Anda di halaman 1dari 11

WALIKOTA MAKASSAR

PROVINSI SULAWESI SELATAN


PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR
NOMOR TAHUN 2022

TENTANG
PEMBENTUKAN LORONG WISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,


WALIKOTA MAKASSAR,
Menimbang : a. bahwa untuk Percepatan mewujudkan Kota Dunia yang
“Sombere dan Smart City” dengan imunitas yang kuat untuk
semua, sesuai dengan Visi dan Misi Walikota dan Wakil
Walikota Makassar sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Daerah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Tahun 2021-2026 serta dalam
rangka mendukung pelaksanaan program pemulihan ekonomi
sosial, maka salah satu upaya Pemerintah Daerah adalah
dengan Pembentukan Lorong Wisata sebagai salah satu
program prioritas;

b. bahwa Peraturan Walikota Makassar Nomor 37 Tahun 2021


tentang Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Lorong
Garden dan Pemenuhan Lima Ribu Lorong Wisata belum dapat
menampung kebutuhan dan perkembangan hukum sehingga
perlu ditinjau kembali;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Walikota tentang Pembentukan Lorong Wisata;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan


Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1822);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,


Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4866) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
1
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 13
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 143 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6801);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6573);
6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5601) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 tentang
Perubahan Nama Kota Ujung Pandang menjadi Kota Makassar
dalam Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 193);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang
Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5680);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6322);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 17);
11.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun
2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);

12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 tentang


Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 569);

2
13.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1781);
14.Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Makassar
(Lembaran Daerah Kota Makassar Tahun 2016 Nomor 8);
15.Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Tahun 2021-2026 (Lembaran Daerah Kota Makassar Tahun
2021 Nomor 5).

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEMBENTUKAN LORONG
WISATA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Makassar.
2. Walikota adalah Walikota Makassar.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
lembaga perwakilan rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
4. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
Perangkat Daerah Kota Makassar yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
Daerah berdasarkan tugas dan fungsinya.
7. Sekretariat Daerah adalah unsur staf yang mempunyai tugas dan fungsi
membantu Walikota dalam penyusunan kebijakan dan pengkoordinasian
administratif terhadap pelaksanaan tugas perangkat Daerah serta pelayanan
administratif.
8. Sekretariat DPRD adalah unsur pelayanan administrasi dan pemberian dukungan
terhadap tugas dan fungsi DPRD.
9. Inspektorat Daerah adalah unsur pengawas penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
10. Dinas Daerah adalah unsur pelaksana Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.
11. Badan Daerah adalah unsur penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD
adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Makassar.
13. Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DPA adalah
dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan
sebagai dasar pelaksanaan anggaran.
14. Badan/Lembaga Pemerintah adalah Badan Usaha Milik Negara dan Himpunan
Perbankan Negara.
15. Lembaga Non Pemerintah adalah Non-Governmental Organization atau NGO
dan/atau pihak swasta.
16. Lembaga/Organisasi Kemasyarakatan adalah wadah partisipasi masyarakat
sebagai mitra Pemerintah Daerah untuk ikut serta dalam perencanaan,

3
pelaksanaan dan pengawasan pembangunan, serta peningkatan pelayanan
kepada masyarakat Daerah.
17. Kecamatan adalah perangkat Daerah yang bersifat kewilayahan yang dibentuk
dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan,
pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat Kelurahan.
18. Kelurahan adalah perangkat kecamatan yang dibentuk untuk membantu atau
melaksanakan sebagian tugas camat.
19. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.
20. Pemerintah Kecamatan adalah wilayah kerja Camat yang ada dalam wilayah Kota
Makassar yang ditetapkan sebagai Perangkat Daerah berdasarkan Peraturan
Daerah yang dipimpin oleh Kepala Kecamatan.
21. Camat adalah Kepala Kecamatan dalam wilayah Kota Makassar.
22. Pemerintah Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah yang ada dalam wilayah Kota
Makassar yang ditetapkan sebagai Perangkat Daerah berdasarkan Peraturan
Daerah yang dipimpin oleh Kepala Kelurahan.
23. Lurah adalah Kepala Kelurahan dalam wilayah Kota Makassar.
24. Dewan Kerajinan Nasional Daerah yang selanjutnya disebut DEKRANASDA
adalah organisasi nirlaba yang menghimpun pencinta dan peminat seni untuk
memayungi dan mengembangkan produk kerajinan dan mengembangkan usaha
tersebut, serta berupaya meningkatkan kehidupan pelaku bisnisnya, yang
sebagian merupakan kelompok usaha kecil dan menengah.
25. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat LPM adalah
wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah
Kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat.
26. Rukun Tetangga dan Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RT dan RW adalah
lembaga kemasyarakatan dan mitra Pemerintah Daerah yang memiliki peranan
dalam memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan yang
berdasarkan swadaya, kegotongroyongan dan kekeluargaan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan, ketenteraman dan ketertiban dalam kehidupan
bermasyarakat.
27. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga yang selanjutnya
disingkat TP PKK adalah fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan
penggerak untuk terlaksananya program PKK yang merupakan mitra kerja
Pemerintah Daerah, dan organisasi kemasyarakatan/lembaga kemasyarakatan
lainnya.
28. Karang Taruna adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sebagai wadah
generasi muda untuk mengembangkan diri, tumbuh, dan berkembang atas dasar
kesadaran serta tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk generasi muda yang
berorientasi pada tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
29. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah satu
bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
30. Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang dipilih, bersedia, mampu dan
memiliki waktu untuk mengelola kegiatan posyandu.
31. Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan adalah tempat pendidikan formal yang
ditunjuk oleh Pemerintah Daerah untuk memberikan andil dan kontribusi dalam
pelaksanaan program peningkatan Lorong Garden dan Lorong Wisata di Daerah.
32. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility yang
selanjutnya disingkat CSR adalah komitmen Perusahaan untuk berperan serta
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perusahaan sendiri,

4
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya dengan
memperhatikan nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.
33. Lorong adalah jalan kecil dengan lebar maksimal 6 meter yang di sebelah kiri dan
kanannya terdapat rumah/bangunan/setapak dan dapat diakses dari jalan
utama serta memiliki cahaya matahari yang cukup.
34. Lorong Garden adalah Lorong yang memiliki karakteristik hijau, bersih dan
pemanfaatan area lingkungan sebagai pengembang tanaman.
35. Lorong Wisata adalah Lorong yang dapat menjadi daerah kunjungan wisata yang
asri, indah, bersih, hijau, dan menarik serta terdapat perputaran ekonomi yang
dapat meningkatkan pendapatan warga setempat dengan memanfaatkan atau
menciptakan potensi-potensi yang dapat mendukung peningkatan perekonomian
warga tersebut.
36. Dewan Lorong adalah unsur masyarakat yang berdomisili di dalam Lorong yang
ditetapkan oleh Camat dengan tugas memberdayakan lorong di wilayahnya.
37. Gugus Tugas Lorong Wisata adalah Gugus Tugas yang dibentuk oleh Pemerintah
Daerah untuk mengoordinasikan kegiatan tiap SKPD, Kecamatan dan Kelurahan
dalam upaya pelaksanaan pembentukan Lorong Wisata.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2
Peraturan Walikota ini dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum dan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan program Pembentukan Lorong Wisata di Kota
Makassar.

Pasal 3
Peraturan Walikota bertujuan untuk:
a. melakukan pemetaan dan klasterisasi potensi lorong berbasis teknologi
informasi, berdasarkan potensi lorong dalam penentuan Lorong Wisata yang
terkait dengan potensi sumber daya manusia, potensi fisik lingkungan dan
potensi pengembangan ekonomi;
b. mengembangkan kegiatan ekonomi lorong yang berbasis green garden, kuliner
dan kerajinan; dan
c. menyediakan fasilitas sarana dan prasarana untuk mengembangkan ekonomi
lorong berdasarkan potensi yang dimiliki.

BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 4
Ruang lingkup Peraturan Walikota ini meliputi:
a. karakteristik dan potensi;
b. penetapan Lorong Wisata dan Dewan Lorong;
c. gugus tugas dan tim teknis;
d. pelaksanaan program;
e. tugas dan peran;
f. tata kerja pelaksanaan;
g. sumber pembiayaan; dan
h. pembinaan dan pengawasan.

BAB IV
KARAKTERISTIK DAN POTENSI
Pasal 5

5
Lorong Wisata mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Karakteristik Lorong Wisata yang berbasis Ketahanan Pangan, Perikanan dan
Pertanian, dengan potensi peningkatan pangan segar asal tumbuhan dan
tanaman hortikultura;
b. Karakteristik Lorong Wisata yang berbasis Industri, dengan potensi
pengembangan pengrajin di Lorong Wisata;
c. Karakteristik Lorong Wisata yang berbasis Religi, dengan potensi pembinaan dan
penataan sarana ibadah, rutinitas kegiatan keumatan serta toleransi beragama;
d. Karakteristik Lorong Wisata yang berbasis kuliner, dengan potensi pembinaan
pelaku usaha kuliner, penataan kawasan kuliner lorong dan pengolahan hasil
laut sebagai bahan baku kuliner;
e. Karakteristik Lorong Wisata yang berbasis budaya, dengan potensi pembinaan
atau pengembangan budaya lokal masyarakat Daerah;
f. Karakteristik Lorong Wisata yang berbasis ramah anak, dengan potensi
tersedianya sarana pembinaan anak, terciptanya hidup sehat serta pola asuh
anak;
g. Karakteristik Lorong Wisata berbasis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah /
Koperasi, dengan potensi pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan menengah
serta pembentukan koperasi lorong.

BAB V
PENETAPAN LORONG WISATA DAN DEWAN LORONG

Bagian Kesatu
Penetapan Lorong Wisata

Pasal 6
(1) Lorong Wisata ditetapkan oleh Camat berdasarkan usulan dari Lurah.

(2) Tata cara penetapan lokasi Lorong Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
a. RT dan RW melaksanakan rapat untuk pengusulan Lorong Garden di
wilayahnya untuk menjadi Lorong Wisata;
b. RT dan RW membuat laporan berdasarkan hasil rapat dan mengusulkan
lokasi Lorong Wisata ke Lurah; dan
c. Lurah kemudian menetapkan Lokasi Lorong Wisata berdasarkan hasil
musyawarah rapat dengan RT dan RW, serta masyarakat untuk diusulkan ke
Camat.
Bagian Kedua
Penetapan Dewan Lorong

Pasal 7
(1) Dewan Lorong ditetapkan oleh Camat.
(2) Penetapan Anggota Dewan Lorong sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan melalui pemilihan Anggota Dewan Lorong.
(3) Tata cara pemilihan Anggota Dewan Lorong sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), yaitu melalui tahapan sebagai berikut:
a. Pemilihan Anggota Dewan Lorong dilaksanakan oleh Kelurahan dengan
melibatkan Ketua RT dan RW setempat;
b. Kelurahan melakukan seleksi administrasi sesuai persyaratan dan melakukan
musyawarah antar anggota masyarakat setempat yang dilaksanakan di Lorong
Wisata masing-masing;
c. Hasil pemilihan calon Anggota Dewan Lorong terpilih dituangkan dalam Berita
Acara yang selanjutnya diusulkan ke Camat untuk ditetapkan.

6
d. Angota Dewan Lorong terpilih selanjutnya menandatangani surat pernyataan
yang berisi kesanggupan untuk melakskanakan tugas dengan baik dan
bersedia diberhentikan sewaktu-waktu.

Bagian Ketiga
Tugas Dewan Lorong

Pasal 8
Dewan Lorong mempunyai tugas sebagai berikut:
a. menjadi mitra dalam penyebarluasan informasi Lorong wisata kepada
masyarakat.
b. melakukan pendampingan kepada masyarakat dalam pengembangan Lorong
Wisata.
c. melakukan koordinasi dengan perangkat Kelurahan dan Kecamatan serta
stakeholder terkait dalam pengembangan Lorong Wisata;
d. mengelola dan menjaga aset Pemerintah Daerah yang ada di Lorong Wisata.
e. melakukan pertemuan secara rutin dalam rangka penguatan kelembagaan
Lorong Wisata.
f. membuat laporan pelaksanaan tugas.

Bagian Keempat
Keanggotaan Dewan Lorong

Pasal 9
(1) Jumlah Anggota Dewan Lorong ditetapkan paling banyak 3 (tiga) orang.
(2) Anggota Dewan Lorong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. 1 (satu) orang dari unsur tokoh pemuda;
b. 1 (satu) orang dari unsur tokoh masyarakat; dan
c. 1 (satu) orang dari unsur tokoh perempuan.

(3) Anggota Dewan Lorong sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diangkat untuk
masa jabatan paling lama 3 (tiga) tahun sejak tanggal pengangkatan.
(4) Jabatan Anggota Dewan Lorong berakhir apabila:
a. meninggal dunia;
b. masa jabatan berakhir; atau
c. diberhentikan sewaktu-waktu.
(5) Dalam hal jabatan Anggota Dewan Lorong diberhentikan sewaktu-waktu
dilakukan berdasarkan data dan informasi yang dapat dibuktikan secara sah
apabila Anggota Dewan Lorong yang bersangkutan:
a. tidak dapat melaksanakan tugas;
b. mengundurkan diri; dan
c. melakukan perbuatan tindak pidana dan dinyatakan bersalah melalui putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Bagian Kelima
Persyaratan Dewan Lorong

Pasal 10
Untuk dapat diangkat sebagai Anggota Dewan Lorong, yang bersangkutan harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia;
b. masyarakat yang berdomisili di Lorong Wisata;
c. sehat jasmani dan rohani;
7
d. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling tinggi 55 (lima puluh
lima) tahun.
e. dapat membaca dan menulis secara aktif;
f. berkelakuan baik;
g. memahami dan menguasai situasi dan kondisi Lorong Wisata sesuai domisilinya.

BAB VI
GUGUS TUGAS DAN TIM TEKNIS

Pasal 11
(1) Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan peran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 sampai dengan Pasal 15, dibentuk Gugus Tugas Lorong Wisata dan Tim
Teknis Lorong Wisata.
(2) Susunan anggota Gugus Tugas Lorong Wisata dan Tim Teknis Lorong Wisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
(3) Gugus Tugas Lorong Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
beranggotakan wakil dari unsur Pemerintah Daerah yang membidangi Lorong
Wisata, perguruan tinggi, organisasi non pemerintah, dan/atau Lembaga
swadaya masyarakat.

Pasal 12
Gugus Tugas Lorong Wisata bertugas:
a. mengoordinasikan pelaksanaan Kebijakan Lorong Wisata;
b. mengumpulkan data Lorong Wisata;
c. menyusun prioritas program untuk kegiatan Lorong Wisata;
d. melakukan evaluasi, monitoring, pelaporan kebijakan pelaksanaan Lorong
Wisata;

Pasal 13
Tim Teknis Lorong Wisata bertugas:
a. mengoordinir bahan penetapan Lorong Wisata sesuai kewenangannya;
b. melaksanakan kegiatan Lorong Wisata sesuai tugas pokok dan fungsinya; dan
c. melaporkan hasil kegiatan kepada Walikota.

Pasal 14
(1) untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Gugus Tugas Lorong Wisata
dibentuk Sekretariat.

(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud ayat (1), bertugas mengoordinir tiap SKPD,
Kecamatan, Perguruan tinggi, organisasi non pemerintah, dan Lembaga
Swadaya Masyarakat.
(3) Sekretariat Gugus Tugas Lorong Wisata berkedudukan di Dinas Pariwisata.

BAB VII
PELAKSANAAN PROGRAM
Pasal 15
(1) Pelaksanaan Program Pembentukan Lorong Wisata, melibatkan seluruh SKPD
dan BUMD.

(2) Selain keterlibatan SKPD dan BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pelaksanaan program Pembentukan Lorong Wisata juga turut melibatkan
beberapa pihak antara lain:
8
a. Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan;
b. Badan/Lembaga Pemerintah;
c. Lembaga Non Pemerintah; dan
d. Lembaga/Organisasi Kemasyarakatan seperti TP PKK, DEKRANASDA, LPM,
Karang Taruna, Kader Posyandu, RT dan RW.

BAB VIII
TUGAS DAN PERAN

Bagian Kesatu
SKPD

Pasal 16
Dalam pelaksanaan program Pembentukan Lorong Wisata, masing-masing SKPD
melaksanakan tugas dan berperan serta dengan berpedoman pada Rencana Kerja
Perangkat Daerah masing-masing dan untuk BUMD berpedoman pada Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan.
Bagian Kedua
Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan
Pasal 17
Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan memiliki tugas dan peran sebagai berikut:
a. mendorong, membimbing dan membantu dalam pemberdayaan masyarakat agar
berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan
pengembangan lorong yang dilakukan secara partnership dengan beberapa
stakeholder;
b. memberikan pendampingan dalam penyusunan analisa terkait perencanaan
desain Lorong Wisata berdasarkan karakteristik dan potensi lorong di masing
masing lingkungan/Kelurahan.

Bagian Ketiga
Badan/Lembaga Pemerintah dan Lembaga Non Pemerintah

Pasal 18
(1) Badan/Lembaga Pemerintah dan Lembaga Non Pemerintah memberikan
dukungan dan pendampingan untuk optimalisasi program Pembentukan Lorong
Wisata sesuai mekanisme dan prosedur serta berkoordinasi dengan Pemerintah
Daerah.
(2) Dukungan dan pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
dalam bentuk:
a. Pelaksanaan CSR dalam berkontribusi kepada masyarakat agar kehidupan
masyarakat menjadi lebih baik dan kondisi lingkungan tetap terjaga;
b. Komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar
menitikberatkan bantuan CSR pada lingkungan Lorong Wisata binaan.
(3) Bentuk dukungan dan pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dan huruf b, pelaksanaannya dibawah koordinasi dan arahan forum CSR
Daerah.
Bagian Keempat
Lembaga/Organisasi Kemasyarakatan
Pasal 19

9
Lembaga/Organisasi Kemasyarakatan sebagai pendukung memiliki tugas dan peran
sebagai berikut:
a. TP PKK sebagai mitra kerja Pemerintah Daerah bertugas untuk melakukan
pendampingan serta pembinaan pada karakteristik lorong yang bersesuaian
dengan program PKK;
b. DEKRANASDA bekerja sama dengan Dinas Perdagangan Kota Makassar
melakukan pendampingan dan pembinaan pada karakteristik lorong pengrajin;
c. LPM, Karang Taruna, Kader Posyandu, RT dan RW mengidentifikasi karakteristik
dan potensi lorong serta bertindak sebagai penggerak/lokomotif dalam
menumbuhkembangkan partisipasi dan swadaya masyarakat.

BAB IX
TATA KERJA PELAKSANAAN
Pasal 20
(1) Sasaran Lorong Wisata binaan bagi pelaksanaan program berdasarkan informasi
dari Lurah dengan mengacu hasil identifikasi lorong yang dilakukan oleh RT, RW
dan LPM di masing-masing Kelurahan.

(2) Informasi Lorong Wisata binaan dari Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
selanjutnya diinventarisir oleh Dinas Ketahanan Pangan Kota Makassar selaku
leading sektor Program dan kegiatan.
(3) Hasil inventarisasi sasaran Lorong Wisata binaan selanjutnya disampaikan
kepada masing masing SKPD dan seluruh pihak yang terlibat dengan melibatkan
Tim Ahli Walikota.

(4) SKPD bersama pihak yang terlibat melakukan peninjauan/verifikasi lokasi


sasaran Lorong Wisata binaan untuk melakukan identifikasi menuju optimalisasi
program dan kegiatan.

(5) Hasil verifikasi lapangan selanjutnya dikoordinasikan kepada


koordinator/leading sektor program dan kegiatan.
(6) Leadimg sektor progam dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
selanjutnya menyusun laporan tentang pelaksanaan program dan kegiatan
untuk optimalisasi pembinaan Lorong Wisata sesuai karakteristik dan potensi
lorong secara intensif dan berkelanjutan.

BAB X
SUMBER PEMBIAYAAN
Pasal 21
Pembiayaan pada pelaksanaan program Pembentukan Lorong Wisata bersumber
dari:
a. APBD yang termuat dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran masing-masing
SKPD, CSR, dan sumber lainnya yang sah;
b. bantuan dan sumbangan yang tidak mengikat; dan/atau
c. partisipasi dan swadaya masyarakat.

BAB XI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 22
Pimpinan SKPD masing-masing yang terlibat dalam Pembentukan Lorong Wisata
wajib melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap semua aktifitas/kegiatan
terkait dengan Pembentukan Lorong Wisata di Daerah.

10
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Pada saat Peraturan Walikota ini berlaku, maka Peraturan Walikota Makassar
Nomor 37 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Lorong
Garden dan Pemenuhan Lima Ribu Lorong Wisata (Berita Daerah Kota Makassar
Tahun 2021 Nomor 37), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 24
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Makassar.

Ditetapkan di Makassar
pada tanggal,
WALIKOTA MAKASSAR,

MOH. RAMDHAN POMANTO


Diundangkan di Makassar
pada tanggal,
SEKRETARIS DAERAH KOTA MAKASSAR,

M. ANSAR
BERITA DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN NOMOR

11

Anda mungkin juga menyukai