Anda di halaman 1dari 6

TEOLOGI PUBLIK

SELAMATKAN PANTAI DARI SAMPAH DI JEMAAT GPM NUSANIWE-ERI


(KAJIAN EKOLOGI)

OLEH:

Michella Gracia Hetharie


Thopilus Ngaibawar
Jein Unpapar

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU


FAKULTAS TEOLOGI
PROGRAM STUDI TEOLOGI KRISTEN PROTESTAN
2023
Latar Belakang
Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti pasang
surut, angin laut dan perembesan air laut. Pantai adalah daerah di tepi perairan yang
dipengaruhi oleh pasang tertingggi dan surut terendah. Garis pantai adalah garis atas
pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah
sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Secara umum, Sutikno
(1993) menjelaskan bahwa pantai merupakan suatu daerah yang meluas dari titik terendah air
laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas efektif dari gelombang.
Sedangkan garis pantai adalah garis pertemuan antara air laut dengan daratan yang
kedudukannya berubah-ubah sesuai dengan kedudukan pada saat pasang- surut, gelombang
dan arus laut.
Banyak ditemukan perilaku manusia yang masih sering tidak peduli dengan keberadaan
lingkungan yang selalu menunjang kehidupannya. Masih banyak ditemui pencemaran
lingkungan yang terjadi di laut, darat bahkan udara, pencemaran ini dilakukan dengan
berbagai alasan yang sebenarnya banyak memberikan dampak buruk dan bukan hanya untuk
manusia melainkan berdampak buruk juga bagi lingkungan itu sendiri. Lingkungan dalam
eksistensinya, sering tidak diperdulikan oleh manusia, perilaku-perilaku manusia ini sangat
merusak alam tanpa memperbaikinya kembali sesuai dengan kondisi semula.
Di Jemaat Eri masyarakat msih banyak menggunkan pesisir pantai itu untuk tempat mereka
membuang sampah sembarangan tanpa dilakukan tindakan pemulihan, perilaku seperti ini
sering ditemui pada masyarakat yang berdomisili pada daerah pinggiran laut dengan
kebiasaan buruk yang selalu membuang sampah rumah tangga kelaut lepas tanpa memikirkan
potensi kerusakan yang akan terjadi.
Pantai yang di gunakan untuk tempat para nelayanan, terminal para nelayanan dan juga di
gunakan tempat wisata di jemaat Eri penuh dengan sampah - sampah yang menyebabkan
erosi pada pesisir pantai dan menjadi kotor pada bibir pantai.
Jemaat ini juga menjadi salah satu lingkungan sosial yang memiliki umat dengan
tingkat ketidakpedulian terhadap lingkungan hidup relatif tinggi, banyak dari mereka yang
tidak ingin bersusah paya untuk mencari tempat pembuangan sampah yang baik, sehingga
merusak alam dengan pembuangan sampah yang tidak teratur. Dan tidak diperhatikan secara
baik, dari segi moralitas dan etika mereka dalam merespon karya Allah melalui lingkungan
hidup ini.
Pola hidup dan kebiasaan inilah yang perlu dirubah, umat perlu memahami
pentingnya alam bagi kehidupan sehingga dapat mengurangi potensi kerusakan alam yang
berdampak bagi semua ciptaan. Moralitas manusia yang begitu bermasalah ssehingga
kebiasaan seperti terus berlanjut dan sulit untuk di hentikan. Gereja mestinya hadir untuk
menjawab persoalan ini sebagai bentuk kepedulian terhadap umat Tuhan dan juga alam
ciptaan dari Tuhan. Cara pandang umat mesti dibetulkan agar pencemaran seperti ini tidak
lagi dilakukan dan dapat menunjang relasi yang baik dalam hidup bersama dengan
lingkungan hidup.
Realita yang ada, pencemaran lingkungan ini daoat terjadi karena beberapa faktor
yang terjadi, faktor-faktor ini berpotensi membuat manusia atau umat di jemaat erie terpaksa
untuk membuang sampah sembarangan termasuk pada laut, nantinya akan berdampak juga
pada pola perilaku yang akan ditiru oleh generasi berikutnya sehingga kebiasaan ini akan
menjadi berkelanjutan dan tidak akan pernah berhenti.
Aksi membuang sampah di laut sebenarnya di pengaruhi juga oleh pemahaman jemaat
eri itu sendir. Ada sekitar 125 keluarga yang tinggal di pesisir pantai dan 76 di antaranya rutin
membuang sampah di laut , bagi mereka laut sangat membantu mereka ketika tidak ada lagi
tempat pembuangan sampah , dan membuang di laut yang mempermudahkan mereka . Tetapi
juga ada dampak yang mereka tidak tahu ketika mereka membuang sampah di pesisir pantai
dampaknya yaitu membuat ikan- ikan di laut menjadi jauh dari pesisir pantai , pantai juga
menjadi kotor karena di penuhi dengan sampah organik atau sampah an organik dan juga
tidak lagi menjadi tempat wisata karena sudah di penuhi dengan sampah.
Bila pesisir pantai di jemaat Eri tidak di selamatkan akan terjadi dampak bagi
keluarga, lingkungan dan bagi ikan - ikan di pantai.

Kajian Teori

Pantai adalah sebuah wilayah yang menjadi batas antara lautandan daratan, bentuk
pantai berbeda-beda sesuai dengan keadaan, proses yang terjadi di wilayah tersebut, seperti
ppengendapa dan pengangkutan, pengikisan yang disebabkan oleh gelombang, arus, angin
dan keadaan lingkungan disekitarnya yang berlangsung secara terus menerus, sehingga
membentuk ssebua pantai1.
Pengertian Pesisir adalah wilayah antara batas pasang tertinggi hingga batas air laut
yang terendah pada saat surut. Pesisirdipengaruhi oleh gelombang air laut. Pesisir juga

1 Dwi W W. Buana. Peranan Sektor Infotmal dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan di saya tarik Wisata
Pantai Sanur. Jurnal Destinasi Pariwisata (Vol. 3 No. 1, 2015) Hal. 38
merupakan zona yang menjadi tempat pengendapan hasil pengikisan air laut dan merupakan
bagian dari pantai.2
Manfaat pantai sangat banyak, pantai-pantai pasti memiliki manfaat untuk kehidupan,
terutama daerah tropis pantai yang dapat dimanfaatkan manusia untuk banyak hal di
antaranya:
1. Objek pariwisata
2. Daerah pertanian pasang surut
3. Areal tambak garam
4. Wilayah perkebunan kelapa dan pisang
5. Daerah pengembangan industri kerajinan rakyat bercorak khas daerah
pantai, dan lain-lain.

Pantai juga memiliki ekosistem, ekosistem pantai adalah ekosistem yang ada di wilaya
perbatasan antara air laut dan daratan, dalam ekosistem pantai.
Secara sederhana, sampah merupakan materi, bahan maupun segala sesuatu yang
tidak diinginkan, baik itu merupakan sisa atau residu maupun buangan. Meski demikian,
dalam konsep perundang-undangan, sampah dapat pula muncul, ada maupun timbul akibat
proses alam yang berbentuk padat. Hal ini berbeda dalam pandangan Rudi Hartono yang
memandang bahwa sampah tidak muncul akibat proses alam, atau dengan kata lain bahwa
materi-materi yang muncul akibat proses alam tidaklah dinamakan sampah, sebab yang ada
hanyalah produk-produk yang tidak bergerak3.
Sampah (waste) dalam pengertian yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh
Kuncoro, yaitu sebagai bahan yang dibuang atau terbuang; merupakan hasil aktivitas manusia

atau alam yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah diambil unsur atau fungsi utamanya. 4
Sebagai hasil dari aktivitas manusia, maka besar kecil atau banyak tidaknya, timbulan
sampah akan tetap ada selama manusia masih beraktivitas. Akan tetapi menurut Anwar,
aktifitas yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) bukanlah aktifitas biologis
karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk ke dalam kategori sampah.

2 Dwi W W. Buana. Peranan Sektor Infotmal dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan di saya tarik Wisata
Pantai Sanur. Hal. 38
3 Rudi Hartono, Penanganan dan Pengolahan Sampah (TPS : Bogor, 2008), hal. 5
4 Kuncoro Sejati, Pengelohan Sampah Terpadu Dengan Sistem Node, Sub Point, Center Point (Kanisius :
Yogyakarta, 2009), Hal. 12
Selain pengertian sampah secara umum yang sering digunakan untuk menyatakan
limbah padat, sampah didefinisikan pula berdasarkan sudut pandang lainnya 5. Dalam sudut
pandang ekonomi misalnya, sampah diartikan sebagai sisasisa bahan yang mengalami
perlakuan-perlakuan, baik karena sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan,
atau karena sudah tidak ada manfaatnya yang ditinjau dari segi social ekonimis tidak ada
harganya. Atau diartikan sebagai bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktifitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomi.
Dari segi lingkungan, sampah dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan
terhadap lingkungan hidup. Menurut kamus istilah lingkungan hidup, sampah mempunyai
definisi sebagai bahan yang tidak mempunyai nilai, bahan yang tidak berharga untuk maksud
biasa, pemakaian bahan rusak, barang yang cacat dalam pembikinan manufaktur, materi
berkelebihan, atau bahan yang ditolak.
Di dalam kitab Perjanjian Baru seperti yang di kutip dari Kisah Para Rasul 17: 24-25
dimana Allah menyatakan bahwa Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, dan Ia
adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia. Karena
Allah yang memberikan kehidupan.
Dia adalah Tuhan atas langit dan bumi, maksudnya, Dia adalah Pemilik sah, dan Tuan
atas segala makhluk, kuasa, dan kekayaan dunia atas dan dunia bawah, yang jasmani dan
rohani, yang kelihatan dan tidak kelihatan. Ini disimpulkan dari kenyataan bahwa Dia
menjadikan langit dan bumi. Jika Dia menciptakan semua, tanpa ragu lagi Dia jugalah yang
mengatur semuanya. Dan, apabila Dia memberikan keberadaan, maka tanpa diganggu gugat
Ia juga berhak memberikan hukuman bagi yang melanggarnya.
Jadi Kristus adalah dasar dari segala sesuatu. Bumi dan semua ciptaan ada karena
peran kreatif Kristus. Melalui peran ini, Kristus menuntun pada keselamatan manusia dan
semua ciptaan. Secara tidak langsung, Kristus mendamaikan manusia dan semua ciptaan
dengan pekerjaan menyelamatkan manusia. Pekerjaan untuk menyelamatkan manusia telah

Allah perkenalkan kepada manusia, itu adalah bukti kasih dan belas kasihan Tuhan kepada
manusia. Melalui karya penyelamatan ini, manusia harus menunjukkan kepada Tuhan 5(Celia
Deane-Drummond, A Handbook in Theology and Ecology, Diterjemahkan Robert tugas dan
tanggung jawabnya, yang pernah diabaikan. Gereja sebagai lembaga keagamaan harus
mampu menjelaskan teksteks Alkitab tentang tugas dan tanggung jawab manusia untuk

5 Ashabul Kahfi. Tinjauan terhadap Pengelolaan Sampah. Jurisprudintie (Vol. 4, No. 1, 2017) Hal.16
melindungi seluruh ciptaan. Selain itu, gereja dapat menjadi motor penggerak dalam menjaga
dan melestarikan alam dalam krisis ekologi.

Anda mungkin juga menyukai