Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Neraca air merupakan alat untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi di

lapangan. Secara garis besar neraca air merupakan penjelasan tentang hubungan antara aliran

ke dalam (In flow) dan aliran ke luar (out flow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu

dari proses sirkulasi air. Neraca air juga dapat didefinisikan sebagai selisih antara jumlah air

yang diterima oleh tanaman dan kehilangan air dari tanaman beserta tanah melalui proses

evapotranspirasi.

Kesetimbangan air dalam suatu sistem tanah-tanaman dapat digambarkan melalui

sejumlah proses aliran air yang kejadiannya berlangsung dalam satuan waktu yang berbeda-

beda. Beberapa proses aliran air dan kisaran waktu kejadiannya yang dinilai penting adalah: 

Hujan atau irigasi (mungkin dengan tambahan aliran permukaan yang masuk ke petak

atau run-on) dan pembagiannya menjadi infiltrasi dan limpasan permukaan (dan/atau

genangan di permukaan) dalam skala waktu detik sampai menit.Infiltrasi kedalam tanah dan

drainasi (pematusan) dari dalam tanah melalui lapisan- lapisan dalam tanah dan/atau lewat

jalan pintas seperti retakan yang dinamakan by-pass flow  dalam skala waktu menit sampai

jam.Drainasi lanjutan dan aliran bertahap untuk menuju kepada kesetimbangan hidrostatik

dalam skala waktu jam sampai hari. 

Pengaliran larutan tanah antara lapisan-lapisan tanah melalui aliran massa (mass flow) .

Penguapan atau evaporasi dari permukaan tanah dalam skala waktu jam sampai hari.

Penyerapan air oleh tanaman dalam skala waktu jam hingga hari, tetapi sebagian besar terjadi

pada siang hari ketika stomata terbuka. Kesetimbangan hidrostatik melalui sistem perakaran

1
dalam skala waktu jam hingga hari, tetapi hampir semua terjadi pada malam hari pada saat

transpirasi nyaris tidak terjadi.  Pengendali hormonal terhadap transpirasi (memberi tanda

terjadinya kekurangan air) dalam skala waktu jam hingga minggu. 

Perubahan volume ruangan pori makro (dan hal lain yang berkaitan) akibat penutupan dan

pembukaan rekahan (retakan) tanah yang mengembang dan mengerut serta pembentukan dan

penghancuran pori makro oleh hewan makro dan akar. Peristiwa ini terjadi dalam skala waktu

hari hingga minggu. Pengaruh utama kejadian adalah terhadap aliran air melalui jalan pintas

(by-pass flow) dan penghambatan proses pencucian unsur hara.

1.2. Rumusan masalah

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Neraca Air?

2. Apa saja jenis/model dari Neraca Air?

3. Manfaat apa saja yang bisa diperoleh dari Neraca Air?

4. Komponen-komponen apa saja yang perlu diperhatikan dalam menghitung Neraca

Air?

5. Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam menganalisis Neraca Air?

1.3. Tujuan

1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Neraca Air

2. Mengenal Model-model Neraca Air

3. Lebih mengetahui manfaat apa saja yang bisa di peroleh dari neraca air.

4. Mengenal komponen-komponen apa saja yang perlu diperhatikan dalam menghitung

neraca air.

5. Mengetahui langkah-langkah dalam melakukan analisis neraca air.

1.4.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian neraca air

Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat

pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan

(surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan

defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk

mendayagunakan air sebaik-baiknya.

Kesetimbangan air dalam suatu sistem tanah-tanaman dapat digambarkan melalui

sejumlah proses aliran air yang kejadiannya berlangsung dalam satuan waktu yang berbeda-

beda. Beberapa proses aliran air dan kisaran waktu kejadiannya yang dinilai penting adalah:

1. Hujan atau irigasi (mungkin dengan tambahan aliran permukaan yang masuk ke petak

ataurun-on) dan pembagiannya menjadi infiltrasi dan limpasan permukaan (dan/atau

genangan di permukaan) dalam skala waktu detik sampai menit.

2. Infiltrasi kedalam tanah dan drainasi (pematusan) dari dalam tanah melalui lapisan-

lapisan dalam tanah dan/atau lewat jalan pintas seperti retakan yang dinamakan by-

pass flowdalam skala waktu menit sampai jam.

3. Drainasi lanjutan dan aliran bertahap untuk menuju kepada kesetimbangan hidrostatik

dalam skala waktu jam sampai hari.

4. Pengaliran larutan tanah antara lapisan-lapisan tanah melalui aliran massa (mass flow)

5. Penguapan atau evaporasi dari permukaan tanah dalam skala waktu jam sampai hari.

6. Penyerapan air oleh tanaman dalam skala waktu jam hingga hari, tetapi sebagian

besar terjadi pada siang hari ketika stomata terbuka.

3
7.  Kesetimbangan hidrostatik melalui sistem perakaran dalam skala waktu jam hingga

hari, tetapi hampir semua terjadi pada malam hari pada saat transpirasi nyaris tidak

terjadi.

8. Pengendali hormonal terhadap transpirasi (memberi tanda terjadinya kekurangan air)

dalam skala waktu jam hingga minggu.

9. Perubahan volume ruangan pori makro (dan hal lain yang berkaitan) akibat penutupan

dan pembukaan rekahan (retakan) tanah yang mengembang dan mengerut serta

pembentukan dan penghancuran pori makro oleh hewan makro dan akar. Peristiwa ini

terjadi dalam skala waktu hari hingga minggu. Pengaruh utama kejadian adalah

terhadap aliran air melalui jalan pintas (by-pass flow) dan penghambatan proses

pencucian unsur hara.

Persamaan umum neraca air adalah sebagai berikut:

P=Q+E+ ΔS

dimana

 P= presipitasi

Q = aliran permukaan (runoff)

E = evapotranspirasi

ΔS = perubahan cadangan air (dalam tanah atau batuan dasar)

2.2. Macam-macam Neraca Air

Model neraca air cukup banyak, namun yang biasa dikenal terdiri dari tiga model, antara lain

1. Model Neraca Air Umum.

4
Model ini menggunakan data-data klimatologis dan bermanfaat untuk mengetahui

berlangsungnya bulan-bulan basah (jumlah curah hujan melebihi kehilangan air untuk

penguapan dari permukaan tanah atau evaporasi maupun penguapan dari sistem tanaman atau

transpirasi, penggabungan  keduanya dikenal sebagai evapotranspirasi).

2. Model Neraca Air Lahan.

Model ini merupakan penggabungan data-data klimatologis dengan data-data tanah terutama

data kadar air pada Kapasitas Lapang (KL), kadar air tanah pada Titik Layu Permanen (TLP),

dan Air Tersedia (WHC = Water Holding Capacity).

 Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah

air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang

dapat ditahan tanah tersebut akan terus-menerus diserap akar tanaman atau menguap

sehingga tanah makin lama makin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak lagi

mampu menyerap airsehingga tanaman menjadi layu. Kandungan air pada kapasitas

lapang diukur pada tegangan 1/3 bar atau 33 kPa atau pF 2,53 atau 346 cm kolom air.

 Titik layu permanen adalah kondisi kadar air tanah dimana akar-kar tanaman tidak

mampu lagi menyerap air tanah, sehingga tanaman layu. Tanaman akan tetap layu

pada siang atau malam hari. Kandungan air pada titik layu permanen diukur pada

tegangan 15 bar atau 1.500 kPa atau pF 4,18 atau 15.849 cm tinggi kolom air.

 Air tersedia adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih antara

kapasitas lapang dan titik layu permanen.

3. Model Neraca Air Tanaman.

Model ini merupakan penggabungan data klimatologis, data tanah, dan data tanaman.

Neraca air ini dibuat untuk tujuan khusus pada jenis tanaman tertentu. Data tanaman yang

5
digunakan adalah data koefisien tanaman pada komponen keluaran dari neraca air. Neraca air

adalah gambaran potensi dan pemanfaatan sumberdaya air dalam periode tertentu. Dari

neraca air ini dapat diketahui potensi sumberdaya air yang masih belum dimanfaatkan dengan

optimal. Secara kuantitatif, neraca air menggambarkan prinsip bahwa selama periode waktu

tertentu masukan air total sama dengan keluaran air total ditambah dengan perubahan air

cadangan (change in storage). Nilai perubahan air cadangan ini dapat bertanda positif atau

negatif (Soewarno, 2000). Konsep neraca air pada dasarnya menunjukkan keseimbangan

antara  jumlah air yang masuk ke, yang tersedia di, dan yang keluar dari sistem (sub sistem)

tertentu. Secara umum persamaan neraca air dirumuskan dengan (Sri Harto Br., 2000).

I =  O ± ΔS

I = masukan (inflow)

O=keluaran(outflow) 

ΔS= perubahan cadangan air (dalam tanah atau batuan dasar)

Yang dimaksud dengan  masukan adalah semua air yang masuk ke dalam sistem,

sedangkan keluaran adalah semua air yang keluar dari sistem. Perubahan tampungan adalah

perbedaan antara jumlah semua kandungan air (dalam berbagai sub sistem) dalam satu unit

waktu yang ditinjau, yaitu antara waktu terjadinya masukan dan waktu terjadinya keluaran.

Persamaan ini tidak dapat dipisahkan dari konsep dasar yang lainnya (siklus hidrologi) karena

pada hakikatnya, masukan ke dalam sub sistem yang ada, adalah keluaran dari sub sistem

yang lain dalam siklus tersebut.

2.3. Manfaat Neraca air

Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara lain:

6
 Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air serta 

saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-

bulan yang defisit air.

 Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini

terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.

 Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti

tanamanan pangan hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga perikanan.

2.4. Komponen Neraca Air

Dalam menghitung neraca air ada beberapa komponen yang perlu di perhatikan, antara lain:

 Kapasitas menyimpan air (jumlah ruang pori)

 InfiltrasiRun off

 Evapotranspirasi

 Curah hujan

 Jenis vegetasi

7
2.5. Langkah-langkah menganalisis neraca air

 Dalam melakukan analisa neraca air terdapat beberapa tahap yang perlu dilakukan agar hasil

yang didapat merupakan hasil yang cukup memuaskan.

1. Pengumpulan data

Data merupakan hal yang mutlak dibutuhkan dalam suatu perencanaan. Untuk menganalisa

neraca air, data-data yang dibutuhkan antara lain:

Data yang diperlukan:

1. Data Hujan

2. Data klimatologi

3. Data tata guna lahan

4. Data jenis tanah

5. Peta batas DAS dan peta lokasi stasiun hujan

6. Data debit yang nantinya digunakan sebagai pembanding hasil perhitungan indeks

kekeringan,

.5.6 Metode Thornthwaite Mather

Metode Thornwaite Mather merupakan metode yang didasarkan pada konsep neraca

air. Metode ini memerlukan curah hujan sebagai input dan nantinya evapotranspirasi dan

debit sebagai output. Dalam prosesnya, metode Thornthwaite Mather memerlukan data sifat

fisik tanah serta data karakteristik lahan. Thornwaite Mather (1957) menggunakan konsep

neraca air untuk menentukan Indeks kekeringan. Metode ini berdasarkan prinsip neraca air

dan menekankan faktor evapotranspirasi sebagai faktor iklim selain hujan serta memasukan

8
variabel lengas tanah. Nilai defisit (kekurangan air) yang dihasilkan digunakan untuk

menghitung indeks kekeringan wilayah, yang kemudian dinamakan peta sebaran kekeringan.

Hubungan antara hujan dan evapotranspirasi potensial (P dan PE) menunjukkan terjadinya

periode bulan basah dan periode bulan kering. Periode kering terjadi apabila P<PE dan

menimbulkan keadaan kekurangan air, sehingga diperlukan tambahan kadar air tersimpan

dalam tanah yang berupa nilai lengas tanah. Penggunaan kelengasan (storage=ST) oleh

tanaman menyebabkan terjadinya perubahan nilai kelengasan didalam tanah (ΔST),

berkurangnya air hujan secara terus-menerus mengakibatkan kelembaban dalam tanah

semakin menurun. Saat periode basah (P>PE) dimulai, kelembaban didalam tanah akan terisi

kembali hingga mencapai kapasitas lapang (Sto) jika jumlah kelebihan air mencukupi.

Sebaliknya jika julah kelebihan air hujan pada periode basah tersebut lebih kecil dari

kapasitas lapang, Sto tidak akan tercapai. Nilai Sto ditentukan oleh kapasitas tanah menahan

air (Water Holding Capacity) yakni faktor tanah dan evapotranspirasi. Sehingga jika terdapat

kelebihan lengas tanah, hubungan antara nilai lengas tanah dan evapotranspirasi

menghasilkan indeks kelembaban (Im). Jika terdapat kekurangan lengas tanah, hubungan

antara lengas tanah dan evapotranspirasi akan menghasilkan indeks kekeringan (Ia).

a. Analisa Data Suhu

Perhitungan suhu udara menggunakan cara Mock pada persamaan (1). Pos klimatologi

Kopang dijadikan sebagai acuan karena 8 stasiun hujan yang digunakan dalam perhitungan

tidak memilik data suhu udara. Cara Mock menggunakan Elevasi sebagai koreksi untuk

menghitung selisih suhu antara masing-masing stasiun.

Dimana:

9
Δt = selisih temperatur udara masing-masing stasiun (°C)

Z1 = ketinggian stasiun acuan (m)

Z2 = ketinggian stasiun hujan yang dihitung (m)

b. Evapotranspirasi potensial

Evapotranspirasi potensial untuk tiap bulannya dihitung dengan metode thornthwaite mather

dengan persamaan dibawah ini

Dimana:

Pex = evapotranspirasi potensial belum dikoreksi (mm/bulan)

T = suhu udara (°C)

I = indeks panas

I = jumlah indeks panas dalam setahun

a = indeks panas

Untuk evapotranspirasi potensial terkoreksi dikalikan dengan faktor koreksi yang bisa dilihat

pada Persamaan (6).

dimana:

PE = evapotranspirasi potensial terkoreksi (mm/bulan)

f = faktor koreksi (dilihat pada tebal koreksi lintang dan waktu)


10
c. Kapasitas Tanah Dalam Menyimpan Air (Water Holding Capacity)

WHC atau kapasitas tanah dalam menyimpan air adalah tebal air maksimum (mm) yang dapat

tersimpan pada setiap kedalaman lapisan tanah. Nilai WHC tergantung pada jenis tanah

(tekstur) dan kedalaman perakaran tanaman.

d. Menghitung Selisih P dan PE

Dengan menentukan selisih nilai P dan PE nantinya dapat diketahui bahwa bulan teebut

termasuk dalam bulan basah atau bulan kering.

- (P-PE) > 0, terjadi bulan basah.

- (P-PE) < 0, terjadi bulan kering.

e. Akumulasi Potensi Kehilangan Air

Nilai akumulasi potensi kehilangan air tanah adalah nilai akumulasi bulanan dari selisih

presipitasi dan evapotranspirasi potensial (P-PE). Menghitung APWL dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

- Pada bulan-bulan kering atau (P<PE) dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai selisih (P-

PE) setiap bulan dengan nilai (P-PE) bulan sebelumnya.

- Pada bulan-bulan basah (P>PE), maka nilai APWL sama dengan nol

f. Kelengasan Tanah

Menghitung kelengasan tanah dapat dilakukan dengan cara:

11
- Pada bulan-bulan basah (P>PE), maka nilai ST untuk tiap bulannya sama dengan nilai

WHC.

- Pada bulan-bulan kering (P<PE), maka nilai ST untuk tiap bulannya dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

dimana:

ST = kelengasan tanah (mm)

Sto = tebal air maksimum yang dapat tersimpan pada setiap kedalaman lapisan tanah (mm)

e = bilangan navier (e = 2,718)

APWL = akumulasi potensial kehilangan air tanah (mm/bulan)

g. Perubahan Kelengasan Tanah.

Mengetahui nilai perubahan lengas tanah (ΔST) dilakukan dengan cara mengurangi nilai ST

pada bulan yang bersangkutan dengan nilai ST pada bulan sebelumnya.

h. Evapotranspirasi Aktual

Nilai Evapotranspirasi aktual didapat dengan cara menentukan bulan basah dan bulan kering

terlebih dahulu dimana,

- Untuk bulan-bulan basah (P>PE), maka nilai AE=PE

- Untuk nilai bulan-bulan kering (P<PE), maka nilai AE=P-ΔST

i. Perhitungan Surplus

Nilai surplus (S) atau kelebihan lengas tanah yang terjadi dapat dihitung menggunakan rumus

berikut:

12
dimana:

S = surplus/kelebihan (mm/bulan)

P = curah hujan (mm/bulan)

PE = evapotranspirasi potensial (mm/bulan)

ΔST = perubahan lengas tanah (mm)

j. Perhitungan Defisit

Defisit atau kekurangan lengas tanah yang terjadi didapat dengan menghitung selisih antara

PE dengan AE (lihat Persamaan 9).

dimana:

D = defisit/kekurangan lengas tanah (mm/bulan)

PE = evapotranspirasi potensial (mm/bulan)

AE = evapotranspirasi aktual (mm/bulan)

k. Indeks Kekeringan

Indeks kekeringan menurut Thornthwaite Mather didapat dengan menghitung nilai persentase

dari perbandingan antara nilai defisit air dengan potensial evapotranspirasi (lihat Persamaan

10).

dimana:

Ia = indeks kekeringan (%)

D = defisit (mm/bulan)

13
PE = evapotranspirasi potensial (mm/bulan)

Setelah itu nilai indeks kekeringan ditampilkan dalam peta sebaran indeks kekeringan.

Pembagian daerah tingkat kekeringan rendah, sedang dan tinggi berdasarkan kelas indeks

kekeringan pada tabel berikut:

Kualitas air

Kualitas air merupakan fungsi dari unsur-unsur baik fisika; kimia; dan biologi

yang terkandung di dalam aliran sungai. Kondisi kualitas air dikatakan tercemar

apabila unsur yang terkandung telah melebihi ambang toleransi yang diizinkan.

Kualitas air dibagi menjadi empat kelas, yakni:

 Kelas I

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

 Kelas II

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

 Kelas III

14
 Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,

peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

 Kelas IV

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman, dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

            Tabel 3.1 diatas menunjukkan unsur-unsur yang terkandung di dalam air yang

menjadi parameter mutu air. Kegunaan mengetahui kualitas air suatu sungai yaitu

dapat mengetahui treatment-treatment yang akan dilakukan untuk memperbaiki mutu

air sungai yang bersangkutan.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

 Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu

tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut

kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Konsep neraca air pada dasarnya

menunjukkan keseimbangan antara  jumlah air yang masuk ke, yang tersedia di, dan

yang keluar dari sistem (sub sistem) tertentu.

 Model neraca air cukup banyak, namun yang biasa dikenal terdiri dari tiga model,

antara lain Model Neraca Air Umum, model Neraca Air Lahan, model Neraca Air

Tanaman

 Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara lain:

 Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air

serta  saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat

banyak bulan-bulan yang defisit air.

 Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal

ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang

surplus air.

 Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian

seperti tanamanan pangan hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga

perikanan.

 Dalam menghitung neraca air ada beberapa komponen yang perlu di perhatikan,

antara lain:

 Kapasitas menyimpan air (jumlah ruang pori)

 InfiltrasiRun off

16
 Evapotranspirasi

 Curah hujan

 Jenis vegetasi

 Langkah-langkah menganalisis Neraca Air: Pengumpulan data Dan mengunakan

metode Metode Thornthwaite Mather.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Nugroho Rahadyan, 2011. Estimasi Neraca Air dengan Menggunakan Metode

Thornthwaite Mtaher, BPTKPDAS

https://negrianjing.wordpress.com/2013/01/05/neraca-air/

http://mppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/analisis-neraca-air.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Neraca_air#Persamaan

http://lismatanoprinting.blogspot.co.id/2014/03/neraca-air-komponen-dan-alat-

pembuatan_18.html

18

Anda mungkin juga menyukai