Sumatera Lampung
Lambang
Semboyan: Bandar Lampung Ragom Gawi
Koordinat: 5°25′46,6″LU 105°15′45,26″BT
Negara Indonesia
Koordinat 5°25′46.6″ LS
105°15′45.26″ BT
Pemerintahan
• Total 197,22 km2 (7,615 sq mi)
Penduduk (2017)[2]
• Kepadatan 5.151/km2 (13,340/sq mi)
Demografi
• Agama Islam 89.61%
Kristen Protestan 3.71%
Buddha 3.61%
Katolik 2.12%
Hindu 0.91%
Kong Hu Cu 0.04%[3]
Kecamatan 20
Desa/kelurahan 126
"Tanjung Karang" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihat Tanjung Karang (disambiguasi).
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Pawai Pembangunan Kota Bandar Lampung tahun 1940-an, saat ini di Jalan Kartini.
Sejak zaman Kemerdekaan Republik Indonesia, Kota Tanjungkarang dan Kota Telokbetong menjadi
bagian dari Kabupaten Lampung Selatan hingga diterbitkannnya Undang-Undang Nomor 22 tahun
1948 yang memisahkan kedua kota tersebut dari Kabupaten Lampung Selatan dan mulai
diperkenalkan dengan istilah penyebutan Kota Tanjungkarang-Telukbetung.
Secara geografis, Telukbetung berada di selatan Tanjungkarang, karena itu di marka jalan,
Telukbetung yang dijadikan patokan batas jarak ibukota provinsi. Telukbetung, Tanjungkarang dan
Panjang (serta Kedaton) merupakan wilayah tahun 1984 digabung dalam satu kesatuan Kota
Bandar Lampung, mengingat ketiganya sudah tidak ada batas pemisahan yang jelas.
Pada perkembangannya selanjutnya, status Kota Tanjungkarang dan Kota Telukbetung terus
berubah dan mengalami beberapa kali perluasan hingga pada tahun 1965 setelah Keresidenan
Lampung dinaikkan statusnya menjadi Provinsi Lampung (berdasarkan Undang-Undang Nomor : 18
tahun 1965), Kota Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II
Tanjungkarang-Telukbetung dan sekaligus menjadi ibukota Provinsi Lampung.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1983, Kotamadya Daerah Tingkat II
Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung
(Lembaran Negara tahun 1983 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3254). Kemudian
berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 tahun 1998 tentang perubahan tata
naskah dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II se-Indonesia yang
kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Wali kota Bandar Lampung nomor 17 tahun 1999 terjadi
perubahan penyebutan nama dari “Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar
Lampung” menjadi “Pemerintah Kota Bandar Lampung” dan tetap dipergunakan hingga saat ini.
Hari Jadi Kota Bandar Lampung[sunting | sunting sumber]
Hari jadi kota Bandar Lampung ditetapkan berdasarkan sumber sejarah yang berhasil dikumpulkan,
-terdapat catatan bahwa berdasarkan laporan dari Residen Banten William Craft kepada Gubernur
Jenderal Cornelis yang didasarkan pada keterangan Pangeran Aria Dipati Ningrat (Duta Kesultanan)
yang disampaikan kepadanya tanggal 17 Juni 1682 antara lain berisikan: “Lampong Telokbetong di
tepi laut adalah tempat kedudukan seorang Dipati Temenggung Nata Negara yang membawahi
3.000 orang” (Deghregistor yang dibuat dan dipelihara oleh pimpinan VOC halaman 777 dst.)-,
Berdasarkan Staabat Nomor : 10/1873 (Beslit Gouvenur General) tanggal 8 April 1873 nomor 15
tentang Pembagian Keresidenan Lampung menjadi 6 Afdiling TelokBetong dengan Ibukota
TelokBetong (Sumber Buku Selayang Pandang Kota Bandar Lampung) dan hasil simposium Hari
Jadi Kota Tanjungkarang-Telukbetung pada tanggal 18 November 1982 serta Peraturan Daerah
Nomor 5 Tahun 1983 tanggal 26 Februari 1983 ditetapkan bahwa hari Jadi Kota Bandar Lampung
adalah tanggal 17 Juni 1682.
Kecamatan
Negara Indonesia
Provinsi Lampung
Pemerintahan
• Camat -
Luas - km²
Jumlah penduduk -
Kepadatan - jiwa/km²
Desa/kelurahan -5
Kelurahan[sunting | sunting sumber]
1. Bakung, dengan kode pos 35238
2. Batu Putuk, dengan kode pos 35239
3. Kuripan, dengan kode pos 35232
4. Negeri Olok Gading, dengan kode pos 35233
5. Sukarame II, dengan kode pos 35234
Bakung
Kelurahan
Negara Indonesia
Provinsi Lampung
Kodepos 35238
Tempat Lain
19%
Pasar
24%
JENIS SAMPAH
14%
9%
77%
Plastik
Kertas
Bahan Lain (Karet, Kaca, Logam, Kain)
PENGOLAHAN SAMPAH
Hasil pemeriksaan kualitas udara yang dilakukan Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan di area
TPA Bakung dan pemukiman penduduk di kelurahan Keteguhan dan kelurahan Bakung diketahui bahwa
kualitas udara pada ketiga titik pemeriksaan baik di area TPA Bakung, pemukiman penduduk di
kelurahan Keteguhan dan kelurahan Bakung kualitas udaranya masih dibawah standar baku mutu,
kecuali nilai parameter H2S di area TPA Bakung yang melebihi standar baku mutu. Namun demikian
adanya kadar bahan pencemar pada parameter kimia seperti NOx, CO, SOx perlu mendapat perhatian,
karena senyawa
senyawa tersebut merupakan gas rumah kaca (GRK) yang akan berdampak pada peningkatan suhu
bumi.