Fransiscus Hamonangan, HarnenSulistio, AchmadWicaksono J urusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang J l. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail : ancies87@gmail.com ABSTRAK Pembangunan di bidang transportasi darat khususnya pengembangan dan peningkatan prasarana infrastruktur jalan merupakan unsur yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik infrastruktur jalan antar distrik (kecamatan) menuju pusat-pusat kegiatan dan pemerintah kota dimana nilai indeks aksesibilitas wilayah akan digunakan sebagai kajian dalam penentuan prioritas pengembangan dan peningkatan jaringan jalan antar distrik di Kota Sorong, PapuaBarat. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan gabungan dari beberapahasil analisa diantaranya: analisadeskriptif, IRAP (Intergrated Rural Accesbility Planning) danAnalisis starateginya menggunakanSWOT (Strenght, Weakness, Opportunity and Thread). Dari hasil penelitianmenunjukkan bahwa karakteristik perjalanan untuk maksud dan tujuan perjalanan yang berhubungan dengan pekerjaan sebesar 42%, perdagangan 22%, pendidikan 28% dan lain-lain (8%) dimana jarak perjalanan antar distrik ke pusat-pusat kegiatan dan pemerintahan Kota berkisar antara 3-15 kilometer dan waktu tempuh 15-45 menit dalam sekali perjalanan. Dari hasil perhitunganindeks aksesbilitas wilayah terdapat kesenjangan aksesibilitas antar distrik di Kota Sorong yang cukup significant karena adanya perbedaan nilai indeks aksesbilitas (IA) yang relatif tinggi dari berbagai sektor dan pembagian wilayahnya, diketahui bahwa semakin tinggi nilai IA menunjukkan semakin buruknya aksesibilitas suatu wilayah. Nilai IA tertinggi terdapat pada Distrik Sorong Timur, nilai indeks aksesbilitas ( IA) terendah terdapat di Distrik Sorong Manoi; indeks aksesibilitas (IA) sektor tertinggi adalah sektor mobilitas antar distrik ke pusat-pusat kegiatan dan pemerintahandimana juga berperan penting dalam peningkatan aksesibilitas dan membuka wilayah-wilayah yang hingga kini masih terisolir, sedangkannilai indeks aksesbilitas (IA) terendah adalah sektor pariwisata dikarenakan kurang adanya dukungan pemerintah akan tingginya nilai investasi pariwisata di Kota Sorong. Kemudian dari hasil analisis SWOT dihasilkan beberapa strategi yaitu peningkatan jalan-jalan kolektor, pembangunan jalan baru berupa jalan alternatif/ inner ring road ke arahtimur Kota Sorong dan kebijakan pengembangan jaringan jalan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota dengan adanya dukungan dari masyarakat. Kata kunci: Infrastruktur Jalan, Analisa Deskriptif, IRAP, SWOT, Kota Sorong I. PENDAHULUAN Kota Sorong adalah salah satu kota di Provinsi Papua Barat yang terletak sangat strategis yang berada pada posisi paling barat dan merupakan pintu masuk dari wilayah Indonesia Bagian Barat ke Provinsi Papua. Kota Sorong juga merupakan Kota industri, perdagangan dan jasa. Beberapa tahun belakangan ini pembangunan infrastruktur jalan di Kota Sorong mengalami beberapa kendala dikarenakan sebagian besar wilayah Kota Sorong merupakan wilayah perbukitandan daerah rawa menyebabkan jalan yang dibangun tidak memberikan tingkat aksesbilitas yang mudah serta minimnya jaringan jalan terumata jalan-jalan kolektor ke beberapa wilayah yang masih terisolir menyebabkan sulitnya untuk mendapatkan akses sehingga mempengaruhi tingginya biaya transportasi perjalanan berbagai kegiatan dan angkutan barang-barang hasil sumber daya alam. Upaya penanganan infrastruktur jalan yang dilakukan selama ini masih belum memberikan hasil yang maksimal. Sementara pembangunan jaringan jalan yang dilakukan pemerintah saat ini juga mengalami berbagai kendala akibat karakteristis wilayah, konflik tata ruang (sebagian wilayah merupakan area cagar alam dan hutan lindung), permasalahan menyangkut tanah adat serta tingginya biaya operasional yang dibutuhkan untuk pembangunan infrastrukturjalan. Melihat gambaran umum pola pertumbuhan tata ruang Kota Sorong dan eksisting jaringan jalan yang ada maka 2 perlu adanya pengembangan dan peningkatan jalan-jalan potensial yang menghubungkan antar wilayah dan antar kota dan desa dengan semestinya untuk mendapatkan perhatian dan prioritas secara khusus, mengingat keberadaannya yang sangat menunjang pembangunan nasional ada umumnya dan pembangunan daerah pada khususnya. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat seberapa besar tingkat indeks aksesbilitas terhadap karakteristik perjalanan antar wilayah di Kota Sorong dan penentuan strategi pengembangan dan prioritas dalam peningkatan infrastruktur jalan yang ada di Kota Sorong. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jalan J alan merupakan prasarana transportasi moda darat adalah bagian sistem transportasi nasional yang mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan. Dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan Nasional. Undang undang 38 tahun 2004 tentang jalan, jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. J alan terdiri dari : 1. J alan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. 2. J alan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri. J alan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. B. Kriteria Pengembangan Jalan Penentuan jaringan jalan strategis bertujuan untuk menentukan prioritas pengembangan jaringan jalan yaitu program pemeliharaan, program rehabilitasi dan pembangunan jalan baru. J aringan jalan strategis itu harus mencakup jalur utama yang melayani hubungan antar berbagai bagian di dalam kabupaten/kota dengan kriteria sebagai berikut: 1. Ruas jalan yang umumnya bersifat antar kota yaitu menghubungkan kota kabupaten dengan kota kecamatan dan pasar utama 2. Ruas jalan alternatif yang salah satunya sudah ditetapkan dan memenuhi hubungan yang memadai itu tidak termasuk dalam kriteria ini. 3. Ruas jalan yang biasanya sudah menampung tingkat lalu lintas tinggi (atau berpotensi tinggi pada wilayah yang belum selesai pekerjaannya), pada kenyataannyatingkatan ini bisa berbeda, misalnya mulai dari melebihi 500 LHR di daerah padat penduduk di J awa sampai melebihi 50 LHR di daerah kurang berkembang di kepulauan lain. 4. Ruas jalan yang biasanya sudah di aspal, kecuali pada daerah yang jaringan jalannya belum dikembangkan 5. Ruas jalan yang melayani sumber sumber penyebab meningkatnya lalu lintas selain perkotaan seperti sumber material besar, pabrik atau daerah perkebunan. 6. Ruas jalan di daerah perkotaan tidak termasuk dalam kriteria ini, kecuali kalau ruas tersebut merupakan bagian dari rute lanjutan jaringan jalan yang menghubungkan dua kawasan perkotaan 7. Ruas jalan utama antar kabupaten bisa dimasukkan apabila tidak ada jalan negara/ propinsi yang memadai untuk jalur tersebut 3 C. Konsep Kawasan Konsep kawasan adalah wilayah yang berbasis pada keberagaman fisik dan ekonomi tetapi memiliki hubungan erat dan saling mendukung satu sama lain secara fungsional demi mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam kaitan ini, kawasan didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai fungsi tertentu, dimana kegiatan ekonominya, sektor dan produk unggulannya, mempunyai potensi mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Kawasan ini secara sendiri- sendiri maupun secara bersama membentuk suatu klaster. Klaster dapat berupa klaster pertanian dan klaster industri, tergantung dari kegiatan ekonomi yang dominan dalam kawasan itu. Pada sub bab ini akan membahas mengenai teori tentang kawasan strategis yang terdiri dari pengertian kawasan strategis dan lokasi kawasan strategis menurut RTRWJ P. III. METODOLOGI A. Hipotesis Hipotesis penelitian ini terdapat perbedaan nilai indeks aksesbilitas setiap distrik kota Sorong. Adanya perbedaan karakteristik serta penentuan strategi prioritas, pengembangan, dan peningkatan. B. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini terdapat di lima distrik di kota Sorong, yaitu: Distrik Sorong, Distrik Sorong Utara, Distrik Sorong Barat, Distrik Sorong Timur, dan Distrik Sorong Manoi. Untuk menentukan jumlah sampel penelitian dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Pemilihan sampel dilakukan dengan menentukan jumlah stakeholder dari pertimbangan penelitian terdahulu. Adapun stakeholder sebagai berikut: Institusi daerah yang terkait; Bappeda, Dinas PU serta Dinas Perhubungan, dan masyarakat setempat, serta tenaga ahli bidang transportasi dan perencanaan wilayah. C. Metode Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan metode IRAP dan SWOT dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.Metode IRAP Metode IRAP dapat mengintegrasikan antara kebutuhan akses dan mobilitas masyarakat dengan lokasi fasilitas pelayanan sosial, ekonomi dan infrastuktur transportasi. Kebutuhan dan permasalahan transportasi di pedesaan tidak sama pada suatu Negara, karena itu diperlukan atau tidaknya intervensi untuk meningkatkan mobilitas penduduk atau mengurangi permintaan mereka akan transportasi yang lebih efektif atau pemahaman kondisi wilayah. Pada metode IRAP memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode yang lain adalah sebagai berikut: 1) Prosedur dari metode yang digunakan sederhana, 2) dapat diterapkan pada lingkup wilayah desa sampai wilayah Provinsi dengan kapasitas data dan SDM terbatas, 3) Pengambil kebijakan dapat dengan mudah menentukan prioritas wilayah dan sektor yang harus mendapatkan prioritas utama penanganan, serta kegiatan prioritas yang dibutuhkan (Akuyen R, Ekawati N., 2004). 2. Metode SWOT Analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats) merupakan anaisis mengenai kekuatan (strengths), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities) dan ancaman (threats) yang dimiiki organisasi yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Anaisis SWOT bermanfaat jika dilakukan apabilla jelas ditentukan arah dan tujuan yang menuju ke masa depan suatu organisasi. Disamping itu, ukuran apa saja yang untuk menilai suatu keberhasilan organisasi/perusahaan dalam menjalan dan memetakan visi dan misinya. Adapun hasil dari analisis SWOT akan mengahasilkan pemetaan posisi organisasi/perusahaan terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan strategis umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran- sasaran organisasi selama 3 kedepan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari stakeholder atau masyarakat. D. Analisa Data 1. Penentuan Indikator Aksesbilitas Adapun parameter yang digunakan untuk menentukan Indeks Aksesibilitas dalam sektor (yang menjadi kriteria kriteria) tersebut dapat dijelaskan yaitu dengan memperhatikan penelitian terdahulu untuk dijadikan re penelitian. Parameter yang digunakan untuk menentukan Indeks Aksesbilitas (IA) dalam sektor (kriteria sebagai berikut: 1. Sektor Transportasi (J arak dan tujuan, Moda Utama Perjalanan, Kapasitas Moda Moda, Kondisi Sarana dan Prasarana Aksebillitas ke Prasarana Perjalanan (menuju ke tempat tujuan) Biaya Perjalanan (satu kali perjalanan) Sektor Perdagangan dan Potensi Wilayah (J umlah Penduduk, J arak fasilitas perdagangan terdekat, Kondisi Waktu Perjalanan (satu kali perjalanan) Biaya perjalanan (satu kali perjalanan) Aksesbilitas ke prasarana); Pendidikan (Kelengkapan Fasilitas ke Fasilitas Pendidikan terdekat Prasarana, Akses ke prasarana Perjalanan, Biaya Perjalanan Kesehatan (J umlah Penduduk Fasilitas Kesehatan terdekat Prasarana J alan, Akses ke Fasilitas terdekat, J umlah Fasilitas Perjalanan, Biaya Perjalanan Pariwisata (J arak ke Fasilita Kondisi Prasarana, Akses ke Fasilitas Waktu Perjalanan, Biaya Perjalanan Tabel.1. Nilai Indikator Sektor Mobilitas sasaran organisasi selama 3 5 tahun kedepan untuk memenuhi kebutuhan dan atau masyarakat. Aksesbilitas Adapun parameter yang digunakan untuk menentukan Indeks Aksesibilitas dalam sektor (yang menjadi kriteria- kriteria) tersebut dapat dijelaskan yaitu dengan memperhatikan penelitian terdahulu untuk dijadikan referensi/acuan penelitian. Parameter yang digunakan untuk menentukan Indeks Aksesbilitas (IA) dalam sektor (kriteria-kriteria), Sektor Transportasi Moda Utama, Tujuan Moda, Frekuensi arana dan Prasarana, Aksebillitas ke Prasarana, Waktu Perjalanan (menuju ke tempat tujuan), dan Biaya Perjalanan (satu kali perjalanan); 2. Sektor Perdagangan dan Potensi J arak fasilitas Kondisi Prasarana, Waktu Perjalanan (satu kali perjalanan), Biaya perjalanan (satu kali perjalanan), ); 3. Sektor Kelengkapan Fasilitas, J arak ke Fasilitas Pendidikan terdekat, Kondisi Akses ke prasarana, Waktu Biaya Perjalanan); 4. Sektor J umlah Penduduk, J arak ke Fasilitas Kesehatan terdekat, Kondisi Akses ke Fasilitas J umlah Fasilitas, Waktu Biaya Perjalanan); 5. Sektor J arak ke Fasilitas terdekat, Akses ke Fasilitas, Biaya Perjalanan) Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Tabel.2. Nilai Indikator Sektor Perdagangan Tabel.3. Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Pendidikan Tabel.4. Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Kesehatan Tabel.5. Nilai Indikator Sektor Pariwisata 2. Penentuan Bobot Indikator Pada pembobotan indikator dilakukan dengan memberikan nilai bobot bedasarkan tingkatan kepentingan, dari tingkatan yang paling penting dengan memberikan nilai bobot tertinggi sampai yang tidak terlalu penting dengan memberikan nilai bobot terendah. Penentuan nilai bobot diperoleh berdasarkan penllaian responden melalui hasil pengisian kuisioner. Berikut ini contoh Penentuan bobot indikator serta Rekapitulasi Bobot Rata pada masing-masing kecamatan dijelaskan pada tabel 1, tabel 2 dan tabel 3 diantaranya sebagai berikut: Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas 2. Penentuan Bobot Indikator Pada pembobotan indikator dilakukan dengan memberikan nilai bobot kepentingan, dari tingkatan yang paling penting dengan memberikan nilai bobot tertinggi sampai yang tidak terlalu penting dengan memberikan nilai bobot terendah. Penentuan nilai bobot diperoleh berdasarkan penllaian responden melalui ner. Berikut ini contoh Penentuan bobot indikator serta Rekapitulasi Bobot Rata-rata Indikator masing kecamatan yang akan dijelaskan pada tabel 1, tabel 2 dan tabel 3 diantaranya sebagai berikut: Tabel 6. Penentuan Nilai Bobot Indikator Tabel 7. Rekapitulasi Bobot Rata Indikator Tabel.8. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Indeks Aksesibilitas Per-Sektor E. Alur Penelitian Alur penelitian ini digambarkan pada diagram gambar 1. Penentuan Nilai Bobot Indikator Rekapitulasi Bobot Rata-Rata Rekapitulasi Hasil Perhitungan Indeks Alur penelitian ini digambarkan pada Gambar 1. Bagan Alir Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dari hasil analisa diperoleh hasil bahwa maksud dan tujuan perjalanan dalam melakukan pergerakan antar di Kota Sorong adalah perjalanan yang berhubungan dengan pekerjaan 42%, perdagangan pendidikan sebesar 28% pariwisata dan lain-lainsebesar 8% Dari hasil pelitian dari sektor prioritas dan wilayah prioritas dilakukan berdasarkan hasil perhitungan Indeks Aksesibilitas yang diperoleh. Indeks Aksesibilitas se dimanayang tertinggi menunjukkan bahwa sektor/wilayah tersebut memiliki aksesibilitas terburuk, maka wilayah atau Gambar 1. Bagan Alir Penelitian PEMBAHASAN Dari hasil analisa diperoleh hasil bahwa maksud dan tujuan perjalanan dalam melakukan pergerakan antar distrik adalah perjalanan yang pekerjaan sebesar sebesar 22%, sebesar 28% dan sosial sebesar 8% pelitian dari penentuan sektor prioritas dan wilayah prioritas dilakukan berdasarkan hasil perhitungan Indeks Aksesibilitas yang diperoleh. Indeks Aksesibilitas sektor/ wilayah yang tertinggi menunjukkan bahwa sektor/wilayah tersebut memiliki aksesibilitas terburuk, maka wilayah atau sektor tersebutlah yang merupakan sektor/wilayah yang menjadi prioritas utama yang sangat memerlukan penanganan serta pengembangan aksesibilitasnya. Berdasarkan perhitungan Indeks Aksesibilitas pada kajian ini diketahui bahwa wilayah yang membutuhkan prioritas dalam penanganan aksesibilitas nya serta sektor yang menjadi prioritas antara lain adalah : 1. Distrik yang menjadi Prioritas I dan II dari sektor mobilitas antar distrik berturut turut adalah Distrik Sorong Timur ( IA 7,56), Distrik Sorong Barat (IA sektor perdagangan yang menjadi prioritas I dan II adalah Distrik Sorong Timur (IA 7,05) dan Distrik Sorong Barat (IA dari sektor pendidikan yang menjadi Tabel 9. Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Tabel 10. Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Perdagangan Tabel 11. Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Pendidikan sektor tersebutlah yang merupakan sektor/wilayah yang menjadi prioritas utama yang sangat memerlukan penanganan serta pengembangan Berdasarkan perhitungan Indeks Aksesibilitas pada kajian ini diketahui ayah yang membutuhkan dalam penanganan aksesibilitas nya serta sektor yang menjadi prioritas 1. Distrik yang menjadi Prioritas I dan II dari sektor mobilitas antar distrik berturut- turut adalah Distrik Sorong Timur ( IA- 7,56), Distrik Sorong Barat (IA-7,30), dari sektor perdagangan yang menjadi prioritas I dan II adalah Distrik Sorong Timur (IA- 05) dan Distrik Sorong Barat (IA-6,48), dari sektor pendidikan yang menjadi prioritas I dan II adalah Distrik Sorong Utara (IA-7,27) dan Distrik Sorong Timur (IA-6,92), kemudian dari sektor Kesehatan yang menjadi prioritas I dan II adalah Distrik Sorong Barat (IA-6,40) dan Distrik Sorong Utara (IA-5,91) dan yang terakhir dari sektor pariwisata yang menjadi prioritas utama I dan II adalah Distrik Sorong Manoi (IA-6,88) dan Distrik Sorong Utara (IA-6,60) 2. Sektor yang menjadi prioritas tertinggi jika dilihat dari berbagai nilai rata aksesbilitas sektor nya maka didapatkan prioritas utama adalah dari Sektor Mobilitas antar distrik, sektor Perdagangan dan Sektor Pendidikan dengan rata nilai indeks aksesbilitas (IA 6,24) dan (IA- 6,03) Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Antar Distrik Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Perdagangan Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Pendidikan prioritas I dan II adalah Distrik Sorong 7,27) dan Distrik Sorong Timur 6,92), kemudian dari sektor Kesehatan yang menjadi prioritas I dan II adalah 6,40) dan Distrik 5,91) dan yang terakhir dari sektor pariwisata yang menjadi prioritas utama I dan II adalah Distrik 6,88) dan Distrik 2. Sektor yang menjadi prioritas tertinggi dari berbagai nilai rata-rata aksesbilitas sektor nya maka didapatkan prioritas utama adalah dari Sektor Mobilitas antar distrik, sektor Perdagangan dan Sektor Pendidikan dengan rata-rata nilai indeks aksesbilitas (IA-6,56), (IA- Tabel 12. Nilai Indikator Sektor Tabel 13. Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Pariwisata Dalam analisis strategi pengembangan jaringan antar distrik di Kota Sorong, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan jaringan jalan diperoleh berdasarkan hasil observasi lapangan, wawancara dan kuisioner dengan referensi pada analisis Deskriptif dan Analisis IRAP yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut didapatkan beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap upaya pengembangan jaringan jalan antar distrik dengan melihat kebutuhan serta potensi dari berbagai sektor yang mempengaruhi banyak pergerakan SDA dilihat dari se perdangan, distribusi barang ke distrik yang jauh dari pusat kota dan pegerakan SDM dilihat dari perjalanan untuk sektor pendidikan,kesehatan dan pariwisata adapun yang didapat sebagai berikut : 1. Karakteristik wilayah Kota Sorong yang bervariasi, baik potensi untuk SDA maupun jaringan jalan yang ada. dan wawancara, analisis deskriptif) 2. Permasalahan Tata guna lahan yang belum tertata dengan baik serta pembebasan lahan/tanah adat wawancara). 3. Kurangnya jaringan jalan yang mempengaruhi (aksesibilitas) antar Aksesbilitas Kesehatan Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Pariwisata Dalam analisis strategi pengembangan rik di Kota Sorong, faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan jaringan jalan diperoleh berdasarkan hasil observasi lapangan, wawancara dan kuisioner dengan referensi pada analisis Deskriptif dan Analisis IRAP yang telah dilakukan sebelumnya. dasarkan hasil analisis tersebut didapatkan beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap upaya pengembangan jaringan jalan antar distrik dengan melihat kebutuhan serta potensi dari berbagai sektor yang mempengaruhi banyak pergerakan SDA dilihat dari sektor perdangan, distribusi barang ke distrik yang jauh dari pusat kota dan pegerakan SDM dilihat dari perjalanan untuk sektor pendidikan,kesehatan dan pariwisata adapun yang didapat sebagai berikut : Karakteristik wilayah Kota Sorong yang potensi untuk SDA maupun jaringan jalan yang ada. (survey dan wawancara, analisis deskriptif) Permasalahan Tata guna lahan yang belum tertata dengan baik serta pembebasan lahan/tanah adat (survey dan Kurangnya jaringan jalan yang (aksesibilitas) antar Distrik/kecamatan dalam Kota Sorong. (analisis IRAP). 4. Permasalahan dari teknis untuk pembangunan jalan dimana sebagian wilayah di Kota Sorong terlebih Distrik Sorong Timur dan Sorong Barat merupakan area perbukitan (survei dan wawancara) 5. Permasalahan pendanaan infrastruktur jalan. (survey dan wawancara) 6. Kurangnya minat pengusaha yang berinvestasi di Kota Sorong. wawancara, analisis IRAP). Tabel 14. Faktor Strategis Internal dan Eksternal Distrik/kecamatan dalam Kota Sorong. Permasalahan dari teknis untuk pembangunan jalan dimana sebagian wilayah di Kota Sorong terlebih Distrik Sorong Timur dan Sorong Barat merupakan area perbukitan (survei dan Permasalahan pendanaan infrastruktur (survey dan wawancara) Kurangnya minat pengusaha yang berinvestasi di Kota Sorong. (Survey dan wawancara, analisis IRAP). Strategis Internal dan Gambar 2. Pemetaan Posisi SWOT B. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis diatas maka diperoleh upaya pengembangan dan peningkatan jaringan jalan antar distrik di Kota Sorong antara lain diketahui jalan antar distrik Kota Sorong sebagian besar dilakukan untuk maksud dan tu perjalanan yang berhubungan dengan pekerjaan (42%), perdagangan (22%), pendidikan (28%) dan lain (termasuk pariwisata, kesehatan, hiburan, untuk akses fasilitas umum lainnya) dengan jarak perjalanan (3-15 kilometer) dan waktu tempuh (15 - 45 menit) dalam sekali perjalanan. Pada sektor mobilitas transportasi, nilai tertinggi Indeks Aksesbilitas didapat pada Distrik Sorong Timur (IA=7,56). Distrik Sorong Timur memiliki potensi pengembangan wilayah strategis Posisi SWOT Berdasarkan hasil analisis diatas maka diperoleh upaya pengembangan dan peningkatan jaringan jalan antar distrik di diketahui jalan antar distrik Kota Sorong sebagian besar dilakukan untuk maksud dan tujuan perjalanan yang berhubungan dengan pekerjaan (42%), perdagangan (22%), pendidikan (28%) dan lain-lain (8%) (termasuk pariwisata, kesehatan, hiburan, untuk akses fasilitas umum lainnya) 15 kilometer) menit) dalam Pada sektor mobilitas transportasi, Indeks Aksesbilitas (IA) apat pada Distrik Sorong Timur Distrik Sorong Timur memiliki potensi pengembangan wilayah strategis yang masih mempunyai cadangan yang besar serta dekat dengan akses perdagangan dan pemukiman baru serta sebagai akses pergerakan masyarakat kabupaten Sorong menuju pusat Kota Sorong. Untuk terendah nilai IA yaitu Distrik Sorong Manoi (IA=5 Distrik Sorong Manoi merupakan Kota Sorong sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan yang infrastruktur jalannya sudah terbilang cukup baik. Untuk sektor perdagangan nilai Indeks Aksesbilitas (IA) tertinggi adalah Distrik Sorong Timur (IA= 7,05) dan terendah adalah Distrik Sorong Manoi (IA= 6,2). Nilai aksesbilitas tinggi disektor perdagangan. Berdasarkan dari hasil analisis maka strategi pengembangan dan peningkatan infrastruktur jaringan jalan antar distrik di Kota Sorong dapat dilaksanakan sebagai langkah awal dan prioritas ut pengembangan sektor transportasi antar distrik adalah dengan melakukan perencanaan pengembangan antar wilayah secara terpadu dan teritegrasi yang sesuai dengan karakteristik, kondisi dan daya dukung Kota Sorong. Berikut ini adalah urutan strategi pengembangan dan peningkatan infrastruktur jalan di Kota Sorong berdasarkan hasil analisis, sebagai berikut : 1. Optimalisasi peningkatan infrastruktur jalan guna memenuhi kebutuhan transportasi atau pergerakan masyarakat antar distrik (jaringan jalan 2. Kebijakan pembangunan jaringan jalan baru dengan mempertimbangkan kajian lingkungan hidup dan Hutan Lindung 3. Perencanaan transportasi antar distrik (kecamatan) guna mengurangi kesenjangan aksesibilitas, secara terpadu, terintegrasi serta sesuai dengan karakteristik kota. 4. Peningkatan kualitas SDM, serta sosialisasi untuk meningkatkan tingkat pemahaman masyarakat terhadap adanya pengembangan jalan baru seperti rencana pengembangan jaringan jalan alternatif inner ring road di kawasan/d Kota Sorong 5. Pengembangan jaringan jalan yang yang masih mempunyai cadangan lahan yang besar serta dekat dengan akses perdagangan dan pemukiman baru serta sebagai akses pergerakan masyarakat kabupaten Sorong menuju pusat Kota Sorong. Untuk terendah nilai IA yaitu Distrik Sorong Manoi (IA=5,31) dimana Distrik Sorong Manoi merupakan pusat Kota Sorong sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan yang infrastruktur jalannya sudah terbilang cukup baik. Untuk sektor perdagangan nilai Indeks Aksesbilitas (IA) tertinggi adalah Distrik Sorong Timur (IA= 7,05) dan terendah g Manoi (IA= 6,2). Nilai aksesbilitas tinggi disektor Berdasarkan dari hasil analisis maka strategi pengembangan dan peningkatan infrastruktur jaringan jalan antar distrik di Kota Sorong dapat dilaksanakan sebagai langkah awal dan prioritas utama dalam pengembangan sektor transportasi antar distrik adalah dengan melakukan perencanaan pengembangan antar wilayah secara terpadu dan teritegrasi yang sesuai dengan karakteristik, kondisi dan daya dukung Kota Sorong. Berikut ini adalah pengembangan dan peningkatan infrastruktur jalan di Kota Sorong berdasarkan hasil analisis, sebagai Optimalisasi peningkatan infrastruktur jalan guna memenuhi kebutuhan transportasi atau pergerakan masyarakat antar distrik (jaringan jalankolektor) Kebijakan pembangunan jaringan jalan baru dengan mempertimbangkan kajian lingkungan hidup dan Hutan Perencanaan transportasi antar distrik (kecamatan) guna mengurangi kesenjangan aksesibilitas, secara terpadu, terintegrasi rta sesuai dengan karakteristik kota. Peningkatan kualitas SDM, serta sosialisasi untuk meningkatkan tingkat pemahaman masyarakat terhadap adanya pengembangan jalan baru seperti rencana pengembangan jaringan jalan alternatif inner ring road di kawasan/distrik timur Pengembangan jaringan jalan yang 9 dapat menciptakan peluang serta minat investasi. 6. Pengembangan wilayah dan pengelolaan SDA yang sesuai dengan daya dukung/potensi wilayah (distrik). 7. Kepentingan tata ruang melalui Penataankembali tata ruang wilayah sesuai dengan kondisi, daya dukung dan karakteristik wilayah V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil IRAP menunjukkan bahwa, nilai tertinggi Indeks Aksesbilitas (IA) di dapat pada Distrik Sorong Timur (IA=7,56) dan nilai terendah adalah Distrik Sorong Manoi nilai IA yaitu Distrik Sorong Manoi (IA=5,31) dimana Distrik Sorong Manoi merupakan pusat Kota Sorong sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan yang infrastruktur jalannya sudah terbilang cukup baik. Untuk sektor perdagangan nilai Indeks Aksesbilitas (IA) tertinggi adalah Distrik Sorong Timur (IA=7,05) dan terendah adalah Distrik Sorong Manoi (IA= 6,2). Nilai aksesbilitas tertinggi disektor mobilitas antar distrik dan sektor perdagangan. Dari hasil analisa SWOT, IFAS dan EFAS diketahui bahwa pengembangan jaringan jalanantar distrik di Kota Sorong berada pada kuadran I (X=1.34, Y=0.84), dimana rekomendasi strategi yang diberikan adalah Rapid Growth Strategy yaitu strategi pertumbuhan cepat dengan pertimbangan pada pengembangan secara maksimal untuk target tertentu dan dalam waktu singkat. Strategi yang dapat dilaksanakan sebagai langkah awal dalam pengembangan jaringan jalan dalam urutan prioritasnya sebagai berikut : 1. Optimalisasi peningkatan infrastruktur jalan guna memenuhi kebutuhan transportasi atau pergerakan masyarakat antar distrik (jaringan jalan kolektor) 2. Kebijakan pembangunan jaringan jalan baru dengan mempertimbangkan kajian lingkungan hidup dan Hutan Lindung 3. Perencanaan transportasi antar distrik (kecamatan) guna mengurangi kesenjangan aksesibilitas secara terpadu dan terintegrasi serta sesuai dengan karakteristik kota agar mengurangi dampak disparitas . 4. Peningkatan kualitas SDM, serta sosialisasi untuk meningkatkan tingkat pemahaman masyarakat terhadap adanya pengembangan jalan baru seperti rencana pengembangan jaringan jalan alternatif inner ring road di kawasan/distrik timur Kota Sorong 5. Pengembangan jaringan jalan yang dapat menciptakan peluang serta minat investasi 6. Pengembangan wilayah dan pengelolaan SDA yang sesuai dengan daya dukung/potensi wilayah (distrik). 7. Kepentingan tata ruang melalui penataan kembali tata ruang wilayah sesuai dengan kondisi, daya dukung dan karakteristik wilayah Dengan memperhatikan hasil dari pembahasan dan kesimpulan dari analisa ini dapat diberikan rekomendasi langkah- langkah yang dapat digunakan untuk menunjang strategi dalam pengembangan dan peningkatan infrastruktur jalan di Kota Sorong. Rekomendasi strategi tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 1. Strategi Pertama : Diperlukan adanya penanganan peningkatan jalan terlebih didistrik Sorong Timur dan Sorong Barat terlebih khusus dikarenakan beberapa ruas jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan di distrik tersebut masih banyak dalam kondisi buruk 2. Strategi kedua: Singkronisasi kebijakan sektor transportasi dalam pengembangan wilayah dan pembangunan perokonomian (SDA) maka diperlukan koridor jalan alternatif/ inner ring road terlebih wilayah timur untuk menghubungkan antar distrik di Kota Sorong 3. Strategi ketiga: Optimalisasi jaringan jalan baru secara cepat guna menunjang pengembangan wilayah agar tidak adanya disparitas kawasan regional antara kawasan timur, utara, selatan dan barat Kota serta membuka daerah- daerah yang masih terisolir/pedalaman sampai saat ini. 4. Strategi keempat: Pengembangan dan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) 10 yang sesuai dengan daya dukung wilayah/kawasan. 5. Strategi kelima : Kebijakan yang dapat menciptakan peluang dan minat investasi sektor transportasi dan pedagangan. 6. Strategi keenam : Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), serta sosialisasi untuk meningkatkan tingkat pemahaman masyarakat terhadap pengembangan jaringan jalan dan pembangunan jalan-jalan kolektor 7.Strategi ketujuh : Minimalisasi penggunaan kepentingan tata ruang melalui penataan kembali tata ruang wilayah, baik lahan masyarakat (yasan) atau pemerintah yang ada ditingkat distrik/kecamatan B. Saran Dengan memperhatikan hasil dari pembahasan diatas, kesimpulan dan rekomendasi dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Adapun hasil penelitian ini masih memiliki keterbatasan karena penggunaan variabel yang terbatas, sehingga hasil yang diperoleh masih bersifat gambaran umum kondisi aksesibilitas tiap sektor dan wilayah. Oleh karena itu diperlukan penelitian lanjutan untuk menghasilkan gambaran kondisi aksesibilitas transportasi yang lebih mendetail dan penambahan pada sektor-sektor lainya (industri, perikanan, pertanian) . 2. Perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut yang dapat memberikan gambaran lengkap tentang kinerja jalan, serta pengembangan jaringan jalan di Kota Sorong yang diterapkan/direncanakan pembangunannya di Distrik Sorong Timur dan Sorong Barat 3. Untuk Pemerintah Kota Sorong dalam upaya peningkatan minat investasi sektor transportasi dapat dilaksanakan dalam dua pola yang dilakukan secara bertahap, yaitu melalui investasi langsung pada sektor transportasi atau b) investasi dalam bentuk atau sektor lain tetapi dapat menunjang pengembangan sektor transportasi. 4. Pemerintah Kota Sorong Papua Barat dengan pihak-pihak terkait pembangunan jalan ini seharusnya sinergis/terkoordinasi dalam penggunaan lahan untuk kepentingan umum dan pengembangan jaringan jalan yang mengharuskan menggunakan tanah-tanah adat agar tidak adanya kesalah pemahaman masyarakat. 5. Pada penggunakan metode IRAP sangat bermanfaat untuk mengetahui / memetakan tingkat aksesibilitas suatu wilayah pada segala tingkatan pemerintahan (Desa, Kecamatan, Kabupaten maupun tingkat Provinsi) yang masih dapat dikategorikan dalam wilayah perdesaan (rural), melalui pemanfaatan data primer serta indikator aksesibilitas yang dihasilkan dari hasil perhitungan kondisi riel dilapangan yang mengindikasikan tingkat kesulitan masyarakat tertentu untuk memperoleh akses terhadap barang dan jasa. Untuk didapakan hasil yang maksimal diperlukan/diperhatikan antara lain kelengkapan data, jumlah variabel/sektor, ketelitian dalam penilaian dan penentuan indikator aksesibilitas, serta penentuan responden, kapasitas dan tingkat pemahaman responden terhadap permasalahan yang dihadapi pada distrik nya masing-masing. 11 DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, S.A. 2010. Perencanaan Infrastruktur Transportasi Wilayah. Edisi pertama. J urusan Teknik Perkapalan, Universitas Hasanuddin. Makassar. Akyuwen, R and Ekawati, N. 2004. IRAP Approach and Pro-Poor Rural Infrastructure Planning : The Case Of Indonesia. ASIST Asia Pacific Mainstreaming Proverty Reduction Strategies, Integrated Rural Accessibility Planning (IRAP) Fourth Expert GroupMeeting, ILO, Cambodia. Report. Annex 6 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sorong tahun 2010-2030. Biro Pusat Statistik Kota Sorong. Setiawan, I. 2004. Analisis Akses Desa- Desa Di Kabupaten Bandung Terhadap Sumber-Sumber Produktif (Suatu Analisis dengan Pendekatan Intergrated Rural Accessibilty Planning) Oktaviana, M.G. 2011. Development Strategy For Rural Transportation Using IRAP and SWOT Analysis Case Study Of West Papua Province Rangkuti, F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21). Edisi kesembilan. PT. Gramedia Pustaka Utama. J akarta. Reap, S., 2000. Integrated Rural Accessibility Planning (IRAP) in Cambodia. ASIST Asia Pacific Mainstreaming Proverty Reduction Strategies, Integrated Rural Accessibility Planning (IRAP) Third Expert Group Meeting, International Labour Organization, Bangkok. Report. p.202-226. http://www.ilo.org/public/english/empl oyment/recon/eiip/download/ratp/ratp0 9.pdf .2003. Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Edisi kedua. Penerbit ITB. Bandung Wibowo, H dan Azwansyah, H. 2009. Penggunaan Metode IRAP Dalam Penentuan Prioritas Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (Studi Kasus Desa Kalimas Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya), Universitas Lampung, Jurnal Rekayasa Vo.13 No.3 Desember 2009 http://ftsipil.unila.ac.id/ejournals/index. php/jrekayasa/article/view/22