Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI KINERJA SISTEM IRIGASI DAERAH IRIGASI VAN DER

WIJCK DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY SET THEORY

Moh Nugroho 1, Ruzardi2, Lalu Makrup 2


1
Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia
Email : moeh.noegroho@gmail.com
2
Staf Pengajar Program Magister Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia

Abstrak: Penilaian kinerja jaringan irigasi adalah salah satu bagian dari pengelolaan irigasi.
Penilaian kinerja dilakukan oleh pengelola irigasi digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang
akan diambil untuk daerah irigasi yang dinilai. Penilaian kinerja dilakukan pada 6 (enam) aspek jaringan
irigasi yaitu, aspek prasarana fisik, aspek produktivitas tanaman, aspek sarana penunjang operasi dan
pemeliharaan (O&P), aspek organisasi personalia, aspek dokumentasi dan aspek organisasi perkumpulan
petani pemakai air (P3A). Penilaian kinerja pada beberapa aspek, saat ini masih bergantung pada
pengalaman petugas atau pengamat lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kinerja jaringan
irigasi dengan menggunakan teori himpunan fuzzy untuk mengurangi subyektivitas dengan metode yang
digunakan oleh balai yang didasarkan pada Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang Pedoman
Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Data input yang digunakan adalah data sekunder hasil
penilaian kinerja jaringan irigasi pada Daerah Irigasi Van Der Wijck tahun 2017. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan analisa fuzzy terhadap nilai kinerja jaringan irigasi pada Daerah Irigasi
Van Der Wijck adalah 75,91%, sedangkan penilaian kinerja jaringan irigasi yang dilakukan BBWS Serayu
Opak adalah 78.95%. Selisih perbandingan penilaian menggunakan fuzzy dan manual balai yaitu 3.04%.
Berdasarkan uji t, penilaian fuzzy tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan dibandingkan penilaian
manual.

Keyword: Kinerja Jaringan Irigasi, Teori Himpunan Fuzzy, DI Van Der Wijck

I. PENDAHULUAN yang tepat. Hal ini disebabkan antara lain


1.1. Latar Belakang kondisi jaringan irigasi mengalami
Indonesia merupakan negara agraris di penurunan kapasitas. Penurunan kapasitas
mana pertanian merupakan salah satu dapat berupa terjadinya sedimentasi di dasar
prioritas pembangunan yang berperan saluran dan kondisi bangunan yang rusak
penting dalam menunjang kesejahteraan serta alat ukur debit tidak berfungsi normal.
masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini Permasalahan umum yang ada pada Daerah
diwujudkan dengan program pemerintah Irigasi Van Der Wijck adalah :
melalui swasembada beras dan untuk a. Pengambilan/corongan liar ke sawah
mendukung ketahanan pangan. Irigasi maupun untuk perikanan,
adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan b. Beberapa pasangan talud keropos,
pembuangan air irigasi untuk menunjang c. Rembesan/bocoran di saluran,
pertanian d. Sedimentasi di saluran dan bangunan,
Daerah Irigasi Van der Wijck dengan e. Kerusakan pada pintu – pintu sadap,
luas layanan total sekitar 3.462 ha melintasi f. Operasi dan pemeliharaan jaringan
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul irigasi tidak berjalan dengan baik
termasuk bagian dari Sistem Irigasi khususnya di tingkat petani pemakai air
Mataram I yang memperoleh air irigasi dari (P3A).
Saluran Induk Karangtalun. Pada saat ini Evaluasi kinerja sistem irigasi
areal Daerah Irigasi Van Der Wijck belum dimaksudkan untuk mengetahui kondisi
bisa memperoleh air irigasi secara merata kinerja sistem irigasi yang meliputi
dalam arti jumlah yang cukup dan waktu prasarana fisik, sarana penunjang, organisasi
personalia, produktivitas tanaman, selama ini menggunakan metode kuantitatif,
dokumentasi dan petani pengguna air. padahal tidak semua dapat dinilai secara
Kegiatan ini penting dilakukan untuk kuantitatif, sehingga salah satu cara
memantau fungsi dan kinerja seluruh aspek mengkuantifikasikannya menggunakan
sistem irigasi. Penilaian yang dilakukan metode fuzzy set theory. Oleh karena itu,
selama ini sebagian besar masih bergantung dalam penelitian ini nilai kinerja sistem
pada pengalaman petugas lapangan sehingga irigasi dengan metode manual balai akan
dapat menimbulkan perbedaan akibat sifat dibandingkan dengan metode fuzzy set
subyektivitas penilaian. theory.
Implementasi penilaian yang biasa
dilakukan saat ini mengijinkan petugas 1.2. Tujuan Penelitian
lapangan untuk melakukan inspeksi visual Penelitian ini bertujuan :
yang. Pada inspeksi visual inilah muncul 1. Menghitung dan menganalisa kinerja
kemungkinan ketidaktelitian dan sistem irigasi Daerah Irigasi Van Der
subyektivitas penilaian yang dapat berakibat Wijck dengan metode manual BBWS
ketidaktepatan informasi. Serayu Opak,
Keadaan inilah yang melatarbelakangi 2. Menghitung dan menganalisa kinerja
penggunaan konsep fuzzy dalam penelitian sistem irigasi Daerah Irigasi Van Der
ini. Dengan konsep ini, seseorang dapat Wijck dengan metode fuzzy set theory,
menyatakan tingkat kebenaran yang diwakili 3. Membandingkan kinerja sistem irigasi
oleh gradasi keanggotaan. Konsep fuzzy Daerah Irigasi Van Der Wijck dengan
mengakomodasi sebagian kebenaran dimana metode manual BBWS Serayu Opak
suatu nilai dapat berada diantara 2 (dua) dan dengan metode fuzzy set theory.
kriteria penilaian.
Untuk membantu mengkuantifikasi 1.3. Batasan Penelitian
ketidakpastian dalam penilaian oleh petugas Untuk memberikan arahan yang jelas
lapangan, maka dalam penelitian ini akan dalam penelitian ini, maka ruang lingkup
digunakan teori himpunan kekaburan (fuzzy penelitian yang akan ditinjau dibatasi pada
set theory). Teori ini dapat digunakan untuk aspek kinerja sistem irigasi berdasarkan
memodelkan penilaian kondisi sistem irigasi pada Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015
sekaligus memperhitungkan ketidakpastian tentang Pedoman Eksploitasi dan
dalam penilaian. Teori ini juga dapat Pemeliharaan Jaringan Irigasi yaitu ada 6
digunakan untuk mengolah informasi yang (enam) aspek berupa prasarana fisik,
kurang tepat dan memiliki kebenaran produktivitas tanam, sarana penunjang
parsial, serta obyek yang dinilai mempunyai operasi pemeliharaan (OP), organisasi
ketidakpastian karena estimasi subyektif personalia, dokumentasi dan kondisi
pada data dengan menggunakan rentang Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
nilai. Sedangkan data kinerja Daerah Irigasi Van
Pada evaluasi kinerja sistem irigasi Der Wijck diambil pada tahun 2017.
diperlukan adanya aspek kinerja yang
digunakan sebagai dasar penilaian kinerja. II. LANDASAN TEORI
Metode penilaian kinerja yang digunakan di 2.1. Irigasi dan Sistem Irigasi
BBWS Serayu Opak adalah metode manual Irigasi merupakan suatu proses untuk
balai yang didasarkan pada aspek kinerja mengalirkan air dari suatu sumber air ke
sesuai Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 sistem pertanian. Secara garis besar irigasi
tentang Pedoman Eksploitasi dan adalah usaha pemenuhan kebutuhan air bagi
Pemeliharaan Jaringan Irigasi yaitu ada 6 tanaman agar tumbuh optimal. Irgasi dapat
(enam) aspek berupa prasarana fisik, berasal dari beberapa sumber, yaitu air
produktivitas tanam, sarana penunjang permukaan dan air tanah ataupun teknologi
operasi pemeliharaan (OP), organisasi yang digunaan untuk mengalirkan air,
personalia, dokumentasi dan kondisi seperti irigasi pompa. Fungsi utama irigasi
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). adalah untuk menambah air atau lengas
Penilaian aspek kinerja secara manual balai tanah ke dalam tanah untuk memasok
kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman air irigasi termasuk pembuangannya dan
juga untuk menjamin ketersediaan air, upaya menjaga serta mengamankan jaringan
menurunkan suhu tanah, pelarut garam irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan
dalam tanah, mengurangi kerusakan karena baik. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah
forst/jamur, dan melunakkan lapis keras kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
tanah dalam pengelolaan tanah mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi
(Hansen,1992). seperti semula.
Sistem irigasi menurut Peraturan 2.3. Evaluasi Kinerja
Pemerintah No 20 Tahun 2006 tentang Secara harfiah evaluasi berasal dari
Irigasi adalah prasarana irigasi, air irigasi, bahasa Inggris evaluation yang berarti
manajemen irigasi, kelembagan pengelolaan penilaian atau penaksiran. Menurut kamus
irigasi dan sumber daya manusia. Jadi, besar Bahasa Indonesia, evaluasi adalah
sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu proses penilaian yang sistematis mencakup
kesatuan yang tersusun dari berbagai pemberian nilai, atribut, apresiasi dan
komponen, menyangkut upaya penyediaan, pengenalan permasalahan serta pemberian
pembagian, pengelolaan, dan pengaturan air solusi-solusi atas permasalahan yang
dalam rangka meningkatkan produksi ditemukan.
pertanian. Bernardin dan Russel dalam (Ruky,
2.2. Operasi dan Pemeliharaan Jaringan 2002) memberikan pengertian kinerja
Irigasi sebagai berikut: “performance is defined as
Operasi jaringan irigasi adalah kegiatan the record of outcomes produced on a
pengaturan air dan jaringan irigasi yang specified job function or activity during time
meliputi penyediaan, pembagian, period”. Prestasi atau kinerja adalah catatan
penggunaan, dan pembuangannya, termasuk tentang hasil-hasil yang diperoleh dari
usaha maempertahankan kondisi jaringan fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau
irigasi agar tetap berfungsi dengan baik. kegiatan selama kurun waktu tertentu.
Tujuan dari operasi jaringan irigasi adalah Pengertian kinerja lainnya dikemukakan
untuk membantu masyarakat pedesaan oleh (Simanjuntak, 2005) yang
dalam melakukan pengembangan irigasi mengemukakan kinerja adalah tingkat
desa dengan pendekatan partisipatif, serta pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas
pemberdayaan masyarakan melalui tertentu. Kinerja adalah tingkat pencapaian
perkumpulan petani pemakai air. hasil dalam rangka mewujudkan suatu
Sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR tujuan.
No. 12/PRT/M/2015 tentang Pedoman 2.4. Penilaian Kinerja Sistem Irigasi
Operasi dan Ekploitasi Jaringan Irigasi, Menurut (Murtiningrum, 2005),
operasi jaringan irigasi sebagaimana kinerja sistem irigasi merupakan resultan
dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan dari kinerja manajemen dan kinerja
upaya pengaturan air irigasi dan fungsional fisik jaringannya. Sebagian besar
pembuangannya, termasuk kegiatan cara evaluasi kinerja sistem irigasi
membuka menutup pintu bangunan irigasi, menggunakan motode analisis kuantitatif
menyusun rencana tata tanam, menyusun namun prakteknya tidak semua aspeknya
sistem golongan, menyusun rencana bisa dinilai secara kuantitatif, sehingga
pembagian air, melaksanakan kalibrasi diperlukan cara lainnya untuk
pintu/bangunan, mengumpulkan data, mengkuantifikasikan aspek kinerjanya.
memantau, dan mengevaluasi. Tahapan Salah satu cara untuk memecahkan masalah
kegiatan operasi jaringan irigasi adalah tersebut adalah menggunakan teori set
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan kekaburan untuk mengkuantifikasikannya.
evaluasi. Kegiatan monitoring dan evaluasi Berdasarkan Permen PUPR No.
meliputi monitoring pelaksanaan operasi, 12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Operasi
kalibrasi alat ukur dan monitoring kinerja dan Eksploitasi Jaringan Irigasi, evaluasi
daerah irigasi. kinerja jaringan irigasi dilakukan setiap satu
Eksploitasi dan pemeliharaan jaringan tahun sekali sesuai dengan daerah irigasi
irigasi adalah serangkaian upaya pengaturan
(DI) kewenangannya. Evaluasi Nilai hasil perhitungan kinerja irigasi
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi pada masing-masing aspek kemudian di
kinerja sistem irigasi. jumlahkan, hasil penilaian tersebut adalah
2.5. Bobot Penilaian Kinerja Sistem indeks kondisi kinerja jaringan irigasi. Hasil
Irigasi indeks kinerja sistem irigasi sebagai berikut
Sesuai dengan Permen PUPR No :
12/PRT/M/2015 penilaian kinerja jaringan 1. 80 - 100 : kinerja sangat baik
irigasi dilakukan dengan menilai 6 (enam) 2. 70 - 79 : kinerja baik
aspek kinerja yaitu : 3. 55 - 69 : kinerja kurang dan perlu
1. Aspek Prasarana Fisik, perhatian
2. Aspek Produktivitas Tanam, 4. < 55 : kinerja jelek dan perlu
3. Aspek Sarana Penunjang, perhatian
4. Aspek Organisasi Personalia, 2.6. Penilaian Kinerja Sistem Irigasi
5. Aspek Dokumentasi, dengan Fuzzy set Theory
6. Aspek Perkumpulan Petani Belman dan Zadeh (1973) merupakan
Pengguna Air (P3A). orang pertama yang mepelajari problem
pengambilan keputusan di bawah
Setiap aspek penilaian memiliki bobot lingkungan kabur (fuzzy) dan mereka
masing-masing yang telah ditentukan mengawali penyelesaian problem
pada lampiran peraturan tersebut. Bobot pengambilan keputusan dengan pendekatan
penilaian atau indeks kondisi maksimum fuzzy multicriteria. Menurut Aouam dalam
untuk masing-masing aspek adalah (Rochman, 2006) pengambilan keputusan
seperti pada tabel berikut ini : dalam struktur informasi yang tidak pasti
dan kabur kurang tepat bila menggunakan
Tabel 1. Bobot Penilaian Kinerja Irigasi
Indek metode matematis yang bersifat crisp
No Kriteria Penilaian
Kondisi
Maksimum
(tegas), namun diselesaikan dengan model
(%) yang menggabungkan teori himpunan fuzzy
I. Prasarana Fisik 45 dan unsur-unsur subyektivitas disebabkan
1. Bangunan utama 13 ambiguitas untuk mendapatkan pendekatan
2. Saluran pembawa 10
3. Bangunan pada saluran pembawa 9 keputusan yang lebih tepat dan fleksibel.
4. Saluran pembuang dan bangunannya 4 Analisa matematika dengan teori set
5. Jalan masuk / inspeksi. 4
6. Kantor, perumahan dan gudang. 5 kekaburan (fuzzy set theory) diperlukan
II Produktifitas Tanam 15 untuk mengkuantifikasi tolak ukur kinerja
1. Pemenuhan kebutuhan air 9
2. Realisasi luas tanam 4 irigasi yang tidak seluruhnya bersifat
3. Produktivitas padi 2 kuantitatif. Karena persoalan-persoalan
III Sarana Penunjang 10
1. Peralatan O&P. 4 yang berkaitan dengan kinerja seluruh
2. Transportasi 2 sistem irigasi seringkali bersifat kabur dan
2
3. Alat-alat kantor Ranting/Pengamat/UPTD tidak dapat digolongkan dengan pasti, maka
4. Alat Komunikasi 2
IV Organisasi Personalia 15 teori set kekaburan secara relatif akan dapat
Organisasi O&P telah disusun dengan dipakai untuk menempatkan persoalan-
batasan-batasan tanggungjawab dan tugas
1. yang jelas 5 persoalan tersebut berdasarkan pada kondisi
2.
V
Personalia
Dokumentasi
10
5
pengamatan. Logika fuzzy memiliki
1. Buku Data Daerah Irigasi 2 toleransi terhadap data-data yang tidak tepat
2. Peta dan gambar-gambar 3 dan mampu memodelkan fungsi non linear
VI Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) 10
1. GP3A / IP3A sudah berbadan hukum 1,5 yang kompleks.
2. Kondisi Kelembagaan GP3A / IP3A 0,5 Menurut Cox dalam Kusumadewi 2010,
3. Rapat Ulu Ulu / P3A Desa / GP3A dengan
2 beberapa alasan digunakannya logika fuzzy
P3A aktif mengikuti survei/penelusuran
4. jaringan.
1 antara lain :
Partisipasi P3A dalam perbaikan jaringan 1. Konsep logika fuzzy menggunakan
5. dan 2
Iuran P3A digunakan untuk perbaikan konsep matematis yang mendasari
6. jaringan 2 penalaran sehingga mudah dimengerti,
Partisipasi P3A dalam perencanaan Tata
7. Tanam 1 2. Logika fuzzy bersifat fleksibel, mampu
Jumlah 100 beradaptasi dengan perubahan-
perubahan dan ketidakpastian yang Kasatker Operasi dan Pemeliharaan
menyertai permasalahannya. Sumber Daya Air, PPK Operasi dan
3. Logika fuzzy didasarkan pada bahasa Pemeliharaan Sumber Daya Air dan
alami, menggunakan bahasa sehari-hari Koordinator Teknik Satker Operasi dan
sehingga mudah dimengerti. Pemeliharaan Sumber Daya Air
2.7. Uji Hipotesis 2. Data sekunder :
Uji hipotesis adalah prosedur pengujian Data sekunder berasal dari data kinerja
hipotesis tentang suatu parameter populasi sistem irigasi Daerah Irigasi Van Der
menggunakan informasi dari sampel dan Wijck dari BBWS Serayu Opak tahun
teori probabilitas untuk menentukan apakah 2017.
hipotesis tersebut secara statistik diterima
atau ditolak. 3.3 Penilaian Kinerja Irigasi
Salah satu cara uji hipotesis adalah Menggunakan Indek Kinerja Sistem
dengan pengujian terhadap nilai rata-rata. Irigasi
Uji beda rata-rata dua populasi digunakan Penilaian kinerja irigasi dengan
untuk membedakan rata-rata dua populasi. menggunakan indek kinerja sistem irigasi
Perhitungan uji t menggunakan rumus sesuai dengan Permen PUPR No.
sebagai berikut. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan
̅
ℎ = (1) Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Penilaian
( ) ( )
( ) kinerja dengan melakukan pengamatan
Keterangan : terhadap kondisi lapangan terhadap aspek
̅ : rata-rata sampel 1 kinerja yang dinilai meliputi 6 (enam) aspek
: rata-rata sampel 2 1. Aspek Prasarana Fisik,
S1 : standar deviasi sampel 1 2. Aspek Produktivitas Tanam,
S2 : standar deviasi sampel 2 3. Aspek Sarana Penunjang,
n : jumlah data 4. Aspek Organisasi Personalia,
Kriteria pengujian : 5. Aspek Dokumentasi,
H0 diterima jika t hitung < tα/2 6. Aspek Perkumpulan Petani Pemakai
Air (P3A)
H0 ditolak jika t hitung > tα/2
Tabel 2. Tabel Penilaian Kinerja Irigasi
Nilai tα didapatkan dari tabel, dengan
taraf nyata (significant level) (α) yang telah Bobot
Nilai Indeks Kondisi
ditentukan. Taraf nyata (α) adalah besarnya Uraian
Final (%)
Bagian Yang ada Maksimum
(%) (%) (%)
toleransi dalam menerima kesalahan hasil 1 2 3 4 5

hipotesis terhadap parameter populasinya. I. PRASARANA FISIK


1 Bangunan Utama
45
13
1.1. Bendung 100 5
a. Mercu 20 1
III. METODE PENELITIAN b. Sayap 15 0.75
3.1 Lokasi Penelitian c. Lantai Bendung 20 1
d. Tanggul Penutup 20 1
Lokasi penelitian adalah Daerah Irigasi e. Jembatan 5 0.25
Van Der Wijck dengan luas areal 3.462 Ha. f. Papan Operasi 10 0.5
g. Mistar Ukur 5 0.25
Kewenangan pengelolaan daerah irigasi ini h. Pagar Pengaman 5 0.25
adalah BBWS Serayu Opak. Secara 1.2. Pintu-pintu Bendung dan 100 8
roda gigi dapat dioperasikan.
administratif Daerah Irigasi Van Der Wijck a. Pintu Pengambilan 55 4.4
terletak di Kabupaten Sleman dan b. Pintu Penguras Bendung 45 3.6
1.3. Kantong Lumpur & Pintu Pengurasnya. 100 0
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa a. Bangunan Kantong Lumpur baik 35 0
Yogyakarta. b. Kantong Lumpur telah di bersihkan
Pintu Penguras & Roda gigi Kantong
30 0

3.2 Pengumpulan Data c.


Lumpur dapat di operasikan.
35 0

1. Data primer : 2 Saluran Pembawa


Kapasitas tiap saluran cukup untuk
100 10
2.1. 50 5
Data primer adalah data penilaian membawa debit kebutuhan / Rencana
Tinggi tanggul cukup untuk menghindari
derajat keanggotaan dalam himpunan 2.2.
limpahan setiap saat selama pengoperasian.
20 2

fuzzy yang diperoleh dari kuisioner. 2.3. Semua perbaikan saluran telah selesai. 30 3

Responden kuisioner ini adalah


Nilai Indeks Kondisi
Bobot
Uraian Bagian Yang ada Maksimum
Final (%)
(%) (%) (%)
3 Bangunan pada saluran pembawa 100 9
3.1. Bangunan Pengatur (Bagi / Bagi Sadap / 100 2
Setiap saat dan setiap bangunan
a. 50 1
pengatur perlu Saluran Induk dan
b. Pada setiap sadap tersier. 50 1
3.2. Pengukuran debit dapat dilakukan sesuai 100 2.5
Pada Bangunan Pengambilan (Bendung
a. 40 1
/ intake).
Pada tiap bangunan pengatur (Bagi /
b. 30 0.75
Bagi Sadap / Sadap)
c. Pada setiap sadap tersier. 30 0.75
3.3. Bangunan Pelengkap berfungsi dan lengkap. 100 2
a. Pada saluran induk dan sekunder 40 0.8
Pada bangunan syphon, gorong-gorong,
b. jembatan, talang, cross-drain tidak 60 1.2
terjadi sumbatan.
3.4. Semua perbaikan telah selesai. 100 2.5 Gambar 1 Struktur penilaian kinerja irigasi
Perbaikan bangunan pengatur (Bagi /
a. 50 1.25
Bagi Sadap / Sadap)
b.
Mistar ukur, skala liter dan tanda muka
15 0.38 Pembentukan Himpunan dan Fungsi
air.
c. Papan Operasi. 20 0.5 Keanggotaan
d. Bangunan pelengkap.
4 Saluran Pembuang dan Bangunannya
15
100
0.38
4
Setelah penyusunan model FIS selesai,
Semua saluran pembuang dan bangunannya
telah dibangun dan tercantum dalam daftar
tahap selanjutnya adalah membentuk
4.1.
pemeliharaan serta telah diperbaiki dan
75 3
himpunan dan fungsi keanggotaan. Fungsi
berfungsi.
4.2. Tidak ada masalah banjir yang menggenangi. 25 1 keanggotaan adalah kurva yang
5 Jalan masuk / Inspeksi. 100 4 menunjukkan pemetaan titik-titik input data
Jalan masuk ke bangunan utama dalam
5.1.
kondisi baik.
50 2 ke dalam nilai keanggotaannya (derajat
5.2.
Jalan Inspeksi dan jalan setapak sepanjang
saluran telah diperbaiki
25 1 keanggotaan) yang memiliki interval antara
5.3.
Setiap bangunan dan saluran yang dipelihara
dapat dicapai dengan mudah.
25 1 0 sampai 1. Pembentukan fungsi
6 Kantor, Perumahan dan Gudang. 100 5 keanggotaan dilakukan dengan metode
6.1. Kantor memadai untuk : 100 2
Ranting/Pengamat/UPTD (Setingkat
direct rating. Metode direct rating
- 50 1
Satker Balai PSDA/UPT/Cab PU
Mantri/Juru (Setingkat Korlap Balai
dilakukan dengan cara menanyakan
-
PSDA/Mantri Pengairan).
50 1
langsung kepada pengelola irigasi Daerah
6.2. Perumahan memadai untuk :
Ranting/Pengamat/UPTD (Setingkat
100 1
Irigasi Van Der Wijck untuk menentukan
- 50 0.5
Satker Balai PSDA/UPT/Cab PU derajat keanggotaan suatu nilai kinerja dan
Mantri/Juru (Setingkat Korlap Balai
-
PSDA/Mantri Pengairan).
50 0.5
keberfungsian untuk masing-masing sub
6.3. Gudang memadai untuk :
- Kantor Ranting/Pengamat/UPTD
100
40
2
0.8
aspek kinerja sistem irigasi pada himpunan
- Bangunan utama (BD). 40 0.8 baik, cukup dan kurang.
- Skot Balok dan perlengkapan 20 0.4

3.4 Penilaian Dengan Metode Fuzzy Set


Theory
Penyusunan Model Fuzzy Inference
System (FIS)
Pada tahap ini dilakukan identifikasi
penilaian kinerja sistem irigasi yang
penilaiannya bersifat kualitatif yang akan
digunakan sebagai variabel input dalam
melakukan Fuzzy Inference System (FIS)
Analisa FIS dilakukan pada masing-
masing aspek kinerja sistem irigasi yang
berjumlah 6 (enam) aspek dan 21 (duapuluh Gambar 2 Form Wawancara Derajat
satu) sub aspek Keanggotaan
Fuzzifikasi Hipotesa yang digunakan adalah sebagai
Fuzzifikasi adalah proses untuk mengubah berikut.
variabel non fuzzy menjadi variabel fuzzy H0 = μ1=μ2 (3)
dengan cara memetakan nilai input tegas H1 = μ1≠μ2 (4)
pada himpunan fuzzy melalui fungsi significant level (α ) = 5%, nilai toleransi
keanggotaannya serta menuju ke nilai kesalahan yang diterima adalah sebesara 5 %
keanggotaannya. Nilai variabel input yang Keterangan :
digunakan dalam perhitungan diambil dari H0 : Hipotesis nol yaitu sebagai
NKF rata-rata sub aspek kinerja sistem pernyataan yang akan diuji
irigasi pada lokasi penelitian yaitu Daerah H1 : Hipotesis alternatif yaitu lawan
Irigasi Van Der Wijck. dari hipotesis nol
: Rata-rata populasi satu
Rules Adaptive Neuro-Fuzzy Inference : Rata-rata populasi dua
System (ANFIS) Nilai kritis dilihat pada tabel t dengan
Langkah selanjutnya adalah menyusun menentukan nilai derajat kebebasan ( df)
aturan (rules) sesuai dengan kondisi sistem
dengan menggunakan ANFIS. Bentuk = 1 + 2 −2 (5)
aturan yang dihasilkan berupa :
IF (x1 is A1)…..(xn is An) THEN z = p1*x1 df = Derajat kebebasan (degree of
+….+ pn*xn + q………………………....(2) freedom)
Dengan xn adalah nama sub aspek ke-i, Ai n1= jumlah data 1
adalah himpunan fuzzy ke-i, sedangkan pn n2= Jumlah data 2
dan q adalah konstanta tegas. Proposisi yang Nilai Uji statistik ( t hitung) dihitung dengan
mengikuti IF disebut anteseden, sedangkan rumus :
proposisi yang mengikuti THEN disebut
̅
konsekuen. ℎ = (6)
( ) ( )
( )
Inferensi
Proses inferensi adalah melakukan tahapan Keterangan :
implikasi dan agregasi aturan. Metode ̅ : rata-rata sampel 1
inferensi yang digunakan adalah Sugeno : rata-rata sampel 2
orde satu. Implikasi adalah memotong S1: standar deviasi sampel 1
konsekuen fuzzy berdasarkan operator fuzzy. S2: standar deviasi sampel 2
N : jumlah data
Defuzzifikasi
Defuzzifikasi adalah mengubah output
keluaran inferensi aturan menjadi sebuah
bilangan nilai tertentu. Metode deffuzifikasi
yang digunakan dalam fuzzy Sugeno adalah
defuzzy weighted average .

3.5 Uji Hipotesis


Hasil dari output kinerja fuzzy
kemudian dibandingkan dengan output
kinerja sistem irigasi sesuai hasil data
penilaian manual BBWS Serayu Opak
dengan menggunakan uji statistik yaitu uji
hipotesa rata-rata dua populasi. Uji ini
digunakan untuk menguji apakah nilai
rata-rata penilaian fuzzy berbeda dengan
nilai rata-rata penilaian manual.
3.6 Bagan Alir Penelitian terhadap kondisi lapangan terhadap aspek
kinerja yang dinilai, meliputi 6 (enam) aspek
yang telah ditentukan yaitu :
1. Aspek Prasarana Fisik,
2. Aspek Produktivitas Tanam,
3. Aspek Sarana Penunjang,
4. Aspek Organisasi Personalia,
5. Aspek Dokumentasi,
6. Aspek Perkumpulan Petani Pemakai
Air (P3A)
Tabel 3. Rekap Penilaian Kinerja DI Van
Der Wijck

Gambar 3 Bagan Alir Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Daerah
Irigasi Van Der Wijck. Daerah irigasi ini
mendapatkan air dari bangunan Bagi Karang
Talun 4 yang terdapat pada Saluran Induk
Karangtalun. Daerah Irigasi Van der Wijck
dengan luas layanan total sekitar 3.462 ha
melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten 4.3 Penilaian Kinerja Dengan Metode
Bantul termasuk bagian dari sistem irigasi Fuzzy
Mataram I yang memperoleh air irigasi dari Pembentukan Himpunan Dan Fungsi
Saluran Induk Karangtalun. Untuk melayani Keanggotaan
seluruh daerah layanan, Daerah Irigasi Van
Tahap pertama dalam proses FIS adalah
Der Wijck di bagi menjadi 1 (satu) saluran
membentuk himpunan fuzzy input untuk
induk dan 14 (empat belas) saluran sekunder
masing-masing parameter pada tiap aspek
kinerja sistem irigasi. Proses awal yang
4.2 Penilaian Kinerja Sistem Irigasi
dilakukan dalam mengolah data adalah
Secara Manual Balai
mengubah hasil penilaian dari pengelola
Penilaian kinerja jaringan irigasi dengan
irigasi Daerah Irigasi Van Der Wijck
menggunakan indeks kinerja sistem irigasi
menjadi fungsi keanggotaan variabel input.
sesuai dengan Permen PUPR Nomor
Variabel input dibagi 3 (tiga) himpunan
12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan
yaitu kurang, cukup dan baik. Contoh hasil
Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Penilaian
penilaian pada Aspek Dokumentasi Sub
kinerja dengan melakukan pengamatan
Aspek Buku Data Daerah Irigasi berikut ini:
Tabel 4. Derajat keanggotaan aspek Sistem
Kinerja Irigasi

Gambar 4 FIS Sub Aspek Buku Data DI

Fungsi derajat keanggotaan dari variabel


input Buku dan Peta Daerah Irigasi
didefinisikan dalam persamaan sebagai
berikut :
1 untuk 0 x 10
(x) = 0 untuk x = 100 (5.2)
μ (7)
untuk 10 100
0 untuk 0 x 10 dan 70 x 100
μ (x) = untuk 10 70 (8)
untuk 70 100

(x) =
0 untuk 0 x 10 (5.3)
μ = (9)
untuk 10 100

Pembentukan Himpunan Fuzzy Input


(Fuzzifikasi)
Tahap berikutnya adalah memetakan data
(5.4)
Penentuan Aturan Fuzzy (Rules ANFIS)
input berupa bilangan tegas melalui fungsi
keanggotaannya menuju nilai dan Fungsi Implikasi dan Agregasi
keanggotaannya sehingga didapatkan nilai (Inferensi)
keanggotaan antara 1-0. Variabel input ini
dimaksudkan adalah NKF rata-rata sub Metode inferensi yang digunakan adalah
aspek buku data DI yang penilaiannya metode sugeno orde satu. Pada metode ini
meliputi komponen ketersediaan buku anteseden direpresentasikan dengan
alokasi air. himpunan fuzzy, sedangkan konsekuen
direpresentasikan dengan sebuah persamaan
Himpunan Kurang linier. Pembentukan aturan fuzzy
100 − x menggunakan bantuan Rules Adaptive
μ (x) =
100 − 10 Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS).
μ (80) =
(100 − 80)
= 0.22
Aturan Fuzzy:
(100 − 10)
1. (R1) IF B is kurang and P is kurang then
Himpunan Cukup kinerja dokumentasi is [0.02 x B] +
100 − x
μ (x) = [0.03 x P] + [4.85e-09]=Z1
100 − 70
Penjelasan :
(100 − 80) a. IF B is kurang and P is kurang =
μ (80) = = 0.67
(100 − 70)
premis
Himpunan Baik b. Kinerja dokumentasi is [0.02 x B] +
x − 10
μ (x) = [ 0.03x P] + [ 4.85e-09] = konsekuen
100 − 10
Arti dari aturan satu (R1) yaitu jika
(80 − 10) kondisi buku data DI kurang dan kondisi
μ (80) = = 0.78
(100 − 10) peta, gambar jaringan irigasi kurang,
maka ouput kinerja aspek dokumentasi
adalah penjumlahan dari [0.02 dikali nilai P is kurang then kinerja dokumentasi is
input buku data DI] + [0.03 dikali nilai [0.02 x B] + [0.03 x P] + [4.85e-09]=Z1
input peta dan gambar] + [4.85e-09]. α-predikat1 = min ((μkurang (70); μkurang (73,33))
Angka 0.02 dan 0.03 adalah parameter = min (0.33;0.30)
konsekuen = 0.30
2. (R2) IF B is kurang and P is cukup then Z1= [0.02 x 70] + [0.03 x 73,33] + [ 4.85e-09]
kinerja dokumentasi is [0.02 x B] + Z1= 3.59
[0.03 x P] + [ -2.397e-05] =Z2
Defuzzifikasi
3. (R3) IF B is kurang and P is baik then
kinerja dokumentasi is [0.02 x B] + [ Tahapan terakhir adalah mengubah output
0.03 x P] + [ 3.629e-05]]=Z3 hasil komposisi aturan menjadi sebuah nilai
4. (R4) IF B is cukup and P is kurang then tegas. Metode yang digunakan untuk
kinerja dokumentasi is [0.02 x B] + [ deffuzifikasi adalah defuzzy weighted
0.03 x P] + [ 2.694e-05]=Z4 average.
5. (R5) IF B is cukup and P is cukup then
( × 1) +( × 2 ) + ( 3 × 3) + ( 4 × 4) + ( × 5) +( × 6) +
kinerja dokumentasi is [0.02 x B] + [ =
1 2
( 7 × 7) + ( 8 × 8) + ( 9 ×
5
9)
6

= 3.59
0.03 x P] + [ 3.092e-05]=Z5 ( 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6+ 7 + 8 + 9)

6. (R6) IF B is cukup and P is baik then


kinerja dokumentasi is [0.02 x B] + [
0.03 x P] + [ -2.978e-05]=Z6
7. (R7) IF B is baik and P is kurang then
kinerja dokumentasi is [0.02 x B] + [
0.03 x P] + [ -4.374e-05]=Z7
8. (R8) IF B is baik and P is cukup then
kinerja dokumentasi is [0.02 x B] + [
0.03x P] + [ -1.45e-05]=Z8
9. (R9) IF B is baik and P is baik then
kinerja dokumentasi is [0.02 x B] + [
0.03 x P] + [ 6.498e-06]=Z9
Keterangan :
B: Buku data DI
P: Peta dan gambar JI Gambar 6. Defuzzyfikasi dengan
menggunakan Progam Matlab

Tabel 5.Hasil kinerja dengan metode fuzzy

Gambar 5 Tampilan Matlab Aturan Fuzzy Analisa Hasil Penilaian Kinerja Sistem
Pada FIS Dokumentasi Irigasi Secara Manual dan Metode Fuzzy
Dari hasil perhitungan, penilaian kinerja
sistem irigasi Daerah Irigasi Van Der Wijck
(R1) IF B is kurang and P is kurang then dengan metode manual balai dan metode
kinerja dokumentasi (R1) IF B is kurang and fuzzy menunjukkan adanya perbedaan,
seperti ditunjukkan tabel berikut ini.
Tabel 6. Perbandingan hasil kinerja dengan Sigit,S,A, Susetiawan, dan Bayudono, 2000,
cara manual dan dengan cara fuzzy Keberlanjutan Sistem Irigasi dalam
Pembangunan Jangka Panjang Kedua
(Studi Kasus di Pulau Jawa dan Bali),
Laporan akhir RUT tahap II,
Departemen Pekerjaan Umum, (2006),
Peraturan Pemerintah No. 20 Tentang
Irigasi, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, (2007),
Peraturan Pemerintah No 32 Tahun
2007 tentang Pedoman OP Jaringan
Selisih nilai kinerja antara perhitungan Irigasi, Jakarta.
dengan metode fuzzy dengan metode manual
balai yaitu 3.04%. Departemen Pekerjaan Umum, (1986),
Berdasarkan hasil uji t, perbedaan antara Kriteria Perencanaan Irigasi, 2013
Jakarta
penilaian fuzzy dengan manual balai
menunjukkan nilai kinerja yang berbeda. Putri, (2014), Evaluasi Kinerja Derah irigasi
Jragung Kabupaten, Universitas
V. KESIMPULAN DAN SARAN Brawijaya, Malang, Jawa Timur
Kesimpulan Hasan, M., (2005), Bangun Irigasi Dukung
Kinerja sistem irigasi Daerah Irigasi Van Ketahanan, Dirjen SDA, Departemen
Der Wijck dengan metode manual BBWS PU, Jakarta.
Serayu Opak dan dengan metode Fuzzy Set Kusumadewi, S., Purnomo, H., (2010),
Theory adalah Baik, dengan nilai kinerja Aplikasi Logika Fuzzy untuk
78.95% dan 75.91% dengan selisih Pendukung Keputusan, Graha Ilmu,
perbedaan sebesar 3.04%, tidak Yogyakarta.
menunjukkan angka signifikan berdasarkan Kunaifi, A. A. 2010. Pola Penyediaan Air
uji hipotesis. DI. Tibunangka dengan Sumur Renteng
pada Sistem Suplesi Renggung. Tesis
Saran tidak dipubikasikan. Malang:
Pemakaian penilaian kinerja sistem irigasi UniversitasBrawijaya.
dengan metode manual BBWS Serayu Opak
masih bisa dipakai, tetapi perlu adanya Mataram, I. M., (2010), Desain Kontrol
Aerator Pada Instalasi Pengolahan Air
penyempurnaan dalam klasifikasi tingkat
kerusakan yang lebih detail. Limbah Suwung Dengan Fuzzy Logic,
Fakultas Teknik Universitas Udayana,
Metode fuzzy set theory memberikan hasil
yang lebih obyektif, tetapi perlu Bali.
penyempurnaan dalam penggunaannya Malano, H. M. dan Gao, 1992, Ranking and
sehingga ada kemudahan bagi pengguna. classification of irrigation system
Penentuan nilai derajat keanggotaan performance using fuzzy set theory:
himpunan agar dapat dibuat lebih dari 3 Case studies in Australia and China,
(tiga) himpunan supaya menghasilkan Irrigation and Drainage Systems, 6 :
penilaian yang lebih mewakili subyektivitas 129-148
manusia. Murtiningrum, (2005), Evaluasi Kinerja
Daerah Irigasi Pasca PIK di Jawa Timur
VI. DAFTAR PUSTAKA dengan Teori Set Kekaburan, Seminar
Sigit,S,A, Murtiningrum, dan Rohmad.B , Nasional PERTETA.
2007, Mengukur Kinerja Manajemen Mulyadi dkk (2014) Penilaian Kinerja
Irigasi Dengan Pendekatan Teori irigasi Berdasarkan Pendekatan Permen
Himpunan Kekaburan : Kajian Kasus Pu No.32/2007 dan Metode Masscote
di Daerah Irigasi Vander Wicjk. dengan Evaluasi Rapid Appraisal
Procedure (RAP) di Daerah irigasi
Barubug Jawa Barat , Jurnal Irigasi –
Vol. 9, No. 2, Oktober 2014
Peraturan Menteri PUPR No
15/PRT/M/2015 tentang Pedoman
Eksploitasi dan Pemeliharaan Irigasi
Rochman, T., (2006), Multi Criteria
Decision Analysis Berbasis Fuzzy Set
Theory untuk Pengambilan Keputusan,
Performa Vol. 5.
Ruky, A., ( 2002), Sistem Manajemen
Kinerja, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Saragih, H. M., (2009), Efisiensi Penyaluran
Air Irigasi di Kawasan Sungai Ular D.I
Bendang Kabupaten Serdang Bedagai,
Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Sebayang, dkk 2014. Evaluasi Kinerja
Operasi dan Pemeliharaan Sistem
Irigasi Medan Krio di Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang. E-
Jurnal. Vol. 2 No.3 Tahun 2014.
Simanjuntak, P. J., (2005), Manajemen dan
Evaluasi Kerja, Lembaga Penerbit
FEUI, Jakarta.
Sutrisno dan Chayati.2013. Perhitungan
Efisiensi Saluran Irigasi Pada Daerah
Irigasi Kebonagung Kabupaten
Sumenep. E-Jurnal. Universitas
Wiraraja Sumenep. Vol.1. No.2. 2013.
Sumiyati., dkk., (2011), Evaluasi Kinerja
Fisik Sistem Subak Yang Berorientasi
Agroekowisata Menggunakan
Pendekatan Logika Fuzzy, Jurnal
Teknik Industri, 147-155.

Anda mungkin juga menyukai