Berbatasan
dengan
Kecamatan
Sukaraja
dan
Darmaga
dan
Kecamatan
Kecamatan
Cijeruk
dan
II 1
Gambar 2.1
Wilayah Administrasi Kota Bogor
II 2
II 3
No
1
2
3
4
5
6
Sebar
an (%)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Ha)
Kategori
Kepadatan
Bogor Selatan
180
270
19
59
Rendah
Bogor Timur
94
722
10
93
Rendah
Bogor Utara
166
943
17
94
Rendah
Bogor Tengah
112
425
11
138
Rendah
Bogor Barat
205
997
21
63
Rendah
Tanah Sareal
185
847
19
99
Rendah
Kota Bogor
946
204
100
80
Kecamatan
Jumlah
Penduduk
Kategori Kepadatan : Tinggi : > 300 people/Ha, Sedang : 150 300 people/Ha, Rendah :
< 150 people/Ha
Tabel 2.2
Proyeksi Penduduk Kota Bogor hingga 2028
No Kecamatan
1
2
Bogor
Selatan
2018
2023
2028
II 4
Bogor Barat
231.186 262725
298567
339298
280103
328296
Jumlah
Sumber : RPJP Kota Bogor 2005-2025 pada RTRW Kota Bogor 20112031
Gambar 2.2
Peta Kepadatan Penduduk Kota Bogor Tahun 2008
II 5
II 6
Wilayah Cakupan
Bogor Tengah
Sebagian Bogor
Selatan
Sebagian Bogor Timur
Sebagaian Bogor Barat
Sebagian Besar Bogor
Barat
Tanah Sareal
D
E
TImur, Curugmekar,
Semplak, Curug
Sebagian besar Bogor
Utara
Bogor Selatan
Bogor Timur
Sebagian Bogor Utara
Utara
Bogor Selatan
Bogor Timur
Katulampa, Tanah baru
Pendudu
k 2028
296,180
216,065
427,718
382,509
353,554
II 7
yaitu
Sungai
Cipakancilan,
Cibalok,
resapan
di
perumahan,
pembangunan
kolam
perlindungan/
pelestarian
sumber
air
baku
II 8
untuk
dalam
pengelolaan
sumber
air
minum
II 9
II 10
Pembangunan
septictank
komunal
pada
kawasan
Pencegahan
pemanfaatan
sungai
untuk
pembuangan
Optimalisasi
sebagaimana
dan
pemeliharaan
diatur
dalam
fungsi
TPPAS
ketentuan
Galuga
peraturan
perundang-undangan;
II 11
lingkungan
Reuse,
b. Pola Ruang
Pola ruang yang terkait dengan sanitasi adalah
pengembangan kawasan budidaya, yang diantaranya kawasan
perumahan, perdagangan dan jasa serta industri, seperti pada
Gambar 2.4 berikut.
1. Rencana
sektor
perumahan
diarahkan
pada
penataan,
II 12
Penataan
dikembangkan
dengan
merevitalisasi,
yang
memenuhi
standar
teknis
pengembangan.
Perumahan kepadatan rendah diarahkan pada wilayah
Sareal.
Penataan dan peremajaan kawasan perumahan padat tidak
Gambar 2.4
Rencana Pola Ruang Kota Bogor
II 13
II 14
dan
jasa
Rencana Jalan R3
Kawasan pusat perkantoran, perdagangan jasa sekunder
(skala WP) diarahkan di daerah subpusat kota / pusat WP
dan dikembangkan secara terpadu (superblok), Jalan
kolektor yang masih memiliki daya dukung transportasi/
lalu lintas
Mengarahkan
lokasi
kegiatan
perdangan
dan
jasa
II 15
Bog
K
ec
N
o.
1
Kelurahan
32 Cilendek
Barat
Air
Minum
Air
Minum
Air
Limbah
Air
Limbah
Drain
ase
Sam
pah
Samp
ah
Total Sanitasi
32 Cilendek
Barat
II 16
or Barat
K
ec
N
o.
Kelurahan
33 Cilendek
Timur
35 Curug
45 Pasir Jaya
37 Sindang
Barang
39 Situ Gede
38 Bubulak
41 Balumbang
Jaya
34 Semplak
10
31 Menteng
11
40 Marga Jaya
12
42 Pasir Mulya
13
46 Pasir Kuda
14
44 Loji
15
36 Curug Mekar
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
Air
Limbah
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
Bogor Tengah
55 Gudang
57 Babakan
Pasar
54 Tegallega
52 Sempur
50 Panaragan
48 Cibogor
56 Paledang
49 Ciwaringin
10
47 Pabaton
11
51 Kebon
Kelapa
Bo
30 Bojong Kerta
Drain
ase
Draina
se
Draina
se
Sam
pah
Samp
ah
Samp
ah
Samp
ah
Total Sanitasi
33 Cilendek
Timur
35 Curug
Induk
45 Pasir Jaya
37 Sindang
Barang
Sam
pah
Sam
pah
Samp
ah
Samp
ah
Samp
ah
Samp
ah
Samp
ah
Samp
ah
5
Air
Limbah
Air
Limbah
Air
Limbah
39 Situ Gede
38 Bubulak
41 Balumbang
Jaya
34 Semplak
40 Marga Jaya
12
46 Pasir Kuda
11
55 Gudang
Drain
ase
Drain
ase
Drain
ase
Drain
ase
Drain
ase
Air
Limbah
Air
Limbah
57 Babakan
Pasar
Samp
ah
56 Paledang
Draina
se
Draina
se
Jumlah Kelurahan
1
Air
Limbah
Air
Limbah
Air
Limbah
Drain
ase
Draina
se
Draina
se
Jumlah Kelurahan
1
Air
Limbah
0
Air
1
Sam
3
30 Bojong
II 17
gor Selatan
K
ec
N
o.
Kelurahan
19 Bondongan
16 Rangga
Mekar
21 Cikaret
29 Rancamaya
27 Genteng
28 Kertamaya
25 Harjasari
17 Pamoyanan
10
22 Lawang
Gintung
11
24 Muarasari
12
15 Batutulis
13
18 Mulyaharja
Bogor Timur
Bogor Utara
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
11 Tajur
13 Sindang Sari
10 Katulampa
12 Sindang
Rasa
Jumlah Kelurahan
4 Kedung
1
Halang
4
6 Ciparigi
5 Ciluar
1 Cibuluh
3 Cimahpar
2 Tanah Baru
7 Tegal Gundil
Jumlah Kelurahan
1
61 Kedung Jaya
Air
Limbah
Drain
ase
Air
Limbah
Drain
ase
Drain
ase
Drain
ase
Draina
se
Draina
se
Air
Limbah
Air
Limbah
Draina
se
Air
Limbah
Sam
pah
pah
Air
Limbah
5
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
4
Air
Limbah
Air
Limbah
Air
Limbah
Air
Limbah
4
Samp
ah
Samp
ah
Sam
pah
Sam
pah
Sam
pah
Sam
pah
Sam
pah
Samp
ah
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
Air
Minum
6
Draina
se
1
Drain
ase
Air
Limbah
Draina
se
Drain
ase
Drain
ase
Draina
se
Total Sanitasi
Kerta
19 Bondongan
Draina
se
Draina
se
23 Pakuan
Jumlah Kelurahan
Ta
Air
Minum
Minum
21 Cikaret
29
Rancamaya
27 Genteng
28 Kertamaya
25 Harjasari
17 Pamoyanan
24 Muarasari
18 Mulyaharja
Samp
ah
10
Samp
ah
Samp
ah
Sam
pah
Samp
ah
4
Samp
ah
Samp
ah
Samp
ah
Samp
ah
Samp
ah
23 Pakuan
10
11 Tajur
13 Sindang
Sari
10 Katulampa
3
4 Kedung
Halang
6 Ciparigi
5 Ciluar
1 Cibuluh
3 Cimahpar
Drain
II 18
nah Sareal
K
ec
N
o.
Kelurahan
59 Kebon Pedes
62 Kedung
Waringin
65 Kencana
66 Mekarwangi
63 Kayumanis
67 Sukadamai
58 Tanah Sareal
68 Sukaresmi
11
60 Kedung
Badak
12
64 Cibadak
Jumlah Kelurahan
Total
51
Air
Minum
Air
Limbah
Drain
ase
ase
Drain
ase
Drain
ase
Air
Minum
Draina
se
Air
Minum
Draina
se
Draina
se
Draina
se
Draina
se
Sam
pah
Sam
pah
Sam
pah
Sam
pah
Samp
ah
Samp
ah
Total Sanitasi
65 Kencana
66 Mekarwangi
67 Sukadamai
68 Sukaresmi
Samp
ah
2
27
20
39
38
37
Keterangan :
Sumber : Analisis Hasil Survai EHRA Kota Bogor 2010
Kelurahan bertulis tebal berarti resiko sangat tinggi, tidak tebal berarti resiko
tinggi
II 19
II 20
Prosentas
e
0,4
69,2
0,5
0,0
20,9
0,2
0,1
0,4
0,1
2,3
0,0
0,7
II 21
3,3
0,0
1,5
0,5
0
100,0
Cakupa
Satua
1,4
terlayani
2011
Jumlah tangki septik
Cakupan KK memiliki tangki
113.768
58,28
unit
%
septic
Jumlah tangki septik
1.204
unit
terlayani
Cakupan tangki septic
1,06
terlayani
Air Limbah Skala Komunitas/Kawasan/Kota
2015
Cakupan
0,42
%
II 22
Indikator
Cakupa
Satua
2011
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Terlayani
976.530
2.150
Jiwa
Jiwa
IPAL
Cakupan
0,22
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
2007
2008
2009
2010
:
:
:
:
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Tajur
Gunung Batu
Pasirmulya
Gunungbatu, Bubulak,
II 23
Penyebab :
1. Masyarakat masih banyak yang belum memiliki jamban dan
tangki septik pribadi
2. Tangki septic yang dimiliki belum memenuhi standar baik dari
segi konstruksi maupun pemeliharaan (frekuensi penyedotan)
3. Pembangunan jamban dan tangki septic komunal dan
beberapa tidak dikelola secara berkelanjutan
4. Tingkat ekonomi masyarakat masih rendah
5. Masyarakat belum mampu dan paham tentang prasarana air
limbah yang memenuhi standar
6. Pengembang perumahan belum berminat untuk menerapkan
tangki septic
7. Lahan untuk untuk sarana air limbah individual dan komunal
terbatas
8. Pengawasan terhadap pembangunan perumahan dan
masyarakat terbatas
9. Kemampuan pendanaan pemerintah daerah untuk air limbah
terbatas
10. Belum ada rencana detil prasarana pengolahan air limbah
komunal
11. Penyiapan kelembagaan pengelola MCK dan pengolahan air
limbah rendah
12. Sambungan IPAL Tegalgundil masih belum mencapai
sambungan rumah rencana
13. IPAL Tegalgundil tidak terperlihara dengan baik
14. Kelembagaan PAL masih terbatas
15. Masyarakat belum minat dan paham untuk menyambung
Sambungan Rumah ke IPAL Tegalgundil
16. Usaha penyedotan tinja oleh swasta kurang terpantau
17. Perencanaan air limbah system offsite belum dapat
terlaksana
Gambar
Kerangka Persoalan Air Limbah
II 24
Akibat :
1. Masyarakat membuang air limbah dari jamban langsung ke
badan air atau tanah
2. Tangki septik banyak mengalami kebocoran
3. Masyarakat masih BABS di tempat terbuka
4. Usaha penyedotan tinja membuang hasil sedotan tidak ke
IPAL
5. Terjadi pencemaran air dan tanah.
II 25
6. Menimbulkan penyakit
2. Kondisi Sub-Sektor Persampahan
Dari studi EHRA telah menunjukkan beberapa kelurahan
beresiko tinggi dalam persampahan yakni sebanyak 38
kelurahan, artinya seperti drainase bahwa persoalan
persampahan merupakan persoalan yang banyak dimiliki oleh
sebagian besar kelurahan di Kota Bogor. Kecamatan terbanyak
memiliki kelurahan beresiko tinggi persampahan adalah
Kecamatan Bogor Barat (12 kelurahan). Namun diantara 38
kelurahan beresiko tinggi, kelurahan yang beresiko sangat tinggi
adalah Kelurahan Situgede, Bubulak, Bojongkerta, Rancamaya,
Genteng, Kertamaya, Harjasari, Pamoyanan, Katulampa,
Kencana, Mekarwangi, Kayumanis.
Dari hasil analisis data sekunder dalam Buku Putih Sanitasi
Kota Bogor Tahun 2010 yang merupakan hasil kompilasi dari
berbagai laporan, kajian dan dokumen perencanaan terkait
persampahan dimana cakupan pelayanan persampahan di Kota
Bogor mencapai 69,05% di tahun 2008. Cakupan pelayanan
persampahan tersebut berdasarkan analisa jumlah volume
sampah terangkut dari berbagai sumber timbulan sampah,
dimana berdasarkan proposi sumber timbulan sampah rumah
tangga sebesar 70% dari total atau dapat dimaknai bahwa
cakupan pelayanan pengangkutan sampah rumah tangga baru
mencapai 45%. hal ini juga diperkuat dengan hasil studi EHRA
Kota Bogor Tahun 2010 yang menunjukkan cakupan pelayanan
persampahan rumah tangga di Kota Bogor baru mencapai 50,6%.
Berdasarkan hasil anaisis survey studi EHRA tersebut
terlihat masih cukup banyak yang belum terlayani dengan baik
II 26
Prosenta
se
31,7
11,3
1,1
8,6
0,6
0,3
5,5
0,1
7,6
3,5
16,3
0,6
1,0
6,1
0,0
4,7
0,1
0,8
0
100,0
II 27
Gambar 2.9
Zona Area Beresiko Sanitasi Sub-Sektor Persampahan
II 28
II 29
Indikator
Cakupan
Satua
n
20
2.434
2,47
m3
%
70,4
Open
Kapasitas TPA
Volume sampah diolah di
dumping
2.230
45
m3/hari
m3/hari
TPA
Volume sampah tertangani
2.230
m3/hari
di TPA
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor 2011
2.
3.
4.
II 30
6.
7.
II 31
Akibat :
1.
2.
II 32
II 33
Cakupa
Satua
n
n
Sistem Jaringan Drainase Skala Kawasan
dan Skala Kota
2015
Panjang saluran
Jumlah pompa
Jumlah polder
2011
Panjang saluran
Jumlah pompa
Jumlah polder
Luas Genangan
2015
Pengurangan genangan
2011
Luas Daerah genangan
Pengurangan genangan
372,5
0
0
Km
Unit
Unit
277,75
0
0
Km
Unit
Unit
100
47,5
9,24
ha
%
Sumber : Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air Kota Bogor 2011
II 34
makro
4.
Perubahan
fungsi
saluran
irigasi
drainase
menjadi
saluran
drainase
5.
Sistem drainase yang ada masih digabung atau dalam
satu saluran antara air hujan dan air buangan limbah cair
rumah tangga (Mix Drain)
6.
Drainase lingkungan yang tidak mengalir dengan baik
7.
(banyak tersumbat)
Kurangnya pengetahuan dan
8.
kesadaran masyarakat
drainase.
Gambar
Kerangka Persoalan Drainase Lingkungan
II 35
Penyebab persoalan :
1. Masih
terbatasnya
prasarana
drainase
mikro
dan
tidak
kawasan
pertanian
menjadi
non
pertanian
(bangunan)
5. penyimpangan perilaku pengelolaan sampah dan limbah serta
penggunaan lahan yang keliru diperkotaan
6. Harga nilai lahan yang tinggi
7. Masih banyak masyarakat yang membuang limbah cair rumah
tangga dan sampah ke saluran darinase
II 36
II 37
Prosentase
42,5 %
0,8 %
0,1 %
0,3 %
9,8 %
14,0 %
2,1 %
18,9 %
2,4 %
1,0 %
6,7 %
0
1,2 %
0
0,1 %
100 %
II 38
Cakupa
Satua
%
Lt/detik
Unit
%
Lt/detik
Unit
%
Lt/detik
%
Lt/detik
Sumber : PDAM Tirta Pakuan dan Dinas Wasbangkim Kota Bogor, 2011
II 39
di
Kelurahan
Cilendek
Barat,
Sindang
Barang,
II 40
Penyebab :
1. Pertumbuhan jumlah penduduk tinggi
2. Perubahan penggunaan lahan
3. Masyarakat miskin tidak mampu mendapatkan pelayan air
perpipaan PDAM
4. Tingkat kebocoran pipa PDAM tinggi (32,8%)
5. Sambungan PDAM belum mencapai seluruh masyarakat
6. Kondisi perpipaan dan meter air pelanggan kualitasnya sudah
menurun (sebagian sudah tua)
7. Kemampuan pembiayaan PDAM rendah untuk meningkatkan
kapasitas pelayanan
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
II 41
2.1.5.
II 42
Tahun 2008
Tahun 2009
5.765 kasus
4.469 kasus
1.661 kasus
1.957 kasus
4.364 kasus
3.305 kasus
6.421 kasus
3.525 kasus
8.372 kasus
2.598 kasus
7.084 kasus
4.162 kasus
33.667 kasus
20.016 kasus
Kota Bogor Tahun 2009
Persoalan PHBS :
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat rendah
dan sulitnya merubah perilaku
2. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung PHBS
3. Kurangnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap PHBS
4. Kurangnya daya kreativitas kader dalam pengembangan
kegiatan di masyarakat
5. Terintegrasinya program PHBS dengan misi pembangunan
kota,
6. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai dari
segi jumlah
7. Lemahnya kepedulian masyarakat dan pengambil kebijakan
terhadap program-program yang bersifat bersifat preventif
dan promotif (pencegahan dan promosi)
Penyebab persoalan :
1. Sikap turun temurun dan membudaya
2. Kebiasaan tidak mencuci tangan pada saat berhubungan
dengan makanan
3. Tidak menutup makanan dengan tudung saji
II 43
kesadaran
masyarakat
dalam
pemeliharaan
lingkungan hidup
6. Kecukupan dan ketersediaan SDM menjamin pelaksanaan
kegiatan secara rutin dan terus menerus
7. Masyarakat cenderung lebih peduli pada
hal-hal
yang
II 44
II 45
off site,
yakni saluran
pemeliharaan
umumnya
secara
keseluruhan
tugas
pemeliharaan
dibagi
antara
operator
II 46
kotoran
segar.
Di
daerah
di
mana
orang
II 47
II 48
1.5: Low Cost Septic Tank with Anaerobic Upflow Filter dan
pelepasan efluen ke saluran drainase;
2: Septic Tank dengan sumur resapan (ST);
2.1: Septic
Tank
ditinggikan (STei)
2.2: Septic Tank dengan Anaerobic Upflow Filter (Biotank) dan
pelepasan efluen ke saluran drainase (ST/AUF).
Tabel
Jenis Teknologi On Site
High
income Medium income [Rp 1.1 Low income [< Rp 1.1
Rp 3 mln./month] KS
[> Rp 3
mln/month] PRAKS2+KS1
2+KS3
Density /
Income
Unfavourable soil
(high gwt / close to
rivers)
TWIN
LEACHING
PITS [1.1] /
reuse of
septage
MCK [3] /
ANAEROBIC BAFFLE
REACTOR AND
ANAEROBIC FILTER /
EFFLUENT TO
DRAINS
Favourable
soil
Unfavourable soil
(high gwt / close to
rivers)
LOW COST
SEPTIC
TANK [1]
IMPROVED
(RAISED/COLLAR)
LOW COST SEPTIC
TANK [1.2]
Favourable
soil
Unfavourable soil
(high gwt / close to
rivers)
II 49
mln./month] KS3
SEPTIC
TANK WITH
EFFLUENT
INFILTRATIO
N PIT [2] /
reuse
effluent
SEPTIC TANK
WITH (RAISED)
EFFLUENT
INFILTRATION
FIELD [2.1]/ reuse
effluent
SEPTIC TANK
WITH
EFFLUENT
INFILTRATION
PIT [2] / reuse
effluent
SEPTIC
TANK /
ANAEROBIC
UPFLOW
FILTER [2.2]
('BIO TANK')
/ DRAIN
(Rp
1,1-3.000.000/bulan
atau
KS2/KS3)
dan
II 50
Density /
Income
II 51
5.
Meningkatnya
pemeliharaan
kapasitas
septic
tank
kelembagaan
Sasaran :
1.
2.
3.
rumah
pada
II 52
4.
5.
Tercapainya
sambungan
rumah
rencana
6.
7.
8.
2. Subsektor Persampahan
Pengolahan sampah di Kota Bogor, berdasarkan Masterplan
Persampahan Kota Bogor 2008 menggunakan kombinasi antara
system reduksi dengan pengangkutan ke TPA untuk mengelola
timbulan sampah. Hal ini terkait dengan pencanangan
penanganan sampah dengan pendekatan zero waste melalui
pengelolaan sampah terpadu merupakan konsep yang sangat
ideal, namun keberhasilannya memerlukan dukungan dan
keterlibatan dari seluruh stakeholder. Paling tidak apabila
pengelolaan sampah terpadu ini dapat berjalan meski tidak
100% sampah berhasil didaur ulang, residu atau sisa sampah
yang harus dibuang dapat ditekan jumlahnya.
Sistem reduksi dimaksudkan untuk mengurangi pengangkutan,
khususnya pengangkutan ke TPA, secara garis besar terdiri atas :
1.
Reduksi
di
sumber,
yakni
pengurangan
dilakukan
dengan
pemilahan
sampah
antara
II 53
Syaratnya
adalah
wilayah
yang
masyarakatnya
mau
Reduksi
di
TPS
akan
mengurangi
beban
tingkat
TPA,
dilakukan
dengan
pemilahan
sampah,
II 54
II 55
Meningkatnya
Meningkatnya
Meningkatnya
Meningkatnya
miskin
5. Terbangunnya TPPAS Kayu Manis
II 56
6. Terdukungnya
pengelolaan
sampah
secara
regional
Sasaran :
1.
2.
pengelolaan persampahan
Pembangunan TPPAS Kayu Manis
Tersedianya sarana prasarana mendukung
terealisasinya
Regional Nambo
9. Terlaksananya rehabilitasi TPA Galuga pasca beroperasinya
TPA Nambo
10. Tersedianya regulasi tentang persampahan
3. Subsektor Drainase Lingkungan
Berdasarkan hasil kajian Masterplan Drainase Kota Bogor tahun
2008, penanganan drainase dilakukan dengan membagi 15 zona
drainase, yang masing-masing mempunyai sub zona, serta arah
penanganannya. Zona ini ditetapkan berdasarkan dipandang dari
sudut topografi, saluran atau sungai pembatas yang ada, dan
II 57
II 58
Gambar
Peta Zona Drainase
II 59
Meningkatnya
pemeliharaan
saluran
drainase
2.
3.
Meningkatnya
drainase
lingkungan
yang
pengawasan
kelembagaan
dan
pemerintah
Sasaran :
1. Meningkatnya prosentase panjang saluran drainase yang
berkualitas baik
2. Meningkatnya wilayah dengan SPAH tidak bercampur dengan
air limbah domestik
3. Menurunnya jumlah wilayah area genangan.
4. Tersedianya regulasi drainase lingkungan
5. Meningkatnya kualitas SDM dan peralatan
pengelolaan
drainase lingkungan
4. Subsektor Air Bersih/Minum
Hasil kajian Masterplan SPAM Kota Bogor Tahun 2008, bahwa
penanganan air minum di Kota Bogor terbagi atas 6 zona
II 60
II 61
Bojongkerta
Kecamatan Bogor
Kecamatan Bogor
Kecamatan Bogor
Kecamatan Bogor
perpipaan
Tertekannya tingkat kebocoran distribusi air minum perpipaan
Meningkatnya kuantitas dan kualitas pengelolaan air baku
Terselenggaranya penegakan aturan pemanfaatan air tanah
Meningkatnya pengelolaan sarana air bersih non perpipaan
II 62
Sasaran :
1. Meningkatnya sambungan rumah air minum perpipaan PDAM
Tirta Pakuan
2. Meningkatnya jumlah masyarakat mengakses sambungan air
minum non perpipaan pada daerah yang tidak terjangkau
perpipaan
3. Meningkatnya kualitas perpipaan dan meter air PDAM Tirta
Pakuan
4. Meningkatnya jumlah sumber mata air berkualitas yang berada
di wilayah Kota Bogor
5. Meningkatnya produksi air minum dari semua instalasi WTP yang
ada
6. Meningkatnya penegakan hukum bagi pelanggaran pemanfaatan
air tanah
7. Meningkatkan control dan pemantauan terhadap kualitas air
sumur sebagai sumber air minum non perpipaan bagi
masyarakat
8. Terbentuknya kelompok masyarakat pengelola air minum non
perpipaan di setiap kelurahan
5. Aspek PHBS
Tujuan :
1. Meningkatnya upaya penyadaran Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat secara terus menerus di sektor sanitasi.
2. Meningkatnya keterlibatan seluruh stakeholder (pemangku
kepentingan) dalam mengefektifkan Pola Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat.
Sasaran :
1. Meningkatnya proporsi pemberi informasi (komunikan)
tentang Perilaku Hidup Bersih dan sehat dari kalangan
SKPD dan kader kesehatan lingkungan
2. Meningkatnya kapasitas SKPD terkait tentang higiene
sanitasi
II 63
(organisasi
kelurahan
beresiko
tinggi-sangat
tinggi
dalam
penyadaran higiene
5. Termanfaatkannya media pilihan masyarakat (media lokal)
di lokasi prioritas dalam penyadaran berperilaku hidup
bersih dan sehat.
IPAL
Bantarjati
agar
mendukung
pengembangan
insentif
dan
penghargaan
terhadap
kepada
masyarakat
dalam
II 64
7. Memberikan
insentif
tariff
penyedotan
terhadap
b. Sub-sektor Persampahan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran sub sector
persampahan maka kebijakan umum sub sector persampahan
adalah :
1. Memprioritaskan penanganan pada kelurahan-kelurahan
beresiko sangat tinggi pada jangka menengah dan beresiko
tinggi pada jangka panjang
2. Mempercepat pembangunan TPPAST Kayu Manis sebagai
stasiun peralihan antara sebelum dibuang ke TPA Galuga
untuk saat ini dan TPA Regional Nambo untuk jangka
panjang
3. Memberikan penghargaan kepada masyarakat dan swasta
(termasuk
berkontribusi
pengembang
dalam
perumahan)
pengolahan
sampah
yang
sejak
turut
dari
sumbernya
4. Memprioritaskan pengembangan sampah 3R baik skala
kawasan maupun lokal
c. Sub-sektor Drainase Lingkungan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran sub sector drainase
lingkungan maka kebijakan umum sub sector persampahan
adalah :
1. Memprioritaskan penanganan pada kelurahan-kelurahan
beresiko sangat tinggi pada jangka menengah dan beresiko
tinggi pada jangka panjang
II 65
baik
bersifat
II 66
mencapai rasio 20% terhadap total APBD atau dengan kata lain
APBD Kota Bogor masih sangat bergantung terhadap dana
anggaran dari Pemerintah Pusat, Propinsi dan lainnya yang bukan
penerimaan pendapatan asli daerah. Untuk itu maka untuk dapat
membiayai kegiatan pembangunan di Kota Bogor ke-depan perlu
diarahkan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah
(PAD).Akan tetapi meskipun demikian dalam kebijakan fiskal
Pemerintah Kota Bogor tersebut juga perlu dicermati agar
peningkatan PAD tersebut tidak menyebabkan kendala/hambatan
yang dapat memperlambat pertumbuhan investasi dan
pertumbuhan ekonomi. Untuk itu dalam jangka pendek
peningkatan PAD diarahkan lebih kepada optimalisasi pungutan
pajak dan retribusi serta efisiensi biaya pemungutan dan
penggalian potensi PAD baru yang dimungkinkan.
b. Biaya Operasional dan Pemeliharaan Infrastruktur
Sanitasi
Biaya operasional dan pemeliharaan infrastruktur sanitasi
diarahkan sebagai tariff ataupun retribusi kepada masyarakat
dengan memperhatikan aspek kemampuan atau keterjangkauan
masyarakat itu sendiri. Namun untuk sistim pengelolaan sanitasi
yang langsung dikelola oleh masyarakat itu sendiri pembiayaan
operasional dan pemeliharaan disusun dan ditentukan oleh
masyarakat tersebut dengan pembinaan dan pengawasan
pemerintah. Sehingga terkait dengan hal tersebut sistim ataupun
teknologi infrastruktur sanitasi yang dikembangkan harus
merupakan sistim yang memiliki manfaat finansial serta berbiaya
rendah.
II 67
pengelolaan
sanitasi
per-sektor
meliputi
Kelurahan
dalam
pembangunan,
pemantauan,
karir
dan
mempertimbangkan
latar
belakang
akademik,
bagian
dari
unsur
pembinaan
dan
program
pendidikan
pembinaan
II 68
II 69
2.4.1.
Sasaran Umum
i
Sasaran
Indikator
Eksisti
2015
2020
2025
2030
ng
2010
Meningkatn
Persentase
ya
penduduk
aksesibilitas
mengakses
penduduk
air bersih
terhadap air
perpipaan
Persentase
bersih
perpipaan
dan non
perpipaan
penduduk
mengakses
air bersih
non
II 70
Kondis
No
.
i
Sasaran
Indikator
Eksisti
2015
2020
2025
2030
ng
2010
Berkurangn
perpipaan
Jumlah
ya
kelurahan
kelurahan
beresiko
beresiko
sangat
sangat
tinggi air
tinggi air
minum
minum
Berkurangn
Jumlah
ya
kelurahan
kelurahan
beresiko
beresiko
tinggi air
tinggi air
minum
minum
Meningkatn
Persentase
ya
penduduk
aksesibilitas
pengguna
penduduk
sarana
terhadap
prasarana
sarana
air limbah
19
prasarana
5
air limbah
Berkurangn
Jumlah
ya
kelurahan
kelurahan
beresiko
beresiko
sangat
sangat
tinggi air
tinggi air
limbah
limbah
II 71
Kondis
No
.
i
Sasaran
Indikator
Eksisti
2015
2020
2025
2030
ng
Berkurangn
Jumlah
ya
kelurahan
kelurahan
beresiko
beresiko
tinggi air
tinggi air
limbah
limbah
Meningkatn
Panjang
ya panjang
drainase
drainase
yang
yang
berfungsi
berfungsi
baik
2010
16
baik
8
10
Berkurangn
Jumlah
ya
kelurahan
kelurahan
beresiko
beresiko
sangat
sangat
tinggi
tinggi
drainase
drainase
Berkurangn
Jumlah
ya
kelurahan
kelurahan
beresiko
beresiko
tinggi
tinggi
drainase
drainase
Meningkatn
Persentase
ya wilayah
penduduk
pelayanan
yang
15
24
II 72
Kondis
No
.
i
Sasaran
Indikator
Eksisti
2015
2020
2025
2030
ng
2010
persampah
dilayani
an
system
persampah
11
12
13
14
Berkurangn
an
Jumlah
ya
kelurahan
kelurahan
beresiko
beresiko
sangat
sangat
tinggi
tinggi
persampah
persampah
an
an
Berkurangn
Jumlah
ya
kelurahan
kelurahan
beresiko
beresiko
tinggi
tinggi
persampah
persampah
an
an
Berkurangn
Persentase
ya
jumlah
masyarakat
penduduk
yang BABS
Berkurangn
yang BABS
Persentase
ya
jumlah
masyarakat
penduduk
yang
yang
membuang/
membuang/
membakar
membakar
12
26
II 73
Kondis
No
.
i
Sasaran
Indikator
Eksisti
2015
2020
2025
2030
ng
2010
sampah
sampah
sembarang
sembarang
an
2.4.2.
II 74
4.
Air Limbah
2015
2020
2025
2030
Seluruh
Kelurah
an
Seluruh
Kelurah
an
Seluruh
Kelurah
an
Seluruh
Kelurah
an
Kelurah
an
Beresiko
tinggi
Kelurah
an
Beresiko
tinggi
Kelurah
an
Beresik
o tinggi
Kayu
Manis
Ciluar
Ciluar
Seluruh
Kelurah
an
Seluruh
Kelurah
an
Kelurah
an
Lokasi
Kelurah
an
Lokasi
Kelurah
an
Beresiko
Sangat
tinggi
Kapasit
as
Rencan
a
Seluruh
Kelurah
an
Kapasit
as
Rencan
a
Embryo
Paledan
g
Kayu
Manis
Seluruh
Kelurah
an
Kelurah
an
Lokasi
Kelurah
an
Lokasi
Embryo
Paledan
g
Tabel
Pentahapan Pencapaian Sasaran Tujuan
Sasaran
1.
Data
dasar
2010
2015
2020
2025
2030
Meningkatnya
II 75
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
kepemilikan jamban
keluarga
Meningkatnya kepemilikan
septic tank keluarga yang
sesuai dengan NSPM
Meningkatnya sambungan
rumah pada tangki septic
komunal sesuai dengan
NSPM
Tercapainya sambungan
rumah rencana (600 SR)
IPAL Tegalgundil
Meningkatnya sambungan
rumah pada IPAL system
off site
Meningkatnya frekuensi
penyedotan tinja
Meningkatnya jumlah
kelompok masyarakat
pengelola air limbah
domestic yang aktif
Tersedianya regulasi
tentang air limbah
domestik
5.
Persampahan
2015
Kelurah
an
Beresiko
Sangat
tinggi
Seluruh
Kelurah
an
Kelurah
an
2020
2025
2030
Kelurah
an
Beresiko
tinggi
Kelurah
an
Beresiko
tinggi
Kelurah
an
Beresik
o tinggi
Seluruh
Kelurah
an
Kelurah
an
Seluruh
Kelurah
an
Kelurah
an
Seluruh
Kelurah
an
Kelurah
an
II 76
4. Meningkatnya pengelolaan
sampah di kawasan padat
kumuh miskin
5. Terbangunnya TPPAS Kayu
Manis
6. Terdukungnya pengelolaan
sampah secara regional
(Mendukung TPST Regional
Nambo).
7. Rehabilitasi TPA Galuga pasca
operasi TPA Regional Nambo
8. Meningkatnya kualitas
peraturan perundangan dan
penegakan hukum di sektor
persampahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurah
an
Beresiko
Sangat
tinggi
Konstru
ksi
Beresiko
tinggi
Beresiko
tinggi
Beresik
o tinggi
Kelurah
an
Beresiko
tinggi
Kelurah
an
Beresiko
tinggi
Kelurah
an
Beresik
o tinggi
Operasi
Operasi
Operasi
Tabel
Pentahapan Pencapaian Sasaran Tujuan
Sasaran
Data
dasar
2010
2015
2020
2025
2030
Geroba
k
sampa
h per
RW
II 77
persampahan
6. Pembangunan TPPAS Kayu
Manis
7. Tersedianya sarana
prasarana mendukung
terealisasinya Tempat
Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST) Regional
Nambo
8. Terlaksananya rehabilitasi
TPA Galuga pasca
beroperasinya TPA Nambo
9. Tersedianya regulasi
tentang persampahan
6.
Drainase
2015
Seluruh
Keluraha
n
Keluraha
n
beresiko
sangat
tinggi
Keluraha
n
beresiko
sangat
tinggi
Seluruh
Keluraha
n
Peningka
tan SDM
2020
Seluruh
Keluraha
n
Keluraha
n
beresiko
sangat
tinggi
Keluraha
n
beresiko
sangat
tinggi
Seluruh
Keluraha
n
Peningka
tan SDM
2025
Seluruh
Keluraha
n
2030
Seluruh
Keluraha
n
Keluraha
n
beresiko
tinggi
Keluraha
n
beresiko
tinggi
Keluraha
n
beresiko
tinggi
Keluraha
n
beresiko
tinggi
Seluruh
Keluraha
n
Peningka
tan SDM
Seluruh
Keluraha
n
Peningka
tan SDM
II 78
dan
Peralatan
dan
Peralatan
dan
Peralatan
dan
Peralatan
Tabel
Pentahapan Pencapaian Sasaran Tujuan
Sasaran
Data
dasar
2010
2015
2020
2025
2030
1. Meningkatnya prosentase
panjang saluran drainase
yang berkualitas baik
2. Meningkatnya wilayah
dengan SPAH tidak
bercampur dengan air
limbah domestik
3. Menurunnya jumlah
wilayah area genangan.
4. Tersedianya regulasi
drainase lingkungan
5. Meningkatnya kualitas
SDM dan peralatan
pengelolaan drainase
lingkungan
7.
Air Bersih
2015
2020
2025
Alternatif
sumber
Alternatif
sumber
Alternatif
sumber
Wilayah
beresiko
sangat
tinggi
yang
tidak
Wilayah
beresiko
sangat
tinggi
yang
tidak
Wilayah
beresiko
tinggi
yang
tidak
terjangka
2030
Alternati
f
sumber
Wilayah
beresiko
tinggi
yang
tidak
terjangk
II 79
terjangka
u PDAM
terjangka
u PDAM
u PDAM
au
PDAM
3. Tertekannya tingkat
kebocoran distribusi air
minum perpipaan
4. Meningkatnya kuantitas
dan kualitas pengelolaan
air baku
5. Terselenggaranya
penegakan aturan
pemanfaatan air tanah
6. Meningkatnya
pengelolaan sarana air
bersih non perpipaan
Tabel
Pentahapan Pencapaian Sasaran Tujuan
Sasaran
Data
dasar
2010
2015
2020
2025
2030
1. Meningkatnya sambungan
rumah air minum
perpipaan PDAM Tirta
Pakuan
2. Meningkatnya jumlah
masyarakat mengakses
sambungan air minum non
perpipaan pada daerah
yang tidak terjangkau
perpipaan
3. Meningkatnya kualitas
perpipaan dan meter air
PDAM Tirta Pakuan
4. Meningkatnya jumlah
sumber mata air
berkualitas yang berada di
wilayah Kota Bogor
5. Meningkatnya produksi air
minum dari semua
instalasi WTP yang ada
6. Meningkatnya penegakan
hukum bagi pelanggaran
pemanfaatan air tanah
7. Meningkatkan control dan
pemantauan terhadap
kualitas air sumur sebagai
II 80
8.
PHBS
2015
2020
2025
2030
Seluruh
Kelurah
an
Seluruh
Kelurah
an
Seluruh
Kelurah
an
Seluruh
Kelurah
an
Seluruh
Kelurah
an
Seluruh
Kelurah
an
Seluruh
Kelurah
an
Seluruh
Kelurah
an
Tabel
Pentahapan Pencapaian Sasaran Tujuan
Sasaran
Data
dasar
2010
2015
2020
2025
2030
1. Meningkatnya
proporsi
pemberi
informasi
(komunikan)
tentang
Perilaku Hidup Bersih dan
sehat dari kalangan SKPD
dan
kader
kesehatan
lingkungan
II 81
2. Meningkatnya
kapasitas
SKPD
terkait
tentang
higiene sanitasi
3. Terlatihnya
kader
kesehatan
lingkungan
sebanyak 10% dari jumlah
warga Kelurahan di setiap
Kelurahan
4. Berperannya
kelompok
masyarakat
(organisasi
masyarakat) laki- laki dan
perempuan
melalui RW
Siaga di 53 kelurahan
beresiko
tinggi-sangat
tinggi dalam penyadaran
higiene
5. Termanfaatkannya media
pilihan masyarakat (media
lokal) di lokasi prioritas
dalam
penyadaran
berperilaku hidup bersih
dan sehat.
II 82