Anda di halaman 1dari 57

MENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN


SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIS/
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PEKERJAAN
REHABILITASI GEDUNG LAYANAN PUBLIK PUSAT PENELITIAN MAHASISWA

TAHUN ANGGARAN 2018


BAB I
PENDAHULUAN

PASAL 1
PENJELASAN UMUM MENGENAI LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup Pekerjaan yang dimaksud dalam uraian ini adalah membangun dan mengadakan
Sarana dan Prasarana Fisik Pembangunan rehabilitasi gedung layanan publik pusat
penelitian mahasiswa 2018.

PASAL 2
PERATURAN-PERATURAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1. UNTUK PEKERJAAN SIPIL DAN ARSITEKTUR

Untuk melaksanakan Pekerjaan Sipil dan Arsitektur, digunakan peraturan umum


yang lazim dipakai yakni A.V/SU/41 (Syarat-syarat Umum untuk Pelaksanaan
Bangunan Umum yang dilelangkan), kecuali ditentukan lain dalam Spesifikasi
Teknik ini.
Peraturan Bangunan yang dimaksud dalam Spesifikasi Teknik ini adalah :
a. Algement Voorwarden AV 1941 Persyaratan Pembangunan di Indonesia yang
disyahkan oleh Pemerintah. (Khususnya pasal-pasal yang masih
berlaku/relevan)
b. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 9/KPTS/M/2006 tentang
Persyaratan Teknis dan Bangunan.
c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 18 Tahun 1999, Tanggal 7 Mei
1999, tentang Undang-undang Jasa Konstruksi.
d. Peraturan Pemerintah Nomor : No. 70 tahun 2012, beserta penjelasannya;
e. Peraturan Pemerintah Nomor : 29 Tahun 2000, tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi;
f. Peraturan Pemerintah Nomor : 30 Tahun 2000, tentang Penyelenggaraan
Pembinaan Jasa Konstruksi;
g. Standar Konstruksi dan Bangunan :
- Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
- PUPI (Peraturan Umum Pembebanan Indonesia) tahun 1987.
- SNI Nomor : 03-0106-1987 tentang : Penggunaan ubin lantai keramik
marmer dan cara uji.
- SNI Nomor : 03-3527-1994 tentang : Mutu Kayu bangunan.
- SNI Nomor : 03-1726-1984 tentang Pedoman Perencanaan Tahan Gempa
untuk Rumah dan Gedung.
- SNI Nomor : 03-1734-1989 tentang : Pedoman Perencanaan Beton
Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung.
- SNI Nomor : 03-1736-1989 tentang : Tata Cara Perencanaan Struktur
bangunan untuk penanggulangan bahaya kebakaran.
- SNI Nomor : 03-2407-1991 tentang : Tata cara pengecatan kayu untuk
Rumah dan Gedung.
- SNI Nomor : 03-2834-1992 tentang: Tata cara pembuatan rencana
Campuran Beton Normal.
- SNI Nomor : S-05-1989-F tentang: Baja Tulangan Beton Dan Kawat
Pengikat
- SNI Nomor : 0255-1987.D. tentang: Persyaratan Instalasi Listrik.
- SNI Nomor : 03-1727-1989 tentang Perencanaan Pembebanan untuk rumah
dan Gedung.
- SNI Nomor : 03-2847-1992 tentang : Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung.
- Keputusan Menteri PU Nomor : 468/KPTS/1998 tanggal 1 Maret 1998
tentang: Persyaratan Teknis Aksesbilitas pada Bangunan Umum dan
Lingkungan.
- Keputusan Menteri PU Nomor : 10/KPTS/2000 tentang: Ketentuan Teknis
Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungannya.
- Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor:
45/PRT/M/2007 tanggal 20 Desember 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
- Peraturan tentang Standarisasi Harga Barang dan Jasa (SHBJ) Pemerintah
setempat.
- Menurut peraturan setempat yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pembangunan dari instansi yang berwenang.

2.2. UNTUK PEKERJAAN MEKANIK ELEKTRIKAL


Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pemasangan pekerjaan
lisrtik adalah :
a. Harus mengikuti PUIL 1987
b. Untuk pekerjaan instalasi listrik supaya dilaksanakan oleh Instalateur Listrik
yang mempunyai SIKA Kelas B
c. Peraturan Plumbing Indonesia.
2.3. PELAKSANAAN DAN GAMBAR PELAKSANAAN
a. Pemborong diwajibkan meneliti semua gambar, peraturan-peraturan dan
syarat-syarat sebelum pekerjaan dilaksanakan, baik pekerjaan sipil maupun
mekanikal/elektrikal.
b. Apabila ada persyaratan yang tidak lazim dilaksanakan atau bila dilaksanakan
akan menimbulkan bahaya, maka Pemborong diwajibkan untuk mengadakan
perubahan seperlunya dengan terlebih dahulu memberitahukan secara
tertulis kepada Direksi/Pengawas Pekerjaan.
c. Apabila ada perubahan pada gambar atau ukuran antara gambar ukuran
kecil dan gambar detail atau ada perbedaan antara Bestek (RKS) dengan
gambar maka yang berlaku adalah menurut urutan-urutan yang menentukan
di bawah ini :
- Bestek (RKS)
- Gambar dengan skala yang lebih besar
- Keputusan Direksi/Pengawas Pekerjaan
d. Pelaksanaan Pembangunan proyek diselenggarakan secara lengkap termasuk
mendatangkan, mengangkut dan mengerjakan semua bahan-bahan yang
diperlukan, menyediakan tenaga kerja berikut pengawasan dan hal-hal lain
yang dianggap perlu.
e. Pemborong diwajibkan menangani semua keperluan yang dibutuhkan untuk
menunjuk penyelesaian dan pelaksanaan secara cepat, baik dan lengkap.
f. Di dalam pelaksanaan pekerjaan, misalnya pekerjaan beton bertulang,
konstruksi baja, konstruksi kayu dan pekerjaan struktur lainnya disamping
pekerjaan pengolahan tanah, baik menurut perhitungan dan gambar-gambar
konstruksi yang disediakan oleh Direksi jika diduga terdapat kekurangan,
maka Pemborong diwajibkan mengadakan Konsultasi dengan
Direksi/Pengawas sebelum melaksanakan pekerjaan.
g. Pihak Pemborong dianggap telah mempertimbangkan semua resiko yang
mungkin terjadi dan memperhitungkan di dalam harga penawaran.
h. Tanah dan lahan untuk pembangunan ini diserahkan kepada Pemborong
dalam keadaan pada saat seperti penjelasan/peninjauan lapangan
i. Pemborong harus menjaga ketertiban selama pekerjaan dilaksanakan,
sehingga lingkungan sekitarnya menjadi tertib, misalnya pelaksanaan
pekerjaan pada malam hari, Pemborong harus meminta persetujuan kepada
Direksi/Pengawas terlebih dahulu.
j. Pekerjaan harus diserahkan dengan lengkap, selesai dengan sempurna kepada
Pemberi Tugas/Direksi termasuk perbaikan-perbaikan yang timbul sebagai
akibat pelaksanaan pada lingkungan pembangunan termasuk pembersihan.

2.4. RENCANA KERJA


Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong menyusun rencana kerja yaitu suatu
rencana yang terperinci termasuk jadwal pelaksanaan (Time Schedule) dan
diajukan kepada Direksi selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah
dikeluarkannya Surat Keputusan dan Penunjukan Mulai Kerja
Setelah disetujui maka Time Schedule dimaksud diserahkan kepada Direksi
Pekerjaan berupa salinan. Sedangkan cetakan aslinya harus selalu terpampang di
Kantor Proyek dan merupakan lampiran Dokumen Kontrak.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong telah menyerahkan Request
Pekerjaan beserta Shop Drawing kepada Konsultan Perencana untuk dimintai
persetujuannya. Konsultan Pengawas setelah mempelajari usulan tersebut
dengan memperhatikan gambar-gambar rencana, RKS dan lain-lain, baru
memberikan persetujuan kepada Pemborong untuk segera dilaksanakan
Pemborong harus melaksanakan pekerjaan, mendatangkan bahan-bahan dan alat
bantu sesuai dengan rencana kerja kecuali jika terpaksa menyimpang karena
sesuatu hal yang harus dipertimbangkan, maka terlebih dahulu harus disetujui
oleh Direksi.
Rencana Kerja ini akan dipakai Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas sebagai dasar
untuk menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan,
keterlambatan dan penyimpangan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pemborong.

2.5. DIREKSI KEET, KANTOR PEMBORONG, BANGSAL PEKERJA, GUDANG DAN RUANG
RAPAT LAPANGAN
Direksi Keet untuk pekerja, gudang dan ruang rapat di lapangan dibuat di tempat
sekitar bangunan yang letaknya ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor
pada tahap ini diharuskan mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan pada
bangunan yang sudah ada.
Bahan-bahan utama atau bahan-bahan tambahan yang seharusnya mendapat
perlindungan, harus disimpan di dalam gudang yang cukup menjamin
perlindungan terhadap bahan-bahan tersebut.
Pemborong wajib mengikuti rapat-rapat lapangan yang diselenggarakan setiap
minggu oleh Direksi bersama-sama dengan Pemberi Tugas untuk membicarakan
segala sesuatu mengenai pembangunan proyek tersebut.
2.6. KETENTUAN-KETENTUAN LAIN
Selain Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, ketentuan-ketentuan lain yang
mengikuti di dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Gambar
- Gambar-gambar yang dilampirkan pada rencana kerja dan syarat-syarat
pekerjaan ini
- Gambar Detail yang diserahkan oleh Pemberi Tugas/Direksi
Petunjuk
- Petunjuk atau keterangan yang diberikan dalam Rapat Penjelasan
(Aanwijzing) yang tercantum di dalam Berita Acara Rapat Penjelasan
- Petunjuk, syarat-syarat yang diberikan dalam masa pelaksanaan oleh
Pemberi Tugas/Direksi, Konsultan Perencana dan Instalasi terkait, Dinas
Tata Kota maupun Dinas Keselamatan Kerja.
Peraturan
- Semua Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku untuk
semua pelaksanaan pemborongan
- Syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan dari Dirjen Cipta
Karya Departemen Pekerjaan Umum yang disahkan dengan Surat
Keputusan Pemerintah tanggal 28 Mei 1941 (AV) kecuali dinyatakan lain
dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini.
PASAL 3
SYARAT-SYARAT UMUM PEKERJAAN SIPIL

3.1. AIR (PUBI 1970/NI-3)


1. Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan, dipakai air yang tidak mengandung
minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain
yang dapat merusak bangunan. Dalam hal ini harus dengan hasil test
laboratorium.
2. Khusus untuk beton, jumlah air yang digunakan untuk membuat adukan
disesuaikan dengan jenis pekerjaan beton atau dapat ditentukan dengan
ukuran isi atau ukuran berat serta harus dilakukan setepat-tepatnya.

3.2. PASIR (PUBI 1970/NI-3, PBI 1971/NI-2)


a. Pasir Urug
Pasir untuk pengurugan, peninggian dan lain-lain tujuan harus bersih dan
keras. Pasir laut untuk maksud-maksud tersebut harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
b. Pasir Pasang
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Butiran-butiran harus tajam dan keras tidak dapat dihancurkan dengan
jari
- Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% (lima persen)
- Butiran-butiran harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 3 mm
- Pasir laut tidak boleh dipergunakan
c. Pasir Beton
Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam PBI 1971 (NI-2) diantaranya yang paling penting adalah :
- Butiran-butiran harus tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan
dengan jari dan pengaruh cuaca
- Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% (lima persen)
- Pasir harus tersiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya,
apabila diayak dengan ayakan 150 maka sisa butiran-butiran di atas
ayakan 0,25 mm, berkisar antara 80% sampai dengan 90% dari berat
- Pasir laut tidak boleh dipergunakan
- Syarat-syarat tersebut di atas harus dibuktikan dengan pengujian
laboratorium
3.3. AGREGAT KASAR (KERIKIL DAN BATU PECAH)
a. Yang dimaksud dengan Agregat Kasar dapat berupa kerikil atau batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu dengan besar butiran lebih besar dari 5
mm.
b. Kerikil atau Batu Pecah untuk beton harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam SK SNI T-15-1991 diantaranya : harus terdiri dari butir-
butir yang keras, tidak berpori, tidak pecah/hancur oleh pengaruh cuaca.
c. Kerikil atau Batu Pecah harus keras, bersih serta sesuai butiran dan
gradasinya bergantung pada penggunaannya
d. Kerikil/Batu Pecah tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 1% (satu
persen)
e. Warnanya harus hitam mengkilat keabu-abuan

3.4. PORTLAND CEMENT (SNI 15-2049-2004)


a. Portland Cement (PC) yang digunakan harus PC jenis (NI-8) dan dalam
Kantong Baru/Utuh
b. Bila menggunakan PC yang telah disimpan lama harus diadakan pengujian
terlebih dahulu oleh Laboratorium yang berkompeten
c. Dalam pengangkutan PC ke tempat pekerjaan harus dijaga agar tidak
menjadi lembab, begitu pula penempatannya harus ditempatkan di tempat
kering
d. PC yang sudah membatu (menjadi keras dan sweeping) tidak boleh
dipakai/dipergunakan lagi

3.5. KAYU (SNI Nomor : 03-3527-1994)


a. Pada umumnya kayu harus bersifat baik dan segar dengan ketentuan bahwa
sifat dari kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaiannya
tidak akan merusak atau mempengaruhi nilai konstruksi bangunan
b. Jenis kayu yang digunakan harus sudah cukup tua, dipilih dari mutu yang
terbaik, kering, lurus dan dihindarkan adanya cacat kayu antara lain yang
berupa putih kayu, pecah-pecah, mata kayu, melinting basah dan lapuk.
c. Untuk kayu balok, kelembaban tidak dibenarkan melebihi 19% dan kayu
papan (kayu yang ketebalannya kurang dari 2,5 cm) disyaratkan
kelembabannya tidak lebih dari 12%.
3.6. BAJA TULANGAN BETON DAN KAWAT PENGIKAT (SNI Nomor : S-05-1989-F 3)
a. Jenis baja besi tulangan harus dihasilkan dari pabrik-pabrik baja yang
dikenal dan bentuk batang-batang polos U-24 (= 2400 kg/cm² /SNI) dan besi
Ulir D-32 (=3200 kg/cm² /SNI).
c. Kawat pengikat harus terbuat dari besi baja lunak dengan diameter
minimum 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh
seng.

3.7. BETON (SNI Nomor : 2847-2013)


a. Beton mutu K-225 yang dipakai untuk pekerjaan ini pada umumnya dapat
dipakai/diperkirakan dengan campuran 1 PC : 1,8 Pasir : 2,8 Kerikil/Split
b. Untuk mutu beton K-300 ialah campuran yang diencerkan, yang dibuktikan
dengan Data Otentik dari pengalaman dan data percobaan bahwa kekuatan
karakteristik yang diisyaratkan dapat dicapai
c. Kekentalan adukan beton harus diperiksa dengan pengujian slump dengan
sebuah kerucut terpancung Abram. Nilai-nilai slump untuk berbagai
pekerjaan beton harus menurut Tabel 4.4.1. PBI 1971 (NI-1)

3.8. BATU BATA


Persyaratan Batu Bata harus memenuhi persyaratan seperti tertera dalam NI-10
atau secara singkatnya diuraikan sebagai berikut :
a. Batu Bata merah harus dari satu Pabrik, satu ukuran, satu warna atau satu
kualitas
b. Ukuran harus sama : Ukuran harus sesuai dengan Bata Lokal
c. Penyimpangan terbesar dari ukuran seperti tersebut di atas adalah panjang
maksimum 3%, lebar 4% tetapi antara batu bata ukuran terbesar dengan
ukuran selisih maksimum adalah sebagai berikut :
- Untuk Panjang diperbolehkan maksimum 10 mm
- Untuk lebar diperbolehkan maksimum 5 mm
- Untuk tebal diperbolehkan 4 mm
d. Warna satu sama lainnya harus sama dan bila dipatahkan warna penampang
harus sama dan merata kemerah-merahan
e. Bentuk bidang-bidangnya harus rata, sudut-sudutnya atau rusuk-rusuknya
harus siku atau bersudut 90 derajat dan bidangnya tidak boleh retak-retak
f. Berat satu sama lainnya harus sama, berarti ukuran, pembakaran dan
pengadukannya harus sama dan sempurna
g. Bila dipukul dengan benda keras suaranya harus nyaring
BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN

PASAL 1

PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1. PAPAN NAMA


Kontraktor harus membuat dan memasang papan nama proyek dengan ukuran
1.20x0.75 m dengan konstruksi tiang dari kayu ukuran 8/12 cm dan papan tebal
2 cm atau tripleks 6 mm, dengan tulisan dilakukan dengan cara di sablon yang
isinya sesuai dengan petunjuk direksi dilapangan.

Contoh Papan Nama Proyek:

(..................instansi..............................)

Alamat :……………………………………….
LOGO DINAS

Nama Pekerjaan : …………………………………………………………………………………


75  cm 

No. Kontrak : ………………………………………………………………………………..

Tgl. Kontrak : …………………………………………………………………………………

Masa Pelaksanaan : …………………………………………………………………………………

Biaya : Rp. …………………………………………………………………………

Rekanan : …………………………………………………………………………………

Konsultan
: …………………………………………………………………………………
Pengawas

120 cm 
1.2. PENGUKURAN TAPAK KEMBALI
1. Pemborong diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali
lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai
peil ketinggian tanah, letak bangunan, letak batas-batas tanah dengan
menggunakan alat optik dan sudah ditera kebenarannya oleh pihak yang
berwajib
2. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan
yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi Lapangan untuk
dimintai keputusannya
3. Pemborong harus menyediakan waterpass beserta petugas yang melayaninya
untuk kepentingan pemeriksaan Direksi Lapangan
4. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segi tiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah
disetujui oleh Direksi Lapangan
5. Instalasi-instalasi yang sudah ada dan masih berfungsi harus diberi tanda
yang jelas dan dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi
akibat pekerjaan proyek ini, dan untuk itu harus dicantumkan dalam gambar
pengukuran seperti disebutkan dalam pengukuran sesuai dengan ayat (1)
pasal ini. Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan akibat
pekerjaan yang sudah dilaksanakannya
6. Gambar pengukuran tapak proyek harus mendapat persetujuan/pengesahan
dari Direksi Lapangan, yang meliputi antara lain :
- System koordinat, sesuai ketentuan gambar
- Peil setiap titik simpul koordinat dan transisi dengan interval 0,25 m (tinggi)
- Rencana Kantor Direksi, Kantor Pemborong, tempat simpan bahan terbuka,
tempat simpan bahan tertutup, los kerja, sumber air.

1.3. PAPAN PATOK UKUR (BOUWPLANK)


Sebelum pekerjaan dimulai terlebih dahulu dilaksanakan Rekayasa lapangan
bersama-sama dengan Direksi /Pemilik Proyek atau yang mewakili yang bertujuan
untuk :

1. Pekerjaan penentuan Peil

 Sebelum pengukuran peil tinggi/lantai, tanah yang ada dilokasi agar dikupas
atau diurug dahulu sampai peil yang ditentukan oleh Direksi/Pengawas.
 Sebelum peil 0.00 ditentukan oleh Direksi Lapangan atau sesuai dengan
petunjuk Direksi Lapangan.
2. Pengukuran/Penarikan Bowplank

 Penarikan bowplank untuk bangunan-bangunan dapat dilaksanakan


dengan selang ukur atau alat lainnya yang disetujui Direksi.
 Penarikan bowplank harus dihadiri oleh Pengawas dari pihak Direksi.
 Elevasi 0.00 harus ditentukan bersama oleh Pengawas/Direksi Teknik
sebagai dasar penarikan bowplank dan elevasi bangunan induk.
 Pengukuran rencana peletakan bangunan harus dilakukan degan teliti
dan seksama, sehingga sesuai dengan rencana dan gambar bestek.
 Penempatan ukuran-ukuran titik duga dan titik-titik pokok lainnya
yang harus dibuat/dipasang dengan profil-propil atau bowplank yang
cukup kuat dari kayu dan sesuai dengan petunjuk Direksi Lapangan.
 Titik-titik duga/patok tersebut tidak boleh dipindahkan tanpa
persetujuan Direksi Lapangan.
 Pemasangan patok-patok ataupun titik-titik duga yang telah terpasang
maupun bowplank, jika Direksi menilai/mempertimbangkan merasa perlu
dirobah/diperbaiki/dipindahkan/direvisi, kontraktor harus
melakukan dengan petunjuk dan pengarahan Direksi Lapangan.
 Menggunakan Kayu balok 5/7 cm dan papan kayu 2/20cm, dengan
memperhitungkan mutu bahannya sehingga patok tersebut cukup kuat
hingga selesai pekerjaan pelaksanaannya atau sesuai dengan petunjuk di
lapangan.
 Apabila ada patok yang rusak, harus segera diganti dengan yang baru
dan pemasangannnya diketahui dan disetujui oleh Direksi Lapangan.

1.4. KANTOR DIREKSI LAPANGAN


1. Kantor Direksi Lapangan cukup representatif untuk bekerja dan untuk
menyimpan dokumen-dokumen proyek selama pelaksanaan proyek
2. Luas dan peralatan yang disediakan untuk Kantor Direksi minimal harus
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam gambar
3. Pada tahap ini yang dibutuhkan adalah penyempurnaan-penyempurnaan
terhadap Direksi Keet yang dibuat

1.5. PENYEDIAAN AIR DAN DAYA LISTRIK UNTUK KERJA


1. Air untuk bekerja harus disediakan Pemborong dengan membuat sumur
pompa ditapak proyek atau air dari PDAM. Air harus bersih bebas dari
lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya dengan dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium
2. Listrik untuk bekerja harus disediakan Pemborong dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pelaksanaan
pembangunan dengan daya minimal 300 watt. Penggunaan Diesel untuk
pembangunan sementara harus melalui persetujuan Direksi lapangan
1.6. RAPAT LAPANGAN
Sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu diadakan Rapat
Lapangan (Site Meeting) di Ruang Rapat di Kantor Direksi yang dipimpin
langsung oleh Direksi
Pokok-pokok pembicaraan dalam rapat ini antara lain :
- Kemajuan Pekerjaan (Progress Report) dan hal-hal yang tercantum dalam
Laporan Mingguan
- Perihal Administrasi Proyek
Hal-hal teknis (penjelasan gambar/spesifikasi serta instruksi Direksi dan
Pemberi Tugas)
- Koordinasi Pekerjaan
Seluruh Hasil Rapat ditulis dalam suatu Risalah Rapat dan masing-masing
peserta rapat menerima satu berkas risalah rapat yang dapat dijadikan
acuan dan kontrol bagi pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.

1.7. LAPORAN-LAPORAN
Kontraktor harus menbuat catatan-catatan berupa laporan harian yang
memberikan gambaran dan catatan singkat dan jelas mengenai :
a. Taraf berlangsungnya pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Kontraktor bawahan
b. Catatan dari Pemberi Tugas/Direksi/Konsultan Pengawas yang telah
disampaikan secara tertulis maupun lisan
c. Hal ikhwal mengenai bahan-bahan, peralatan/mesin yang masuk
d. Keadaan Cuaca
e. Hal ikhwal mengenai pekerja
f. Hal ikhwal mengenai pekerjaan tambah kurang
g. Hal ikhwal mengenai kesulitan-kesulitan atau gangguan yang mungkin ada

Setiap laporan harian pada hari dan tanggal yang sama diperiksa dan
disetujui kebenarannya oleh Pengawas Harian dari Konsultan Pengawas.
Perselisihan mengenai hal ini mengakibatkan pekerjaan dihentikan untuk
diadakan opname. Dan berdasarkan laporan harian ini, oleh kontraktor
disusun laporan mingguan yang minimal berisikan :

 Jumlah hasil pekerjaan yang diperoleh dalam waktu 1 (satu) minggu serta
perbandingannya dengan schedule yang disepakati
 Prestasi fisik yang dicapai, dibandingkan dengan program, dan
dibandingkan dengan minggu sebelumnya dalam suatu curva “S”
 Hambatan-hambatan yang timbul mengenai tenaga, bahan dan peralatan
serta rencana penanggulangannya
 Catatan-catatan mengenai ada tidaknya pekerjaan tambah/kurang
 Instruksi-instruksi, tegoran-tegoran dan sebagainya yang telah diterima
oleh Kontraktor dari Pemberi Tugas, Direksi dan Konsultan pengawas dan
solusinya.

BAB III
PEKERJAAN GALIAN TANAH,
URUGAN &TIMBUNAN/PEMADATAN

3.1. Pekerjaan Galian Tanah Dan Urugan Kembali


1. Pekerjaan galian tanah dapat dilaksanakan setelah bowplank serta Peil (elevasi
0,00) dan peletakan posisi pondasi dan sloof sudah disetujui oleh Direksi
lapangan/Pengawas lapangan dan semua pekerjaan harus tarik benang / water
pass.
2. Kontraktor harus mempersiapkan peralatan gali dan pengurungan serta tenaga
kerja yang trampil sebelum dilaksanakan pekerjaan galian.
3. Setelah titik pondasi dan posisi galian sloof, saluran, septictank disetujui,
galian dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan berdasarkan
gambar kerja.
4. Kontraktor harus mengantisipasi kejadian longsoran tanah saat penggalian
tanah dilaksanakan. Demikian juga rembesan air.
5. Untuk mengantisipasi air rembesan saat bekerja, Kontraktor harus
mempersiapkan pompa air sehingga pekerjaan dapat berlangsung dengan
baik. Sesuai dengan kebutuhan.
6. Kontraktor juga harus mengantisipasi keselamatan tenaga kerja saat
mengadakan penggalian.
7. Segala biaya yang timbul untuk mengantisipasi longsoran tanah, aliran air
rembesan adalah tanggungjawab kontraktor sepenuhnya.
8. Bahan ex galian yang diperkirakan sebagai bahan organis, akar- akaran, tungkul
kayu, sampah harus disingkirkan dan dilarang keras digunakan sebagai bahan
urugan kembali,
9. Pekerjaan urugan kembali harus dilaksanakan dengan baik dan ex galian harus
dikeringkan terlebih dahulu sebelum diurug.
10. Sambil pekerjaan urugan dilaksanakan, dilakukan juga pemadatan dan setiap
30 cm bahan urugan, pemadatan harus dilaksanakan.
11. Sebelum pekerjaan urugan dapat dilaksanakan sampai padat dan rapi
sehingga nantinya diperkirakan tidak terjadi penurunan tanah.

3.2. Pekerjaan Timbunan Tanah


Timbunan dan Pemadatan Tanah
1. Bahan timbunan harus tanah timbun pilihan, bebas tanah humus kotoran
organik, sampah akar-akaran, bongkol kayu.
2. Tanah timbun pilihan dapat berupa pasir berlempung, pasir berlanau
sedikit lempung atau pasir sedikit lempung
3. Tanah timbun harus dihampar dengan ketebalan sesuai dengan gambar
kerja kemudian dipadatkan
4. Penimbunan dan pemadatan dilakukan lapis dari lapis dengan ketebalan
maximum
5. Dilarang memadatkan tanah timbun dengan kondisi bahan timbunan dalam
kondisi basah.
6. Dilarang keras memadatkan tanah timbunan dengan cara membasahi
7. Penghamparan dan pemadatan harus dilaksanakan dengan teknis
pemadatan yang benar untuk menghasilkan hasil pemadatan yang baik,
kuat dan tidak turun atau lonsor.
8. Pekerjaan ini harus disesuaikan sesuai dengan daftar kuantitas /BQ
9. Setelah dilakukan pekerjaan timbunan tanah, maka harus disetujui oleh
pengawas/direksi untuk dilanjutkan ke pekerjaan tahap selanjutnya.
BAB IV
PEKERJAAN SUB STRUKTUR

4.1 Metode konstruksi untuk pekerjaan pondasi setempat yaitu:


1. Penggalian tanah pondasi
2. Penulangan pondasi
3. Pekerjaan bekisting
4. Pengecoran

A. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi


1. Tahap-tahap pekerjaan galian tanah pondasi setempat yaitu: Penggalian tanah
untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta harus mengetahui
ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi.
2. Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5:1 untuk jenis
tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat dengan
perbandingan 1:10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah tempat
meletakkan pondasi.
3. Dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah
keras dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2
4. Bila tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung yang kurang dari 0.5 kg/cm2,
maka galian tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman tanah yang
cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2.
5. Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran
pondasi agar tukang lebih leluasa bekerjanya.
6. Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh dari pekerjaan
penggalian agar tidak mengganggu pekerjaan.

B. Pekerjaan Penulangan
1. Perakitan tulangan
Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar tempat
pengecoran di lokasi proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang
dan proses pembuatan pondasi dapat berjalan lebih cepat.
2. Cara perakitan tulangan :
a. Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat
diketahui dari ukuran pondasi setempat.
b. Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada pondasi
setempat tersebut.
c. Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat
pengikat agar kokoh dan tulangan tidak terlepas.

3. Pemasangan
Tulangan Setelah merakit tulangan pondasi setempat maka untuk
pemasangan tulangan dilakukan dengan cara manual karena tulangan untuk
pondasi setempat ini tidak terlalu berat dan kedalaman pondasi ini juga
tidak terlalu dalam.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:


1. Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak
turus permukaan tanah dengan bantuan waterpass.
2. Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar
tanah, jarak antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu dengan
menggunakan pengganjal yang di buat dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi
tulangan bawah agar ada jarak antara tulangan dan permukaan dasar tanah
untuk melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton) dan
tulangan tidak menjadi karat.
3. Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.

C. Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan
untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya.

Tahap-tahap pekerjaan bekisting:

1. Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk


penyambungan kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengan
cetok (sendok spesi).
2. Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat
bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan
tertentu.
3. Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di
cor.
4. Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak
lurus tidak miring dengan bantuan alat waterpass.
5. Papan cetakan tidak boleh bocor
6. Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit
7. Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak
terjadi retak.

D. Pekerjaan Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen, pasir, kerikil/split
serta air. Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat
beton dan perbandingannya. Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai
membuat beton dengan maksud menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi.
Semen merupakan bahan pokok terpenting dalam pembuatan beton karena
mempersatukan butir-butir pasir dan kerikil/split menjadi satu
kesatuan berarti semen merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan
mengeras. Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi bagian
pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus yang disebut pasir dan agregat
kasar yang disebut kerikil/split dan batu pecah
BAB – V
PEKERJAAN KOLOM,
KOLOM PRAKTIS, BALOK LATEI DAN BALOK PENUTUP

5.1. PETUNJUK UMUM


1. Semua pekerjaan balok dan kolom baik kolom dan balok induk, kolom
praktis, baloklatei, balok talang luar penahan plat level dan ring balok
penutup terbuat dari betonbertulang mutu K-175, dan mutu baja
tulangan adalah U-24, lihat daftar BQ.
2. Petunjuk tentang bahan-bahan yang digunakan mengacu kepada
Petunjuk Bab-III
3. Kontraktor harus mempersiapkan peralatan seperti, water pass, selang
air, pocketwater pass, meteran, pocket meter, gergaji kayu, martil, @
2kg dan 5kg, keretadorong Artco, pembengkok besi, pemotong besi, tang
jepit tang potong, skopcampuran, raskam, sendok semen, ember plastik
kapasitas 6,25 liter, ember besar,drum air, mesin pompa air, mesin
beton molen, mesin vibrator, dan lain-lain.Demikian juga tukang kayu,
tukang batu, tukang besi yang berpengalaman lengkap dengan tenaga
pembantu yang trampil.
4. Besi tulangan dan bekisting dapat dirakit diluar
5. Besi tulangan sengkang yang dirakit harus memperhatikan selimut beton
minimal2,5cm atau 1/10 tinggi penampang balok atau kolom dan untuk
plat lantai selimut beton harus (2,5-3) cm
6. Tahu beton dapat dicetak ukuran dimana (2,5-3) cm untuk plat lantai
dan ukuran 4-5 cm untuk kolom dan balok.
7. Tahu beton dapat dicampur dengan potongan halus sabuk kelapa dan
kawat pengikat harus dibuat / ditanam pada tahu beton.
8. Dalam pembuatan / pemasangan bekisting yang dirakit, kontraktor
harusmenyiapkan sokongan agar bekisting tidak dapat bergerak atau
bergeser saat pengecoran dilaksanakan
9. Kontraktor harus memperhatikan sponning pada kolom untuk keperluan
pasangan batu bata sudut (pasangan mengunci dengan kolom). Hal ini
harus diperhatikan untuk mencegah keretakan pada sudut dinding
pasangan batu bata.
10. Semua pekerjaan harus distell dengan baik, di water pass, dan disokong
agar kuat dan hasilnya dapat lurus vertikal buat kolom dan lurus
horizontal buat balok.
11. Bahan pasir dan kerikil / batu pecah harus bersih dan tetap dalam
kondisi basah saatdiadakan penakaran dan pencampuran bahan
pembentuk beton.
12. Semua pekerjaan harus disesuaikan dengan bentuk serta ukuran sesuai
dengan gambar kerja.
13. Kontraktor harus memperhatikan semua bengkokan ujung besi dan saling
mengikat diantara balok dengan kolom, antara balok dengan balok dan
antara kolom dengan kolom.
14. Kontraktor harus memberitahukan secara resmi melalui surat untuk
memberitahukan jadwal pemeriksaan dan jadwal pengecoran kepada PPK
/ Direksi lapangan dan Konsultan Pengawas.
15. Hasil pengecoran harus dirawat dan tidak boleh terganggu sampai 24
jam pertama dan dirawat minimal selama 7 hari.
16. Bekisting baru dapat dibuka minimal setelah beton berumur 3 hari dan
khusus bekisting balok dan plat lantai baru dapat dibuka minimal beton
berumur 14 hari atau sesuai dengan persetujuan direksi lapangan/PPK

5.2. PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM


Kontraktor harus membuat konstruksi sesuai dengan bentuk dan ukuran berdasarkan
gambar kerja.
1. Kontraktor harus menghubungkan tulangan stick kolom (apabila ada) dan
mengikat sengkang dengan tulangan induk dengan baik
2. Jarak sengkang pada setiap persambungan adalah 10cm
3. Besi dan bekisting yang dirakit dapat distell dengan memperhatikan sokongan
water pass.
4. Mutu kolom adalah beton K – 175 dengan baja /besi tulangan mutu U-24.
5. Setelah peralatan, bahan dan tulangan sudah lengkap sesuai dengan jadwal
pengecoran, atas persetujuan direksi lapangan dan konsultan pengawas,
pengecoran dapat dilaksanakan
6. Tinggi pengecoran kolom – I harus 1,5m agar tidak terjadi segregasi butiran
dalam kolom
7. Semua pemadatan harus dilakukan dengan cerocok besi diameter 16 atau dengan
mesin vibrator beton muda. Beton muda harus dirawat pada 24 jam pertama
minimal selama 7 hari
8. Bekisting baru dapat dibuka setelah beton minimal berumur 3 hari atau sesuai
dengan persetujuan pengawas dan direksi lapangan.
5.3. PEKERJAAN KOLOM PRAKTIS
Kontraktor harus membuat konstruksi sesuai dengan bentuk dan ukuran berdasarkan
gambar kerja.
1. Kontraktor harus menghubungkan tulangan stick kolom praktis (apabila ada)
dan mengikat sengkang dengan tulangan induk dengan baik
2. Jarak sengkang pada setiap persambungan adalah 10cm
3. Besi dan bekisting yang dirakit dapat distell dengan memperhatikan sokongan
dan di water pass / tarik benang.
4. Mutu kolom praktis adalah beton campuran 1:2:3:0,6, (K-150) dengan baja
/besi tulangan mutu U-24 ulir.
5. Setelah peralatan, bahan dan tulangan sudah lengkap sesuai dengan jadwal
pengecoran, atas persetujuan direksi lapangan dan konsultan pengawas,
pengecoran dapat dilaksanakan
6. Semua pemadatan harus dilakukan dengan cerocok besi diameter 16 atau
dengan mesin vibrator beton muda.
7. Bekisting baru dapat dibuka setelah beton minimal berumur 3 hari atau
sesuai dengan persetujuan pengawas dan direksi lapangan.

5.4. PEKERJAAN RING BALOK


Kontraktor harus membuat konstruksi sesuai dengan bentuk dan ukuran berdasarkan
gambar kerja.
1. Kontraktor harus menghubungkan tulangan ring balok ke kolom (apabila ada)
dan mengikat sengkang dengan tulangan induk dengan baik
2. Jarak sengkang pada setiap persambungan adalah 10 cm
3. Besi dan bekisting yang dirakit dapat distell dengan memperhatikan sokongan
water pass.
4. Mutu ring balok adalah beton campuran 1:2:3:0,6 (K-175) dengan baja /besi
tulangan mutu U-24.
5. Setelah peralatan, bahan dan tulangan sudah lengkap sesuai dengan jadwal
pengecoran, atas persetujuan direksi lapangan dan konsultan pengawas,
pengecoran dapat dilaksanakan
6. Semua pemadatan harus dilakukan dengan cerocok besi diameter 16 atau
dengan mesin vibrator beton muda.
7. Bekisting baru dapat dibuka setelah beton minimal berumur 3 hari atau
sesuai dengan persetujuan pengawas dan direksi lapangan.
8. Beton cor harus dirawat pada 24 jam pertama dan minimal selama 7 hari.
BAB - VI
PEKERJAAN DINDING PASANGAN BATU DAN
BALOK LATEI

6.1. CAMPURAN SPESI DAN PLESTERAN


Petunjuk teknis pelaksanaan campuran spesi dan plesteran adalah seperti berikut :
1. Campuran spesi harus menggunakan perbandingan campuran 1:2:0.60, dan
1:4 :0.65 perhatikan uraian bab III pada buku Spesifikasi ini.
2. Sementara perbandingan campuran 1:3:0.65 dapat digunakan pada bagian
yang kering / lembab atau sesuai dengan gambar kerja dan petunjuk Direksi
Teknik.
3. Penggunaan perbandingan campuran dapat disesuaikan dengan gambar kerja
dan daftar bill of quantity.
4. Dinding pasangan 50 cm diatas lantai dan dibawah lantai adalah pasangan
trasram dengan perbandingan 1:2:0,60.

6.2. PEKERJAAN PLESTERAN BETON

a. LINGKUP PEKERJAAN

- Termasuk dalam pekerjaan plesteran ini meliputi penyediaan tenaga


kerja, bahan-bahan yang diperlukan termasuk alat bantu dan alat angkut
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat
dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.

- Lingkup pekerjaan plesteran beton ini meliputi seluruh plesteran dinding,


dinding core dan plafond/grid beton, seperti yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

b. PERSYARATAN BAHAN

- Semen harus memenuhi SNI 15-2049-2004

- Pasir harus memenuhi PUBI 1970/NI-3, PBI 1971/NI-2

- Air harus memenuhi PUBI 1970/NI-3

- Campuran (Agregat Halus) untuk plesteran harus dipilih yang benar-benar


bersih dan bebas dari segala kotoran. Pasir untuk finishing harus bersih
dan erlebih dahulu diayak
c. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

- Seluruh plesteran dengan adukan campuran 1 PC : 3 psr

- Pasir yang digunakan harus diayak/terlebih dahulu dengan mata ayakan


seperti yang dipersyaratkan

- Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas tetapi dibutuhkan
untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus
bermutu baik dan disetujui oleh Konsultan Pengawas

- Selain pasir dan air, bahan-bahan yang dikirim ke lapangan harus dalam
keadaan tertutup atau dalam kantong yang masih disegel dan berlabel
pabriknya, bertuliskan type dan tingkatannya serta dalam keadaan
utuh/tidak cacat

- Bahan-bahan harus di tempatkan di tempat yang kering, berventilasi baik


dan bersih. Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini,
dan dilindungi sesuai dengan jenisnya yang sesuai dengan persyaratan
pabrik

- Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada Konsultan


Pengawas untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan
ketentuan/persyaratan pabrik dari produk yang bersangkutan. Material
yang tidak disetujui harus diganti dengan material yang mutunya sesuai
dengan yang diisyaratkan tanpa biaya tambahan

- Bidang permukaan beton sebelum diplester harus dibersihkan dari sisa-


sisa bekisting dan terlebih dahulu diberi Cold Bord. Apabila diperlukan
maka permukaan beton harus terlebih dahulu dikretek (Scrath) serta
semua lubang bekas pengikatbekisting atau Form Tie harus tertutup aduk
plester

- Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong diharuskan memeriksa site yang


telah disiapkan apakah telah sesuai dengan syarat-syarat hingga
pekerjaan ini dapat dimulai.

- Bila ada kelainan dalam hal apapun, antara gambar dan spesifikasi dan
lainnya, Pemborong harus segera melaporkan kepada Konsultan Pengawas

- Pemborong tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat dalam


hal kelainan/perbedaan di tempat tersebut sebelum kelainan tersebut
diselesaikan
- Pekerjaan plesteran beton dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang
beton telah disetujui oleh Konsultan Pengawas

- Tebal plesteran 1,5 cm atau sesuai seperti yang ditunjuk dalam detail
gambar. Ketebalan plesteran yang melebihi 2 cm harus diberi kawat ayam
untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya pada
bagian pekerjaan yang diizinkan Konsultan Pengawas

- Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan


campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran
berumur 8 (delapan) hari (kering)

- Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung


wajar (tidak terlalu tiba-tiba), dengan membasahi permukaan plesteran
setiap kering bertujuan untuk melindungi plesteran dari terik matahari
atau dengan bahan penutup yang bisa mencegah penyerapan air secara
cepat

- Pemborong wajib memperbaiki/mengulang/mengganti bila ada kerusakan


yang terjadi selama masa pelaksanaan (dan masa gransi) atas biaya
Pemborong selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan
Pemborong/orang-orang yang dipekerjakan Pemborong

6.3. PEKERJAAN PLESTERAN DINDING

a. LINGKUP PEKERJAAN

- Termasuk dalam pekerjaan plesteran ini meliputi penyediaan tenaga


kerja, bahan-bahan yang diperlukan alat bantu dan alat angkut yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat
dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.

- Lingkup pekerjaan plesteran beton ini meliputi seluruh plesteran dinding


batu bata/bata merah bangunan, seperti yang disebutkan dalam gambar.

b. PERSYARATAN BAHAN

- Semen harus memenuhi SNI 15-2049-2004

- Pasir harus memenuhi PUBI 1970/NI-3, PBI 1971/NI-2

- Air harus memenuhi PUBI 1970/NI-3


- Campuran (Agregat) untuk plesteran harus dipilih yang benar-benar bersih
dan bebas dari segala macam kotoran. Pasir untuk finishing harus bersih
dan terlebih dahulu diayak.

c. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

- Seluruh plesteran batu bata dengan adukan campuran 1 PC : 4 Pasir


pasang, kecuali pada dinding batu bata trassram/rapat air dan seluruh
pasangan di bawah permukaan tanah dengan campuran 1 PC : 2 Pasir.

- Pada dinding batu bata trassram/rapat air diplester dengan adukan


campuran 1 PC : 2 Pasir pasang seperti dinding ruang toilet, kamar mandi,
WC, dinding bak bunga dan bagian yang berada di bawah permukaan
tanah diplester dengan adukan 1 PC : 2 Pasir.

- Pasir pasang yang digunakan harus layak terlebih dahulu dengan mata
ayakan seperti yang dipersyaratkan.

- Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas tetapi dibutuhkan
untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus
bermutu baik dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

- Selain pasir dan air, bahan-bahan yang dikirim ke lapangan harus dalam
keadaan tertutup atau dalam kantong yang masih disegel dan berlabel
pabriknya, bertuliskan type dan tingkatannya serta dalam keadaan
utuh/tidak cacat.

- Bahan-bahan harus ditempatkan di tempat yang kering, berventilasi baik


dan bersih. Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini,
dan dilindungi sesuai dengan jenisnya yang sesuai dengan persyaratan
pabrik.
- Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan
ketentuan/persyaratan pabrik dari produk yang bersangkutan. Material
yang tidak disetujui harus diganti dengan material yang mutunya sesuai
dengan yang diisyaratkan tanpa biaya tambahan.

- Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong diharuskan memeriksa site yang


telah disiapkan apakah telah sesuai dengan syarat-syarat hingga
pekerjaan ini dapat dimulai.

- Bila ada kelainan dalam hal apapun, antara gambar dan spesifikasi dan
lainnya, Pemborong harus segera melaporkan kepada Konsultan
Pengawas.

- Pemborong tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat dalam


hal kelainan/perbedaan di tempat tersebut sebelum kelainan tersebut
diselesaikan.

- Tebal plesteran 1,5 cm dengan hasil ketebalan dinding finish 13 cm atau


sesuai yang ditunjuk dalam detail gambar. Ketebalan plesteran yang
melebihi 2 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat
daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diizinkan
Konsultan Pengawas.

- Untuk setiap pertemuan permukaan dalam satu bidang datar yang


berbeda jenisnya misalnya dengan kosen aluminium dan lain-lain, harus
diberi/dibuat naat (tali air) dengan ukuran lebar 7 mm, kecuali bila ada
petunjuk lain dalam gambar.

- Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan


campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran
berumur 8 (delapan) hari (kering).

- Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung


wajar (tidak terlalu tiba-tiba), dengan membasahi permukaan plesteran
setiap kering bertujuan untuk melindungi plesteran dari terik matahari
atau dengan bahan penutup yang bisa mencegah penyerapan air secara
cepat.

- Pemborong wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan


yang terjadi selama masa pelaksanaan (dan masa garansi) atas biaya
Pemborong selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan
Pemborong/orang-orang yang dipekerjakan oleh Pemborong.
6.4 PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA
6.4.1 Bahan Pasangan Batu
1. Semen portland / pc, pasir, air dan batu bata sesuai bab – III merupakan
bahan dalam pekerjaan ini.
2. Dalam pelaksanaan pekerjaan pasangan batu, persyaratan – persyaratan
bahan diatas harus diperhatikan dan harus sesuai dengan spesifikasi teknik
bahan dalam bab III sebelumnya.
3. Bahan batu bata harus batu bata jumbo cetak mesin, matang,keras, kuat,
dan tidak rapuh dan berukuran yang baik.

6.4.2 Macam Pekerjaan Pasangan


1. Adukan untuk spesi pasangan terbuat dengan macam – macam perbandingan
campuran seperti tersebut dibawah ini :8.1. CAMPURAN SPESI DAN
PLESTERAN Petunjuk teknis pelaksanaan campuran spesi dan plesteran adalah
seperti berikut :
a. 1). Campuran spesi harus menggunakan perbandingan campuran 1:2:0.60,
dan 1:4 :0.65 perhatikan uraian bab III pada buku Spesifikasi ini.
b. Sementara perbandingan campuran 1:3:0.65 dapat digunakan pada bagian
yang kering / lembab atau sesuai dengan gambar kerja dan petunjuk
Direksi Teknik.
c. Penggunaan perbandingan campuran dapat disesuaikan dengan gambar
kerja dan daftar bill of quantity.
d. Dinding pasangan 50 cm diatas lantai dan dibawah lantai adalah pasangan
trasram dengan perbandingan 1:2:0,60.

Khusus kamar mandi harus diberi finishing kedap air mengenai kepastian
penggunaan perbandingan campuran yang digunakan harus disesuaikan dengan
gambar kerja atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik.
Semua pasangan tembok kamar mandi, WC, urinoir dan tempat cuci setinggi 60
cm, di atas lantai dipakai adukan macam SP-1. Pasangan tembok setinggi 60 cm
diatas sloof dengan adukan trasram macam SP – 1. Petunjuk atau acuan Bab II
berlaku untuk spesifikasi ini dan SK SNI S – 03 – 1994 – 03, SKSNI S – 02 – 1994 –
03.

6.5 DINDING DINDING TRIPLEK GARUDA FROM FINIS HPL

a. LINGKUP PEKERJAAN
- Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini
untuk memperoleh hasil yang baik
- Pekerjaan dinding partisi, meliputi pekerjaan dinding Kamar Mandi, dan
seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas

b. PERSYARATAN BAHAN
1. Rangka kayu
2. Skrup 2cm & 5 cm (sesuai dengan gambar kerja)
3. Dinding triplek Garuda From Finis HPL
c. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
Bahan-bahan yang dipergunakan sebelum dipasang, terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya kepada Konsultan Pengawas untuk diminta
persetujuannya.
1. Pasang rangka jarak sesuai dengan gambar jangan lupa di lot (agar tidak
miring)
2. Pasang Dinding Dinding triplek Garuda From Finis HPL dengan skrup 2mm
sebelah saja di setiap rangka
3. Pasang Dinding triplek Garuda From Finis HPLRangkap (timbal-balik)
4. Coumpond setiap sambungan dan bekas skrup
5. Pekerjaan dinyatakan selesai setelah disetujui oleh pengawas/direksi
BAB – VII
PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA ALUMINIUM

7.1. PETUNJUK UMUM


7.1.1. Lingkup Pekerjaan
1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang baik dan
Sempurna.
2. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela, kusen bovenlicht
seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar serta shop drawing dari
Kontraktor.

7.1.2 Design Criteria


Seluruh pintu dan jendela harus mampu menahan beban angin (tarik maupun tekan) :
120 Kg/M2.
9.1.3 Standard
(1) ASTM :
(2) C 509 - Cellular Elastomeric Preformed Gasked and Selain Material.
(3) C 2000 - Clasification System for Rubber Products in Automatic Applications.
(4) C 2287 - Nonrigid Viny Chloride Polymer and Copolymer Molding and Extinasion
Compounds.
7.1.3 Persetujuan-persetujuan
Shop drawing :
a. Harus memperlihatkan dengan jelas dimensi, sistim konstruksi, hubungan--
hubungan antar komponen, cara pengangkuran dan lokasinya, penempatan
hardware, dan detail-detail pemasangan.
b. Harus memperlihakan kesesuaiannya dengan gambar rencana dan spesifikasi.
c. Shop drawing harus dikoordinasikan dengan "Ironmongery" guna ketepatan
perkuatan-perkuatan yang diperlukan serta lokasi dari hardware tersebut.
d. Shop drawing harus memperlihatkan juga detail-detail pemasangan kaca,
gasket, serta sealant.
Contoh bahan :
a. Kontraktor harus menyerahkan 3 set contoh semua bahan yang memperlihatkan
tekstur, finishing dan warna. Sampul profil-profil extruded panjangnya minimum
300 mm. Untuk aluminium sheet, ukuran 300 x 300 mm2, ketebalan sesuai
dengan yang akan dipakai.
b. Semua sampul harus diberi tanda yang memperlihatkan ketebalan, jenis
alloy,warna dan pekerjaan dimana bahan tersebut akan dipakai.
Pengadaan dan Penyimpanan Material:
1. Bahan harus didatangkan ke lapangan dalam keadaan kemasan pabrik, lengkap
dengan instruksi-instruksi pemasangan.
2. Kaca harus disimpan dan diamankan dari karat, guratan, goresan dan
kemungkinan pecah.

7.4 . BAHAN/PRODUK
Kusen Aluminium yang digunakan :
1. Bahan : Terbuat dari bahan Aluminium Framing System, dari produk dalam
negeri ex. Indalex, Alexindo atau setara, YKK warna yang memenuhi
Aluminium extrusi sesuai SII extrusi 0695-82, 0649- 82.
2. Bentuk profil : Sesuai shop drawing yang disetujui Perencana/SUPERVISI.
3. Warna Profil : Natural(contoh warna diajukan Kontraktor).
4. Lebar Profil : pemakaian lebar bahan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.
5. Pewarnaan : Standart.
6. Warna : Ditentukan kemudian.
7. Nilai Deformasi : Diijinkan maksimal 2 mm.
8. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat
dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan - ketentuan dari pabrik
yang bersangkutan.
9. Konstruksi kusen aluminium yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan dalam
detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya.
10. Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai hasil test,
minimum 100 kg/m2.
11. Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr dan terhadap tekanan
air 15 kg/m2 yang harus disertai hasil test.
12. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai
dengan bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan
pewarnaan yang dipersyaratkan.
13. Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna profil-
profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unit-
unit, jendela, pintu partisi dan lain- lain, profil harus diseleksi lagi warnanya
sehingga dalam tiap unit didapatkan warna yang sama. Pekerjaan memotong,
punch dan drill, dengan mesin harus sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil
yang telah dirangkai untuk jendela, dinding dan pintu mempunyai toleransi
ukuran sebagai berikut :
Untuk tinggi dan lebar 1 mm.
Untuk diagonal 2 mm.
Accesssories
14. Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl,
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup
caulking dan sealant. angkur-angkur untuk rangka/kusen aluminium terbuat dari
steel plate tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari (13) mikron
sehingga dapat bergeser.
15. Bahan finishing Treatment untuk permukaan kusen jendela dan pintu yang
bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton aduk atau plester dan bahan
lainnya harus diberi lapisan finish dari laquer yang jemih atau anti corrosive
treatment dengan insulating varnish seperti asphaltic varnish atau bahan
insulation lainnya.

7.5. PELAKSANAAN
1. Sebelum memulai pelaksaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar dan
kondisi dilapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat contoh jadi untuk
semua detail sambungan dan profil aluminium yang berhubungan dengan system
konstruksi bahan lain.
2. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai, dengan
membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk Perencana/SUPERVISI.
3. Semua frame/kusen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara
fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya
dapat dipertanggungjawabkan.
4. Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Disarankan untuk
mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan
kerusakan pada permukaannya.
5. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah bagian
dalam agar sambungannya tidak tampak oleh mata.
6. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet,
stap dan harus cocok. Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas dan
bentuk yang sesuai dengan gambar.
7. Angkur-angkur untuk rangka/kusen aluminium terbuat dari steel plate setebal 2 –
3 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.
8. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless steel, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan
harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1.000
kg/cm2. Celah antara kaca dan sistem kusen aluminium harus ditutup oleh
sealant.
9. Disyaratkan bahwa kusen aluminium dilengkapi oleh kemungkinan-kemungkinan
sebagai berikut :
a. Dapat menjadi kusen untuk dinding kaca mati.
b. Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar, dan lain-lain.
c. Sistem kusen dapat menampung pintu kaca frameless.
d. Untuk sistem partisi, Harus mampu moveable dipasang tanpa harus dimatikan
secara penuh yang merusak baik lantai maupun langit-langit.
e. Mempunyai accessories yang mampu mendukung kemungkinan diatas.
10. Untuk fitting hard ware dan reinforcing materials yang mana kusen aluminium
akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang
bersangkutan harus diberi lapisan chormium untuk menghindari kontak korosi.
11. Toleransi pemasangan kusen aluminium disatu sisi dinding adalah 10 - 25 mm
yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
12. Khusus untuk pekerjaan jendela geser aluminium agar diperhatikan sebelum
rangka kusen terpasang. Permukaan bidang dinding horizontal (pelubangan
dinding) yang melekat pada ambang bawah dan atas harus waterpass.
13. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang
yang dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan
synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin. Penggunaan ini pada swing door
dan double door.
14. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant
supaya kedap air dan kedap suara.
15. Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air
hujan.
BAB VIII
PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI

8.1 PETUNJUK UMUM


8.1.1 Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan
daun pintu/daun jendela dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
2. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh
pemasangan pada daun pintu kayu, daun pintu aluminium dan daun jendela
aluminium seperti yang ditunjukkan/ disyaratkan dalam detail gambar.

8.1.2. Persyaratan Bahan


8.1.2 Semua 'hardware' yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam buku Spesifikasi Teknis. Bila terjadi perubahan atau penggantian 'hardware'
akibat dan pemilihan merek, Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut kepada
Perencana/SUPERVISI untuk mendapatkan persetujuan.

8.1.3 Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal dari pelat aluminium
berukuran 3 x 6 cm dengan tebal 1 mm. Tanda pengenal ini dihubungkan dengan cincin
nikel kesetiap anak kunci.

8.2. BAHAN/PRODUK
8.2.1. Pekerjaan Kunci dan Pegangan Pintu.
1. Semua pintu menggunakan peralatan kunci kualitas baik, bahan stainless steel /
bebas dan anti karat.
2. Untuk pintu-pintu aluminium (unit hunian) dan pintu-pintu besi pada ruang
panel yang dipakai adalah kunci "mortise lock set" berbahan stainless steel atau
logam anti karat.
3. Seluruh kunci-kunci yang disebutkan diatas harus tercakup dalam satu sistim
general Masterkey.
4. Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu.
Dipasang setinggi 90 cm dari lantai atau sesuai petunjuk Supervisi.

8.2.2. Pekerjaan Engsel.


1. Untuk pintu-pintu aluminium pada umumnya menggunakan engsel pintu kualitas
baik, dipasang sekurang-kurangnya 2 buah untuk setiap daun dengan
menggunakan sekrup kembang dengan warna yang sama dengan warna engsel.
Jumlah engsel yang .1dipasang harus diperhitungkan menurut beban berat daun
pintu.
2. Untuk pintu-pintu aluminium serta pintu panel menggunakan engsel lantai (floor
hinge) double action, kualitas baik dipasang dengan baik pada lantai sehingga
terjamin kekuatan dan kerapihannya, dipasang sesuai dengan gambar untuk itu.
3. Untuk jendela digunakan engsel kualitas baik.
4. Untuk pintu-pintu aluminium menggunakan engsel kualitas baik disertai
padaposisi single action.
5. Untuk pintu-pintu besi dipakai engsel kupu dibuat khusus untuk keperluan masi
ng-masing pintu.

8.3. PELAKSANAAN
1. Engsel atas dipasang ± 28 cm (as) dari permukaan atas pintu. Engsel bawah
dipasang ± 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu. Engsel tengah dipasang
ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
2. Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang ± 28 cm dari permukaan
pintu, engsel tengah dipasang di tengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
3. Penarikan pintu (door pull) dipasang 90 cm (as) dari permukaan lantai.
4. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
5. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
6. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di
lapangan. Didalam shop drawing harus jelas dicantuSupervisian semua data yang
diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail
khusus yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Dokumen Kontrak,
sesuai dengan Standar Spesifikasi pabrik.
7. Shop Drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh Manajemen
Konstruksi.
BAB – IX
PEKERJAAN PLAFOND
9.1. BAHAN PLAFOND
Bahan – bahan yang diperlukan untuk plafond gypsum adalah spesifikasi teknis seperti
berikut :
1. Rangka plafond terbuat dari besi hollow dengan ukuran 40x40
2. Joint : Stragger butt joint
3. Paku : Paku khusus furring
4. Gypsum : Srtara Jaya Board tebal 9 mm mutu – I
5. Dempul : Dempul khusus gypsum / Kalsiboard
6. Gantungan : Furring kecil zincalume tebal 0,6 mm dari baja ringan atau besi rod
m5 dengan ikatan suspension clip (Adjustable)
7. Profil siku cornice corner dan centre panel juga dari bahan gypsum khusus untuk
plafond tingkat, lihat gambar kerja dan daftar BQ.

9.2. PELAKSANAAN PEKERJAAN PLAFOND GYPSUM


Petunjuk teknis pelaksanaan pekerjaan plafond seperti berikut :
1. Kontraktor harus mempersiapkan peralatan khusus pemotong Kalsiboard /
gypsum dan mesin paku tembak khusus untuk furring baja ringan (Rangka plafond
baja ringan)
2. Kontraktor harus mempelajari bentuk dan kebutuhan plafond sesuai dengan
gambar kerja.
3. Sambungan rangka plafond Furring standar harus disambung dengan kuat, dan
kontraktor harus memberi jaminan pada setiap adanya sambungan furring
khususnya untuk membentuk rangka plafond bertingkat.
4. Gantungan rangka plafond harus dipasang pada (1,2 x 2,4) m dimana gantungan
harus terpasang kuat dan rapi tanpa adanya pergeseran dari rangka plafond. Jika
kontraktor memperkirakan bahwa rangka plafond bukan tergantung sempurna,
maka kontraktor dapat memperpendek jarak gantungan menjadi (1,0 x 2,0) m.
5. Rangka plafond yang terpasang harus sama rata bidang permukaannya agar
rangka tersebut mampu menerima plafond Kalsiboard / gypsum yang bentuknya
rata. Bahan plafond yang rusak, retak dan bentuknya bergelombang tidak
diijinkan untuk digunakan dan harus disingkirkan dari lapangan.
6. Pelaksanaan pembuatan rangka dan plafond harus selalu tarik benang agar
permukaan plafond terpasang dapat rata dan mulus.
7. Semua pelaksanaan pembuatan rangka dan plafond harus dilaksanakan oleh
tukang yang berpengalaman.
8. Kontraktor dapat memasang plafond apabila rangka plafond sudah kuat dan
sudah dapat mendapat persetujuan direksi / pengawas.
9. Plafond dapat dipasang dan di kunci dengan paku furring dengan paku minimal 4
titik /m2
10. Setiap pertemuan harus didempul rata dan rapi yang kemudian diamplas sampai
permukaannya sama dengan plafond gypsum.
11. Pemasangan corner untuk plafond bertingkat, list profil dan profil paku harus
dilaksanakan dengan methode yang benar dan pemasangannya harus terikat
sempurna.
12. Segera bentuk perbaikan, kerusakan, penggantian, kelalaian pekerjaan menjadi
tanggung jawab kontraktor sepenuhnya.
13. Pekerjaan plafond dapat mengacu kepada petunjuk pelaksanaan yang diterbitkan
oleh penyedia bahan (Pabricated Material)
14. Pemasangan centre panel harus sesuai dengan petunjuk dalam gambar kerja atau
situasi petunjuk PPK.
15. Pengecatan plafond dapat dilaksanakan setelah diadakan pendempulan dan
penggosokan / pengamplasan dempul serta pemberishannya
16. Petunjuk pengecatan pada Bab – XII berlaku umum pada pekerjaan pengecatan
Plafond.
BAB - X
PEKERJAAN PENGECATAN
10.1. URAIAN UMUM
Pekerjaan pengecatan (Painting Work) sudah mencakup pekerjaan cat dinding
dan plafond, cat menie dan cat kilat cat vernish . Pekerjaan ini harus
dilaksanakan dengan baik agar pelaksanaan pembangunan secara umum dapat
memuaskan. Pemakaian pekerjaan pengecetan, lihat daftar BQ.

10.2. PETUNJUK TEKNIS


1. Dalam pelaksanaan pengecatan, Kontraktor dapat mengacu kepada Standar yang
berlaku umum di Indonesia.
2. Pengecatan Logam, lihat SKSNI T – 09 – 1990 F
3. Pengecatan Kayu, lihat SNI 03 – 2407 – 1991
4. Pengecatan dinding dan plafond, lihat SNI 03 – 2410 – 1991

10.3. MERK CAT YANG DIGUNAKAN


10.3.1. Cat tembok dan cat Plafond
Cat tembok untuk dinding dan plafond harus menggunakan cat tembok setara
merk pynilex atau yang setara yang disetujui oleh Direksi Teknik dan harus
produksi dalam negeri, lihat daftar BQ .

10.3.2. Cat Kilat


Cat kilat yang digunakan harus setara merk kuda terbang atau bee brand atau
yang setara yang disetujui oleh Direksi Teknik dan harus produksi dalam negeri,
lihat daftar BQ .

10.4. PELAKSANAAN PEMAKAIAN PENGECATAN


Prosedur pelaksanaan pekerjaan pengecatan (Painting) untuk penyelesaian
(Finishing) adalah sebagai berikut :
1. Cat menie dipakai untuk seluruh bidang – bidang kayu dan pada sambungan yang
mengenai tembok, juga besi – besi perkuatan.
2. Cat kilat dipakai untuk listplank, lat kayu atau plafond serta kozen pintu /
jendela
3. Cat kilat dipakai untuk daun pintu kayu dan jalusi kayu.
4. Seluruh bidang tembok luar / dalam serta plafond asbes dicat dengan cat
tembok (minimum 3 x cat), warna ditentukan oleh Direksi.
5. Cat yang digunakan adalah cat yang berkualitas baik, dan produksi dalam negeri,
dimana penentuan warna harus didiskusikan dengan Direksi atau PPK dan
Pengawas.
6. Pendempulan / Peng – amplasan
7. Sebelum pekerjaan pengecatan, semua bidang yang dicat harus terlebih dahulu
di dempul dan di amplas sampai rata.
8. Pendempulan dilakukan sampai bidang cat benar – benar sudah rata dan layak
dicat.
9. Cat Menie
10. Cat menie yang digunakan adalah cat yang berkualitas baik dan produksi dalam
negeri.
11. Cat menie dipakai pada bidang – bidang kayu dan pada sambungan yang
mengenai tembok.
12. Pengecatan dengan cat menie dilakukan 1 x cat
13. Merk cat menie dapat digunakan setara merk paragon yang disetujui oleh Direksi
Teknik.

10.5. WARNA CAT


Penentuan warna cat harus didiskusikan dengan PPK/Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.

10.6. CAT DASAR DAN FINISHING


1. Kontraktor harus memperhatikan daftar Bill Of Quantity dimana hal ini juga
merupakan spesifikasi kekuatan bahan yang definitive.
2. Secara umum cat menie dilaksanakan 1 (satu) kali, cat tembok, cat plafond, cat
kilat dilaksanakan dengan 1 (satu) kali cat dasar dan 2 kali cat finishing.
3. Cat dasar untuk cat tembok harus cat Sealer setara Vinilex

10.7. MINYAK CAT / LEM


1. Kontraktor harus menggunakan racol dengan perbandingan yang tertentu sebagai
bahan lem untuk cat dinding terutama cat dinding bagian luar.
2. Penggunaan kapur pada pekerjaan cat tidak diijinkan
3. Dilarang keras menggunakan cat tembok / plafond secara langsung tanpa bahan
cat tersebut dicampur dengan lem bahan cat yang telah dicat akan menjadi cat
kapur apabila permukaan cat kita pegang maka cat akan menempel di telapak
tangan dan suatu saat akan mengotori baju / pakaian apabila kita bersandar di
bidang cat tembok tersebut.
10.8. PELAKSANAAN PENGECATAN
1. Pengecatan dilaksanakan dengan peralatan kuas / roll cat
2. Bahan cat harus yang sudah di campur secara homogeny
3. Pengecatan harus dilaksanakan oleh tukang cat yang berpengalam di bidang
pengecatan
4. Bidang cat khususnya tembok / dinding harus benar-benar kering dan bersih dari
abu agar bahan cat dapat melekat dengan benar pada bidang cat.
5. Bidang cat tembok / dinding yang di dempul harus dibersihkan dengan cara
menyiram dengan air bersih atau dengan alat compressor
6. Pengecatan harus dilaksanakan dengan 1 kali cat dasar dan 2 kali cat finishing
dengan baik, rata permukaan dan tidak berbelang-belang
BAB – XI
PEKERJAAN LANTAI & PASANGAN KERAMIK

11.1. PETUNJUK TEKNIS UMUM


1. Pekerjaan keramik yang dimaksud adalah pekerjaan pemasangan ubin keramik
untuk lantai (Slab Tile) termasuk menggetuk lantai existing.
2. Pekerjaan keramik dilaksanakan di setiap ruangan
3. Spesifikasi teknik khusus keramik harus seperti dibawah ini :
Tabel
Spesifikasi Ubin Keramik

4. Pelaksanaan dan mutu keramik juga mengacu kepada PUBI 1970 / PUBI 1982.
5. Bahan yang digunakan : Untuk Lantai Keramik Menggunakan Setara Granit 60 x
60 merk, motif dan warna sesuai gambar atau ditentukan kemudian, Keramik
lantai kamar mandi ukuran 40x 40, dinding ukuran 40 X 60 serata roman atau
royal, motif dan warna sesuai gambar atau ditentukan kemudian, keramik
dengan kualitas grade I. Keramik-keramik tersebut diatas sebelum dipasang
harus mendapat persetujuan dari Direksi/konsultan Pengawas setelah
berkonsultasi dengan Perencana.
6. Warna akan ditentukan kemudian. Masing-masing warna harus seragam, warna
yang tidak seragam akan ditolak.
7. Tebal bahan minimal 8 mm atau sesuai dengan standard pabrik, dengan kekuatan
lentur 250 kg/cm2 dan mutu tingkat 1 (Grade 1).Bahan pengisi siar AM 50, Sika,
8. basah ditambahkan liquid grout additive AM 54 sebagai pengganti air, dengan
ketentuan sesuai pabrik.
9. Bahan perekat menggunakan perekat campuran 1pc:4ps.
10. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan
ASTM, Peraturan Keramik Indonesia (NI-19) dan dari distributor bahan pengisi siar
serta bahan perekat harus memberikan supervisi dan garansi pemasangan selama
5 tahun.
11. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contohcontohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas / Direksi
setelah berkonsultasi dengan Tim Teknis dan Direksi.
12. Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan teknis
operatif dari pabrik sebagai informasi bagi Direksi.
13. Material lain yang tidak terdapat pada daftar diatas, tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus benar-benar baru,
berkualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Direksi.
14. Toleransi terhadap panjang = 0,5 %, toleransi terhadap tebal = 0,8 %.
15. Keramik untuk lantai (slab Tile) dan untuk dinding (wall) harus sesuai dengan
16. gambar kerja dan harus keramik type anti gores.
17. Lantai existing harus di getuk atau dipahat agar bidang lantai existing dapat
terikat sempurna dengan bahan spesi baru.
18. Pekerjaan keramik dilaksanakan pada semua ruangan dalam bangunan, , kamar
mandi, dan dinding kamar mandi seluruhnya.
19. Peralatan yang harus dipersiapkan adalah sendok semen, ember plastik kecil,
skop pencampur, ayakan pasir, martil @ 1 kg, pemotong manual, keramik, mesin
pemotong, dan mesin grenda khusus keramik.
20. Tukang untuk pelaksanaan pasangan keramik harus tukang khusus keramik yang
berpengalam
21. Apabila ada dalam BQ lantai di bawah pasangan keramik harus beton cor,
campuran 1:3:5.
22. Pasir urug di bawah lantai keramik harus dipadatkan dengan cara yang benar.
Dilarang keras memadatkan timbunan dengan cara membasahinya.

11.2. CARA MEMASANG KERAMIK


1. Kontraktor harus mengajukan contoh dan warna Keramik Granit kepada Direksi
untuk mendapatkan persetujuan. Dan semua pemasangan keramik harus ditarik
benang dan diwaterpass agar permukaan lantai maupun dinding ke
2. ramik dapat rata permukaan dan terpasang dengan baik dan saling
bertemu.Pemasangan keramik secara keseluruhan harus mengacu kepada kepala
keramik, kemudian tarik benang dan water pass untuk melanjutkan pasangan
keramik ke semua arah pemasangan.
3. Sebelum pemasangan keramik, semua keramik lantai maupun keramik dinding
harus direndam terlebih dahulu dalam air minimal 2 jam sebelum pemasangan
keramik.
4. Sehubungan dengan sifat alamiah keramik, yang disebabkan proses pembakaran
pada temperatur tinggi, dapat terjadi perbedaan warna dan ukuran, untuk ini
Kontraktor harus mengadakan pemeriksaaan terhadap keramik lantai / dinding
yang akan dipasang mempunyai seri dan golongan ukuran yang sama.
5. Keramik harus dipasang diatas lantai beton 1:3:5:0.65 apabila ada (lihat daftar
BQ).
6. Sebelum keramik dipasang diatas spesi 1:3:0.65, bagian belakang keramik harus
diberi susu semen 1:1:0,60.
7. Keramik harus dipasang merata diatas spesi dan tidak diperbolehkan keramik
terpasang diatas spesi yang tidak rata permukaan, karena akan menimbulkan
keretakan nantinya.
8. Keramik terpasang, apabila diketok terdengar suara kosong, maka pemasangan
keramik tersebut harus dibongkar dan dipasang kembali dengan baik.
9. Semua keramik yang terpasang harus dengan permukaan yang rata dan harus
selalu di lap bersih setelah pemasangan agar jangan ada spesi atau semen yang
bergumpal mengeras pada permukaan keramik terpasang.
10. Setelah lantai dan dinding keramik terpasang, maka spesi antara keramik harus
ditutup disisip dengan semen putih, sehingga nat pasangan keramik terkunci
dengan baik dan rapi.
11. Kontraktor wajib membongkar, mengganti pasangan keramik yang tidak rata dan
tidak memuaskan menurut Direksi / Pengawas.
12. Segala biaya yang timbul akibat perbaikan / pembongkaran adalah tanggung
jawab kontraktor sepenuhnya.
BAB - XII
PEKERJAAN ELEKTRIKAL – MECHANICAL

12.1. PETUNJUK UMUM


1. Instalasi listrik dan peralatannya harus kwalitas I.
2. Bahan yang boleh digunakan pada pekerjaan instalasi listrik harus diperhitungkan
dan aman sesuai dengan PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik) dan SNI 0255 –
1987 – D. Kabel Kw- I setara dengan eterna dan pipa PVC setara dengan clipsal 20
mm KwI.
3. Dalam hal sumber daya diambil dari pembangkit tenaga listrik, harus aman
terhadap gangguan dan tidak mencemarkan lingkungan atau dari PLN.
4. Untuk bangunan – bangunan / ruang – ruang khusus, umum dan penting dimana
aliran listrik tidak boleh terputus disyaratkan memiliki pembangkit listrik darurat
sebagai cadangan, yang besar dayanya dapat memenuhi kesinambungan
pelayanan (apabila ada ditawarkan dalam penawaran atau apabila ada tertuang
dalam daftar BQ).
5. Semua saklar / stop kontak setara Panasonic dan sekering box setara presto serta
kabel setara eterna, MCB 4 ampere setara merk merlin gerin (MG)
6. Pekerjaan ini sudah termasuk pekerjaan penyambungan arus dari lantai dasar
sampai lantai atas.
7. Bahan lampu setara merek Philips KW-I
8. MCB box harus setara merk sun dan diletakkan pada masing – masing ruangan
pada bangunan induk, pos satpam dan garasi (karena pembayaran rekening listrik
akan dibuat terpisah).
9. Jenis kabel listrik yang dipakai harus sesuai dengan BQ. Adapun ukuran kabel
yang digunakan adalah kabel NYA 2,5 mm untuk instalasi titik api dan lampu,
kabel NYY 4x10 mm digunakan untuk pengambilan arus dari sumber arus ke panel
box,kabel NYA 6 mm digunakan untuk pembagian arus.

12.2. PELAKSANAAN INSTALASI LISTRIK


Petunjuk pelaksanaa pekerjaan listrik dan instalasinya sebagai berikut :
1. Proses pelaksanaan instalasi listrik harus memenuhi standar dan ketentuan –
ketentuan PUIL, PLN dan SII dan pelaksanaannya harus dilakukan oleh Instalateur
yang berpengalaman di bidang kelistrikan.
2. Dalam hal ada perobahan pada ukuran dan kepastian bahan. Jika lebih besar dari
spesifikasi, maka pembesarannya tidak boleh merugikan lingkungan.
3. Sebelum instalasi listrik dioperasikan harus dilakukan pengetesan instalasi
terlebih dahulu sesuai dengan ketentuan. Segala biaya yang timbul saat
pengujian menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4. Instalasi listrik harus seluruhnya ditanam didalam tembok, demikian juga
instalasi dari sarana ke sarana dengan menggunakan pipa PVC 16 mm. Kawat
listrik dipakai yang berkwalitas baik / jenisnya dengan ukuran kawat 2½ mm
untuk tegangan 220 volt. Kabel yang digunakan kabel NYA yaitu NYA 2,5 mm atau
2 x 2,5 mm, NYA 6 mm dan NYA 4x10 mm.
5. Stop kontak, saklar dipakai yang berkwalitas baik dan sebelum dipasang harus
mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan Pengawas.
6. Pemasangan listrik dan instalasi listrik yang harus dilaksanakan oleh kontraktor
adalah sebagai berikut :
(1). Pemasangan Instalasi Titik Api & Titik Lampu (sesuai dengan daftar BQ)
(2). Lampu (perhatikan gambar kerja dan daftar BQ).
(3). Saklar tunggal (single) KW I
(4). Saklar ganda (Double) KW I
(5). Saklar Triple KW I
(6). Stop kontak double grounding KWI
(7). Stop kontak tanpa grounding KWI
7. Pasangan instalasi listrik di dalam gedung harus dilaksanakan instalateur yang
diakui atau mendapat ijin dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada daerah
setempat atau bersertifikat.
8. Kontraktor harus menyediakan Penyambungan instalasi dari titik induk ke titik
sarana (sekering Box Penyambung) dipakai kabel NYA dan NYY, dimana
penyambungan aliran diambil titk api yang ada atau sesuai dengan standar umum
yang digunakan oleh PLN.
9. Instalasi listrik harus sudah siap pakai dan ditest bersama – bersama diserah
terimakan/ berita acara kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
10. Bahan – bahan untuk instalasi listrik harus mempunyai standarisasi Industri
Indonesia (SII) yang terbaru.
11. Biaya yang timbul akibat pengujian ataupun kerusakan pada saat pengujian
menjadi tanggungjawab Kontraktor
12. Kabel NYA untuk panel listrik harus ukuran 2,5 mm,6mm, kabel serabut dan lain
lain.
13. Semua instalasi, harus sudah terpasang dengan baik, rapi, dan hidup /
operasional sampai memberi kepuasan kepada Direksi
14. Pemasangan MCB listrik lengkap dengan box dan kabel – kabel yang dibutuhkan
(perhatikan BQ).Tempat pemasangan MCB dan MCB box harus diajukan dan harus
mendapat persetujuan Direksi sebelum dipasang (perhatikan BQ).
15. Semua pemasangan dilaksanakan sebelum pekerjaan plesteran dan hal-hal yang
menyangkut pembobokan dan plesteran kembali menjadi tanggung jawab
kontraktor sepenuhnya.

12.3. PENGUJIAN INSTALASI


1. Setelah instalasi, peralatan dan lampu-lampu terpasang dengan baik sesuai
dengan kebutuhan dan gambar kerja serta Bill of Quantity, kontraktor wajib
melaporkan hasil pekerjaan ini kepada direksi.
2. Jadwal pengujian seluruh instalasi harus ditentukan bersama dengan Direksi dan
Konsultan Pengawas.
3. Kontraktor wajib melaksanakan pengujian atas tanggungan kontraktor pelaksana.

12.4. KAITANNYA DENGAN PEMBAYARAN


1. Kontraktor harus memberikan jaminan bahwa instalasi listrik, dapat terpasangan
dengan baik dan dapat difungsikan
2. Pembayaran 100% pekerjaan phisik, tidak dapat dilaksanakan sebelum pekerjaan
elektrikal dapat diterima dengan baik oleh direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
BAB XIII
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN SANITAIR (LUAR RUANGAN)

13.1. LINGKUP PEKERJAAN


Yang dicakup dalam pekerjaan instalasi ini adalah pengertian bekerjanya seluruh
sistem sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya seperti yang
tertera dalam gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan, termasuk pengadaan
barang-barang, instalasi, testing dan pemeliharaan
Keterangan yang tidak dijelaskan dalam spesifikasi maupun dalam gambar tetapi
perlu dalam pelaksanaan harus juga dimasukkan dalam pekerjaan ini
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing/sanitasi ini adalah sebagai berikut :

13.1.1 Instalasi Air Bersih


a. Pengadaan dan pemasangan pipa dari jaringan pipa beserta
perlengkapannya di luar gedung termasuk Pompa transfer
b. Pengadaan dan pemasangan instalasi pompa dan pemipaannya di ruang
pompa termasuk pemasangan motor listrik pompa, valve, switch board,
kabel-kabel, kontrol pengaman dan lain-lain
c. Pengadaan dan pemasangan serta pengujian sistem pemipaan di dalam
dan di luar gedung sesuai dengan gambar dan spesifikasinya
d. Pengadaan dan pemasangan pipa dari reservoir bawah ke reservoir atas
berikut silent check valve dan perlengkapannya
e. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani
plumbing serta peralatan-peralatannya
f. Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang
bertekanan oleh pompa yang disediakan oleh Pemborong
g. Pengujian/test terhadap kebocoran pipa-pipa dengan penekanan
hidrolik di setiap lantai, kemudian pengujian terhadap kebocoran
untuk seluruh sistem
h. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta
pembersihan site oleh Kontraktor
i. Pengujian sistem plumbing secara keseluruhan dan mengadakan
pengamatan sampai sistem tersebut bekerja dengan baik dan aman
j. Pengadaan dan pemasangan Tangki air/roof tank dengan kapasitas 2m
x 3 m x 1m (6 m3) Type panel Fiberglass lengkap dengan pemipaannya
dan sistem kontrolnya
k. Pengadaan Pemasangan dan pengujian instalasi pompa termasuk valve,
panel board, kabel-kabel kontrol dan lain-lain

13.1.2 Instalasi Air Kotor/Buangan


a. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor/air buangan lengkap dengan
peralatannya yang berada dalam gedung mulai Kamar Mandi, WC,
Urinoir dan lain-lain
b. Pengadaan dan pemasangan Catch Pit beserta Pompa Sewage pit Type
submersible dan perlengkapannya
c Pengadaan dan pemasangan pipa dari Catch Pit ke saluran air buangan
gedung
d. Pengadaan dan pemasangan Sewage Treament Plant
e. Pengadaan dan pemasangan pipa vent untuk pipa pembuangan air
kotor lengkap dengan peralatannya yang berada di dalam gedung
f. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali
g. Pengujian sistem pipa terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolik
h. Pengadaan peralatan kerja dan tenaga kerja

13.1.3. Instalasi Air Hujan


a. Pengadaan dan pemasangan pipa air hujan yang berada di dalam
gedung maupun di luar gedung
b. Pengadaan dan pemasangan Roof Drain dengan Strainer pada lantai-
lantai atap
c. Pengadaan tenaga kerja beserta peralatan yang digunakan
d. Pengadaan dan pemasangan Bak Kontrol
e. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali
f. Pengujian sistem pipa terhadap kebocoran

13.2. U M U M
13.2.1 Pengecatan
a. Pemborong harus mengecat semua pipa, rangka penggantung, rangka
penyangga, semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang
mudah berkarat dengan lapisan cat dasar (Prime Coating), cat harus
sesuai dengan persyaratan pengecatan berdasarkan jenis bahan yang
dicat
b. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya
atau dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan aluminium
c. Untuk peralatan yang tampak, maka bahan-bahan tersebut harus dicat
akhir dengan cat besi merk ICI dengan ketentuan sebagai berikut :

No Bahan-bahan Warna Nomor Cat ICI

1. Pipa air bersih (Supply) Biru Gelap R 404 – 41001


2. Pipa Hydrant Merah Gelap R 404 – 43006
3. Pipa Drain & Waste Hitam R 404 – 40009
4. Bahan Gantungan & Support Hitam R 404 – 40009
5. Panah Pengarah Aliran Putih R 404 – 101
6. Tangki Air Putih R 404 – 101

d. Pemborong harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor


identifikasi bagi peralatannya dengan cat. Sebelumnya Pemborong
wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang hendak dipasang
pada peralatan tersebut kepada Direksi/Konsultan Pengawas

13.3. INSTALASI BERSIH


13.3.1 Pipa
a. Pipa di luar maupun didalam gedung dari jaringan pipa sampai Roof
tank diameter pipa 1¼”, bahan dari galvanized stell pipe BS 1387/1968
b. Pipa dari reservoir bawah sampai reservoir atas diameter pipa 1¼ ”,
bahan dari galvanized steel pipe BS 1387/1968 Medium Class
c. Pipa Dalam Gedung
Pipa diameter ½” s/d ¾ “ baik pipa utama maupun pipa cabang bahan
dari galvanized steel pipe BS BS 1387/1967 Medium Class. Pipa
cabang menuju fixture dengan diameter ½” bahan dari galvanized
steel pipe BS 1387/1967 Light Class

13.3.2 Fitting
Untuk galvanized iron pipe digunakan AWWAG 105. Untuk dari galvanized
steel pipe BS BS 1387/1967 Medium Class. Fitting-fitting harus terbuat
dari material yang sama (galvanized)

13.3.3 Valves
Valve dari ukuran 1 ½” ke atas dan harus terbuat daei besi tulang dengan
sambungan flens. Valve dengan diameter 4” dengan sambungan drat.
Semua valve terbuat dari bahan yang bermerk standart SNI atau yang
setara. Valve pada fictures terbuat dari Brass Metal atau bahan yang
tidak berkarat, tampak harus mengkilat tanpa ada cacat seperti stainless
steel. Semua valve harus mempunyai diameter yang sama besar sengan
pipanya. Setiap penawaran harus dilengkapi dengan brosur lengkap. Kelas
tekanan valve (class 150) harus disesuaikan dengan tekanan kerjanya
(Working Presure for Steam 150 psi dan Hydrostatic Test Body 450 psi.

13.3.4 Bak Kontrol untuk Water Meter dan Valve


Bak Kontrol untuk pipa penyambungan dari jaringan saliran kota, dibuat
dari beton tulangan besi yang dilengkapi dengan tutup beton yang dapat
dengan mudah dibuka/siangkat serta dikunci

13.3.5 Pemasangan Pipa

a. Pipa pengambilan/penyalur dari pipa penyalur kota sampai reservoir


bawah. Pipa dipasang di bawah tanah/jalan/pelataran parkir dengan
kedalaman ± 80 cm diukur dari pipa bagian atas sampai permukaan
tanah/lantai pada peil yang terendah. Sebelum pipa ditanan, dasar
galian harus diurur dahulu dengan pasir pada setebal 10 cm,
selanjutnya setelah pipa diletakkan, disekeliling dan di atas pipa
diurug kembali dengan pasir setebal 15 cm kemudian diurug kembali
dengan tanah urug sampai padat
Apabila dijumpai perletakan pipa melintasi jalan kendaraan karena
dalamnya galian tidak memenuhi syarat (80 cm), maka pipa pada
bagian pengurugan teratas harus dilindungi dengan plat beton setebal
10 cm yang dipasang dengan baik sehingga plat beton tidak bertumpu
pada pipa, untuk selanjutnya diurug sampai padat.
Konstruksi permukaan tanah/jalan bekas galian harus dikembalikan
seperti semula. Hal ini berlaku juga untuk jaringan pipa air bersih yang
berada di dalam/di bawah tanah

b. Pipa dalam Gedung

- Pipa tegak di dalam Shaft


Cara peng-kleman sesuai dengan yang ditunjukkan pada detail
gambar dan petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas
- Pipa tegak di dalam tembok
Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalam tembok.
Kontraktor harus membuat alur-alur dan lubang-lubang yang
diperlukan pada tembok sesuai pada kebutuhan pipa. Setelah pipa
dipasang, diklem dan diuji harus ditutup kembali sehingga pipa
tidak kelihatan dari luar. Cara penutupan harus dikembalikan
seperti semula dan finish yang rapi sehingga tidak terlihat bekas-
bekas dari pembobokan
- Pipa mendatar
o Untuk yang berada di atas atap dan di bawah lantai, pipa harus
dipasang dengan pengantungan (hanger)
o Jarak tumpuan/gantungan tertera pada tabel butir 3.2.4 di atas
o Jarak antara pipa dengan dinding penggantungan bisa disesuaikan
dengan keadaan lapangan
o Untuk yang berada di atas lantai pipa, pipa harus dipasang
dengan U-klem dan diberi tumpuan secukupnya

c. Sambungan Pipa
Pipa galvanized dan sambungan iron
Semua pipa dengan diameter sampai 2” (5 cm) dipakai sambungan ulir
(scrwe), ujung dalam pipa dan ulir tersebut harus diream agar
beram/gram di pipa hilang. Semua pipa sebelum disambung, bagian
dalam pipa harus dibersihkan
Pipa yang disambung dengan ulir (screw) harus menggunakan Seal Tape
agar tidak bocor. Pipa yang berdiameter 2 ½” ke atas harus memakai
sambungan Flens dan diantara flens tersebut harus dipasang packing
pencegah kebocoran
d. Penanaman Pipa
- Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan
- Diberi pasir urug padat setebal 10 cm
- Pada tiap-tiap sambungan pipa harus dibuatlubang galian yang
dalamnya 50 m untuk penempatan sambungan pipa
- Pengadaan testing terhadap tekanan dan kebocoran
- Setelah hasilnya baik, ditimbun kembali dengan pasir padat setebal
15 cm dihitung dari atas pipa
- Disekitar fitting dari pipa harus dipasang blok/penguat dari beton
agar fitting-fitting tidak bergerak jika beban tekan diberikan
- Kemudian diurug dengan tanah bekas galian sampai seperti keadaan
semula

e. Pengujian terhadap tekanan dan kebocoran


- Setelah semua dan perlengkapannya terpasang, harus diuji dengan
tekanan hidrolik sebesar 15 kg/cm2 selama 24 jam tanpa terjadi
perubahan/penurunan tekanan
- Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh Pemborong
- Pengujian harus disaksikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas atau
yang diberi wewenang untuk itu
- Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian ini, Pemborong harus
memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan melakukan pengujian
kembali sampai berhasil dengan baik dan sempurna
- Dalam hal ini semua biaya ditanggung oleh Pemborong, termasuk
biaya pemakaian air dan listrik selama pengujian berlangsung
f. Pengujian Sistem Kerja (Trial Run)
Setelah semua instalasi air bersih terhadap semuanya, termasuk juga
pompa dan swicht boardnya, Pemborong harus melakukan pengujian
terhadap Sistem Kerja (Trial Run) dari seluruh air bersih, yang
disaksikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas atau yang diberi
wewenang untuk itu sampai instalasi tersebut bekerja dengan baik dan
sempurna
g. Pekerjaan Lain-lain
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pembobokan dinding galian
selokan dan pengangkutan tanah hasil galian dan lain-lain yang ditemui
di site, serta memperbaiki kembali seperti semula, semua biaya yang
dikeluarkan untuk ini sepenuhnya ditanggung oleh Pemborong

13.4. INSTALASI AIR KOTORAN/BUANGAN


13.4.1. Material
Pipa di dalam Gedung
Pipa berdiameter 2” – 4” baik dari pipa utama maupun dari pipa
cabang, bahan dari PVC Class AW ex. Wavin
b. Pipa di luar Gedung
Setiap pipa yang berada di luar gedung disesuaikan dengan gambar
kerja
c. Accesories
- Fitting pipa PVC dipakai bahan yang sama (PVC) dan dibuat dengan
cara Injection Molding

13.4.2. Cara Pemasangan Pipa


a. Pipa di dalam Gedung termasuk Pipa Vent
- Pipa Tegak
Pipa dipasang dengan support dari besi/naja kanal serta U-Klem
sesuai dengan diameter pipa, jarak antara support minimal 300
cm. Untuk memudahkan pemasangan, pipa harus diberi pelindung
(sadel) agar jangan sampai pecah karena tekanan peng-kleman
dengan cara-cara yang ditunjukkan dalam detail gambar
- Pipa Mendatar
Pipa dipasang dengan penggantungan (hanger) sesuai dengan
diameter pipa jarak tumpuan/gantungan disesuaiakan dengan
petunjuk dalam detai gambar dengan kemiringan/slope 1 – 2%.
Perletakan harus diusahakan berada pada tempat yang
tersembunyi baik di dinding/tembok maupun ruang yang berada di
bawah lantai dan di atas plsfond dan tiap-tiap lantai. Setiap
pencabangan atau penyambungan harus menggunakan fitting
dengan sudut 45o (misalnya Y Branch dan sebagainya) long radius
- Penanaman Pipa
Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-
tiap sambungan pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50 cm.
Untuk menempatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok
ke atas (vertikal) harus diberi landasan dari beton. Caranya
seperti yang dinyatakan dalam detail gambar. Dalamnya
perletakan pipa disesuaikan dengan kemiringan 1-2% dari titik
mula di dalam gedung sampai ke Catch Pitch, dari Catch Pitch
dipompakan ke unit pengelohan (sewage Treatment)

b. Pipa di luar Gedung/Pipa Peresapan


- Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah/jalan
dengan kemiringan 1-2% dari titik permulaan ke unit pengelohan
(sewage treatment)
- Untuk perletakan pipa melintasi jalan kendaraan karena galian
tidak memenuhi syarat (80 cm), maka pipa pada bagian atas harus
dilindungi dengan plat beton setebal 10 cm yang dipasang dengan
baik sehingga plat beton tidal bertumpu pada pipa
- Untuk pipa yang dipasang di koker, harus dibuat dudukan dari besi
kanal dan diberi perlindungan (sadel) sebelum diklem agar jangan
sampai pecah karena tekanan klem, dibuat sesuai dengan yang
ditentukan dalam detail gambar
c. Sambungan Pipa

- Pipa PVC dengan diameter 3” ke atas harus disambung dengan


Rubbering Joint. Pipa PVC kurang dari diameter 3” disambung
dengan Solvent Coment

- Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus


dibersihkan terlebih dahulu sehingga bebas dari kotoran dan lemak

- Pembersihan tersebut dilakukan terhadap permukaan dan dalam


dari pipa yang akan saling melekat

- Pada waktu penyambungan, bagian dalam pipa yang akan


disambung harus bebas dari benda-benda/kotoran yang dapat
mengganggu kelancaran air dalam pipa

13.4.3. Cara Pemasangan Floor Drain dan Clean Out

Floor Drain dan Clean Out harus dipasang sesuai dengan petunjuk gambar.
Penyambungan dengan pipa harus dilakukan secara ulir (screw) dan
membentuk sudut 45o dengan pipa utamanya

13.4.4 Pengujian

a. Seluruh sistem air kotor/buangan harus diuji terhadap kebocoran


sebelum disambung ke peralatan.

b. Pengujian dilakukan dengan tekanan air setelah ujung pipa ke


peralatan ditutup rapat

c. Peralatan dan bahan pengujian disediakan oleh Pemborong

d. Pemborong harus memperbaiki segala cacat dan kekurangan-


kekurangannya
e. Direksi/Konsultan Pengawas berhak meminta pengulangan pengujian
bila hal ini dianggap perlu

f. Dalam hal pengujian yang tidak dilakukan dengan baik/kurang


memuaskan, maka biaya pengujian/pengulangan pengujian adalah
tanggung jawab Pemborong

g. Peralatan toilet dapat dipasang setelah pengujian dinyatakan baik


oleh Direksi/Konsultan Pengawas

13.5. INSTALASI SALURAN AIR HUJAN


13.5.1 Material
a. Pipa
Semua pipa yang berada dalam gedung, baik tegak maupun mendatar
terbuat dari jenis PVC class AW. Pipa di luar gedung (di dalam tanah)
dari Buis Beton yang disesuaikan dengan gambar dokumen/detail
gambar, jenis PVC merk Wavin, atau yang setara
b. Accessories
- Fitting
Untuk PVC class AW, Fitting terbuat dari bahan yang sama (PVC)
dan dibuat dengan Injection Molding. Untuk pipa Buis Beton, tiap
sambungan harus disemen dengan kuat.
- Bak Kontrol dibuat dari beton dan batu bata pada tempat yang
ditentukan sesuaigambar, dan diberi tutup yang terbuat dari
tulang dan mudah diangkat.
- Strainer/saringan dibuat dari besi tuang (Cast Iron)
- Floor Drain dibuat dari Stainless Steel
13.5.2 Pemasangan Pipa
a. Pipa tegak dalam gedung
- Pipa di dalam Shaft
Pipa dipasang dengan support dari besi/baja kanal serta U-Klem
disesuaikan dengan diameter pipa, jarak antara support maksimal
300 cm atau jarak lantai. Untuk memudahkan pemasangan, pipa
harus diberi pelindung (sadel) agar jangan sampai pecah karena
tekanan peng-kleman dengan cara-cara yang ditunjukkan dalam
detail gambar
- Di luar Shaft/di luar tembok
 Pipa dipasang dengan U-klem sesuai dengan diameter pipa
 Jarak antara U-klem yang satu dengan lain 2,5 m
 Pipa harus diberi pelindung (sadel) agar jangan sampai pecah
karena tekanan
 Pengkleman sesuai dengan cara-cara yang ditunjukkan dalam
detail gambar
 Pipa harus dilindungi dengan batu/kayu sehingga tidak
kelihatan dari luar
 Cara penutupan harus mendapat persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas
- Pipa Mendatar
Pipa di pasang dengan penggantung (hanger) dan
diletakkan/diusahakan dalam keadaan tersembunyi
b. Pipa di luar gedung (di dalam tanah)
Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan
tanah/jalan/pelataran parkir. Dalam perletakan pipa dengan
kemiringan 1% mulai dari titik mula pipa sampai ke selokan/parit.
Apabila dijuimpai perletakan pipa melintasi jalan kendaraan dan di
dalamnya tidak memenuhi syarat (80 cm), maka pipa pada bagian
pengurugan teratas harus dilindungi dengan plat beton setebal 10 cm
yang dipasang dengan baik sehingga plat beton tidak bertumpu pada
pipa, untuk selanjutnya di urug sampai pada konstruksi permukaan
tanah/jalan harus dikembalikan seperti semula.
c. Penanaman Pipa
- Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan
- Pada tiap-tiap sambungan pipa harus dibuat lubang galian yang
dalamnya 50 mm untuk penempatan sambungan pipa dan disemen
dengan kuat sehingga tidak terjadi kebocoran
- Setiap pertemuan pipa harus diberi bak kontrol,
penempatan/pemasangan bak kontrol seperti yang ditunjukkan
dalam detail gambar
d. Sambungan Pipa PVC
- Pipa PVC dengan diameter 3” ke atas harus disambung dengan
Rubbering Joint. Pipa PVC kurang dari diameter 3” disambung
dengan Solvent Cement
- Pipa yang harus disambung dengan Solvent Cement harus
dibersihkan terlebih dahulu sehingga bebas dari kotoran dan lemak
- Pembersihan tersebut dilakukan dengan terhadap permukaan dan
dalam dari pipa yang akan saling melekat
- Pada waktu penyambungan, bagian dalam pipa yang akan
disambung harus bebas dari benda-benda atau kotoran yang dapat
mengganggu kelancaran air dalam pipa
e. Sambungan Pipa Buis Beton
Sambungan pipa harus disemen dengan kuat guna menghindari
kebocoran.

f. Pemasangan Saringan Air Hujan/.Strainer


- Saringan terdiri dari badan yang ditanam rata dengan permukaan
atas atap
- Badan harus mempunyai bentuk yang berfungsi sedimen bowl
- Tutup digabung dengan badan dan sambungan air
- tutup mempunyai saringan yang cembung sehingga air dapat
masuk kedalam saringan melalui samping
g. Pemasangan Bak Kontrol
- Bak kontrol yang berada dalam gedung harus dibuat dari beton,
tutupnya harus rata dengan lantai dan mudah diangkat
- Bak kontrol di luar gedung harus disesuaikan dengan keadaan
setempat dan harus diberi tutup yang mudah diangkat
- Waktu pelaksanaan harus diketahui dan disetujui oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.
h. Pemasangan Floor Drain
Floor Drain harus dipasang sesuai dengan gambar dokumen/detail
gambar
- Penyambungan pada pipa harus secara ulir (screw) dan
membentuk sudut 45o dengan pipa utamanya
i. Tembusan Pipa
- Pipa yang menembus beton atau tembok harus diberi pipa
sehubung yang diameter lebih besar
- Cara pemasangan seperti yang ditunjukkan dalam detail gambar
- Bahan dari pipa selubung harus mendapat persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas

Anda mungkin juga menyukai