TEKNOLOGI REHABILITASI

SUMBERDAYA PESISIR

PENYEBAB & PENANGGULANGAN

KERUSAKAN SUMBER DAYA PESISIR
 BATASAN WILAYAH PESISIR
WILAYAH PESISIR
Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah di
mana daratan berbatasan dengan laut. Batas
di daratan meliputi daerah-daerah yang
tergenang air maupun yang tidak tergenang air
yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
laut, seperti pasang surut, dan Angin & intrusi
air laut; sedangkan batas di laut adalah
daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-
proses alami di daratan, seperti sedimentasi
dan mangalirnya air tawar ke laut, serta yang
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di
daratan.

DIMENSI EKOLOGIS EKOSISTEM PESISIR

 Penyedia Sumberdaya Alam
 Penyedia Jasa-jasa pendukung Kehidupan
 Penyedia Jasa-jasa Kenyamanan/Amenitas
 Penerima Limbah
 HABITAT VITAL PESISIR

• SAND-DUNE: (MINTAKAT LITORAL & SUPRALITORAL):

NESTING AREA (NA)
• ESTUARI & SUNGAI (MINTAKAT LITORAL-UPPER
SUPRALITORAL): NURSERY GROUND (NG)
• MANGROVE (MINTAKAT LITORAL): SG & NG
• TERUMBU KARANG (MINTAKAT SUBLITORAL): SG & NG
• PADANG LAMUN (SEAGRASS BED): (MINTAKAT
SUBLITORAL): SG & NG
• PANTAI BERBATU/BERPASIR (MINTAKAT LITTORAL &
SUBLITORAL): SG
• DANAU/TELAGA/WADUK: (MINTAKAT SUPRALITORAL &
UPPER SUPRALITORAL): RESERVAAT- SG & NG
• RAWA/RAWA PAYAU: (MINTAKAT LITORAL): SG & NG
 KERUSAKAN WILAYAH PESISIR

Tidak lepas dari aktivitas manusia:

• Di daerah up land, hutan (e.g. illegal loging),
sampai di daerah low land, e.g. pertanian,
pantai, juga peristiwa alam (gunung merapi,
gempa bumi)
• Di laut, e.g. aktivitas industri, aktivitas perikanan
KERUSAKAN HUTAN
 LAJU KERUSAKAN HUTAN
• World Resource Institute
(1997), 72 % hutan Indonesia
telah hilang
• Laju kerusakan periode:
1985-1997 : 1,6 juta ha/th
1997-2000 : 3,8 juta ha/th
• Tahun 2000 tercatat 101,73
juta ha hutan dan lahan yang
rusak (Dephut, 2003)
• Tahun 2010 luas hutan di
Indonesia 130 juta ha, namun
42 juta ha (32%) sudah gundul
(Menhut, 2010)
• Kondisi ini akan berdampak ke
wilayah pesisir
KERUSAKAN PANTAI
 PANTAI SEBAGAI TEMPAT
PEMUSATAN INDUSTRI
Aktivitas manusia dalam
memanfaatkan potensi
sumberdaya kurang ramah
thd lingkungan, merusakkan
sumberdaya pesisir

Dampak pemusatan
aktivitas manusia terjadi-
nya eksploitasi yang tidak
terkendali di wilayah
pesisir, saling overlapping
 LAUT TEMPAT SAMPAH IDEAL

• Masih banyak anggapan

bahwa laut merupakan
tempat sampah yang ideal
• Semua sampah baik organik
maupun anorganik dibuang
ke laut

 Tidak semua sampah

bisa/mudah diuraikan,
sehingga terjadi
penumpukan atau
pencemaran
 USAHA PERIKANAN TIDAK RAMAH
LINGKUNGAN

• Banyak praktik
penangkapan ikan
tidak ramah
lingkungan, e.g.
Bom, racun (KCN),
jaring Muroammi
• Banyak
pembukaan hutan
manggrove untuk
tambak, fungsi
mangrove hilang
 PERUSAKAN  PANTAI DAN LAUT

• Aktivitas pariwisata,
mass-tourism;
• Penambangan karang,
untuk akuarium dan bhn
bangunan;
• Penambangan pasir laut,
untuk reklamasi

Kondisi karang 7% sangat

baik, 33 baik, 45% rusak,
dan 15% kondisinya kritis
 ISSUE PEMANASAN GLOBAL

• Penggunaan bahan bakar

fosil, seperti batu bara,
minyak dan gas bumi,
akan mengeluarkan emisi
gas CO2, SO2 dan NO2
• Keberadaan gas-gas
tersebut menyebabkan
hujan asam (pH 4,0-5,5),
dan akibatkan hutan dan
ekosistem perairan rusak
• Fungsi hutan dan
perairan sebagai
penyerab CO2 terganggu,
Green House Effect
 ISSUE PEMANASAN GLOBAL

• Pembakaran bahan bakar

fosil juga keluarkan emisi
gas lain, e.g. CFC, CH4,
yang memperangkap panas
• Suhu bumi dari tahun
1850-2005 naik rata-rata
sekitar 0,76°C
• Perkiraan 50 tahun
mendatang suhu bumi
rata-rata akan naik 3°C,
di khatulistiwa naik 1°C, di
kedua kutub naik 7°C

Indikator Pemanasan Global

 PREVENTIF (PENCEGAHAN)

 PENYADARAN MASYARAKAT (PUBLIC AWARENESS)

 PENDIDIKAN FORMAL & NON-FORMAL
 PENGEMBANGAN RISET
 MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF
 PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PROGRAM
KEGIATAN PELESTARIAN LINGKUNGAN
 PENGEMBANGAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT
 PERATURAN PERUNDANGAN
 PENEGAKAN HUKUM

UU NO. 45 TAHUN 2009 TENTANG PERIKANAN

“Segala peraturan perundangan tidak akan ada manfaatnya

bila tidak dapat ditegakkan secara konsisten. Lembaga-
lembaga yang terkait dengan penegakan hukum perlu
diperkuat, termasuk lembaga-lembaga adat”

UU NO. 27 TAHUN 2007 TENTANG PWPPPK

UU NO. 1 TAHUN 2014 TENTANG PWPPPK

 PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI
ATAU DAERAH PERLINDUNGAN LAUT

INTI INTI INTI

Tahap 1

Tahap 2
Tahap 3
 PENGELOLAAN SD BERBASIS
MASYARAKAT

SUATU PROSES PEMBERIAN WEWENANG, TANGGUNG JAWAB

DAN KESEMPATAN KEPADA MASYARAKAT UNTUK
MENGELOLAH SUMBERDAYA PERIKANANNYA SENDIRI DENGA
TERLEBIH DAHULU MENDEFINISIKAN KEBUTUHAN DAN
KEINGINAN, TUJUAN SERTA ASPIRASINYA (NIKIJULUW, 2002)

 PEMBENTUKAN KELOMPOK/LEMBAGA MASYARAKAT PRODUKTIF :

KELOMPOK USAHA BERSAMA, KOPERASI NELAYAN, KELOMPOK NELAYAN,
DLL
 LEMBAGA ADAT BERBASIS KEARIFAN LOKAL (LOKAL WISDOM) :
PANGLIMA LAOT, AWIG-AWIG, TOGO, SASI, DLL
 TRANSLOKASI
(PENYELAMATAN KE HABITAT YANG LEBIH BAIK)

AYO PINDAH

INTI INTI
TRANSLOKASI AKIBAT PEMBANGUNAN
DERMAGA

AYO PINDAH
 TRANSLOKASI AKIBAT
PENCEMARAN & SEDIMENTASI

AYO PINDAH
 MITIGASI (UPAYA MEMINIMALKAN
RESIKO BENCANA/KERUSAKAN
 PENDEKATAN TEKNOLOGI (PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR MITIGASI BENCANA)
 PENDEKATAN SOSIAL EKONOMI (SOSIALISASI
/PELATIHAN, BANTUAN MODAL USAHA &
PEMASANGAN RAMBU-RAMBU LARANGAN)
 PENDEKATAN INSTITUSI/KELEMBAGAAN
(PEMERINTAH TERKAIT/STAKEHOLDER/LSM/ORMAS)

SECARA
BERKELANJUTAN
 PEMULIHAN
(REHABILITASI & RESTORASI)
 REHABILITASI & RESTORASI MANGROVE
 REHABILITASI & RESTORASI LAMUN
 REHABILITASI & RESTORASI TERUMBU KARANG
 REHABILITASI & RESTORASI SUNGAI & ESTUARI

SECARA TERPADU
&
BERKELANJUTAN
TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA

SYUKRON JAZAKUMULLAHU KHAIRAN