Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN STRATEGI PRIORITAS PENGEMBANGAN DAN

PENINGKATAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KOTA SORONG


Fransiscus Hamonangan, HarnenSulistio, AchmadWicaksono
J urusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
J l. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail : ancies87@gmail.com
ABSTRAK
Pembangunan di bidang transportasi darat khususnya pengembangan dan peningkatan prasarana
infrastruktur jalan merupakan unsur yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan perekonomian suatu
wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik infrastruktur jalan antar distrik (kecamatan)
menuju pusat-pusat kegiatan dan pemerintah kota dimana nilai indeks aksesibilitas wilayah akan digunakan
sebagai kajian dalam penentuan prioritas pengembangan dan peningkatan jaringan jalan antar distrik di Kota
Sorong, PapuaBarat. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan gabungan dari beberapahasil
analisa diantaranya: analisadeskriptif, IRAP (Intergrated Rural Accesbility Planning) danAnalisis starateginya
menggunakanSWOT (Strenght, Weakness, Opportunity and Thread). Dari hasil penelitianmenunjukkan bahwa
karakteristik perjalanan untuk maksud dan tujuan perjalanan yang berhubungan dengan pekerjaan sebesar 42%,
perdagangan 22%, pendidikan 28% dan lain-lain (8%) dimana jarak perjalanan antar distrik ke pusat-pusat
kegiatan dan pemerintahan Kota berkisar antara 3-15 kilometer dan waktu tempuh 15-45 menit dalam sekali
perjalanan. Dari hasil perhitunganindeks aksesbilitas wilayah terdapat kesenjangan aksesibilitas antar distrik
di Kota Sorong yang cukup significant karena adanya perbedaan nilai indeks aksesbilitas (IA) yang relatif
tinggi dari berbagai sektor dan pembagian wilayahnya, diketahui bahwa semakin tinggi nilai IA menunjukkan
semakin buruknya aksesibilitas suatu wilayah. Nilai IA tertinggi terdapat pada Distrik Sorong Timur, nilai
indeks aksesbilitas ( IA) terendah terdapat di Distrik Sorong Manoi; indeks aksesibilitas (IA) sektor tertinggi
adalah sektor mobilitas antar distrik ke pusat-pusat kegiatan dan pemerintahandimana juga berperan penting
dalam peningkatan aksesibilitas dan membuka wilayah-wilayah yang hingga kini masih terisolir, sedangkannilai
indeks aksesbilitas (IA) terendah adalah sektor pariwisata dikarenakan kurang adanya dukungan pemerintah
akan tingginya nilai investasi pariwisata di Kota Sorong. Kemudian dari hasil analisis SWOT dihasilkan
beberapa strategi yaitu peningkatan jalan-jalan kolektor, pembangunan jalan baru berupa jalan alternatif/ inner
ring road ke arahtimur Kota Sorong dan kebijakan pengembangan jaringan jalan sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Kota dengan adanya dukungan dari masyarakat.
Kata kunci: Infrastruktur Jalan, Analisa Deskriptif, IRAP, SWOT, Kota Sorong
I. PENDAHULUAN
Kota Sorong adalah salah satu kota di
Provinsi Papua Barat yang terletak sangat
strategis yang berada pada posisi paling
barat dan merupakan pintu masuk dari
wilayah Indonesia Bagian Barat ke
Provinsi Papua. Kota Sorong juga
merupakan Kota industri, perdagangan
dan jasa. Beberapa tahun belakangan ini
pembangunan infrastruktur jalan di Kota
Sorong mengalami beberapa kendala
dikarenakan sebagian besar wilayah Kota
Sorong merupakan wilayah perbukitandan
daerah rawa menyebabkan jalan yang
dibangun tidak memberikan tingkat
aksesbilitas yang mudah serta minimnya
jaringan jalan terumata jalan-jalan kolektor
ke beberapa wilayah yang masih terisolir
menyebabkan sulitnya untuk mendapatkan
akses sehingga mempengaruhi tingginya
biaya transportasi perjalanan berbagai
kegiatan dan angkutan barang-barang hasil
sumber daya alam. Upaya penanganan
infrastruktur jalan yang dilakukan selama
ini masih belum memberikan hasil yang
maksimal. Sementara pembangunan
jaringan jalan yang dilakukan pemerintah
saat ini juga mengalami berbagai kendala
akibat karakteristis wilayah, konflik tata
ruang (sebagian wilayah merupakan area
cagar alam dan hutan lindung),
permasalahan menyangkut tanah adat
serta tingginya biaya operasional yang
dibutuhkan untuk pembangunan
infrastrukturjalan.
Melihat gambaran umum pola
pertumbuhan tata ruang Kota Sorong dan
eksisting jaringan jalan yang ada maka
2
perlu adanya pengembangan dan
peningkatan jalan-jalan potensial yang
menghubungkan antar wilayah dan antar
kota dan desa dengan semestinya untuk
mendapatkan perhatian dan prioritas secara
khusus, mengingat keberadaannya yang
sangat menunjang pembangunan nasional
ada umumnya dan pembangunan daerah
pada khususnya.
Tujuan dari penelitian ini untuk
melihat seberapa besar tingkat indeks
aksesbilitas terhadap karakteristik
perjalanan antar wilayah di Kota Sorong
dan penentuan strategi pengembangan dan
prioritas dalam peningkatan infrastruktur
jalan yang ada di Kota Sorong.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Jalan
J alan merupakan prasarana
transportasi moda darat adalah bagian
sistem transportasi nasional yang
mempunyai peranan penting terutama
dalam mendukung bidang ekonomi, sosial
dan budaya serta lingkungan.
Dikembangkan melalui pendekatan
pengembangan wilayah agar tercapai
keseimbangan dan pemerataan
pembangunan antar daerah, membentuk
dan memperkukuh kesatuan nasional untuk
memantapkan pertahanan dan keamanan
nasional, serta membentuk struktur ruang
dalam rangka mewujudkan sasaran
pembangunan Nasional.
Undang undang 38 tahun 2004
tentang jalan, jalan merupakan prasarana
transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan
air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan
jalan kabel. J alan terdiri dari :
1. J alan umum adalah jalan yang
diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
2. J alan khusus adalah jalan yang
dibangun oleh instansi, badan usaha,
perseorangan, atau kelompok
masyarakat untuk kepentingan sendiri.
J alan tol adalah jalan umum yang
merupakan bagian sistem jaringan jalan
dan sebagai jalan nasional yang
penggunanya diwajibkan membayar tol.
B. Kriteria Pengembangan Jalan
Penentuan jaringan jalan strategis
bertujuan untuk menentukan prioritas
pengembangan jaringan jalan yaitu
program pemeliharaan, program
rehabilitasi dan pembangunan jalan baru.
J aringan jalan strategis itu harus mencakup
jalur utama yang melayani hubungan antar
berbagai bagian di dalam kabupaten/kota
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Ruas jalan yang umumnya bersifat
antar kota yaitu menghubungkan kota
kabupaten dengan kota kecamatan dan
pasar utama
2. Ruas jalan alternatif yang salah satunya
sudah ditetapkan dan memenuhi
hubungan yang memadai itu tidak
termasuk dalam kriteria ini.
3. Ruas jalan yang biasanya sudah
menampung tingkat lalu lintas tinggi
(atau berpotensi tinggi pada wilayah
yang belum selesai pekerjaannya), pada
kenyataannyatingkatan ini bisa
berbeda, misalnya mulai dari melebihi
500 LHR di daerah padat penduduk di
J awa sampai melebihi 50 LHR di
daerah kurang berkembang di
kepulauan lain.
4. Ruas jalan yang biasanya sudah di
aspal, kecuali pada daerah yang
jaringan jalannya belum dikembangkan
5. Ruas jalan yang melayani sumber
sumber penyebab meningkatnya lalu
lintas selain perkotaan seperti sumber
material besar, pabrik atau daerah
perkebunan.
6. Ruas jalan di daerah perkotaan tidak
termasuk dalam kriteria ini, kecuali
kalau ruas tersebut merupakan bagian
dari rute lanjutan jaringan jalan yang
menghubungkan dua kawasan
perkotaan
7. Ruas jalan utama antar kabupaten bisa
dimasukkan apabila tidak ada jalan
negara/ propinsi yang memadai untuk
jalur tersebut
3
C. Konsep Kawasan
Konsep kawasan adalah wilayah yang
berbasis pada keberagaman fisik dan
ekonomi tetapi memiliki hubungan erat
dan saling mendukung satu sama lain
secara fungsional demi mempercepat
pertumbuhan ekonomi daerah dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam
kaitan ini, kawasan didefinisikan sebagai
kawasan yang mempunyai fungsi tertentu,
dimana kegiatan ekonominya, sektor dan
produk unggulannya, mempunyai potensi
mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah
sekitarnya. Kawasan ini secara sendiri-
sendiri maupun secara bersama
membentuk suatu klaster. Klaster dapat
berupa klaster pertanian dan klaster
industri, tergantung dari kegiatan ekonomi
yang dominan dalam kawasan itu. Pada
sub bab ini akan membahas mengenai teori
tentang kawasan strategis yang terdiri dari
pengertian kawasan strategis dan lokasi
kawasan strategis menurut RTRWJ P.
III. METODOLOGI
A. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini terdapat
perbedaan nilai indeks aksesbilitas setiap
distrik kota Sorong. Adanya perbedaan
karakteristik serta penentuan strategi
prioritas, pengembangan, dan peningkatan.
B. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini terdapat di
lima distrik di kota Sorong, yaitu: Distrik
Sorong, Distrik Sorong Utara, Distrik
Sorong Barat, Distrik Sorong Timur, dan
Distrik Sorong Manoi. Untuk menentukan
jumlah sampel penelitian dilakukan dengan
teknik Purposive Sampling. Pemilihan
sampel dilakukan dengan menentukan
jumlah stakeholder dari pertimbangan
penelitian terdahulu. Adapun stakeholder
sebagai berikut: Institusi daerah yang
terkait; Bappeda, Dinas PU serta Dinas
Perhubungan, dan masyarakat setempat,
serta tenaga ahli bidang transportasi dan
perencanaan wilayah.
C. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan
metode IRAP dan SWOT dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1.Metode IRAP
Metode IRAP dapat mengintegrasikan
antara kebutuhan akses dan mobilitas
masyarakat dengan lokasi fasilitas
pelayanan sosial, ekonomi dan infrastuktur
transportasi. Kebutuhan dan permasalahan
transportasi di pedesaan tidak sama pada
suatu Negara, karena itu diperlukan atau
tidaknya intervensi untuk meningkatkan
mobilitas penduduk atau mengurangi
permintaan mereka akan transportasi yang
lebih efektif atau pemahaman kondisi
wilayah. Pada metode IRAP memiliki
kelebihan dibandingkan dengan metode
yang lain adalah sebagai berikut: 1)
Prosedur dari metode yang digunakan
sederhana, 2) dapat diterapkan pada
lingkup wilayah desa sampai wilayah
Provinsi dengan kapasitas data dan SDM
terbatas, 3) Pengambil kebijakan dapat
dengan mudah menentukan prioritas
wilayah dan sektor yang harus
mendapatkan prioritas utama penanganan,
serta kegiatan prioritas yang dibutuhkan
(Akuyen R, Ekawati N., 2004).
2. Metode SWOT
Analisis SWOT (Strenghts, Weakness,
Opportunities, Threats) merupakan anaisis
mengenai kekuatan (strengths), kelemahan
(Weakness), peluang (Opportunities) dan
ancaman (threats) yang dimiiki organisasi
yang dilakukan melalui telaah terhadap
kondisi internal dan eksternalnya. Anaisis
SWOT bermanfaat jika dilakukan apabilla
jelas ditentukan arah dan tujuan yang
menuju ke masa depan suatu organisasi.
Disamping itu, ukuran apa saja yang untuk
menilai suatu keberhasilan
organisasi/perusahaan dalam menjalan dan
memetakan visi dan misinya. Adapun hasil
dari analisis SWOT akan mengahasilkan
pemetaan posisi organisasi/perusahaan
terhadap lingkungannya dan menyediakan
pilihan strategis umum yang sesuai, serta
dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-
sasaran organisasi selama 3
kedepan untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan dari stakeholder atau masyarakat.
D. Analisa Data
1. Penentuan Indikator Aksesbilitas
Adapun parameter yang digunakan
untuk menentukan Indeks Aksesibilitas
dalam sektor (yang menjadi kriteria
kriteria) tersebut dapat dijelaskan yaitu
dengan memperhatikan penelitian
terdahulu untuk dijadikan re
penelitian. Parameter yang digunakan
untuk menentukan Indeks Aksesbilitas
(IA) dalam sektor (kriteria
sebagai berikut: 1. Sektor Transportasi
(J arak dan tujuan, Moda Utama
Perjalanan, Kapasitas Moda
Moda, Kondisi Sarana dan Prasarana
Aksebillitas ke Prasarana
Perjalanan (menuju ke tempat tujuan)
Biaya Perjalanan (satu kali perjalanan)
Sektor Perdagangan dan Potensi
Wilayah (J umlah Penduduk, J arak fasilitas
perdagangan terdekat, Kondisi
Waktu Perjalanan (satu kali perjalanan)
Biaya perjalanan (satu kali perjalanan)
Aksesbilitas ke prasarana);
Pendidikan (Kelengkapan Fasilitas
ke Fasilitas Pendidikan terdekat
Prasarana, Akses ke prasarana
Perjalanan, Biaya Perjalanan
Kesehatan (J umlah Penduduk
Fasilitas Kesehatan terdekat
Prasarana J alan, Akses ke Fasilitas
terdekat, J umlah Fasilitas
Perjalanan, Biaya Perjalanan
Pariwisata (J arak ke Fasilita
Kondisi Prasarana, Akses ke Fasilitas
Waktu Perjalanan, Biaya Perjalanan
Tabel.1. Nilai Indikator Sektor
Mobilitas
sasaran organisasi selama 3 5 tahun
kedepan untuk memenuhi kebutuhan dan
atau masyarakat.
Aksesbilitas
Adapun parameter yang digunakan
untuk menentukan Indeks Aksesibilitas
dalam sektor (yang menjadi kriteria-
kriteria) tersebut dapat dijelaskan yaitu
dengan memperhatikan penelitian
terdahulu untuk dijadikan referensi/acuan
penelitian. Parameter yang digunakan
untuk menentukan Indeks Aksesbilitas
(IA) dalam sektor (kriteria-kriteria),
Sektor Transportasi
Moda Utama, Tujuan
Moda, Frekuensi
arana dan Prasarana,
Aksebillitas ke Prasarana, Waktu
Perjalanan (menuju ke tempat tujuan), dan
Biaya Perjalanan (satu kali perjalanan); 2.
Sektor Perdagangan dan Potensi
J arak fasilitas
Kondisi Prasarana,
Waktu Perjalanan (satu kali perjalanan),
Biaya perjalanan (satu kali perjalanan),
); 3. Sektor
Kelengkapan Fasilitas, J arak
ke Fasilitas Pendidikan terdekat, Kondisi
Akses ke prasarana, Waktu
Biaya Perjalanan); 4. Sektor
J umlah Penduduk, J arak ke
Fasilitas Kesehatan terdekat, Kondisi
Akses ke Fasilitas
J umlah Fasilitas, Waktu
Biaya Perjalanan); 5. Sektor
J arak ke Fasilitas terdekat,
Akses ke Fasilitas,
Biaya Perjalanan)
Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas
Tabel.2. Nilai Indikator Sektor
Perdagangan
Tabel.3. Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas
Pendidikan
Tabel.4. Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas
Kesehatan
Tabel.5. Nilai Indikator Sektor
Pariwisata
2. Penentuan Bobot Indikator
Pada pembobotan indikator
dilakukan dengan memberikan nilai bobot
bedasarkan tingkatan kepentingan, dari
tingkatan yang paling penting dengan
memberikan nilai bobot tertinggi sampai
yang tidak terlalu penting dengan
memberikan nilai bobot terendah.
Penentuan nilai bobot diperoleh
berdasarkan penllaian responden melalui
hasil pengisian kuisioner. Berikut ini
contoh Penentuan bobot indikator serta
Rekapitulasi Bobot Rata
pada masing-masing kecamatan
dijelaskan pada tabel 1, tabel 2 dan tabel 3
diantaranya sebagai berikut:
Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas
Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas
Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas
Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas
2. Penentuan Bobot Indikator
Pada pembobotan indikator
dilakukan dengan memberikan nilai bobot
kepentingan, dari
tingkatan yang paling penting dengan
memberikan nilai bobot tertinggi sampai
yang tidak terlalu penting dengan
memberikan nilai bobot terendah.
Penentuan nilai bobot diperoleh
berdasarkan penllaian responden melalui
ner. Berikut ini
contoh Penentuan bobot indikator serta
Rekapitulasi Bobot Rata-rata Indikator
masing kecamatan yang akan
dijelaskan pada tabel 1, tabel 2 dan tabel 3
diantaranya sebagai berikut:
Tabel 6. Penentuan Nilai Bobot Indikator
Tabel 7. Rekapitulasi Bobot Rata
Indikator
Tabel.8. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Indeks
Aksesibilitas Per-Sektor
E. Alur Penelitian
Alur penelitian ini digambarkan pada
diagram gambar 1.
Penentuan Nilai Bobot Indikator
Rekapitulasi Bobot Rata-Rata
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Indeks
Alur penelitian ini digambarkan pada
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari hasil analisa diperoleh hasil
bahwa maksud dan tujuan perjalanan
dalam melakukan pergerakan antar
di Kota Sorong adalah perjalanan yang
berhubungan dengan pekerjaan
42%, perdagangan
pendidikan sebesar 28%
pariwisata dan lain-lainsebesar 8%
Dari hasil pelitian dari
sektor prioritas dan wilayah prioritas
dilakukan berdasarkan hasil perhitungan
Indeks Aksesibilitas yang diperoleh.
Indeks Aksesibilitas se
dimanayang tertinggi menunjukkan bahwa
sektor/wilayah tersebut memiliki
aksesibilitas terburuk, maka wilayah atau
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
PEMBAHASAN
Dari hasil analisa diperoleh hasil
bahwa maksud dan tujuan perjalanan
dalam melakukan pergerakan antar distrik
adalah perjalanan yang
pekerjaan sebesar
sebesar 22%,
sebesar 28% dan sosial
sebesar 8%
pelitian dari penentuan
sektor prioritas dan wilayah prioritas
dilakukan berdasarkan hasil perhitungan
Indeks Aksesibilitas yang diperoleh.
Indeks Aksesibilitas sektor/ wilayah
yang tertinggi menunjukkan bahwa
sektor/wilayah tersebut memiliki
aksesibilitas terburuk, maka wilayah atau
sektor tersebutlah yang merupakan
sektor/wilayah yang menjadi prioritas
utama yang sangat memerlukan
penanganan serta pengembangan
aksesibilitasnya.
Berdasarkan perhitungan Indeks
Aksesibilitas pada kajian ini diketahui
bahwa wilayah yang membutuhkan
prioritas dalam penanganan aksesibilitas
nya serta sektor yang menjadi prioritas
antara lain adalah :
1. Distrik yang menjadi Prioritas I dan II
dari sektor mobilitas antar distrik berturut
turut adalah Distrik Sorong Timur ( IA
7,56), Distrik Sorong Barat (IA
sektor perdagangan yang menjadi prioritas
I dan II adalah Distrik Sorong Timur (IA
7,05) dan Distrik Sorong Barat (IA
dari sektor pendidikan yang menjadi
Tabel 9. Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas
Tabel 10. Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Perdagangan
Tabel 11. Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Pendidikan
sektor tersebutlah yang merupakan
sektor/wilayah yang menjadi prioritas
utama yang sangat memerlukan
penanganan serta pengembangan
Berdasarkan perhitungan Indeks
Aksesibilitas pada kajian ini diketahui
ayah yang membutuhkan
dalam penanganan aksesibilitas
nya serta sektor yang menjadi prioritas
1. Distrik yang menjadi Prioritas I dan II
dari sektor mobilitas antar distrik berturut-
turut adalah Distrik Sorong Timur ( IA-
7,56), Distrik Sorong Barat (IA-7,30), dari
sektor perdagangan yang menjadi prioritas
I dan II adalah Distrik Sorong Timur (IA-
05) dan Distrik Sorong Barat (IA-6,48),
dari sektor pendidikan yang menjadi
prioritas I dan II adalah Distrik Sorong
Utara (IA-7,27) dan Distrik Sorong Timur
(IA-6,92), kemudian dari sektor Kesehatan
yang menjadi prioritas I dan II adalah
Distrik Sorong Barat (IA-6,40) dan Distrik
Sorong Utara (IA-5,91) dan yang terakhir
dari sektor pariwisata yang menjadi
prioritas utama I dan II adalah Distrik
Sorong Manoi (IA-6,88) dan Distrik
Sorong Utara (IA-6,60)
2. Sektor yang menjadi prioritas tertinggi
jika dilihat dari berbagai nilai rata
aksesbilitas sektor nya maka didapatkan
prioritas utama adalah dari Sektor
Mobilitas antar distrik, sektor Perdagangan
dan Sektor Pendidikan dengan rata
nilai indeks aksesbilitas (IA
6,24) dan (IA- 6,03)
Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Antar Distrik
Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Perdagangan
Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Pendidikan
prioritas I dan II adalah Distrik Sorong
7,27) dan Distrik Sorong Timur
6,92), kemudian dari sektor Kesehatan
yang menjadi prioritas I dan II adalah
6,40) dan Distrik
5,91) dan yang terakhir
dari sektor pariwisata yang menjadi
prioritas utama I dan II adalah Distrik
6,88) dan Distrik
2. Sektor yang menjadi prioritas tertinggi
dari berbagai nilai rata-rata
aksesbilitas sektor nya maka didapatkan
prioritas utama adalah dari Sektor
Mobilitas antar distrik, sektor Perdagangan
dan Sektor Pendidikan dengan rata-rata
nilai indeks aksesbilitas (IA-6,56), (IA-
Tabel 12. Nilai Indikator Sektor
Tabel 13. Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Pariwisata
Dalam analisis strategi pengembangan
jaringan antar distrik di Kota Sorong,
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan jaringan jalan diperoleh
berdasarkan hasil observasi lapangan,
wawancara dan kuisioner dengan referensi
pada analisis Deskriptif dan Analisis IRAP
yang telah dilakukan sebelumnya.
Berdasarkan hasil analisis tersebut
didapatkan beberapa faktor yang sangat
berpengaruh terhadap upaya
pengembangan jaringan jalan antar distrik
dengan melihat kebutuhan serta potensi
dari berbagai sektor yang mempengaruhi
banyak pergerakan SDA dilihat dari se
perdangan, distribusi barang ke distrik
yang jauh dari pusat kota dan pegerakan
SDM dilihat dari perjalanan untuk sektor
pendidikan,kesehatan dan pariwisata
adapun yang didapat sebagai berikut :
1. Karakteristik wilayah Kota Sorong yang
bervariasi, baik potensi untuk SDA
maupun jaringan jalan yang ada.
dan wawancara, analisis deskriptif)
2. Permasalahan Tata guna lahan yang
belum tertata dengan baik serta
pembebasan lahan/tanah adat
wawancara).
3. Kurangnya jaringan jalan yang
mempengaruhi (aksesibilitas) antar
Aksesbilitas Kesehatan
Nilai Indikator Sektor Aksesbilitas Pariwisata
Dalam analisis strategi pengembangan
rik di Kota Sorong,
faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan jaringan jalan diperoleh
berdasarkan hasil observasi lapangan,
wawancara dan kuisioner dengan referensi
pada analisis Deskriptif dan Analisis IRAP
yang telah dilakukan sebelumnya.
dasarkan hasil analisis tersebut
didapatkan beberapa faktor yang sangat
berpengaruh terhadap upaya
pengembangan jaringan jalan antar distrik
dengan melihat kebutuhan serta potensi
dari berbagai sektor yang mempengaruhi
banyak pergerakan SDA dilihat dari sektor
perdangan, distribusi barang ke distrik
yang jauh dari pusat kota dan pegerakan
SDM dilihat dari perjalanan untuk sektor
pendidikan,kesehatan dan pariwisata
adapun yang didapat sebagai berikut :
Karakteristik wilayah Kota Sorong yang
potensi untuk SDA
maupun jaringan jalan yang ada. (survey
dan wawancara, analisis deskriptif)
Permasalahan Tata guna lahan yang
belum tertata dengan baik serta
pembebasan lahan/tanah adat (survey dan
Kurangnya jaringan jalan yang
(aksesibilitas) antar
Distrik/kecamatan dalam Kota Sorong.
(analisis IRAP).
4. Permasalahan dari teknis untuk
pembangunan jalan dimana sebagian
wilayah di Kota Sorong terlebih Distrik
Sorong Timur dan Sorong Barat
merupakan area perbukitan (survei dan
wawancara)
5. Permasalahan pendanaan infrastruktur
jalan. (survey dan wawancara)
6. Kurangnya minat pengusaha yang
berinvestasi di Kota Sorong.
wawancara, analisis IRAP).
Tabel 14. Faktor Strategis Internal dan
Eksternal
Distrik/kecamatan dalam Kota Sorong.
Permasalahan dari teknis untuk
pembangunan jalan dimana sebagian
wilayah di Kota Sorong terlebih Distrik
Sorong Timur dan Sorong Barat
merupakan area perbukitan (survei dan
Permasalahan pendanaan infrastruktur
(survey dan wawancara)
Kurangnya minat pengusaha yang
berinvestasi di Kota Sorong. (Survey dan
wawancara, analisis IRAP).
Strategis Internal dan
Gambar 2. Pemetaan Posisi SWOT
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis diatas maka
diperoleh upaya pengembangan dan
peningkatan jaringan jalan antar distrik di
Kota Sorong antara lain diketahui jalan
antar distrik Kota Sorong sebagian besar
dilakukan untuk maksud dan tu
perjalanan yang berhubungan dengan
pekerjaan (42%), perdagangan (22%),
pendidikan (28%) dan lain
(termasuk pariwisata, kesehatan, hiburan,
untuk akses fasilitas umum lainnya)
dengan jarak perjalanan (3-15 kilometer)
dan waktu tempuh (15 - 45 menit) dalam
sekali perjalanan.
Pada sektor mobilitas transportasi,
nilai tertinggi Indeks Aksesbilitas
didapat pada Distrik Sorong Timur
(IA=7,56). Distrik Sorong Timur memiliki
potensi pengembangan wilayah strategis
Posisi SWOT
Berdasarkan hasil analisis diatas maka
diperoleh upaya pengembangan dan
peningkatan jaringan jalan antar distrik di
diketahui jalan
antar distrik Kota Sorong sebagian besar
dilakukan untuk maksud dan tujuan
perjalanan yang berhubungan dengan
pekerjaan (42%), perdagangan (22%),
pendidikan (28%) dan lain-lain (8%)
(termasuk pariwisata, kesehatan, hiburan,
untuk akses fasilitas umum lainnya)
15 kilometer)
menit) dalam
Pada sektor mobilitas transportasi,
Indeks Aksesbilitas (IA)
apat pada Distrik Sorong Timur
Distrik Sorong Timur memiliki
potensi pengembangan wilayah strategis
yang masih mempunyai cadangan
yang besar serta dekat dengan akses
perdagangan dan pemukiman baru serta
sebagai akses pergerakan masyarakat
kabupaten Sorong menuju pusat Kota
Sorong. Untuk terendah nilai IA yaitu
Distrik Sorong Manoi (IA=5
Distrik Sorong Manoi merupakan
Kota Sorong sebagai pusat pemerintahan
dan perdagangan yang infrastruktur
jalannya sudah terbilang cukup baik.
Untuk sektor perdagangan nilai Indeks
Aksesbilitas (IA) tertinggi adalah Distrik
Sorong Timur (IA= 7,05) dan terendah
adalah Distrik Sorong Manoi (IA= 6,2).
Nilai aksesbilitas tinggi disektor
perdagangan.
Berdasarkan dari hasil analisis maka
strategi pengembangan dan peningkatan
infrastruktur jaringan jalan antar distrik di
Kota Sorong dapat dilaksanakan sebagai
langkah awal dan prioritas ut
pengembangan sektor transportasi antar
distrik adalah dengan melakukan
perencanaan pengembangan antar wilayah
secara terpadu dan teritegrasi yang sesuai
dengan karakteristik, kondisi dan daya
dukung Kota Sorong. Berikut ini adalah
urutan strategi pengembangan dan
peningkatan infrastruktur jalan di Kota
Sorong berdasarkan hasil analisis, sebagai
berikut :
1. Optimalisasi peningkatan infrastruktur
jalan guna memenuhi kebutuhan
transportasi atau pergerakan masyarakat
antar distrik (jaringan jalan
2. Kebijakan pembangunan jaringan
jalan baru dengan mempertimbangkan
kajian lingkungan hidup dan Hutan
Lindung
3. Perencanaan transportasi antar distrik
(kecamatan) guna mengurangi kesenjangan
aksesibilitas, secara terpadu, terintegrasi
serta sesuai dengan karakteristik kota.
4. Peningkatan kualitas SDM, serta
sosialisasi untuk meningkatkan tingkat
pemahaman masyarakat terhadap adanya
pengembangan jalan baru seperti rencana
pengembangan jaringan jalan alternatif
inner ring road di kawasan/d
Kota Sorong
5. Pengembangan jaringan jalan yang
yang masih mempunyai cadangan lahan
yang besar serta dekat dengan akses
perdagangan dan pemukiman baru serta
sebagai akses pergerakan masyarakat
kabupaten Sorong menuju pusat Kota
Sorong. Untuk terendah nilai IA yaitu
Distrik Sorong Manoi (IA=5,31) dimana
Distrik Sorong Manoi merupakan pusat
Kota Sorong sebagai pusat pemerintahan
dan perdagangan yang infrastruktur
jalannya sudah terbilang cukup baik.
Untuk sektor perdagangan nilai Indeks
Aksesbilitas (IA) tertinggi adalah Distrik
Sorong Timur (IA= 7,05) dan terendah
g Manoi (IA= 6,2).
Nilai aksesbilitas tinggi disektor
Berdasarkan dari hasil analisis maka
strategi pengembangan dan peningkatan
infrastruktur jaringan jalan antar distrik di
Kota Sorong dapat dilaksanakan sebagai
langkah awal dan prioritas utama dalam
pengembangan sektor transportasi antar
distrik adalah dengan melakukan
perencanaan pengembangan antar wilayah
secara terpadu dan teritegrasi yang sesuai
dengan karakteristik, kondisi dan daya
dukung Kota Sorong. Berikut ini adalah
pengembangan dan
peningkatan infrastruktur jalan di Kota
Sorong berdasarkan hasil analisis, sebagai
Optimalisasi peningkatan infrastruktur
jalan guna memenuhi kebutuhan
transportasi atau pergerakan masyarakat
antar distrik (jaringan jalankolektor)
Kebijakan pembangunan jaringan
jalan baru dengan mempertimbangkan
kajian lingkungan hidup dan Hutan
Perencanaan transportasi antar distrik
(kecamatan) guna mengurangi kesenjangan
aksesibilitas, secara terpadu, terintegrasi
rta sesuai dengan karakteristik kota.
Peningkatan kualitas SDM, serta
sosialisasi untuk meningkatkan tingkat
pemahaman masyarakat terhadap adanya
pengembangan jalan baru seperti rencana
pengembangan jaringan jalan alternatif
inner ring road di kawasan/distrik timur
Pengembangan jaringan jalan yang
9
dapat menciptakan peluang serta minat
investasi.
6. Pengembangan wilayah dan
pengelolaan SDA yang sesuai dengan daya
dukung/potensi wilayah (distrik).
7. Kepentingan tata ruang melalui
Penataankembali tata ruang wilayah sesuai
dengan kondisi, daya dukung dan
karakteristik wilayah
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil IRAP menunjukkan bahwa, nilai
tertinggi Indeks Aksesbilitas (IA) di dapat
pada Distrik Sorong Timur (IA=7,56) dan
nilai terendah adalah Distrik Sorong Manoi
nilai IA yaitu Distrik Sorong Manoi
(IA=5,31) dimana Distrik Sorong Manoi
merupakan pusat Kota Sorong sebagai
pusat pemerintahan dan perdagangan yang
infrastruktur jalannya sudah terbilang
cukup baik. Untuk sektor perdagangan
nilai Indeks Aksesbilitas (IA) tertinggi
adalah Distrik Sorong Timur (IA=7,05)
dan terendah adalah Distrik Sorong Manoi
(IA= 6,2). Nilai aksesbilitas tertinggi
disektor mobilitas antar distrik dan sektor
perdagangan.
Dari hasil analisa SWOT, IFAS dan
EFAS diketahui bahwa pengembangan
jaringan jalanantar distrik di Kota Sorong
berada pada kuadran I (X=1.34, Y=0.84),
dimana rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Rapid Growth Strategy
yaitu strategi pertumbuhan cepat dengan
pertimbangan pada pengembangan secara
maksimal untuk target tertentu dan dalam
waktu singkat. Strategi yang dapat
dilaksanakan sebagai langkah awal dalam
pengembangan jaringan jalan dalam urutan
prioritasnya sebagai berikut :
1. Optimalisasi peningkatan infrastruktur
jalan guna memenuhi kebutuhan
transportasi atau pergerakan masyarakat
antar distrik (jaringan jalan kolektor)
2. Kebijakan pembangunan jaringan
jalan baru dengan mempertimbangkan
kajian lingkungan hidup dan Hutan
Lindung
3. Perencanaan transportasi antar distrik
(kecamatan) guna mengurangi kesenjangan
aksesibilitas secara terpadu dan terintegrasi
serta sesuai dengan karakteristik kota agar
mengurangi dampak disparitas .
4. Peningkatan kualitas SDM, serta
sosialisasi untuk meningkatkan tingkat
pemahaman masyarakat terhadap adanya
pengembangan jalan baru seperti rencana
pengembangan jaringan jalan alternatif
inner ring road di kawasan/distrik timur
Kota Sorong
5. Pengembangan jaringan jalan yang
dapat menciptakan peluang serta minat
investasi
6. Pengembangan wilayah dan pengelolaan
SDA yang sesuai dengan daya
dukung/potensi wilayah (distrik).
7. Kepentingan tata ruang melalui penataan
kembali tata ruang wilayah sesuai dengan
kondisi, daya dukung dan karakteristik
wilayah
Dengan memperhatikan hasil dari
pembahasan dan kesimpulan dari analisa
ini dapat diberikan rekomendasi langkah-
langkah yang dapat digunakan untuk
menunjang strategi dalam pengembangan
dan peningkatan infrastruktur jalan di Kota
Sorong. Rekomendasi strategi tersebut
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Strategi Pertama : Diperlukan adanya
penanganan peningkatan jalan terlebih
didistrik Sorong Timur dan Sorong Barat
terlebih khusus dikarenakan beberapa ruas
jalan yang menghubungkan pusat-pusat
kegiatan di distrik tersebut masih banyak
dalam kondisi buruk
2. Strategi kedua: Singkronisasi kebijakan
sektor transportasi dalam pengembangan
wilayah dan pembangunan perokonomian
(SDA) maka diperlukan koridor jalan
alternatif/ inner ring road terlebih wilayah
timur untuk menghubungkan antar distrik
di Kota Sorong
3. Strategi ketiga: Optimalisasi jaringan
jalan baru secara cepat guna menunjang
pengembangan wilayah agar tidak adanya
disparitas kawasan regional antara
kawasan timur, utara, selatan dan barat
Kota serta membuka daerah- daerah yang
masih terisolir/pedalaman sampai saat ini.
4. Strategi keempat: Pengembangan dan
pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA)
10
yang sesuai dengan daya dukung
wilayah/kawasan.
5. Strategi kelima : Kebijakan yang dapat
menciptakan peluang dan minat investasi
sektor transportasi dan pedagangan.
6. Strategi keenam : Peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM), serta
sosialisasi untuk meningkatkan tingkat
pemahaman masyarakat terhadap
pengembangan jaringan jalan dan
pembangunan jalan-jalan kolektor
7.Strategi ketujuh : Minimalisasi
penggunaan kepentingan tata ruang
melalui penataan kembali tata ruang
wilayah, baik lahan masyarakat (yasan)
atau pemerintah yang ada ditingkat
distrik/kecamatan
B. Saran
Dengan memperhatikan hasil dari
pembahasan diatas, kesimpulan dan
rekomendasi dapat diberikan saran sebagai
berikut :
1. Adapun hasil penelitian ini masih
memiliki keterbatasan karena penggunaan
variabel yang terbatas, sehingga hasil yang
diperoleh masih bersifat gambaran umum
kondisi aksesibilitas tiap sektor dan
wilayah. Oleh karena itu diperlukan
penelitian lanjutan untuk menghasilkan
gambaran kondisi aksesibilitas transportasi
yang lebih mendetail dan penambahan
pada sektor-sektor lainya (industri,
perikanan, pertanian) .
2. Perlu dikembangkan penelitian lebih
lanjut yang dapat memberikan gambaran
lengkap tentang kinerja jalan, serta
pengembangan jaringan jalan di Kota
Sorong yang diterapkan/direncanakan
pembangunannya di Distrik Sorong Timur
dan Sorong Barat
3. Untuk Pemerintah Kota Sorong dalam
upaya peningkatan minat investasi sektor
transportasi dapat dilaksanakan dalam dua
pola yang dilakukan secara bertahap, yaitu
melalui investasi langsung pada sektor
transportasi atau b) investasi dalam bentuk
atau sektor lain tetapi dapat menunjang
pengembangan sektor transportasi.
4. Pemerintah Kota Sorong Papua Barat
dengan pihak-pihak terkait pembangunan
jalan ini seharusnya sinergis/terkoordinasi
dalam penggunaan lahan untuk
kepentingan umum dan pengembangan
jaringan jalan yang mengharuskan
menggunakan tanah-tanah adat agar tidak
adanya kesalah pemahaman masyarakat.
5. Pada penggunakan metode IRAP sangat
bermanfaat untuk mengetahui / memetakan
tingkat aksesibilitas suatu wilayah pada
segala tingkatan pemerintahan (Desa,
Kecamatan, Kabupaten maupun tingkat
Provinsi) yang masih dapat dikategorikan
dalam wilayah perdesaan (rural), melalui
pemanfaatan data primer serta indikator
aksesibilitas yang dihasilkan dari hasil
perhitungan kondisi riel dilapangan yang
mengindikasikan tingkat kesulitan
masyarakat tertentu untuk memperoleh
akses terhadap barang dan jasa. Untuk
didapakan hasil yang maksimal
diperlukan/diperhatikan antara lain
kelengkapan data, jumlah variabel/sektor,
ketelitian dalam penilaian dan penentuan
indikator aksesibilitas, serta penentuan
responden, kapasitas dan tingkat
pemahaman responden terhadap
permasalahan yang dihadapi pada distrik
nya masing-masing.
11
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, S.A. 2010. Perencanaan
Infrastruktur Transportasi Wilayah.
Edisi pertama. J urusan Teknik
Perkapalan, Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Akyuwen, R and Ekawati, N. 2004. IRAP
Approach and Pro-Poor Rural
Infrastructure Planning : The Case Of
Indonesia. ASIST Asia Pacific
Mainstreaming Proverty Reduction
Strategies, Integrated Rural
Accessibility Planning (IRAP) Fourth
Expert GroupMeeting, ILO, Cambodia.
Report. Annex 6
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
2010. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Sorong tahun 2010-2030.
Biro Pusat Statistik Kota Sorong.
Setiawan, I. 2004. Analisis Akses Desa-
Desa Di Kabupaten Bandung Terhadap
Sumber-Sumber Produktif (Suatu
Analisis dengan Pendekatan Intergrated
Rural Accessibilty Planning)
Oktaviana, M.G. 2011. Development
Strategy For Rural Transportation
Using IRAP and SWOT Analysis Case
Study Of West Papua Province
Rangkuti, F. 2009. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis untuk
Menghadapi Abad 21). Edisi
kesembilan. PT. Gramedia Pustaka
Utama. J akarta.
Reap, S., 2000. Integrated Rural
Accessibility Planning (IRAP) in
Cambodia. ASIST Asia Pacific
Mainstreaming Proverty Reduction
Strategies, Integrated Rural
Accessibility Planning (IRAP) Third
Expert Group Meeting, International
Labour Organization, Bangkok. Report.
p.202-226.
http://www.ilo.org/public/english/empl
oyment/recon/eiip/download/ratp/ratp0
9.pdf .2003.
Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan
Pemodelan Transportasi. Edisi kedua.
Penerbit ITB. Bandung
Wibowo, H dan Azwansyah, H. 2009.
Penggunaan Metode IRAP Dalam
Penentuan Prioritas Program
Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
(Studi Kasus Desa Kalimas Kecamatan
Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya),
Universitas Lampung, Jurnal Rekayasa
Vo.13 No.3 Desember 2009
http://ftsipil.unila.ac.id/ejournals/index.
php/jrekayasa/article/view/22

Anda mungkin juga menyukai