Pasal 1
UMUM
Persyaratan Teknis ini berlaku untuk seluruh pekerjaan, secara umum persyaratan ini bisa ditetapkan dan
merupakan kesatuan dengan dokumen lainnya.
Semua pekerjaan yang dilaksanakan adalah berdasarkan / berpedoman kepada dokumen kontrak yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak ( Pihak proyek dan Pihak pemborong).
Pekerjaan ini mencakup mendatangkan bahan, tenaga dan peralatan serta mengerjakan semua pekerjaan sampai
selesai, sesuai dokumen kontrak yang telah disepakati.
Pasal 2
REFERENSI
2. 1. Dalam pelaksanaan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam RKS ini, berlaku ketentuan-ketentuan
dibawah ini termasuk segala perubahannya.
a. Keputusan Presiden RI Nomor 54 tahun 2010.
b. Tata cara pengadukan dan pengecoran beton SNI—7394-2008.
c. Standart / Pedoman Seperti :
Peraturan Beton Berulang Indonesia 1971.
Peraturan Muatan Indonesia.
Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 tahun 1972
Peraturan Kali Merah sebagai bahan bangunan NI 10.
Tata cara pekerjaan Tanah SNI 2835 - 2008
1
Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah setempat yang berkaitan
dengan permasalahan bangunan.
2. 2. Apabila ada pada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur dalam persyaratan teknis
umum/khusus maka Pemborong / Kontraktor harus mengajukan salah satu persyaratan teknis berikut ini
guna mendapatkan persetujuan pengawas lapangan.
a. Standar/normal pedoman yang biasa diterapkan pada bagian pekerjaan yang bersangkutan yang
diterbitkan oleh instalasi, Asosiasi, lembaga penggujian ataupun badan lain yang berwenang.
b. Brosur teknis dari produsen yang dilengkapi dengan sertifikat dari lembaga pengujian.
Pasal 3
UKURAN DAN PENJELASAN GAMBAR
3. 1. Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam gambar kerja / bestek adalah merupakan acuan untuk
pelaksanan pekerjaan, dan merupakan ukuran jadi.
3. 2. Sebelum akan memulai pelaksanaan pekerjaan dilapangan, pemborong harus terlebih dahulu melakukan
pengukuran site kembali untuk menentukan tinggi pagar, penentuan tinggi permukaan pengurugan tanah,
dan semua hasil pengukuran tersebut harus dilaporkan kembali kepada pihak Pengawas Lapangan / Direksi
untuk disetujui.
3. 3. Segala / seluruh biaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan pengukuran tersebut adalah merupakan tanggung
jawab Pemborong / Kontraktor.
Perbedaan Gambar :
3. 1. Bila gambar bestek / kerja tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) ini, maka yang mengikat
adalah RKS, atau ditentukan kemudian oleh Pengawas Lapangan.
3. 2. Bila suatu gambar kerja / gambar bestek tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja,
maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku / mengikat.
3. 3. Bila ada perbedaan antara gambar kerja/bestek Arsitektur dengan struktur, maka yang berlaku / mengikat
adalah gambar kerja Arsitektur sepanjang tidak mengurangi segi konstruksi dan kekuatan struktur.
3. 4. Bila perbedaan–perbedaan itu, ketidak–jelasan maupun perbedaan menimbulkan keragu-raguan sehingga
dalam pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, maka pemborong harus terlebih dahulu melaporkan
kepada Pengawas Lapangan untuk mendapatkan keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
3. 5. Ketentuan/aturan di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Pemborong untuk memperpanjang waktu
pelaksanaan maupun mengajukan “claim” biaya pekerjaan tambah.
2
dan operasi lainnya yang harus dilakukan atau biaya yang diperlukan sebelum mulai
berbagai item pekerjaan kontrak di lokasi proyek.
2.2 Mobilisasi adalah pengiriman ke lokasi pekerjaan sumber daya yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan.
2.3 Mobilisasi selesai bila kontraktor dapat melaksanakan dan diterima oleh Konsultan
mengenai kebutuhan masing-masing persyaratan yang terkait yang disebutkan dalam
kontrak.
3. Demobilisasi
3.1 Demobilisasi mencakup penyiapan pengajuan yang diperlukan sebelum pengakhiran
pekerjaan. Demobilisasi adalah penarikan kembali dari lokasi pekerjaan sumberdaya yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.
3.2 Demobilisasi akan dianggap selesai jika seluruh peralatan, bahan, personil, atau lainnya
milik kontraktor telah dikeluarkan dari lokasi proyek, dan persyaratan-persyaratan
pekerjaan sebagaimana diatur dalam kontrak telah dipenuhi.
3
3. Keselamatan Kerja
3.1 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, Kontraktor
bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, material dan peralatan teknis
serta konstruksi.
3.2 Kontraktor wajib menjaga Keselamatan kerja di ruang kerja dengan melengkapi dengan
perlengkapan keselamatan kerja seperti safety line, rambu-rambu, papan promosi
keselamatan, dan lain-lain.
3.3 Kontraktor wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan
pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi aturan dan ketentuan
kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku (Jamsostek).
3.4 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan, menurut syarat-syarat Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan dilapangan,
untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
3.5 Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja dan di lokasi harus
disediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa safety belt, safety helmet, masker/kedok las
terutama untuk dipakai pada pekerjaan pemasangan kuda-kuda baja dan pekerjaan yang
beresiko tertimpa benda keras.
3.6 Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih
bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di lapangan pekerjaan
untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali atas ijin PPK.
3.7 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor segera mungkin memberitahu kepada Konsultan
dan mengambil tindakan yang baru untuk keselamatan korban-korban kecelakaan itu.
4
2.3 Kontraktor harus membongkar pekerjaan yang tidak diterima atau ditolak oleh Konsultan
dan PPK dan mengerjakan kembali sesuai persyaratan kontrak dan/atau petunjuk dari
konsultan tanpa tambahan biaya.
2.4 Jika kontraktor menolak atau membongkar atau mengganti, PPK akan melakukan
pembongkaran atas biaya dari kontraktor.
Pekerjaan yang dihasilkan harus sesuai dengan sasaran dan gambar desain yang telah ditetapkan.
Pelaporan
1. Laporan Harian
Kontraktor harus membuat laporan Harian yang menggambarkan peristiwa – peristiwa penting
yang berkaitan dengan pekerjaan, jam kerja, jumlah buruh yang diperkerjakan, waktu operasi
peralatan, jam lembur, keterlambatan beserta penyebabnya, kondisi mateorologi, bahan atau
peralatan, kemajuan yang dibuat dan petunjuk, pemberitahuan dan rekomendasi yang dibuat oleh
Konsultan Pengawas. Laporan Harian harus diajukan dan distujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Laporan Mingguan
Kontraktor harus menyampaikan laporan Mingguan kepada Konsultan pada hari Selasa setiap
minggu. Laporan Mingguan ini menggambarkan peristiwa – peristiwa berkaitan dengan
keterlambatan beserta penyebabnya, kemajuan kerja yang dibuat, jadwal/target satu minggu ke
depan beserta perencanaan sumber daya yang akan digunakan (tenaga, material dan peralatan ).
3. Laporan Bulanan
3.1 Kontraktor harus memberikan Laporan Kemajuan Bulanan kepada Konsultan paling
lambat tanggal 2 setiap bulannya. Laporan bulanan ini menggambarkan peristiwa-
peristiwa berkaitan dengan keterlambatan beserta penyebabnya, kemajuan kerja yang
dibuat, kondisi mateorologi, jadwal/target satu bulan ke depan beserta perencanaan
sumber daya yang akan digunakan (tenaga, material dan peralatan).
3.2 Kontraktor harus menyampaikan Laporan Kemajuan Bulanan yang sudah disetujui oleh
Konsultan paling lambat tanggal 5 setiap bulannya kepada PPK.
5
2.1 Menyampaikan surat permohonan kepada PPK untuk pelaksanaan serah terima hasil
pekerjaan.
2.2 Menyerahkan garansi pabrikan
2.3 Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian hasil pelaksanaan pekerjaan dengan konsultan
dan tim PPK.
2.4 Menyampaikan pedoman pemeliharaan (maintenance manual)
2.5 Menyerahkan pekerjaan terakhir hanya dapat dilaksanakan apabila seluruh pekerjaan telah
dapat berfungsi secara baik dan dapat diterima oleh PPK.
Masa Pemeliharaan
Ruang Lingkup
Masa pemeliharaan adalah masa tanggung jawab perbaikan atas cacat atau rusak hasil pekerjaan
yang telah dilaksanakan dalam periode pemeliharaan yang telah ditetapkan.
Masa Pemeliharaan
Masa pemeliharaan adalah sesuai yang tercantum dalam dokumen kontrak mulai dari
tanggal Sertifikat Penyelesaian Pekerjaan (ST 1)/ PHO.
Sebelum akhir masa pemeliharaan berakhir Kontraktor harus mengajukan surat
permohonan pemeriksaan lapangan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
Setelah dilakukan evaluasi dan disimpulkan bahwa hasil pekerjaan dalam kondisi baik
maka PPK akan mengeluarkan Sertifikat Serah Terima Kedua (ST 2)/ FHO.
Pasal 4
PEKERJAAN PERSIAPAN LAPANGAN
4. 1. Pekerjaan Persiapan.
4.1.1. Sebelum pekerjaan persiapan akan dilaksanakan dilapangan pemborong terlebih dahulu harus
mempersiapkan peralatan, tenaga kerja dan bahan-bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
4.1.2. Apabila dilapangan, pihak Direksi / Pengawas Lapangan menganggap peralatan dan tenaga kerja
serta bahan yang didatangkan tidak memenuhi kebutuhan baik kuantitas maupun kualitasnya,
6
maka direksi / pengawas lapangan berhak untuk menolak, dan Pemborong harus melakukan
penggantian atau penambahan.
4. 2. Keamanan.
4.2.1. Pemborong/Kontraktor harus menempatkan personil pengaman atau penjaga malam untuk menjaga
seluruh tumpukan material serta untuk kepentingan Pemborong sendiri dilokasi pekerjaan.
4.2.2. Segala sesuatu yang dapat merugikan pemborong yang disebabkan oleh tidak adanya pengamanan /
penjagaan adalah merupakan resiko pemborong dan tidak dapat diklaim kepada pihak proyek, atau
sebagai alasan untuk mengurangi suatu pekerjaan / keterlamKalin.
4. 3. Air Kerja
4.3.1. Air untuk pekerjaan harus disediakan pemborong dengan mengambil sumber air dari yang ada di
lokasi pekerjaan atau sumber air lain atas persetujuan Pemberi Tugas / Pengawas lapangan.
4.3.2. Apabila sumber air yang ada tidak dapat menjamin kebutuhan dilapangan, maka pemborong /
kontraktor harus membuat bak penampungan air / reservoar dengan kapasitas yang mencukupi
untuk air kerja, sesuai dengan petunjuk Pengawas Lapangan.
Pasal 5
PEKERJAAN PENDAHULUAN
5. 1. Lingkup Pekerjaan.
Lingkup Pendahuluan pekerjaan meliputi antara lain :
5.1.1. Pasangan papan bouwplank.
5.1.2. Bobok Beton Sloof / Koneksi Besi Sloof Baru.
5. 2. Pembersihan Lapangan.
5.2.1. Persyaratan alat.
Pihak Pemborong harus mempersiapkan semua tenaga kerja dan peralatan khusus, yang
berhubungan dengan pekerjaan pembersihan lapangan.
5.2.2. Sebelum memulai pekerjaan pemborong harus membersihkan lokasi pekerjaan ( Site ) dari
tumbuhan semak belukar, sampah atau benda lainnya.
5.2.3. Semua material / bahan bekas bongkaran harus dibuang dari lokasi, sehingga tidak mengganggu
pelaksanaan pekerjaan atau menganggu dan merusak kebersihan lingkungan.
Pedoman Pelaksanaan
5. 3. Pasangan Papan Bouwplank.
5.3.1. Papan bouwplank dipasang pada patok kayu kasau berukuran 5/7 cm, yang tertancap ditanah
sehingga tidak dapat di gerak-gerakkan atau diubah-ubah, berjarak maksimum 1,50 m satu dengan
yang lainnya.
5.3.2. Papan bouwplank dibuat dari papan dengan ukuran papan tebal 2 cm dan lebar 20 cm dipasang
lurus dan diserut rata pada sisi di sebelah atasnya. Tinggi sisi atas papan harus sama satu dengan
yang lainya dan diwaterpass, kecuali dikehendaki lain oleh pengawas lapangan.
5.3.3. Bouwplank dipasang dengan jarak minimum 1.00 m dari As pondasi terluar. Apabila kondisi
lapangan tidak memungkinkan, papan bouwplank diletakkan sesuai dengan petunjuk pengawas
lapangan.
7
5.3.4. Untuk letak + 0.00 pondasi pagar akan ditetapkan bersama-sama oleh Pemborong, Konsultan
Perencana dan Direksi / Pengawas lapangan sesuai dengan gambar kerja / bestek sewaktu
pematokan dilapangan.
5.3.5. Setelah selesai pemasangan papan bouwplank, pemborong harus melaporkan kepada pengawas
lapangan untuk mendapatkan persetujuan dan harus menjaga serta memelihara keutuhan dan
ketetapan letak papan bouwplank selama pelaksanaan pekerjaan, sampai dinyatakan tidak
diperlukan lagi oleh pengawas lapangan.
5. 4. Pembayaran.
Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan oleh
Rekanan Pelaksana / Pemborong. Harga ini sudah mencakup harga bahan, upah peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul
atas kesalahan oleh Pemborong / Kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan
biaya, pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari Pemimpin Proyek.
Pasal 6
PEKERJAAN GALIAN TANAH
Pedoman Pelaksanaan
6. 1. Galian Tanah.
6.1.1. Yang dimaksud dengan pekerjaan galian tanah adalah galian tanah untuk pondasi, dan pekerjaan
kebutuhan bangunan lainnya sesuai gambar rencana / bestek.
6.1.2. Ukuran masing-masing galian harus disesuaikan dengan gambar rencana atau kebutuhan
dilapangan.
6.1.3. Pekerjaan galian tanah baru boleh dilaksanakan setelah papan bouwplank selesai terpasang
lengkap dengan penempatan titik / tempat penggalian telah ditetapkan sesuai gambar / bestek.
kedalaman serta bentuk galian harus diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.
6.1.4. Pemborong harus mencegah genangan air dalam galian yang disebabkan oleh air hujan, rembesan
air, dengan jalan memompa atau menyalurkan selokan atau ke tempat lain sesuai petunjuk
pengawas lapangan. Bila diperlukan untuk mencegah kelongsoran maka dapat digunakan
penyanggah galian.
6.1.5. Apabila atau karena permukaan air tinggi, maka Pemborong harus menyediakan pompa air
secukupnya untuk mengeringkan air yang menggenangi galian.
6.1.6. Apabila ada kesalahan penggalian / galian lebih dalam dari yang dikehendaki atau posisinya
berlainan dengan yang tertera dalam gambar, maka pemborong harus mengisi kembali dengan
pasir urug atau bahan lain yang disetujui pengawas lapangan, dan dipadatkan sampai sempurna,
atas biaya pemborong sendiri tanpa penggantian biaya dari pemberi tugas.
6.1.7. Tanah urug harus bebas dari segala bahan-bahan yang dapat membusuk atau dapat mempengaruhi
kepadatan urugan yang akan dilaksanakan.
6.1.8. Bila dasar galian tidak mencapai kepadatan yang dipersyaratkan, maka pemborong harus
melakukan penggalian sampai ditemukan dasar galian yang memenuhi kekerasan tanahnya, atau
dengan cara perbaikan mutu tanah tersebut dengan mengganti dengan bahan urugan lain dan
dipadatkan sehingga mencapai kepadatan yang dipersyaratkan atas biaya pemborong sendiri.
6.1.9. Kelebihan tanah bekas galian harus dibuang ke tempat yang telah ditentukan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan. lokasi antara papan patok ukur ( bouwplank ) dan galian harus bebas
dari timbunan tanah.
8
6. 2. Pembayaran.
Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan oleh
Pemborong/Kontraktor. Harga ini mencakup harga bahan, upah, peralatan, pembuangan kelokasi
pekerjaan tanah bekas galian yang tidak diperlukan. Segala akibat yang ditimbulkan atas
kesalahan oleh Pemborong / Kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya
tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari Pemimpin Proyek.
Pasal 7
BAHAN KALI DAN PASANGAN
7. 1. Persyaratan Bahan.
7.1.1. Pasir / Agregat.
Pasir / Agregat yang digunakan untuk semua pekerjaan harus berkualitas baik.
Untuk pekerjaan pasangan dan beton agregat harus berbutir tajam dan keras, bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi yang disyaratkan dalam
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. dan Pemborong harus mengajukan sample dan hasil
test agregat yang akan digunakan sebelum agregat tersebut dikirim ketempat pekerjaan.
Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada ayakan no. 5, agregat halus adalah agregat
yang dapat melewati ayakan no. 5.
Agregat kasar harus bersih dari Lumpur, tumbuhan dan bahan- bahan kimia yang dapat
mempengaruhi kekuatan beton, serta harus memiliki ukuran yang beragam, keras dan bentuk
yang baik.
Agregat halus yang dimaksud adalah pasir yang bersih, bebas dari segala jenis kerang, silk,
clay, garam dan bahan-bahan lainnya.
Apabila kadar Lumpur agregat halus melebihi 5 % dan agregat kasar melebihi 1 %, maka
agregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Sesuai trial mix yang dilakukan,
agregat yang digunakan untuk campuran beton harus berasal satu sumber, yang telah
disetujui oleh Direksi / Pengawas Lapangan.
Agregat harus disimpan dalam keadaaan terpisah satu sama lain berdasarkan ukurannya
diatas permukaan yang keras, sehingga terhindar dari kemungkinan tercampur dengan
lumpur maupun tanah. Harus dibuatkan pula saluran air disekitar penyimpanan agar kadar air
dari agregat tidak berubah terlalu banyak.
9
Ukuran dan bentuk semua batu Kali yang akan dipakai harus sama. jika terjadi perbedaan
ukuran Kali yang dipakai tidak boleh melebihi dari 5 mm.
Persentase pemakaian batu Kali patah tidak boleh lebih dari 10 % dari volume Kali yang
dipakai pada bidang yang akan dipasang.
Penyimpanan batu Kali harus diatur sedemikian rupa agar batu Kali tidak rusak atau
berkurang mutunya. Direksi / Pengawas Lapangan berhak menolak pemakaian batu Kali yang
rusak atau kurang baik mutunya akibat kesalahan penumpukkan / penyimpanan.
Pasal 8
PEKERJAAN PONDASI
8. 1. Lingkup Pekerjaan.
Lingkup pekerjaan pondasi untuk pembangunan pagar ini meliputi antara lain :
8.1.1. Pekerjaan galian tanah.
8.1.2. Pekerjaan lantai kerja.
8.1.3. Pekerjaan pondasi tapak.
8.1.4. Pekerjaan kolom pedestal.
8.1.5. Urugan tanah kembali.
8. 2. Persyaratan Bahan.
Pekerjaan pondasi menggunakan bahan antara lain :
8.2.1. Pasir / Agregat ( telah diuraikan pada butir 7.1.1 ).
8.2.2. Kerikil cor ( telah diuraikan pada butir 7.1.2 ).
8.2.3. Air ( telah diuraikan pada butir 7.1.4 ).
8.2.4. Batu Kali
8.2.5. Cement Portland ( telah diuraikan pada butir 7.1.5 ).
Pedoman Pelaksanaan
8. 3. Pondasi Batu Kali.
8.3.1. Pondasi bangunan yang dipakai merupakan pondasi batu kali yang memenuhi persyaratan
teknis/sesuai keadaan di lapangan.
8.3.2. Pasangan pondasi berasal dari batu kali/batu lebah, ukurannya harus sesuai gambar rencana
pondasi dengan perbandingan perekatnya 1PC : 3KP : 10PS kemudian diplester kasar, bagian bawah
pondasi dipasangi batu kosong/aanstamping tebalnya 20cm yang sela-selanya diisi pasir urug lalu
disiram air hingga penuh dan ditumbuk sampai padat dan rata.
8.3.3. Celah-celah besar antara batu diisi batu kecil yang cocok padatnya.
8.3.4. Pasangan pondasi batu kali tidak saling bersentuhan serta harus ada perekat diantaranya
sampai rapat.
8.3.5. Pada pasangan batu kali harus sudah disiapkan anker besi untuk kolom yang dalamnya 25 cm,
harus sudah dicor dan panjang besi yang muncul di atasnya minimal adalah 50 cm.
8. 4. Pondasi tapak.
8.4.1. Ukuran pondasi tapak yang dipakai untuk bangunan ini adalah dengan ukuran 80 x 80 cm dengan
tinggi pondasi tapak 25 cm.
8.4.2. Pasangan dan kedudukan pondasi tapak harus datar dan tegak lurus ( tidak boleh miring ).
8.4.3. Mutu adukan beton yang dipakai untuk pengecoran pondasi tapak adalah perbandingan 1 Pc : 2
Psr : 3 Krkl ( K.225 ).
8.4.4. Ukuran besi yang digunakan adalah besi dia. 12 mm dan besi dia. 8 mm, panjang dan banyaknya
yang dipasang berdasarkan gambar kerja atau sesuai dengan arahan dan petunjuk dari Direksi /
Pengawas Lapangan.
8. 5. Pembayaran.
Pembayaran dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang ditawarkan oleh
Pemborong / Kontraktor. Harga ini sudah mencakup harga bahan, upah peralatan dan alat-alat
11
bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Segala akibat yang timbul atas
kesalahan Rekananan Pelaksana / Kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan
biaya, pekerjaan tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari Pemimpin Proyek.
Pasal 9
PEKERJAAN BETON BERTULANG
9. 1. Lingkup Pekerjaan.
Lingkup pekerjaan beton meliputi antara lain :
9.1.1. Pekerjaan Sloof
9.1.2. Pekerjaan Kolom
9.1.3. Pekerjaan Ring Balok
9.1.4. Pekerjaan Daag / Lantai beton bertulang.
9. 2. Persyaratan Bahan.
Pekerjaan beton bertulang menggunakan bahan antara lain :
9.2.1. Pasir / Agregat
9.2.2. Kerikil
9.2.3. Air
9.2.4. Cement Portland
9.2.5. Baja / Besi tulangan
12
Pedoman Pelaksanaan
9. 4. Persyaratan Pemasangan.
9.4.1. Pelaksanaan pekerjaan penulangan beton harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman, dan
dengan menggunakan peralatan yang memenuhi syarat sehingga tidak menimbulkan cacat (patah,
retak dan keropos) yang dapat menimbulkan berkurangnya kekuatan / mutu baja tulangan.
9.4.2. Pembengkokkan baja tulangan harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, tepat pada ukuran
posisi pembengkokkan sesuai dengan gambar dan tidak menyimpang dari Peraturan Beton
Bertulang Indonesia 1971.
9.4.3. Pemotongan, pembengkokkan dan toleransi pembengkokkan harus sesuai dengan Peraturan Beton
Bertulang Indonesia 1971. dan semua baja tulangan harus diikat dengan sempurna dengan kawat
ikat sehingga tidak mengalami perubahan posisi saat pengecoran beton. Akhir dari tulangan harus
dibengkokkan kearah dalam minimal 5 kali diameter tulangan dan tidak diperkenankan
menembus ke selimut beton.
9.4.4. Potongan atau ketentuan penempatan sambungan harus sesuai dengan gambar atau ditempat yang
ditentukan dan disetujui oleh Direksi / Pengawas Lapangan. Tulangan yang telah terpasang tetapi
belum dicor harus dilindungi sepenuhnya terhadap korosi, sesuai pengarahan yang diberikan oleh
Direksi / Pengawas Lapangan.
9.4.5. Apabila tulangan selesai dipasang, pemborong harus melaporkannya kepada Direksi/ Pengawas
Lapangan untuk diperiksa dan disetujui. Pemborong tidak diperkenankan melakukan pengecoran
sebelum tulangan yang terpasang diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Pegawas Lapangan.
Pasal 6
BEKISTING / CETAKAN
Pasal 7
PENGECORAN BETON
7. 3. Pembayaran.
Pembayaran pekerjaan beton dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang
ditawar oleh Pemborong / Kontraktor, meliputi seluruh kegiatan yang diuraikan dalam lingkup
pekerjaan beton dengan satuan m3. Biaya ini sudah mencakup harga bahan, upah peralatan dan alat
– alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Segala akibat yang timbul atas
kesalahan oleh Pemborong/Kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume dan biaya
pekerjaan, tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari Pemimpin Proyek.
Pasal 8
PEKERJAAN KUDA - KUDA / KAP ATAP
Bahan baja yang harus dipakai adalah baja mutu tinggi/High Tension Steel, dengan standar G550.
Lapisan Anti Karat/Zinc (Aluminum dan Zinc) tidak boleh kurang dari 100 gram/m2 (AZ 100)
sedangkan untuk lapisan Zinc (Galvanis) tidak kurang dari 200 gram/m2 (Z 200). Ketebalan
material baja ringan untuk kuda-kuda dan web berkisar 0,7-1 mm. Sementara untuk reng sekitar
0,4-0,7 mm.Oleh karena itu sertifikat atau hasil uji bahan baik dari mutu baja, ketebalan profil,
kadar lapisan anti karat (coating) menjadi syarat mutlak dalam pemilihan produk atau merk baja
ringan.
Bahan :
Truss adalah rangka atap dengan bahan baja ringan Zinc-Aluminium (Zin Calume) dengan
komposisi sbb:
• 50 % Aluminium
• 43,5 % Zinc
• 1,5 % Silicon
Anti karat yang terkandung di truss adalah unsure yang menyatukan dengan bahan dasar
sebagai lapisan daya tahan 4 kali lipat dari lapisan pelindung seng biasa/Galvanis
Truss terbuat dari Zinc-Aluminium Hi Tensile (kekuatan tarik, lipat, punter) G550 atau truss
sanggup menopang 550 kg / 1 cm2
Keungulan Truss :
• Menggunakan Metal Zin Calume / ZinCalume / Zinc Calume / Zinccalume dari Blue
Scope Steel yang menrupakan pemegang lisensi baja ringan original
• 5 kali lebih kuat dari baja galvanis
• 40 % lebih kuat dari Mild Steel
• Anti Karat / korosi
15
• APlikasi kuda-kuda inti dengan ketebalan 1 mm
• Fabrikasi dilakukan di proyek untuk menghindari salah konstruksi / tidak perlu
merubah mengurangi ring balok bangunan yang ada
• Truss memiliki standar bentuk dan ukuran yang tetap karena semua komponen di
produksi dengan menggunakan mesin teknologi tinggi Blue Scope dengan quality
control yang ketat dan solid
8.3. Spesifikasi Teknis Material
• Lebar atas 30 mm tinggi 40 mm, Material ini digunakan untuk gorden, ketebalan
0,55 mm
• Tinggi profilan dari truss adalah 75 mm dengan ketebalan 1 mm
8.6. Truss
16
Pasal 9
PEKERJAAN PENUTUP ATAP & LISTPLANG
9. 1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini terdiri dari :
9.1.1. Pasang Peunutp Atap Genteng Metal Setara Surya Roof 0,30 T. berpasir
9.1.2. Pasang Perabung genteng metal
9. 2. Persyaratan Bahan.
Pekerjaan ini menggunakan bahan antara lain :
9. 3. Pedoman Pelaksanaan
Pemasangan atap harus benar-benar lurus dan rapi serta tidak bergelombang, adapun bahan yang
dipasang jenis genteng metal yang sudah mendapat persetujuan pengawas lapangan / direksi
teknis.
Bentuk susunan atap seperti pada gambar rencana.
Lisplank dari papan kayu 2 lapis 3/15 dan 3/25 klas II dengan ukuran sesuai dengan gambar
rencana.
Pemasangan lisplank harus benar-benar lurus dan kuat, sehingga akan menghasilkan suatu
pekerjaan yang baik, lurus, rapi dan tidak bergelombang.
Pasangan atap Genteng dibautkan langsung pada gording/ reng kuda-kuda baja ringan dengan
mengunakan baut khusus untuk atap.
Tiap sambungan diberi tindisan sesuai dengan spesifikasi pabrik, minimal tindisan antara satu
lembar dengan lembaran lainnya 2,5 alur. Alur harus dipasang merata (tidak bolak balik),
sehingga hasil akhir pasangan akan rapi.
Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak mengakibatkan kebocoran.
Apabila terjadi kebocoran setelah pemasangannya, maka bagian yang bocor tersebut harus
dibongkar dan dipasang baru.
PASAL 10
PEKERJAAN DINDING
10. 4. Pembayaran.
Pembayaran pekerjaan dinding dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak yang
ditawar oleh Pemborong / Kontraktor, meliputi seluruh kegiatan yang diuraikan dalam lingkup
pasangan batu bata dengan satuan m2. Biaya ini sudah mencakup harga bahan, upah peralatan
dan alat–alat bantu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Segala akibat yang
timbul atas kesalahan oleh Pemborong/Kontraktor sehingga mengakibatkan penambahan volume
dan biaya pekerjaan, tidak diperhitungkan sebagai pembayaran tambahan dari Pemimpin Proyek.
PASAL 11
PEKERJAAN LAIN - LAIN
18
Penjelasan masing–masing lingkup pekerjaan ini telah digambarkan pada masing–masing pasal diatas
kecuali administrasi proyek berupa :
Laporan berkala mengenai pekerjaan secara keseluruhan dan segala sesuatunya yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut yang tertuang dalam kontrak kerja.
Catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan dan jika diminta
oleh Direksi Pekerjaan / Pemilik proyek untuk keperluan pemeriksaan sewaktu – waktu
dapat diserahkan.
Dokumen foto
Pemborong/Kontraktor diwajibkan membuat dokumen foto-foto sebelum pekerjaan dimulai
( 0 % ), pekerjaan sedang dilaksanakan ( 30 %, 50 % dan 75 % ) sampai pada pekerjaan selesai
( 100 % ). Tiap tahap permintaan angsuran disertai keterangan lokasi, arah pengambilan dan
tahap pelaksanaan pembangunan serta susunan secara rapi dan diketahui oleh Direksi
Pekerjaan / Pemilik proyek dan Pengelola Teknis.
Syarat – syarat foto dokumentasi :
Tiap Unit Bangunan diambil dari 4 (Empat) arah.
Gambar menyeluruh pandangan dari 4 (Empat) arah.
Sudut pengambilan gambar dari tiap tahap harus tetap pada sudut pengambilan tersebut
pada butir ( a ).
Foto - foto tersebut dimasukkan kedalam album dan diserahkan kepada pemilik proyek
melalui Direksi Pekerjaan sebanyak rangkap 3 (Tiga). Untuk biaya dokumentasi merupakan
tanggung jawab dari Rekanan Pelaksana / Kontraktor, Foto–foto tersebut harus dibuat dan
mejadi lampiran setiap permohonan anggaran pembayaran. Segala laporan atau catatan
tersebut dalam ayat ( I ) dan ( II ) Pasal ini, dibuat dalam buku harian rangkap 5 ( lima ) diisi
pada formulir yang telah disetujui oleh Rekanan Pekerjaan / Pemilik dan harus berada
ditempat pekerjaan.
Gambar As Built Drawing
As built drawing adalah gambar–gambar yang disesuaikan dengan pelaksanaan pekerjaan
dilapangan yang harus diselesaikan dalam 2 (Dua) minggu setelah serah terima pekerjaan 1 (
Pertama ).
Pembayaran
Pembayaran pekerjaan lain ini didasarkan pada unit taksiran penawaran Rekanan Pelaksana
/ Kontraktor. Harga taksiran ini sudah mencakup semua kebutuhan Rekanan Pelaksana /
Kontraktor sehingga bagian pekerjaan ini berjalan dengan baik dan sempurna.
Rencana kerja dan syarat-syarat teknis ini menjadi pedoman untuk pekerjaan dilapangan dan
harus ditaati oleh Rekanan Pelaksana/ Kontraktor dan Pemimpin Proyek dalam
melaksanakan pekerjaan ini.
PASAL 12
PEMASUKAN DAN PERSETUJUAN BAHAN
Semua bahan atau material yang akan dimasukan oleh Pemborong / Kontraktor kelokasi pekerjaan,
baik kwalitas, maupun kwantitas serta jenis bahan, harus atas persetujuan Direksi / Pengawas
Lapangan.
Direksi / Pengawas Lapangan berhak menolak bahan yang dimasukkan apabila tidak sesuai
dengankebutuhan, kwalitas ukuran serta persyaratan atau spesifikasi yang diinginkan.
Apabila tidak ada bahan yang dibutuhkan dipasaran, baik kwalitas, kwantitas, ukuran serta
spesifikasi tidak sesuai dengan kebutuhan pemborong dapat mengajukan secara tertulis perubahan
atau penggantian bahan kepada Direksi / Pengawas Lapangan dan kemudian akan ditetapkan dalam
rapat lapangan dengan berita acara rapat lapangan. dan pemborong tidak diizinkan mengganti
19
pemakaian bahan tanpa persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan. Bahan yang masuk dinyatakan
tidak dipakai atau ditolak oleh Direksi / Pengawas Lapangan, harus disingkirkan dan dikeluarkan
dari lokasi, selambat–lambatnya 2 x 24 jam. Setelah penolakan atau instruksi tertulis dari Direksi /
Pengawas Lapangan untuk diperiksa dan disetujui.
PASAL 13
PENUTUP DAN PEMELIHARAAN
Setelah seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan, dan sebelum dilaksanakan serah terima 1 (Pertama) pekerjaan,
Pemborong / Kontraktor diharuskan :
Membersihkan seluruh lokasi pekerjaan dari segala kotoran dan sampah bekas pekerjaan sehingga
lokasi bangunan kelihatan rapi dan bersih, serta tidak mengganggu pengguna bangunan.
Selama masa pemeliharaan pemborong wajib memeriksa kembali seluruh hasil pekerjaannya.
Apabila ternyata terjadi kerusakan atau ketidak sempurnaan, maka pemborong / kontraktor wajib
memperbaikinya baik atas inisiatif sendiri maupun atas instruksi Direksi / Pengawas.
Walaupun dalam RKS ini tidak diuraikan satu persatu tentang persyaratan khusus, baik teknis
maupun bahan serta peraturan dan undang-undang daerah setempat, namun pemborong dianggap
telah memahaminya, dan pemborong diharuskan untuk memenuhi/ melaksanakannya dan segala hal
tersebut diatas. Apabila membutuhkan biaya, pemborong tidak dapat mengajukannya sebagai
pekerjaan tambah. Dan hal tersebut telah termasuk dalam harga penawaran.
( RAJA UMAR, ST )
Direktur
20