Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) telah
direncanakan sejak tahun 2002. Setelah dilakukan beberapa studi kelayakan, maka terpilihlah Kabupaten Majalengka, tepatnya di Kecamatan Kertajati sebagai lokasi untuk pembangaunan Bandar Udara tersebut. Pembangunan BIJB tersebut rencananya akan memerlukan luas lahan sekitar 1800 Ha, yang akan meliputi lima desa di Kecamatan Kertajati. Selain akan menggusur pemukiman, sebagian besar lahan yang akan tergusur adalah lahan pertanian masyarakat. Selain itu, dengan dibangunnya Bandar Udara ini akan menimbulkan berbagai dampak, baik dampak positif maupun dampak negative. Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di wilayah kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka menuai masalah besar bagi warga Majalengka. Sebab penetapan lokasi dianggap tidak tepat. Pembangunan tersebut diperkirakan akan menggusur lahan subur seluas kurang lebih 1.800 ha. Lahan tersebut merupakan lahan pertanian yang merupakan sumber penghidupan masyarakat Kertajati.Pelaksanaan pembangunan BIJB dilakukan selama kurun waktu 20 tahun, yang dibagi menjadi 4 tahapan. Pentahapan pembangunan dilakukan dengan mengimplementasikan indikasi program utama lima tahunan yang berdasarkan pada struktur keruangan dan pola pemanfaatan ruang Tahap pertamayaitu pada tahun 2012,2017 dan target terealisasinya BIJB yaitu pada tahun 2032 Pembangunan BIJB saat itu masih pada tahap pertama yaitu berupa pembangunan sisi udara atau pembangunan runway(RTR KSP Kertajati Aerocity, 2012) Dalam menghadapi dampak pembangunan BIJB yang bersifat urbanisasi? Urbanisasi hal ini bermakna sebagai tingkat keurbanan (kekotaan) dalam suatu negara atau wilayah (region). Dalam sisi lain urbanisasi juga mengandung makna proses perubahan, yaitu perubahan dari bersifat pedesaan (rural) menjadi perkotaan (urban). Hal inilah yang akan terjadi di Kabupaten Majalengka. Penduduk desa di Kecamatan Kertajati dihadapkan pada dua pilihan. Apakah akan tetap menjadi petani dengan mengikuti konsep di atas yaitu berpindah tempat dari Kecamatan Kertajati ke tempat lain yang masuk dalam konsep Wilayah Pengembangan Selatan yang merupakan daerah konservasi atau tetap berada Wilayah Pengembangan Utara dengan mengubah mind set dari pertanian menjadi industrial (Irwan, 2013). Oleh karena itu untuk mengidentifikasi kebijakan pemerintah dan kesiapan masyarakat terkait pembangunan BIJB perlu adanya penelitian mengenai mengidentifikasi kebijakan pemerintahdankesiapan masyarakat dalam pembangunan BIJB yang berdampak pada perubahan dari pedesaan menjadi perkotaan di Kecamatan Kertajati.
2. Dampak Yang Timbul Dari Pembangunan BIJB
2.1 Dampak Positif a. Mempermudah proses distribusi Proses distribusi produk UMKM (khususnya dari Jawa Barat dan Jawa bagian timur) pun menjadi lebih efisien karena tidak harus didistribusikan lagi ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, tinggal tantangan selanjutnya adalah kekuatan daya saing dari produk UMKM itu sendiri. b. Meningkatkan perekonomian Kehadiran bandara merupakan salah satu sarana infrastruktur penting yang dibutuhkan dalam pembangunan dan mampu meningkatkan serta menggiatkan perekonomian, bukan hanya di wilayah lokasi bandara tapi di kawasan pendukungnya
2.2 Dampak Negatif
a. Dampak Terhadap Kegiatan Perekonomian Seperti yang terjadi pada masyarakat desa Kertasari yang merupakan daerah paling dekat dengan lokasi bandara. Kini masyarakatnya yang mayoritas berprofesi sebagai petani putus asa dan terancam menjadi pengangguran karena harus meninggalkan lahan pertanianya, dan sebagian merasa terganggu dari proyek Bandara tersebut Karena kebisingan dari pelaksanaan proyk ini yang terus mengintai mereka, apalagi bila sudah beroperasi dan pesawat-pesawat yang sering mendarat akibat suara mesinnya masyarakat akan terganggu dari kebisingan tersebut, ujar kata mereka. Masyarakat desa lainya masih ada yang terancam tidak mempunyai tempat tinggal karena masyarakat harus meninggalkan rumah yang sudah bukan lagi menjadi miliknya mengingat telah dibayar oleh pemerintah. Namun yang menjadi masalah besar adalah masyarakat bingung dengan uang ganti yang diterimanya yang dianggap tak memadai. Seperti diberitakan oleh banyak media cetak ada ratusan warga menangis dan bingung hendak pindah kemana karena uang ganti rugi yang dierimanya tidak cukup untuk pendah ke lokasi yang baru.Sebagai gambaran tanah warga dihargai sebesar Rp.400-700 ribu perbata sedangkan warga harus membeli tanah pengganti yang ada di desa sekitar sebesar Rp.1,5-Rp.2 juta per bata. Akibatnya masih banyak warga yang masih bertahan walaupun tanahnya sudah dibebaskan. Bahkan sejumlah warga nekat menanami tanah bandara walaupun dilarang dan diancam dikenakan sangsi berat. b. Dampak Terhadap sosial budaya Proyek pembangunan bandara internasional ini berdampak pada budaya dan moralitas masyarakat Majalengka. Penanaman nilai-nilai keagamaan kepada para pelajar dan masyarakat di daerah kawasan pembangunan bandara tersebut harus digalakkan dan kaum Nahdliyin bisa menjadi pengontrol terhadap dampak sosial dari pembangunan tersebut. Perubahan yang terjadi di masyarakat hampir semuanya mencakup aspek perubahan sosial dan budaya. Oleh karena itu, penggunaan kedua istilah tersebut dalam hal perbedaannya tidak terlalu diperhatikan. Perubahan pada struktur masyarakat selalu berjalan seiring dengan perubahan kebudayaan dan fungsi suatu sistem sosial. Unsur-Unsur dalam perubahan sosial budaya meliputi : 1. Nilai dan norma sosial Hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana yang diharapkan maka dirumuskan norma-norma masyarakat. Norma-norma yang ada dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. 2. Pola Prilaku dan Integrasi sosial
c. Dampak terhadap lingkungan
Dampak negative dari pembangunan bandara BIJB, terutama pada sector lingkungan seperti alih fungsi lahan dsb, menurut analisa dari data Badan Pusat Statistik Majalengka, luas lahan sawah di Kertajati mencapai 11637 hektare dengan total produksi padi sekitar 78.297 ton. Untuk palawija, produksi terbesarnya adalah kacang hijau yang mencapai 29 ton di lahan seluas 2.8 hektare. Diikuti produktifitas jagung 25.5 ton. Dari 10 desa di kecamatan Kertajati, Desa Kertajati merupakan lumbung padi terbesar kedua., Aminudin menyebutkan, tidak menutup kemungkinan keberadaan lahan pertanian akan terus beralih fungsi mengingat baru 930 hektare yang terbebaskan dari total luasan BIJB. Ya mungkin kalau nanti kawasan (BIJB) sudah terwujud. Akan banyak lahan yang beralih fungsi, imbuhnya. Terkait masalah terhadap dampak lingkungan terhadap pembangunan bandara BIJB, Kepala Departemen perencanaan Produk dan Kemitraan PT BIJB, Emmy Ulfah Utami memprediksikan bahwa sampah yang dihasilkan di tiga tahun pertama BIJB beroperasi yakni 1,5 ton perhari. Sementara untuk dampak dari pencemaran limbah dan sampah BIJB, pihaknya mengaku sudah mempersiapkannya, bahkan dalam peraturanya tidak boleh sampah ataupun limbah dibuang atau dibawa keluar dari kawasan bandara, Dalam RTRW tersebut dijelaskan mengenai adanya pengembangan Kawasan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) sebagai kawasan yang penataan ruangnya diperuntukan sebagai Bandara Internasional Jawa Barat dan pendukungnya yang akan dikembangkan seluas kurang lebih 1800 Ha. Selain bandara, akan dibangun pula kawasan pendukungnya seperti yang telah disebutkan dalam kalimat tersebut. kawasan pendukungnya itu adalah Kertajati Aerocity, yakni suatu kawasan yang didalamnya terdapat berbagai aktivitas perkotaan yang saling mendukung dengan kegiatan bandar udara yang terletak di Kecamatan Kertajati dan akan dikembangkan seluas 3200 Ha. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) BIJB sendiri bersertifikasi Internasional. Lahan terbuka hijau, kawasan pertanian, sampah dan lainya yang berkaitan dengan lingkungan, sudah disiapkan PT BIJB dengan Pemprov Jabar.