk bangunan tinggi.

5.3.5. Membantu mengurus proses perijinan serta persyaratan lain yang diperlukan untuk mendapatkan
persetujuan bahwa Instalasi sistem fire hydrant dan sprinkler dapat dinyatakan baik dan layak pakai
oleh Dinas Pemadam Kebakaran serta untuk Unit Pressure Tank harus mendapat sertificate dari
DEPNAKER.

5.3.6. Mengadakan Training Operasional, waktu serta kesiapannya akan ditentukan kemudian bersama
Pemberi Tugas/Konsultan Manajemen Konstruksi.

5.4. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

5.4.1. Ground Water Tank

5.4.2. Fire Hydrant Pump

Pengadaan dan pemasangan pompa hydrant terdapat pada paket pekerjaan lanjutan.

5.4.3. Pemipaan

• Material Pipa yang digunakan Black Steel Pipe Medium Class dan harus diusahakan semuanya
berasal dari satu merk.
• Demikian juga untuk fitting digunakan Black Steel Medium Class.

5.4.4. Valve-valve

5.4.4.1. Gate Valve :

• Untuk diameter valve sampai dengan 50 mm menggunakan tipe bronze body, non rising stem,
screwed bonnet, solid wedge disk, screwed end .
• Untuk valve diameter lebih besar dari 50 mm menggunakan tipe flanged or lugged body, stainless
steel disk, stainless steel shaft, hand wheel operated with position indicator.
• Material body : carbon steel untuk tekanan 300 psi.

5.4.4.2. Check Valve :

• Untuk diameter valve sampai dengan 50 mm menggunakan material bronze body, swing type, Y
pattern, screwed cup, metal disk, screwed end.
• Material body : swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material carbon steel
untuk tekanan 300 psi.

5.4.4.3. Katup-katup yang Lain

Katup-katup yang tidak disebutkan diatas minimal mempunyai working pressure 300 psi.

5.4.5. Pillar Hydrant

Pillar hydrant yang digunakan di sini adalah jenis short type two way dengan main valve dan branch valves ukuran
100 x 65 x 65 mm. Jenis coupling harus disesuaikan dengan model yang dipergunakan oleh mobil dinas
kebakaran kota. Setiap pillar hydrant harus dilengkapi dengan gate valve untuk memudahkan maintenance.

5.4.6. Hydrant Boxs

5.4.6.1. Indoor Hydrant Box (Class III NFPA) harus terdiri dari Peralatan sbb :
• Steel box recessed type, ukuran 750mm x 1250mm x 180mm dicat duco warna merah dengan
tulisan warna putih HYDRANT pada tutup yang dapat dibuka 1800 dan dilengkapi stopper. Ø
• Box harus dilengkapi Alarm Push Button, Alarm Lamp dan Alarm Bell.
• Hose rack untuk slang Ø 40mm, chromium plated bronze dengan jumlah gigi disesuaikan dengan
lebar box.
• Hydrant valve Ø 40 mm dan Ø 65mm, chromium plated. Sambungan dan bentuk valve disesuaikan
dengan posisi pipa.
• Fire Hose (slang kebakaran) ukuran 40mm x panjang 30m lengkap couplingnya.
• Hydrant nozzle variabel spray type size 40 mm. Material baja galvanized, kuningan atau
perunggu.

5.4.6.2. Outdoor Hydrant Box (Class III NFPA) harus terdiri dari Peralatan sbb :

• Steel box outdoor type, ukuran 660mm x 950mm x 200mm dicat duco warna merah dengan
tulisan warna putih HIDRAN pada tutup yang dapat dibuka 1800 dan dilengkapi stopper.
• Hose rack untuk slang Ø 65mm, chromium plated bronze dengan jumlah gigi disesuaikan dengan
lebar box.
• Hydran valve Ø 40 mm dan Ø 65mm, chromium plated. Sambungan dan bentuk valve
disesuaikan dengan posisi pipa.
• Fire Hose (slang kebakaran) ukuran 65mm x panjang 30m lengkap couplingnya.
• Hydrant nozzle variabel spray type size 65mm. Material baja galvanized, kuningan atau
perunggu.

5.4.7. Fire Brigade Connection

5.4.7.1. Fire brigade connection yang dipergunakan di sini adalah two way Siamese connection
untuk pasangan free standing dengan ukuran 100 x 65 x 65 mm.

5.4.7.2. Siemese connection dibuat dari bronze lengkap dengan built-in check valve dan out coupling yang
sesuai dengan standar yang dipergunakan oleh Dinas Pemadam Kota.

5.4.8. Valve Box

5.4.8.1. Bak kontrol untuk valve terbuat dari konstruksi beton bertulang dengan dimensi : panjang x lebar
= 60 x 60 cm dan dalamnya disesuaikan dengan kedalaman pipa.

5.4.8.2. Lokasi penempatan valve box adalah seperti yang terlihat dalam gambar perencanaan.

5.4.9. Sistem Pengoperasian

5.4.9.1. Pelayanan hydrant pilar diluar bangunan dan pelayanan dalam bangunan digunakan satu set
pompa yang terdiri dari jockey pump, electric hydrant pump dan diesel hydrant pump dengan
tekanan kerja
± 12 kg/cm2.

5.4.9.2. Pengaturan kerja pompa dilakukan secara automatic dengan pressure switch pump Control,
control valve serta panel-panel pengoperasian.

5.4.9.3. Semua ketentuan-ketentuan unit pompa beserta perlengkapannya harus mengikuti NFPA
20 standard.

5.4.10. Panel Kontrol


• Panel kontrol merupakan kelengkapan unit sistem fire hydrant pump yang dapat mengatur
kerja pompa secara automatic baik jockey pump sebagai pompa pembantu, pompa utama
penggerak electric maupun pompa penggerak engine.
• Khusus pompa penggerak engine akan bekerja secara automatic bila saluran daya listrik
terputus pada saat terjadi kebakaran.

5.5. FIRE EXTINGUISHER

5.6.1. Untuk ruangan kantor menggunakan Fire Extinguisher type Dry Chemical Multi Purposes (ABC) 3.5 kg.

5.6.2. Untuk ruangan trafo, genset menggunakan Fire Extinguisher type Carbon Dioksida (CO2) 25 kg.

5.6. PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN

5.6.1. Pompa-pompa

Pengadaan dan pemasangan pompa terdapat pada paket pekerjaan lanjutan.

5.6.2. Pipa

5.6.2.1. Umum

• Pemasangan pipa dan perlengkapannya serta peralatan lainnya harus sesuai dengan gambar
rencana dan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan serta kerapian.
• Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50 mm diantar pipa-
pipa atau dengan bangunan & peralatan.
• Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang/disambung.
• Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan, antara lain
katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang
diperlihatkan pada gambar.
• Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi dengan union
atau flange.
• Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-sambungan cabang pada pekerjaan
perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
• Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan
penggantian.
• Sambungan–sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan angkur pipa secukupnya
harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau alat-alat yang dihubungkan oleh gaya
yang bekerja kearah memanjang.
• Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarah- pengarah pipa harus
secukupnya disediakan agar pemuaian serta perenggangan terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai
dengan permintaan & persyaratan pabrik.
• Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pekerjaan pemipaan
yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan menggunakan caps atau plug
untuk mencegah masuknya kotoran/benda-benda lain.
• Semua pemotongan pipa harus memakai pipa cutter dan harus rapi dan tidak tajam (diampelas).
• Semua pipa harus dipasang lurus sejajar dengan dinding/bagian dari bangunan pada arah
horizontal maupun vertikal.
• Semua pemipaan yang akan disambung dengan peralatan harus dilengkapi dengan wartel mur atau
flange.
• Pekerjaan pemipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.
5.6.2.2. Pipa Tekan

• Pipa tekan dari pompa dilengkapi dengan stop valve (gate valve), non return valve (check valve),
flexible connection, dan manometer tekan.
• Pipa isap dan pipa tekan dicat dasar dan cat finishing warna merah.

5.6.2.3. Pipa Induk Proteksi Kebakaran

• Pemasangan pipa adalah sesuai dengan gambar perencanaan.


• Pada header dipasang pressure switch yang mengatur mati/hidupnya masing-masing pompa,
pipa serta perlengkapan untuk pengetesan pompa. Pada bagian-bagian tertinggi dari pipa dipasang
air valve dia. 25 mm.

5.6.2.4. Penggantung dan Penumpu Pipa

• Pemipaan harus ditumpu atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel dengan tepat dan
sempurna agar dimungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau peregangan pada jarak yang tidak
boleh melebihi jarak yang diberikan dalam list berikut ini :

No Ukuran Pipa Interval Interval Tegak

(mm) Mendatar (m)


1 ≤ Ø 20 1.8 2
2 Ø 25 ~ Ø 40 2.0 3
3 Ø 50 ~ Ø 80 3.0 4
4 Ø 100 ~ Ø 150 4.0 4
5 Ø 200 atau lebih 5.0 4

• Bila dalam suatu kelompok pipa yang terdiri dari bermacam-macam ukuran, maka jarak
interval yang dipergunakan harus berdasarkan jarak interval pipa ukuran terkecil yang ada.
• Sebelum pipa dipasang, support harus dipasang dulu dalam keadaan sempurna. Semua
pemasangan harus rapi dan sebaik mungkin.
• Semua pipa dan gantungan, penumpu harus dicat dasar zinchromate dan pengecatan sesuai
dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

5.6.2.5. Pipa dalam Tanah

• Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.


• Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 3 meter pada dasar galian dengan adukan semen.
Semua galian pipa harus dilakukan pengurugan serta pemadatan kembali seperti kondisi
semula.
• Kedalaman pipa minum minimum 80 cm di bawah permukaan tanah.
• Semua pipa diberi lapisan pasir yang telah dipadatkan setebal 15–30 cm untuk bagian atas dan
bagian bawah pipa dan baru diurug dengan tanah tanpa batu-batuan atau benda keras lainnya.
• Pipa dibalut wrapping bahan bitumen sheet.
• Pipa yang ditanam pada tanah yang labil, harus dibuat dudukan beton pada jarak 2~2,5 m.
• Untuk pipa-pipa yang menyebrangi jalan harus diberi pipa pengaman (selubung) baja atau
beton dengan diameter minimum 2 kali diameter pipa tersebut. Celah antara selubung dengan
pipa diisi pasir.

5.6.2.6. Selubung Pipa

• Selubung untuk pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus konstruksi
beton.
• Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran di luar pipa
ataupun isolasi celah antara selubung dengan dinding luar pipa minimal 25 mm.
• Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja.

5.6.2.7. Sambungan Pipa

• Sambungan Las
- Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan las berlaku untuk ukuran
diatas ᶲ 65 mm. Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las. Kawat las atau
elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang dilas.
- Sebelum pekerjaan las dimulai, Kontraktor harus mengajukan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi contoh hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
- Tukang las harus mempunyai sertifikat pengelasan dan hanya boleh bekerja sesudah
mempunyai surat ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
- Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk mencegah korosi.
- Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang berkondisi baik menurut penilaian
Konsultan Manajemen Konstruksi.
• Sambungan Ulir
- Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir berlaku untuk
ukuran sampai dengan Ø 65 mm.
- Kedalaman ulir pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk pada pipa dengan diputar
tangan sebanyak 3 ulir.
- Semua sambungan ulir harus mempergunakan perapat Henep dan zink white dengan campuran
minyak.
- Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau roda.
- Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter dengan reamer.
- Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
• Sambungan Flexible

Sambungan flexible harus disediakan dengan tujuan untuk menghilangkan getaran dari sumber
getaran.

• Sambungan flanged

Sambungan flanged harus dilengkapi rubber set/ ring, seal dari karet secara homogen.

5.6.2.8. Selubung Pipa

• Selubung untuk pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus konstruksi
beton.
• Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran diluar pipa
ataupun isolasi.
• Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk yang kedap air harus
digunakan sayap.
• Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap
air (water proofing) harus dari jenis “ flushing sleeves”.
• Rongga antara pipa dan selubung harus dibuat kedap air dengan rubber
• sealed atau “caulk”

5.6.3. Pemasangan Katup-katup

Katup-katup harus disediakan dan dipasang sesuai yang diminta dalam gambar rencana dan spesifikasi
agar sistem dapat bekerja dengan baik.
5.7. TESTING

5.7.1. Seluruh sistem dilakukan percobaan sampai berfungsi dengan baik. Peralatan testing disediakan oleh
Kontraktor dan atau beban/biaya Kontraktor sendiri. Pada waktu testing dan percobaan diawasi
oleh wakil pemilik dan Konsultan Manajemen Konstruksi.

5.7.2. Kontraktor harus melaksanakan pengujian terhadap sistem instalasi yang telah dipasang, baik secara
sebagian maupun secara keseluruhan, sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah berlaku atau yang
ditentukan oleh spesifikasi.

5.7.3. Kontraktor harus mengadakan pengujian pada waktu pihak Konsultan Manajemen Konstruksi
hadir, dan pihak Konsultan Manajemen Konstruksi akan menentukan apakah testing yang dilakukan
cukup baik atau diulang kembali. Kontraktor harus menanggung segala biaya yang timbul dalam
pengujian-pengujian ini.

5.7.4. Apabila didalam pengetesan instalasi ini menyangkut pihak lain, maka pihak lain tersebut harus ikut
menyaksikan pengetesan ini dan diminta memberikan saran-saran/masukan agar jalannya testing aman.

5.7.5. Kontraktor harus memberikan hasil pengujian kepada Konsultan Manajemen Konstruksi. Hasil-hasil
pengujian akan dipakai untuk menentukan apakah sistem instalasi yang telah dipasang berfungsi
sebagaimana mestinya.

5.7.6. Pengujian oleh dinas kebakaran harus dilakukan sampai mendapatkan Surat Ijin/Rekomendasi
untuk pengurusan IPB (Ijin Penggunaan Bangunan) segala sesuatunya merupakan tanggung jawab
Kontraktor.

5.7.7. Instalasi Pipa

• Seluruh instalasi pipa harus dilaksanakan testing dengan test pressure 15 ATM bagian per bagian,
masing-masing selama 4 jam terus menerus, tanpa ada kebocoran/penurunan pada test pressure.
• Setiap kali dilakukan penyambungan pipa pemadam kebakaran dilakukan testing ini.

5.7.8. Pompa

• Dapat bekerja secara otomatis dan manual


• Dapat berfungsi dengan sumber daya dari PLN maupun dari genset
• Head pompa sesuai dengan spesifikasi teknis peralatan

5.8. TRAINING

5.8.1. Kontraktor harus memberikan training bagi operator minimal 3 (tiga) orang yang ditunjuk oleh
pemberi tugas, sebelum diterbitkannya surat keterangan serah terima pekerjaan pertama.

5.8.2. Materi training teori dan praktek sampai dapat mengetahui operasi dan maintenance.

5.9. REFERENSI PRODUK

5.9.1. Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi.

Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan Kontraktor baru dapat
menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
5.9.2. Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :

No Peralatan Spesifikasi Alternatif Merk/Produk


1 Diesel Fire Pump (DFP) Centrifugal End Section Ebara
(100x65 FSKA)

2 Pompa Electric Fire Pump Centrifugal End Section Ebara


(EFP) (100x65 FSKA)

2 Pompa Jockey Fire Pump Vertical Multi Stage Grunfos


(JFP) (CR 5)

3 Hydrant Pillar Baja Tuang type - Appron


Two Way - Ozeki
- Yamato

4 Hydrant Box Indoor uk: Type B (class III NFPA) - Appron


Outdoor uk: Type C (class III NFPA) - Ozeki
- Yamato

5 Siamesse Concection Ukuran : 1000 x 65 x 65 mm - Appron


Free Standing Jenis coupling - Ozeki
Vander Heyden - Yamato

6 Pipa Fire Hydrant ERW Black Steel ASTM A53 Grade A Bakrie/Spindo/PPI
SCH 40.

7 Fitting Black Steel ASTM A 234 SCH 40 FKK/Benkan/HE/TSP


Pipe, class 15K.

8 Gate Valve Class 15 K - Toyo


- Showa
- Victaulic
- Kitz
- AFA

9 Check Valve Class 15 K - Toyo


- Showa
- Victaulic
- Kitz
- KKK

10 Strainer Class 15 K - Toyo


- Nibco
- Showa
- Kitz
- KKK

11 Pressure Switch 0 - 15 kg/cm² Potter electric/Fanal


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

12 Pressure Gauge 0 - 15 kg/cm² - Nagano


- Wika
- VPG

13 Main Alarm Valve Class 16 K - Watts


- Shurjoint
- Tyco

14 Hydrant Valve Class 16 K - Toyo


- Nibco
- Showa
- AFA
- Kitz

15 Automatic Air Vent Cast Iron - Yoshitake


- Amstrong
- Samyang

16 Flow Switch Detector - Potter Electric


- System Sensor

17 Head Sprinkler - Viking


- Grinnel
- Tyco
18 Fire Extinguisher Dry Chemical Portable - Yamato
CO dilengkapi dengan roda - Appron
- Gunnebo
19 Fleksible Joint - Tozen
- Muraflex
- KKK
-

116
PASAL 6. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN TATA UDARA DAN VENTILASI
MEKANIK

6.1. UMUM

6.1.1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengenali dengan baik semua persyaratan yang diminta di
dalam spesifikasi ini, termasuk gambar-gambar, perincian penawaran (bills of quantity), standard dan
peraturan yang terkait, petunjuk dari pabrik pembuat, peraturan setempat dan perintah dari Konsultan
Manajemen Konstruksi selama masa pelaksanaan pekerjaan. Klaim yang terjadi atas pengabaian hal-
hal di atas tidak akan diterima.

6.1.2. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi peralatan dan material yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan, merupakan kewajiban Kontraktor untuk menggantinya tanpa ada
penggantian biaya.

6.2. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan, pemasangan, pengujian, garansi, sertifikasi, service, pemeliharaan,
penyediaan gambar terinstalasi (as-built drawing), petunjuk operasi dan pemeliharaan serta latihan petugas
instalasi ini dari pihak pemilik bangunan.

6.2.1. Lingkup Pekerjaan Utama

Lingkup pekerjaan utama ini akan meliputi tetapi tidak terbatas


pada:

6.2.1.1. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian Unit AC system Split lengkap
dengan kontrolnya. Unit AC terdiri dari Indoor Unit (IU) dan Outdoor Unit (OU), dimana
Indoor Unit ditempatkan di dalam ruangan sedangkan Outdoor Unit ditempatkan di luar ruangan.

6.2.1.2. Pengadaan dan Pemasagan unit Chiller dan FCU Khusus untuk Ruang
OK

6.2.1.3. Pengadaan, pemasangan dan pengujian pemipaan refrigerant lengkap dengan isolasi thermis, vapour
barrier dan bahan perlengkapan lainnya yang diperlukan.

6.2.1.4. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian instalasi ducting distribusi udara lengkap dengan
damper, gantungan penguat dan sebagainya.

6.2.1.5. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian system ventilasi Exhaust Fan dan Intake
Fan sesuai dengan Gambar Perencanaan.

6.2.1.6. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian seluruh instalasi air pengembunan (drainage) sampai
ke saluran air terdekat.

6.2.1.7. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian interlock system instalasi tata udara dan ventilasi
dengan system fire alarm yang ada.

6.2.1.8. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian sumber daya listrik bagi instalasi ini seperti kabel,
pressure sensor dan semua perlengkapan penunjang lainnya.

6.2.1.9. Melaksanakan pekerjaan testing, adjusting dan balancing dari semua instalasi yang terpasang, sehingga
instalasi bekerja dengan sempurna, sesuai dengan kriteria design.

6.2.1.10. Memberikan training mengenai cara pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan dari
peralatan- peralatan Air Conditioning dan instalasi terpasang. Program training harus mencakup segi
teori/prinsip dasar serta aplikasinya.
117
117
6.2.1.11. Menyerahkan gambar-gambar, buku petunjuk cara menjalankan dan memelihara serta
data teknis lengkap peralatan instalasi terpasang.

6.2.1.12. Mengadakan pemeliharaan instalasi ini secara berkala selama masa


pemeliharaan.

6.2.1.13. Memberikan garansi terhadap mesin/peralatan dan instalasinya yang terpasang selama 1 (satu)
tahun sejak serah terima pertama (kesatu).

6.2.1.14. Melakukan testing dan commissioning instalasi


tersebut.

6.2.1.15. Membuat As-built


drawing.

6.2.2. Lingkup Pekerjaan Terminasi

6.2.2.1. Pekerjaan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini adalah pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan
instalasi lain yang harus secara lengkap dan terkoordinasi dikerjakan oleh Kontraktor instalasi ini.

6.2.2.2. Menyambung kabel daya ke unit AC dan Fan yang disediakan oleh Kontraktor
listrik.

6.2.2.3. Menyambung pipa drain ke pipa drain utama sampai ke saluran


terdekat.

6.2.2.4. Koordinasi dengan Kontraktor lain maupun Instansi terkait untuk menjamin bahwa instalasi tersebut
sudah benar, aman dan memenuhi persyaratan.

6.2.3. Lingkup Pekerjaan yang Terkait

Pekerjaan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini adalah pekerjaan struktur, sipil atau finishing yang diperlukan
untuk keperluan operasi dan pemeliharaan instalasi ini yang harus dikerjakan oleh Kontraktor ini, kecuali
disebutkan lain di dalam bill of quantity bahwa akan dikerjakan oleh Kontraktor lain/tidak termasuk skope
pekerjaan.

6.2.3.1. Pengadaan dan pemasangan semua pekerjaan sipil yang terjadi akibat pekerjaan instalasi
tata udara ini.

6.2.3.2. Perbaikan kembali semua kerusakan dan finishing yang diakibatkan oleh pekerjaan instalasi
ini.

6.2.3.3. Melakukan pekerjaan atau ketentuan lain yang tercantum dalam dokumen ini berserta
addendumnya.

6.2.3.4. Pekerjaan sipil dan finishing yang diperlukan dan perapian kembali yang diakibatkan oleh instalasi AC
dan
Fan.

6.3. PERSYARATAN TEKNIS UMUM

6.3.1. Umum

6.3.1.1. Spesifikasi teknis/RKS di bawah ini menjelaskan secara umum ketentuan- ketentuan yang perlu diikuti
untuk semua bagian yang dalam pelaksanaannya berhubungan dengan instalasi Air Conditioning (Tata
Udara).
6.3.1.2. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah ketentuan spesifik yang saling melengkapi dan sama
mengikatnya.

6.3.2. Publikasi, Code dan Standard


Publikasi, code dan standard yang berlaku di Indonesia wajib dijadikan pedoman untuk instalasi peralatan ini.
Untuk publikasi, code dan standard yang belum ada di Indonesia, Kontraktor wajib mengikuti publikasi, code
dan standard internasional yang berlaku dan merupakan edisi terakhir antara lain seperti :

• SMACNA – 85
• ASHRAE – Guide and data Book, ARI
• NFPA – 90A
• ASTM, ASME
• AMCA
• CTI
• PUIL 2000
• Pedoman Plumbing Indonesia
• Keputusan/Peraturan Menteri, Gubernur dan Pemerintah daerah
• Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
• Petunjuk dari pabrik pembuat peralatan

6.3.3. Kondisi Perancangan

6.3.3.1 Kondisi udara luar bangunan :

• Temperatur rata-rata : 35° C


• Relative Humidity : 70 – 75 %
• Kecepatan angin rata-rata : 7 – 10 mile/jam

6.3.3.2. Kondisi udara dalam bangunan :

• Temperatur : 24° ± 2° C
• Relative Humidity : 55% ± 5 %
• Ventilasi : 15 – 20 cfm/orang

6.3.3.3. Khusus untuk Ruang OK:

• Temperatur : 20º ± 2º C
• Relative Humidity : 55% ± 5 %

6.3.4. Kriteria Kebisingan/Noise Criteria (NC)

Batas–batas yang diijinkan untuk perkantoran : 40 ~ 50


dB

6.3.5. Perlindungan Kebakaran

Semua peralatan maupun instalasi yang mengharuskan tahan terhadap api dalam jangka waktu tertentu,
maupun terhadap penyebaran api yang disebabkan adanya celah -celah antara pipa dengan dinding atau
lantai harus menggunakan material yang sesuai untuk tujuan tersebut.

6.4. PERALATAN UTAMA

• Unit bisa bekerja dari mulai beban puncak 100% sampai dengan beban partial 10% dari unit.
Dan bekerja nya secara automatic tergantung banyaknya jumlah beban yang ada. Setelah di Set
tempe ratur ruangan misalkan dengan suhu udara 22 derajat , maka Compressor bekerja
secara automatic . Apabila beban penuh atau pada suatu ruangan penuh dengan
pengunjung, suhu ruangan 22 derajat. Dan apabila dalam ruangan pengunjung berkurang 50%
suhu ruangan tetap 22 derajat .
• Khusus untuk pengoperasian unit bisa dilakukan dari jarak jauh sehingga memudahkan pengguna
gedung untuk mematikan dan menyalakan mesin outdoor nya.Jarak antara Unit Indoor dan oudoor,
max 150 meter.

Compressor : Jenis Welded Shell type, scroll compressor. Multi compressor,


satu unit (satu modul) minimal terdiri dari 4 kompressor.
Condenser : terbuat dari pipa seamless copper dengan fan berjumlah
sedikit- dikitnya empat fan per unit.
Evaporator : Brazed Plate Heat Exchanger.

Control : Menggunakan sequence controller dimana antar unit/modul bisa


llberkomunikasi secara langsung, mikroprosesor controller sekurang–
kurangnya sudah touch screen keypad membrane atau technology yang
terkini, dilengkapi dengan standar proteksi pengaman, data pencatat
alarm, compressor protection device, HP/LP pressure switch, 3 phase
thermal overload relay dan bisa dipasang terpisah dari unit chiller. Pada
masing-masing slave modul dilengkapi dengan control tersendiri
sehingga memungkinkan masing-masing slave modul bekerja sendiri
pada saat main control.

6.4.1. Unit Tata Udara (Air Handling Unit/Fan Coil Unit)

• Kontraktor harus memasang mesin tata udara Fan Coil Unit-FCU) dengan jenis ukuran, kapasitas
dan instalasi secara lengkap sesuai persyaratan spesifikasi teknis ini dan gambar kerja.

6.4.1.1. Perlngkapan Unit terdiri dari :

• Fan Section
• Coil Section
• Filter Section
• Mixing box Section
• Peralatan lainnya yang dipersyaratkan pabrik pembuat untuk kesempurnaan sistem.

6.4.1.2. C a s i n g

• Kabinet terbuat dari bahan galvanized steel plate 1,6 mm dengan rangka penguat dari
bahan baja/besi dengan sambungan las (proses hot dip galvanized 50 micron), dilengkapi
isolasi fiber glass diantara kedua panel dengan density 3 lb/cu.ft untuk mencegah condensasi.
• Bak pengembunan harus diberi isolasi dari fibre glass tahan api tebal 25 mm (1 inchi) dan
permukaannya dilapisi oleh alluminium foil satu sisi untuk mencegah timbulnya
pengembunan air.
• Jumlah row dan fin harus diseleksi disesuaikan dengan tingkat kebutuhan beban (sensible & total
heat) yang ada.

6.4.1.3. Fan Section

• Fan FCU harus memenuhi test uji dan bersertifikasi dari Badan yang melakukan uji
performance dari FCU (misal : Badan Penguji dilakukan oleh Euro Fan Certified).
• Blower harus jenis centrifugal forward/backward curve draw thru digerakkan oleh motor
dengan HP yang cukup
• Bearing blower harus mempunyai pipa pemberi pelumas dan dipilih yang mempunyai daya
tahan sampai 200.000 jam operasi.
• Motor penggerak fan mempunyai putaran ± 1450 rpm
• Casing motor harus terbuat dari bahan aluminium alloy dan winding insulation harus dari klas F
(IP-54).

6.4.1.4. Seleksi Motor Fan

• Kontraktor harus melakukan perhitungan ulang terhadap Total Static Pressure Ducting
berdasarkan gambar shop drawing dan merk FCU yang dipilih serta mengadakan seleksi besar
motor dan diameter pulley untuk menghasilkan debit udara yang dispesifikasikan yang sesuai
dengan shop drawing dari lay-out Ducting.
• Besarnya motor fan dari tiap-tiap FCU harus diinformasikan ke Sub- Kontraktor Listrik untuk
digunakan dalam perhitungan beban listrik & panel.

6.4.1.5. Getaran & Noise

• Dalam keadaan bekerja fan tidak boleh menimbulkan getaran dan noise yang berlebihan
melebihi NC.40 dB pada ruangan yang dikondisikan.
• Fan harus balance secara statis maupun dinamis dan harus didudukkan pada rangka yang
dilengkapi dengan spring isolator.

6.4.1.6. K a p a s i t a s

• Kapasitas air handling unit harus sesuai dengan yang tercantum dalam equipment schedule dan
dipilih dengan max. Face velocity 550 FPM (2,8 mps).

6.4.1.7. Filter

• Filter harus menjamin kebersihan udara balik dan udara segar dan dapat menyaring dengan
sempurna debu dan kotoran-kotoran udara.
• Filter harus dapat dan mudah dilepas dan dibuka kearah sisi samping.
• Jenis filter yang digunakan adalah "Disposable panel filter progresive density media coated
with visosine adhesive".
• Komposisi bahan filter harus memenuhi, antara lain :
- Average arrestance 80-85 %
- Material resistance 0,08-0,25" Wg
- Final resistance 0,5" Wg
- Face felocity 550 fpm
- Frame terbuat dari baja di Galvanized (lokal)

6.4.1.8. Return Plenum Box (apabila ada)

Setiap AHU harus dilengkapi dengan return plenum box dengan ukuran sesuai dengan gambar perancangan.

Bahan plenum harus dari jenis BJLS dengan ketebalan 1,2 mm (BJLS-120) dan dilengkapi dengan pintu access
untuk memudahkan pengecekan dan pemeliharaan.

6.4.1.9. Teknis Peralatan

• Type : Centrifugal End Suction


• Head : 17 m
• Kapasitas : 93.6 GPM
• Putaran : +/- 1.450 RPM
• Seal Type : Mechanical Seal
• Working Press : min. 10 bar, max 13,7 bar
• Bahan
Volute Casing : Cast Iron
Impeller : Bronze
Shaft : Stainless steel
Shaft Sleeve : Stainless Steel
Wear Ring : Cast Iron
• Motor
Tipe : Totally enclose, fan cooled squirrel-
cage
Enclose Class : IP-54
Insulation Class : Class F
Voltage : 380 V/3 Ph/50 Hz

6.4.1.10.Lingkup Pekerjaan

Pemasangan dan pengadaan unit air cooled yang terdiri atas indoor unit (IU) dan condensing unit (OU)
berikut pemipaan refrigerant dari kedua unit tersebut. Kapasitas masing-masing unit sebagaimana yang
tertera pada gambar rencana.

6.4.1.11.Umum

• Spesifikasi teknik yang diuraikan berikut ini adalah sebagai kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi. Sedangkan ketentuan spesifik dari kemampuan unit (perfomance) dapat dilihat
pada lembar gambar rencana yang melengkapi dokumen ini.
• Unit harus dirancang untuk beroperasi tenang, dimana semua peralatan yang bergerak harus
menggunakan unit vibration mounting dan dibalance dengan teliti untuk menjamin vibration
(getaran) yang kecil.
• Indoor unit harus terdiri dari kompresor, kondensor coil, fan, kontrol, lengkap dengan
pemipaan. Setiap unit harus mempunyai satu atau lebih kompresor dan masing-masing kompresor
mempunyai sirkulasi refrigerant dan elektrikal sirkuit tersendiri.
• Condensing Unit (OU) Casing dari outdoor unit harus waterproof, galvanized steel yang difinish
memakai baked enamel. Coil harus dibuat dari seamless copper tube dengan alumunium fin.
Tipe Fan dari condensing unit adalah propeller dengan hubungan langsung dan dilengkapi dengan
pelindung/pengaman.
• Indoor Unit (IU)
- Casing dari indoor unit seluruh permukaan bagian dalam harus diisolasi dengan bahan
fibre glass atau mineral wool tebal 25 mm. Blower dari indoor fin dari type
centrifugal, double inlet atau single inlet forward curved, multi blade dengan
pergerakan langsung
atautidak langsung memakai belt.
- Coil harus terbuat dari seamless copper tube lengkap dengan mekanikal alumunium
fin, refrigerant (liquid) line mempunyai combination moisture indicator dan sight glass,
refrigerant filter drier, dan liquid line solenoid valve. Suatu drain yang cukup dapat menampung
air condensasi pada keadaan minimum.
• Filter dan Control
Semua unit harus dilengkapi dengan washable alumunium filter tebal 25 mm. Suatu room
thermostat yang dilengkapi dengan switch off, fan speed (low, med, high), cool dan room
temperatur setting akan memfungsikan unit beroperasi.

6.4.2. VENTILASI

6.4.2.1. Umum

• Spesifikasi yang diuraikan di bawah ini adalah sebagai kebutuhan dasar yang harus diikuti.
Sedangkan ketentuan-ketentuan spesifik terhadap tipe, kemampuan (performance)
peralatan,
perlengkapan dan lainnya dapat dilihat pada lembar “Referensi Produk” yang menyertai
dokumen ini.
• Fan harus sudah mendapatkan sertifikat, sesuai standard yang berlaku di negara dimana fan
tersebut dibuat, sebagai contoh AMCA standard 210–74 di Amerika.
• Sound pressure level harus dilengkapi dalam dB dengan Re–10E12 w pada octave band mid. frek.
60–4000 Hz.
• Pada dasarnya semua fan harus mempunyai noise level yang rendah dalam operasinya dan dalam
batas-batas yang normal.

6.4.2.2. Spesifikasi Teknis

• Axial Fan
Impeller fan dari type Airfoil blade, Adjustable
pitch. Material fan :
Casing : hot dipped galvanized steel
Impeller : Almunium diecast
Shaft : Carbon steel
Pelumasan : Grease ball bearing
Fan lengkap dengan counter flange untuk penyambungan ke ducting.
Fan lengkap dengan accessories bell mount (inlet cone) bila inlet suction tidak disambungkan
ke duct (seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau Daftar Peralatan).

• Propeller Fan (wall mounted fan)


Fan dari type propeller untuk dinding seperti ditunjukkan dalam gambar atau daftar peralatan.
Untuk fan dinding lengkap dengan automatic shutter dari jenis alluminium (bila ditunjukkan dalam
Gambar Rencana atau Daftar Peralatan).
Untuk fan dinding dengan kapasitas besar dan static pressure tinggi (high pressure fan), rangka fan
dari baja yang dicat anti karat dengan impeller dari alluminium diecast.
Rangka untuk dudukan fan digantung pada lantai dari besi plat dan besi siku dan gantungan dari
besi penggantung (steel rod) yang dilengkapi peredam getaran (vibration isolator).
Rangka untuk dudukan fan pada dinding dari kayu jati, dengan baut-baut yang tahan karat.

• In-Line Axial Fan


Blade fan harus dirancang aerodinamis, bacward curve dari plate allumunium
dan digerakan langsung.
Casing terbuat dari heavy gauge (1,4 mm minimum) mild steel lengkap dengan flange di
kedua sisinya untuk menyambung ke ducting dan dicat akhir dengan epoxy powder.
Fan harus statis dan dinamis balance dari pabriknya.
Motor harus tahan beroperasi sampai temperatur 400C dan 95 % RH. Fan harus dilengkapi
dengan speed kontrol.
Noise levelnya rendah.

6.4.2.3. Instalasi

• Seluruh unit fan tipe axial harus digantung pada kontruksi bangunan ( plat beton).
• Setiap penggantung harus dilengkapi dengan peredam getaran/vibrasi jenis Spring agar untuk
mengurangi perambatan getaran pada struktur bangunan.
• Hubungan antara unit Fan dengan Ducting harus diberi flexible dari kain terpal minimal dua lapis.
• Kemiringan fan blade harus diatur sedemikian agar dicapai debit aliran udara dan static
pressure sesuai dengan kebutuhan yang dipersyaratkan.
• Baik ditunjukkan pada gambar atau tidak, seluruh unit fan yang berada dilantai atap harus diberi
pelindung hujan dan panas berupa rumah fan.
6.4.3. Instalasi

6.4.3.1. B e l o k a n

• Belokan harus dari jenis "Long radius elbow" kecuali bila ruang tidak memungkinkan, belokan
harus mempunyai jari-jari minimal 5 kali garis tengah pipa.
• Kecuali yang dinyatakan lain didalam gambar, seluruh sistem sambungan pipa menggunakan
sistem flange dan las.

5..4.3.2. S a m b u n g a n

Untuk seluruh sambungan pipa yang menggunakan sistem ulir (Screw) harus dilengkapi sealing tape
(pita perekat) atau "joint compound" untuk mencegah kebocoran.

6.4.3.3. Jarak Instalasi

• Pipa harus dipasang sejauh minimal 50 mm dari tepi dinding, atap, lantai dan lain-lain agar
memudahkan pemeliharaan (service maintenance).
• Dudukan pipa untuk menjaga jarak tersebut dibuat dari bahan yang umum digunakan.

5.4.3.4. Graded

• Ujung diameter pipa graded sedemikian untuk menjamin kelancaran aliran dan mencegah noise dan
"water hammer".
• Di mana perlu harus dipasang "relief vent" dan pipa dipasang dengan kemiringan (pitch)
secukupnya.

6.4.3.5. Test Prosedure

Setelah selesai pengelasan untuk setiap tahapan instalasi Kontraktor harus melakukan
pressure test:

• 4 Jam dengan tekanan (Woking Pressure) 4-5 kg/cm²


• 4 Jam dengan tekanan “Standard Class Pressure” 15 kg/cm²
• 4 Jam dengan tekanan “Test Pressure” 125% x Standard Class

6.4.3.6. Isolasi Getaran (Vibration Isolation)

• Seluruh sambungan ke pompa, chiller, AHU serta pipa yang berhubungan dengan lantai, dinding
beton dan lain-lain unit peralatan AC harus dilengkapi dengan fitting-fitting yang menyerap getaran
(vibration absorbing fittings/flexible joint).
• Fitting getaran untuk pelayanan air :
- Untuk dia. 65 mm keatas, isolasi getaran harus "wire & fabric reinforced moulded"
dan "vulcanized high pressure rubber connector"
- Untuk diameter pipa sampai dengan 50 mm dapat disambung dengan "wire reinforced high
pressure vulcanized rubber hose" direkatkan dengan "high pressure hose elip" dan disekat
(sealed) oleh "rubber mastic".

6.4.3.7. Penggantung dan Penyangga/Penumpu Pipa

• Seluruh pipa berisolasi harus ditumpu/digantung dan diberi bantalan sesuai besar pipa pada
konstruksi bangunan.
• Konstruksi penggantung atau penumpu harus sedemikian hingga memungkinkan
expansi/konstruksi thermis pipa tetap dan mengurangi transmisi vibrasi sedikit mungkin.
• Penggantung dan penyangga pipa harus diberi peredam getaran tipe Spring dan Neopreme, seperti
tercantum pada gambar/detail.
• Penggantung dan penyangga disediakan dan dipasang oleh Kontraktor sesuai persyaratan yang
ditetapkan dalam spesifikasi teknis ini.
• Pipa horizontal harus digantung (ditumpu) dengan baik, penggantung tersebut harus dipasang
pada konstruksi bangunan. Secara umum untuk pipa 100 mm atau lebih harus ditumpu setiap 2,5
meter (maksimum) dan untuk pipa 80 mm atau kurang harus ditumpu setiap 2,40 meter
(maksimum).
• Jarak penggantung/penumpu yang terperinci lihat schedule ukuran pipa dan jarak support yang
diijinkan.
• Kontraktor menyediakan semua kelengkapan yang perlu untuk penggantung tersebut,
harus dikoordinir dengan Konsultan Manajemen Konstruksi.
• Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem (pipa klem) yang bertumpu pada konstruksi bangunan.
Paralel dengan dinding dan garis kolom, lurus serta rapih. Tidak boleh ada pipa yang ditumpu atau
digantungkan pada pipa yang lain. Semua penggantung/penumpu untuk pipa-pipa yang terisolasi
tidak boleh menembus bahan isolasi. Semua pipa-pipa dalam ruangan masih harus ditumpu
dengan penumpu yang mencegah penerusan getaran (vibration eleminating, hangers, rubber in
shear).
• Seluruh penggantung/penyangga pipa (pipe supports) bahannya harus baja (steel), dapat diatur
untuk ketinggian (adjustable), dicat mula dengan cat anti karat serta difinish dengan warna hitam.
• Jarak antara support tidak boleh melebihi ukuran di bawah ini tanpa persetujuan Pemberi
Tugas/Konsultan Manajemen
Konstruksi.

Jarak Support Maksimum


Ukuran Pipa(mm)
(Meter)
20 – 25 2,00

32 – 150 2,40

150 keatas 2,50

• Riser vertical menembus lantai, dengan lantai yang ditembus pipa harus disangga/disupport
oleh jenis "collar" atau "clamp" di mana pipa tersebut dijepitkan pada suatu "angle" dengan kokoh.
Di sekeliling pipa riser yang masih ada celah/lubang harus ditutup rapat dengan rubber seal. Tidak
dibenarkan penutupan celah tersebut menggunakan cor beton.
- Bilamana pipa dan clamp berbeda bahannya, suatu gasket harus dipasang antara pipa dan
clamp tersebut.
- Seluruh pipa yang ditumpu/digantung/disangga adalah sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan adanya tekanan pada isolasi pompa.
- Pelat metal pelindung setidaknya minimal dari BjLS 100 dengan panjang 150 mm (6")
pada kedua sisi clamp saddle atau roller.

6.4.3.8. Lapisan Pelindung

• Seluruh pipa yang menembus lantai, dinding, atap dan lain-lain hendaknya diberi lapisan pelindung
dari penyekat/karet bahan stainless steel sheet sesuai dengan gambar dan spesifikasi.
• Selubung dalam daerah-daerah lantai yang basah dibuat dari tembaga dan menyelubungi sampai
2,5 cm di atas lantai.
• Seluruh pemipaan yang berada diluar bangunan (site) harus diberi lapisan pelindung pipa expose
dan proteksi (metal jacketing) dari bahan BJLS di cat atau Alluminium sheet dengan ketebalan
minimal 0.8 mm.

6.4.3.9. Sambungan Ekspansi (Expansion Joints)

Baik ditunjukkan pada gambar atau tidak, pada jarak-jarak dan jalur tertentu pemipaan horizontal yang
melewati deletasi maupun yang didalam trench pipa harus dipasang Expansion Joint dengan ketentuan
sebagai berikut :

• Untuk pipa-pipa lurus lebih dari 30 m dan pada tempat-tempat yang ditentukan, harus
diperlengkapi dengan sambungan expansi yaitu "expansion joint".
• Kontraktor diwajibkan untuk memperhitungkan jumlah "expansion joint" yang akan dipasang
sesuai keadaan perencanaan yang dimasukkan di dalam penawaran.
• Apabila dalam pelaksanaan terdapat kekurangan maka untuk melengkapinya
merupakan tanggung jawab dan atas biaya Kontraktor, termasuk untuk sambungan ekspansi.
• Sambungan expansi dari jenis stainless steel dengan flange bahan mild steel atau ekivalen jenis
mechanical grooved coupling dengan bahan pada body terbuat dari ductile iron yang
dilengkapi EPDM grooved rubber gasket dimana kedua-duanya fleksibilitas/ kemampuan
menahan gerakan yang sama dan yang disetujui.
• Untuk memungkinkan expansi/kontraksi dan mencegah tegangan- tegangan yang
terlampau besar, di mana mungkin dipasang "double swing" pada setiap perpindahan dari
pipa utama horizontal ke riser.
• Cabang-cabang dari riser harus dibuat sedemikian sehingga memungkinkan gerakan
riser karena expansi/kontraksi, tanpa menimbulkan ketegangan-ketegangan yang berbahaya pada
pipa-pipa cabang tersebut dan alat-alat yang terpasang pada cabang tersebut.

6.4.3.10.Pengumpul Kotoran

• Pada ujung bawah dari "riser" pada titik-titik terendah dari suatu aliran dan pada tempat-
tempat di mana kotoran dan "scale" bisa menumpuk harus dipasang pengumpul kotoran yang
ditutup (capped dirt pockets).
• Untuk memungkinkan expansi/kontraksi dan mencegah tegangan- tegangan yang
terlampau besar, di mana mungkin dipasang "double swing" pada setiap perpindahan dari
pipa utama horizontal ke riser.
• Kontraktor harus memasang pengumpul kotoran yang ditutup (cappeddirt pockets) pada tempat-
tempat terendah. Kontraktor harus menyediakan dan memasang "relief vent" pada tempat-tempat
yang diperlukan.

6.4.3.11.Instalasi Alat Ukur

• Kontraktor harus menyediakan dan memasang "pipe fittings" untuk penempatan alat-alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat- tempat penting.
• Semua peralatan ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian
tinggi.
• Seluruh thermometer harus dipasang dalam suatu "immersion well" dari pabrik yang disetujui,
di mana "well" tersebut diisi dengan media "heat

6.4.4. Pipa Pengembunan

6.4.4.1. Pekerjaan Pipa Pengembun, meliputi :

Kontraktor harus memasang pipa pengembunan (drain) dari unit-unit AHU/FCU sampai
ketempat pembuangan yang terdekat dalam saluran yang tersembunyi atau tidak
mengganggu yang
keseluruhannya harus diisolasi. Kontraktor harus berkoordinasi, memberikan data, ukuran dan
gambar- gambar yang diperlukan kepada pihak lain, terutama dengan Kontraktor Sipil.

6.4.5. Lubang Pengetesan

Kontraktor harus membuat lubang pengetesan (test Connection) pada setiap cerobong utama serta
pada tempat-tempat lain yang sekiranya perlu sesuai dengan gambar dan spesifikasi.

6.4.6. Air Extractor

Kontraktor harus memasang "adjustable air extractor" pada semua percabangan ke diffuser udara
keluar yang dapat diatur dan dikunci sesuai dengan gambar dan spesifikasinya.

6.4.7. Umum

Seperti yang ditunjukan dalam gambar rencana, Kontraktor wajib membuat contoh cara mengerjakan
isolasi yang diperlukan untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi sebelum
dilaksanakan.

6.4.8. Spesifikasi Teknis Isolasi

Pengadaan dan pemasangan isolasi untuk pipa, alat-alat bantu dan peralatan yang ditentukan, lengkap
dengan material bantu lainnya yang menunjang bagi keperluan isolasi tersebut.

Isolasi pipa refrigerant dan pipa : Elastomeric rubber density 50 - 120kg /m3.
drain thermal conductivity 0,038 w/mºK (max) atau
Polyethylene Sheet lengkap dengan aluminium foil self
adhesive.
Isolasi Ducting : Ducting memakai 1st duct tidak perlu
Adhesive Tape : Adhesive aluminium foil, fire

• Di bawah lantai/konstruksi atap harus diisolasi thermis dengan urutan antara lain alluminium
foil, rock wool, alluminium foil dan galvanized wiremesh, dipasang sedemikian rupa (lihat detail
gambar perencanaan).

6.4.8.1. alluminium sheet jacketing ketebalan 0,5 mm dengan sistem sambungan yang sedemikian rupa
sehingga air hujan tidak bisa merembes/bocor ke dalam isolasi tersebut.

6.4.8.2. Untuk alat bantu pipa cara pelaksanaan pelindung dengan metal jacketing sedemikian rupa
sehingga mudah dilepas/dibuka tanpa merusak pelindungnya, apabila ada perbaikan.

6.4.8.3. Setiap gantungan pipa yang diisolasi tetapi tanpa memakai metal jacketing, antara clamp
gantungan dan isolasi harus memakai metal dudukan (saddle) dari BJLS 80 selebar 150 mm dan
setengah lingkaran atau penuh sesuai tipe gantungan yang sisi-sisinya dilipat agar tidak tajam.

6.5. PENGECATAN

6.5.1. Kontraktor harus mengecat semua rangka penggantung, rangka penyangga, semua unit-unit yang
dirakit dilapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat dengan lapisan cat dasar (prime coating)
dan cat akhir sesuai dengan persyaratan pengecatan yang sesuai untuk bahan masing-masing dan
disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, Perencana atau Pihak lain yang ditunjuk untuk ini.
6.5.2. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat dari pabriknya atau dinyatakan lain dari
dalam spesifikasinya. Tetapi bila cacat akibat instalasi Kontraktor wajib mencat kembali khusus
ditempat yang cacat tadi dengan warna yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi,
Perencana.

6.5.3. Untuk peralatan-peralatan yang tampak maka bahan-bahan tersebut harus dicat akhir (spray)
dengan warna yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, Perencana.

6.5.4. Pengecatan harus dilakukan sebelum peralatan-peralatan tersebut dipasang.

6.5.5. Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf atau nomor identifikasi bagi peralatannya.
Sebelumnya Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda- tanda yang hendaknya dipasang pada
peralatan-peralatan itu.

6.6. PEKERJAAN LISTRIK

6.6.1. Lingkup Pekerjaan Listrik

6.6.1.1. Pekerjaan listrik yang dimaksud disini ialah semua pelaksanaan instalasi yang berkaitan dengan paket
pekerjaan sistem tata udara dan ventilasi mekanis.
6.6.1.2. Lingkup pekerjaan Kontraktor AC system dalam proyek ini meliputi pengadaan dan instalasi
seluruh panel kontrol dan panel daya (kecuali ditentukan lain) lengkap dengan komponen panel,
grounding dan terminasi.
6.6.1.3. Kontrol untuk pengaturan otomatis suhu, kelembaban, aliran air, aliran udara, damper-damper
indicator yang ada beserta seluruh peralatan yang diperlukan pada sistem AC agar sistem dapat bekerja
dengan baik sesuai dengan gambar- gambar dan spesifikasinya harus disediakan dan dipasang oleh
Kontraktor.
6.6.1.4. Semua peralatan yang resmi yang mungkin diperlukan dilaksanakan oleh Kontraktor.
6.6.1.5. Merupakan tanggung jawab dari Kontraktor AC System, apabila tiap chiller unit yang akan di instalasi
membutuhkan feeder lebih dari satu.

6.6.2. Syarat-syarat

6.6.2.1. Semua pekerjaan listrik harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan- peraturan Pemerintah
setempat, seperti PUIL 2000 dan dari Jawatan Keselamatan Kerja.
6.6.2.2. Selain dari pada itu harus pula memenuhi persyaratan standard Negara dan pabrik pembuatnya. Bila
ada perbedaan, hendaknya dipilih mana yang lebih sesuai.
6.6.2.3. Hendaknya semua uji pemeriksaan dan pengujian beserta keterangan resmi yang mungkin
diperlukan dilaksanakan oleh Kontraktor.

6.6.3. Komponen Panel

6.6.3.1. Semua bahan yang dipergunakan harus dari kualitas terbaik.


6.6.3.2. Kontraktor harus berkoordinasi dengan pihak-pihak lain agar sejauh mungkin dipergunakan
peralatan yang seragam dan dari merk yang sama untuk seluruh proyek ini.

6.6.4. Peralatan

6.6.4.1. Masing-masing unit mempunyai sistem pengaman yang terpisah.


6.6.4.2. Untuk setiap phasa pada panel diberi lampu indikator penunjukkan atau alat- alat ukur.
6.6.4.3. Semua panel harus diberi lapisan cat anti karat dan khusus untuk dipergunakan pada ruang
terbuka.
6.6.4.4. Semua panel, switch, indikator, alat-alat ukur dan yang lain-lain yang ada harus diberi nama yang
jelas dan tidak mudah rusak.
6.6.4.5. Semua alat-alat ukur yang terpasang harus dari daerah kerja yang paling sesuai dan dengan ketelitian 2%.
6.6.5. Sekering (Fuse) Cadangan

Untuk setiap panel harus disediakan sekering cadangan sebanyak yang ada dan disimpan dalam
tempat khusus dan diberi tanda pengenal.

6.6.6. Penyambungan Kabel

Semua penyambungan kabel harus dilakukan sesuai dengan persyaratan yang ada diantaranya ialah :
- Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambung tembaga yang
sesuai dan dilapisi dengan timah putih.
- Penyambungan kabel berisolasi karet harus diisolasi karet.
- Penyambungan kabel berisolasi PVC harus diisolasi PVC.
- Kabel-kabel yang disambung harus color coded atau diberi nama.

6.7. PENGUJIAN

6.7.1. Lingkup Pekerjaan Pengujian

6.7.1.1. Pekerjaan Pengujian meliputi dan tidak terbatas pada penguraian di bawah ini antara lain , Kontraktor
harus melaksanakan semua pengujian, test dan balancing peralatan instalasi sistem AC dengan
disaksikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, Perencana serta pihak-pihak lain yang
diperlukan kehadirannya.
6.7.1.2. Sebelum melaksanakan pengukuran dan TAB (Testing, Adjusting & Balancing), Kontraktor harus
mengajukan metoda, besaran-besaran yang akan diukur dan alat-alat ukur yang digunakan kepada MK
dan minta persetujuannya, paling lambat 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.
6.7.1.3. Seluruh peralatan saringan dan pengumpul kotoran harus dibersihkan, sebelum pekerjaan testing
dilaksanakan.
6.7.1.4. Kontraktor harus menyiapkan peralatan bantu untuk keperluan pembilasan ini.
PASAL 7. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN ALAT TRANSPORTASI DALAM
GEDUNG

7.1. UMUM

7.1.1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengenali dengan baik semua persyaratan yang diminta di
dalam spesifikasi ini, termasuk gambar-gambar, perincian penawaran (bills of quantity), standard dan
peraturan yang terkait, petunjuk dari pabrik pembuat, peraturan setempat dan perintah dari Konsultan
Manajemen Konstruksi selama masa pelaksanaan pekerjaan. Klaim yang terjadi atas pengabaian hal-
hal di atas tidak akan diterima.

7.1.2. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi peralatan dan material yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan, merupakan kewajiban Kontraktor untuk menggantinya tanpa ada
penggantian biaya.

7.1.3. Sasaran dari pemasangan lift adalah mencapai hasil kerja yang berkualitas, tepat waktu dengan biaya
sesuai anggaran (budget).

7.2. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan, pemasangan, pengujian, garansi, sertifikasi, service, pemeliharaan,
penyediaan gambar terinstalasi (as-built drawing), petunjuk operasi dan pemeliharaan serta latihan petugas
instalasi ini dari pihak pemilik bangunan.

7.3. PERATURAN DAN


ACUAN

Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada Peraturan Daerah maupun
Nasional, Keputusan Menteri, Assosiasi Profesi Internasional, Standar Nasional maupun Internasional yang
terkait. Kontraktor dianggap sudah mengenal dengan baik standard dan acuan nasional maupun internasional
dari Amerika dan Australia dalam spesifikasi ini. Adapun standar atau acuan yang dipakai, tetapi tidak terbatas,
antara lain seperti dibawah ini :

• SNI-03-2190-1999 Kostruksi Lift Penumpang dengan Motor Traksi


• SNI-03-6248-2000 Konstrusi Eskalator.
• Peraturan Depnaker tentang Lift Listrik, Pesawat Angkat dan Pesawat
• Angkut.
• Strakosch, Vertical Transportation.
• Gina Barney, Elevator Traffic
• Luonir Janovsky, Elevator Mechanical Design.

7.4. GAMBAR-GAMBAR

• Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang


saling melengkapi dan sama mengikatnya.
• Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan,
sedangkan pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang
ada, petunjuk instalasi dari pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan pengoperasian
serta pemeliharaannya jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
• Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialis lainnya (bila ada) harus dipakai
sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing instalasi.
• Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar kerja dan detail, “Shop
Drawing” kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih
dahulu sebanyak 3 (tiga) set. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Kontraktor dianggap
telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini. Persetujuan
tersebut tidak berarti membebaskan Kontraktor dari kesalahan yang mungkin terjadi dan dari
tanggung jawab atas pemenuhan kontrak.
7.5. Spesifikasi Teknis Peralatan

• Type : P.8-CO60-5FL/5ST ( Gearless Type)


• Kapasitas : 8 orang / 550 Kg
• Kecepatan : 60 meter per menit
• Finishing : Stainless Steel Hairline
• Jumlah Lantai / Stop : 5 /5
• Jumlah Unit : 2 (dua)

A. BASIC SPECIFICATION
Car Nos : #P1 & #P2
Duty : Passenger Elevator (Gearless Type)
Quantity : 1 (one) Unit
Capacity : 550 Kgs
Speed : 60mpm
System Control : AC-VVVF
Operation. : Simplex
Floors : 5 (five)
Service Floors : S (Five); 1st, 2nd, 3rd, 4th,5th
Opening Floors : S (Five) ; Front = S ; Rear = NIL
Door Type : 2-Panel Center Opening (Single Entrance)
Door Size : 800 (W) x 2, 1~O(H) mm
Hoistway Size : 1,800 (W) x 1,6S0 (D) mm
Travel : mm
Overhead : 4,600 mm
Pit Depth : 1,500 mm
M/C Room Height : 2,200 mm
MotorlUnit : AC – 3,6 KW / 3 Phase
M/C Location : Directly above the hoistway
Power Supply : AC-3Ph/380V/50Hz
Lighting Supply : Ac-1Ph/220V/50Hz

B. ELEVATOR CAR
Car Internal Size : 1,400 (W) x 1,030 (D) x 2,300 (H) mm
Car Design : CD-291C
Ceiling/Lighting : Milky-white Acrylic Indirect Lighting Cover Set in
Painted steel Sheet with alluminium frame

Side & Rear Wall : Stainless Steel Hairline


Front Wall : Stainless Steel Hairline
Car Door : Stainless Steel Hairline
Transom Panel : Stainless Steel Hairline
Entrance Column : Stainless Steel Hairline
Kick Plate : Stainless Steel Hairline
Flooring : Polyvinil
Ventilation : Cross Flow Fan
Emergency Exit : Provided
Interphone : Provided

C. ENTRANCE DESIGN
Landing Door : All Floors Stainless Steel Hairline
Jamb : All Floors Narrow Jamb in Stainless Steel
Hairline, JP-050
Transom Panel : All Floors NIL
Sill : Extruded Hard Aluminium

D. SIGNALS
Car Operating Panel : Micro touch button type, OPP-D260A
Car Position Indicator : Dot matrix type, OPP-D260A
Hall Call Button : Micro touch button type, HIP-D260A
Hall Position Indicator : Dot matrix type, HIP-D260A

E. FEATURES
- Sellective Collective
- Automatic by Pass
- Audible Signal (Cage)
- Reversal Car Call Cancelling
- Car Light Shut-Off Automatic
- Car Ventilation Shut-Off Automatic
- Emergency Car Lighting
- Inspection Operation
- Overload Features
- Repeated Door Close
- Fault Indication
- Multibeam Door Sensor
- Fire Emergency Return (FER)
- Interphone 3-Ways
- Emergency Exit Switch Safety Device
- Pulse Generator Error Check
- Phase Protection Device
- No Smoking Sign (in OPB)
- Fireman's Switch (1st Floor Only)

7.6. Waktu Pelaksanaan

• Pabrikasi selama± 3 bulan setelah kontrak ditandatangani dan uang muka dibayarkan
• Proses pemasangan lift menghabiskan waktu selama ± 2 bulan

7.7. Metode Pemasangan

• Untuk metode pemasangan:


• Rel Pemandu
• Pintu Lantai
• Kereta dan Bobot Imbang
• Tali Baja
• Mesin Traksi
• Pengawatan

7.7. P E RCOBAAN JALAN

7.7.1. Umum

Sebelum melaksanakan langkah-langkah percobaan untuk menjalankan lift, setelah lift tersebut selesai terpasang,
perlu diperiksa secara fisik oleh supervisor agar yakin bagian-bagian komponen telah terpasang dengan benar.
Pemeriksaan harus dilakukan bersama kepala regu pemasang dan pertanyaan-pertanyaan yang timbul harus
dijawab kepala regu secara jujur.
7.7.2. Prosedur Mekanis

• Static balance. Setel keseimbangan dudukan kereta diatas platform frame dengan memasang
counter balance weight. Jika pekerjaan ini telah dilaksanakan pada saat memasang atau merakit
bangunan kereta dan motor penggerak pintu, maka tinggal mengencangkan steadying braket
dengan roller-rollernya.
• Kemudian setel sliding guide shoe atau roller guide. Yakinkan roller guide tidak harus menekan pada
rel pada saat kereta dalam keadaan kosong (dan telah balance). Check dengan menyuruh seorang
masuk kereta berdiri diujung belakang, maka roller depan-atas akan menekan rel, begitu pula pada
roller belakang-bawah. Suruh dia berdiri ditengahtengah kereta, maka semua roller akan bebas
dapat diputar (dengan tenaga ringan).
• Periksa semua pintu-pintu lantai, yaitu gerakan bebas buka tutup tidak bergetar. Periksa kunci kait
(door interlock) dimana kaitnya akan masuk dengan sendirinya karena tekanan pegas, tanpa
didorong (pada saat posisi pintu 5 cm mau merapat). Jika pintu bergetar, periksa dan setel excentric
roller, dan door hanger roller serta bersihkan dan lumasi. Jika cacat harus diganti dengan yang baru.
Toleransi excentric roller dengan bagian bawah rail penggantung tidak boleh lebih dari 0,1 mm.
Gunakan feetergauge.
• Periksa pesawat penggerak pintu pada kereta (door closer linkages) lumasi pen-pennya, setel posisi
motor penggerak. Setel pengungkit (retiring cam) posisi vertikal-nya dan juga horizontalnya.
• Periksa pesawat-pesawat pengaman (kiri dan kanan) posisi harus center. Baji-baji (pasak) dapat
bergerak bebas dalam rumahnya dan bergerak serempak pada kiri dan kanan bersama-sama.
• Setel tegangan tali baja semua lembar harus seragam, yaitu pada sisi kereta dan pada sisi CWT,
kemudian kencangkan mur kedua (counter nut) dan pasang cotter pin atau splitpen. Ulangi
penyetelan tegangan sekali lagi setelah kereta dijalankan beberapa kali naik turun, karena
kemungkinan sekali tegangan tali-tali berubah.
• Periksa jarak luang lari (runby) dari kereta sebesar 23 cm. Periksa luang lari CWT sebesar 23 cm
ditambah kemuluran tali baja minimal 0.5%. Jika jarak lintas lift (rise) sebesar 40 m panjang tali baja
+ 50 m, maka
• dapat diperkirakan tali tersebut akan mulur sepanjang 3 cm. Maka luang lari CWT sebaiknya disetel
26 cm atau lebih sedikit.
• Lumasi rel pemandu (guide rails) kecuali jika digunakan roller guide dengan ban karet, maka rel
harus bersih dan kering dari minyak.
• Pasang label pada cross head channel. Contoh label tersebut seperti terlampir. Pasang label instruksi
dan peringatan penumpang didalam kereta.
• Setel tegangan tali pengaman (governoor rope) dengan menambah bobot dibawahnya roda
penegang (tension sheave) di pit. Lumasi poros dari roda tersebut.

7.7.3. Prosedur Urutan Uji Coba

• Periksa sambungan-sambungan kabel listrik sumber tenaga 3 Phase (R,S,T) pada panel utama, dan
yakinkan tegangan line to line seimbang 380 V. Periksa besaran nilai breaker MCB/NFB atau sekering
(fuses) sesuai dengan ketentuan. Catatan : toleransi voltage maksimal hanya + 5%.
• Periksa pemasangan arde (earthing) pada motor lift, panel utama, governor dan pada kereta lift.
• Uji tahanan isolasi dari kumparan 3 Phase motor lift, dengan megger, minimal 0.5 mega ohm.
• Isi atau tuangkan minyak pelumas untuk gear box mesin dan minyaki rumah bantalan (bearing)
mesin dengan minyak pelumas yang sesuai.
• Buka dan lumasi mekanis rem mesin bersihkan sedapat mungkin dan kemudian disetel. Rem dicoba
dengan tenaga listrik, yakinkan dapat membuka dan menutup.
• Coba putaran motor, tanpa beban, untuk memastikan arah putaran, sesuaikan dengan relay, untuk
arah naik dan turun. Bobot CWT kira-kira seimbang dengan kereta kosong.
• Periksa rangkaian kontak pengaman listrik seutuhnya yang terdapat dalam R/L, yaitu final limit
switch, stopping switch, rope tension sheave switch, dsb. Kemudian pengaman kontak pada kereta,
seperti inspection, emergency exit, stopping switch, emergency stop switch (ES), broken tape switch
(TES), safety linkage switch (SOS). Periksa kontak keamanan pada mesin dan pada governor
overspeed cutoff switch (SO), dan terakhir semua door-contact dan gate-contack pada pintu kereta.
Semua kontak berfungsi dengan baik yaitu dapat memutuskan arus dimana diperlukan dan secara
normal dapat sempurna mengantar arus tenaga listrik.
• Fungsikan tombol-tombol “inspection mode” yang terdapat diatas atap kereta lift. Pastikan tombol
dilengkapi dengan pegas dan hanya bekerja jika ditekan terus menerus baik untuk turun, maupun
untuk naik.
• Sekarang seorang diatas atap kereta dapat mulai jalankan lift dengan menggunakan tombol-tombol
inspection tersebut pada point 2.8. Jalankan lift beberapa saat dulu, naik dan kemudian turun.
Perhatikan
• bila ada bagian-bagian kereta yang terganggu atau suara-suara yang aneh. Hubungi rekan kerja yang
ada di kamar mesin dengan intercom atau walkie-talkie, apakah semua peralatan berjalan normal.
• Setel (adjust) posisi slow-down switch, limit switch, final cutoff switch dengan posisi sesuai petunjuk
dan ketentuan, yaitu pada saat kereta berada dilantai teratas dan lantai terbawah.
• Pasang bendera metal (metallic vane) di R/L dari atas kereta dan setel jarak-jarak badan inuction
switch sesuai dengan ketentuan pabrikan untuk setiap pintu/lantai perhentian, satu per satu
berturut - turut.
• Pasang proximity switch pada crosshead diatas atap kereta lift dengan jarak terhadap vane
maximum 10 mm atau sesuai dengan ketentuan pabrikan.
• Fungsikan motor penggerak pintu kereta, dan coba buka dan tutup. Kemudian fungsikan safety
shoe, setel microswitch sampai kerja pintu membuka kembali dengan memuaskan. Fungsikan light
ray atau photocell. Setel buka tutup secara otomatis.
• Jalankan kereta dan berhenti pada posisi ditengah-tengah R/L. Sekarang rubah saklar “inspection
mode” menjadi normal mode (automatic). Seorang didalam kereta mencoba car call. Seorang
dikamar mesin mengamati controller.
• Lakukan penyetelan aselerasi dan decelerasi untuk long run dan juga untuk short run dan “one floor
flight”.
• Lakukan penyetelan leveling pada tiap-tiap lantai dengan lift kecepatan normal, yaitu perhentian jika
lift turun, dan ulang perhentian jika lift naik.
• Fungsikan semua tombol panggilan lantai (hall call). Juga indicator, hall lantern dan arrival chime
(jika ada) pada semua lantai.
• Fungsikan load detector switch ada di bagian platform, intercom, alarm bell, dan emergency lighting
serta sinyal-sinyal yang termasuk dalam kontrak.

7.7.4. Uji Coba Pesawat Pengaman

• Lakukan uji coba dropped test, yaitu dalam keadaan kereta turun, rahang governor dilepaskan
(dengan cara melepaskan kaitnya secara manual). Perhatikan pesawat pengaman kiri dan kanan
bekerja serempak. Ukur jarak kemerosotan kereta saat mulai pasak menggigit sampai berhenti.
Periksa jarak kemerosotan dengan daftar yang diizinkan. Jika perlu setel tekanan pegas pada
governor dan pesawat pengaman. Periksa posisi lantai platform dengan waterpas. Kemiringan
tidak boleh lebih dari 5%.
• Uji coba Rem motor Beban kereta dengan test weight sampai 125% dari kapasitas lift. Jalankan lift
menurun dengan kecepatan penuh sesuai kontrak. Matikan sumber tenaga listrik saat lift sedang
melaju. Perhatikan lift berhenti diam, atau merosot. Jika ragu-ragu maka pintu dibuka dan seorang
masuk kedalam kereta. Seharusnya lift tetap diam (tidak bergerak). Jika perlu ulangi sekali lagi
pengujian tersebut diatas dengan mematikan sumber tenaga listrik saat kereta mendekati lantai
terbawah dan berangkatnya dari lantai teratas. Hal ini perlu jika motor lift dilengkapi dengan roda
gila (fly wheel). Harus ada waktu mulai saat rem bekerja sampai kereta berhenti total untuk
menghindari kejutan, minimal 3 detik.
• Pengujian overbalance. Pada point 2.6 disebutkan bahwa bobot imbang (CWT) masih kira-kira
seimbang dengan kereta kosong. Sekarang tiba saatnya bobot imbang diisi tambahan beban agar
seimbang dengan kereta yang dimuati beban sebesar 45% overbalance. (Jika kapasitas lift 1000 kg,
maka kereta dimuati 450 kg). Jalankan lift naik turun dan ukur arus listrik pada kawat umpan. Setel
(tambah atau kurangi) beban pada bobot imbang sampai diperoleh arus tersebut sama besar saat
lift jalan dengan kecepatan normal naik maupun turun.

Catatan : Pastikan bahwa interior kereta tidak dirubah dengan menambah beban seperti armer.

• Pengujian langkah peredam (buffer stroke) kereta dimuati penuh sesuai kapasitas kontrak dan
dibiarkan merosot sampai menekan peredam dengan cara men-jumper stopping contact dan limit
switch. Setelah kereta kembali merata dengan lantai, peredam hidrolis harus mampu mendorong
kembali toraknya ke posisi normal. Uji coba pada a, b dan d sebaiknya disaksikan oleh pihak yang
berwenang yaitu pegawai pengawas dari Depnaker dan juga wakil dari Construction Management
(CM).
BAB XVI

PEKERJAAN PLUMBING

1.1. UMUM

a. Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh Dokumen Kontrak
dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan.
b. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi
ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan- bahan dan peralatan yang digunakan
harus sesuai dengan ketentuan- ketentuan pada spesifikasi ini.
c. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti
bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.

1.2. LINGKUP PEKERJAAN

a. Meliputi penyediaan air bersih, air panas beserta instalasinya, pengelolaan air kotor dan drainasi air
hujan termasuk: Pemilihan, pengadaan, pemasangan serta pengujian material maupun sistem
keseluruhan sehingga sistem plambing dapat berjalan dan beroperasi dengan baik dan benar
sesuai gambar rencana dan persyaratan ini.
b. Semua perijinan yang diperlukan untuk melaksanakan instalasi plambing.
c. Pengukuran terhadap ketinggian site terutama untuk kemiringan saluran dan peil
banjir. d. Sistem dan unit-unitnya meliputi :
- Jaringan pipa air bersih untuk di luar dan di dalam
bangunan.
- Jaringan pipa-pipa air kotor dan bekas di dalam dan di luar
bangunan.
- Jaringan pipa-pipa vent untuk sistem pembuangan air kotor dan air
bekas.
- Jaringan pipa-pipa dan saluran pembuangan halaman (drainase site) dan disalurkan menuju
drainasi kota.
- Pompa-pompa untuk menjalankan sistem air bersih lengkap dengan panel
kontrolnya.
- Unit pengolahan air bersih, Water Treatment Plant (Sand Filter dan
CarbonVFilter).
- Sumur Dalam (Deep Well) terdiri dari pompa deep well, screen, casing, pipa sumur dalam,
panel kontrol dan pengkabelannya termasuk didalamnya perijinan-perijinan yang diperlukan.
- Unit pengolahan air kotor/limbah, biotech.
- Reservoir bawah (ground reservoir) dari beton bertulang lengkap dengan pipa-pipa
pengisi,
overflow yang disalurkan melalui pipa kesaluran luar/kota, elektroda pengontrol muka air,
manhole, pelampung, tangga dan reservoir bawah harus tertutup, dan dapat dibuka.

1.3. PENJELASAN SISTEM

1.3.1. Air Bersih


a. Untuk memenuhi kebutuhan ini, air disupplai dari PDAM dan Deep
Well.
b. Air dari PDAM dan Deep Weel terlebih dahulu di WTP (Sand Filter dan Carbon Filter) sebelum
dialirkan ke reservoir bawah (ground tank). Selanjutnya air dipompakan dengan pompa
transfer ke roof tank didistribusikan secara gravitasi ke masing-masing fixture unit

1.3.2. Air Buangan


a. Air buangan mencakup air bekas dan air kotor.
b. Air bekas adalah air buangan tidak tercemar dari bak cuci tangan, kamar mandi, pengering
lantai dan kitchen sink.
c. Air kotor adalah untuk jenis air buangan dari urinal dan water
closet d. Pada proyek ini sistem untuk pengelolaan air buangan ini
adalah :
Air bekas dan air kotor disalurkan secara gravitasi dengan pipa menuju STP (biotech) kemudian
disalurkan ke eksisting atau saluran kota
1.3.3. Air Hujan dan Drainase

Air Hujan yang jatuh di atap bangunan disalurkan melalui pipa-pipa tegak menuju ke dalam saluran
air hujan halaman/drainase site secara gravitasi menuju sumur resapan dan diverflow ke saluran kota.

1.4. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

Material yang dipakai harus baru serta memenuhi persyaratan teknis dan gambar rencana. Untuk itu
pelaksana harus menyediakan contoh-contoh sebelum pemasangan guna mendapatkan
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan Konsultan Perencana.

Material-material yang dipakai meliputi :

1.4.1. Reservoir Bawah (Ground Tank)

a. Reservoir bawah terbuat dari konstruksi beton bertulang kedap air dan finishing keramik pada
bagian dalam.
b. Ground Tank terdiri dari 1 unit yaitu untuk air yang sudah ditreatment dengan kapasitas adalah
54m3.
c. Reservoir Bawah harus mempunyai kelengkapan sebagai
berikut:
• Manhole.
• Tangga pengontrol
• Pipa vent penghubung maupun vent ke udara luar.
• Pipa pengisi lengkap dengan floater valve, pipa peluap dan pipa penguras.
• Elektrode water level kontrol.
• Kelengkapan lainnya yang sekiranya diperlukan untuk bekerjanya instalasi ini.

1.4.2. Pompa–Pompa

1.4.2.1. Umum

• Semua pompa harus dilengkapi dengan pondasi pompa, peredam getaran, serta manometer. Pada
pipa tekan harus dilengkapi dengan Gate valve, Check Valve, Flexible joint, dan perlengkapan
lainnya sehingga sistem pompa dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.
• Selain itu dilengkapi pula dengan pipa pemeriksa aliran berikut gate valve & pipa
pembuangan dari lubang drain pompa ke saluran pembuangan.
• Unit dilengkapi dengan starter panel pompa dan pressure switch untuk menjalankan pompa
secara otomatis.

1.4.2.2. Booster Pumps Packaged

• Tipe : Centrifugal Stainless


Steel
• Model : CDX 120
• Debit air : 120 ltr/ mnt
• Head : 30 m
• Daya : 1,5 kw/ 380 v/ 3 ph / 50hz/ 2800 rpm

1.4.3. Roof Tank

a. Reservoir atas (Roof Tank) dengan kapasitas 4 x 1 , 4 1 m3, Roof tank terbuat dari Stainless Steel
Cylinder.
b. Tangki harus mempunyai kelengkapan sebagai berikut :
- Manhole.
- Tangga pengontrol.
- Pipa vent penghubung maupun vent ke udara
luar.
- Pipa pengisi lengkap dengan floater valve, pipa peluap dan pipa penguras.
- Pipa penghubung sekat reservoir yang dilengkapi valve raising stamp/tungkai panjang
sebagai pemutar valve.
- Elektrode water level kontrol
- Kelengkapan lainnya sekiranya diperlukan untuk bekerjanya instalasi ini.

1.4.5. Pipa–pipa

a. Untuk jaringan air bersih digunakan pipa Polypropylene Random (PP-R) PN 10 dengan sambungan
heat fusion atau sesuai dengan jenis pipanya.
b. Untuk pipa air buangan dan air kotor digunakan pipa pipa PVC kelas AW (10 kg/cm²) dengan
sambungan solvent cement atau yang sesuai dengan jenis pipanya.
c. Untuk pipa-pipa vent digunakan pipa PVC kelas AW (5 kg/cm²) dengan sambungan solvent
cement atau yang sesuai dengan jenis pipanya.
d. Sambungan antara pipa yang berlainan jenis dilakukan dengan menggunakan adaptor atau coupling.
e. Sebelum pemasangan/penyambungan dilakukan, pipa-pipa harus dalam keadaan bersih
dari kotoran baik pada bagian yang akan disambung ataupun di dalam pipa itu sendiri.
f. Semua jenis sambungan, pemasangannya tidak diperbolehkan berada dalam beton/dinding

1.4.6. Katup-katup (Valve)

1.4.6.1. Floating Valve

Body material yang dipakai adalah bronze grade CAC 430 dengan Pressure Balanced type Float
Valve.

1.4.6.2. Strainer

Strainer dengan ukuran 2½” dan lebih besar mempunyai type Y pattern, cast iron body (untuk 16
bar) dengan SS screen 3 mm perforations. Ductile iron body untuk 20 bar.

1.4.6.3. Gate Valve (Rising dan Non Rising Stem)

• Gate valve dengan ukuran 2½” dan lebih besar dari cast iron body dilengkapi dengan
open/shut indicator untuk Non Rising Stem.
• Untuk 2” dan ke bawah, body material terbuat dari Dzr/bronze body sesuai standar BS 5154 series
B, screw ends BS 21 N.R.S, working pressure : 10 bar.

1.4.6.4. Check Valve :

• Material : bronze body swing type Y pattern screwed cup metal disk screwed end untuk valve
sampai dengan diameter 50 mm.
• Tipe : swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material cast iron untuk
tekanan 10 bar dan carbon steel untuk tekanan 16 bar.

1.4.6.5. Rubber Flexible/Expansion Joint (Flange Connection)

• Adalah spherical shape ball design, single/double sphere, terbuat dari neoprene rubber dengan
nylon reinforcement (cloth reinforcement tidak dapat diterima).
• Untuk ukuran 2½” dan lebih besar dilengkapi dengan galvanized steel flange end.
Working pressure : 16 bar.
• Untuk 20/25 bar, Rubber flexible/enpansion joint harus dilengkapi control plates, control nuts dan
control rods dan single sphere.
1.4.6.6. Rubber Flexible/Expansion Joint (Screw Connection)

• Adalah spherical shape ball design, twin sphere, terbuat dari neoprene rubber dengan nylon
reinforcement (cloth reinforced tidak dapat diterima).
• Rubber flexible/expansion joint untuk ukuran ¾” dan lebih besar harus complete dengan
malleable iron threaded BS21 union end connection. Semua rubber flexible/expansion
joints harus mempunyai working pressure : 16 bar.
• Untuk working pressure 20 bar, rubber flexible joint ukuran ¾” dan lebih besar harus dengan A
105 forged steel threaded (NPT) union ends connection.

1.4.7. FLOOR DRAIN

a. Floor drain yang dipergunakan di sini harus jenis Bucket Trap, Water Prooved type dengan 50mm
Water Seal dan dilengkapi dengan U trap.
b. Floor Drain terdiri dari:
- Chromium plated bronze cover and ring
- PVC neck
- Bitumen coated cast iron body screw outlet connection and with flange for water prooving
c. Floor Drain harus mempunyai ukuran utama sbb.:
Outlet diameter Cover diameter

2" 4"

3" 6"

4" 8"

1.4.8. FLOOR CLEAN OUT

a. Floor Clean Out yang dipergunakan di sini adalah Surface Opening Waterprooved
Type b. Floor Clean Out terdiri dari :
- Chromium plated bronze cover and ring heavy duty type
- PVC neck
- Bitumen coated cast iron body, screw outlet connection with flange for waterprooving
c. Cover and ring harus dengan sambungan ulir dilengkapi perapat karet sehingga mudah dibuka dan
ditutup.

1.4.9. ROOF DRAIN

a. Roof Drain yang dipergunakan harus dibuat dari Cast Iron dengan konstruksi waterproof.
b. Luas laluan air pada tutup roof drain ialah sebesar dua kali luas penampang pipa bangunan.
c. Roof Drain harus terdiri atas 3 bagian sebagai berikut :
- Bitumen Coated Cast Iron Body dengan water prooved flange
- Bitumen Coated Neck for adjustable fixing
- Bitumen Coated cover dome type

1.4.10. P" TRAP

a. P" TRAP yang digunakan di sini harus jenis single


inlet. b. Tinggi Air minimum pada Trap 8 cm.
c. Material P" TRAP yang digunakan harus mengacu pada pipa air kotor/bekas yang digunakan.
d. Pemasangan P” TRAP pada setiap FD kamar mandi dan pada jalur utama pipa buangan air limbah yang
menuju bak sewage.
1.4.11. Alat-alat Plambing

a. Alat-alat peturasan/urinal dari type flush valve.


b. Water closet yang dipakai harus dari kualitas terbaik.
c. Produk sanitary fixtures yang digunakan sesuai spesifikasi Arsitek.

1.4.12. Alat-Alat Bantu (Accesories)

Alat bantu untuk semua pipa harus digunakan dari bahan-bahan sejenis sesuai dengan bahan pipanya.

1.5. SPESIFIKASI PEKERJAAN POMPA SUMUR DALAM (DEEP WELL)

1.5.1. Spesifikasi Pompa

• Jumlah : 1 unit pompa


• Tipe : Sumersible ground water pump
• Debit : @ 200 liter/menit
• Head : 65 m
• Spesifikasi Material
- Casing : Stainless Steel
- Impeller : Stainless Steel
- Pump Shaft : Stainless Steel

• Motor:
- Type : Stainless Steel Submersible Motor
- Power : @ 5,5 KW/380 V/3 PH/50Hz
- Speed : 2930 RPM
- Enclosure Class : IP 58
- Insulation Class : F (IEC B5)
-Motor Protection : Temperature Motor Sensor must be equipt with CU3.

1.5.2. Peralatan Pengeboran

Peralatan pengeboran yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan pengeboran harus


mempergunakan mesin bor yang memadai dan sesuai dengan rekayasa, konstruksi dan keadaan tanah.

1.5.3. Sumur Dalam

a. Sebelum memulai pengeboran, Kontraktor harus menyampaikan gambar kerja kepada


pengawas untuk mendapat persetujuan yang menunjukkan letak sumur maupun konstruksi
pengeboran.
b. Sumur harus mampu mengeluarkan air sebanyak ± 12 m3/jam.
c. Kedalaman sumur diperkirakan 120-150 m.
d. Konstruksi sumur dibuat sekurang-kurangnya sebagai berikut:
- Pipa jambang 150 mm sedalam 60 m, 10 m bagian luar atas dicor beton, agar air pada
kedalaman ini tidak masuk ke sumur.
- Pipa naik 100 mm sedalam 140 m dari ujung jambang, di sebelah luarnya diisi koral/pasir cuci.
e. Bahan pipa dan saringan sebagai berikut :
- Pipa jambang dan pipa naik menggunakan Galvanized Steel Pipe (GSP) BS 1387 class medium.
- Jumlah pipa saringan/screen minimal 3 buah menggunakan Stainless steel 304, ukuran pipa 100
mm, atau yang ditetapkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan.
f. Batu karang
- Bila pengeboran menembus batu karang di daerah pipa naik maka di luar pipa naik setebal batu
karang harus dicor beton agar sumber air yang melalui batu karang tidak diambil.
- Bila pengeboran menembus batu karang pada bagian ujung sumur, maka lubang pada batu
karang harus ditutup kembali dengan beton cor, dan ujung sumur akan berhenti di atas batu
karang.

1.6. PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN

1.6.1. Pompa

a. Pompa-pompa harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya.


b. Pompa harus diletakan di atas pondasi menurut petunjuk pabrik dan disesuaikan dengan
berat, daya, putaran dan dimensi pompa.
c. Semua pompa harus dilengkapi:
• Pada pipa hisap dilengkapi dengan gate valve, strainer dan flexible joint, Pada pipa tekan
dilengkapi dengan gate valve, check valve, flexible joint dan manometer serta dilengkapi
dengan panel board signal yang menunjukkan bahwa pompa sedang bekerja atau tidak.
• Alat-alat penunjang lainnya agar pompa dapat bekerja dengan baik.
d. Pengkabelan dan alat-alat bantu (panel, electrode water level control, alarm dan lain-lain) harus
lengkap terpasang dan dijamin bahwa sistem bekerja dengan baik.
e. Kontraktor harus menghitung kembali besarnya jumlah aliran air yang mengalir dan total head
berdasarkan peralatan/mesin (sesuai dengan penawaran) yang dipasangnya atau mencoba sisa tekanan
pada fixture unit yang paling jauh.

1.6.2. Pipa–pipa

1.6.2.1. Umum

• Pemasangan pipa dan perlengkapannya serta peralatan lainnya harus sesuai dengan gambar
rencana dan harus dikerjakan dengan cara yan g benar untuk menjamin kebersihan serta kerapihan.
• Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang/disambung.
• Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pekerjaan pemipaan
yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan menggunakan caps atau plug
untuk mencegah masuknya kotoran/benda-benda lain.
• Semua pemotongan pipa harus memakai pipa cutter dan harus rapi dan tidak tajam (diampelas).
• Pekerjaan pemipaan harus dilengkapi dengan se mua katup-katup yang diperlukan antara
lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya sesuai dengan fungsi system
dan yang diperlihatkan dalam gambar.
• Sambungan lengkung, reducer, expander dan sambungan-sambungan cabang pada pekerjaan
pemipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
• Semua pipa harus dipasang lurus sejajar dengan dinding/bagian dari bangunan pada arah
horizontal maupun vertikal.
• Semua pemipaan yang akan disambung dengan peralatan harus dilengkapi dengan wartel mur atau
flange.
• Untuk setiap pipa yang menembus dinding basement harus menggunakan pipa flexible untuk
melindungi dari vibrasi akibat terjadinya penurunan struktur gedung.
• Setiap arah perubahan aliran untuk pemipaan air kotor yang membentuk sudut 90° harus
digunakan 2 buah elbow 45° dan dilengkapi dengan clean out serta arah dan jalur aliran agar diberi
tanda.
• Katup (valve) dan saringan (strainer) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan
penggantian. Pegangan katup (Valve handle) tidak boleh menukik.
• Semua pekerjaan pemipaan air limbah harus dipasang secara menurun ke arah titik buangan. Pipa
pembuangan dan vent harus disediakan guna mempermudah pengisian maupun pengurasan.
Untuk pembuatan vent pembuangan hendaknya dicari titik terendah dan dibuat cekung serta
ditempatkan yang bebas untuk melepaskan udara dari dalam.
• Semua jaringan pipa dilengkapi dengan : Valve, air vent, wash out untuk air bersih dan clean out,
air vent, wash out untuk jaringan pipa air kotor.
• Kemiringan menurun dari pekerjaan pemipaan air limbah harus seperti berikut kecuali
seperti diperlihatkan dalam gambar.
- Dibagian dalam toilet,  50 –100 mm atau lebih kecil : 1–2 %
- Dibagian dalam bangunan  150 mm atau lebih kecil : 1%
- Dibagian luar bangunan,  150 mm atau lebih kecildan  200 mm atau lebih besar : 1% .

• Pekerjaan pemipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.


• Apabila terjadi kemacetan, pengotoran atas bagian bangunan atau finish arsitektural atau
timbulnya kerusakan lain karena kelalaian, maka semua perbaikannya adalah menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

1.6.2.2. Penggantung dan Penumpu Pipa

• Pemipaan harus ditumpu atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel dengan tepat dan
sempurna agar dimungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau peregangan pada jarak yang tidak boleh
melebihi jarak yang diberikan dalam list berikut ini :

No Ukuran Pipa Interval Interval Tegak

(mm) Mendatar (m)


1 ≤ Ø 50 0.6 0.9
2 ≤ Ø 80 0.9 1.2
3 ≤ Ø 100 1.2 1.5
4 ≤ Ø 150 1.8 2.1
• Bila dalam suatu kelompok pipa yang terdiri dari bermacam-macam ukuran, maka jarak interval
yang dipergunakan harus berdasarkan jarak interval pipa ukuran terkecil yang ada.
• Sebelum pipa dipasang, support harus dipasang dulu dalam keadaan sempurna. Semua
pemasangan harus rapi dan sebaik mungkin.
• Semua pipa dan gantungan, penumpu harus dicat dasar zinchromate dan pengecatan sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku.

1.6.2.3. Pipa dalam Tanah

 Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.


 Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2,000 mm pada dasar galian dengan adukan
semen. Semua galian pipa harus dilakukan pengurugan serta pemadatan kembali seperti kondisi semula.
 Kedalaman pipa minimum 60 cm di bawah permukaan tanah.
 Semua pipa diberi lapisan pasir yang telah dipadatkan setebal 15–30 cm untuk bagian atas dan
bagian bawah pipa dan baru diurug dengan tanah tanpa batu-batuan atau benda keras lainnya.
 Pipa yang ditanam pada tanah yang labil, harus dibuat dudukan beton pada jarak 2–2.5 m.
 Untuk pipa-pipa yang menyebrangi jalan harus diberi pipa pengaman (selubung) baja atau beton
dengan diameter minimum 2 kali diameter pipa tersebut.

1.6.2.4. Sambungan Pipa

• Sambungan Flexible
Sambungan flexible harus disediakan dengan tujuan untuk menghilangkan getaran dari sumber
getaran.
• Sambungan Flanged
Sambungan flanged harus dilengkapi rubber set/ring, seal dari karet secara
homogen.
• Sambung Lem
Penyambungan antara pipa dan fitting PVC mempergunakan lem yang sesuai dengan jenis pipa dan
rekomendasi dari pabrik pembuat. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, untuk itu harus
mempergunakan alat press khusus. Selain itu pemotongan pipa harus mempergunakan alat
pemotong khusus agar pemotongan pipa dapat tegak lurus terhadap batang pipa. Cara
penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi dari pabrik pipa.
• Sambungan yang mudah dibuka
Sambungan ini dipergunakan pada alat-alat saniter sebagai berikut :
- Antara Lavatory Faucet dan supply Valve.
- Pada waste fitting dan siphon. Pada sambungan ini kerapatan diperoleh dengan adanya packing
dan bukan seal threat.

1.6.2.5. Selubung Pipa

• Selubung untuk pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus konstruksi beton.
• Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran di luar pipa
ataupun isolasi
• Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk yang kedap air harus
digunakan sayap.
• Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap air
(water proofing) harus dari jenis “flushing sleeves”.
• Rongga antara pipa dan selubung harus dibuat kedap air dengan rubber sealed atau “caulk”.

1.6.2.6. Katup Label (Valve Tag)

• Tags untuk katup harus disediakan di tempat-tempat penting guna operasi dan pemeliharaan.
• Fungsi-fungsi seperti “normally open” atau "normally close” harus ditunjukkan di tags katup.
• Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau kawat.

1.6.2.7. Pembersihan

• Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan di setiap
service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara-cara/metoda-metoda yang disetujui
sampai semua benda-benda asing disingkirkan.
• Desinfeksi :
- Dari 50 Schneider/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas atau dari 200 Schneider/l chlor selama
1 jam setelah itu dibilas.
- Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 Schneider/l chlor selama 1 jam dan setelah itu
dibilas.

1.7. REFERENSI PRODUK

• Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan
untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan Kontraktor baru dapat menggantinya bila sudah
ada persetujuan resmi dan tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi dan Pemberi Tugas.
• Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :

No Uraian Spesifikasi Teknis Merk/Produk


1 Gate Valve 10 K Showa, Toyo, Kitz, Honeywell
2 Check Valve 10 K Showa, Toyo, Kitz, Honeywell
3 Strainer 10 K Showa, Toyo, Kitz, Honeywell
4 Floater Valve Ball Type Watt, Singer, YUTA, AFA
5 Foot Valve Mizu, Showa, YUTA, AFA
6 Fleksibel Connection Tekanan 10 Kg/Cm2 Tozen, Proco , Muraflex
7 Level Switch Watt, Singer
8 Pressure Gauge Tekanan 15 kg/Cm2 Nagano, Wika, VPG
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

9 Pipa air bersih & Polypropylene Random Wavin Tigris Green, Ginde,
fitting (PPR-) PN 10 kg Fusioterm Rucika
10 Pipa air kotor dan PVC Pipe class 10 kg/cm2 (AW) Wavin As, Rehau, Rucika
bekas
11 Pipa Vent PVC kelas AW 5 kg/cm2 Wavin, Rucika, Pralon
12 Fitting PVC Class 10 kg/cm² TSK, Rucika, SSS
13 Hanger rod Galvanized Ex Lokal
14 Clamp Galvanized Ex Lokal
15 Clean out Toto, SAN EI
16 Floor drain Toto, SAN EI
17 Pipa air hujan Pipa PVC Class AW 10 Wavin, Rucika, Pralon
kg/cm²

18 STP (biotech) Biofiltration -

144
BAB XII PEKERJAAN

SANITAIR Pasal 01

LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini meliputi penyediaan bahan-bahan, tenaga kerja dan jasa-jasa lainnya sehubungan dengan
pemasangan perlengkapan kamar mandi/WC, urinal, pipa air bersih dan pipa pembuangan air kotor.

Pasal 02

KETENTUAN BAHAN

2.1. Semua material harus memenuhi ukuran, standard dan mudah didapat dipasaran, kecuali bila
ditentukan lain.

2.2. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya, sesuai dengan yang
telah disediakan oleh pabrik untuk masing-masing type yang dipilih.

2.3. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah disyaratkan dalam uraian dan syarat-syarat dalam buku
ini, kecuali ditentukan lain.

Pasal 03

CONTOH-CONTOH

Pemborong diminta untuk memperlihatkan contoh-contoh bahan yang akan dipakai kepada
Pengawas untuk disetujui. Contoh-contoh yang telah disetujui akan dipakai sebagai
pedoman/standard bagi Pengawas untuk menerima/memeriksa bahan yang dikirim ke lapangan oleh
Pemborong.

Pasal 04

SYARAT PEMASANGAN

4.1. Pemborong harus meminta ijin kepada Pengawas tentang cara, waktu dan letak
pemasangan perlengkapan kamar mandi dan lain-lain. Pemasangan harus kuat, rapi dan bersih.

4.2. Penyambungan pipa harus dilakukan menurut instruksi dari pabrik dan disetujui oleh pengawas.

4.3. Pemborong harus memotong pipa bilamana diperlukan dengan menggunakan alat pemotong pipa.

4.4. Perlengkapan pipa seperti valve dan lainnya harus ditempatkan sesuai dengan gambar atau
petunjuk pengawas.

Pasal 05

PEKERJAAN WASTAFEL

5.1. Wastafel yang digunakan adalah merk TOTO/setara lengkap dengan segala accecoriesnya
seperti tercantum dalam brosurnya. Type ya ng di g una k a n L 529V1 .

145
145
5.2. Wastafel dan perlengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, tidak terdapat,
gompal retak dan cacat lainnya.

5.3. Ketinggian pemasangan harus disesuaikan dengan gambar serta gambar serta sesuai dangan petunjuk
dari produsen yang tertera dalam brosur. Pemasangan harus baik, rapi, waterpass dan dibersihkan dari
semua kotoran dan noda dan penyambungan instalasi plumbing tidak boleh ada kebocoran.

Pasal 06

PEKERJAAN URINAL

6.1. Urinal beserta kelengkapannya yang digunakan adalah merk TOTO/setara, type dan fitting yang dipakai
sesuai yang tercantum pada gambar.

6.2. Urinal yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, tidak terdapat, gompal, retal dan cacat
lainnya.

6.3. Pemasangan urinal tembok menggunakan baut Ficher atau stainless steel dengan ukuran yang cukup
untuk menahan beban seberat 20 kg per baut.

6.4. Ketinggian pemasangan harus disesuaikan dengan gambar serta sesuai dengan petunjuk dari
produsen tertera dalam brosur. Semua celah-celah yang mungkin ada antara dinding dengan
urinal ditutup dengan semen berwarna sama dengan urinal. Penyambungan instalasi plumbing tidak
boleh ada kebocoran.

Pasal 07

PEKERJAAN CLOSET

7.1. Kloset jongkok dan closet duduk berikut segala kelengkapannya adalah merk

TOTO/setara. Tipe yang digunakan CW702J/SW784JP.

7.2. Kloset yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, tidak terdapat, gompal, retak dan cacat
lainnya.

7.3. Kloset harus terpasang kokoh dan ketinggian sesuai dengan gambar, waterpass.

Semua noda-noda, harus dibersihkan, sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran.

Pasal 08

PERLENGKAPAN KRAN

8.1. Semua keran yang dipakai, kecuali kran dinding adalah merk TOTO / setara, dengan cromed finish.
Ukuran disesuaikan dengan gambar plumbing dan brosur alat -alat sanitair. Kran-kran tembok
dipakai yang berleher panjang dan memepunyai ring dudukan yang harus dipasang menempel pada
dinding dengan type sesuai yang tercantum pada gambar.

8.2. Stop kran yang dipakai adalah merk KITZ / setara, bahan kuningan dengan putaran warna merah/hijau,
diameter dan penempatan sesuai gambar.

8.3. Kran-kran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku penempatan harus sesuai dengan
gambar.
Pasal 09

FLOOR DRAIN DAN CLEAN OUT

9.1. Floor drain dan clean out yang digunakan adalah merk TOTO/setara, metal verchroom, lubang 2
inci dilengkapi dengan siphon dan penutup berengsel untuk foor drain dan dopverchroom dengan drat
untuk clean out.

9.2. Floor drain dipasang sesuai dengan gambar.

9.3. Floor drain yang dipasang telah diseleksi dengan baik, tidak ada cacat dan disetujui oleh pengawas.

9.4. Pada tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai harus dilubangi dengan rapi, menggunakan
pahat kecil dengna bentuk dan ukuran sesuai dengan ukuran floor drain.

Pasal 10

PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH DAN KOTOR

10.1. Untuk instalasi air bersih menggunakan pipa PVC-Insar kelas AW dengan minimum tekanan 8
Kg/Cm2 dengan pipa Ǿ 0,5 – 1,25 inchi sesuai dengan gambar kerja.

10.2. Untuk instalasi air kotor dipakai pipa PVC-Insar kelas AW dengan minimum tekanan 8 Kg/Cm2
dengan pipa Ǿ2 – 5 inchi sesuai dengan gambar kerja.

10.3. Reservoar bawah (ground reservoir) dibuat dari bahan beton bertulang dengan ukuran dan
spesifikasi seprti dalam gambar. Sedangkan reservoir atas (roof tank) menggunakan bahan fiber
glass ukuran 2
M3 lengkap dengan rangka penyangga yang terbuat dari besi siku dan dilengkapi dengan water level
control.

10.4. Septic tank terbuat dari bahan beton bertulang dengan ukuran dan spesifikasi yang tertera pada gambar,

termasuk pipa Ǿ 1” berbentuk huruf T dengan tinggi 0,5 M dari permukaan tanah.

BandaAceh, 13 Maret 2020


Penawar,
PT.Nia Yulided Bersaudara

Dedi Sartika, ST
DirekturUtama

Anda mungkin juga menyukai