Anda di halaman 1dari 41

SPESIFIKASI TEKNIS `

Pekerjaan :

FASILITASI GEDUNG PUSAT


MANAJEMEN PENGETAHUAN
SDA (WRKMC/PPSDA)

Lokasi :

KANTOR BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI III PALU


Jl. KH. Abdul Rahman Saleh No.230 Palu- Sulawesi Tengah
SPESIFIKASI TEKNIS

URAIAN UMUM

Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus di baca dan dimengerti bersama – sama dengan
gambar-gambar rencana/kerja, yang keduanya menguraikan tentang pekerjaan yang harus dilaksanakan
oleh Pemborong/Kontraktor. Identitas pekerjaan seperti peta lokasi, tempat pekerjaan dilaksanakan
dijelaskan dalam gambar rencana/kerja. Dalam uraian ini disebutkan detail dari spesifikasi teknis dan
pengerjaannya akan diselenggarakan secara hati-hati dan efisien, disesuaikan dengan spesifikasi teknis ini
dan dengan petunjuk-petunjuk Direksi.

PERATURAN TEKNIS

Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan ketentuan-ketentuan peraturan seperti yang tercantum dibawah
ini :
1. NI-2 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
2. M 83 dan ACI-350 R-83 : Peraturan Beton Bertulang untuk USA 1983, yang berlaku secara
internasional
3. NI-3 : Peraturan untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan di Indonesia 1982
(PUBI, 1982)
4. NI-4 : Peraturan Cat Indonesia
5. NI-5 : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
6. NI-6 : Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PUIL,1987)
7. NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
8. NI-10 : Peraturan Batu Merah Untuk bahan Bangunan
9. Peraturan Plumbing Indonesia
10. Peraturan Pelaksanaan Konstruksi Besi Beton Indonesia
11. AVE : Peraturan Pekerjaan Listrik
12. AVWE : Peraturan Pelaksanaan Bangunan Air
13. SII-0021 : Mutu dan Cara Uji Batu Merah untuk bahan bangunan (1978)
14. SII-0131 : Mutu dan Cara Uji Besi Beton Lembaran Lapis Seng (1980)
15. SII-0193 : Mutu dan Cara Uji Besi Beton Strip (1978)
16. SII-0285 : Mutu dan Cara Uji Besi Beton Bertulang
17. SII-0289 : Mutu dan Cara Uji Beton Pejal
18. SII-0293 : Mutu dan Cara Uji Besi Beton Lembaran Lapis Seng yang beri lapisan cat
berwarna (1980)
19. SII-0295 : Mutu dan Cara Uji Besi Beton Karbon Untuk Konstruksi Umum (1980)
20. SII-0344 : Mutu dan Cara Uji Pipa PVC untuk saluran air minum (1980)
21. SNI 03-1976-2002 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung
22. SNI 03-2847-2002 : Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Struktur Bangunan Gedung

1
23. SNI 03-2834-2002 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
24. SNI 2847:2013 : Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
25. ASTM C33M : Standard Specification For Concrete Aggregate
26. ASTM A615/A615M : Standard Specification For Deformed and Plain Carbon-Steel Bars For
Concrete Reinforcement
27. Permen PUPR Nomor 22/PRT/M/2018 Tentang Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung Negara
28. Kepres No. 80 Tahun 2003 dan perubahannya Kepres No. 95 Tahun 2007 dan perubahannya Perpres
No.54 Tahun 2010 dan perubahannya Perpres No. 70 Tahun 2012 dan perubahannya Perpres No.16
Tahun 2018
29. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 307B/1983
30. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja
31. Penjelasan-penjelasan, petunjuk-petunjuk dan perintah-perintah (tertulis) Pemimpin Proyek/Direksi
Pengawas selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung
32. Semua Peraturan Pemerintah Daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini

Apabila ternyata terdapat revisi terakhir dari peraturan-peraturan tersebut diatas, maka revisi terakhir yang
menentukan. Demikian pula apabila bertentangan dengan spesifikasi teknis berikut ini maka yang berlaku
adalah Spesifikasi atau berdasarkan keputusan konsultan pengawas dan Direksi.

A. LINGKUP PEKERJAAN

1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah PEKERJAAN PEMBANGUNAN KANTOR WRKMC, milik
Balai Wilayah Sungai Sulawesi III (BWSS III) yang berlokasi di Jl. Abdul Rahman Saleh No.230 Palu,
dengan lingkup pekerjaan sebagai berikut :
1.1. Pekerjaan Persiapan;
1.2. Pekerjaan Galian & Urugan;
1.3. Pekerjaan Pondasi, Pasangan dan Plesteran;
1.4. Pekerjaan Beton;
1.5. Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela Ventilasi;
1.6. Pekerjaan Plafond dan Relling;
1.7. Pekerjaan Keramik;
1.8. Pekerjaan Pengecatan;
1.9. Pekerjaan Plumbing dan Sanitary;
1.10. Pekerjaan Elektrikal;
1.11. Pekerjaan Akhir dan Lain-Lain;
2. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah mendapatkan segala bahan bangunan, peralatan dan tenaga
kerja, pembersihan dan perataan tanah, serta pekerjaan-pekerjaan lain yang nyata-nyata ada
kaitannya dengan pekerjaan ini.
3. Seluruh pekerjaan tersebut di atas mencakup penyediaan bahan, peralatan, tenaga kerja serta
mengamankan, mengawasi dan memelihara bahan maupun hasil pekerjaan selama masa
pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan dapat selesai dengan sempurna. Pelaksanaan
pekerjaan harus sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pelaksanaan Pekerjaan/ Spesifikasi
Teknis dan Gambar-Gambar Pelaksanaan yang telah disediakan untuk proyek ini.

2
4. Kontraktor/Pelaksana menjamin pada Pemberi Tugas dan Pengelola Teknis, bahwa semua bahan dan
perlengkapan untuk pekerjaan ini adalah sama sekali baru, kecuali ditentukan lain, serta Kontraktor /
Pelaksana menyetujui bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, bebas dari cacat teknis dan
estetis serta sesuai dengan dokumen kontrak.
5. Sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi bahwa pekerjaan telah diselesaikan
dengan sempurna, semua pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor/Pelaksana
sepenuhnya.

B. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Segera setelah Surat Perintah Kerja diterbitkan oleh Pemberi Tugas, Kontraktor/Pelaksana harus
memnyiapkan Direksi Keet (Kantor Direksi).
2. Kantor Direksi tersebut harus dilengkapi dengan :
2.1. 1 buah meja tulis = 1/2 biro,
2.2. 2 buah kursi untuk perlengkapan meja tulis,
2.3. 1 stel meja kursi duduk tamu dari plastik,
2.4. 1 buah papan tulis/white board,
2.5. 1 buah meja panjang + 4 buah kursi untuk persiapan rapat berkala,
2.6. 1 buah kalender yang masih berlaku.
2.7. Kotak obat-obatan (P3K).
3. Untuk menampung tenaga kerja dan penyimpanan bahan-bahan material yang diperlukan,
Kontraktor/Pelaksana harus membuat barak kerja dan gudang material yang memenuhi syarat, dapat
dikunci dan perletakannya mengikuti petunjuk Direksi. Seluruh material pengadaan dan pembuatannya
menjadi tanggungjawab Kontraktor/Pelaksana.
4. Barak Kerja dan Gudang Material tersebut pengadaan dan pembongkarannya menjadi beban dan
tanggung jawab Kontraktor/Pelaksana, dan selanjutnya menjadi milik Kontraktor/Pelaksana.
5. Untuk barak kerja dan gudang material tidak dibenarkan dibongkar sebelum pekerjaan selesai,
terkecuali atas perintah Pemberi Tugas/Direksi pekerjaan.
6. Kontraktor/Pelaksana harus membuat papan nama proyek berukuran 1,20 x 1,20 meter dengan
mencantumkan antara lain:
- Nama Departemen/Dinas/Instansi Pemberi Tugas,
- Nama Proyek dan Nama Pekerjaan,
- Sumber Dana dan Tahun Anggaran,
- Harga Borongan dan Waktu Pelaksanaan,
- Nama Konsultan Perencana dan Pengawas,
- Nama perusahaan Kontraktor (Pemborong).
- Dan lain-lain
7. Kontraktor/Pelaksana bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kecelakaan yang mungkin terjadi
serta atas biaya pengobatannya.
8. Untuk keamanan lapangan kerja, Kontraktor/Pelaksana wajib memagari sekeliling lokasi pekerjaan
dengan pagar pengaman dari seng sehingga aman. Tidak dibenarkan dibongkar sebelum pekerjaan
selesai, terkecuali atas perintah Pemberi Tugas/Direksi pekerjaan. Seluruh material pengadaan dan
pembuatan pagar pengaman dari seng menjadi milik pemberi tugas/direksi.

3
9. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor/Pelaksana. Air y a n g d i se d ia ka n harus
bersih, bebas dari : bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air
harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan Pengawas / Direksi.
Kontraktor/Pelaksana harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang senantiasa terisi
3
penuh dengan kapasitas minimum 3,5 m .
10.Mobilisasi dan Demobilisasi. Mobilisasi mencakup pengadaan, penyediaan dan pengangkutan
tenaga kerja, perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan, termasuk
pemasangan, penyetelan/setting dan pekerjaan lainnya, sehingga lokasi pekerjaan dalam kondisi
baik dan siap pakai.
Termasuk dalam mobilisasi adalah pengadaan, penyediaan dan pengangkutan :
- Tenaga kerja yang diperlukan sebagai pelaksana-pelaksana pekerjaan
- Peralatan pelaksanaan yang terdiri atas alat-alat pengangkutan, alat-alat berat, peralatan
pengadukan beton, fibrator dan sebagainya
- Peralatan penunjang seperti pembangkit listrik, pompa air, scafolding dan lain sebagainya yang
disediakan Kontraktor/Pelaksana dan disetujui oleh direksi
Dalam mobilisasi sudah mencakup pengadaan, penyediaan dan pengangkutan suku cadang yang
diperlukan agar perlengkapan dan peralatan tersebut selalu siap pakai.
Demobilisasi adalah pembongkaran, penyingkiran dan pengangkutan tenaga kerja, perlengkapan
dan peralatan yang telah dimobilisasi, keluar dari lokasi proyek menuju ketempat yang dikehendaki
oleh Kontraktor/Pelaksana. Demobilisasi dilakukan setelah berakhirnya pelaksanaan pekerjaan,
sebelum pekerjaan diserahkan untuk pertama kalinya kepada pemilik pekerjaan.
11.Kontraktor/Pelaksana harus mengurus semua izin-izin yang diperlukan sehubungan dengan
pelaksanaan pembangunan hingga selesai seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan atau
Mobilisasi dan Demobilisasi. Mobilisasi mencakup advis planing dari Dinas PU dan Tata Ruang dan
sebagainya serta semua biaya yang timbul menjadi beban dan tanggung jawab
Kontraktor/Pelaksana.
12.Alat Pemadam Kebakaran minimum 1 buah harus disediakan oleh Kontraktor/Pelaksana dengan
kapasitas minimum 3 kg
13.Kontraktor/Pelaksana harus sudah memperhitungkan biaya asuransi terhadap bangunan yang
dikerjakan maupun asuransi sosial tenaga kerja terhadap staf/pelaksana lapangan, pekerja-pekerja
yang terlibat, Direksi/Pengawas Proyek serta Staf dari Pimpinan proyek yang ditempatkan
dilapangan.
14. Kontraktor/Pelaksana harus menyediakan tenaga listrik baik dari PLN maupun dari Generator
(cadangan) instalasi listrik sementara, baik didalam bangunan maupun instalasi di luar harus
dipasang dan dijaga/dipelihara untuk keperluan selama berlangsungnya proyek. Perlengkapan fitting,
panel, lampu dan accesoris lainya yang diperlukan harus disediakan dan biayanya dibebankan
kepada Kontraktor/Pelaksana. Setelah proyek selesai, seluruh instalasi listrik sementara harus
dibongkar dan lokasi bekas-bekas instalasi harus dirapikan sedemikian hingga diterima direksi.
15. Kontraktor/Pelaksana harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi yang diperlukan. Yang
dimaksud dengan pekerjaan dokumentasi adalah :
- Laporan-laporan perkembangan proyek
- Foto-foto proyek berwarna dengan ukuran minimal A4 dilengkapi dengan album
- Video/film bergerak untuk dokumentasi pekerjaan-pekerjaan tertanam/tertutup dalam tanah/lantai

4
- Surat-surat dan dokumen lainnya
16.Kontraktor/Pelaksana harus menyiapkan administrasi pelaksanaan pekerjaan seperti : Request,
Gambar Shop Drawing dan Asbuil Drawing, laporan harian pelaksanaan , laporan mingguan, prestasi
fisik pekerjaan, Time schedule pekerjaan dan foto-foto kemajuan pekerjaan dan backup data dibuat
sesuai dengan laporan prestasi pekerjaan, sekurang-kurangnya pada saat dilakukan opname
kemajuan pekerjaan.

C. KETENTUAN PELAKSANAAN MANAGEMEN K3

1. Ketentuan Administrasi
a. Kewajiban Umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia Jasa
Konstruksi/Kontraktor/Pelaksana , yaitu :
a) Penyedia Jasa/Kontraktor/Pelaksana berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja,
peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja
terlindungi dari resiko kecelakaan.
b) Penyedia Jasa/Kontraktor/Pelaksana menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau
alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan
kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman
c) Penyedia Jasa/Kontraktor/Pelaksana turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja,
agar tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.
d) Penyedia Jasa/Kontraktor/Pelaksana menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena
jabatannya di dalam organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab mengawasi koordinasi
pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
e) Penyedia Jasa/Kontraktor/Pelaksana memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja
sesuai dengan keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.
f) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa/Kontraktor/Pelaksana menjamin bahwa semua
tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya masing-masing dan
usaha pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa/Kontraktor/Pelaksana dapat memasang
papan-papan pengumuman, papan-papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan yang
dipandang perlu.
g) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua tempat
kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara
pelaksanaan kerja yang aman.
h) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan keselamatan dan
kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa/Kontraktor/Pelaksana.
b. Organisasi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Penyedia Jasa Konstruksi/Kontraktor/Pelaksana harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan
tenaga K3 untuk setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam
struktur organisasi pelaksanaan konstruksi setiap proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full time) untuk
mengurus dan menyelenggarakan kesehatan dan keselamatan kerja

5
b) Pengurus dan penyedia jasa/Kontraktor/Pelaksana yang mengelola pekerjaan dengan jumlah
tenaga kerja minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang memerlukan,
diwajibkan membentuk unit pembina K3
c) Panitia pembina kesehatan dan keselamatan kerja tersebut ini merupakan unit kerja struktural
dari organisasi penyedia jasa/Kontraktor/Pelaksana yang dikelola oleh pengurus atau
Penyedia Jasa/Kontraktor/Pelaksana
d) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan Panitia pembina
kesehatan dan keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya dibawah koordinasi pengurus
atau Penyedia Jasa/Kontraktor/Pelaksana, serta bertanggungjawab kepada pemimpin proyek
e) Penyedia Jasa/Kontraktor/Pelaksana harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Memberikan panitia pembina kesehatan dan keselamatan kerja fasilitas-fasilitas dalam
melaksanakan tugas mereka
- Berkonsultasi dengan panitia pembina kesehatan dan keselamatan dalam segala hal yang
berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dalam proyek
- Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari panitia
pembina kesehatan dan keselamatan kerja
f) Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa/Kontraktor/Pelaksana bergabung dalam suatu proyek
mereka harus bekerja sama membentuk kegiatan-kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Keselamatan Kerja Dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus dibuat
sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama
pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur transportasi,
dimana :
a) Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya
- Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali (pemeriksaan
kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan pada kesehatan fisik dan kesehatan
individu).
- Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut.
b) Tenaga kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan kesehatan khusus,
meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara teratur.
c) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk referensi.
d) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus dilakukan oleh
Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan pertama pada kecelakaan
(PPPK)
e) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat kerja dan
dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.
f) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk kompres,
perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan gigitan ular.
g) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda- benda lain selain alat-alat
PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
h) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan- keterangan/instruksi yang
mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.

6
i) Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan harus dijaga
supaya tetap berisi (tidak boleh kosong)
j) Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu) harus selalu tersedia
k) Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan cepat, jika
diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami kecelakaan kerumah sakit atau tempat
berobat lainnya.
l) Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan strategis yang
memberitahukan antara lain :
- Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK, ruang PPPK, ambulans,
tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari petugas K3
- Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans, nomor telepon dan nama
orang yang bertugas dan lain- lain.
- Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang dapat segera
dihubungi dalam keadaan darurat.
d. Pembiayaan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Kerja
Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi sejak dini
yaitu pada saat Pengguna Jasa/Owner/Pemilik Proyek mempersiapkan pembuatan desain dan
perkiraan biaya suatu proyek. Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan
yang perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya Penyedia
Jasa/Kontraktor/Pelaksana harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana, sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk
kegiatan tersebut dengan biaya yang wajar, oleh karena itu baik Penyedia
Jasa/Kontraktor/Pelaksana dan Pengguna Jasa/Owner/Pemilik Pekerjaan perlu memahami
prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini agar dapat melakukan langkah persiapan,
pelaksanaan dan pengawasannya.

2. Ketentuan Teknis
a. Tempat Kerja Dan Peralatan
Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait dengan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
a) Pintu masuk dan keluar
- Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja
- Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
b) Lampu / penerangan
Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat penerangan buatan
yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat kerja, termasuk pada gang-gang.
- Lampu-lampu harus aman dan terang
- Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya apabila
lampu mati / pecah
c) Ventilasi
- Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk mendapat udara
segar.

7
- Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara yang dikotori oleh
debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus dibuatkan ventilasi untuk pembuangan
udara kotor
- Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya, tenaga
kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya-bahaya tersebut di
atas.
d) Kebersihan
- Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke tempat
yang aman
- Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan
- Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-benda tersebut
dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang jatuh atau tersandung
(terantuk).
- Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat kerja
- Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus
dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya
- Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada
tempat penyimpanan semula.
b. Pencegahan Terhadap Kebakaran Dan Alat Pemadam Kebakaran
Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek dapat dilakukan
pencegahan sebagai berikut :
a) Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia :
- Alat-alat pemadam kebakaran.
- Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
b) Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk menggunakan alat
pemadam kebakaran
c) Orang-orang yang terlatih dan tahu cara mengunakan alat pemadam kebakaran harus selalu
siap di tempat selama jam kerja
d) Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang yang
berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya
e) Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang dapat
dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran harus selalu
dipelihara
f) Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan dicapai
g) Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat-tempat
sebagai berikut :
- Di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan.
- Di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
- Pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang dibangun dimana terdapat
barang-barang dan alat-alat yang mudah terbakar
h) Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan
- Di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang mudah terbakar.
- Di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang menggunakan api.

8
- Di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang disebabkan oleh aliran
listrik.
i) Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan teknis.
j) Alat pemadam kebakaran yang berisi chlorinated hydro carbon atau karbon tetroclorida tidak
boleh digunakan di dalam ruangan atau di tempat yang terbatas (ruangan tertutup, sempit).
k) Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung, pipa
tersebut harus :
- Dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
- Dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
- Dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa dengan sebuah katup yang
menghasi lkan pancaran air bertekanan tinggi.
- Mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam Kebakaran.
c. Bahan-Bahan Yang Mudah Terbakar
Penempatan bahan-bahan yang mudah terbakar harus aman sebagaimana yang dijelaskan
berikut ini :
a) Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti debu/serbuk gergaji, lap berminyak dan potongan
kayu yang tidak terpakai tidak boleh tertimbun atau terkumpul di tempat kerja.
b) Bahan-bahan kimia yang bisa tercampur air dan memecah harus dijaga supaya tetap kering.
c) Pada bangunan, sisa-sisa oli harus disimpan dalam kaleng yang mempunyai alat penutup.
d) Dilarang merokok, menyalakan api, dekat dengan bahan yang mudah terbakar.
e) Cairan yang mudah terbakar harus disimpan, diangkut, dan digunakan sedemikian rupa
sehingga kebakaran dapat dihindarkan.
f) Bahan bakar/bensin untuk alat pemanas tidak boleh disimpan di gedung atau sesuatu tempat,
kecuali di dalam kaleng atau alat yang tahan api yang dibuat untuk maksud tersebut.
g) Bahan bakar tidak boleh disimpan di dekat pintu-pintu.
d. Inspeksi Dan Pengawasan
Inspeksi dan pengawasan harus dilakukan secara teratur dan terus menerus selama pekerjaan
berlangsung di tempat-tempat dimana resiko kebakaran besar, dimana :
1) Tempat-tempat dimana risiko kebakaran terdapat misalnya tempat yang dekat dengan alat
pemanas, instalasi listrik dan penghantar listrik tempat penyimpanan cairan yang mudah
terbakar dan bahan yang mudah terbakar, tempat pengelasan baik las listrik atau karbit.
2) Orang yang berwenang untuk mencegah bahaya kebakaran harus selalu siap meskipun di
luar jam kerja.
e. Perlengkapan Dan Peringatan
Perlengkapan dan peringatan utama yang harus ada di lokasi proyek atau pekerjaan antara lain
sebagai berikut :
1) Papan pengumuman, dipasang pada tempat-tempat yang menarik perhatian; tempat yang
strategis yang menyatakan dimana kita dapat menemukan.
2) Alarm kebakaran, harus ditempatkan pada tempat terdekat.
3) Nomor telepon dan alat-alat dinas Pemadam Kebakaran yang terdekat harus ada dan harus
mudah dibaca.
f. Tempat-Tempat Kerja Yang Tinggi Perlengkapan Dan Perlindungan
Pada tempat-tempat kerja yang tinggi adalah sebagai berikut :

9
1) Tempat kerja yang tingginya lebih dari 2 m di atas lantai atau di atas tanah, seluruh sisinya
yang terbuka harus dilindungi dengan terali pengaman dan pinggir pengaman.
2) Tempat kerja yang tinggi harus dilengkapi dengan jalan masuk dan keluar, misalnya tangga.
3) Jika perlu, untuk menghindari bahaya terhadap tenaga kerja pada tempat yang tinggi, atau
tempat lainnya dimana tenaga kerja dapat jatuh lebih dari ketinggian 2 meter harus
dilengkapi dengan jaring (jala) perangkap; pelataran (platform) atau dengan menggunakan
ikat pinggang (sabuk pengaman) yang dipasang dengan kuat.
g. Utilitas Umum
Utilitas umum seperti jaringan listrik, pipa gas, air, telepon dan lainnya yang akan terganggu
terkait dengan rencana kontruksi jalan dan jembatan sebelumnya harus dilakukan koordinasi
dengan instansi terkait dan untuk kepastian tentang letak dan posisi utilitas tersebut, maka harus
dilakukan pemeriksaan, pengecekan serta peninjauan lapangan bersama dengan instansi terkait
tersebut.
h. Kebisingan Dan Getaran (vibrasi)
Kebisingan dan getaran yang membahayakan bagi tenaga kerja harus dikurangi sampai di bawah
nilai ambang batas. Jika kebisingan tidak dapat di atasi maka tenaga kerja harus memakai alat
pelindung telinga (ear protectors).
i. Menghindari Terhadap Orang Yang Tidak Berwenang
Orang yang tidak berwenang tidak diizinkan memasuki daerah konstruksi, kecuali jika disertai oleh
orang yang berwenang dan diperlengkapi dengan alat pelindung diri. Di daerah konstruksi yang
sedang dilaksanakan dan di samping jalan raya harus dipagari.
j. Perlengkapan Keselamatan Kerja
Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam melaksanakan
tugasnya sebagai berikut :
1) Safety helmet, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama
bekerja.
2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
3) Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi pekerjaan
yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup rapat,
masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan sebagainya.

10
3. Pedoman Untuk Pelaku Utama Konstruksi
a. Pedoman Untuk Manajemen Puncak
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi biaya karena
kecelakaan kerja, antara lain :
1) Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer lapangan. Informasi ini
digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap program keselamatan kerja yang telah
diterapkan.
2) Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan kerja dengan cara
yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan monitoring dan pengendalian mengenai
biaya dan rencana penjadualan pekerjaan.
3) Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan mengalokasikan
biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
4) Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat memberikan jaminan
bahwa peralatan atau material yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan dalam kondisi
aman.
5) Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan kerja dan
memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing masing divisi (bagian) untuk
program keselamatan kerja.
6) Wajib memberlakukan kepada seluruh Managemen, Pekerja atau tamu yang memasuki
area/lokasi proyek untuk wajib menggunakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Pedoman Untuk Manajer Dan Pengawas
Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk mengurangi
kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang konstruksi :
1) Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja konstruksi
sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar untuk meningkatkan K3, juga harus
mendorong personil untuk memperbaiki sikap dan kesadaran terhadap K3 melalui komunikasi
yang baik, organisasi yang baik, persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja untuk tindakan-
tindakan aman, serta menetapkan target yang realistis untuk K3
2) Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan seperti dengan
memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian dari perencanaan pekerjaan dan
memberikan dukungan yang positif.
3) Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan hubungan yang erat
dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk menghindari terjadi kecelakaan dan
permasalahan dalam proyek konstruksi. Manajer dapat melakukannya dengan cara :
- Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan mengusahakan agar mereka
berkenalan akrab dengan personil dari pekerjaan lainnya dan hendaknya memberikan
perhatian yang khusus terhadap pekerja yang baru, terutama pada hari-harinya yang
pertama.
- Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor, karena dengan
mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami mengenai titik sudut pandang para
pekerja. Cara ini bukanlah mempunyai maksud un tuk merusak (“merongrong”)
kewibawaan pihak mandor, tetapi lebih mengarah untuk memastikan bahwa pihak pekerja
itu telah diperlakukan secara adil (wajar).

11
- Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor tetapi juga harus
mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun (sebagai manusia) dapat membuat
kesalahan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara mengizinkan para mandor untuk
memilih para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan kekuasaan yang tunggal untuk
memberhentikan pekerja).
- Memberlakukan selalu penggunaan seluruh peralatan keselamatan dan kesehatan kerja
selama bekerja dilingkungan proyek tanpa terkecuali
- Seluruh Managemen, Pekerja atau tamu yang memasuki area/lokasi proyek wajib
menggunakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Pedoman Untuk Mandor
Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan
bidang konstruksi dengan :
1) Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya dengan tidak
membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara langsung atau tidak
menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang lama dan kemudian membiarkannya
begitu saja.
2) Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak memberikan target
produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk mengurangi kecelakaan
kerja dengan cara berikut ini :
a. Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari keselamatan
kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun yang formal dengan para
mandor di lapangan.
b. Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada tataran
perusahaan.
c. Wajib menggunaan seluruh peralatan keselamatan dan kesehatan kerja selama bekerja
dilingkungan proyek.
d. Pedoman Untuk Pekerja
Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan
dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara lain adalah :
1) Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan kerja.
2) Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.
3) Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
4) Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
5) Memahami lingkup kerja yang diberikan.
6) Wajib menggunaan seluruh peralatan keselamatan dan kesehatan kerja selama bekerja
dilingkungan proyek

D. PENJELASAN GAMBAR-GAMBAR

1. Untuk dapat memahami serta menghayati secara sempurna seluruh pekerjaan ini,
Kontraktor/Pelaksana diwajibkan untuk mempelajari secara teliti, baik gambar maupun syarat-syarat
pada Dokumen Pengadaan (Pelelangan) ini untuk meyakinkan diri bahwa benar-benar tidak terdapat

12
lagi ketidak jelasan perbedaan ukuran-ukuran, perbedaan antar gambar-gambar serta kejanggalan
atau kekeliruan lainnya.
Apabila terdapat ketidak cocokkan, perbedaan atau kejanggalan antar gambar-gambar yang satu
dengan lainnya, maupun antar gambar-gambar dengan Dokumen Pengadaan (Pelelangan), maka
Kontraktor/Pelaksana diwajibkan melaporkan hal-hal tersebut kepada Direksi/Perencana/Konsultan
Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan keputusan pelaksanaan di tapak secepatnya. Ketentuan
tersebut diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor/Pelaksana untuk memperpanjang waktu
pelaksanaan.
2. Mengingat setiap kesalahan maupun kelalaian dan ketidak telitian dalam melaksanakan satu bagian
pekerjaan akan mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka ketelitian pelaksanaan mutlak serta
mendapat perhatian pertama. Kelalaian terhadap ketentuan ini dapat mengakibatkan dibongkarnya
suatu hasil pekerjaan oleh Konsultan Pengawas/Direksi, yang mengakibatkan suatu kerugian bagi
Kontraktor/Pelaksana.
3. Yang dimaksud dengan pekerjaan dalam uraian ini adalah segala hal yang menyangkut pelaksanaan
pekerjaan dan mengikuti gambar-gambar perencanaan serta penjelasan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan (Pelelangan) ini termasuk didalamnya
pengadaan bahan-bahan, pengerahan tenaga kerja, peralatan yang diperlukan serta sarana lainnya,
sehingga maksud dan tujuan terwujud sesuai dengan rencana.
4. Kontraktor/Pelaksana tidak dibenarkan mengubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di
dalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan Pengelola Teknis/Direksi/Konsultan Pengawas. Bila
hal tersebut terjadi, segala akibat yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab pemborong/pelaksana
baik dari segi biaya maupun waktu.
5. Untuk menghindari klaim dari pemeriksa dan Pemilik Proyek dikemudian hari, maka
Kontraktor/Pelaksana harus betul-betul memperhatikan seluruh pelaksanaan pekerjaan dan
bahan yang digunakan dengan memperhitungkan “ukuran jadi (finished) dalam keadaan terpasang”
sesuai persyaratan ukuran pada gambar perencanaan & gambar kerja dan penjelasan
RKS/Spesifikasi Teknis.
6. Kontraktor/Pelaksana wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat
pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis/Spesifikasi teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh
Konsultan Pengawas/Direksi.
7. Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor/Pelaksana berkewajiban membuat
gambar-gambar (As Built Drawing) yang memuat seluruh perubahan dan Back Up Data
pekerjaan, sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjakan / dibangun oleh
Kontraktor/Pelaksana.

E. PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN

1. Pekerjaan pembongkaran dinding untuk akses penghubung gedung belakang dengan Gedung
WRKMC dan pembongkaran Kanopi Parkiran Motor dapat dilaksanakan dengan cara manual.
Pekerjaan pembongkaran ini termasuk pula dengan pekerjaan mengangkut dan membuang material
bongkaran keluar dari lokasi pekerjaan ke tempat yang dikehendaki oleh Kontraktor/Pelaksana atau
atas petunjuk Direksi. Pekerjaan pembongkaran harus dilaksanakan dengan hati-hati.

13
2. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor/Pelaksana harus membersihkan permukaan tanah dari
rumput, semak, tumbuh-tumbuhan lainnya serta puing-puing yang terdapat pada lokasi.
3. Jika pada halaman pekerjaan terdapat konstruksi atau utility yang masih berfungsi seperti pipa-pipa,
kabel-kabel, tiang-tiang listrik, tower komunikasi dan lain-lain yang ada dibawah atau diatas halaman,
Kontraktor/Pelaksana harus melindungi jangan sampai terjadi kerusakan selama pelaksanaan. Dan jika
terkena dan rusak harus segera diperbaiki kembali dan seluruh biaya yang timbul atas perbaikannya
menjadi beban dan kewajiban Kontraktor/Pelaksana.
4. Apabila untuk pelaksanaan pekerjaan pembersihan ini diperlukan kendaraan atau peralatan-peralatan
lain yang dipandang perlu untuk menunjang pelaksanaannya, maka hal ini menjadi kewajiban
Kontraktor/Pelaksana untuk menyediakannya, dan seluruh biaya yang timbul menjadi beban dan
kewajiban Kontraktor/Pelaksana.
5. Bahan bangunan hasil bongkaran dan barang-barang lainnya yang masih dapat digunakan oleh Pemilik
Proyek/Direksi dikumpulkan di tempat / lokasi tertentu diluar lokasi proyek yang ditunjukkan oleh
Pemilik Proyek/Direksi.

F. PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOUWPLANK

1. Pengukuran dan pemasangan bouwplank dilakukan sekaligus untuk seluruh site yang direncanakan,
agar pengaturan perletakan bangunan tidak meleset serta menjaga kemungkinan perubahan-
perubahan atau pergeseran-pergeseran sesuai keadaan.
2. Untuk mendapatkan ukuran yang tepat sesuai rencana, pengukuran wajib dilaksanakan dengan
menggunakan waterpass dan atau theodolite.
3. Sebelum dipasang papan untuk bouwplank harus diserut rata dan lurus.
4. Kontraktor/Pelaksana harus bertanggung jawab atas ketepatan pengukuran dan survey yang
dikerjakan oleh karyawannya.
Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas/Direksi ataupun oleh Kontraktor/Pelaksana
harus dijaga baik-baik. Bila terganggu atau rusak, harus segera diperbaiki oleh Kontraktor/Pelaksana
atas tanggungan biaya sendiri.
Setiap jenis pekerjaan dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan sebelum pekerjaan persiapan
(setting out lokasi pekerjaan) selesai dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

G. TINGGI TITIK DUGA ( PEIL )

1. Ukuran tinggi titik duga (peil) ±0,00 sesuai yang dinyatakan dalam gambar kerja atau bila ditentukan
lain oleh Direksi
2. Ukuran tinggi duga (peil) dinyatakan dengan suatu tanda tetap dan dipasang pada tempat yang tidak
mudah terganggu.
3. Pembuatan/pemasangan tanda tetap ini dikerjakan oleh Kontraktor/Pelaksana dengan petunjuk dan
persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi.
4. Kontraktor/Pelaksana harus bertanggung jawab atas ketepatan pembuatan/pemasangan tanda tetap
ini yang dikerjakan oleh karyawannya.

14
H. PENGADAAN BAHAN BANGUNAN

1. Bahan-bahan yang boleh ditempatkan di dalam kompleks pekerjaan hanyalah bahan-bahan yang
disyaratkan dalam RKS/Spesifikasi Teknis ini maupun Gambar Kerja/Gambar Perencanaan, Gambar
detail lengkap dengan ukuran-ukurannya.
2. Cara dan tempat penimbunan/penyiapan bahan harus memenuhi syarat atau menurut petunjuk
Konsultan Pengawas/Direksi.
3. Bahan bangunan yang dipakai adalah yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas serta dimensi yang
disyaratkan dalam RKS/Spesifikasi Teknis, RAB maupun Gambar Kerja.
4. Apabila suatu bahan yang disyaratkan tidak dapat dipasang, sebelum diganti Kontraktor/Pelaksana
harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan Konsultan Pengawas/Direksi/Pengelola Teknis, dan
penggantian bisa dilakukan setelah ada persetujuan secara tertulis.
5. Penggantian bahan bangunan yang tidak terdapat dipasaran dengan bahan bangunan lain harus
setara/setingkat kualitasnya, sebelum diganti Kontraktor/Pelaksana harus berkonsultasi terlebih
dahulu dengan Konsultan Pengawas/Direksi/Pengelola Teknis, dan penggantian bisa dilakukan
setelah ada persetujuan secara tertulis.
6. Bahan bangunan yang dinyatakan afkeur oleh Konsultan Pengawas/Direksi karena cacat atau tidak
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan harus segera dipindahkan dan dikeluarkan dari kompleks
lokasi pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.

I. PEKERJAAN GALIAN

1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan galian ini meliputi galian tanah untuk pondasi garis, pondasi bore pile dan pondasi pilecap,
saluran air hujan dan pekerjaan galian lainnya yang nyata-nyata tertera dalam gambar kerja dan
syarat-syarat teknik ini (spesifikasi teknis).
2. Pelaksanaan :
2.1. Galian tanah pondasi dimensi minimal sama dengan gambar atau maksimal sampai mencapai
tanah dasar/keras. kecuali tanah dasar/keras melebihi dua kali dimensi yang telah ditentukan,
maka Konsultan Pengawas/Direksi dapat mengambil kebijaksaan untuk merubah konstruksi atau
dimensi tanpa mengurangi kekuatan.
2.2. Untuk menjaga keamanan pekerjaan, tanah galian dibuang sejauh minimal 1 meter dari tepi
lubang galian.
2.3. Jika pada galian terdapat air menggenang, harus dipompa keluar. Untuk itu Kontraktor/Pelaksana
harus menyediakan pompa air yang selalu siap dilokasi pekerjaan untuk digunakan.
2.4. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai
kedalaman yang melebihi apa yang telah ditentukan dalam gambar kerja, maka kelebihan pada
galian harus diurug kembali dengan pasir dan dipadatkan setara keadaan tanah sebelum digali.
Biaya yang ditimbulkan akibat pekerjaan tersebut menjadi beban Kontraktor/Pelaksana.

J. PEKERJAAN URUGAN

1. Lingkup Pekerjaan :

15
Pekerjaan ini meliputi semua penimbunan kembali bekas galian, urugan pasir di bawah lantai/pondasi,
peninggian tanah, pekerjaan-pekerjaan akhir termasuk penimbunan kembali untuk pekerjaan elektrikal
/mekanikal/plumbing dan pekerjaan urugan site bangunan lainnya yang tertera dalam gambar kerja.
2. Pelaksanaan :
2.1. Seluruh bagian site yang direncanakan untuk perletakan bangunan harus ditimbun sampai
mencapai ketinggian yang ditentukan, dengan menggunakan bahan timbunan yang baik, bebas
dari rumput, akar-akar dan lain-lain.
2.2. Urugan kembali bekas galian harus disertai dengan pemadatan, sehingga minimal sama dengan
keadaan tanah sebelum digali.
2.3. Ketebalan lapisan urugan tanah yang diperkenankan maksimum 30 cm setiap lapis, kemudian
dipadatkan pada ketebalan yang ditentukan hingga urugan tanah tersebut mencapai tingkat
kepadatan yang diinginkan.
2.4. Khusus untuk urugan tanah yang diatasnya dilewati oleh sloof beton menggantung, kepadatan
tanahnya harus benar-benar diperhatikan pemadatan tanahnya untuk dilakukan pemadatan
maksimal.
2.5. Pekerjaan pemadatan urugan tanah dilaksanakan dengan menggunakan mesin stempler agar
pemadatan tanah dapat maksimal.
2.6. Semua urugan pasir harus dipadatkan dengan penyiraman air, sehingga mendapatkan angka
kepadatan maksimal.
2.7. Pasir yang dipakai harus pasir kali dan bukan pasir laut, dengan persyaratan bahwa pasir harus
dalam keadaan bersih dari lumpur, tanah dan tidak mengandung garam atau mineral lainnya.

K. PONDASI

PONDASI BORE PILE

1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi semua galian bore pile pada site bangunan serta pemasangan casing, besi
tulangan dilubang dan pengecoran bore pile seperti yang tertera dalam gambar.
2. Material :
2.1. Adukan yang dipakai untuk Bore Pile adalah mutu beton fc 24 MPa (Ready Mix) sesuai
spesifikasi pekerjaan beton.
2.2. Besi bore pile sesuai yang ditentukan dalam pekerjaan penulangan beton bore pile dan yang
ditentukan dalam gambar kerja yaitu mutu besi polos fy’ U-24 dan besi ulir fy’ U-40 BJTD.
3. Pelaksanaan :
3.1. Seluruh bagian site yang direncanakan untuk dibore harus bebas dari timbunan yang dapat
mengganggu berlangsungnya pekerjaan.
3.2. Seluruh bagian site yang direncanakan untuk dibore harus diukur sesuai dengan rencana
penempatan pondasi bore pile. Penentuan titik lubang bor ditentukan oleh tenaga teknis
kontraktor/pelaksana dan setiap saat harus selalu dilakukan pengecekan dan ditandai dengan
angker baja

16
3.3. Pengeboran bore pile menggunakan mata bore & cassing ukuran Ø40 cm / Ø 400 mm seperti
yang tertera dalam gambar kerja.
3.4. Penempatan alat bor pada posisi yang telah ditentukan, kemudian dilakukan pengecekan posisi
vertikal dan horisontal apakah sudah memenuhi persyaratan. Penempatan temporary casing
berupa pipa baja Ø400 mm dengan panjang 8 meter. Selubung baja akan digetarkan atau diputar
kedalam lapisan dengan frekwensi secara vertikal sesuai casing dan batang pengeboran.
3.5. Kedalaman casing dipasang tergantung pada ketebalan lapisan atas yang tidak stabil. Casing
juga membantu peralatan pengeboran dengan toleransi yang dapat dipertahankan.
3.6. Untuk menjaga kestabilan pada lokasi akibat kerusakan tanah saat pelaksanaan pengeboran
digunakan plat-plat baja sebagai pondasi/dudukan truck mixer, kedalaman casing dan
penempatan alat bor pada posisi yang telah ditentukan, kemudian dilakukan pengecekan posisi
vertikal dan horisontal.
3.7. Setelah alat dan bahan telah dipersiapkan, maka dilakukan pekerjaan pengeboran dengan mesin
bor dengan memperhitungkan posisi pile cap. Auger dan bucket dilakukan pengeboran dengan
lapisan tersulit/keras. Metode chiseling dan core barels digunakan jika dipergunakan untuk
menjangkau tingkatan lapisan yang dirancang. Sepanjang proses pengeboran, tekanan air atau
stabilitas cairan diperkenankan jika lubang bore tidak stabil dengan adanya groundwater
didalamnya atau dalam pertimbangan lain, jika tidak dilanjutkan pengeboran akan mengeringkan
lubang bore. Jika pemboran sampai lapisan bawah yang dirancang, peralatan pengeboran diganti
dengan bucket (bailer) untuk membersihkan lapisan dasar. Bailer akan mampu memindahkan
yang menggangu lapisan dasar tersebut.
3.8. Setiap perubahan kondisi lapisan tanah hasil pengeboran diambil contoh/sampelnya diberi
identitas yang jelas sesuai titik pengeborannya dan dicatat pula kejadian, waktu mulai dan
selesainya pengeboran. Apabila diperlukan dapat dilakukan test langsung pada sampel tanah
untuk membandingkan nilai tanah keras sesungguhnya.
3.8. Setelah selesai pengeboran pada setiap lubang bore pile sesegera mungkin menurunkan
penulangan besi bore pile untuk menghindari runtuhnya tanah disekitar lubang bor. Dapat pula
dilakukan pemasangan casing terlebih dahulu untuk menghindari tanah disekitar lubang
berguguran.
3.9. Setelah penulangan besi bore pile berada pada posisinya maka dilakukan pengecoran dengan
mutu beton fc’ 24 MPa (ready mix) dengan hati-hati dengan menggunakan pipa tremi sebagai
penyaluran beton langsung kedalam dasar lubang bore yang telah di isi penulangan.

PONDASI PILECAP

1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi semua galian pondasi setempat dan pengecoran pondasi pilecap plat seperti
yang tertera dalam gambar kerja.
2. Material :
2.1. Adukan yang dipakai untuk pilecap /kolom pedestal adalah mutu beton fc’= 24 MPa (ready mix)
sesuai spesifikasi pekerjaan beton.
2.2. Dimensi besi poor plat sesuai yang ditentukan dalam pekerjaan penulangan beton poor plat dan
yang ditentukan dalam gambar kerja, Untuk mutu besi digunakan besi polos fy’ U-24 dan besi ulir
fy’ U-40 BJTD.
3. Pelaksanaan :

17
3.1. Seluruh bagian site yang direncanakan untuk digali harus bebas dari timbunan yang dapat
mengganggu berlangsungnya pekerjaan.
3.2. Seluruh bagian site yang direncanakan untuk digali harus diukur sesuai dengan rencana
penempatan pondasi poor plat.
3.3. Seluruh galian harus mencapai ukuran dasar pondasi yang disyaratkan dalam gambar kerja
kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Konsultan Pengawas sehubungan dengan keadaan lapangan
dan peil tanah.
3.4. Seluruh penggalian tanah dapat dilakukan dengan menggunakan alat mekanis. Pada tempat-
tempat atau yang tidak dapat dijangkau dengan peralatan mekanis maka digunakan dengan
tenaga mekanis ringan atau tenaga manusia.
3.5. Apabila pada penggalian ditemukan batu-batu, batuan, beton, pasangan, kayu dan benda-benda
lainnya yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan, maka benda-benda tersebut harus
digali, dibongkar, dicabut, dan disingkirkan/dibuang ketempat yang ditunjuk atau disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas.
3.6. Apabila pada penggalian terdapat air yang menggenang maka air tersebut harus dikeringkan
terlebih dahulu dengan menggunakan pompa/alkon dan kemudian besi pilecap diturunkan dan
diatur sedemikian rupa pada posisinya sesuai yang ditentukan dan tertera dalam gambar kerja.
3.7. Setelah siap maka pengecoran pondasi pilecap dapat dilaksanakan atau sesuai perintah direksi
dengan menggunakan mutu beton fc’= 24 MPa (ready mix) sesuai yang tercantum pada
spesifikasi teknis ini pada pada pekerjaan beton bertulang. Seluruh beton harus menutupi/ masuk
pada semua bidang besi/celah-celah besi.
3.8. Agar beton dapat masuk kecelah-celah besi saat pengecoran maka penggunaan mesin penggetar
(vibrator) sangat diperlukan.

PONDASI PASANGAN BATU KALI

1. Lingkup Pekerjaan :
Bagian pekerjaan ini meliputi semua pasangan pondasi batu kali yang dibuat untuk pondasi praktis
/garis dibawah balok sloof sebagaimana dinyatakan dalam gambar kerja, dan sebelumnya dibawah
pasangan pondasi harus diberi urugan pasir dan batu kosong.
2. Material :
2.1. Batu kali yang dipakai harus dari jenis yang keras dan tidak keropos, serta mempunyai gradasi
baik dengan diameter minimal 25 cm.
2.2. Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 Pc : 4 Pasir, terkecuali ditentukan lain.
2.3. Baik batu, pasir maupun air adukan yang pakai pada pekerjaan ini harus bersih dari lumpur dan
kotoran-kotoran lainnya.
3. Pelaksanaan :
3.1. Pekerjaan pasangan batu kali dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk-bentuk yang
ditunjukan dalam gambar.
3.2. Untuk pemasangan batu kali ini tidak dibenarkan sisi-sisi batu saling bersentuhan, tetapi
diantaranya harus diisi dengan adukan, sehingga hubungan batu satu sama lain melekat dengan
sempurna.
3.3. Sebelum pekerjaan pondasi dilaksanakan, maka dasar galian harus diurug dengan pasir urug
tebal 5 cm, disiram sampai jenuh, diratakan dan dipadatkan sampai benar-benar padat. Di atas

18
lapisan pasir tersebut diberi pasangan batu kali kosong t e b a l 2 0 c m yang dipasang sesuai
petunjuk di dalam gambar kerja.

L. PASANGAN BATU BATA

1. Lingkup Pekerjaan :
Bagian pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, pemasangan dan semua pasangan bata yang
tertera pada gambar. Pelaksanaan pemasangannya harus benar-benar mengikuti garis-garis
ketinggian dan bentuk-bentuk yang terlihat pada gambar dan disebut dalam spesifikasi teknis ini.
2. Material :
2.1. Batu bata yang digunakan harus baru, terbakar keras dan tidak patah-patah. Ukuran yang
dianjurkan adalah 5,5 cm x 11 cm x 22 cm dengan toleransi ukuran 0,5 cm.
2.2. Adukan yang digunakan pasangan bata adalah campuran 1 Pc : 5 Pasir, sedangkan untuk daerah
kedap air (trasraam) menggunakan campuran 1 Pc : 3 Pasir.
3. Pelaksanaan :
3.1. Pasangan dinding batu bata umumnya adalah 1/2 batu, kecuali Konsultan Pengawas/Direksi
memberikan petunjuk lain.
3.2. Pemasangan batu bata harus rata dan tegak, lajur penaikannya diukur tepat dengan lot, kecuali
bilamana diperlihatkan dalam gambar kerja maka setiap lajur batu bata harus putus sambungan
dengan lajur dibawahnya. Selain itu pola ikatan pasangan harus terjaga baik diseluruh pekerjaan.
3.3. Pada jarak-jarak tertentu pasangan batu bata tersebut perlu diperkuat dengan kolom praktis
(beton), dengan dimensi, penulangan dan penempatan sesuai gambar kerja.
3.4. Segera setelah pasangan batu bata selesai, siar-siarnya dikeruk sedalam 1 cm agar plesteran
dapat melekat dengan baik.
3.5. Sebelum batu bata dipasang hendaknya direndam dalam air sampai jenuh, dan pemasangannya
harus rapi sesuai dengan syarat pekerjaan yang baik. Batu bata potongan tidak boleh
dipakai/dipasang, terkecuali pada pertemuan-pertemuan dengan kosen/kolom.

M. PEKERJAAN BETON BERTULANG

1. Lingkup Pekerjaan :
Bagian pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan dari semua macam beton biasa, beton
bertulang dengan penulangannya termasuk bekesting, finising dan pekerjaan-pekerjaan lain yang
nyata-nyata termasuk dalam pekerjaan ini.
Seluruh Pekerjaan beton bertulang menggunakan mutu beton sebagai berikut :
- Pekerjaan Bore Pile menggunakan mutu beton fc’=24 MPa (Ready Mix)
- Pekerjaan Pilecap menggunakan mutu beton fc’=24 MPa (Ready Mix)
- Pekerjaan Sloof menggunakan mutu beton fc’=24 MPa (Ready Mix)
- Pekerjaan Kolom menggunakan mutu beton fc’=24 MPa (Ready Mix)
- Pekerjaan Balok & Plat Lantai menggunakan mutu beton fc’=24 MPa (Ready Mix)
- Pekerjaan Ring Balk menggunakan mutu beton fc’=24 MPa (Ready Mix)
- Pekerjaan Balok & Plat Dak menggunakan mutu beton fc’=24 MPa (Ready Mix)
- Pekerjaan Balok & Plat Tangga menggunakan mutu beton fc’=24 MPa (Ready Mix)
- Pekerjaan Balok & Plat Sanscreen menggunakan mutu beton fc’=14.5 MPa (Site Mix)

19
- Pekerjaan Balok Latei menggunakan mutu beton fc’=14.5 MPa (Site Mix)
- Pekerjaan Kolom Praktis menggunakan mutu beton fc’=14.5 MPa (Site Mix)
- Pekerjaan Cor Lantai Bangunan menggunakan mutu beton fc’=14.5 MPa setara K-175 (Site Mix) di
pasang penulangan kawat baja wiremesh M6 (1 lapis).
- Pekerjaan Cor Lantai Rabat Luar Bangunan mutu beton fc’=7.4 MPa (Site Mix)

2. Material :
Bahan-bahan/material yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :

2.1. Pasir Beton :


- Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam
- Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari 5% maka
pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan
- Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di laboratorium
Beton
- Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
- Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton
- Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton adalah butiran
yang tertahan pada saringan nomor 100
- Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak beton
- Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di
Laboratorium Beton
- Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
- Semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di SNI-2 PBI-1971, SNI 2847:2013, SNI 03-
2834-2000, ASTM C33M

2.2. Kerikil :
- Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
- Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari 1% maka
kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan
- Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di
Laboratorium Beton
- Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
- Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton
- Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm
- Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
- Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di
Laboratorium Beton
- Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

2.3. Semen :

20
- Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton struktural
maupun beton non struktural.
- Semen yang dipakai harus bermutu baik, tidak berbatu, dibawa ke tempat pekerjaan dalam
kemasan standard dari pabrik dan terlindung. Untuk pelaksanaan pekerjaan beton ini
Kontraktor/Pelaksana harus mengusahakan hanya menggunakan satu merk semen saja.
- Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

2.4 A i r :
Air yang dipakai untuk pengecoran harus bersih, dalam arti tidak mengandung lumpur dan bahan-
bahan kimia yang dapat mempengaruhi kekuatan beton dan kualitas beton dan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.

2.5. Besi Tulangan :


2.5.1. Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standar
Indonesia untuk beton NI-2, PBI-1971, ASTM A615/A615M atau ASTM Designation A-
15, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Besi tulangan yang digunakan adalah :
- Besi Ulir fy’ U-40 BJTD
- Besi Polos fy’ U-24 BJTD
2.5.2. Penyimpanan besi harus bebas dari kontaminasi langsung dengan udara, tanah lembab,
aspal, olie (minyak) dan gemuk yang dapat merusak atau mengurangi daya lekat antara
baja tulangan dengan beton.
2.5.3. Pengikat tulangan beton harus menggunakan kawat beton yang berukuran garis tengah
minimal 1 mm
2.5.4. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah yang
berlawanan
2.5.5. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku juga
pada spesifikasi teknis ini.

2.6. Selimut Beton :


- Untuk seluruh ketebalan selimut beton sisi atas, sisi bawah, sisi kiri dan sisi kanan mengikuti
ketebalan yang tertera dalam gambar kerja dan standar pelaksanaan pekerjaan
- Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk selimut beton dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

2.7. Rancangan Campuran Beton (Job Mix Desain) :


1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton struktural dengan mutu beton fc’=24
MPa (Ready Mix) Kontraktor/Pelaksana harus membuat Rancangan Campuran Beton (Job
Mix Disain).
2. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang diperoleh dari
pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal 20 benda uji.
3. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur adalah seperti yang dijelaskan dalam
Gambar Kerja dan Rab/EE.

21
4. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton yang diakui oleh
Pemerintah.
5. Material Pasir beton dan Kerikil yang dipakai untuk Job Mix Disain haruslah material yang
akan dipakai nantinya pada pelaksanaan dilapangan dan material tersebut tersedia dalam
jumlah yang cukup dilokasi pekerjaan sampai volume pekerjaan beton selesai dikerjakan.
6. Penggantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix Disain pada
tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.
7. Penggantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix Disain pada
tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan Kontraktor/Pelaksana untuk membuat
Job Mix Disain baru.
8. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus mencantumkan :
1. Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
2. Laporan hasil penelitian Batu Pecah;
3. Komposisi Pasir Beton;
4. Komposisi Batu Pecah;.
5. Komposisi Air Beton;
6. Komposisi Zat Additive jika digunakan;
7. Nilai Slump Rencana; dan
8. Nilai Faktor Air semen.
9. Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor/Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Direksi sebelum dilaksanakan.
10. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Direksi harus diikuti dan dilaksanakan oleh Kontraktor/Pelaksana.

2.8. Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula) :


1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi,
Kontraktor/Pelaksana harus membuat Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula)
beton struktural dengan mutu beton fc’=24 MPa (Ready Mix).
2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari segi komposisi
material beton
3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
4. Kontraktor/Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-bak dari kayu atau timba-
timba plastik yang dipakai untuk mentakar komposisi material berdasarkan perhitungan Job
Mix Formula.
5. Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar dilokasi pekerjaan
tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan komposisi material beton yang ada dalam Job
Mix Disain
6. Kontraktor/Pelaksana harus melakukan pengujian hasil perhitungan Job Mix Formula dengan
media benda uji kubus beton ukuran 20x20x20 cm minimal 5 benda uji
7. Hasil pengujian Job Mix Formula di Laboratorium Beton yang menghasilkan mutu beton yang
tidak sesuai dengan mutu beton pada Job Mix Disain mengharuskan Kontraktor/Pelaksana
melakukan perhitungan ulang akan Job Mix formula atau merubah Job Mix Disain.
8. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan dalam perhitungan
Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor/Pelaksana.

22
3. Pelaksanaan :
3.1. Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting harus bersih dari kotoran-kotoran dan bahan-bahan
lain. Alat-alat pengaduk beton (beton molen) dan alat pembawa juga harus bersih. Penulangan
harus dimainkan pada posisinya, serta harus diperiksa terlabih dahulu.
3.2. Dimensi semua bagian beton tertera pada gambar kerja dan detail. Jika terdapat ketidak cocokan
pada ukuran Kontraktor/Pelaksana diwajibkan mempertimbangkan terlebih dahulu dengan Direksi.
3.3. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar kerja. Untuk menempatkan
tulangan-tulangan tetap tepat ditempatnya, maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton
( bendrat ) dan memakai bantalan blok-blok beton cetak ( beton decking ) dan atau kursi-kursi
besi / cakar ayam perenggang.
3.4. Besar diameter besi tulangan harus sesuai dengan ketentuan dalam gambar. Jika suatu diameter
tidak terdapat dipasaran, Kontraktor/Pelaksana diwajibkan membicarakan/berkonsultasi terlebih
dahulu dengan Konsultan pengawas/Direksi.
3.5. Seluruh pekerjaan bekisting menggunakan kayu kelas II, dan untuk mendapatkan hasil cetakan
yang memenuhi syarat pekerjaan bekisting harus dikerjakan oleh tukang yang ahli.
3.6. Celah-celah antara papan bekisting harus cukup rapat, agar waktu mengecor tidak ada air adukan
yang lolos. Sebelum mulai mengecor, bagian dalam dari bekisting harus disiram air semen dan
dibersihkan dari kotoran.
3.7. Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar
cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap dan tertentu untuk setiap bagian-bagian konstruksi
sesuai dengan gambar kerja.
3.8. Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang ditunjukkan
pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Dieksi. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus mengacu pada
lampiran gambar standar pelaksanaan pekerjaan beton, kecuali jika telah ditetapkan secara
pasti di dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas/Direksi.
3.9. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1,50 meter, dan segera sesudah
pengecoran dimulai, lapisan-lapisan beton dipadatkan dengan penggetar (internal concrete
vibrator). Kecepatan vibrator dalam adukan harus tetap dan konstan serta penggunaannya tidak
boleh mengenai besi tulangan.
3.10 Apabila karena sesuatu hal pengecoran beton diputuskan selesai, maka sebelum melanjutkan
pengecoran pada beton yang telah mengeras tersebut permukaan yang akan disambung harus
dikasarkan dan dibersihkan, bekisting dikencangkan kembali, dan penyambungannya
menggunakan air semen atau bonding agent yang disetujui Konsultan Pengawas/Direksi.
3.11 Bekisting diperbolehkan untuk dibongkar setelah beton bersangkutan mengalami periode
pengerasan sebagaimana diatur pada SKSNI T-15-1991-03, dan untuk pemeliharaan beton
dilakukan dengan melakukan penyiraman pada beton tersebut.
3.12 Peraturan-peraturan mengenai pelaksanaan pekerjaan beton yang tidak tercantum dalam RKS ini,
dipakai peraturan yang termuat dalamSKSNI T-15-1991-03 sebagai syarat.
3.13 Agar pemeriksaan dan persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi atas pelaksanaan
pengecoran beton dapat diberikan pada waktunya, Kontraktor/Pelaksana diwajibkan
menyampaikan pemberitahuan tentang rencana pelaksanaan pengecoran 2 x 24 jam
sebelumnya.

23
4. Quality Control :
4.1. Slump Test
- Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton dituangkan dari
Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3
- Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana nilai slump yang
diperoleh harus sesuai dengan nilai slump rencana yang ada pada Job Mix Disain
4.2. Benda Uji Beton
- Kontraktor/Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus dan slinder
standar. Ukuran kubus adalah 20x20x20 cm dan ukuran silinder tinggi 30 cm dan diameter 15
cm.
- Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton yang berbeda atau
minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam satu kali pengecoran.
- Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara satu campuran
dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama
- Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai berumur 28 hari.
- Pada benda uji beton harus dicantumkan pengawasan mutu beton, nama benda uji ,dan
tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
4.3. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton
- Kontraktor/Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan beton yang telah
selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan pengecoran melebihi 50% dari total
pekerjaan pengecoran.
- Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu Beton hasil
pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan
- Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x 20 cm umur 28 hari dengan minimal
20 benda uji.
- Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan minimal 20 benda uji
kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.
- Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor/Pelaksana harus
didampingi oleh Konsultan Pengawas/Direksi. Pemeriksaan kuat tekan beton tanpa didampingi
oleh Konsultan Pengawas/Direksi hasilnya dianggap tidak sah.
- Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan beton ini dibebankan
kepada Kontraktor/Pelaksana
- Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari 95% dari Mutu
Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan dilapangan harus
dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan Pengawas/Direksi/Konsultan Perencana
dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.
- Kontraktor/Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran beton jika hasil
pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang berbeda dengan kuat tekan
beton rencana.
- Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor/Pelaksana untuk
beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam pemeriksaan oleh Konsultan
Pengawas/Direksi bersama dengan Kontraktor/Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan

24
oleh kesalahan dalam perencanaan campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap
pelaksanaan.
- Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium beton harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
- Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

5. Lain-lain :
- Persyaratan pekerjaan beton berlaku untuk semua item pekerjaan beton struktural dengan
dengan mutu beton fc’=24 MPa yang ada dalam pekerjaan ini.
- Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam proses pelaksanaan
pekerjaan ditentukan kemudian oleh Konsultan Perencana bersama dengan Konsultan
Pengawas dan dalam proses pelaksanaan pekerjaan dengan persetujuan Direksi (Owner)

N. PEKERJAAN BETON TAK BERTULANG

1. Lingkup Pekerjaan :
Bagian pekerjaan ini meliputi penyedian bahan-bahan, pemasangan dan semua pekerjaan beton tak
bertulang/bertulang dan campuran yang dipergunakan adalah mutu beton fc’=14.5 MPa setara K-175
(Site Mix) dan mutu beton fc’=7.4 MPa setara K-100 (Site Mix) dilaksanakan untuk neut-neut kosen
,rabat beton dan lainnya yang ditentukan dalam gambar
Bahan-bahan/material yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
2.1. Pasir :
- Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam
- Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari 5% maka
pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan
- Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di laboratorium
Beton
- Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
- Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton
- Pasir tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton
- Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di
Laboratorium Beton
- Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
- Semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di SNI-2 PBI-1971, SNI 2847:2013, SNI 03-
2834-2000, ASTM C33M
2.2. Kerikil :
- Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
- Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari 1% maka
kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan
- Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di
Laboratorium Beton

25
- Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
- Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton
- Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
- Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di
Laboratorium Beton
- Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
2.3. Semen :
- Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton struktural
maupun beton non struktural.
- Semen yang dipakai harus bermutu baik, tidak berbatu, dibawa ke tempat pekerjaan dalam
kemasan standard dari pabrik dan terlindung. Untuk pelaksanaan pekerjaan beton ini
Kontraktor/Pelaksana harus mengusahakan hanya menggunakan satu merk semen saja.
- Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
2.4 A i r :
Air yang dipakai untuk pengecoran harus bersih, dalam arti tidak mengandung lumpur dan bahan-
bahan kimia yang dapat mempengaruhi kekuatan beton dan kualitas beton dan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.
3. Pelaksanaan :
3.1. Sebelum pengecoran dilaksanakan, lokasi pengecoran harus bersih dari kotoran-kotoran dan
bahan-bahan lain. Alat-alat pengaduk beton (beton molen) dan alat pembawa juga harus bersih.
3.2. Dimensi semua bagian beton tak bertulang tertera pada gambar bestek dan detail. Jika terdapat
ketidak cocokan pada ukuran Kontraktor/Pelaksana diwajibkan mempertimbangkan terlebih
dahulu dengan Konsultan Pengawas/ Direksi.
3.3. Seluruh pekerjaan bekisting menggunakan kayu kelas II, dan untuk mendapatkan hasil cetakan
yang memenuhi syarat pekerjaan bekisting harus dikerjakan oleh tukang yang ahli.
3.4. Celah-celah antara papan bekisting harus cukup rapat, agar waktu mengecor tidak ada air adukan
yang lolos. Sebelum mulai mengecor, bagian dalam dari bekisting harus disiram air dan
dibersihkan dari kotoran.
3.5. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1,50 meter, dan segera sesudah
pengecoran dimulai, lapisan-lapisan beton dipadatkan
3.6. Apabila karena sesuatu hal pengecoran beton diputuskan sebelum selesai, sebelum melanjutkan
pengecoran pada beton yang telah mengeras permukaan yang akan disambung harus dikasarkan
dan dibersihkan, bekisting dikencangkan kembali, dan penyambungannya menggunakan air
semen atau bonding agent yang disetujui Konsultan Pengawas/Direksi.
3.7. Bekisting baru boleh dibongkar setelah beton bersangkutan mengalami periode pengerasan
sebagaimana diatur pada SKSNI T-15-1991-03, dan sementara itu penyiraman beton harus selalu
dilaksanakan.
3.8. Peraturan-peraturan mengenai pelaksanaan pekerjaan beton yang tidak tercantum dalam RKS ini,
dipakai peraturan yang termuat SKSNI T-15-1991-03 sebagai syarat.
3.9. Agar pemeriksaan dan persetujuan dari Direksi atas pelaksanaan pengecoran beton dapat diberikan
pada waktunya, Kontraktor/Pelaksana diwajibkan menyampaikan pemberitahuan tentang rencana
pengecoran 2 x 24 jam sebelumnya.

26
O. PEKERJAAN PLESTERAN

1. Lingkup Pekerjaan :
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan kebutuhan persyaratan adukan sebagai berikut :
1.1. Untuk semua plesteran dinding biasa terdiri dari 1 semen dan 5 bagian pasir beton (1 PC : 5 PS )
dengan fhinishing acian semen.
1.2. Plesteran kedap air (trasraam) menggunakan adukan 1 bagian semen dan 3 bagian pasir (1 PC :
3 PS) dengan fhinishing acian semen.
1.3. Untuk semua plesteran beton dan kaki pondasi digunakan adukan 1 bagian semen dan 3 bagian
pasir (1 PC : 3 PS) dengan fhinishing acian semen.
2. Material :
2.1. Pasir untuk plesteran harus diayak/saring agar hasilnya cukup halus, dan pasir laut atau pasir
yang memiliki kandungan tanah tidak diperkenankan untuk digunakan.
2.2. Semen yang digunakan harus baru, tidak ada bagian yang membatu serta dalam kemasan
standard pabrik dan terlindung.
3. Pelaksanaan :
3.1. Sebelum pekerjaan plesteran dan acian dikerjakan, semua bidang yang akan diplester harus
disiram air sampai jenuh, dan siar-siarnya telah dikeruk sedalam lebih kurang 1 cm.
3.2. Tebal plesteran dinding ditentukan lebih kurang 1,5 cm, dikerjakan dengan lurus dan rata, dan
bidang-bidang yang berombak/retak harus dibongkar dan diperbaiki.
3.3. Semua bidang plesteran yang kelihatan harus diaci menggunakan adukan 1 bagian semen dan 7
bagian kapur, terkecuali plesteran kaki pondasi dan beton diaci dengan air semen.

P. PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA

PEKERJAAN KUSEN ALUMINIUM

1. Lingkup Pekerjaan:
1.1 Meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan alat bantu yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.
1.2 Pekerjaan ini meliputi pembuatan kusen aluminium atau seperti yang dinyatakan dalam
gambar.
2. Referensi/Persyaratan Bahan:
2.1 Seluruh pekerjaan kusen aluminium harus mengikuti persyaratan standar NI-3 dan NI-5.
2.2 Material :
a. Kusen terbuat dari Alumunium berwarna (coating powder) dengan kualitas profil Alexindo
Indal/YKK /Inkalum atau produk lain yang setara, dengan ukuran kusen aluminium 4”.
b. Engsel terbuat dari besi.
c. Floor hinges untuk pintu utama digunakan setara merk DORMA/DECKSON
d. Kunci pintu dan handel yang digunakan, khusus untuk pintu/jendela alumunium.
2.3 Kontraktor/Pelaksana harus mengajukan contoh bahan, untuk disetujui oleh konsultan
Perencana/konsultan pengawas/Direksi Lapangan.

27
3. Pelaksanaan:
3.1. Sebelum memulai pelaksanaan Kontraktor/Pelaksana diwajibkan meneliti gambar-gambar
dan kondisi di lapangan, terutama ukuran dan peil lubang bukaan dinding.
Kontraktor/Pelaksana diwajibkan membuat contoh jadi (mock-up) untuk semua detail
sambungan dan profil aluminium yang berhubungan dengan sistem konstruksi bahan lain
dan dimintakan persetujuan dari Konsultan Pengawas, Direksi dan Perencana.
3.2. Proses fabrikasi harus sudah berjalan dan siap lebih dulu sebelum pekerjaan lapangan
dimulai. Proses ini sudah didahului dengan pembuatan shop drawing atas petunjuk
Perencana dan gambar kerja yang meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk,
ukuran. Kontraktor/Pelaksana juga diwajibkan untuk membuat perhitungan-perhitungan
yang mendasari sistem dan dimensi profil aluminium terpasang, sehingga memenuhi
persyaratan yang diminta / berlaku. Kontraktor/Pelaksana bertanggung jawab penuh atas
kehandalan pekerjaan ini.
3.3. Semua frame / kusen baik untuk jendela, pintu dan dinding partisi, dikerjakan secara
fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.
3.4. Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk menghindarkan
penempelan debu besi pada permukaannya. Disarankan untuk mengerjakannya pada
tempat yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaannya.
3.5. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah bagian dalam
agar sambungannya tidak tampak oleh mata. Pengelasan harus rapi untuk memperoleh
kualitas dan bentuk yang sesuai dengan gambar kerja.
3.6. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet, stap dan
harus cocok.
3.7. Angkur-angkur untuk rangka / kusen aluminium terbuat dari steel plate setebal 2-3 mm dan
ditempatkan pada interval 600 mm.
3.8. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat, sedemikian
rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air dan memenuhi syarat
kekuatan terhadap air sebesar 1.000 kg/cm2. Celah antara kaca dan sistem kusen
aluminium harus ditutup oleh sealant.
3.9. Untuk fitting hardware dan reinforcing materials yang mana kusen aluminium akan bertemu
dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang bersangkutan harus diberi
lapisan chromium untuk menghindari timbulnya korosi.
3.10. Toleransi pemasangan kusen aluminium disatu sisi dinding adalah 10-25 mm yang
kemudian diisi dengan beton ringan / grout.
3.11. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang yang
dikondisikan, hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan synthetic
rubber atau bahan dari synthetic resin. Penggunaan ini dilakukan pada swing door dan
double door.
3.12. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant supaya
kedap air dan suara.
3.13. Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air hujan.
3.14. Engsel untuk jendela yang bisa dibuka diletakkan sejarak jangkauan tangan.

28
3.15. Profil aluminium yang akan dipilih harus diajukan secepatnya untuk memperoleh
persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi dan Perencana.

PEKERJAAN DAUN JENDELA ALUMINIUM

1. Lingkup Pekerjaan :
2.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
baik dan sempurna.
2.2. Pekerjaan pembuatan daun jendela kaca dan daun jendela aluminium dipasang diseluruh
detail yang dinyatakan / ditunjukkan dalam gambar kerja.
2.3. Pekerjaan ini dilakukan secara terpadu dengan (Pekerjaan alat penggantung dan kunci)
serta (pekerjaan kaca).
2. Persyaratan bahan:
2.1. Rangka dari bahan aluminium Framing System, yang mutu dan persyaratan bahannya
sama dengan bahan yang digunakan untuk kusen aluminium (coating powder), yaitu produk
dalam negeri ex. YKK type YCIN/Inkalum atau produk lain yang setara.
2.2. Ukuran daun jendela aluminium sesuai yang ditunjukkan dalam detail gambar kerja.
3. Pelaksanaan:
3.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor/Pelaksana diwajibkan untuk meneliti gambar-
gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang), termasuk
mempelajari bentuk, pola, lay-out / penempatan, cara pemasangan / mekanisme dan detail-
detail sesuai gambar.
3.2. Sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor/Pelaksana wajib mengajukan contoh dari semua
bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini kepada Konsultan Pengawas/Direksi minimal 3
(tiga) produk yang setara dari berbagai merk / pabrik lengkap dengan brosur / spesifikasi
dari masing-masing pabrik yang bersangkutan.
3.3. Kontraktor/Pelaksana wajib membuat shop drawing yang mencantumkan semua data
produk, ukuran dan cara pemasangan dari pekerjaan tersebut. Gambar shop drawing
sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
3.4. Penimbunan bahan-bahan jendela di lokasi pekerjaan harus ditempatkan pada ruang /
tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindungi dari
kerusakan dan kelembaban.
3.5. Harus diperhatikan semua sambungan siku untuk rangka pintu / jendela dan penguat lain
serta pemasangan kaca, agar tetap terjamin kekuatannya dengan memperhatikan /
menjaga kerapihan, tidak boleh terjadi noda-noda atau cacat bekas penyetelan.
3.6. Bentuk / pola dan ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
3.7. Jika diperlukan, harus menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan Konsultan
Pengawas/Direksi, tanpa meninggalkan bekas / cacat pada permukaan rangka pintu /
jendela kaca yang tampak.
3.8. Untuk daun pintu / jendela kaca setelah dipasang harus rata, tidak bergelombang, tidak
melincang dan semua peralatan dapat berfungsi dengan baik.

29
Q. PEKERJAAN PLAFOND

1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga kerja dan pemasangan penggantung, rangka, dan
penutup plafond pada tempat-tempat yang sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar.
2. Material :
2.1. Material rangka plafond menggunakan material rangka hollow galfhanis 4x4 cm dan 2x4 cm
lengkap dengan penggantung.
2.2. Untuk penutup plafond menggunakan PVC dengan ketebalan 8 mm.
3. Pelaksanaan :
3.1. Ketinggian, ukuran, pembidangan dan konstruksi plafond dilaksanakan sesuai ketentuan-
ketentuan dalam gambar.
3.2. Pemasangan plafond harus dilaksanakan oleh tukang yang ahli, lurus dan tidak lentur. Apabila
terjadi plafond terpasang ternyata tidak lurus, retak atau lentur, Konsultan Pengawas/Direksi
berhak menolak dan Kontraktor/Pelaksana harus segera membongkar dan memperbaiki kembali.
3.3. Bahan penggantung rangka plafond hollow galfhanis adalah metal baja ringan dan dipasang
sesuai dengan gambar dan atas petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi, tiap jarak 60 cm. atau
sesuai standar pemasangan untuk pekerjaan plafond dengan material penutup plafond pvc.
3.4. Bahan penggantung rangka plafond tidak dibenarkan menggunakan kayu atau kawat/bendrat
selain bahan penggantung rangka plafond hollow galfhanis.

R. PEKERJAAN KERAMIK DAN LANTAI

PEKERJAAN SUB LANTAI / LANTAI RABAT


1. Lingkup Pekerjaan :
1.1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-alat
bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2.2. Pekerjaan sub lantai ini dilakukan di bawah lapisan finishing lantai tegel yang berlangsung
di atas pasir urug atau lantai plat beton serta sesuai detail yang disebutkan / ditunjukkan
pada gambar kerja.
2. Material :
2.1. Semen portland harus memenuhi NI – 8, 0013-81 dan ASTM C 1500-78A.
2.2. Pasir beton yang digunakan harus memenuhi PUBI 82 pasal 11 dan SII 0404-80.
2.3. Kerikil / split harus memenuhi PUBI 82 pasal 12 dan SII 0079-79/0087-75/0075-75.
2.4. Air harus memenuhi persyaratan PUBI 82 pasal 9, AFNOR P 18 -303 dan NZS –
3121/1974.
2.5. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan : PBI 1971 (NI – 2)
PUBI 1982 dan (NI - 8).
3. Pelaksanaan :
3.1. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contohnya, untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi.

30
3.2. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian / penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya
dan harus disetujui Konsultan Pengawas/Direksi.
3.3. Pekerjaan sub lantai dilakukan langsung di atas pasir urug, maka sebelum pasangan sub
lantai dilaksanakan, lapisan pasir urug di bawahnya harus sudah dikerjakan dengan
sempurna (telah dipadatkan sesuai persyaratan), rata permukaannya, telah mempunyai
daya dukung maksimum di seluruh permukaan tanah yang akan dilakukan pengecoran sub
lantai.
3.4. Pekerjaan sub lantai merupakan beton dengan mutu, fc’ = 14,5 MPa (site mix)
3.5. Tebal lapisan sub lantai minimal dibuat 70 mm atau sesuai yang disebutkan / disyaratkan
dalam detail gambar.
3.6. Permukaan lapisan sub lantai dibuat rata / waterpass, kecuali pada lantai ruangan-ruangan
yang disyaratkan dengan kemiringan tertentu perlu diperhatikan mengenai kemiringan lantai
agar sesuai yang ditunjukan dalam gambar kerja dan sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas/Direksi.

PEKERJAAN TEGEL KERAMIK (LANTAI DAN DINDING)

1. Lingkup Pekerjaan:
1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat
bantu lainya untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik.
1.2. Pekerjaan pemasangan tegel keramik dilakukan pada seluruh finishing lantai dan dinding
sesuai yang disebutkan / ditunjukan dalam detail gambar kerja.
2. Material:
2.1. Tegel keramik yang digunakan adalah homogenes setara merk ex.roman, home, platinum
dan indogres double loading atau produk lain yang setara.
2.2. Ukuran Tegel keramik sesuai yang tertera dalam gambar kerja.
2.3. Material-material tersebut di atas sebelum dipasang harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas/Direksi setelah berkonsultasi dengan perencana.
2.4. Warna material yang digunakan harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas/Direksi setelah berkonsultasi dengan perencana.
2.5. Ukuran material keramik/tegel anti gores :
- Lantai utama menggunakan tegel keramik dengan ukuran 60x60 cm polos (polis)
- Lantai ramp menggunakan tegel keramik dengan ukuran 60x60 cm tekstur kasar/tidak
licin (unpolis)
- Lantai tangga menggunakan tegel keramik ukuran 60x60 cm tekstur kasar/tidak licin
(unpolis)
- Lantai km/wc menggunakan tegel keramik dengan ukuran 25x25 cm tekstur kasar/tidak
licin (unpolis)
- Dinding km/wc sesuai dengan gambar kerja menggunakan tegel keramik dengan
ukuran 25x40 cm polos (polis)
3. Pelaksanaan:

31
3.1. Tegel keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan tidak
bernoda.
3.2. Bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benar-benar rata untuk lantai dan tegak
untuk dinding.
3.3. Jarak antara unit-unit pemasangan tegel keramik yang terpasang (lebar siar-siar), harus
sama lebar serapat mungkin atau maksimum 2 mm dan kedalaman maksimum 2 mm atau
sesuai detail gambar serta sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi. Siar-siar harus
membentuk garis-garis sejajar lurus dan sama lebar dan sama dalamnya untuk siar-siar
yang berpotongan harus membentuk siku dan saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
3.4. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar sesuai kententuan dalam persyaratan bahan
dengan warna bahan pengisi sesuai dengan warna bahan yang dipasanganya.
3.5. Pemotongan unit-unit tegel keramik harus menggunakan alat pemotong khusus (mesin
elektrik) sesuai persyaratan dari pabrik bersangkutan.
3.6. Tegel keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda yang
terjadi pada permukaan hingga betul-betul bersih.
3.7. Pinggulan pasangan bila terjadi, harus dilakukan dengan gurinda, sehingga diperoleh hasil
pengerjaan yang rapi, siku, lurus dengan tepian yang sempurna.
3.8. Tegel keramik yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain selama 3x24
jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat pada permukaan.
3.9. Rencana pemasangan tegel keramik dengan memperhatikan :
a. Gambar kerja sebagai panduan
b. Tetapkan data level lantai yang tepat.
c. Kontrol level finish lantai melalui beberapa spot level.
d. Perkirakan dengan benar perletakan tegel keramik untuk menghindari atau mengurangi
pemotongan tegel keramik.
e. Untuk memastikan unit tegel keramik yang terpotong menyajikan penampilan yang
seimbang ketika dipasang dan terpasang sebesar mungkin.
f. Untuk memastikan lokasi naat dan pola lantai sesuai dengan persetujuan.
g. Bila tidak ada ketentuan lain dalam gambar, tegel keramik akan dipasang mulai dengan
plint adalah rata / lurus.
h. Perhatikan Star Point Tegel / Titik awal pelaksanaan pekerjaan pemasangan tegel
keramik dalam gambar kerja
3.10. Grouting
a. Tegel keramik diberi grount ketika sudah terpasang dengan tepat, setelah naat
dibersihkan dari kotoran / pencemaran dengan menggunakan compresor (ditiup)
b. Bersihkan grount yang berlebih dan buat bentuk naat sesuai yang diinginkan.
c. Ketika grount sudah mengeras, basahi tegel keramik dengan air. Dan akhirnya poles
dengan kain

S. PEKERJAAN KACA

1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja dan pemasangan kaca bingkai maupun
kaca mati seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

32
2. Material :
2.1. Kaca yang digunakan pada pekerjaan ini adalah kaca bening dengan tebal 5 mm standar seperti
yang ditunjukan dalam gambar kerja.
2.2. Kaca yang digunakan adalah kaca buatan dalam negeri, tidak cacat dan tidak retak.
3. Pelaksanaan :
3.1. Ukuran dan ketebalan kaca yang akan dipasang dilaksanakan mengukuti petunjuk-petunjuk yang
ditentukan dalam gambar kerja.
3.2. Kaca harus dipasang sedemikian rupa dengan lubang sponing yang sesuai dengan ketebalan
kaca, serta dipasang sealant dengan rapi sehingga tidak goyang/longgar.
3.3. Pada saat pekerjaan diserahkan, kaca yang dipasang dalam keadaan utuh dan tidak cacat/retak.
Apabila berdasarkan pemeriksaan terdapat kaca yang cacat/ retak, Kontraktor/Pelaksana harus
segera menggantinya.

T. PEKERJAAN KUNCI DAN PENGGANTUNG

1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja dan pemasangan kunci serta alat-alat
penggantung.
2. Material :
2.1. Semua daun pintu dipasang kunci tanam buatan Dalam Negeri 2 (dua) slag kualitas baik, setara
Yale/Anchor/Deckson (asli).
2.2. Engsel yang digunakan pada pekerjaan ini adalah engsel nylon ring 4" dan atau floor hinge untuk
pintu-pintu, dan engsel jungkit untuk jendela bingkai kaca.
2.3. Gerendel tanam lengkap untuk pintu 2 daun, dan gerendel biasa buatan dalam negeri untuk
jendela.
2.4. Hag angin lengkap buatan dalam negeri untuk jendela-jendela bingkai.
2.5. Sebelum dipasang, kunci-kunci dan alat-alat penggantung harus diperlihatkan contohnya kepada
Konsultan Pengawas/Direksi.
3. Pelaksanaan :
3.1. Semua daun pintu menggunakan engsel nylon ring 4" dan atau floor hinge buatan dalam negeri.
3.2. Untuk pintu-pintu 2 (dua) daun harus dilengkapi dengan gerendel tanam yang dipasang pada
bagian atas dan bawah.
3.3. Semua daun jendela bingkai menggunakan engsel jungkit buatan dalam negeri masing-masing 2
(dua) buah dan untuk pengunci dipasang gerendel 1 (satu) buah.
3.4. Kunci-kunci harus berfungsi dengan baik dan pada saat diserahkan anak kunci harus diserahkan
lengkap dengan cadangannya.

U. PEKERJAAN PROFIL DINDING DAN TALI AIR

1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi penyedian bahan, tenaga kerja dan pemasangan profil dinding dan tali air
(uk.1x1 cm) pada tempat-tempat sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar.

33
2. Material :
2.1. Profil dinding terbuat dari semen dan diberi tulangan besi penguat dengan ukuran dan dimensi
pemasangan seperti tertera dalam gambar detail
2.2. Untuk pengikat profil dinding digunakan paku/sekrup dan kawat.
3. Pelaksanaan :
3.1. Pemasangan profil dinding harus dilaksanakan sedemikian rupa, dengan mengacu kepada
kaidah-kaidah pemasangan profil dinding yang benar & kuat sehingga profil dinding terpasang
tidak akan terlepas.
3.2 Penempelan profil dinding menggunakan pasta semen.
3.3 Setelah terpasang, profil dinding dibersihkan dari pasta semen yang tidak digunakan dengan
menggunakan air dan kain lap
3.4 Pembuatan jalur tali air dinding harus dilaksanakan sedemikian rupa pada dinding yang
dintunjukan oleh gambar kerja.

V. PEKERJAAN CAT

1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja dan pengecetan dinding tembok/kolom
beton, kaki pondasi dan lain-lain sesuai yang ditunjukan dalam gambar.
2. Material :
2.1. Jenis cat adalah cat besi dan cat tembok.
2.2. Cat besi yang digunakan didalam bangunan adalah cat besi merek setara vitalite atau setara.
2.3. Cat Tembok yang digunakan pada bangunan adalah cat tembok setara merek nippon paint atau
lankote atau setara dan tidak berbau
2.4 Plamur atau dempul yang digunakan adalah merek nippon paint atau setara produksi dalam negeri
kualitas baik.
3. Pelaksanaan :
3.1. Pekerjaan Cat Besi :
1.2.1. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bidang pekerjaan besi yang
terlihat di atas bangunan yaitu pekerjaan pintu besi dan lain-lain seperti yang ditunjukan
dan ditentukan dalam gambar kerja.
1.2.2. Semua permukaan besi yang akan dicat, dibersihkan terlebih dahulu dari debu, minyak
dan kotoran yang melekat.
1.2.3. Sesudah bersih, digosok dengan amplas, seluruh permukaan besi agar rata dan licin,
tidak ada lagi terdapat kotoran yang menimbulkan tidak rata pada permukaan besi
tersebut.
1.2.4. Sebelum pengecatan finishing, harus dilakukan pengecatan dasar minimal 2 lapis dan
harus diamplas halus kemudian dibersihkan sampai mendapatkan permukan yang benar-
benar bersih, halus dan rata.
1.2.5. Pekerjaan pengecatan finishing hanya menggunakan kuas
1.2.6. Hasil akhir dari pengecatan, bidang cat harus rata, licin, utuh, mengkilap, tidak ada
gelembung-gelembung dan dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

34
3.2. Pekerjaan Cat Tembok :
3.2.1. Semua bidang Pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat (retak, lubang dan
pecah-pecah)
3.2.2. Pengecatan tidak dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan pada bidang
pengecatan
3.2.3. Bidang pengecatan harus dalam keadaan kering serta bebas dari debu, lemak, minyak
dan kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan
3.2.4. Seluruh bidang pengecatan diplamur dahulu sebelum dilapis dengan cat dasar, bahan
plamur dari produk yang sama dengan cat yang digunakan
3.2.5. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi
serta seluruh pekerjaan instalasi didalamnya telah selesai dengan sempurna
3.2.6. Sebelum bahan dikirim ke lokasi pekerjaan, Kontraktor/Pelaksana harus menyerahkan /
mengirimkan contoh bahan dari beberapa macam hasil produk kepada konsultan
pengawas/Direksi. Selanjutnya akan diputuskan jenis bahan dan warna yang akan
digunakan. Konsultan Pengawas/Direksi akan mengintruksikan kepada
Kontraktor/Pelaksana selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah contoh bahan
diserahkan
3.2.7. Contoh bahan yang telah disetujui, akan dipakai sebagai standart untuk pemeriksaan /
penerimaan setiap bahan yang dikirim oleh Kontraktor/Pelaksana ke tempat pekerjaan
3.2.8. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola texture merata, tidak terdapat noda-noda
pada permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya kerusakan akibat dari
pekerjaan-pekerjaan lain
3.2.9. Kontraktor/Pelaksana harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam pengerjaan,
perawatan dan keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan
3.2.10 Bila terjadi ketidak-sempurnaan atau kerusakan dalam pengerjaan, Kontraktor/Pelaksana
harus memperbaiki / mengganti dengan bahan yang sama mutunya tanpa adanya
tambahan biaya
3.2.11 Kontraktor/Pelaksana harus menggunakan tenaga-tenaga kerja terampil / berpengalaman
dalam pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut, sehingga dapat tercapainya mutu
pekerjaan yang baik dan sempurna

W. PEKERJAAN WATER PROOFING

1. Lingkup Pekerjaan :
Yang termasuk pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan- bahan, peralatan dan alat alat
bantu lainnya termasuk pengangkutan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai
dengan yang dinyatakan dalam gambar serta petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi. Pekerjaan ini
dilaksanakan antara lain pada :
1. Lantai dan dinding km/wc sebelum di tegel
2. Plat lantai beton dan dinding Km/Wc sebelum di tegel
3. Plat beton lt. 3/Dak / Atap Plat Beton
4. Sambungan plat beton dengan pipa air dan luifel.
2. Material :

35
Bahan waterproofing dari coating
Contoh – Contoh :
- Kontraktor/Pelaksana wajib mengajukan contoh bahan, brosur lengkap dan jaminan dari pabrik dan
Jaminan pelaksanaan pekerjaan minimal selama 5 ( lima) tahun.
- Kontraktor/Pelaksana wajib mengajukan contoh bahan minimal 2 (dua) produk setara dari berbagai
merk, brosur lengkap dan jaminan dari pabrik untuk mendapatkan persetujuan Konsultan
Pengawas/Direksi.
- Bila produk yang telah ditentukan diatas tidak tersedia dipasaran, maka Kontraktor/Pelaksana harus
menunjukan surat keterangan dari Supliyer/agen tunggal bahwa material tersebut tidak tersedia
yang disampaikan kepada Konsultan Pengawas/Direksi dan Perencana.
- Keputusan jenis bahan, warna, tekstur dan produk akan diambil oleh Konsultan Pengawas/Direksi
dan Perencana dan akan diinformasikan kepada Kontraktor/Pelaksana selama tidak lebih dari 7
(tujuh) hari kelender setelah penyerahan contoh - contoh bahan tersebut.
2. Pelaksanaan :
1. Umum :
- Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukan kepada Konsultan Pengawas/Direksi
untuk mendapatkan persetujuannya, lengkap dengan ketentuan/persyaratan dari pabrik yang
bersangkutan. Bahan - bahan yang tidak disetujui harus diganti atas tanggungan
Kontraktor/Pelaksana.
- Apabila dianggap perlu diadakan penukaran/penggantian, maka bahan - bahan pengganti
harus disetujui Konsultan Pengawas/Direksi berdasarkan contoh yang diajukan
Kontraktor/Pelaksana.
- Sebelum pekerjaan dimulai di atas suatu permukaan, permukaan harus bersih,
pengerjaannya harus sudah disetujui Konsultan Pengawas/Direksi serta peil - peil dan
ukuran sesuai dengan gambar.
- Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari pabrik yang
bersangkutan dan atas petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi.
- Apabila ada kelainan dalam hal apapun pada gambar, spesifikasi dan lainnya,
Kontraktor/Pelaksana harus segera melaporkannya kepada Konsultan Pengawas/Direksi.
- Kontraktor/Pelaksana tidak dibenarkan memulai suatu pekerjaan pada suatu tempat apabila
ada kelainan/perbedaan ditempat itu, sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
- Kontraktor/Pelaksana harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka
Kontraktor/Pelaksana tersebut harus mengganti tanpa biaya tambahan.
2. Cara Pelaksanaan :
- Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman (ahli dari pihak
Supplier) yang dibuktikan dengan Company Profile dan daftar proyek-proyek yang pernah
dilaksanakan dan terlebih dahulu harus mengajukan "Metoda Pelaksanaan" sesuai dengan
spesifikasi dari pabriknya untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi.
- Bekas lubang atau keropos harus di Grouting.
- Permukaan beton harus rata dan bersih, serta kemiringan ke pembuangan air minimum 1 %.
- Pada sudut 90° dibuat 45° dengan adukan.
- Umur beton telah memenuhi persyaratan atau minimal 28 hari.

36
- Pemasangan pada vertikal harus naik 30 cm dan pada vertical tersebut harus dibuat tali air 2
x 1.5 cm untuk tempat pemberhentian waterproofing tersebut. Roof Drain tidak berubah dan
harus lebih rendah dari permukaan waterproofing.
- Bila ada kebel - kabel yang menembus pada plat beton tersebut, maka terlebih dahulu
dipasang pipa paralon/pipa besi dan di sekelilingnya harus di grouting.
- Pemasangan pada dinding km/wc naik 30 cm dari lantai keramik dan dibuatkan tali air 2 x
1.5 cm untuk tempat pemberhentian waterproofing.
- Tiap - tiap sambungan (overlap) 7.5 cm, harus rapi agar kekuatan sambungan tersebut
cukup kuat.
- Water Proofing tidak diijinkan dipaku atau dibobok.
3. Pengujian Mutu Pekerjaan
a. Kontraktor/Pelaksana wajib melakukan percobaan/pengetesan hasil pekerjaan atas biaya
Kontraktor/Pelaksana seperti dengan cara memberi siraman di atas permukaan yang telah
diberi lapisan kedap air.
b. Pekerjaan percobaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas/Direksi.
c. Pada waktu penyerahan, Kontraktor/Pelaksana harus memberikan jaminan atas semua
pekerjaan perlindungan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya sebagai
akibat dari kegagalan dari pekerjaan atau bahan yang digunakan, selama 10 (sepuluh) tahun
termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi.
d. Bila ada pekerjaan yang harus dibongkar atau diperbaiki akan menjadi tanggungan
Kontraktor/Pelaksana.

X. PEKERJAAN INSTALASI AIR

1. Lingkup Pekerjaan :
Termasuk dalam pekerjaan instalasi air dan sanitair ini adalah pengadaan pipa-pipa, accesories pipa,
kran air, dan material lainnya, termasuk pemasangan dan pengujiannya.
2. Bahan-Bahan yang Dipakai :
2.1. Pipa yang dipakai pada pekerjaan instalasi air bersih diluar dan didalam bangunan menggunakan
PVC kelas AW buatan dalam Negeri, dengan dimensi separti yang ditentukan dalam gambar.
2.2. Accesories pipa yang digunakan menggunakan type yang setara dengan pipa yang dipakai.
2.3. Pipa-pipa dan accesories yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus memenuhi
Standard Indonesia (SI).
3. Pemasangan :
3.1. Pipa PVC penyambungannya dilakukan dengan menggunakan lem yang sesuai, dan sebelum
pipa dibubuhi lem bagian-bagian yang dilem harus dikasarkan terlebih dahulu dengan kertas
pasir.
3.2. Pipa PVC yang di pasang miring di bawah plat beton dan dipasang menempel pada kolom harus
digantung/diklem dengan klem besi khusus pipa sesuai ukuran pipa yang digunakan.
3.3. Pemasangan harus dilaksanakan dengan baik dan tertutup, khusus untuk penyambungan pipa
yang menggunakan watermoer penempatannya harus dilakukan pada tempat yang mudah
dicapai, tidak tertutup oleh dinding maupun lantai.

37
3.4. Semua instalasi pipa yang terpasang sebelum ditutup harus diuji terlebih dahulu untuk
menghindari terjadinya kebocoran.
3.5. Bila dalam pengujian ditemukan adanya kebocoran, kerusakan atau penyumbatan,
Kontraktor/Pelaksana harus segera mengganti dan memperbaiki kerusakan tersebut, kemudian
dilakukan pengujian dan pemeriksaan kembali.

Y. PEKERJAAN SALURAN AIR KOTOR DAN SANITASI

1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan saluran air kotor dan sanitasi meliputi :
1.1. Pembuatan septicktank dengan peresapannya.
1.2. Pengadaan dan pemasangan pipa-pipa air kotor cair dari KM/WC, urinoir dan wastafel menuju
kesaluran riol kota.
1.3. Pengadaan dan pemasangan pipa-pipa air kotor padat dari KM/WC menuju ke bak septictank dan
peresapan.
1.4. Pengadaan dan pemasangan pipa-pipa air hujan menuju kesaluran air hujan.
1.5. Pengadaan dan pemasangan closet, westafel dan lain-lain sesuai ditentukan dalam gambar.
2. Bahan-Bahan Yang Dipakai :
2.1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan septictank harus memenuhi ketentuan pada
bagian H, bagian I, bagian J, bagian L, bagian M, bagian N dan O syarat-syarat teknik ini.
2.2. Pipa-pipa air kotor cair, padat dan air hujan menggunakan PVC dengan ukuran seperti yang
ditunjukkan dalam gambar kerja.
2.3. Assesori KM/WC seperti closet duduk monoblok, closet jongkok, wastafel, kran air standar dan
yang lainnya menggunakan produk setara Ex Toto, Ex American Standar, Ina & Kia
3. Pelaksanaan :
3.1. Semua saluran yang akan dikerjakan harus diperhitungkan kemiringannya sehingga dapat
berfungsi dengan baik.
3.2. Pelaksanaan konstruksi septicktank mengikuti ketentuan bagian H, bagian I, bagian J, bagian L,
bagian M, bagian N dan O syarat-syarat teknik ini.
3.3. Cara penyambungan pipa-pipa PVC untuk saluran air kotor mengikuti ketentuan dalam bagian W
syarat-syarat teknik ini.

Z. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

1. Lingkup Pekerjaan :
Termasuk dalam pekerjaan instalasi listrik ini adalah :
1.1. Penyambungan daya listrik termasuk pemasangan serta ardenya.
1.2. Pengadaan kabel-kabel, stop kontak, saklar, fiting-fiting pipa, lampu, material bantu, termasuk
pemasangannya.
1.3. Pengadaan Panel Box dan pemasangannya
1.4. Pembuatan gambar instalasi yang terpasang dan telah disahkan oleh PLN setempat dan diketahui
oleh konsultan Pengawas/Direksi selaku pemilik proyek.
1.5. Penempatan seluruh jaringan instalasi listrik harus sesuai dengan gambar & keterangannya.

38
2. Bahan-Bahan Yang Dipakai :
2.1. Kabel-kabel yang dipakai adalah dari jenis NYA / type eterna dengan ukuran 2,5mm, 4mm dan 6
mm yang memenuhi standard PLN (SPLN) serta berinitial LMK.
2.2. Stop kontak, saklar listrik, saklar AC menggunakan merek panasonik dan fiting serta peralatan
listrik yang digunakan harus buatan dalam negeri yang telah memenuhi standar PLN.
2.3. Untuk lampu yang digunakan harus sekualitas merk Philips atau Tungsram atau setara.
2.4. Penempatan kilometer baru, box panel/zekering kast/panel listrik harus mengikuti ukuran dan
petunjuk dalam gambar, dan zekering kast/panel listrik yang dipakai adalah dari bahan ebonit dan
plat besi
3. Pemasangan :
3.1. Pemasangan instalasi listrik harus berpedoman pada Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
1977 yang diterbitkan Yayasan Normalisasi Indonesia.
3.2. Untuk menangani pekerjaan ini harus ditunjuk Instalasi yang telah memiliki Surat Pengesahan
Instalasi (SPI) dan Surat Ijin Kerja (SIKA) dari PLN setempat.
3.3. Instalasi yang terpasang harus disesuaikan dengan tegangan yang terpasang di area proyek.
3.4. Untuk penerangan dan stop kontak biasa kabel yang digunakan adalah jenis NYA eterna diameter
2,5 mm atau 4 mm dengan pelindung PVC diameter 5/8" anti tikus dan dipasang inbouw.
3.5. Untuk semua penyambungan kabel harus menggunakan terminal box atau ditutup dengan las
dop, serta ditempatkan pada kedudukan yang aman.
3.6. Pemasangan instalasi listrik umumnya dikerjakan sebelum plafond ditutup dan plesteran dinding
dikerjakan.
3.7. Pada semua stop kontak dan zekering kast harus diberi arde dengan menggunakan kawat BC,
dan khusus pentanahan/grounding pada zekering kast dibagian yang tertanam kedalam tanah
harus dikerjakan sampai mendapatkan tahanan yang diisyaratkan, serta diberi pelindung pipa GIP
diameter 1/2".
3.8. Sebelum pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik terlabih dahulu Kontraktor/Pelaksana
berkonsultasi dengan Konsultan Pengawas/Direksi dan Perencana.
3.9. Seluruh bahan & jaringan instalasi listrik yang telah terpasang harus diuji terlebih dahulu guna
mengetahui kebenaran pemasangan dan penempatannya.
4.10. Untuk pengujian bahan & jaringan instalasi listrik, diserahkan kepada Direksi selaku pemilik
proyek.

A’. PEKERJAAN AKHIR

1. Pada akhir pekerjaan, seluruh ruangan termasuk dinding, plafond, lantai dan sebagainya harus bersih
dari sisa-sisa semen, cat dan kotoran lainnya.
2. Halaman bangunan harus dibersihkan dari sisa-sisa bahan-bahan bangunan, kotoran-kotoran dan dan
gundukan-gundukan tanah bekas galian harus diratakan serta bahan-bahan yang tidak terpakai lagi
harus diangkut ke luar lokasi pekerjaan.
3. Jika terdapat konstruksi atau utility yang rusak harus segera diperbaiki seperti semula dan seluruh
biaya yang dikeluarkan menjadi tanggungan kontraktor/pelaksana.

39

Anda mungkin juga menyukai