Anda di halaman 1dari 35

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS

PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG RUBY TOWER APARTMENT


BALIKPAPAN

BAB I
SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pasal 1
LINGKUP
PEKERJAAN

Lingkup Pekerjaan Pembangunan Gedung Ruby Tower Apartment Balikpapan, sebagaimana


ditunjukan dalam gambar-gambar dan diuraikan dalam syarat-syarat teknik serta dalam
rencana anggaran biaya (RAB)

Pasal 2
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1 Nama Proyek
Proyek Pembangunan Gedung Ruby Tower Apartment Balikpapan 12 Lantai
2.2 Sumber Dana
Dana didapatkan dari APBN ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara )
2.3 Alamat Proyek
Jln. Jend. Sudirman, Gn. Bahagia, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Kalimantan
Timur 128 (76114)
2.4 Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pembangunan Gedung 12 lantai meliputi:
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Tanah
3. Pekerjaan Pondasi
4. Pekerjaan Beton
5. Pekerjaan Pintu, Jendela, kusen, dan dinding partisi
6. Pekerjaan Plat Lantai
7. Pekerjaan MEP (Mechanical, Electrical and Plumbing)
8. Pekerjaan Lantai
9. Pekerjaan Kunci, Kaca dan Penggantung
10. Pekerjaan Pengecatan

Perincian bagian pekerjaan yang dilaksanakan didasarkan pada gambar rencana dan RKS yang
menjadi bagian tidak terpisahkan dari rencana kerja dan syarat-syarat in

PASAL 3
PERATURAN
TEKNIS

1. Pelaksanaan pekerjaan ini digunakan peraturan-peraturan seperti tercantum di bawah


ini :
a. Persyaratan Umum Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
b. Peraturan Departemen Tenaga Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3)
c. Peraturan-peraturan Pemerintah Pusat/ Daerah setempat
d. Peraturan Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000(PUIL 2000)
e. Peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai syarat-syarat umum
konstruksi.
f. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
g. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, PPIUG – 1983.
h. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI-
1726- 2012.
i. Standarisasi-standarisasi lain, yang berhubungan dengan pekerjaan di atas.

2. Jika ternyata pada Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini terdapat perbedaan terhadap
peraturan-peraturan sebagaimana dinyatakan didalam ayat (1) di atas, maka Rencana
Kerja dan Syarat-Syarat ini yang mengikat.

Pasal 4
PELAKSANAAN
PEKERJAAN

1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


a) Untuk pelaksanaan pekerjaan ini jangka waktu yang diberikan adalah 38 (tiga puluh
delapan ) bulani kalender terhitung sejak diterbitkannya Surat Perjanjian sampai
dengan pekerjaan harus selesai 100% (serah terima pertama).
b) Untuk keperluan pelaksanaan pengawasan / monitoring maka sebelum pekerjaan
dimulai pemborong harus mengajukan rencana kerja dan jadwal waktu yang
terinci dan jelas, dan tergantung keperluannya apakah harus dengan network
planning atau cukup barchart atau sesuai permintaan Pemberi Tugas.
c) Jangka waktu pemeliharaan ditetapkan selama 180 (Seratus Delapan Puluh) hari
kalender, terhitung dari tanggal pernyerahan pertama. Pemborong harus
memperbaiki hingga memuaskan segala kekurangan atau kerusakan yang terjadi
dalam masa pemeliharaan karena ketidak sempurnaan bahan atau pelaksanaan.
d) Apabila Pemborong dalam jangka waktu yang ditetapkan belum melakukan
perbaikan yang diperlukan, maka pemberi tugas berhak melakukan perbaikan
pekerjaan tersebut atas biaya yang dibebankan kepada Pemborong.
e) Setelah jangka waktu pemeliharaan berakhir, pekerjaan diserahkan untuk kedua
kalinya, yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima Ke II.
f) Masa pemeliharaan otomatis akan bertambah, jika masa perbaikan melampaui masa
pemeiharaan pekerjaan.
g) Sebelum memulai pekerjaan Pemborong harus menyiapkan Jadwal Pelaksaan
Pekerjaan (kurva S, Bar Chart dan Network Planning) dengan detail, yang
diperlihatkan urutan pelaksanaan kegiatan beserta waktu yang dibutuhkan dan
diserahkan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan.
Selanjutnya Jadual ini akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan pekerjaan
dan penetapan kemajuan (progress) fisik pekerjaan.
h) Secara berkala Pemborong harus membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan
bulanan/mingguan yang akan digunakan sebagai acuan kerja.

2. Jadwal Kedatangan Bahan/Material


Jadwal kedatangan bahan/material harus disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan
pekerjaan dan dibuat secara terpisah. Dalam jadwal harus sudah
termasuk/memperhitungkan waktu pengajuan, jadwal rencana pengiriman, pengambilan
sampel, dan pengujian bahan. Jadwal ini harus diserahkan kepada Pemberi
Tugas/Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
Pasal 5
LOKASI, DAERAH KERJA DAN LALU LINTAS
PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Lokasi yang disediakan untuk areal kerja akan ditentukan kemudian oleh Pemberi
Tugas/Pengawas Lapangan, dimana Pemborong harus menyiapkan, menempatkan,
mengatur penggunaan lapangan kerja yang tersedia untuk menempatkan peralatan,
tempat penyimpanan bahan-bahan serta tempat lain yang dibutuhkan kemudian.
2. Sebelum menggunakan lapangan kerja, Pemborong harus mengajukan gambar/layout
untuk areal kerja, selanjutnya dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas/Pengawas
Lapangan untuk mendapatkan persetujuan tertulis dan petunjuk lebih lanjut.
3. Pada akhir pekerjaan sesuai dengan petunjuk Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan,
Pemborong harus segera membongkar/memindahkan bangunan-bangunan sementara,
alat-alat konstruksi penolong atau bentuk lain yang sudah tidak digunakan sehingga
bekas tempat kerja tersebut bersih kembali.
4. Harus selalu diperhatikan dalam membebaskan jalan ke lapangan pekerjaan dan dalam
melaksanakan hal itu harus menghindarkan perusakan lingkungan. Bila terjadi
perusakan, kontraktor berkewajiban untuk memperbaiki atau mengganti.

PASAL 6
KONDISI
LAPANGAN

1. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus benar-benar memahami kondisi


keadaan lapangan pekerjaan atau hal-hal lain yang mungkin akan mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan segala akibatnya.
2. Kontraktor Pelaksana harus memperhatikan secara khusus mengenai pengaturan lokasi
tempat bekerja, penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasi selama
pekerjaan berlangsung.
3. Penentuan lokasi akses gudang kerja,akses bongkaran material lama dan material baru
harus diperhatikan karena lokasi kerja merupakan gedung aktif yang sedang beroperasi.
4. Kontraktor Pelaksana harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian Gambar Kerja,
RKS dan dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi lapangan sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.
5. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menjalankan peraturan dan tata tertib yang ketat
terhadap semua buruh, pegawai, termasuk pengurus bahan-bahan yang berada di
bawahnya. Siapapun di antara mereka yang tidak berwenang melanggar terhadap
peraturan umum, mengganggu ataupun merusak ketertiban Perluasan dan Renovasi, harus
segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas perintah Konsultan Pengawas.
6. Semua cacat-cacat akibat penyusutan atau kesalahan-kesalahan lain yang timbul di
lapangan menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana, yang disebabkan oleh
penggunaan bahan-bahan yang tidak sesuai atau cara pengerjaan yang tidak sesuai
dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam RKS, menjadi tanggungjawab penuh
Kontraktor Pelaksana untuk mengadakan perbaikan sampai dianggap cukup oleh Pemberi
Pekerjaan atas biaya Kontraktor Pelaksana.
PASAL 7
PENYEDIAAN,PEMERIKSA
AN,
DAN PENGUJIAN BAHAN/MATERIAL

1. Bila dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat yang disebutkan nama dan pabrik
pembuatan dari suatu material/bahan, maka dalam hal ini dimaksudkan bahwa spesifikasi
teknis dari material tersebut yang digunakan dalam konstruksi dan untuk mempermudah
Kontraktor Pelaksana mencari material barang tersebut.
2. Setiap penggantian spesifikasi teknis dari material, nama dan pabrik pembuat dari suatu
bahan/barang harus disetujui oleh Konsultan Pengawas yang telah dikoordinasikan
terlebih dahulu dengan Konsultan Perencana dan bila tidak ditentukan dalam RKS serta
Gambar Kerja, maka bahan dan barang tersebut harus diusahakan dan disediakan oleh
Kontraktor Pelaksana, yang harus mendapatkan persetujuan dahulu dari Konsultan
Perencana melalui Konsultan Pengawas dan Pemberi Pekerjaan .
3. Material dan bahan diutamakan harus bermerek lokal berstandar SNI.
a. Bahan-bahan yangakan digunakan harus dilakukan pengujian terlebih dahulu melalui
pengujian oleh pihak ketiga yang ditunjuk dan disepakati oleh kedua belah pihak.
b. Pengujian dan hasil pengujian akan menjamin kualitas,ukuran serta rekomendasi
merek material atau bahan yang akan digunakan dimana standar pengujian mengacu
pada pengujian beton dan baja.
c. Untuk pengujian baja menggunakan standar :
 SNI03-1729-2002 : Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung
 PPIUG-1983 :Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
 SNI1726-2012 : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung
 SNI07- 2529-1991 :Metode pengujian kuat tarik baja beton.
d. Untuk pengujian beton menggunakan standar :
 SNI03-1968-1990 : Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus
dan kasar.
 SNI03-1973-1990 : Metode pengujian berat isi beton.
 SNI 03-1974-1990 :Metode pengujian kuat tekan beton.
 SNI 2493 : 2011 : Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
laboratorium.
 SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi bahan tambahan untuk beton
 SNI 03-1972-1990 : Metode pengujian slump beton.
e. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas
dan ternyata masih dipergunakan oleh Kontraktor Pelaksana, maka Konsultan
Pengawas wajib memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor
Pelaksana, dimana segala kerugian yang disebabkan oleh pembongkaran tersebut,
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana sepenuhnya.
f. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-
bahan tersebut, Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor Pelaksana
untuk mengambil contoh-contoh dari bahan-bahan tersebut dan memeriksakannya ke
Laboratorium yang disetujui oleh Pemberi Pekerjaan, dan segala biaya pemeriksaan
tersebut menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
g. Sebelum ada kepastian dari laboratorium tentang baik atau tidaknya kualitas bahan-
bahan tersebut, Kontraktor Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan
yang menggunakan bahan-bahan tersebut.
h. Bahan-bahan yang tidak sesuai, tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang
dinyatakan afkir atau ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari
lapangan pekerjaan selambat-lambatnya dalam tempo 2x24 jam dan tidak boleh
dipergunakan
PASAL 8
GAMBAR DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)

1. Gambar Detail Engineering Design (DED) yang dibuat oleh Konsultan Perencana adalah
gambar rencana atau gambar kerja atau gambar for construction, yang artinya
adalah gambar yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor
Pelaksana dan menjadi acuan bagi Konsultan Pengawas untuk memberikan approval shop
drawing yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana sebelum pelaksanaan pekerjaan.
2. Gambar shop drawing dan gambar as built drawing, dikerjakan oleh Kontraktor
Pelaksana, bedanya shop drawing dikerjakan sebelum pelaksanaan pekerjaan, karena
menjadi panduan pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Sedangkan gambar as built drawing
dibuat setelah selesai pekerjaan dan menggambarkan apa yang terlaksana di lapangan,
termasuk penyesuaian atau perubahan yang mungkin terjadi di lapangan.
3. Gambar shop drawing dibuat setiap ada tahap pekerjaan yang akan dilaksanakan, dengan
meminta approval dari Konsultan Pengawas.
4. Gambar asbuiltdrawing dibuat setelah selesai pekerjaan dan menggambarkan apa yang
terlaksana di lapangan dan diserahkan kepada Konsultan Pengawaspaling lambat dalam
tempo 6 (enam) hari kerja.
5. Pelaksanaan diharapkan sesuai gambar rencana, namun atas dasar pertimbangan kekuatan
dan keamanan struktur bangunan, gambar rencana dapat berubah atas persetujuan
Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Pemberi Pekerjaan.

PASAL 9
PERBEDAAN DALAM DOKUMEN LAMPIRAN KONTRAK

1. Jika terdapat perbedaan antara Gambar Kerja dan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini,
maka Kontraktor Pelaksana harus mananyakannya secara tertulis kepada Konsultan
Pengawas / Pemberi Pekerjaan.
2. Jika didalam gambar kerja DED terdapat perbedaan antara gambar skala dan
notasi/dimensi maka yang menjadi acuan adalah notasi/dimensi yang tertera dan harus
mendapat persetujuan dari pemberi pekerjaan.
3. Apabila ada hal-hal yang disebutkan pada Gambar Kerja, RKS atau dokumen yang
berlainan dan atau bertentangan,maka yang diambil sebagai patokan adalah yang
mempunyai bobot teknis yang lebih tinggi dan harus mendapat persetujuan dari pemberi
pekerjaan.

PASAL 10
PENGUKURAN DAN
ELEVASI

1. Kontraktor Pelaksana diwajibakan melakukan pengukuran dan penggambaran kembali


loksai Perluasan dan Renovasi dengan keterangan-keterangan mengenai peil, ketinggian
tanah, letak pohon-pohon, dan letak batas-batas tanah
2. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas agar dapat ditentukan
sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar
rencana dan persyaratan teknis.
3. Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaaan lapangan harus
segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Pekerjaan untuk dimintakan
keputusannya.
4. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, dalam hal apapun menjadi
tanggungjawab Kontraktor Pelaksana, karenanya Kontraktor Pelaksana diwajibkan
mengadakan pemeriksaan secara komprehensif terhadap gambar-gambar dan dokumen
yang ada.
5. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut dapat dilakukan dengan alat waterpass /
theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.
6. Peil / titik ukur referensi (bench mark) untuk proyek ini adalah elevasi eksisting proyek
pembangunan Gedung Ruby Tower Balikpapan.
PASAL 11
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

1. Kontraktor Pelaksana harus menjamin keselamatan para pekerja sesuai dengan


persyaratan yang ditentukan dalam Peraturan Perburuhan atau persyaratan yang
diwajibkan untuk semua bidang pekerjaan berupa asuransi keselamatan (BPJS
Ketenagakerjaan).
2. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas biaya, kerugian tuntutan ganti rugi (claim)
yang diakibatkan oleh adanya kecelakaan atau peristiwa meninggalnya seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan pelaksanaan tersebut, bilamana hal itu disebabkan oleh kelalaian
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana wajib memenuhi peraturan-peraturan hukum mengenai perawatan
dan tunjangan / ganti rugi bagi korban dan keluarganya.
4. Didalam lokasi harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (PPPK).
5. Papan dan patok papan info harus jelas untuk menjamin keselamatan para pekerja dan
pengguna gedung.
6. Pelaksanaan harus memperhatikan K3 dalam setiap pelaksanaan berupa pengecekan
asuransi keselamatan kerja dan kelengkapan alat kerja

PASAL
12 IJIN-
IJIN

Pembuatan ijin-ijin yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara
lain : ijin pengambilan material, ijin pembuangan, ijin trayek dan pemakaian jalan, ijin
penggunaan bangunan serta ijin-ijin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan
daerah setempat, harus cepat diselesaikan dan tembusannya disampaikan kepada Konsultan
Pengawas

Pasal 13
GANTI
RUGI

Pemborong bertanggung jawab atas segala ganti rugi, jika akibat kelalaian pelaksanaan
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pemborong menimbulkan kerugian-kerugian kepada pihak
lain. Tidak diadakan mata pembayaran untuk ganti rugi tersebut, tetapi harus sudah termasuk
dalam biaya yang diajukan di dalam Dokumen Kontrak.

Pasal 14
PERSETUJUAN PEMBERI TUGAS/PENGAWAS
LAPANGAN

1. Semua gambar-gambar, dokumen-dokumen, contoh-contoh bahan/material dan lain-lain


yang memerlukan persetujuan Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan harus diserahkan
dalam waktu 3 (tiga) rangkap dan apabila disetujui, 1 (satu) rangkap daripadanya akan
dikembalikan kepada Pemborong dan lainnya akan disimpan oleh Pemberi
Tugas/Pengawas Lapangan.
2. Apabila bahan-bahan/material dan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan tidak
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan
berhak untuk menolak bahan/material atau hasil pekerjaan tersebut. Pemborong harus
mengadakan/memperbaiki kembali bahan/material atau hasil pekerjaan tersebut tanpa
perpanjangan waktu dan segala biaya yang Panitiabul menjadi tanggungan dari
Pemborong.
Pasal 15
PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN

1. Pemborong diharuskan untuk memberi penjelasan, apabila Pemberi Tugas/Pengawas


Lapangan memerlukan data/keterangan tentang material yang digunakan dan tempat asal
material yang didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan yang akan dimulai
pelaksanaannya.
2. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan tanpa terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.
Pemberitahuan Permohonan Kerja (request) secara tertulis lengkap dan jelas harus
terlebih dahulu disampaikan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan dan dalam
jangka waktu yang cukup sebelum dimulainya pelaksanaan bagian pekerjaan tersebut
agar Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan mempunyai waktu untuk melakukan
pemeriksaan kesiapan pekerjaan tersebut.
3. Pemberitahuan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan harus disertai kelengkapan
sebagai berikut :
a. Jadual/waktu pelaksanaan
b. Metode kerja (cara kerja, tata urutan kerja, jenis alat, bahan yang digunakan, tenaga
kerja dan lain-lain)
c. Gambar kerja (shop drawing) untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan yang
memerlukan penjelasan dalam bentuk gambar.

Pasal 16
MATERIAL DAN BAHAN

1. Pemborong harus mengajukan daftar bahan-bahan/material yang akan


digunakan, tempat asal/sumber serta contoh material yang akan digunakan. Daftar tertulis
ini sebelum digunakan harus mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas/Pengawas
Lapangan.
2. Bahan bangunan harus disimpan sedemikian rupa agar mutunya tidak menjadi
berkurang maupun mengalami kerusakan selama penyimpanan. Penyimpanan hendaknya
dilandasi dengan lantai yang keras, bersih dan terlindungi atap.

Pasal 17
MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

1. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Pemborong menerima surat penetapan


pemenang, Pemborong harus memasukkan Rencana Prosedur Mobilisasi beserta Daftar
Terinci Peralatan yang digunakan kepada Pemberi Tugas/pengawas Lapangan.
2. Pemborong harus menjamin dilaksanakannya mobilisasi diatas dalam waktu 10
(sepuluh) hari setelah Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan memberikan persetujuan
dimulainya pekerjaan. Peralatan yang diajukan tersebut harus sudah berada di lokasi
pekerjaan sesuai dengan jadual kebutuhan alat dan tidak boleh dipindahkan ke lokasi lain
selama pekerjaan ini berlangsung.
3. Penyediaan lokasi penyimpanan/parkir peralatan di areal pekerjaan terlebih
dahulu harus mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.
4. Kerusakan yang timbul pada bagian atau keseluruhan pada peralatan tersebut
yang bisa mengganggu pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki atau diganti.
PASAL 19
PEMASANGAN PAGAR SEMENTARA AREA PROYEK

1. Pagar proyek berfungsi untuk mengamankan proyek dari gangguan luar karena dapat
memudahkan dalam melakukan kontrol keamanan, selain itu pagar proyek juga berfungsi
untuk menjaga keselamatan masyarakat sekitar dari bahaya yang mungkin terjadi dalam
aktifitas Perluasan dan Renovasi gedung.
2. Bahan material untuk dinding partisi area proyek menggunakan seng yang dicat dengan
warna yang mencolok dan dipasangi banner yang menggambarkan proyek-proyek
Perluasan dan Renovasi terminal penumpang pelabuhan Balikpapan.
3. Pagar didirikan pada batas-batas yang mengelilingi tapak kegiatan dengan tinggi 2
meter
4. Pagar proyek terbuat dari seng gelombang BJLS 30, dipasang pada tiang rangka kayu kls
II

Pasal 20
PEMBUATAN PAPAN PROYEK DAN RAMBU PENGAMAN

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, pemborong harus membuat papan nama proyek
dan rambu pengaman pada areal kerja sesuai dengan petunjuk pengawas untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.
2. Papan nama proyek terbuat dari bahan kualitas baik minimal kayu kelas II dan dapat
digunakan sampai selesai pelaksanaan pekerjaan serta mendapat persetujuan Pemberi
pekerjaan
3. Rambu pengaman dari bahan yang kualitas baik dan harus cukup kuat dan tahan selama
masa pelaksanaan pekerjaan
4. Kontraktor diharuskan membuat papan nama proyek serta memeliharanya selama proyek
berjalan, minimal berisi kalimat sebagai berikut atau :

Pasal 21
DOKUMENTASI & PELAPORAN

1. Pemborong diwajibkan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana, perubahan-


perubahan yang mungkin terjadi harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Pemberi Tugas.
2. Setiap akhir pekan Pemborong harus menyampaikan laporan mingguan kepada Pemberi
Tugas tentang kemajuan pekerjaan dalam minggu yang bersangkutan, meliputi
pengadaan bahan ditempat proyek, penambahan, pengurangan atau perubahan
pekerjaan, jumlah/macam dan harga satuan bahan-bahan yang masuk, kejadian-kejadian
penting lainnya dalam pelaksanaan pekerjaan proyek.
3. Didalam laporan harian harus tercantum keadaan cuaca, bahan yang masuk, pekerja,
pegawai/karyawan, catatan-catatan tentang perintah-perintah dari pengawas/Pemberi
Tugas dan lain-lainnya yang dipandang perlu.
4. Dokumentasi pekerjaan berupa foto atau video (bila diperlukan) wajib dibuatkan sebelum
dimulai pekerjaan pelaksanaan pekerjaan (fisik 0%), tahap pelaksanaan pekerjaan dan
setelah selesainya pekerjaan (fisik 100%) dan Kurva S meliputi rencana dan realisasi
pekerjaan pada bulan tersebut. Pada setiap hasil dokumentasi tersebut agar diberi
penjelasan. Jumlah foto dokumentasi tsb dibuat 2 (set). Dokumentasi yang berupa foto
berwarna ukuran post card yang menunjukkan kemajuan pekerjaan beserta peralatan yang
dipakai dan lain-lain foto tentang kejadian-kejadian penting. Semua foto-foto tersebut
dijilid lengkap dengan keterangan keterangan dan tanggal pengambilan.
Pasal 22
GAMBAR REALISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN (AS BUILT
DRAWING)

1. Pihak rekanan wajib membuatkan gambar realisasi pelaksanaan pekerjaan (as bulit
drawing) pada saat pekerjaan selesai 100 %.
2. Pihak rekanan yang belum menyerahkan gambar realisasi pelaksanaan pekerjaan (as built
drawing) tersebut di atas tidak dapat dibayarkan angsuran pembayaran terakhirnya.

Pasal 23
TENAGA PELAKSANA PEMBORONG

1. Kepala Proyek (Project Manager) dari Pemborong haruslah seorang ahli teknik sipil
bersertifikat SKA Manajemen Proyek/konstruksi Muda dengan persyaratan minimal a l :
S1 Teknik Sipil dengan pengalaman kerja ≥ 5 (lima) tahun atau D3 Teknik Sipil
pengalaman kerja ≥ 10 (sepuluh) tahun
2. Ahli Muda arsitektur adalah seorang yang memiliki ijazah minimal D3 arsitektur
bersertifikat SKA Ahli arsitektur Muda dengan pengalaman kerja pengalaman kerja ≥ 5
(lima) tahun.
3. Ahli Pratama Mekanikal & Elektrikal adalah seorang yang memiliki ijazah minimal S1
teknik mesin / elektro bersertifikat SKA Ahli Mesin/elektrikal Pratama dengan
pengalaman kerja pengalaman kerja ≥ 3 (tiga) tahun.
4. 2 (dua) orang Welder adalah seorang yang memiliki ijazah minimal STM/SMK atau
sederajat bersertifikat SKT Welder/ pengelasan dengan pengalaman kerja pengalaman
kerja ≥ 5 (lima) tahun.
Pasal 24
BAHAN DAN PERALATAN

1. Semua bahan dan peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini, harus yang disetujui oleh
Pemberi Tugas/Pengawas Pekerjaan.
2. Bahan-bahan yang ditolak oleh Pengawas pekerjaan karena tidak sesuai dengan contoh
yang telah disetujui, harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan, selambat-
lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam, bila pemborong tidak mengindahkan, maka
bahan tersebut menjadi milik Pemberi Tugas.
3. Apabila bahan-bahan yang telah ditolak ternyata masih digunakan juga, maka
Pengawas/Pemberi Tugas berhak memerintahkan kepada Pemborong untuk
membongkarnya atau oleh pengawas dikeluarkan dari lapangan dan segala kerugian
akibatnya, sepenuhnya menjadi tanggungan pemborong.
4. Pemborong harus menyediakan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
ini sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar, baik dan sesuai
dengan rencana seperti yang disyaratkan dalan RKS ini. Perubahan- perubahan struktural
tidak dapat diperkenankan karena ketidak mampuan peralatan yang disediakan
Pemborong, kecuali bila ada persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas/pengawas lapangan.
5. Apabila bahan/material yang telah ditolak ternyata masih digunakan juga, maka
Pengawas/Pemberi Tugas berhak memerintahkan kepada Pemborong untuk
membongkarnya atau oleh Pengawas dikeluarkan dari lapangan dan segala kerugian
akibatnya, sepenuhnya menjadi tanggungan pemborong.
6. Pemborong harus menyediakan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
ini sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar, baik dan sesuai
dengan rencana seperti yang disyaratkan dalan RKS ini. Perubahan- perubahan
struktural tidak dapat diperkenankan karena ketidakmampuan peralatan
yang disediakan Pemborong, kecuali bila ada persetujuan tertulis dari
Pemberi Tugas/Pengawas.
BAB II

SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pasal 1
PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1 Lingkup Pekerjaan:


1. Pembersihan lapangan dan pembongkaran
Halaman atau lapangan kerja terutama dimana lokasi tempat bangunan harus dibersihkan
terlebih dahulu dari pembongkaran bangunan lama.
2. Pengukuran dan pemasangan bowplank
3. Mobilisasi peralatan dan material
4. Papan nama proyek
5. Administrasi dan dokumentasi
1.2 Bahan-Bahan:
1. Pembersihan lapangan dan pembongkaran
a. Bahan urugan pembersihan lapangan dan pembongkaran dapat berupa tenaga manusia
atau hanya menggunakan alat seperti cangkul.
2. Pengukuran dan pemasangan bowplank
a. Balok kayu 5/7 kayu meranti
b. Paku biasa
c. Papan 3/20 kayu meranti
3. Mobilisasi peralatan dan material
4. Papan nama proyek
5. Administrasi dan dokumentasi
1.3 Syarat-syarat pelaksanaan
1. Pekerjaan pembersihan lapangan dan pembongkaran
a. Sebelum memulai pekerjaan,pihak kontraktor terlebih dahulu membuat direksi
keet dan pagar pembatas barulah pembongkaran bangunan eksisting
dilaksanakan,sehingga pihak kontraktor haruslah merencanakan metode
pembongkaran yang tepat dengan mempertimbangkan kondisi yang
ada,supaya kegiatan akan berjalan sebagaimana biasanya.
b. Metode pembongkaran haruslah dipertimbangkan dengan baik,termasuk tata
penyusunan bekas-bekas bongkaran,penumpukan material bongkaran,dan
pembuangan.
c. Selama pelaksanaan pekerjaan penyedia jasa harus tetap memelihara
pekerjaan sedemikian rupa sehingga bebas dari tumpukan sisa bangunan,
kotoran-kotoran, sampah- sampah dan lain-lain akibat adanya kegiatan proyek
sehingga seluruh system tetap dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
d. Bila Penyedia jasa tidak melaksanakan pembersihan akhir pekerjaan, maka
Penyedia Jasa penyedia jasa berhak tidak akan menyetujui pembayaran
anggaran sampai pekerjaan tersebut dilaksanakan
2. Pekerjaan pengukuran dan pemasangan bowplank
a. Posisi bouwplank haruslah tetap utuh meskipun terkena ganggunan cuaca seperti
hujan, jangan sampai rusak karena tertimpa atau tersinggung oleh pekerja.
b. Bouwplank hendaklah diletakkan pada jarak yang cukup dari posisi penggalian
tanah untuk pondasi.
c. Bouwplank harus mampu menunjukkan titik titik batas pada bangunan.
d. Sisi bagian atas bowplank mestinya ada di satu bidang dengan papan bowplank jika
di lihat horizontal (sejajar).
e. Letak bouwplank harus selalu sama dan seragam agar arah hadapnya tertuju ke
dalam batas bangunan.
3. Pekerjaan mobilisasi peralatan dan material

a. Mendatangkan (mobilisasi) alat alat berat dan mengembalikannya kembali


(demobilisasi)
b. Pemberitahukan dan permintaan persetujuan terhadap jenis / kapasitas excavator
yang akan digunakan kepada konsultan pengawas lapangan oleh kontraktor
c. Sebelum dilakukan mobilisasi, kontraktor harus memberitahukan dan meminta
persetujuan terhadap jenis / kapasitas excavator yang akan digunakan kepada
konsultan pengawas lapangan.
d. Segala resiko yang diakibatkan oleh pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi menjadi
tanggung jawab kontraktor.

4. Papan nama proyek

a. Papan nama berukuran 60 x 120 cm dan dipasang pada tempat yang dapat terlihat
langsung oleh masyarakat.
b. Ijin Bangunan
c. Membayar retribusi ijin bangunan sebesar 1% dari nilai kontrak.

5. Administrasi dan dokumentasi

Pasal 2
PEKERJAAN TANAH

2.1 Lingkup Pekerjaan:


6. Pekerjaan galian
Pekerjaan galian tanah untuk pondasi setempat dan pondasi bore pile, Saluran air serta
bagian-bagian yang ditunjukkan dalam gambar.
7. Pekerjaan urugan
a. Urugan tanah bekas lubang galian untuk pekerjaan urugan kembali untuk pondasi dan
lantai kerja keramik.
b. Urugan pasir di bawah pondasi
2.2 Bahan-Bahan:
6. Urugan tanah
b. Bahan urugan tanah berupa tanah urug bersih dari kotoran, humus dan organism
lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan kepadatan urugan itu
sendiri.
c. Tanah urug dapat menggunakan tanah dari bekas galian.
d. Urugan harus dipadatkan lapis demi lapis dengan alat pemadat yang disetujui Direksi.
7. Pasir
Pasir urug harus berbutir, bergradasi tidak seragam dan tidak boleh bercampur dengan materi
tanah.
8. Umum
Semua bahan urugan yang akan digunakan berupa tanah atau pasir. dan sebelum digunakan
harus ada ijin dari direksi.
2.3 Syarat-syarat pelaksanaan
3. Pekerjaan Galian
e. Kedalaman galian saluran minimal sesuai dengan gambar.
f. Galian tanah untuk lubang pondasi, kedalamannya harus mencapai tanah keras atau
sekurang-kurangnya sesuai dengan gambar.
g. Lubang galian harus cukup lebar guna mendapatkan ruang kerja yang cukup dan sisi-
sisinya tidak mudah longsor. Pada galian tanah yang mudah longsor, kontraktor harus
mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang penahan atau cara lain yang
disetujui direksi.
h. Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas-bekas akar pokok kayu,
longsoran atau benda-benda yang dapat mengganggu konstruksi padat.
i. Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan lain di dalam
galian harus dihindarkan dari genangan air. Untuk itu kontraktor harus menyediakan
pompa air dengan jumlah yang cukup untuk menunjang kelancaran pekerjaan tersebut.
4. Pekerjaan Urugan
a. Bila pondasi sudah cukup mengeras, maka pengurugan dapat dilakukan, yaitu
pengurugan sisi bagian samping pondasi dengan tanah bekas galian.
b. Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan dengan cara setiap lapis dengan ketebalan
setiap lapis ±25 cm dan dipadatkan dengan steamper atau vibro.
c. Tanah yang akan diurug harus dalam keadaan terurai, bukan merupakan bongkahan-
bongkahan tanah agar mudah dipadatkan.
d. Tanah bongkahan tidak diijinkan untuk mengurug, disebabkan apabila terkena air tanah
dan terurai mudah menjadi penurunan lantai.
e. Dalam pelaksanaan pengurugan terutama pasir di bawah lantai dan area parkir,
konraktor harus memperhatikan tingkat kepadatannya, sehingga tidak akan terjadi
penurunan akibat konsolidasi urugan.

Pasal 3
PEKERJAAN PONDASI

19.1. Lingkup Pekerjaan


Yang termasuk dalam pekerjaan pondasi ini adalah :
1. Pembuatan pondasi Borepile sesuai dengan gambar diameter 800 mm
2. Pondasi sengkang dimensi dan penulangannya disesuaikan dengan gambar.

19.2. Persyaratan Umum


1. Semua bahan-bahan yang dipergunakan harus memenuhi peraturan-peraturan atau
normalisasi-normalisasi yang berlaku di Indonesia
2. Batu kali/batu pecah yang digunakan dari jenis yang keras, tidak berpori,tidak berkulit
dengan minimal tiga (3) muka pecahan.
3. Pasir untuk bahan adukan adalah pasir beton.

19.3. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan


a. Penggalian
1. Penyedia barang dan jasa harus melakukan pengukuran untukmenetapkan lokasi dan
elevasi lubang-lubang pondasi sesui dengangambar kerja, hasil pengukuran harus
disetujui oleh Pengawassebelum melanjutkan pekerjaan berikutnya.
2. Pergeseran as pondasi yang direncanakan maksimum 5 cm ke segalaarah. Dasar
pondasi harus horisontal. Deviasi maksimum 5 cm.
3. Penggalian lubang pondasi harus dikerjakan secara terus menerussampai mencapai
elevasi yang dipersyaratkan dan harus mendapatpersetujuan tertulis yang
ditandatangani oleh Konsultan Pengawas.
4. Material lepas dan lumpur harus dibersihkan dan dalam lubang pondasilubang harus
bersih setiap saat.

b. Pengendalian mutu pondasi borepile


1. Kondisi tanah
Pengendalian mutu pondasi borepile harus dimulai denganpengetahuan kontraktor yang
cukup baik mengenai tanah di manakonstruksi hendak dilaksanakan. Kondisi tanah
mudah longsor sepertiadanya pasir lepas atau medium mengharuskan kontraktor
untukmemobilisasi peralatan ekstra. Penyimpangan yang jauh dari kondisitanah yang
diharapkan harus dilaporkan oleh Konsultan Pengawas,karena berarti dapat saja
terjadi perbedaan dalam daya dukung tanahyang dapat mempengaruhi kinerja
pondasi.Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Konsultan Pengawas dankhususnya
kontraktor adalah :
a. adanya lapisan tanah pasir di bawah muka air tanah.
b. Adanya kerikil dan boulder
c. Muka air tanah.

c. Pengendalian galian borepile


Konsultan Pengawas mutu yang diperlukan untuk lubang galian adalah pemeriksaan
alignment yang terakhir, jenis tanah yang diperoleh dan pembersihan dasar borepile.
Konsultan Pengawas wajib mengadakan klarifikasi keadaan lapangandalam bentuk
format pemeriksaan tersendiri dan harus dilaporkandalam forum rapat pengendalian dan
koordinasi proyek.

d. Pemeriksaan mutu beton


1. Beton untuk pondasi borepile harus menggunakan campurandengan nilai slump
tertentu. Campuran yang terlalu kental akanmengakibatkan penggumpalan dan dapat
membentuk lubang sehingga daya dukung pondasi berkurang. Umumnya nilai slump
yang baik berkisar antara 15 – 18 cm.
2. Pengisi pondasi borepile menggunakan campuran mutu beton Fc’ =30 Mpa.

e. Penggalian borepile
1. Penyedia barang dan jasa harus melakukan pengukuran untuk menentukan lokasi dan
elevasi lubang borepile sesuai dengan gambar kerja, hasil pengukuran ini harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Penyedia barang dan jasa harus melakukan penggalian dengan alat berat. Penggalian
secara terus menerus sampai mencapai lapisan tanah yang dipersyaratkan oleh
Perencana yang sesuai dengan hasil penyelidikan tanah. Penghentian penggalian
harus mendapat persetujuan tertulis dan ditandatangi oleh Konsultan Pengawas.
3. Penyedia barang dan jasa diwajibkan menjaga dinding borepile darikelongsoran
selama pekerjaan Penyedia barang dan jasa berlangsung. Penggalian harus
menggunakan casing dengan diameter sesuai dengan diameter pondasi borepile.
Casing diambil kembali ketika pengecoran pondasi borepile sudah selesai, dan
campuran betonmasih dalam keadaan basah. Segala akibat kelongsoran dinding
lubang borepile menjadi tanggungjawab Penyedia barang dan jasa sepenuhnya.
4. Penyedia barang dan jasa harus menjaga agar lubang borepile yang terjadi harus
tegak lurus vertikal, pergeseran titik pusat borepile dari yang direncanakan
maksimum 5 cm sebagai arah deviasi terhadapketegak lurusan maksimum 2 cm pada
kedalaman 3 m pertama dan selanjutnya maksimum 1 cm tiap tambahan kedalaman 3
m.
5. Besar diameter dan kebersihannya akan diperiksa oleh Konsultan Pengawas. Bila
syarat-syarat tersebut sudah terpenuhi, maka ijintertulis untuk pengecoran dapat
diberikan oleh Konsultan Pengawas.
6. Dasar pondasi borepile yang direncanakan terletak pada elevasi yang disesuaikan
dengan tipe pondasi. Hal ini untuk mengantisipasi adanya kegagalan geser tanah.
Penyedia barang dan jasa harus melakukan pemeriksanaan terhadap contoh galian
tanah dari hasil penggalian untuk mengontrol kondisi leyer tanah.
7. Dasar pondasi borepile yang direncanakan harus masuk kedalaman tanah keras.

f. Persyaratan-persyaratan pekerjaan sengkang dan plat


1. Semua pekerjaan beton tumbuk antara lain untuk lantai kerja.
2. Semua pekerjaan beton bertulang yang menurut sifat konstruksinya merupakan
struktur utama antara lain: sengkang, plat, dan tie beam.
3. Semua pekerjan yang dilakukan sebelum, selama dan sesudah penggalian yaitu
pekerjaan:
- Pembuatan cetakan,
- Persiapan dan pemasangan penulangan/stek-stek
- Pengecoran
- Pemeliharaan & pembukaan cetakan

g. Pengecoran
1. pengecoran baru boleh dimulai setelah ada persetujuan tertulis dan ditandatangani
oleh Konsultan Pengawas.
2. Campuran beton harus diaduk dengan mesin pengaduk (beton mollen) sekurang-
kurangnya 5 menit setelah semua bahan-bahan dimasukkan ke dalam drum pengaduk.
Setelah pengadukan selesai, adukan betonharus memperlihatkan susunan dan warna
seragam.
3. Perbandingan campuran harus sesuai dengan yang diperlukan untuk menghasilkan
mutu beton yang dipersyaratkan.
4. Angka dalam perbandingan adukan menyatakan takaran dalam isi yang ditakar dalam
keadaan kering tanpa digetarkan.
5. Kapasitas mesin pengaduk dan material yang tersedia di lokasi pekerjaan harus cukup
untuk dapat melaksanakan pengecoran terus menerus untuk satu lubang pondasi.
6. Penuangan adukan beton ke dalam lubang, di mana terdapat muka air tanah yang
cukup tinggi, maka air tersebut harus dipompa keluar hingga kering. Setelah itu
dilakukan pengecoran melalui corong (tremiepipe) secara terus menerus sambil
menjaga agar ujung corong selalu berada di dalam beton.
7. Campuran beton selalu dibuat untuk memenuhi sifat-sifat yang minimum
compressive strength dari mutu beton (untuk pondasi borepile) = 30 Mpa. Untuk
sengkang dan sloof mutu beton 25 Mpa.
8. Penyedia barang dan jasa harus selalu menjaga agar pengecorandapat dilakukan terus
menerus dan mengisi seluruh rongga yang ada dengan padat sehingga menjamin
keutuhan bentuk dari pondasi borepile tersebut.
9. Persyaratan-persyaratan lainnya untuk penggalian harus mengikuti persyaratan
pengecoran.

h. Baja Tulangan
1. Mutu baja yang digunakan adalah BJTD 40 untuk diameter > 13 mmdan BJTP 24
untuk diameter < 13mm.
2. Untuk setiap pengiriman baja dilakukan pengujian diameter dan mutudengan hasil
yang ditandatangani oleh Konsultan Pengawas sebagai dasar penerimaan material.
3. Pemasangan dan pengikatan dari baja dilakukan pada keadaan normal.
4. Pemotongan dan pengikatan sesuai dengan kondisi yang ada pada gambar.
5. Penyedia barang dan jasa harus membuat detail shop drawing dengan skala untuk
disetujui oleh Konsultan Pengawas dalam pelaksanaannya.
6. Semua baja pada pekerjaan beton ini permukaannya harus bersih darilarutan-larutan,
bahan-bahan atau material yang dapat memberikan akibat pengurangan ikatan antara
beton dan baja.
7. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga selama dan sebelum pengecoran
tulangan baja tidak berubah tempat.
8. Penahan-penahan jarak pembentuk balok-balok persegi atau gelang-gelang untuk
menjaga ketebalan tebal penutup (selimut) beton harus dipasang sebanyak minimum
4 buah tiap m2 cetakan atau lantai kerja.
9. Jumlah luas, jenis/tipe maupun mutu dari baja tulangan harus sesuai dengan gambar
rencana.

i. Penyelesaian
1. Penyedia barang dan jasa harus membersihkan kembali daerah yang telah selesai
dikerjakan terhadap segala kotoran, sampah bekasadukan, bobokan, tulangan dan
lain-lain.
2. Kelebihan tanah bekas galian pondasi dan bobokan maupun material yang tidak
diperlukan lagi harus dibawa ke luar proyek atau ke tempat lain dengan persetujuan
Konsultan Pengawas.
3. Penyedia barang dan jasa harus tetap menjamin susunan tanah pada daerah sekitar
pondasi terhadap kepadatannya maupun terhadap peilsemula.
4. Pada pelaksanaan pembersihan, Penyedia barang dan jasa harusberhati-hati untuk
tidak mengganggu setiap patok-patok pengukuran,pipa-pipa atau tanda-tanda lainnya

Pasal 4
PEKERJAAN BETON

1. Ruang Lingkup pekerjaan beton meliputi :


▪ Pondasi Tapak Beton mutu min. K-275
▪ Sloef Beton mutu min. K-275
▪ Rabat Beton Lantai mutu min. K-175
▪ Beton Lantai dan Dak Mutu min. K-275
▪ Lantai kerja.

2. Persyaratan mutu material penyusun beton


a. Agregat halus.
Agregat halus atau pasir untuk pekerjaan beton harus berbutir keras, bersih dari
kotoran, zat kimia dan bersudut tajam. Susunan bagian-bagian butir harus memenuhi
persyaratan.
b. Agregat kasar.
Agregat kasar adalah batu pecah (split) dengan ukuran maximum 3 cm yang
mempunyai bidang pecah minimal 4 buah dan mempunyai bentuk lebih kurang
seperti kubus. Batu pecah diperoleh dari batu keras, bersih dari kotoran yang dapat
mengurangi kekuatan dan mutu beton. Susunan bagian-bagian butir harus memenuhi
persyaratan dalam peraturan PBI 1971.

c. Semen
 Bahan semen yang digunakan harus merupakan semen yang berkualitas
bagus dan berasal dari satu sumber yang telah disetujui oleh Pengawas/Pemberi
kerja.
 Jenis semen yang mempunyai sifat cepat mengeras atau mempunyai
sifat ekstra cepat mengeras.

d. Baja tulangan
 Besi untuk tulangan beton yang akan digunakan dalam pekerjaan ini
adalah baja U-32 (minimal yield-stress 3200 kg/cm2) untuk ulir dan baja U-24
(minimal yield-stress 2400 kg/cm2) untuk polos dengan diameter tulangan seperti
yang ditentukan pada gambar kerja. Setiap pengiriman sejumlah besi tulangan ke
proyek harus dalam keadaan baru.

 Untuk passenger bridge menggunakan wiremesh diameter 12 atau


sesuai dengan gambar disain dan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas dan Pemberi pekerjaan.

3. Pelaksanaan Pekerjaan Beton


.
a. Cetakan/Bekisting
 Bekisting deck on pile digunakan dari kayu bermutu baik yang rata yang dipasang
konstruksi yang akan dikerjakan dan disesuaikan minimal sesuai dengan dimensi
struktur beton yang ada digambar rencana.
 Pekerjaan bekisting harus sedemikian rupa sehingga hubungan antara papan
bekisting terjamin rapat

b. Pekerjaan baja tulangan.


 Gambar rencana kerja untuk baja tulangan meliputi pembengkokan, sambungan dan
penghentian dibuat oleh Kontraktor /pemborong yang diajukan kepada Pengawas
untuk mendapat persetujuan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. Semua detail
harus memenuhi persyaratan yang dicantumkan dalam gambar rencana kerja,
syarat-syarat yang harus diikuti menurut PBI 1971.
 Diameter-diameter pengenal harus sama seperti dalam gambar kerja, bilamana
diameter tersebut harus diganti,maka sebelum melakukan perubahan-perubahan
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu Pengawas.
 Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana, dan harus
dijaga antara tulangan dengan bekisting untuk mendapatkan tebal selimut beton
(beton dekking) sesuai dengan gambar. Semua tulangan harus diikat dengan baik
dan kokoh dengan kawat bendrat sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu
pengecoran.
 Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya
sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang
dari yang disyaratkan. Toleransi yang diperkenankan untuk penyimpangan terhadap
bidang horizontalnya adalah 4 mm.
 Sebelum melakukan pengecoran semua tulangan harus diperiksa terlebih dahulu
untuk memastikan ketelitian penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan
perbaikan bilamana perlu.
 Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa atau disetujui oleh
Pengawas.

c. Pekerjaan pengecoran beton.


 Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan material serta tenaga yang
diperlukan sudah harus siap dan cukup untuk suatu tahap pengecoran sesuai dengan
rencana yang sebelumnya disetujui Pengawas.
 Pemborong/Kontraktor diperkenankan untuk menggunakan beton ready mix
dengan persyaratan sesuai mutu beton yang dipersyaratkan diatas.
 Sebelum pengecoran dimulai, Pemborong/Kontraktor harus mempersiapkan
semua peralatan, material dan tenaga yang diperlukan serta cukup untuk satu tahap
pengecoran sesuai dengan rencana yang sebelumnya disetujui oleh Pengawas.
 Segera setelah beton dituangkan kedalam bekisting, adukan harus dipadatkan
dengan concrete vibrator yang jumlah harus mencukupi. Penggetaran dengan
concrete vibrator dapat dibantu dengan pencocokan, apabila dengan concrete
vibrator tidak mungkin dilakukan dan harus mendapat persetujuan dari Pengawas
terlebih dahulu.
 Selama waktu pengerasan, beton harus dihindarkan dari pengeringan dan
melindunginya dengan menggenangkan air diatas permukaannya atau ditutup
dengan karung-karung yang senantiasa dibasahi dengan air, terus menerus selama
paling tidak 10 hari setelah pengecoran.
 Apabila cuaca meragukan, sedangkan Pengawas tetap menghendaki agar
pengecoran tetap harus dilakukan, maka pemborong.Kontraktor harus menyediakan
alat pelindung/terpal yang cukup untuk yang sudah atau yang belum dicor.
Pengecoran tidak diijinkan selama hujan lebat atau suhu udara naik hingga diatas
32 0C.
 Tebal beton penutup (beton decking) dalam segala hal harus disesuaikan dengan
gambar. Untuk itu perlu dipasang decking dari beton dengan mutu sama dengan
mutu beton dengan tinggi 10 cm dan 8 cm. Penempatan/ pemasangan decking harus
kokoh, sehingga terjamin tidak berubah tempat pada waktu pengecoran.
 Slump yang diperkenankan adalah ±10 cm dan faktor air semen (fas) maksimum
0,45. Pengambilan-pengambilan contoh di atas dilakukan atas petunjuk pengawas.
Kubus-kubus yang telah diambil harus dijaga agar dapat mengeras dengan baik.
Demikian pula kubus beton yang diambil selama pengecoran harus diuji kekuatan
tekannya di laboratorium yang dapat disetujui pengawas dan hasilnya dilaporkan
secara tertulis kepada pengawas untuk dievaluasi. Bilamana hasil pengujian
menunjukkan mutu beton karakteristik kurang dari yang disyaratkan, Pemborong
diwajibkan untuk mengadakan perkuatan untuk penyempurnaan konstruksi dengan
biaya Pemborong.
 Untuk menambah mutu beton (menjadikan beton kedap air/ mengurangi porositas
beton, mengurangi pemakaian air dalam campuran beton, meningkatkan tegangan
karakteristik beton dll.), dapat ditambahkan bahan additive seperti Cement additive
atau Concrete admixture. Dapat pula ditambahkan bahan campuran beton berupa
serat polypropylene murni yang dapat mengontrol retak yang disebabkan oleh
muai dan susut karena panas, Meningkatkan daya tahan terhadap kejut, mengurangi
permeabilitas dan menambah daya tahan beton.

d. Air Kerja.
 Air yang digunakan untuk adukan beton harus bebas dari asam, garam, bahan
alkali dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.
 Air yang akan dipakai untuk pekerjaan beton, membasahi dan lain-lain harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas.

Pasal 5
PEKERJAAN ATAP
DAN PENUTUP ATAP

5.1 Lingkup pekerjaan:


Lingkup pekerjaan atap adalah sebagai berikut:
1. Gording, Nok & Balok tembok
2. Pekerjaan reng & usuk
3. Pekerjaan List plank
4. Pekerjaan penutup atap
5. Pekerjaan bubungan
5.2 Bahan-bahan:
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi atap adalah rangka kayu dengan
berbagai macam ukuran yang digunakan, yaitu
1. Gording, NOK, dan balok tembok menggunakan kayu Meranti ukuran 8/12
2. Lisplank menggunakan kayu Meranti ukuran 2/20.
5.3 Syarat-Syarat Pekerjaan :
1. Penutup atap
Penutup atap menggunakan genteng karang pilang.
2. Bubungan
Bubungan atap menggunakan genteng beton.
3. Rangka atap
a. Pembuatan dan pemasangan reng pada gedung menggunakan rangka atap kayu..
b. Pada konstruksi ini juga menggunakan usuk dan reng.
Pasal 6
PEKERJAAN DINDING

6.1 Lingkup pekerjaan:


Lingkup pekerjaan dinding adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan dinding
2. Plesteran
3. Acian
6.2 Bahan-bahan:
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi dinding adalah rangka kayu dengan
berbagai macam ukuran yang digunakan, yaitu
1. Batu bata/batako
2. Pasir pasang
3. PC
6.3 Syarat-Syarat Pekerjaan :
1. Untuk pasangan dinding dipakai spesi 1 PC : 4 Ps. Untuk trasraam dipakai spesi
1 PC : 3 Ps.
2. Ketinggian trasraam dari permukaan sloof minimal adalah 30 cm. Kecuali kamar
mandi termasuk daerah rawa atau mengandung air, maka ketinggian trasraam
adalah 1.5 m.
3. Ketinggian per-hari dalam pemasangan dinding batu bata/batako untuk menjaga
kekuatan dinding batu bata/batako adalah 1.5 m.
4. Bidang dinding yang luasnya lebih besar 12 m² harus ditambahkan kolom praktis
dengan tulangan besi minimal 4 Ø 12 mm, beugel Ø 6 dengan jarak 15 cm.
5. Bagian pasangan batu bata/batako yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek Ø 10 mm, jarak 50 cm,
yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan
bagian yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm, kecuali
ditentukan lain.

Pasal 7
PEKERJAAN PINTU
DAN JENDELA

7.1 Lingkup pekerjaan:


Lingkup pekerjaan dinding adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan kusen
2. Daun pintu
3. Daun jendela
4. Trails
7.2 Bahan-bahan:
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan pintu dan jendela adalah rangka kayu dengan
berbagai macam ukuran yang digunakan, yaitu
1. Alumuniun dan kaca
Daun jendela dibuka keluar dengan engsel diletakkan di ambng atas, ketebalan kaca
jendela adalah minimal 5 mm warna bening
2. Pemasangan teralis
Desain teralis cukup rapat dan kuat untuk meningkatkan keamanan
7.3 Syarat-Syarat Pekerjaan:
Pekerjaan kusen dan daun jendela dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan gambar bila
diinginkan sesuai dengan petunjuk pengawas lapangan/direksi teknis.
Pasal 8
PEKERJAAN
PENGGANTUNGAN
DAN PENGUNCI
8.1 Lingkup pekerjaan:
Lingkup pekerjaan dinding adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan engsel
2. Handle
3. Hak angin
4. penggantung
5. pengunci
8.2 Bahan-bahan:
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan penggantung dan pengunci adalah rangka kayu
dengan berbagai macam ukuran yang digunakan, yaitu
1. engsel
2. handle
3. hak angin
4. Pengunci
8.3 Syarat-Syarat Pekerjaan:
1. Semua kunci, engsel harus dilindungi dan dibungkus plastik atau tempat aslinya
setelah dicoba. Pemasangannya dilakukan setelah bangunan selesai dicat
2. Sekrup-sekrup harus cocok dengan barang yang dipasang, dilarang memukul
sekrup, cara mencocokkannya hanya diputar sampai ujung, sekrup yang rusak
waktu dipasang harus dicabut kembali dan diganti.
3. Engsel untuk pintu dipasang 30 cm dari tepi atas dan bawah, sedangkan untuk
engsel ke 3 (tiga) dipasang di tengah-tengah.
4. Semua kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu,
dipasang setinggi 90 – 100 cm dari lantai atau sesuai gambar. Jenis kunci tanam
yang digunakan adalah kunci tanam besar.
5. Untuk daun pintu yang membuka ke dalam menggunakan engsel kupu
sedangkan yang membuka keluar agar mengunakan engsel H.

Pasal 9
PEKERJAAN PLAFON
9.1 Lingkup pekerjaan:
Lingkup pekerjaan dinding adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan plafon
2. List plafon
9.2 Bahan-bahan:
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan plafon adalah rangka kayu dengan berbagai
macam ukuran yang digunakan, yaitu
1. Hollow 2/4 tebal 0,30 mm sebagai rangka plafond
2. penutup plapond dari jenis Gypsumboard dengan ketebalan 9 mm
9.3 Syarat-Syarat Pekerjaan:
1. Perhatikan letak titik lampu dan bentuk rumah lampu (armature) saat memasang
rangka plafon.
2. Rangka menggunakan aluminium persegi (hollow).
3. Hasil akhir dari pemasangan harus rata, lurus.
Pasal 10
PEKERJAAN LANTAI
10.1 Lingkup pekerjaan:
Lingkup pekerjaan dinding adalah sebagai berikut:
1. Pemadatan tanah
2. Pembuatan lantai kerja
3. Pemasangan lantai
4. Pengecoran lantai
10.2 Bahan-bahan:
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan lantai adalah rangka kayu dengan
berbagai macam ukuran yang digunakan, yaitu
1. Untuk semua pekerjaan lantai menggunakan keramik ukuran 50 x 50
kecuali pada kamar mandi dan teras menggunakan keramik ukuran 30
x 30.
2. Pasir pasang
3. Pasir cor
10.3 Syarat-Syarat Pekerjaan:
1. Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan di-sub lantai
harus dipadatkan sehingga terdapat permukaan yang rata dan untuk
memperoleh daya dukung tanah yang maksimal, dipergunakan alat timbris
(pemadat).
2. Pasir urug di bawah lantai disyaratkan harus pasir yang keras, bersih dan bebas
alkali, asam maupun bahan organik lainnya dengan tebal minimal 10 cm atau
sesuai dengan gambar dan disiram dengan air kemudian dipadatkan untuk
memperoleh kepadatan yang maksimal. Setelah pekerjaan pasir urug selesai
maka harus dilakukan penyemprotan obat anti rayap.
3. Di atas pasir urug diberi adukan rabat beton setebal 5 cm dengan campuran 1
PC : 3 Ps : 5 Kr.
4. Adukan pengikat lantai keramik menggunakan PC. Adukan harus cukup padat
sehingga di permukaan bawah keramik tidak terdapat rongga udara.
5. Untuk menghindari terjadinya “ledakan” pada lantai keramik maka sebelum
keramik dipasang terlebih dahulu harus direndam dalam air.
6. Bidang lantai keramik yang dipasang harus benar-benar rata.
7. Bahan keramik yang telah terpasang dihindarkan dari injakan selama 3 x 24 jam
setelah pemasangan.
8. Lebar nat maksimum 5 mm membentuk garis lurus atau sesuai dengan gambar,
nat diisi dengan bahan pengisi berwarna/ grouting semen berwarna. Pemberian
nat dilakukan minimal setelah 3 x 24 jam setelah pemasangan keramik.
9. Pada sambungan dinding dan lantai keramik harus dipasang plin dengan tinggi
10 cm.

Pasal 11
PEKERJAAN PENGECATAN

11.1 Lingkup pekerjaan:


Lingkup pekerjaan dinding adalah sebagai berikut:
1. Pengecatan dinding
2. Plafon
3. Listplank
4. Kusen
5. Daun pintu
6. Jendela
11.2 Bahan-bahan:
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan pengecatan adalah rangka kayu dengan berbagai
macam ukuran yang digunakan, yaitu
1. Cat meni kayu
2. Plamir
3. Cat minyak
4. Cat meni tembok
5. Cat dasar kayu
6. Cat dasar tembok
7. Cat tembok biasa Nippon
11.3 Syarat-Syarat Pekerjaan:
1. Sebelum dicat permukaan dinding harus di plamur rata dan halus.
2. Pekerjaan plamur dilakukan sampai pori-pori permukaan dinding tertutup rapat.
3. Pekerjaan pengecatan dinding dilaksanakan setelah pemasangan plafon.
4. Pekerjaan pengecatan dinding harus merata, berwarna sama dan setelah
mengering tidak mengelupas.
5. Urutan pekerjaan pengecatan dengan cat pada permukaan plafon sebagai
berikut:
 Bidang plafon dibersihkan dan diplamur sebelum dipasang.
 Pengecatan plafon harus merata, berwarna sama dan setelah mengering
tidak mengelupas

Pasal 12
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

12.1 Lingkup pekerjaan:


Lingkup pekerjaan elektrikal adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan lampu plafond
2. Pemasangan stop kontak, saklar, dan sekring
3. Pemasangan MCB
12.2 Bahan-bahan:
1. Persyaratan umum
Bahan-bahan yang akan dipasang harus baru dan memenuhi persyaratan-persyaratan bahan
yang berdasarkan PUILL 1987, syarat–syarat LMK dan peraturan-peraturan setempat atau
peraturan standar internasional yang berlaku.
2. Bahan dan peralatan untuk sistem distribusi daya listrik.
a. Panel tegangan rendah serta kelengkapannya.
b. Sirkuit breaker harus merk yang mendapatkan sertifikat PLN atau LMK.
c. Panel dilengkapi pilot lamp. Warna merah, kuning dan hijau untuk fase R,S,T dan
dilengkapi sekering kecil untuk masing-masing lampu.
d. Kabel-kabel tegangan rendah dengan jenis dan ukuran yang sesuai yang dinyatakan
dalam gambar dengan merk sekualitas Focus atau yang skualitas (bersertifikat LMK).
e. Semua bahan dan peralatan harus baru dan sesuai dengan syarat-syarat yang dimaksud
dalam gambar dan RKS dan terlebih dahulu diajukan contoh-contoh atau brosur-brosur
dan shop drawing.
3. Kabel-kabel untuk instalasi penerangan
a. Kabel-kabel instalasi dari kualitas produksi dalam negeri.
b. Merk adalah Focus atau yang semuanya bersertifikat LMK dan telah disetujui oleh
direksi.
c. Jenis dan ukuran sesuai yang dinyatakan dalam gambar.
4. Pipa-pipa kabel dan persilangan
a. Pipa kabel yang digunakan pipa PVC dengan ukuran yang sesuai atau minimal
diameter 5/8” dan 2” atau secukupnya untuk kabel tanam dan tidak boleh ada
sambungan kabel didalamnya. Khususnya untuk kabel tertentu (kabel pembagi) di
dekat panel digunakan pipa galvanize.
b. Persilangan-persilangan pipa disambung dengan T doos dengan bahan PVC dilengkapi
dengan tutupnya.
c. Sambungan kabel pada persilangan ditutup dengan dop bahan keramik atau PVC.
5. Saklar dan stop kontak
a. Armateur-armateur saklar dan stop kontak merk Vimar atau yang sekualitas.
b. Doos digunakan tipe inbouw (tertanam dalam dinding) dengan bahan plastik yang
khusus yang khusus untuk itu yaitu hubungan doos dengan saklar tertutup.
6. Titik lampu untuk instalasi penerangan
a. Armateur-armateur lampu produksi dalam negeri dan telah mendapatkan persetujuan
direksi, macam, jenis dan ukuran-ukuran daya sesuai yang dinyatan dalam gambar.
b. Semua bahan-bahan adalah harus baru dan sesuai dengan syarat-syarat yang dimaksud
dalam gambar dan terlebih dahulu diajukan contoh, brosur dan shop drawing dan harus
diserahkan kepada direksi, 30 (tiga puluh) hari sebelum pemasangan.
c. XL
- Kotak lampu: terdapat dari plat tebal minimum 0,7 mm cat dasar tahan karat,
kemudian cat akhir dengan warna putih.
- Reflector : sama dengan spesifikasi kotak lampu.
- Fitting : merk Star dan sekualitas.
- Tabung Lampu : Tipe Cool White Toshiba atau Philips.
- Ballast : Ballast Ten atau sekualitas.
- Kondenssator : Kondensator merk Sanyo, Toshiba atau sekualitas dilengkapi dengan
sekering 1 A.
12.3 Syarat-Syarat Pekerjaan:
1. Persyaratan umum
a. Gambar rencana
Gambar rencana menunjukan tata letak secara umum dari peralatan-peralatan yaitu
panel-panel, dll. Penyesuaian harus dilaksanakan di lapangan, jarak-jarak dan
ketinggian ditentukan oleh kondisi di lapangan.
b. Gambar pelaksanaan
Gambar pelaksanaan yang dibuat oleh instalasi harus diserahakan kepada direksi
setelah pekerjaan selesai, dengan catatannya.
Gambar-gambar untuk pengajuan ke PLN dan gambar jaringan terpasang, dibuat oleh
kontraktor berdasarkan gambar rencana. Perubahan atas gambar-gambar rencana harus
melalui persetujuan direksi, setelah ada pengajuan tertulis dari kontraktor.
c. Standar dan peraturan pemasangan
Seluruh pekerjaan harus diselenggarakan mengikuti standar dalam peraturan umum
instalasi listrik 1987 dan standar internasional yang tidak bertentangan dengan PUIL
1987.
d. Instalator dan tenaga pelaksana
- Surat ijin bekerja harus masih berlaku bagi instalator adalah klasifikasi C, yang
harus dimiliki secara hak oleh kontraktor, satu copy dari surat ijin tersebut harus
diserahkan direksi.
- Kontraktor harus menempatkan secara penuh (full time) seorang koordinator yang
ahli dalam bidangnya, bepengalaman dalam pekerjaan dan serupa dan dapat
sepenuhnya mewakili kontraktor dengan predikat baik. Tenaga-tenaga pekerja harus
dipilih hanya yang berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan instalasi listrik
secara umum kuat, aman dan rapi.
2. Sistem distribusi daya listrik
Panel utama tegangan rendah dan sub panel
a. Bahan, dari plat baja tebal 2,3 mm, dicat tahan karat bagian luar dan dalam sebelum
dicat akhir dengan cat oven warna abu-abu.
b. Bentuk fisik panel induk dan sub panel, harus mempunyai pintu yang dapat dikunci dan
handle serta dapat dibuka/ tutup dengan mudah yang dilengkapi dengan:
- Lampu kecil untuk menunjukkan phase R,S,T berwarna merah, kuning dan hijau dan
saklar untuk mematikan, sesuai dengan daya yang dibutuhkan.
- Panel kecil induk setidak-tidaknya dipsang meter penunjuk Ampere dan Voltage.

c. Bus-bar
- Bus-bar netral dan bus-bar pentanahan dipasang pada posisi berseberangan (atas dan
bawah/ kiri dan kanan).
- Bus-bar diberi tanda untuk phase R,S,T nol dan pentanahan
- Bus-bar pentanahan (ground) dihubungkan dengan bagian-bagian yang harus tidak
bertegangan, antara lain: kotak panel atau benda-benda konduktif.
- Bus-bar yang menghantarkan arus listrik harus dilapisi dengan bahan yang mencegah
oksidasi antara lain “Silver Palted”.
d. Kabel-kabel
- Ujung-ujung kabel bekas (standar) harus mempunyai sepatu kabel (lug) tipe
compression yang sesuai dan ujung-ujung kabel harus masuk semua ke sepatu kabel.
3. Instalasi penerangan
a. TL dan Armateurnya
TL dan armateur harus sesuai dengan yang dimaksud dalam gambar.
- Semua armateur TL yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal pertanahan
(grounding) dan ditanamkan dengan kabel warn kuning strip hijau (PUIL 1987, pasal
720 B.I.). Penyambungan kabel harus menggunakan terminal kabel.
- Semua lampu flour recent dan lampu discharge lainnya harus dikompensasi dengan
“Power Factor Correction Capacitor” yang cukup untuk mencapai power faktor
sekitar 80%-85%. Kapasitor/ kondensator harus dipasang paralel dan dilengkapi
dengan sekering kecil untuk menghindari bahaya kebocoran kapasitor (kondensator).
Satu TL menggunakan satu kondensator, satu ballast.

- Reflector harus mempunyai lapisan pemantul cahaya warna putih dengan derajat
pemantulan yang tinggi.

- Box tempat ballast, kapasitor (kondensator) dudukan starter dan terminal block harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak
mengganggu kelangsungan kerja dan umum, teknis komponen lampu itu sendiri.
Ventilasi dalam box harus dibuat dengan sempurna.

- Kabel-kabel dalam box harus diberikan saluran atau klem-klem tersendiri sehingga
tidak menempel pada ballast atau kapasitor (kondenssator). Penyambungan kabel
harus menggunakan terminal kabel.
b. Lampu XL
- Lampu XL dan fitting harus sesuai dengan yang dimaksudkan dalam gambar-gambar.
- Fitting lampu XL tersendiri dari fitting ebonite untuk daerah tidak berair dan fitting
WD untuk daerah berair.

c. Stop kontak (kontak-kontak)


- Seluruh stop kontak harus memiliki terminal phase netral dan pertanahan
(grounding).
- Pemasangan stop kontak tertanam dalam dinding (inbouw).
- Tinggi pemasangan stop kontak +150 cm, tinggi di bawah +50 cm harus
mempergunakan tutup/ kunci pengaman (WD).
- Semua stop kontak satu phase harus mempunyai rating 10 A/ 16 A – 250 V/ 380 V.
- Semua kotak-kotak/ stop kontak daya 1 phase dan 3 phase tipe splash proof/ dust
proof, dipasang satu meter dari lantai.
- Semua stop kontak daya harus menggunakan bushing.
- Kabel-kabel daya yang menuju kontak-kontak/ stop kontak dari bawah lantai/ kabel
trench harus dilindungi galvanized steel conduct pipe (pipa baja khusus instalasi yang
digalvanis dan diklem).

d. Kabel
- Kabel-kabel yang dipergunakan sesuai ukuran, jenis yang dinyatakan dalam gambar.
- Pemasangan jaringan kabel didalam beton atau dinding harus dilewatkan
dalam pipa dengan pertemuan sambungan pada T doos yang dapat dibuka.
- Penanaman pipa dilaksanakan sebelum beton dicor, atau sebelum dinding diplester.
- Tidak diijinkan adanya sambungan kabel didalam pipa.
- Pipa yang ditanam didalam beton diusahakan sewaktu proses pengecoran
beton tidak terjadi kebocoran, sehingga adukan beton cair masuk kedalam pipa atau
kerusakan lainnya akibat pelaksanaan pengecoran.
- Pipa yang ditanam pada dinding harus diklem dan kuat selama pelaksanaan pekerjaan
plesteran.
- Pemasangan jaringan kabel diatas plafond dapat dengan cara terbuka (tanpa melalui
pipa)
- Pemasangan jaringan terbuka, pada setiap jarak maksimal 1,00 m harus dipasang
pengikat dari porselen dan diikatkan dengan kencang serta kabel harus tegang.
- Kabel-kabel instalasi menggunakan warna-warna sesuai PUIL 1977 pasang 720 E.I,
yaitu:
Merah fasa R
Kuning fasa S
Hitam fasa T
Biru fasa Netral/nol
Kuning strip hijau untuk pentanahan/arde
e. Pengujian dan instalasi
- Kontraktor harus mempersiapkan peralatan, tenaga ahli dan fasilitas lainnya untuk
menyelenggarakan serangkaian pengujian terhadap material equipment, serta
instalasinya, untuk memperlihatkan bahwa seluruh pekerjaan sudah dilaksanakan
dengan baik, memenuhi segala persyaratan dan apa yang dimaksudkan. Semua
pengujian diselenggarakan atas biaya kontraktor.
- Pengujian berikut harus dilakukan untuk kabel instalasi, sebelum dan sesudah
dipasang: tes insulasi, tes kontinuitas, dengan disaksikan oleh Direksi dan dicatat
hasilnya.
- Sebelum pengujian diadakan antara lain pemeriksaan-pemeriksaan berikut:
 Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud.
 Pemeriksaan kekuatan mekanis.
 Pemeriksaan kontinuitas rangkaian

Pasal 13
PEKERJAAN SANITASI AIR
13.1 Lingkup pekerjaan:
Lingkup pekerjaan sanitasi air adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan wastafel
2. Kloset duduk dan shower
3. Pemasangan pipa air bersih
4. Pemasangan pipa air kotor
5. Bak kontrol
6. Sumur resapan
7. Septictank
8. Saluran air

13.2 Bahan-bahan:
1. Closed duduk Lux
2. Jet Washer
3. Floor Drain plastic
4. Kran air
5. Sumur resapan
6. Septictank + Resapan
13.3 Syarat-Syarat Pekerjaan:
1. Persyaratan umum
a. Pekerjaan wastafel
 Wastafel yang digunakan adalah wastafel meja produk standar, Kw 1,
tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat lainnya.
 Ketinggian dan konstruksi pemasangan harus disesuaikan dengan
gambar.
 Pemasangan harus baik, rapi tegak lurus dan dibersihkan dari semua
kotoran serta penyambungan instalasi plumbingnya tidak boleh ada
kebocoran.
b. Perlengkapan saniter
 Perlengkapan untuk toilet yaitu, tempat sabun, dan lain-lain seperti
ditunjukan dalam gambar, dipakai standar Kw 1 dan dipasang sesuai
gambar.
 Semua kran yang dipakai adalah Kw 1, dengan chromed. Ukuran
disesuaikan dengan keperluan masing-masing. Kran yang dipasang di
halaman harus mempunyai ulir, sedang kran yang digunakan pada bak
cuci menggunakan kran leher angsa.
 Stop kran yang dapat digunakan adalah KW 1 dari bahan kuningan.
 Floor drain dan clean out yang digunakan adalah Kw 1, metal vercroom
dengan siphon dan penutup berengsel untuk floor drain, dop vercroom
dengan draad untuk clean out.
 Floor drain yang dipasang telah diseleksi dengan baik, tanpa cacat. Pada
tempat-tempat yang akan dipasangi floor drain, penutup lantai harus
dilubangi dengan rapi, mengunakan pahat kecil dengan bentuk dan
ukuran sesuai ukuran floor drain tersebut.

Pasal 14
PEKERJAAN PLUMBING
14.1 Lingkup pekerjaan:
Lingkup pekerjaan sanitasi air adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan pipa air bersih dan kotor
2. Stop kran
3. Pipa hawa
4. Bak air fiberglass
14.2 Bahan-bahan:
1. Pipa PVC type D
2. Pipa besi galvanis
3. Kran
4. Stop kran
5. Gantungan
6. Klem
7. valve
14.3 Syarat-Syarat Pekerjaan:
1. Persyaratan umum
a. Pekerjaan instalasi air bersih
 Bak kontrol untuk Valve/Stop Kran dibuat dari pasangan bata dengan
adukan kuat dan ditutup beton.
 Sambungan pipa PVC untuk air bersih memakai sambungan lem PVC
(Solvent) untuk pipa ø 3“ ke bawah.
 Untuk katup/Valve/ Stop Kran yang mempunyai ø 2” ke bawah mengunakan
katup penutup dengan sistem penyambungan memakai ulir/screwed.
 Selanjutnya untuk katup ø 3,4” ke bawah dipakai katup tipe bola (global),
yang lebih besar dari ø 3,4” dipakai katup pintu (Gate Valve/Stop Kran).
b. Pekerjaan instalasi air kotor
 Semua pipa air kotor baik pipa utama maupun pipa cabang terbuat dari
bahan PVC dengan tekanan kerja 10 Kg/Cm2 standar JIS k 674 /kualitas
baik.
 Penyambung pipa (knee) untuk pemipaan ini juga terbuat dari bahan dan
merk yang sama.
 Floor drain dan clean out dari bahan stainless steel kualitas baik.
 Kemiringan pipa harus diperhatikan untuk memperlancar pembuangan air.
c. Pemasangan Penyambungan Pipa-Pipa.
 Untuk penyambung pipa (knee) sambungan harus dari jenis standar yang
dikeluarkan oleh pabrik.
 Sistem sambungan bisa memakai Ring Gaskets/Rubbert Ring Join, untuk ø
2” digunakan lem/solvent semen.
 Pipa-pipa dalam dinding dipasang sebelum dinding diplester atau kolom/plat
dicor.
d. Perlindungan/Proteksi waktu pelaksanaan
 Semua pipa yang terbuka karena belum tersambung dengan alat atau
fixtures harus ditutup dengan kap/dop atau plug, sehingga tidak
memungkinkan masuknya kotoran atau benda lainnya.
Sebelum pemasangan dan penyambungan, semua pipa-pipa valve/Stop Kran, trap dan
penyambung pipa (knee) harus diperiksa dan dibersihkan dari segala kotoran yang
menyumba
BAB III
PENUTUP

1. Semua bahan/material harus diajukan terlebih dahulu oleh Kontraktor Pelaksana sebelum
dilaksanakan untuk mendapatkan persetujuan.
2. Bila ada hal-hal yang tidak tercantum dalam gambar dan RKS sehingga meragukan
Kontraktor Pelaksana untuk melaksanakan pekerjaan, maka Kontraktor Pelaksana harus
menanyakan kepada Konsultan Pengawas / Pemberi Pekerjaan segera untuk mendapatkan
penjelasan dan keputusan.
3. Apabila terdapat perbedaan spesifikasi bahan/material, maka yang dipakai adalah
spesifikasi bahan material yang tinggi/terbaik menurut perencanaan. Oleh karena itu
Kontraktor Pelaksana diharuskan menginformasikan perbedaan ini kepada Konsultan
Pengawas.
4. Sebelum penyerahan pertama, Kontraktor Pelaksana wajib meneliti semua bagian
pekerjaan yang belum sempurna dan harus diperbaiki, halaman di sekitar bangunan harus
ditata rapi dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari pekerjaan.
5. Dalam pelaksanaan seluruh sistem harus berjalan dengan sebaik mungkin, kelalaian
Kontraktor yang mengakibatkan sistem tidak berjalan dengan baik sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana
6. Semua sisa-sisa pekerjaan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan tidak boleh ada
kotoran yang tersisa disekitar lokasi pekerjaan. Semua biaya angkutan pembuangan sisa-
sisa pekerjaan menjadi tanggungan Pelaksana
7. Syarat-syarat yang belum tercantum dalam RKS ini namum ada pelaksanaan pekerjaan
yang berkaitan dengan pekerjaan bangunan tersebut maka pihak pelaksana wajib
mengerjakan sebagai penyempurnaan bangunan tersebut atas petunjuk pengawas
lapangan. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam syarat-syarat ini akan ditentukan
kemudian sesuai dengan kebutuhan di lokasi pekerjaan dan apabila terdapat pekerjaan
yang harus dilaksanakan dan tidak terdapat dalam RAB, maka pelaksana wajib
melaporkan dan akan dibuatkan addendum kontrak.

Anda mungkin juga menyukai