Anda di halaman 1dari 21

RENCANA KERJA DAN SYARAT

(RKS)
A. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pada kegiatan ini adalah :
Nama Pekerjaan : Perencanaan Peningkatan Jaringan Irigasi Tahun 2020 Kec. Batu, Kota Batu
Lokasi : Kecamatan Batu, Kota Batu

Anggaran : 2019

B. Penjelasan Umum
1. Syarat-syarat Umum.
Tata laksana dalam penyelenggaraan Pembangunan didasarkan pada peraturan-peraturan
sebagai berikut :
1.1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
1.2. Undang-undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung.
1.3. AV 1941.
1.4. Undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
1.5. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
1.6. SKB Menaker dan Menteri PU nomor Kep.174/MEN/86 dan
104/KPTS/1986 tentang K3 ditempat kegiatan konstruksi.
2. Prinsip Utama.
2.1. Pada dasarnya semua pekerjaan baru dapat dilakukan setelah mendapat IZIN
TERTULIS dari Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
2.2. Pada dasarnya semua material baru dapat digunakan setelah mendapat IZIN
TERTULIS dari Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
2.3. Pada dasarnya semua pekerjaan harus dilaksanakan berdasarkan standar-standar
Nasional/Internasional yang relevan dengan pekerjaan tersebut. Persyaratan-
persyaratan dan lain-lain yang disebutkan dalam bagian-bagian dari RKS ini adalah
untuk Referensi minimum.
2.4. Pekerjaan/bagian pekerjaan hanya dapat dianggap selesai dan dapat diperhitungkan
dalam progress report jika telah mendapat persetujuan Direksi/Pejabat Pembuat
Komitmen.
2.5. Semua biaya testing seperti Loading Test/PDA test, Commissioning (untuk M/E),
Pressure Test (untuk Plumbing) dan Test Beban untuk Listrik merupakan
kewajiban dan beban Kontraktor dianggap telah diperhitungkan didalam penawaran
serta termasuk didalam lingkup pekerjaan.
2.6. Seluruh material ex pabrik/ex industri harus dilaksanakan/dipasang sesuai
petunjuk/manual pabrik/industri produsennya.
2.7. Penyebutan Merk/Dagang/Type Product yang ada di RKS dan RAB serta gambar
hanya dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kwalitas material
yang diinginkan, dan harus dipersiapkan adanya material yang setara (equal) dan
atau yang sama.
2.8. Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen mempunyai HAK MUTLAK untuk Menerima
dan atau Menolak segala sesuatu menyangkut material, tata cara bekerja dan atau hasil
produk dari sebagian dan atau keseluruhan pekerjaan.
2.9. Kontraktor diharuskan menunjukkan contoh sample material/gambar material
sebelum mengadakan pembelian.
3. Syarat-syarat Khusus Yang Harus Dipenuhi Oleh Kontraktor.
Penggunaan standar yang tercantum dalam spesifikasi ini mencakup, tetapi tidak
terbatas pada standar yang dirumuskan oleh badan-badan dan organisasi yang tercantum
disini merupakan acuan yang harus ditaati/dipenuhi oleh Kontraktor.
3.1. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1726-
1989.
3.2. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1727-1989.
3.3. Pedoman Mendirikan Bangunan Gedung SNI 03-1728-1989.
3.4. Pedoman Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung SNI 03-1729-1989.
3.5. Pedoman Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang
untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1734-1989.
3.6. Tata Cara Perencanaan Bangunan dan Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-1735-1989.
3.7. Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-1736-1989.
3.8. Tata Cara Pelaksanaan Sistem Hidran untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-1745-1989.
3.9. Tata Cara Pelaksanaan Alat Bantu Evakuasi untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-1746-1989.
3.10.Tata Cara Pencegahan Rayap pada Pembuatan Bangunan Rumah dan Gedung SNI
03-2404-1991.
3.11.Tata Cara Penanggulangan Rayap pada Bangunan Rumah dan Gedung
dengan Termitisida SNI 03-2405-1991.
3.12.Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Rumah dan Gedung SNI 03-2407-1991
3.13.Tata Cara Pengecatan Logam SNI 03-2408-1991
3.14.Spesifikasi Bahan Bangunan SNI 03-0106-1987, SNI 03-0349- 1989, SNI 03-
2445-1991.
3.15.Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1977 yang diterbitkan oleh
Yayasan Normalisasi Indonesia.
3.16.Peraturan Tentang Kayu SNI 03-2445-1991.
3.17.Penangkal Petir untuk Bangunan SNI 03-3990-1995.
3.18.SII (Standar Industri Indonesia).
3.19.AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials).
3.20.ACI (American Concrete Institute).
3.21.AISC (American Institute of Steel Construction).
3.22.ANSI (American National Standar Institute).
3.23.ASTM (American Society for Testing and Materials).
3.24.AWS (American Welding Society Inc).
3.25.CRSI (Concrete Reinforcing Steel Institute).
3.26.National Electrical Code) & British Standards.
3.27.Peraturan PB. Perbakin
3.28.Regulation of International Shooting Sport Federation
3.29.Petunjuk-petunjuk dari Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
3.30.Buku Spesifikasi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan
kesatuan yang saling melengkapi dengan gambar-gambar Rencana dan Bill of
Quantity serta Berita Acara Rapat. Jika terdapat kontradiksi dengan salah satu dari
dokumen tersebut maka Kontraktor wajib bertanya kepada Direksi/Pejabat Pembuat
Komitmen.
4. Syarat-syarat Khusus K3LL.
Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas semua personil di job site karena itu
Kontraktor wajib memiliki Sistem K3LL yang memadai.
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen berhak menetapkan sanksi administratif jika karena
kelalaian Kontraktor terjadi kecelakaan fatal.
5. Hak Cipta - Hak Kekayaan Intelektual - Pajak-pajak & Bea Masuk - Izin Kerja.
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen menganggap bahwa pada dasarnya segala sesuatu yang
menyangkut Izin Kerja (termasuk untuk orang asing) - Hak Cipta - Hak Kekayaan
Intelektual - Pajak-pajak & Bea Masuk, menjadi tanggung jawab Main Contractor.
Dengan demikian, semua personil, peralatan, system serta kegiatan yang
berlangsung didalam pembangunan proyek ini merupakan kegiatan legal/sah sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan RI.

6. Metode Pelaksanaan & Metode Konstruksi Serta Rencana Pelaksanaan.


Kontraktor harus mengajukan Metode Pelaksanaan & Metode Konstruksi dalam Proposal
penawarannya. Metode tersebut meliputi :
6.1. Program Mobilisasi & Demobilisasi.
6.2. Program Penempatan Peralatan & Peralatan yang Digunakan.
6.3. Program Penempatan SDM lengkap dengan Curiculum Vitae.
6.4. Schedule Pelaksanaan dengan Net Work Planning dan Curva “S”.
6.5. System Pelaksanaan Konstruksi & Struktur.
6.6. System Pelaksanaan Finishing Architektur & M/E Khususnya hal-hal yang
spesifik.

7. Organizing Structure.
DIREKSI/
PEJABAT
PEMBUAT
KOMITMEN

KONSULTAN KONSULTAN
PERENCANA PENGAWAS

KONTRAKTOR
UTAMA

KONTRAKTURAL/DIREKSIONAL/PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

KONSULTATIF
C. Syarat – syarat Pelaksanaan Pekerjaan
Pasal 1
Umum
1. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang nyata- nyata diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen berhak meminta Kontraktor mengadakan peralatan
pembantu pekerjaan yang dianggap perlu untuk menjamin kecepatan, mutu dan
ketepatan pekerjaan.
3. Semua biaya mobilisasi dan sewa pakai peralatan dianggap telah diperhitungkan
dalam penawaran Kontraktor.
4. Kontraktor wajib meneliti Situasi Tapak - Job Site dan hal lain yang dapat
mempengaruhi penawaran.
5. Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib melakukan survey
ulang guna memperoleh data yang akurat.
6. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam SPESIFIKASI TEKNIS, Gambar Rencana, Berita Acara
Penjelasan, Berita Acara Rapat Lapangan, serta petunjuk Direksi/Pejabat Pembuat
Komitmen.
Pasal 2
Ukuran-ukuran
1. Ukuran-ukuran dalam pekerjaan ini menggunakan sistem metrik (centimeter dan
meter). Peil + 0,00 Bangunan akan ditetapkan kemudian oleh Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen, dan Kontraktor Pelaksana fisik.
2. Dibawah pengamatan Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen, Kontraktor harus
membuat titik duga dari beton bertulang 10 x 10 x 200 cm. Titik duga tersebut
harus dijaga kedudukannya serta tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung dan
tidak boleh dibongkar tanpa seizin dari Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
3. Kontraktor wajib menambahkan titik duga jika diperlukan oleh Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen. Selama pelaksanaan pekerjaan, surveyor/juru ukur Kontraktor
harus selalu stand by di Job Site lengkap dengan peralatannya. Semua pekerjaan yang
akan dimulai harus diukur bidik ulang sebelum diizinkan secara tertulis oleh
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen untuk dilaksanakan.
4. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas tepatnya pekerjaan menurut
ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar.
5. Kontraktor berkewajiban mencocokkan ukuran satu sama lain dan bila ada
perbedaan ukuran dalam gambar dan Spesifikasi segera dilaporkan kepada
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen. Bilamana terdapat selisih satu perbedaan
ukuran maka petunjuk Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen yang dijadikan
pedoman.
6. Bilamana dalam pelaksanaan terdapat perubahan-perubahan akibat penyelesaian
dilapangan, maka hal ini dianggap telah diperhitungkan sebagai resiko Kontraktor.
Pasal 3
Papan Nama Proyek
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor lebih dulu membuat papan nama proyek.
2. Papan nama proyek dipasang sesuai dengan standard yang berlaku
berdasarkan petunjuk Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen dan menjadi biaya
Kontraktor.
3. Papan nama proyek dimaksud harus dipasang dilokasi proyek dan harus ditempat
yang dapat dilihat dengan bebas.
Pasal 4
Pekerjaan Persiapan
4.1. Sebelum Pekerjaan Dimulai.
4.1.1. Kontraktor harus melaksanakan pembersihan lapangan sebelum memulai
pekerjaan tanah (earth work) sehingga semua kotoran, puing-puing, sampah,
rumput, batang kayu dan lain-lain tidak ada lagi di job site. Dengan demikian
luas job site terlihat dengan jelas.
4.1.2. Kontraktor harus membuat Shop Drawing atas semua Rencana Pelaksanaan
Pekerjaan.Shop Drawing dibuat dalam format AUTOCAD.
4.2. Setelah Pekerjaan Selesai.
4.2.1. Setelah pekerjaan selesai dan sebelum diadakan penyerahan pekerjaan
kepada Pemilik, Kontraktor harus membersihkan seluruh site dari segala macam
kotoran, puing-puing dan semua peralatan yang digunakan selama masa
konstruksi. Kotoran-kotoran tersebut harus dikeluarkan dari job site atas biaya
Kontraktor.
4.2.2. Pekerjaan pembersihan merupakan bagian dari progress pekerjaan sehingga bila
hal ini belum diselesaikan secara tuntas maka pekerjaan tidak akan dianggap
selesai 100 %.
4.2.3. Kontraktor harus membuat As Built Drawing secara bertahap yang menunjukkan
realisasi pekerjaan yang sebenarnya. Pekerjaan hanya dianggap selesai 100%
setelah As Built Drawing ditanda tangani oleh Direksi/Pejabat Pembuat
Komitmen.

4.3. Selama Pekerjaan Berlangsung.


Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kesehatan, keselamatan kerja dan
lindungan lingkungan.
4.3.1. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang KeselamatanKerja.
2. Keputusan Dirjen Binawas Nomor KEP/20/DJPPK/2004 tentang
Sertifikasi Kompetensi K3 Bidang Konstruksi Bangunan.
3. SKB Menaker dan Menteri PU Nomor KEP. 174/MEN/86 dan
104/KPTS/1986 tentang K3 ditempat Kegiatan Konstruksi.
4. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/SE/M/2005 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah.
4.3.2. Lindungan Lingkungan.
Kontraktor wajib melaksanakan semua aspek yang berhubungan dengan
lindungan lingkungan lokasi tempat kerja sebagai berikut :
1. Dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar antara lain
kebisingan, keributan, getaran, bau, polusi udara, air limbah, kemacetan arus
lalu lintas, kotoran pada jalan raya, aspek estetika, dan sebagainya.
2. Dampak-dampak negatif lainya yang dapat menimbulkan penyakit
terhadap pekerja antara lain kebersihan dan kerapian tempat kerja, kebersihan
makanan dan air minum, kebersihan tempat tinggal, sanitasi, kebersihan
kamar mandi dan toilet, dan sebagainya.
Pasal 5
Keamanan Proyek, Keselamatan Kerja
5.1. Keamanan Proyek.
Selama berlangsungnya proyek, Kontraktor bertanggung jawab atas semua personil
yang ditempatkan, termasuk personil Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen. Untuk itu
Kontraktor wajib memberikan daftar nama personil setiap hari sebelum memulai
pekerjaan kepada Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen. Kontraktor harus
menempatkan petugas jaga/keamanan selama 24 jam untuk menjaga material/barang-
barang Kontraktor dilapangan. Kontraktor wajib menyediakan alat-alat
pemadam kebakaran dan bertanggung jawab atas kemungkinan terjadinya
kebakaran selama masa pelaksanaan hingga penyerahan terakhir (kedua) proyek
ini.
5.2. Asuransi dan Keselamatan Kerja.
Kontraktor harus mengasuransikan personil yang ditempatkan sesuai dengan
ketetapan pemerintah yang berlaku, (JAMSOSTEK, dll). Kontraktor harus menjamin
keselamatan kerja semua personil melalui Asuransi Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen
sesuai dengan Peraturan Keselamatan kerja termasuk pemakaian alat-alat perlindungan
kerja.
Kontraktor harus mengasuransikan seluruh pekerjaan yang dilaksanakan pada
proyek ini (Construction All Risks) terhadap Bahaya Kebakaran dan Bahaya
Kegagalan Konstruksi selama masa pelaksanaan hingga habisnya masa pemeliharaan.
Biaya yang timbul akibat asuransi ini menjadi beban Kontraktor karena itu dianggap
telah diperhitungkan didalam penawaran Kontraktor.
5.3. Kantor Lapangan dan Fasilitasnya.
Bangunan-bangunan untuk kantor lapangan dan akomodasi lapangan harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga terbebas dari polusi yang dihasilkan oleh
operasi konstruksi.
Bangunan yang dibangun harus mempunyai kekuatan struktur yang memadai,
tahan cuaca dengan permukaan lantai bangunan berada diatas tanah, tinggi plafon
minimum 3 meter dan atap bangunan menonjol 1,5 meter dari sisi luar dinding
terluar.
Bangunan untuk penyimpanan bahan-bahan harus diberi bahan pelindung yang
bahannya harus dipilih sedemikian rupa sehingga bahan-bahan yang disimpan tak akan
mengalami kerusakan.
5.3.1. Perlengkapan bangunan kantor Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen(Direksi
Keet).
1. 2 buah m e j a k a n t o r dengan laci dilengkapi dengan pengunci dan anak
kunci.
2. 1 unit white board lengkap dengan spidol dan penghapus.
3. Kursi-kursi dan perlengkapan kecil lainnya sesuai kebutuhan.
4. Penerangan yang cukup disertai titik-titik stop kontak.
5.3.2. Perlengkapan Ruang Rapat dan Ruang untuk penyimpanan rekaman
dokumen-dokumen proyek.
1. Meja konperensi dan kursi untuk paling sedikit 8 orang.
2. Rak atau laci untuk arsip vertical atau horizontal dari gambar dan arsip untuk
“Dokumen proyek” ditempatkan dalam atau dekat dengan tempat rapat.
5.4. Gudang Material dan Barak Kerja.
Kontraktor wajib membuat kantor sendiri serta Gudang Material dan Peralatan
dan Barak Kerja. Gudang tersebut terutama dimaksudkan untuk penyimpanan material
atau peralatan yang memerlukan perlindungan alat ataupun terhadap pencurian.
5.5. Generator Set & Penyediaan Air Sementara.
5.5.1. Gen - Set.
Untuk keperluan penerangan pada malam hari dan untuk keperluan bekerja,
Kontraktor wajib menyediakan dan mengoperasikan satu set generator dengan
kapasitas minimal 50 (lima puluh) KVA. Instalasi listrik untuk gedung, barak
pekerja, Ruang Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen serta jalan masuk dan
tempat-tempat lain yang ditentukan kemudian harus dipasang sesuai peraturan
yang berlaku oleh instalatur PLN.
5.5.2. Penyediaan Air Sementara.
Untuk keperluan pekerjaan dan pekerja, Kontraktor harus
menyediakan air untuk pekerjaan. Segala biaya yang dikeluarkan untuk
pekerjaan pembuatan sumur dalam ini dimasukkan dalam penawaran atau paling
tidak dianggap telah diperhitungkan dalam penawaran.
5.6. Jalan Masuk Sementara.
Jika dianggap perlu, Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen berhak memerintahkan
Kontraktor untuk membuat jalan masuk sementara yang memungkinkan kelancaran
pemasukan material dan sebagainya.
Sejauh mungkin jalan masuk sementara tersebut kemudian akan ditingkatkan
sebagai jalan yang memang menjadi bagian dari lingkup pekerjaan Kontraktor
(jika ada).
Pasal 6
Mobilisasi
6.1. Umum.
6.1.1. Uraian.
Kontraktor harus bertanggung jawab atas semua proses mobilisasi dan
demobilisasi. Program mobilisasi/demobilisasi harus diajukan serta tertulis
kepada Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
6.1.1.1. Persyaratan mobilisasi.
a) Pembelian atau sewa atas tanah guna keperluan base camp
Kontraktor dan kegiatan pelaksanaan adalah beban Kontraktor.
b) Mobilisasi dari semua staf Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen
dan semua pekerja yang diperlukan untuk pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan kontrak menjadi beban Kontraktor.
c) Mobilisasi dan pemasangan peralatan konstruksi dari suatu lokasi
asalnya ketempat yang digunakan sesuai ketentuan kontrak adalah
tanggung jawab Kontraktor.
d) Penyediaan dan pemeliharaan base camp Kontraktor, termasuk
bila perlu kantor-kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel-
bengkel, gudang-gudang dan sebagainya.
e) Pembuatan dan penyerahan suatu program mobilisasi.
6.1.1.2. Persyaratan mobilisasi untuk kantor lapangan dan fasilitas untuk
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
Penyediaan dan pemeliharaan kantor dan akomodasi staf dengan
perlengkapannya yang digunakan Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen harus
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
6.1.1.3. Persyaratan mobilisasi untuk fasilitas pengendalian mutu
Penyediaan dan pemeliharaan laboratorium lapangan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan termasuk peralatan laboratorium lapangan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor dan menjadi bagian dari
kontrak.
6.1.1.4. Persyaratan demobilisasi untuk semua kontrak
Pekerjaan demobilisasi dari daerah kerja (site) yang dilaksanakan oleh
pihak Kontraktor pada akhir kontrak, termasuk membongkar kembali
seluruh instalasi-instalasi, peralatan dan kantor untuk Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen diharuskan untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan
dan penyempurnaan pada daerah kerja (site), sehingga kondisinya sama
dengan Perencanaan.
6.1.2. Program Mobilisasi.
6.1.2.1. Pihak Kontraktor harus menyiapkan, menyerahkan dan
mendapatkan persetujuan dari Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen perihal
Program Mobilisasi dalam jangka waktu seperti ditentukan.
6.1.2.2. Program Mobilisasi harus menetapkan waktu dari semua kegiatan
mobilisasi yang berlaku dan tambahan informasi berikut ini harus
dimasukkan pula.
a) Lokasi Base Camp Kontraktor dengan memperlihatkan jarak ke
lokasi dari SITE.
b) Rencana pengiriman Peralatan yang menunjukkan lokasi saat ini dari
seluruh Peralatan yang terdaftar dalam jadwal yang dimasukkan
bersama penawaran, bersama cara pengangkutan yang diusulkan
untuk dipakai dan jadwal tibanya ditempat kerja.
c) Kontraktor harus meminta persetujuan Direksi/Pejabat Pembuat
Komitmen atas setiap perubahan pada jadwal peralatan dan
penyediaan staf yang telah dimasukkan bersama Penawaran.
d) Harus membuat suatu Format Bagan Balok yang dapat memperlihatkan
kemajuan pekerjaan secara menyeluruh dan diperlihatkan pula setiap
kegiatan-kegiatan pekerjaan mobilisasi yang utama serta kurva
kemajuan untuk menyatakan presentase kemajuan pekerjaan.
6.1.3. Demobilisasi Akhir.
Pada waktu akhir pekerjaan, maka Demobilisasi menyeluruh adalah tanggung
jawab Kontraktor. Pekerjaan Demobilisasi meliputi seluruh personil,
peralatan dan pembersihan. Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen yang berhak
melakukan penilaian atas selesai/belum selesainya Demobilisasi. Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen berhak untuk menolak pekerjaan dinyatakan selesai jika
Demobilisasi belum tuntas.
Pasal 7
PEKERJAAN TANAH
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Pekerjaan Galian.
Galian tanah untuk pondasi, bak-bak kontrol, saluran-saluran instalasi air / listrik,
sumur, septictank dan peresapan serta bagian-bagian yang ditunjukkan dalam gambar.
1.2. Pekerjaan Urugan Pada Bangunan
a) Urugan tanah bekas lubang galian dan dibawah lantai untuk peninggian permukaan.
b) Urugan pasir di bawah pondasi dan Lantai.
1.3. Pekerjaan Timbunan Tanah Diluar Bangunan
Timbunan tanah diluar seluas (P + 10) x (L + 10) m dengan ketinggian peil lantai
bangunan yang ditentukan.
1.4. Pembuangan tanah
2. BAHAN-BAHAN
2.1. Umum
Semua bahan urugan yang akan digunakan berupa tanah atau pasir sebelum digunakan
harus seijin Direksi.
2.2. Urugan Pasir /Tanah
a) Bahan urugan berupa pasir/tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan
organisme lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan kepadatan
urugan itu sendiri.
b) Tanah urug dapat digunakan tanah bekas galian.
c) Pasir urug harus berbutir halus dan bergradasi tidak seragam.
3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
3.1. Pekerjaan Galian
a) Kedalaman galian pondasi minimal sesuai gambar, atau telah mencapai tanah keras.
Yang dimaksud dengan tanah keras adalah tanah dengan kemampuan daya dukung 1
kg/cm2
b) Apabila sampai kedalaman sesuai dengan gambar belum mendapatkan tanah keras,
maka Pelaksana harus menggali lebih dalam maksimal 1,50 kali dari gambar
rencana.
c) Apabila sampai kedalaman tersebut pada point b. belum mendapatkan tanah keras,
maka Pelaksana harus menghentikan pekerjaan galian dan dikonsultasikan dengan
Perencana dan konsultan perencana untuk mendapatkan pemecahan sebaik-baiknya.
d) Apabila dalam melaksanakan penggalian kedalaman galian pada tanah keras lebih
dalam, dan untuk mendapatkan kedalaman yang sesuai dengan kedalaman yang
dimaksud dalam gambar, maka penyesuaian kedalam dilakukan dengan
menggunakan beton tumbuk tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
e) Pada galian tanah yang mudah longsor, Pelaksana harus mengadakan findakan
pencegahan dengan memasang penahan atau cara lain yang disetujui Perencana.
f) Selama pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan lain didalam
galian harus dihindarkan dari genangan air. Untuk itu Pelaksana harus menyediakan
pompa air dengan jumlah yang cukup untuk menunjang kelancaran pekerjaan
tersebut.
3.2. Pekerjaan Urugan
a) Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan dengan cara setiap lapis dengan
ketebalan tiap lapisan + 25 cm dan dipadatkan dengan stamper.
b) Tanah yang akan diurug harus dalam keadaan terurai, bukan merupakan bongkahan-
bongkahan tanah agar mudah dipadatkan,
c) Tanah bongkahan tidak diijinkan untuk mengurug, disebabkan apabila terkena air
tanah dan terurai akan terjadi penurunan lantai.
d) Dalam pelaksanaan pengurungan terutama pasir dibawah lantai, Pelaksana harus
memperhatikan tingkat kepadatannya, sehingga tidak akan terjadi penurunan lantai
akibat konsolidasi urugan.

Pasal 8
PEKERJAAN PLESTERAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Pekerjaan plesteran dengan campuran sesuai gambar rencana atau yang ada dalam
Daftar Kuantitas. Pekerjaan Plesteran meliputi:
- Plesteran 1pc : 6ps, tebal 15mm.
- Benangan
- Acian
2. BAHAN-BAHAN
2.1. Semen Portland (PC)
Semen Portland harus mempergunakan semen Gresik atau merk lain yang sekualitas
dan yang digunakan harus satu jenis merk pabrik juga untuk pekerjaan beton bertulang.
2.2. Pasir Pasang
Pasir harus mempunyai gradasi tidak seragam, berujung runcing, bersih dari lumpur dan
kotoran lainnya.
3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
3.1. Plesteran
a) Untuk plesteran beton, sebelum pekerjaan plesteran dilaksanakan maka pernukaan
beton yang akan diplester harus dibuat kasar terlebih dahulu (dilukai) dengan betel
dan kemudian dibersihkan dan disaput dengan air semen.
b) Pekerjaan plesteran baru dapat dilaksanakan setelah pekerjaan instalasi air / listrik
sudah terpasang.
c) Seluruh pemukaan dinding tembok yang akan diplester harus dibasahi /disiram
dengan air bersih terlebih dahulu sampai rata. Serta dinding yang telah diplester
harus selalu dibasahi sekurang-kurangnya dalam 7 (tujuh) hari. Hal ini dilaksanakan
untuk mencegah pengeringan plesteran sebelum waktunya.
d) Semua pekerjaan plesteran, baik plesteran beton maupun plesteran dinding tembok
harus rata, harus merupakan satu bidang tegak lurus dan siku, pekerjaan plesteran
yang telah selesai harus bebas dari retak-retak / noda-noda dan cacat lainnya.
e) Plesteran dinding dikerjakan dengan tebal minimal 1 cm, dan tidak lebih tebal 2 cm,
selanjutnya untuk mendapatkan permukaan yang halus, maka harus diaci.
f) Pekerjaan plesteran harus dikoordinasikan dengan pekerjaan pemasangan instalasi
listrik, instalasi air maupun instalasi lain yang terletak dibawah plesteran.
g) Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok, penyelesaian akhir sesudah diaci,
dan dalam keadaan setengah kering digosok dengan kertas semen.
Pasal 9
PEKERJAAN BETON
1. LINGKUP PEKERJAAN
a) Beton Struktural dan Nonstruktural dengan mutu sesuai dengan gambar rencana dan
atau yang ada dalam Daftar kuantitas.
b) Pekerjaan Pembesian
c) Pekerjaan Bekisting
2. BAHAN-BAHAN
2.1. Umum
Bahan-bahan campuran beton berupa PC, agregat halus / kasar, kontraktor harus
mengajukan lebih dulu contoh-contoh yang memenuhi syarat-syarat dari berbagai
sumber (tempat pengambilan).
1) Semen
a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen Portland tipe I,
II, III, IV, dan V yang memenuhi SNI 15-2049-2004 tentang Semen Portland.
b) Semen tipe IA (Semen Portland tipe I dengan air-entraining agent ), IIA (Semen
Portland tipe II dengan air-entraining agent), IIIA (Semen Porgtland tipe III
dengan air-entraining agent), PPC (Portland Pozzolan Cement), dan PCC
(Portland Composite Cement) dapat digunakan apabila diizinkan oleh Direksi
Pekerjaaan. Apabila hal tersebut diizinkan, maka Penyedia Jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merek semen
yang digunakan.
c) Di dalam satu proyek hanya dapat digunakan satu merek semen, kecuali jika
diizinkan oleh Direksi Pekerjaan. Apabila hal tersebut diizinkan, maka Penyedia
Jasa harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merek
semen yang digunakan.
2) A i r
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa,
gula atau organik. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan
dalam SNI 03-6817-2002 tentang Metode pengujian mutu air untuk digunakan
dalam beton. Apabila timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan karena
sesuatu sebab pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus
diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir standar dengan
memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air murni hasil sulingan. Air yang
diusulkan dapat digunakan apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur
7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan minimum 90%
dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode umur yang sama. Air yang
diketahui dapat diminum dapat digunakan.
3) Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan
Gambar dan memenuhi Tabel berikut ini :
Tabel Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan
Tegangan Leleh Karakteristik atau
Mutu Sebutan Tegangan Karakteristik yang memberikan
regangan tetap 0,2 (kg/cm2)
U24 Baja Lunak 2.400
U32 Baja Sedang 3.200
U39 Baja Keras 3.900
U48 Baja Keras 4.800
b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman
tulangan yang di las yang memenuhi SNI 03-6812-2002 dapat digunakan.

4) Tumpuan untuk Tulangan


Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton
pracetak dengan mutu fc’ 20 MPa seperti yang disyaratkan dalam Seksi 7.1 dari
Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau
bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan.
5) Pengikat untuk Tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi SNI
07-6401-2000.
6) Bekisting
a) Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup kering dengan
tebal minimum 2 cm atau panil-panil multipleks dengan tebal minimum 12 mm.
b) Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7 sebagai penyokong,
penyangga maupun pengikat, sehingga mampu mendukung tekanan beton pada
saat pengecoran sampai selesai proses pengikatan.
c) Penyangga struktur lantai (balok, lantai, dll) dapat digunakan kayu dengan
ukuran minimal 5/7 cm dengan jarak maksimum 50 cm dengan dialasi dengan
papan kelas III antara tanah dan penyangga (perancah).
d) Sebagai perancah dapat digunakan scafolding baja
3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
3.1. Bekisting
a) Bahan untuk bekisting terdiri atas :
 Papan bekisting dari multipleks minimal tebal 9 mm.
 Klem bekisting.
 Perancah dan penyangga lainnya menggunakan kayu ukuran 5/7 atau
menggunakan scalfoding.
b) Bekisting harus disusun dan dirangkai sedemikian rupa sehingga :
 Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban adukan beton dan atau
tekanan lateralnya pada saat pengecoran.
 Tidak menyebabkan adukan beton terurai, dalam hal ini khusus untuk bekisting
kolom disyaratkan tinggi penulangan maksimum adalah 2 cm dari permukaan
dasar yang telah mengeras.
 Mudah pembongkarannya tanpa membahayakan konstruksi lain yang sudah
selesai dikerjakan.
Untuk dapat memenuhi hal ini, Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar
pelaksanaan (shop drawing) lebih dahulu beserta perhitungan konstruksinya, dan
telah mendapatkan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas sebelum pemasangan
bekisting dilaksanakan.
c) Bahan bekisting yang telah dipakai tidak boleh dipakai kembali kecuali dengan ijin
Direksi/Konsultan Pengawas secara tertulis.
d) Bila memenuhi syarat konstruksi, pemakaian bahan lain selain yang disebutkan di
atas, boleh dilakukan sepanjang telah memperoleh ijin tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas.
e) Apabila menginginkan hasil beton cor berbentuk bulat, disarankan menggunakan
bekisting/cetakan dari besi yang siap pakai dan telah mendapatkan persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas.
3.2. Tulangan
a) Baja tulangan secara umum adalah baja tulangan polos Ø10 mm, Ø12 mm dan Ø8
mm dengan mutu baja rencana fy 240 Mpa, didalam gambar perencanaan ditandai
dengan Ø sebagai kode diameternya untuk tulangan polos. Sedangkan Baja tulangan
Ulir adalah untuk ukuran D16 keatas dengan mutu baja rencana fy 400 Mpa, didalam
gambar perencanaan ditandai dengan D sebagai kode diameternya untuk tulangan
Ulir
b) Baja tulangan yang akan digunakan dalam pelaksanaan hendaknya harus dilakukan
pengujian laboratorium lebih dahulu menurut prosedur teknis yang berlaku, dan
biaya pengujian sepenuhnya harus ditanggung Kontraktor Pelaksana dan sudah harus
dianggap telah termasuk di dalam faktor-faktor penawaran.
c) Bila tulangan yang didatangkan di lapangan tidak diperkenankan langsung
dikerjakan sebelum mendapatkan pembenaran/persetujuan dari Direksi/Konsultan
Pengawas.
d) Bila baja tulangan yang tercantum di dalam gambar ternyata tidak ada/sulit
dipasaran, Kontraktor Pelaksana harus segera mengajukan permintaan ijin tertulis
yang dilampiri dengan rencana perubahan beserta perhitungan teknis dan waktu
pelaksanaannya.
e) Bila Direksi/Konsultan Pengawas meluluskan, maka Kontraktor Pelaksana dapat
melaksanakannya sesuai dengan ijin Direksi.
f) Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan pembengkokan, pemasangan
tulangan lewatan dan lain-lain) harus memenuhi standart yang telah disyaratkan di
dalam SNI 2002 tentang tata cara pembetonan.
g) Sebelum pengecoran rangkaian tulangan sudah harus dilengkapi dengan beton
decking yang jumlah, penempatan dan mutunya harus disetujui Direksi/Konsultan
Pengawas.
h) Baja-baja tulangan yang akan dipakai sampai saat akan dilakukan pengecoran harus
bebas dari kotoran, lemak atau karat serta kotoran-kotoran lain yang dapat
mengurangi daya rekat antara campuran agregat beton dengan tulangan itu sendiri.
i) Untuk kotoran berupa karat dapat digunakan bahan kimia penghilang karat (Rust
Remover) yang tidak mengurangi diameter dan kekuatan baja tulangan.
j) Untuk penggunaan bahan kimia tersebut Kontraktor harus memperoleh petunjuk
yang jelas dari Produsen dan persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
3.3. Adukan Beton
a) Adukan beton harus memenuhi mutu karakteristik beton sesuai dengan rekomendasi
di dalam SNI 2002.
b) Sebelum mix design dilakukan, Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengujian
agregat di laboratorium. Bahan agregat yang dipakai untuk perencanaan campuran
beton (mix design) harus telah mendapatkan rekomendasi dari laboratorium dan
dipakai sebagai tolak banding pemeriksaan dengan agregat yang didatangkan di
lapangan.
c) Hasil dari perencanaan campuran yang akan dipakai pedoman didalam pelaksanaan
pekerjaan ini harus dikalibrasikan dalam perbandingan campuran dengan satuan
volume (bukan berat) yang selanjutnya dinyatakan dalam takaran bahan di lapangan.
d) Kontraktor juga harus menyediakan beton molen dengan kapasitas memadai dan
dalam kondisi baik serta harus dijamin dapat berfungsi baik selama masa
pelaksanaan pekerjaan. Bila terjadi beton molen tidak dapat berfungsi dengan
baik/rusak, maka kontraktor berkewajiban untuk segera memperbaikinya atau
mengganti dengan yang baru sepanjang tidak mengganggu jadual waktu pelaksanaan
pekerjaan pengecoran.
e) Penggunaan beton molen dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas. Penggunaan molen adalah apabila dianggap
penggunaan ready mixed tidak memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan beton di
lokasi proyek, atau volume yang akan di cor terlalu sedikit.
3.4. Pengecoran Beton
a) Apabila Kontraktor Pelaksana hendak memulai pekerjaan pengecoran beton, maka
Kontraktor harus memberitahukan secara tertulis kepada Direksi kapan pengecoran
dilaksanakan.
b) Pengecoran hanya boleh dilaksanakan bila :
 Kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan penulangan, bekisting serta
pemasangan beton decking secara sempurna dan bersih serta telah mendapatkan
persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.
 Kontraktor telah menyediakan bahan peralatan, dan persiapan tenaga serta
dinyatakan dalam daftar bahan alat dan tenaga kerja.
 Kontraktor telah membuat Schedule Rencana pengecoran dan strategi
pengecoran berupa gambar tataletak bahan serta arah pengecoran.
 Stek-stek untuk tahapan pekerjaan berikutnya ataupun untuk pelaksanaan
pekerjaan pentahapan telah dipersiapkan dan dibuat terlebih dahulu.
 Seluruh persiapan pengecoran yang tersebut didalam sub butir a, b, c dan d di
atas telah mendapatkan pembenaran dari Direksi/Konsultan Pengawas. Seluruh
persiapan di atas, apabila telah disetujui Direksi/Konsultan Pengawas
berdasarkan hasil pemeriksaan dan penilaian di lapangan pekerjaan, maka
Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran.
c) Selama pekerjaan pengecoran Kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai
berikut :
 Pengujian kekuatan setiap kali penuangan campuran beton dari beton molen.
Angka kekentalan yang diperoleh harus sesuai dengan yang disyaratkan didalam
SNI 2002. serta harus sesuai dengan rekomendasi dari laboratorium yang telah
ditunjuk.
 Pembuatan benda-benda uji, kubus beton atau silinder beton dengan rasio sesuai
yang diatur di dalam SNI 2002, maka rasio benda uji akan ditetapkan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas. Setelah pencapaian umur yang cukup, benda-
benda uji ini harus ditestkan ke laboratorium dengan biaya Kontraktor. Bila hasil
laboratorium ternyata mutu beton yang telah dilaksanakan tidak memenuhi
syarat maka dilakukan test-test selanjutnya di lapangan sesuai prosedur yang
telah di atur di dalam SNI 2002. Bila test-test di lapangan ini masih
mendapatkan hasil mutu beton dibawah Fc 30 Mpa maka Kontraktor
berkewajiban membongkar pekerjaan ini dan melaksanakan kembali tanpa
mendapatkan ganti rugi apapun.
 Pemadatan beton dengan menggunakan vibrator. Pelaksanaannya harus
dilakukan secara semestinya yakni pencelupan vibrator harus diusahakan tegak
lurus, secara perlahan-lahan, demikian juga penarikan vibrator. Selama
pengecoran, vibrator tidak boleh disentuhkan tulangan dan bekisting. Kontraktor
Pelaksana harus menyediakan sedikitnya 1 (satu) buah vibrator cadangan selama
pekerjaan pengecoran berlangsung.
 Dalam hal menggunakan ready mix, maka harus mematuhi “retention time” yang
telah ditentukan.
d) Bila Kontraktor bertindak menyimpang dari ketentuan-ketentuan di atas, Konsultan
Pengawas/Direksi berhak menghentikan pekerjaan ini dan semua resiko sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
3.5. Pemeliharaan Beton
a) Kontraktor Pelaksana diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap sinar
matahari langsung, angin dan hujan sampai beton sempat mengeras secara wajar.
b) Kontraktor Pelaksana diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat
dengan cara-cara sebagai berikut :
 Semua bekisting yang melingkupi beton yang baru dicor harus dibasahi secara
teratur sampai dibongkar.
 Semua permukaan beton yang tidak terlindungi oleh bekisting (misalnya
permukaan plat lantai) harus ditutup dengan karung goni basah selama perkiraan
pengikatan awal berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan air selama 14
hari sejak saat pengecoran, kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Konsultan
Pengawas.
c) Pemeliharaan dengan penyiraman air minimal 2 x sehari harus dilakukan setelah
bekisting dibuka. Penyiraman dilakukan selama 7 hari.
d) Tidak dibenarkan menimbun atau mengangkut barang di atas beton atau memakai
bagian beton sebagai tumpuan selama menurut Direksi/Konsultan Pengawas bahwa
beton tersebut belum cukup mengeras.
3.6. Pembongkaran Bekisting
a) Pembongkaran bekisting tidak dibenarkan bila :
 Umur beton belum mencapai kekuatan sesuai SNI 2002.
 Umur beton belum mencapai kekuatan yang memadai untuk mendukung beban
kerja di atasnya bila hal tersebut akan dilaksanakan, atau bangunan akan
difungsikan.
b) Sebelum melaksanakan pembongkaran, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan ijin
pembongkaran secara lisan kepada Direksi/ Konsultan Pengawas. Namun sebelum
Direksi memberikan ijin secara tertulis (baik melalui surat resmi maupun tertulis
dalam buku Direksi), Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan
pembongkaran.
c) Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan secara hati-hati sedemikian rupa
sehingga :
 Tidak menyebabkan kerusakan konstruksi baik bagi betonnya sendiri maupun
konstruksi lainnya.
 Tidak membahayakan pekerja lain.
d) Bagian beton yang keropos setelah pembongkaran bekisting harus segera diisi
dengan mortar beton sesuai campuran asal.
e) Bahan-bahan bekisting bekas bongkaran harus dikumpulkan di suatu tempat atas
petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas sehingga tidak menghambat jalannya
pelaksanaan selanjutnya.
f) Akibat-akibat dari kekhilafan Kontraktor Pelaksana dalam hal ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawabnya.

3.7. Pendimensian Struktur Beton


a) Yang dimaksud dengan beton-beton praktis adalah semua elemen konstruksi beton
yang bukan merupakan elemen struktural. Persyaratan campuran untuk beton-beton
praktis ini adalah 1 pc : 2 ps : 3 kr atau minimal memenuhi mutu beton fc 17,5 Mpa.
b) Meskipun di dalam gambar perencanaan tidak menyebutkan beton-beton praktis
seperti yang disebutkan dibawah ini, tetapi tetap harus dilaksanakan dan dianggap
sudah diperhitungkan oleh Kontraktor Pelaksana di dalam penawaran pekerjaan ini.
Beton-beton praktis tersebut adalah :
 Kolom-kolom praktis dan ring balok praktis, yang oleh sendirinya atau bersama-
sama dengan beton-beton struktur membentuk frame pasangan dinding batu bata
untuk setiap lembar bidang datar dinding batu bata (jadi pada setiap pertemuan
dua bidang dinding harus ada kolom praktisnya) atau pada dinding yang lebar
dengan maksimum luas bidang 12 m2. Dimensi kolom praktis 11 cm x 11 cm
dengan penulangan 4 – Ø12 mm, begel/sengkang Ø 10-15 cm.
 Balok ring dengan dimensi 10/15, untuk konstruksi ringan atau tidak menopang
sebagai struktur utama.
 Tebal plat untuk plat leuvel 10 cm tulangan tunggal Ø12 – 150 mm.

Pasal 10
PEKERJAAN PONDASI DAN PLENGSENGAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Kali
1. Pasang aanstamping dibawah pondasi batu kali sebagai landasan pondasi, sesuai
dengan gambar rencana pondasi.
2. Pasang pondasi dan umpak batu kali sesuai dengan campuran perekat yang ada
dalam gambar rencana pondasi dan daftar kuantitas pekerjaan.
2. BAHAN-BAHAN
2.1. Batu kali / gunung.
1. Batu kali atau batu gunung bulat dengan ukuran 5/20, utuh , tidak porous.
2. Apabila merupakan batu yang dipecah harus bersudut runcing dan tajam.
2.2. Semen Portland (PC)
Semen Portland harus mempergunakan semen Gresik atau merk lain yang sekualitas
dan yang digunakan harus satu jenis merk pabrik juga untuk pekerjaan beton
bertulang.
2.3. Pasir Pasang
Pasir harus mempunyai gradasi tidak seragam, berujung runcing, bersih dari lumpur
dan kotoran lainnya.
3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
3.1. Pasangan pondasi batu kali.
a. Setelah pasir urugan diatas tanah galian mencapai kepadatan yang disyaratkan, dan
tebalnya telah diukur sesuai dengan rencana, maka dapat dipasang aanstamping.
b. Pasangan aanstamping harus saling mengisi antara batu kali, sehingga merupakan
landasan pondasi yang utuh dan padat.
c. Kemudian rongga-rongga antara batu pada aanstamping diisi pasir urug dan diberi
air hingga padat.
d. Pondasi batu kali dipasang diatas aanstamping dengan bentuk dan ukuran sesuai
gambar.
e. Sebelum dipasang batu untuk pondasi harus dibasahi dengan air secukupnya
sehingga dapat melekat dengan sempurna.
f. Untuk patokan bentuk pasangan batu pondasi harus dipasang profil-profil dari
bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada pemasangan memanjang lebih besar dari
8 meter, sehingga tarikan benang untuk patokan memanjang tidak melendut yang
berakibat pasang tidak rata.
g. Pasangan pondasi yang tampak diluar tanah, permukaan pondasi harus diberapen.

Pasal 11
PENUTUP
Apabila baik dalam gambar maupun dalam RKS belum tersebutkan suatu detail
komponen bangunan, tetapi dari segi fungsi maupun konstruksi hal itu harus ada, maka menjadi
kewajiban Kontraktor untuk menyelenggarakannya.
Untuk hal tersebut diatas tidak diterima permohonan untuk menambah harga borongan.
dengan demikian harus dianggap bahwa penawaran adalah untuk melaksanakan suatu pekerjaan
yang secara teknis maupun fungsinya dapat dipertanggung jawabkan.
Hal hal lain yang belum tercantum dalam peraturan dan syarat syarat ini, akan diatur
kemudian secara musyawarah berdasarkan dan peraturan perauran lain yang lazim dipergunakan
dalam suatu pekerjaan Pemborongan bangunan sepanjang tidak bertentangan dengan Rencana
Kerja dan Syarat syarat ini.

Anda mungkin juga menyukai