Anda di halaman 1dari 20

SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

PEKERJAAN : PEMBANGUNAN MUSHOLLA KORONG KAPALO


BUAYAN NAGARI BUAYAN KEC. BATANG ANAI
LOKASI : NAGARI BUAYAN KEC. BATANG ANAI KAB. PADANG
PARIAMAN
TAHUN ANGGARAN : 2022

Pasal 1
UMUM

Persyaratan Teknis ini berlaku untuk seluruh pekerjaan, secara umum persyaratan ini bisa ditetapkan dan
merupakan kesatuan dengan dokumen lainnya.
Semua pekerjaan yang dilaksanakan adalah berdasarkan / berpedoman kepada dokumen kontrak yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak ( Pihak proyek dan Pihak pemborong).
Pekerjaan ini mencakup mendatangkan bahan, tenaga dan peralatan serta mengerjakan semua pekerjaan sampai
selesai, sesuai dokumen kontrak yang telah disepakati.

Data dan Ketentuan Paket Pekerjaan


1. Instansi :: Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman
2. Unit Kerja :: Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
3. Alamat :: Parit Malintang Kab Padang Pariaman
Perencanaan, Pembangunan,Pengawasan, Dan
4. Kegiatan :: Pemanfaatan Bangunan Gedung Daerah
Kabupaten/Kota.
Pembangunan Musholla Korong Kapalo Buayan Nagari
5. Pekerjaan ::
Buayan Kec. Batang Anai
Nagari Buayan kec. Batang Anai Kab. Padang
6. Lokasi Pekerjaan ::
Pariaman
7. Sumber Dana :: APBD
8. Tahun Anggaran :: 2022
9. Pagu Dana :: Rp. 176.320.000
10. Waktu Pelaksanaan :: 75 (Tujuh Puluh Lima) hari kalender

Pasal 2
REFERENSI

2. 1. Dalam pelaksanaan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam RKS ini, berlaku ketentuan-ketentuan
dibawah ini termasuk segala perubahannya.
a. Keputusan Presiden RI Nomor 54 tahun 2010.
b. Tata cara pengadukan dan pengecoran beton SNI—7394-2008.
c. Standart / Pedoman Seperti :
 Peraturan Beton Berulang Indonesia 1971.
 Peraturan Muatan Indonesia.
 Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 tahun 1972
 Peraturan Kali Merah sebagai bahan bangunan NI 10.
 Tata cara pekerjaan Tanah SNI 2835 - 2008

1
 Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah setempat yang berkaitan
dengan permasalahan bangunan.
2. 2. Apabila ada pada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur dalam persyaratan teknis
umum/khusus maka Pemborong / Kontraktor harus mengajukan salah satu persyaratan teknis berikut ini
guna mendapatkan persetujuan pengawas lapangan.
a. Standar/normal pedoman yang biasa diterapkan pada bagian pekerjaan yang bersangkutan yang
diterbitkan oleh instalasi, Asosiasi, lembaga penggujian ataupun badan lain yang berwenang.
b. Brosur teknis dari produsen yang dilengkapi dengan sertifikat dari lembaga pengujian.

Pasal 3
UKURAN DAN PENJELASAN GAMBAR

3. 1. Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam gambar kerja / bestek adalah merupakan acuan untuk
pelaksanan pekerjaan, dan merupakan ukuran jadi.
3. 2. Sebelum akan memulai pelaksanaan pekerjaan dilapangan, pemborong harus terlebih dahulu melakukan
pengukuran site kembali untuk menentukan tinggi pagar, penentuan tinggi permukaan pengurugan tanah,
dan semua hasil pengukuran tersebut harus dilaporkan kembali kepada pihak Pengawas Lapangan / Direksi
untuk disetujui.
3. 3. Segala / seluruh biaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan pengukuran tersebut adalah merupakan tanggung
jawab Pemborong / Kontraktor.

Perbedaan Gambar :
3. 1. Bila gambar bestek / kerja tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) ini, maka yang mengikat
adalah RKS, atau ditentukan kemudian oleh Pengawas Lapangan.
3. 2. Bila suatu gambar kerja / gambar bestek tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja,
maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku / mengikat.
3. 3. Bila ada perbedaan antara gambar kerja/bestek Arsitektur dengan struktur, maka yang berlaku / mengikat
adalah gambar kerja Arsitektur sepanjang tidak mengurangi segi konstruksi dan kekuatan struktur.
3. 4. Bila perbedaan–perbedaan itu, ketidak–jelasan maupun perbedaan menimbulkan keragu-raguan sehingga
dalam pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, maka pemborong harus terlebih dahulu melaporkan
kepada Pengawas Lapangan untuk mendapatkan keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
3. 5. Ketentuan/aturan di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Pemborong untuk memperpanjang waktu
pelaksanaan maupun mengajukan “claim” biaya pekerjaan tambah.

Mobilisasi Dan Demobilisasi


1. Ruang Lingkup
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengiriman dan penarikan kembali semua sumber daya, tenaga
kerja, bahan, peralatan, perlengkapan dan lain-lain untuk mendukung kegiatan pelaksanaan
pekerjaan.
2. Mobilisasi
2.1 Mobilisasi terdiri dari pekerjaan persiapan dan pelaksanaan, tapi tidak terbatas pada
kebutuhan-kebutuhan untuk mobilisasi personil, peralatan, pemasokan dan suplemen
lainnya yang diperlukan ke lokasi proyek, untuk pembangunan kantor, gudang dan
fasilitas lainnya yang diperlukan untuk bekerjaa di proyek, dan untuk seluruh pekerjaan

2
dan operasi lainnya yang harus dilakukan atau biaya yang diperlukan sebelum mulai
berbagai item pekerjaan kontrak di lokasi proyek.
2.2 Mobilisasi adalah pengiriman ke lokasi pekerjaan sumber daya yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan.
2.3 Mobilisasi selesai bila kontraktor dapat melaksanakan dan diterima oleh Konsultan
mengenai kebutuhan masing-masing persyaratan yang terkait yang disebutkan dalam
kontrak.

3. Demobilisasi
3.1 Demobilisasi mencakup penyiapan pengajuan yang diperlukan sebelum pengakhiran
pekerjaan. Demobilisasi adalah penarikan kembali dari lokasi pekerjaan sumberdaya yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.
3.2 Demobilisasi akan dianggap selesai jika seluruh peralatan, bahan, personil, atau lainnya
milik kontraktor telah dikeluarkan dari lokasi proyek, dan persyaratan-persyaratan
pekerjaan sebagaimana diatur dalam kontrak telah dipenuhi.

Pembersihan Lokasi Pekerjaan


1. Selama proyek berlangsung, Kontraktor harus menjaga kebersihan dan mengatur lokasi bahan
bangunan dan alat kerja serta daerah kerja sehingga kelancaran pelaksanaan pekerjaan tidak
terhambat karenanya.
2. Pembersihan tumbuh-tumbuhan yang ada pada lokasi peruntukan kerja sesuai petunjuk Gambar
Kerja dan Pengawas Lapangan.
3. Sesudah proyek selesai dan sebelum melakukan penyerahan pekerjaan kepada pemilik proyek,
kontraktor harus membersihkan seluruh daerah kerja dari segala macam peralatan tersebut, sisa-
sisa bahan bangunan, bekas bongkaran dan bangunan – bangunan sementara, termasuk
pengangkutnya tanpa tambahan biaya.

Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


1. Ruang Lingkup
Bagian ini mengatur mengenai pelaksanaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Pedoman dan Standar
2.1 Undang – undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2.2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang bendera
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Kep 245/MEN/1990 tentang Hari Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja Nasional.
2.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2.5 Peraturan Menteri PUPR No. 7 tahun 2019 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

3
3. Keselamatan Kerja
3.1 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, Kontraktor
bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, material dan peralatan teknis
serta konstruksi.
3.2 Kontraktor wajib menjaga Keselamatan kerja di ruang kerja dengan melengkapi dengan
perlengkapan keselamatan kerja seperti safety line, rambu-rambu, papan promosi
keselamatan, dan lain-lain.
3.3 Kontraktor wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan
pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi aturan dan ketentuan
kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku (Jamsostek).
3.4 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan, menurut syarat-syarat Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan dilapangan,
untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
3.5 Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja dan di lokasi harus
disediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa safety belt, safety helmet, masker/kedok las
terutama untuk dipakai pada pekerjaan pemasangan kuda-kuda baja dan pekerjaan yang
beresiko tertimpa benda keras.
3.6 Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih
bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di lapangan pekerjaan
untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali atas ijin PPK.
3.7 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor segera mungkin memberitahu kepada Konsultan
dan mengambil tindakan yang baru untuk keselamatan korban-korban kecelakaan itu.

4. Prosedur Operasi Standar (SOP) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


4.1 Kontraktor harus membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
4.2 SOP diajukan kepada Konsultan untuk dievaluasi.
4.3 Kontraktor harus menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada Direktur Keselamatan
Ditjen Perkeretaapian, Direktur Prasarana Ditjen Perkeretaapian, PPK dan Konsultan.

Jaminan Dan Pengendalian Mutu


1. Ruang Lingkup
Bagian ini mencakup persyaratan untuk jaminan dan pengendalian mutu produk, hasil kerja dan
penyiapan sertifikat pemenuhan persyaratan.
2. Persyaratan Umum
2.1 Material dan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi persyaratan yang
berlaku dalam hal ukuran, pembuatan, jenis dan kualitas yang ditentukan, kecuali secara
spesifik ditentukan bebas dari persyaratan.
2.2 Konsultan dan PPK mempunyai hak untuk menolak material atau cara dan hasil kerja yang
tidah sesuai dengan persyaratan, pada setiap saat.

4
2.3 Kontraktor harus membongkar pekerjaan yang tidak diterima atau ditolak oleh Konsultan
dan PPK dan mengerjakan kembali sesuai persyaratan kontrak dan/atau petunjuk dari
konsultan tanpa tambahan biaya.
2.4 Jika kontraktor menolak atau membongkar atau mengganti, PPK akan melakukan
pembongkaran atas biaya dari kontraktor.
Pekerjaan yang dihasilkan harus sesuai dengan sasaran dan gambar desain yang telah ditetapkan.

Pelaporan
1. Laporan Harian
Kontraktor harus membuat laporan Harian yang menggambarkan peristiwa – peristiwa penting
yang berkaitan dengan pekerjaan, jam kerja, jumlah buruh yang diperkerjakan, waktu operasi
peralatan, jam lembur, keterlambatan beserta penyebabnya, kondisi mateorologi, bahan atau
peralatan, kemajuan yang dibuat dan petunjuk, pemberitahuan dan rekomendasi yang dibuat oleh
Konsultan Pengawas. Laporan Harian harus diajukan dan distujui oleh Konsultan Pengawas.

2. Laporan Mingguan
Kontraktor harus menyampaikan laporan Mingguan kepada Konsultan pada hari Selasa setiap
minggu. Laporan Mingguan ini menggambarkan peristiwa – peristiwa berkaitan dengan
keterlambatan beserta penyebabnya, kemajuan kerja yang dibuat, jadwal/target satu minggu ke
depan beserta perencanaan sumber daya yang akan digunakan (tenaga, material dan peralatan ).

3. Laporan Bulanan
3.1 Kontraktor harus memberikan Laporan Kemajuan Bulanan kepada Konsultan paling
lambat tanggal 2 setiap bulannya. Laporan bulanan ini menggambarkan peristiwa-
peristiwa berkaitan dengan keterlambatan beserta penyebabnya, kemajuan kerja yang
dibuat, kondisi mateorologi, jadwal/target satu bulan ke depan beserta perencanaan
sumber daya yang akan digunakan (tenaga, material dan peralatan).
3.2 Kontraktor harus menyampaikan Laporan Kemajuan Bulanan yang sudah disetujui oleh
Konsultan paling lambat tanggal 5 setiap bulannya kepada PPK.

Serah Terima Hasil Pekerjaan


1. Persiapan Serah Terima hasil Pekerjaan
Kontraktor harus melakukan persiapan pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan, antara lain :
1.1 Melakukan pembersihan lapangan.
1.2 Melakukan pemeriksaan akhir kondisi hasil pelaksanaan pekerjaan.
1.3 Menyiapkan personil untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian.
1.4 Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan dan pengujian.
1.5 Menyiapkan alat uji yang diperlukan untuk pemeriksaan dan pengujian.
1.6 Menyiapkan dokumen – dokumen untuk proses serah terima hasil pekerjaan.
2 Ketentuan Pelaksanaan serah Terima Hasil Pekerjaan
Ketentuan pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan adalah sebagai berikut :

5
2.1 Menyampaikan surat permohonan kepada PPK untuk pelaksanaan serah terima hasil
pekerjaan.
2.2 Menyerahkan garansi pabrikan
2.3 Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian hasil pelaksanaan pekerjaan dengan konsultan
dan tim PPK.
2.4 Menyampaikan pedoman pemeliharaan (maintenance manual)
2.5 Menyerahkan pekerjaan terakhir hanya dapat dilaksanakan apabila seluruh pekerjaan telah
dapat berfungsi secara baik dan dapat diterima oleh PPK.

Masa Pemeliharaan
Ruang Lingkup
Masa pemeliharaan adalah masa tanggung jawab perbaikan atas cacat atau rusak hasil pekerjaan
yang telah dilaksanakan dalam periode pemeliharaan yang telah ditetapkan.
Masa Pemeliharaan
 Masa pemeliharaan adalah sesuai yang tercantum dalam dokumen kontrak mulai dari
tanggal Sertifikat Penyelesaian Pekerjaan (ST 1)/ PHO.
 Sebelum akhir masa pemeliharaan berakhir Kontraktor harus mengajukan surat
permohonan pemeriksaan lapangan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
 Setelah dilakukan evaluasi dan disimpulkan bahwa hasil pekerjaan dalam kondisi baik
maka PPK akan mengeluarkan Sertifikat Serah Terima Kedua (ST 2)/ FHO.

Ketentuan Pelaksanaan Pemeliharaan


 Kontraktor harus melakukan pemeriksaan secara ruin untuk menjaga kondisi hasil
pekerjaan tetap baik selama masa pemeliharaan.
 Kontraktor harus membuat laporan bulanan hasil pemeriksaan rutin selama masa
pemeliharaan.
 Setiap pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam rangka perbaikan hasil pekerjaan harus
diinformasikan kepada PPK.
 Kontraktor harus memperbaiki hasil pekerjaan yang mengalami cacat atau rusak selama
masa pemeliharaan.
 Biaya timbul akibat pelaksanaan perbaikan menjadi tanggung jawab kontraktor.

Pasal 4
PEKERJAAN PERSIAPAN LAPANGAN

4. 1. Pekerjaan Persiapan.
4.1.1. Sebelum pekerjaan persiapan akan dilaksanakan dilapangan pemborong terlebih dahulu harus
mempersiapkan peralatan, tenaga kerja dan bahan-bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
4.1.2. Apabila dilapangan, pihak Direksi / Pengawas Lapangan menganggap peralatan dan tenaga kerja
serta bahan yang didatangkan tidak memenuhi kebutuhan baik kuantitas maupun kualitasnya,

6
maka direksi / pengawas lapangan berhak untuk menolak, dan Pemborong harus melakukan
penggantian atau penambahan.
4. 2. Keamanan.
4.2.1. Pemborong/Kontraktor harus menempatkan personil pengaman atau penjaga malam untuk menjaga
seluruh tumpukan material serta untuk kepentingan Pemborong sendiri dilokasi pekerjaan.
4.2.2. Segala sesuatu yang dapat merugikan pemborong yang disebabkan oleh tidak adanya pengamanan /
penjagaan adalah merupakan resiko pemborong dan tidak dapat diklaim kepada pihak proyek, atau
sebagai alasan untuk mengurangi suatu pekerjaan / keterlamKalin.

4. 3. Air Kerja
4.3.1. Air untuk pekerjaan harus disediakan pemborong dengan mengambil sumber air dari yang ada di
lokasi pekerjaan atau sumber air lain atas persetujuan Pemberi Tugas / Pengawas lapangan.
4.3.2. Apabila sumber air yang ada tidak dapat menjamin kebutuhan dilapangan, maka pemborong /
kontraktor harus membuat bak penampungan air / reservoar dengan kapasitas yang mencukupi
untuk air kerja, sesuai dengan petunjuk Pengawas Lapangan.

Pasal 5
PEKERJAAN PENDAHULUAN

5. 1. Lingkup Pekerjaan.
Lingkup Pendahuluan pekerjaan meliputi antara lain :
5.1.1. Pasangan papan bouwplank.
5.1.2. Bobok Beton Sloof / Koneksi Besi Sloof Baru.

5. 2. Pembersihan Lapangan.
5.2.1. Persyaratan alat.
Pihak Pemborong harus mempersiapkan semua tenaga kerja dan peralatan khusus, yang
berhubungan dengan pekerjaan pembersihan lapangan.
5.2.2. Sebelum memulai pekerjaan pemborong harus membersihkan lokasi pekerjaan ( Site ) dari
tumbuhan semak belukar, sampah atau benda lainnya.
5.2.3. Semua material / bahan bekas bongkaran harus dibuang dari lokasi, sehingga tidak mengganggu
pelaksanaan pekerjaan atau menganggu dan merusak kebersihan lingkungan.

 Pedoman Pelaksanaan
5. 3. Pasangan Papan Bouwplank.
5.3.1. Papan bouwplank dipasang pada patok kayu kasau berukuran 5/7 cm, yang tertancap ditanah
sehingga tidak dapat di gerak-gerakkan atau diubah-ubah, berjarak maksimum 1,50 m satu dengan
yang lainnya.
5.3.2. Papan bouwplank dibuat dari papan dengan ukuran papan tebal 2 cm dan lebar 20 cm dipasang
lurus dan diserut rata pada sisi di sebelah atasnya. Tinggi sisi atas papan harus sama satu dengan
yang lainya dan diwaterpass, kecuali dikehendaki lain oleh pengawas lapangan.
5.3.3. Bouwplank dipasang dengan jarak minimum 1.00 m dari As pondasi terluar. Apabila kondisi
lapangan tidak memungkinkan, papan bouwplank diletakkan sesuai dengan petunjuk pengawas
lapangan.

7
5.3.4. Untuk letak + 0.00 pondasi pagar akan ditetapkan bersama-sama oleh Pemborong, Konsultan
Perencana dan Direksi / Pengawas lapangan sesuai dengan gambar kerja / bestek sewaktu
pematokan dilapangan.
5.3.5. Setelah selesai pemasangan papan bouwplank, pemborong harus melaporkan kepada pengawas
lapangan untuk mendapatkan persetujuan dan harus menjaga serta memelihara keutuhan dan
ketetapan letak papan bouwplank selama pelaksanaan pekerjaan, sampai dinyatakan tidak
diperlukan lagi oleh pengawas lapangan.

5. 4. Pembayaran.
Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan oleh
Rekanan Pelaksana / Pemborong. Harga ini sudah mencakup harga bahan, upah peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul
atas kesalahan oleh Pemborong / Kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan
biaya, pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari Pemimpin Proyek.

Pasal 6
PEKERJAAN GALIAN TANAH

 Pedoman Pelaksanaan
6. 1. Galian Tanah.
6.1.1. Yang dimaksud dengan pekerjaan galian tanah adalah galian tanah untuk pondasi, dan pekerjaan
kebutuhan bangunan lainnya sesuai gambar rencana / bestek.
6.1.2. Ukuran masing-masing galian harus disesuaikan dengan gambar rencana atau kebutuhan
dilapangan.
6.1.3. Pekerjaan galian tanah baru boleh dilaksanakan setelah papan bouwplank selesai terpasang
lengkap dengan penempatan titik / tempat penggalian telah ditetapkan sesuai gambar / bestek.
kedalaman serta bentuk galian harus diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.
6.1.4. Pemborong harus mencegah genangan air dalam galian yang disebabkan oleh air hujan, rembesan
air, dengan jalan memompa atau menyalurkan selokan atau ke tempat lain sesuai petunjuk
pengawas lapangan. Bila diperlukan untuk mencegah kelongsoran maka dapat digunakan
penyanggah galian.
6.1.5. Apabila atau karena permukaan air tinggi, maka Pemborong harus menyediakan pompa air
secukupnya untuk mengeringkan air yang menggenangi galian.
6.1.6. Apabila ada kesalahan penggalian / galian lebih dalam dari yang dikehendaki atau posisinya
berlainan dengan yang tertera dalam gambar, maka pemborong harus mengisi kembali dengan
pasir urug atau bahan lain yang disetujui pengawas lapangan, dan dipadatkan sampai sempurna,
atas biaya pemborong sendiri tanpa penggantian biaya dari pemberi tugas.
6.1.7. Tanah urug harus bebas dari segala bahan-bahan yang dapat membusuk atau dapat mempengaruhi
kepadatan urugan yang akan dilaksanakan.
6.1.8. Bila dasar galian tidak mencapai kepadatan yang dipersyaratkan, maka pemborong harus
melakukan penggalian sampai ditemukan dasar galian yang memenuhi kekerasan tanahnya, atau
dengan cara perbaikan mutu tanah tersebut dengan mengganti dengan bahan urugan lain dan
dipadatkan sehingga mencapai kepadatan yang dipersyaratkan atas biaya pemborong sendiri.
6.1.9. Kelebihan tanah bekas galian harus dibuang ke tempat yang telah ditentukan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan. lokasi antara papan patok ukur ( bouwplank ) dan galian harus bebas
dari timbunan tanah.

8
6. 2. Pembayaran.
Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan oleh
Pemborong/Kontraktor. Harga ini mencakup harga bahan, upah, peralatan, pembuangan kelokasi
pekerjaan tanah bekas galian yang tidak diperlukan. Segala akibat yang ditimbulkan atas
kesalahan oleh Pemborong / Kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya
tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari Pemimpin Proyek.

Pasal 7
BAHAN KALI DAN PASANGAN

7. 1. Persyaratan Bahan.
7.1.1. Pasir / Agregat.
 Pasir / Agregat yang digunakan untuk semua pekerjaan harus berkualitas baik.
 Untuk pekerjaan pasangan dan beton agregat harus berbutir tajam dan keras, bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi yang disyaratkan dalam
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. dan Pemborong harus mengajukan sample dan hasil
test agregat yang akan digunakan sebelum agregat tersebut dikirim ketempat pekerjaan.
 Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada ayakan no. 5, agregat halus adalah agregat
yang dapat melewati ayakan no. 5.
 Agregat kasar harus bersih dari Lumpur, tumbuhan dan bahan- bahan kimia yang dapat
mempengaruhi kekuatan beton, serta harus memiliki ukuran yang beragam, keras dan bentuk
yang baik.
 Agregat halus yang dimaksud adalah pasir yang bersih, bebas dari segala jenis kerang, silk,
clay, garam dan bahan-bahan lainnya.
 Apabila kadar Lumpur agregat halus melebihi 5 % dan agregat kasar melebihi 1 %, maka
agregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Sesuai trial mix yang dilakukan,
agregat yang digunakan untuk campuran beton harus berasal satu sumber, yang telah
disetujui oleh Direksi / Pengawas Lapangan.
 Agregat harus disimpan dalam keadaaan terpisah satu sama lain berdasarkan ukurannya
diatas permukaan yang keras, sehingga terhindar dari kemungkinan tercampur dengan
lumpur maupun tanah. Harus dibuatkan pula saluran air disekitar penyimpanan agar kadar air
dari agregat tidak berubah terlalu banyak.

7.1.2. Kerikil cor


 Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, tidak tercampur bahan–bahan
organik, serta mempunyai gradasi yang sesuai yang diisyaratkan dalam PBI 1971. Penimbunan
kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis material tersebut tidak tercampur
untuk menjamin adukan beton dengan komposisi material yang cepat.

7.1.3. Batu Kali


 Mutu batu Kali yang digunakan jenis kelas I menurut NI 10 dengan bentuk standar batu Kali
adalah prisma empat persegi panjang, bersudut siku- siku dan tajam, permukaan rata dan
tidak menampakkan adanya retak-retak yang merugikan. Kali merah dibuat dari tanah liat
dengan atau campuran bahan lainnya, yang dibakar dengan bahan cukup tinggi hingga tidak
hancur bila direndam air.
 Batu Kali yang dipakai harus bermutu baik, dengan kekerasan / pembakaran yang sempurna
dengan sudut-sudutnya yang sempurna dan siku antara satu sisi dengan sisi yang lainnya.

9
 Ukuran dan bentuk semua batu Kali yang akan dipakai harus sama. jika terjadi perbedaan
ukuran Kali yang dipakai tidak boleh melebihi dari 5 mm.
 Persentase pemakaian batu Kali patah tidak boleh lebih dari 10 % dari volume Kali yang
dipakai pada bidang yang akan dipasang.
 Penyimpanan batu Kali harus diatur sedemikian rupa agar batu Kali tidak rusak atau
berkurang mutunya. Direksi / Pengawas Lapangan berhak menolak pemakaian batu Kali yang
rusak atau kurang baik mutunya akibat kesalahan penumpukkan / penyimpanan.

7.1.4. Air Kerja.


 Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari segala macam campuran atau larutan minyak,
Lumpur, asam / garam / basa dan bahan-bahan organis lainnya yang dapat merusak dan
mengurangi mutu dan kekerasan beton.
 Pemakaian air untuk setiap campuran beton harus sesuai dengan ketentuan / syarat yang
disebutkan dalam PBI - 1971 atau yang disyaratkan dalam hasil test labor ( Mix Design ).

7.1.5. Cement Portland.


 Cement Portland yang dipakai adalah Portland Cement jenis I menurut NI – 8 tahun 1972 dan
memenui S – 400 menurut Standar Cemen Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen
Indonesia ( NI – 8 tahun 1971 ).
 Semen harus dikirim ketempat pekerjaan dalam keadaan tertutup rapat dalam kemasan
aslinya dari pabrik, sesuai dengan yang telah disetujui oleh Direksi / Pengawas Lapangan.
semen harus diletakkan dalam ruangan tertutup, sehingga tidak mendapatkan pengaruh
langsung dari perubahan cuaca dan kelembaban gudang penyimpanan semen tersebut harus
diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan penyimpanan pada saat pengiriman maupun
penggambilan pada saat pemakaian. semen yang digunakan harus dalam keadaan fresh (belum
mulai mengeras).
 Semen yang sudah mengalami perubahan akibat cuaca maupun kelembaban tidak diizinkan
untuk dipakai. Semen yang tidak memenuhi syarat harus dikeluarkan dari tempat pekerjaan,
dengan sepengetahuan Direksi / Pengawas Lapangan.

7.1.6. Baja / Besi Tulangan.


 Besi beton digunakan baja lunak dengan mutu U-24 ( tegangan leleh karakteritis minimum
2400 kg/cm2 ). Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, karat lepas dari
bahan lainnya. Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan diudara terbuka dalam waktu yang panjang. Membengkokkan dan meluruskan
tulangan harus dalam keadaan Kaling dingin. Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan
sesuai gambar dan harus diminta persetujuan pengawas lapangan terlebih dahulu.
 Baja Tulangan harus bebas dari kotoran, oli, minyak karatan / keropos serta bahan lainnya
yang dapat merusak mutu baja tulangan.
 Jenis / mutu serta ukuran baja tulangan yang dipakai pada pekerjaan ini adalah besi dengan
dia. 12 mm, dan dia. 8 mm (KS) sesuai dengan gambar kerja / detail atau perhitungan struktur
lantai yang akan dikerjakan atau diatur dalam pasal berikutnya.
 Ukuran penampang/diameter baja tulangan yang dipakai adalah ukuran riil dilapangan.
 Apabila ukuran / diameter baja tulangan yang diinginkan dalam gambar / perhitungan
struktur tidak terdapat dipasaran pemborong dapat menggunakan ukuran baja tulangan lain
(SNI), ukuran dalam gambar rencana / detail atau perhitungan struktur atas persetujuan
Direksi / Pengawas Lapangan, dengan syarat total luas penampang baja yang dipakai tidak
kurang dari total luas penampang yang direncanakan dalam gambar / detail atau perhitungan
struktur.
10
 Penyimpanan baja tulangan dilapangan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah
dipengaruhi oleh faktor cuaca atau bahan lain yang dapat merusak baja tulangan.

Pasal 8
PEKERJAAN PONDASI

8. 1. Lingkup Pekerjaan.
Lingkup pekerjaan pondasi untuk pembangunan pagar ini meliputi antara lain :
8.1.1. Pekerjaan galian tanah.
8.1.2. Pekerjaan lantai kerja.
8.1.3. Pekerjaan pondasi tapak.
8.1.4. Pekerjaan kolom pedestal.
8.1.5. Urugan tanah kembali.
8. 2. Persyaratan Bahan.
Pekerjaan pondasi menggunakan bahan antara lain :
8.2.1. Pasir / Agregat ( telah diuraikan pada butir 7.1.1 ).
8.2.2. Kerikil cor ( telah diuraikan pada butir 7.1.2 ).
8.2.3. Air ( telah diuraikan pada butir 7.1.4 ).
8.2.4. Batu Kali
8.2.5. Cement Portland ( telah diuraikan pada butir 7.1.5 ).

 Pedoman Pelaksanaan
8. 3. Pondasi Batu Kali.
8.3.1. Pondasi bangunan yang dipakai merupakan pondasi batu kali yang memenuhi persyaratan
teknis/sesuai keadaan di lapangan.
8.3.2. Pasangan pondasi berasal dari batu kali/batu lebah, ukurannya harus sesuai gambar rencana
pondasi dengan perbandingan perekatnya 1PC : 3KP : 10PS kemudian diplester kasar, bagian bawah
pondasi dipasangi batu kosong/aanstamping tebalnya 20cm yang sela-selanya diisi pasir urug lalu
disiram air hingga penuh dan ditumbuk sampai padat dan rata.
8.3.3. Celah-celah besar antara batu diisi batu kecil yang cocok padatnya.
8.3.4. Pasangan pondasi batu kali tidak saling bersentuhan serta harus ada perekat diantaranya
sampai rapat.
8.3.5. Pada pasangan batu kali harus sudah disiapkan anker besi untuk kolom yang dalamnya 25 cm,
harus sudah dicor dan panjang besi yang muncul di atasnya minimal adalah 50 cm.

8. 4. Pondasi tapak.
8.4.1. Ukuran pondasi tapak yang dipakai untuk bangunan ini adalah dengan ukuran 80 x 80 cm dengan
tinggi pondasi tapak 25 cm.
8.4.2. Pasangan dan kedudukan pondasi tapak harus datar dan tegak lurus ( tidak boleh miring ).
8.4.3. Mutu adukan beton yang dipakai untuk pengecoran pondasi tapak adalah perbandingan 1 Pc : 2
Psr : 3 Krkl ( K.225 ).
8.4.4. Ukuran besi yang digunakan adalah besi dia. 12 mm dan besi dia. 8 mm, panjang dan banyaknya
yang dipasang berdasarkan gambar kerja atau sesuai dengan arahan dan petunjuk dari Direksi /
Pengawas Lapangan.

8. 5. Pembayaran.
Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan oleh
Pemborong / Kontraktor. Harga ini sudah mencakup harga bahan, upah peralatan dan alat-alat
11
bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul atas
kesalahan Rekananan Pelaksana / Kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan
biaya, pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari Pemimpin Proyek.

Pasal 9
PEKERJAAN BETON BERTULANG

9. 1. Lingkup Pekerjaan.
Lingkup pekerjaan beton meliputi antara lain :
9.1.1. Pekerjaan Sloof
9.1.2. Pekerjaan Kolom
9.1.3. Pekerjaan Ring Balok
9.1.4. Pekerjaan Daag / Lantai beton bertulang.

9. 2. Persyaratan Bahan.
Pekerjaan beton bertulang menggunakan bahan antara lain :
9.2.1. Pasir / Agregat
9.2.2. Kerikil
9.2.3. Air
9.2.4. Cement Portland
9.2.5. Baja / Besi tulangan

9. 3. Persyaratan dan Mutu.


9.3.1. Pekerjaan penulangan untuk pekerjaan beton bertulang harus disesuaikan dengan gambar kerja /
detail perhitungan struktur.
9.3.2. Baja Tulangan yang dipakai untuk tulangan struktur digunakan adalah baja polos U 24 dengan
penempatan dan diameter yang dipakai sesuai dengan gambar rencana / detail.
9.3.3. Pada saat pengiriman material besi tulangan kelokasi pekerjaan harus dilengkapi dengan
sertifikat/jaminan mutu besi tulangan dari pabrik / distributor material. Hal ini harus disetujui
oleh Direksi / Pengawas Lapangan yang menyatakan besi tulangan yang dipakai sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan dalam pekerjaan ini.
9.3.4. Kawat ikat yang digunakan adalah yang terbuat dari baja lunak dengan Ø minimal 1 mm.
9.3.5. Ukuran / penampang diameter besi tulangan yang dipakai adalah ukuran riil dilapangan. dan
pemborong tidak dibenarkan mengganti / merubah ukuran baja tulangan tanpa seizin Direksi /
Pengawas Lapangan.
9.3.6. Penyimpanan baja/besi tulangan dilapangan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mudah dipengaruhi oleh faktor cuaca atau bahan lain yang dapat merusak baja tulangan.
9.3.7. Baja / besi tulangan beton yang digunakan untuk pekerjaan ini harus dalam keadaan baru.
dan tidak boleh terdapat cacat pada baja tulangan seperti adanya serpihan–serpihan,
retak, keropos, gelembung karatan dan tanda–tanda lain yang menunjukan tidak
terjaminnya kekuatan baja tulangan.
9.3.8. Kecuali akibat dari kebutuhan pekerjaan, pada baja tulangan yang dipasang tidak boleh
terdapat bengkokan atau bekas tekukan yang mengakibatkan berkurangnya mutu dan
kekuatan baja tulangan.

12
 Pedoman Pelaksanaan
9. 4. Persyaratan Pemasangan.
9.4.1. Pelaksanaan pekerjaan penulangan beton harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman, dan
dengan menggunakan peralatan yang memenuhi syarat sehingga tidak menimbulkan cacat (patah,
retak dan keropos) yang dapat menimbulkan berkurangnya kekuatan / mutu baja tulangan.
9.4.2. Pembengkokkan baja tulangan harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, tepat pada ukuran
posisi pembengkokkan sesuai dengan gambar dan tidak menyimpang dari Peraturan Beton
Bertulang Indonesia 1971.
9.4.3. Pemotongan, pembengkokkan dan toleransi pembengkokkan harus sesuai dengan Peraturan Beton
Bertulang Indonesia 1971. dan semua baja tulangan harus diikat dengan sempurna dengan kawat
ikat sehingga tidak mengalami perubahan posisi saat pengecoran beton. Akhir dari tulangan harus
dibengkokkan kearah dalam minimal 5 kali diameter tulangan dan tidak diperkenankan
menembus ke selimut beton.
9.4.4. Potongan atau ketentuan penempatan sambungan harus sesuai dengan gambar atau ditempat yang
ditentukan dan disetujui oleh Direksi / Pengawas Lapangan. Tulangan yang telah terpasang tetapi
belum dicor harus dilindungi sepenuhnya terhadap korosi, sesuai pengarahan yang diberikan oleh
Direksi / Pengawas Lapangan.
9.4.5. Apabila tulangan selesai dipasang, pemborong harus melaporkannya kepada Direksi/ Pengawas
Lapangan untuk diperiksa dan disetujui. Pemborong tidak diperkenankan melakukan pengecoran
sebelum tulangan yang terpasang diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Pegawas Lapangan.

9. 5. Penggantian Baja / Besi tulangan


9.5.1. Apabila Pemborong tidak berhasil mendapatkan ukuran / diameter baja tulangan yang diminta
dalam gambar kerja ( dengan alasan yang tepat ) atau nyata–nyata ukuran tersebut tidak terdapat
dipasaran, maka Pemborong dapat menggunakan ukuran baja tulangan lain (SNI) yang mendekati
ukuran dalam design struktur / gambar kerja atas persetujuan Pengawas Lapangan dengan syarat :
 Total luas penampang baja yang dipakai tidak kurang dari total luas penampang yang ada
dalam bestek / gambar kerja.
 Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan sulitnya pengecoran, dan harus memenuhi
persyaratan penulangan dalam PBI 1971.
 Tidak mengakibatkan kurangnya kekuatan struktur yang direncanakan.

Pasal 6
BEKISTING / CETAKAN

6.1. Lingkup Pekerjaan.


Lingkup pekerjaan bekisting / cetakan meliputi antara lain :
6.1.1. Bekisting Kolom.
6.1.2. Bekisting Ring balok.
6.1.3. Bekisting Balok
6.1.4. Bekisting Daag / Lantai
6.1.5. Bekisting Tangga & Anak Tangga

6.2. Persyaratan Bahan.


Pekerjaan bekisting / cetakan menggunakan bahan antara lain :
6.2.1. Bahan kayu yang digunakan untuk bekisting / cetakan harus bermutu baik sehingga hasil akhir
konstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan Kalis–Kalis yang sesuai dengan yang ditunjuk oleh
13
gambar rencana dapat dipenuhi. Pembuatan cetakan dan acuan harus memenui ketentuan –
ketentuan dalam pasal 5.1 PBI 1971.
6.2.3. Bekisting / cetakan baik yang sementara maupun yang permanen, dimaksudkan untuk dapat
membentuk struktur-struktur beton dengan segala detailnya. bekisting yang dibuat harus dapat
dipertahankan bentuknya baik selama pemasangan tulangan maupun pengecorannya.
6.2.4. Baik cetakan maupun perancah harus direncanakan dengan benar oleh Pemborong/Kontraktor
untuk menyangga berat maupun tekanan dari beton dalam keadaan basah dan peralatan yang
mungkin ada diatas atau disampingnya, serta bahan-bahan kejut dan getaran.
6.2.5. Kesemuanya ini harus direncanakan dengan metoda ereksi dan pembongkaran yang sederhana
sehingga memudahkan pemasangan, penambahan maupun pembongkarannya.
6.2.6. Gambar–gambar yang menunjukkan detail dari bekisting maupun perancah, elevasi dari acuan
maupun perancah harus diajukan oleh pemborong untuk disetujui oleh Direksi / Pengawas.
6.2.7. Papan bekisting plat lantai harus memakai papan dengan ketebalan minimum 2 cm, atau material
lain harus dibuat lurus dan rata sehingga permukaan beton betul–betul lurus dan rata.
6.2.8. Cetakan / bekisting yang dipakai harus bersih dari segala macam kotoran, apabila akan digunakan
kembali acuan harus bersih, acuan yang sudah rusak dan tidak lurus lagi tidak diperkenankan
dipakai kembali.
6.2.9. Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan, unsur yang harus berada didalam beton
tersebut harus sudah ditempatkan secara benar, termasuk pengaturan selimut betonnya.

Pasal 7
PENGECORAN BETON

7.1 Pengecoran Beton.


7.1.1. Pengecoran beton tidak dibenarkan dimulai sebelum pemasangan baja tulangan selesai diperiksa
dan mendapat persetujuan dari Direksi / Pengawas Lapangan.
7.1.2. Sebelum pengecoran dimulai, Tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus dibersihkan
dari segala kotoran-kotoran ( potongan kayu, batu, tanah, dan lain–lain ) dan dibasahi dengan air
semen.
7.1.3. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan dengan
menjatuhkan dari suatu ketinggian yang akan menyebabkan pengendapan agregat.
7.1.4. Pengecoran dilakukan secara terus menerus. Adukan yang tidak dicor dalam waktu lebih dari 15
menit setelah keluar dari mesin adukan beton dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan
tidak diperkenankan untuk dipakai lagi.
7.1.5. Pada saat pengecoran baru (sambungan antar beton lama dan beton baru), maka permukaan beton
lama terlebih dahulu harus dibersihkan dan dikasarkan dengan menyikat sampai agregat kasar
tampak, kemudian disiram dengan air semen. Lokasi dari Constructrion joint ini harus disetujui
oleh Direksi / pengawas lapangan.
7.1.6. Beton tidak diperkenankan dicor dalam keadaan hujan. Pemborong harus menyediakan pelindung,
atau metoda lain pada saat hujan.
7.1.7. Semua pekerjaan beton harus mengacu kepada Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, SKSNI
T–15–1991-03 dan hasil mix design untuk pekerjaan beton struktur. Pemborong harus mempelajari
terlebih dahulu metoda kerja dari pekerjaan beton, dengan mengacu pada peraturan tersebut, serta
spesifikasi sesuai dengan perencanaan.
7.1.8. Kegagalan pekerjaan beton yang terjadi akibat penyimpangan dari spesifikasi yang telah
ditentukan harus diperbaiki dan seluruh biaya serta resiko menjadi tanggung jawab pemborong.
7.1.9. Komposisi adukan untuk pekerjaan lantai beton bertulang praktis dipakai adukan beton dengan
komposisi 1 Pc : 2 Pasir : 3 Kerikil.
14
7.2. Transportasi Beton.
7.2.1. Pengangkutan beton harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi
kekuatan serta sifat-sifat fisik dari beton tersebut, serta misalnya pemisahan beton, kekentalan
beton, dan lain-lain.
7.2.2. Ketinggian jatuh dari adukan beton perlu diperhatikan, tempat jatuhan beton tersebut harus
bersih dari segala macam kotoran.
7.2.3. Apabila pemisahan adukan beton terjadi, beton harus diaduk kembali (remixed) sebelum
dilakukan pengecoran. Beton yang sudah tercemar bahan-bahan lain tidak diperkenankan untuk
dipakai.

7. 3. Pembayaran.
Pembayaran pekerjaan beton dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang
ditawar oleh Pemborong / Kontraktor, meliputi seluruh kegiatan yang diuraikan dalam lingkup
pekerjaan beton dengan satuan m3. Biaya ini sudah mencakup harga bahan, upah peralatan dan alat
– alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Segala akibat yang timbul atas
kesalahan oleh Pemborong/Kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya
pekerjaan, tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari Pemimpin Proyek.

Pasal 8
PEKERJAAN KUDA - KUDA / KAP ATAP

8.1. Spesifikasi Baja Ringan

Bahan baja yang harus dipakai adalah baja mutu tinggi/High Tension Steel, dengan standar G550.
Lapisan Anti Karat/Zinc (Aluminum dan Zinc) tidak boleh kurang dari 100 gram/m2 (AZ 100)
sedangkan untuk lapisan Zinc (Galvanis) tidak kurang dari 200 gram/m2 (Z 200). Ketebalan
material baja ringan untuk kuda-kuda dan web berkisar 0,7-1 mm. Sementara untuk reng sekitar
0,4-0,7 mm.Oleh karena itu sertifikat atau hasil uji bahan baik dari mutu baja, ketebalan profil,
kadar lapisan anti karat (coating) menjadi syarat mutlak dalam pemilihan produk atau merk baja
ringan.

8.2. Spesifikasi Produk

Bahan :
Truss adalah rangka atap dengan bahan baja ringan Zinc-Aluminium (Zin Calume) dengan
komposisi sbb:
• 50 % Aluminium
• 43,5 % Zinc
• 1,5 % Silicon
Anti karat yang terkandung di truss adalah unsure yang menyatukan dengan bahan dasar
sebagai lapisan daya tahan 4 kali lipat dari lapisan pelindung seng biasa/Galvanis
Truss terbuat dari Zinc-Aluminium Hi Tensile (kekuatan tarik, lipat, punter) G550 atau truss
sanggup menopang 550 kg / 1 cm2
Keungulan Truss :
• Menggunakan Metal Zin Calume / ZinCalume / Zinc Calume / Zinccalume dari Blue
Scope Steel yang menrupakan pemegang lisensi baja ringan original
• 5 kali lebih kuat dari baja galvanis
• 40 % lebih kuat dari Mild Steel
• Anti Karat / korosi
15
• APlikasi kuda-kuda inti dengan ketebalan 1 mm
• Fabrikasi dilakukan di proyek untuk menghindari salah konstruksi / tidak perlu
merubah mengurangi ring balok bangunan yang ada
• Truss memiliki standar bentuk dan ukuran yang tetap karena semua komponen di
produksi dengan menggunakan mesin teknologi tinggi Blue Scope dengan quality
control yang ketat dan solid
8.3. Spesifikasi Teknis Material

• Lebar atas 30 mm tinggi 40 mm, Material ini digunakan untuk gorden, ketebalan
0,55 mm
• Tinggi profilan dari truss adalah 75 mm dengan ketebalan 1 mm

8.4. Spesifikasi Konstruksi

Konstruksi truss terdiri dari 3 jenis kuda-kuda adalah sbb:


1. Kuda-Kuda Inti / Besar
Kuda-kuda di skrup dengan kekuatan G 550 untuk menghindari lendut dan goncangan
digunakan plat zincalum terbal balok betangan 1,00 mm
2. Kuda-Kuda Pendukung
Mengunakan system trikey (3 Pengunci) dua plat zincalum untuk menahan moment geser
dan tarik/punter di setiap rangka diklem menggunakan klem zincalum.
3. Kuda-Kuda Penahan
Sistem pengunci dan penopang sama dengan kuda-kuda pendukung dan inti.
4. Penahan beban hidup dan mati ataupun lendutan truss menggunakan system interlock
kuda-kuda Beban Hidup (Angin), Siling/system interlock antara kuda-kuda untuk
menahan beban tetap sehingga menimbulkan moment melayang/angkat beban mati
tersebar merata pada setiap 1 cm2 material
5. Untuk menahan beban mati (genteng) dan lendut maupun getaran truss menggunakan
illustrasion support. 3D illustration support menggunakan kekuatan pendukung yaitu baut
tanam
6. Material Pendukung
A. Reng Zinc Calume
Tinggi = 40 mm
Lebar = 30 mm
Tebal = 0,55 mm
B. Screfdrilling screw/cutter (material pengikat)
B texs 12 – 14 x 20 mm HWFS, dilapisi anti karat

8.5. Model Kontruksi Berdasarkan Atap

1. Untuk Atap Genteng


2. Kontruksi untuk Atap Genteng
3. Atap Genteng Metal Setara Surya Roof 0,30 T. berpasir

8.6. Truss

Kontruksinya selalu dipasang, diukur, dipotong dipresisikan (fabrikasi) di proyek ini


dilakukan untuk menghindari salah ukuran sehinga tidak merusak/merubah ring balok yang
ada sedangkan perencanaan dan uji konstruksi maupun kalkulasi menggunakan software
dengan ketelitian sangat tiggi ditindak lanjuti dengan dikeluarkan suatu garansi 5 – 25 tahun
untuk bahan zinc calum yaitu garansi bahan dan konstruksi terkecuali bencana alam dan
pengrusakan.

16
Pasal 9
PEKERJAAN PENUTUP ATAP & LISTPLANG

9. 1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini terdiri dari :

9.1.1. Pasang Peunutp Atap Genteng Metal Setara Surya Roof 0,30 T. berpasir
9.1.2. Pasang Perabung genteng metal
9. 2. Persyaratan Bahan.
Pekerjaan ini menggunakan bahan antara lain :

9.2.1. Genteng Metal Setara Surya Roof 0,30 T. berpasir


9.2.2. Sekrup Baut/Screw
9.2.3. Listplank Kayu
9.2.4. Perabung Genteng Metal
9.2.5. Sisik Ikan Gonjong
9.2.6. Labu – Labu Gonjong

9. 3. Pedoman Pelaksanaan
 Pemasangan atap harus benar-benar lurus dan rapi serta tidak bergelombang, adapun bahan yang
dipasang jenis genteng metal yang sudah mendapat persetujuan pengawas lapangan / direksi
teknis.
 Bentuk susunan atap seperti pada gambar rencana.
 Lisplank dari papan kayu 2 lapis 3/15 dan 3/25 klas II dengan ukuran sesuai dengan gambar
rencana.
 Pemasangan lisplank harus benar-benar lurus dan kuat, sehingga akan menghasilkan suatu
pekerjaan yang baik, lurus, rapi dan tidak bergelombang.
 Pasangan atap Genteng dibautkan langsung pada gording/ reng kuda-kuda baja ringan dengan
mengunakan baut khusus untuk atap.
 Tiap sambungan diberi tindisan sesuai dengan spesifikasi pabrik, minimal tindisan antara satu
lembar dengan lembaran lainnya 2,5 alur. Alur harus dipasang merata (tidak bolak balik),
sehingga hasil akhir pasangan akan rapi.
 Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak mengakibatkan kebocoran.
Apabila terjadi kebocoran setelah pemasangannya, maka bagian yang bocor tersebut harus
dibongkar dan dipasang baru.

PASAL 10
PEKERJAAN DINDING

10. 1. Lingkup Pekerjaan.


Lingkup pekerjaan dinding meliputi antara lain :
10.1.1 Dinding batu bata.
17
10.1.2 Ventilasi Beton

10. 2. Persyaratan Bahan.


Pekerjaan dinding batu bata menggunakan bahan antara lain :
10.1.1. Pasir / Agregat
10.1.2. Batu bata
10.1.3. Air
10.1.4. Cement Portland

10. 3. Pedoman Pelaksanaan Pasangan Batu bata


10.3.1. Pasangan batu bata dengan adukan 1 semen : 4 pasir, dipasang untuk dinding.
10.3.2. Sebelum batu bata mulai dipasang, batu bata harus terlebih dahulu direndam sampai kenyang dan
permukaan batu bata yang akan dipasang harus basah. Kemudian dinding harus dibuat profil
pasangan, semua pasangan dinding harus rata dan baik terhadap sisi horizontal maupun sisi
vertikal, pasangan batu bata harus dipadu dengan benang, antara satu kali menaikan benang
tidak boleh melebihi 30 cm dari pasangan bata yang selesai.
10.3.3. Lapisan antara batu bata yang satu dengan lapisan batu bata yang diatasnya harus berbeda
setengah panjang batu bata. Batu bata yang setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah
pasangan batu bata, kecuali pasangan sudut.
10.3.4. Pertemuan pasangan bata dengan kolom struktur harus diperkuat dengan angker besi dia. 8 mm,
dan permukaan / sisi kolom harus yang menyentuh pasangan bata harus dikasarkan.
10.3.5. Tebalnya siar pasangan batu bata tidak boleh kurang dari 1,5 cm (15 mm) dan siarnya harus
benar-benar terisi merata dengan spesi. dan untuk persiapan plesteran, siar harus ditekuk /
dikorek sedalam ± 1 cm.
10.3.6. Tinggi pasangan rata-rata tidak boleh melebihi dari satu meter dan pengakhiran pasangan pada
satu hari harus dibuat bertangga menurun (tidak boleh pengakhiran dibuat tegak) untuk
menghindari retak dikemudian hari.
10.3.7. Semua pasangan bata harus rata (horizontal) dan lot (tegak lurus). Untuk membuat pasangan
bata tersebut lurus, rata (horizontal) dan tegak lurus (lot) harus dibantu dengan benang.
Pemasangan benang untuk setiap antara benang tidak boleh dari 5 (lima) lapis pasangan bata
atau maksimal setiap jarak 30 cm dari pasangan dibawahnya.
10.3.8. Tidak dibenarkan menggunakan batu bata patah yang kurang dari ½ (separoh) panjang bata ,
kecuali sesuai dengan peraturannya ( disudut ).
10.3.9. Semua pasangan bata harus dijaga jangan sampai terkena matahari langsung dan Pemborong
harus melindungi pasangan bata dari sinar mata hari langsung (minimal selama proses
pengeringan).

10. 4. Pembayaran.
Pembayaran pekerjaan dinding dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang
ditawar oleh Pemborong / Kontraktor, meliputi seluruh kegiatan yang diuraikan dalam lingkup
pasangan batu bata dengan satuan m2. Biaya ini sudah mencakup harga bahan, upah peralatan
dan alat–alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Segala akibat yang
timbul atas kesalahan oleh Pemborong/Kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume
dan biaya pekerjaan, tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari Pemimpin Proyek.

PASAL 11
PEKERJAAN LAIN - LAIN

11. 1. Lingkup Pekerjaan.


Lingkup pekerjaan lain – lain meliputi antara lain :
 Pekerjaan administrasi dan dokumentasi.
 Biaya keamanan / jaga malam.

18
Penjelasan masing–masing lingkup pekerjaan ini telah digambarkan pada masing–masing pasal diatas
kecuali administrasi proyek berupa :
 Laporan berkala mengenai pekerjaan secara keseluruhan dan segala sesuatunya yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut yang tertuang dalam kontrak kerja.
 Catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan dan jika diminta
oleh Direksi Pekerjaan / Pemilik proyek untuk keperluan pemeriksaan sewaktu – waktu
dapat diserahkan.
 Dokumen foto
Pemborong/Kontraktor diwajibkan membuat dokumen foto-foto sebelum pekerjaan dimulai
( 0 % ), pekerjaan sedang dilaksanakan ( 30 %, 50 % dan 75 % ) sampai pada pekerjaan selesai
( 100 % ). Tiap tahap permintaan angsuran disertai keterangan lokasi, arah pengambilan dan
tahap pelaksanaan pembangunan serta susunan secara rapi dan diketahui oleh Direksi
Pekerjaan / Pemilik proyek dan Pengelola Teknis.
 Syarat – syarat foto dokumentasi :
 Tiap Unit Bangunan diambil dari 4 (Empat) arah.
 Gambar menyeluruh pandangan dari 4 (Empat) arah.
 Sudut pengambilan gambar dari tiap tahap harus tetap pada sudut pengambilan tersebut
pada butir ( a ).
 Foto - foto tersebut dimasukkan kedalam album dan diserahkan kepada pemilik proyek
melalui Direksi Pekerjaan sebanyak rangkap 3 (Tiga). Untuk biaya dokumentasi merupakan
tanggung jawab dari Rekanan Pelaksana / Kontraktor, Foto–foto tersebut harus dibuat dan
mejadi lampiran setiap permohonan anggaran pembayaran. Segala laporan atau catatan
tersebut dalam ayat ( I ) dan ( II ) Pasal ini, dibuat dalam buku harian rangkap 5 ( lima ) diisi
pada formulir yang telah disetujui oleh Rekanan Pekerjaan / Pemilik dan harus berada
ditempat pekerjaan.
 Gambar As Built Drawing
As built drawing adalah gambar–gambar yang disesuaikan dengan pelaksanaan pekerjaan
dilapangan yang harus diselesaikan dalam 2 (Dua) minggu setelah serah terima pekerjaan 1 (
Pertama ).
 Pembayaran
Pembayaran pekerjaan lain ini didasarkan pada unit taksiran penawaran Rekanan Pelaksana
/ Kontraktor. Harga taksiran ini sudah mencakup semua kebutuhan Rekanan Pelaksana /
Kontraktor sehingga bagian pekerjaan ini berjalan dengan baik dan sempurna.
 Rencana kerja dan syarat-syarat teknis ini menjadi pedoman untuk pekerjaan dilapangan dan
harus ditaati oleh Rekanan Pelaksana/ Kontraktor dan Pemimpin Proyek dalam
melaksanakan pekerjaan ini.

PASAL 12
PEMASUKAN DAN PERSETUJUAN BAHAN

 Semua bahan atau material yang akan dimasukan oleh Pemborong / Kontraktor kelokasi pekerjaan,
baik kwalitas, maupun kwantitas serta jenis bahan, harus atas persetujuan Direksi / Pengawas
Lapangan.
 Direksi / Pengawas Lapangan berhak menolak bahan yang dimasukkan apabila tidak sesuai
dengankebutuhan, kwalitas ukuran serta persyaratan atau spesifikasi yang diinginkan.
 Apabila tidak ada bahan yang dibutuhkan dipasaran, baik kwalitas, kwantitas, ukuran serta
spesifikasi tidak sesuai dengan kebutuhan pemborong dapat mengajukan secara tertulis perubahan
atau penggantian bahan kepada Direksi / Pengawas Lapangan dan kemudian akan ditetapkan dalam
rapat lapangan dengan berita acara rapat lapangan. dan pemborong tidak diizinkan mengganti
19
pemakaian bahan tanpa persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan. Bahan yang masuk dinyatakan
tidak dipakai atau ditolak oleh Direksi / Pengawas Lapangan, harus disingkirkan dan dikeluarkan
dari lokasi, selambat–lambatnya 2 x 24 jam. Setelah penolakan atau instruksi tertulis dari Direksi /
Pengawas Lapangan untuk diperiksa dan disetujui.

PASAL 13
PENUTUP DAN PEMELIHARAAN

Setelah seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan, dan sebelum dilaksanakan serah terima 1 (Pertama) pekerjaan,
Pemborong / Kontraktor diharuskan :
 Membersihkan seluruh lokasi pekerjaan dari segala kotoran dan sampah bekas pekerjaan sehingga
lokasi bangunan kelihatan rapi dan bersih, serta tidak mengganggu pengguna bangunan.
 Selama masa pemeliharaan pemborong wajib memeriksa kembali seluruh hasil pekerjaannya.
Apabila ternyata terjadi kerusakan atau ketidak sempurnaan, maka pemborong / kontraktor wajib
memperbaikinya baik atas inisiatif sendiri maupun atas instruksi Direksi / Pengawas.
 Walaupun dalam RKS ini tidak diuraikan satu persatu tentang persyaratan khusus, baik teknis
maupun bahan serta peraturan dan undang-undang daerah setempat, namun pemborong dianggap
telah memahaminya, dan pemborong diharuskan untuk memenuhi/ melaksanakannya dan segala hal
tersebut diatas. Apabila membutuhkan biaya, pemborong tidak dapat mengajukannya sebagai
pekerjaan tambah. Dan hal tersebut telah termasuk dalam harga penawaran.

Parit Malintang, 2022


Konsultan Perencana,
CV. ABDI AJA CONSULTANT

( RAJA UMAR, ST )
Direktur

20

Anda mungkin juga menyukai