Assalamualaikum Wr Wb
Salam Sejahtera Untuk Kita Semua
Oleh
SARASWATI
Logo
LANDASAN TEORITIS
Teori Communicative Rationality
Pada intinya mengantarkan pada pemahaman bahwa:
Masyarakat memiliki pengetahuan sendiri
Perencana tidak bisa lagi menganggap dirinya lebih mampu
memahami apa yang diinginkan oleh masyarakat tanpa
dilakukannya komunikasi yang efektif
Tida satu pihak pun (perencana atau masyarakat yang
menempatkan dirinya paling benar)
PARADIGMA PERENCANAAN
CONTOH-CONTOH
KEARIFAN BUDAYA LOKAL
tidak kurang dari 654 komunitas lokal atau sub suku bangsa
dari 19 suku bangsa tersebar di Indonesia (Hidayah, 1997;
Koentjaraningrat, 2003).
1 TATA RUANG SUNDA
1. Sodong = ceruk, lobang dangkal pada sisi bawah tebing karang atau tepi sungai,
juga menyatakan sebagai tempat untuk menguburkan mayat.
2. Sarongge = tempat angker dihuni roh jahat
3. Cadas Gantung = padas bergantung, karang bergantung sehingga di bawahnya
terbentuk naungan, juga karang yang tegak lurus sehingga berbentuk dinding
4. Mungkal Pategang = bungkah berkelompok tiga, (mungkin) sebidang lahan yang
dikelilingi bongkahan karang atau gundukan batuan di sekelilingnya.
5. Lebak = lurah, ngarai, lantai jurang atau tanah rendah, terlindung dari pandangan
dan sinar matahari.
6. Rancak = batu besar bercelah, lahan yang dikurung oleh batu-batu besar sulit
dihampiri
7. Kebakan badak = kubangan, atau kolam besar
8. Catang nunggang = batang kayu roboh dengan bongkot sebelah bawah, sepetak
tanah yang di tengahnya dipisahkan oleh suatu selokan/ ngarai namun
dihubungkan melalui suatu jembatan alami dari cadas atau karang
PROTO TATA RUANG SUNDA
KOTORAN BUMI, MALA NING LEMAH
9. Catang Nonggeng = Batang Kayu Roboh Dengan Bongkot Di Atas, Lahan Yang
Keletakannya Pada Lereng Yang Curam
10. Garunggungan = Tanah Membukit Kecil
11. Garengggengan = Tanah Yang Kering Permukaannya Tetapi Dibawahnya
Berlumpur
12. Lemah Sahar = Tanah Panas,sangar, Tempat Bekas Terjadinya Pembunuhan
Atau Pertumpahan Darah
13. Dangdang Wariyan = Dandang Berair, Kobakan, Lahan Yang Legok Di Tengah
Dan Kedap Air Sehingga Menggenang
14. Hunyur = Sarang Semut, Sarang Rayap, Atau Bukit Kecil
15. Lemah Laki = Tanah Tandus, Tanah Berbentuk Dinding Curam
16. Pitunahan Celeng = Tempat Babi Hutan
17. Kalomberan = Comberan, Genangan Air Yang Mandeg Di Pekarangan
18. Jaryan = Tempat Pembuangan Sampah
19. Sema = Kuburan.
KONSEP TATA RUANG BERAZASKAN KONSEP SANGHYANG /
MUPUSTI LEUWEUNG (MELINDUNGI HUTAN)
SANGHYANG SIRAH ( 9 %)
SASAKA
SANGHYANG LAWANG (HULU CAI 4 %
WARUGA
PUSAKA
SANGHYANG TARAJE (1 %) BUANA
( 40 % )
SANGHYANG DADA (15%)
SAGARA JEUNG
NUSA LARANG
Ulah Bogoh ku Ledokna, Ulah Kabita ku Datarna. Mun Makaya dina Luhur
Batu Disaeuran ku Taneuh Moal Luput Akaran, Legana Salakar Tapak
Munding, Sok Mun Eling Moal Luput Mahi (Tidak serakah dan arif thd alam)
FALSAFAH KESAHAJAAN FALSAFAH NILAI BAIK & SALAH
LOGO
Teu saba teu soba Bandung Parakan Mandala Cijulang,
Teu banda teu boga Ana saseda satapa
Teu weduk teu bedas Baeu tunggal seuweu putu
Teu gagah teu pinter Kulit kasasaban ruyung
Jeung teu bodo-bodo acan Keureut piceun bisi nyeri
Pusat Kawasan
Fasos & Fasum
Kawasan
Terbangun
Kandang Jaga, Pagar
Pemisah antara
Kawasan Tidak
Permukiman dengan
Terbangun
fungsi ruang lainnya
Leuweung Larangan
Hamparan Permukiman
Sumber Peta : Diolah dariiTunggadewi, 2004
Struktur Tata Ruang Kampung Naga (Posisi asli) LOGO
Hutan Produksi
Pager Jaga, Pemisah dan Kebun
antara kaw
Perumahan dengan
kawasan lain
Batas
Kampung
Hutan Lindung/
Leuweung
Hutan Lindung, Larangan
Mata Air, Air
Terjun dan
Makam Keramat
Mata air
Air Terjun
Sungai Ciwulan
Oleh
SARASWATI
LOGO
Nirok Nanggok
Kegiatan menangkap ikan dengan mempergunakan tirok
dan tanggok. Tanggok adalah alat menangkap ikan
berbentuk kerucut dengan bagian atasnya diberi bingkai
dari rotan. Tirok berupa tombak yang matanya terbuat dari
besi runcing, untuk menangkap ikan. Nirok Nanggok
dilakukan pada musim kemarau yang agak lama. Kegiatan
ini berhubungan dengan kesepakatan adat yang dikenal
dengan ‘sumpah kelima bertangkup’, yaitu barang siapa
berani mengambil ikan sebelum tiba saat penangkapan ikan
bersama (waktu nirok naggok), ia akan mati tidak selamat.
Sumber : Hasil Survey, 2007
ETNOBOTANI
Etnobotani Masyarakat Belitung.
Etnobotani adalah aktivitas pemanfaatan bahan-bahan
tumbuhan secara umum dalam sebuah kultur/budaya
masyarakat tertentu (obat-obatan, hiasan, bahan dasar
kesenian adat, bahan kerajinan, serta syarat untuk
mengambil hasil hutan).
Filosofis Natural
Filosofi Natural memiliki doktrin, bahwa manusia sebagai bagian
dari alam dalam kehidupannya perlu dekat dan akrab dengan
alam, serta memelihara hubungan serasi dengan alam. Mereka
berinteraksi secara simbiosis mutualistis dengan alam, dalam
wujud saling memberi, menghormati, dan menguntungkan
Filosofis Humanis
Filosofi Humanis menempatkan kedudukan manusia dalam ruang
sebagai subjek dan objek secara proporsional. Manusia dihargai
eksistensinya dengan segala kualitas, harkat, dan martabatnya.
LOGO
Sumber : RTRW Prov. Bali, 2005
Landasan Nilai
Nilai Dasar
◦ Nilai dasar kebudayaan Bali mencakup nilai religius, nilai estetis,
nilai solidaritas atau gotong royong, dan nilai keseimbangan.
Konfigurasi nilai-nilai dasar ini melandasi identitas budaya
masyarakat dan kebudayaan Bali. Sistem nilai ini lambat berubah
diharapkan bertransmisi secara utuh dan berkelanjutan
Nilai Instrumental
◦ Nilai Instrumental mencakup seperangkat sistem nilai yang
mendukung dinamika adaptatif dan fleksibilitas sesuai dengan
adigium desa, kala, citra. Nilai-nilai instrumental mencakup nilai
ekonomis nilai IPTEK, etos kerja, partisipasi, keserasian.
Konfigurasi nilai-nilai instrumental ini melandasi keterbukaan dan
dinamika, mudah menerima dan beradaptasi dengan nilai-nilai lain
dalam komunikasi secara lintas budaya.
◦ Pengejawantahan dari sistem nilai ini terwujud dalam beragam
sistem simbolik, baik pada tingkat norma (normatif simbolik),
perilaku (perilaku simbolik), maupun budaya fisik (benda-benda
simbolik)
Kawasan Suci :
Kawasan Pegunungan
www.themegallery.com
Kawasan Danau
Kawasan Campuhan (ctt: Campuhan adalah daerah
pertemuan antara dua sungai)
Kawasan pantai
Kawasan laut; dan
Kawasan sekitar mata air
Sumber : RTRW Prov. Bali, 2005
KESIMPULAN & REKOMENDASI
LOGO
LANDASAN TEORITIS
Teori Komunikatif Habermas: Mengkonstruksi konsep
masyarakat dua-level, Integrasi dunia kehidupan dan
paradigma sistem (Jürgen Habermas, 1981)
The planner is ‘the knower’, relying strictly on ‘his’
professional expertise to do what is best for an
undifferentiated public”. (Sandercock, 1998)
Dalam perencanaan, diperlukan transactive sebagai jembatan
penghubung, melalui the life of dialogue (Friedmann, 1987)
Pemahaman kerifan lokal sebagai bagian dari “practical reason
dan indegenous knowledge” untuk dikolaborasikan dengan
perencanaan sebagai hasil “knowledge of science” merupakan
salah satu jawaban terhadap Gap antara Teori Perencanaan
dengan prakteknya di masyarakat dan sebagai salah satu
jawaban atas instrumental rasionalitas yang dianggap tidak
mampu mengakomodasi keterlibatan tradisi dan kemampuan
masyarakat lokal dalam perencanaan. (Kay dan Alder, 1999)
LOGO
Perencanaan seharusnya memperhatikan kebenaran yang
mendasar atau basic truth dan lebih memahami bagaimana
perencanaan itu didekati dan dipraktekan sesuai dengan
lingkungan dan masyarakat yang menerima dan melaksanakannya
(Melvile, 1983).
Batas-batas wilayah kehidupan manusia adalah produk budaya
sehingga bersifat tematik, kontekstual, dan relatif, di mana satuan
kehidupan penduduknya akan ditentukan oleh sense of space,
bukan hanya oleh sense of place (Golledge & Stimson, 1997: 190).
Hakekatnya perencanaan pembangunan harus melihat segi-segi
sosial serta peran serta masyarakat dalam pembangunan.
Diperlukan Proses belajar yang timbal balik (mutual learning)
antara klien dan perencana merupakan faktor yang mendasar.
Dalam proses ini perencana belajar dari pengalaman pribadi dari
klien, sedangkan klien belajar dari kepakaran teknis dari
perencana. (Davidoff, 1983) LOGO
LATAR KERANGKA FILOSOFIS & TEORITIS
BELAKANG
Rasionalisme Empirisme
(R. Descartes, 1596–1650) (John Locke, 1632–1704)
LANDASAN
FILOSOFIS
Positivisme ( August Post Positivisme
KRITIK DAN Compte , 1798–1857) ( Allmendinger, 2000-skr)
PERDEBATAN
DALAM FILSAFAT Modern Planning Post Modern PL ( Forester,
LANDASAN
ILMU & TEORI PLANNING ( Gidden,Branch,dkk) Healey, Allmendinger)
PERENCANAAN THEORY
Instrumental Rationality Communicative Rationality
(Catanese & Snyder ) ( Habermas, Forester)
LANDASAN
PLANNING Authoritative Participatory
PRACTICE Planning Planning
Mengantarkan
Perencana pada Perencanaan Dengan Indigenous Planning Kearifan
Regulasi & Norma /Penget. Masyarakat Budaya
Pelibatan Berbagai Fihak Lokal
Baku (Formal) (Informal)
dalam Perencanaan
PRAKTEK DALAM
PERENCANAAN • Rasional INTERNALISASI • Tradisional
TATA RUANG • Basis Diskursus • Basis Alami
• Aturan Formal • Informal