Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Nama : Rizky Syahril Ramadhan


NPM : 41155010210018
Kelas : Ti-B
Matkul: Green Manufacture dan System Lingkungan

Ekosistem dan Ekologi sebelum dan sesudah rusak


Manusia dan lingkungan merupakan dua kata yang tidak dapat dipisahkan.
Keduanya saling pengaruh mempengaruhi. Pengaruh alam terhadap manusia lebih bersifat
pasif, sedangkan pengaruh manusia terhadap alam lebih bersifat aktif. Dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya, aktifitas yang dilakukan manusia terhadap alam selalu menimbulkan
kerusakan terhadap lingkungan itu sendiri. Menurut Undang-undang RI tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No : 32 Tahun 2009 bahwa, kerusakan lingkungan hidup
adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia dan/atau hayati
lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Ekosistem dan ekologi merupakan dua konsep penting dalam studi lingkungan alam.
Ekosistem merujuk pada interaksi antara makhluk hidup (organisme) dan lingkungannya yang
mencakup faktor biotik (makhluk hidup) dan abiotik (faktor lingkungan non-hidup seperti
tanah, air, dan iklim). Sementara itu, ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
organisme dengan lingkungan serta dengan organisme lain dalam ekosistem.
Sebelum ekosistem mengalami kerusakan, kondisinya biasanya berada dalam keadaan
alami dan seimbang. Beberapa karakteristik ekosistem yang utuh dan sehat meliputi:
• Biodiversitas Tinggi
Ekosistem yang sehat cenderung memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi,
termasuk beragam jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme. Keanekaragaman ini
memastikan adanya interaksi yang kompleks antara organisme-organisme tersebut,
sehingga ekosistem menjadi lebih stabil dan tangguh terhadap perubahan lingkungan.
• Siklus Materi dan Energi
Di dalam ekosistem yang utuh, terjadi aliran energi dan siklus materi yang teratur.
Proses-proses seperti fotosintesis, respirasi, dan dekomposisi berjalan harmonis,
memastikan sumber daya alam seperti air, nutrisi, dan karbon tersedia dalam jumlah
yang cukup bagi seluruh organisme di dalamnya.
• Fungsi Ekologis yang Seimbang
Masing-masing organisme dalam ekosistem memiliki peran dan fungsi ekologis yang
khas, termasuk sebagai produsen (tanaman), konsumen (hewan pemakan tanaman), dan
pengurai (dekomposer). Fungsi ekologis ini saling terkait dan berkontribusi terhadap
keseimbangan ekosistem secara keseluruhan
• Kualitas Air dan Tanah yang Baik
Kualitas air dan tanah dalam ekosistem yang sehat biasanya relatif baik. Air bersih dan
bebas polusi, sedangkan tanah subur dan mampu menyediakan nutrisi bagi tumbuhan.
Menghargai kelestarian ekosistem sebelum rusak adalah penting untuk menjaga
keseimbangan alam dan kelangsungan kehidupan bagi seluruh makhluk di Bumi. Upaya
konservasi dan perlindungan lingkungan adalah langkah krusial untuk memastikan bahwa
ekosistem tetap berfungsi dengan baik dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Sejak tahun 1970-an dunia mulai memberikan perhatian besar terhadap masalah
lingkungan, seperti pembangunan berwawasan lingkungan guna menjaga kelangsungan hidup
di muka bumi. Namun demikian sampai saat ini lingkungan hidup sebagai wahana bagi
makhluk hidup khususnya manusia terus mengalami kerusakan. Lebih jauh dapat dikatakan
bahwa, perilaku manusia terhadap alam sangat tergantung bagaimana cara pandangnya
terhadap alam itu senidiri. Jika alam dipandang sebagai hal yang penting dan menguntungkan
maka perilaku yang muncul adalah perilaku yang menghargai. Namun sebaliknya, jika tidak,
maka perilaku yang muncul adalah perilaku yang merusak. Manusia memiliki cara pandang
tersendiri terhadap alam. Cara pandang tersebut menjadi landasan bagi manusia untuk
bertindak terhadap alam. Salah satu cara pandang manusia terhadap alam adalah
“Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah cara pandang yang menempatkan manusia sebagai pusat
dari sistem alam semesta. Pandangan ini berisi pemikiran bahwa segala kebijakan yang
diambil mengenai lingkungan hidup harus dinilai berdasarkan kepentingan manusia. Maka
tidak heran jika fokus perhatian dalam pandangan ini terletak pada peningkatan kesejahteraan
dan kebahagiaan manusia. Alam dilihat sebagai objek untuk pemenuhan kebutuhan dan
kepentingan manusia, sehingga alam hanya dijadikan alat untuk pencapaian tujuan.
Dengan cara pandang seperti diatas maka, banyak pendapat yang mengatakan
bahwa antroposentrisme merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis lingkungan hidup.
Pandangan seperti ini membuat manusia berani melakukan tindakan eksploitatif terhadap alam
dengan menguras kekayaan alam demi kesejahteraan hidupnya.
Menurut Secretary General Executive Director UNEP, 2014, setiap tiga detik
waktu berjalan, hutan seluas ± 1 hektar hilang dari permukaan bumi. Rata-rata total hutan yang
hilang setiap tahunnya ±13 juta hektar. Dengan nilai ekonomi jasa ekosistem hutan tropis
diperkirakan USD 6.120 per acre. Hal ini merupakan angka yang mengejutkan pada berbagai
tingkatan. Disadari atau tidak eksploitasi ekosistem memang telah meningkatkan
kesejahteraan manusia. Namun kelanjutan dampak yang akan ditimbulkannya terhadap
lingkungan sangat mengkhawatirkan.
Peningkatan pendapatan masyarakat sering kali tidak memperhitungkan
dampak ekologis dan sosial ekonomi yang ditimbulkannya secara menyeluruh. Kerusakan
lingkungan memang sudah menjadi taruhan dari pesatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Keberhasilan suatu negara mengangkat perekonomiannya kurang diimbangi dengan
kesuksesan mereka mengatasi sejumlah masalah lingkungan yang terjadi. Dibawah ini dapat
dilihat tekanan-tekanan kecil yang dilakukan manusia terhadap alam yang dapat menimbulkan
masalah besar terhadap lingkungan di kemudian hari.
Penebangan hutan yang terjadi merupakan gambaran tekanan yang dilakukan manusia
terhadap alam dan lingkungannya dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat. Hal
ini merupakan contoh kecil yang senantiasa terjadi di areal hutan kita. Kepedulian lingkungan
hanya muncul sejauh terkait dengan kepentingan hidup manusia dan itupun lebih banyak
bersifat jangka pendek.
Menurut National Geographic Indonesia, bulan mei 2016, sesuai dengan data
yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) tahun 2015, hampir 68% mutu air
sungai di 33 Provinsi di Indonesia dalam status tercemar berat. Sumber utama pencemar air
sungai di Indonesia sebagian besar berasal dari limbah domestik (rumah tangga). Limbah cair
dari rumah tangga merupakan sumber pencemar dominan terhadap air. Dari limbah cair rumah
tangga tersebut dapat dijumpai berbagai bahan organik yang di bawa melalui got/parit sampai
ke sungai. Disamping itu juga kadang kala ikut terbawa bahan anorganik seperti : plastik, botol
aqua, alumunium dan lain-lainnya. Sampah-sampah tersebut makin lama semakin menumpuk
sehingga menyumbat aliran sungai yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir.
Disamping itu globalisasi yang terjadi serta terintegrasinya pasar telah
mendorong peningkatan eksploitasi sumberdaya alam seperti migas, hutan, kelautan dan lain
sebagainya sehingga dapat mendorong percepatan kerusakan lingkungan secara serius. Selain
itu era globalisasi yang dipercepat oleh dampak dari teknologi informasi, telah ikut
mendorong eksplorasi sumber daya alam secara tidak terbatas sehingga ketersediaan sumber
daya alam seperti air, tanah, bahan makanan serta sumber energi lainnya semakin menipis.
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki kekayaan alam
yang luar biasa. Dari sudut lingkungan, kekayaan alam tersebut lebih dikenal dengan
keanekaragaman hayati. Namun demikian, kekayaan tersebut saat ini sedang mengalami
degradasi lingkungan yang sangat serius akibat dari perilaku manusia yang tidak bertanggung
jawab. Perilaku yang tidak bertanggung jawab tersebut terwujud dalam bentuk penebangan
hutan secara liar, polusi gas hasil pembakaran bahan bakar fosil dan lain sebagainya. Semua
bentuk perilaku tersebut memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap kerusakan
lingkungan, sehingga berdampak kepada degradasi keanekaragaman hayati.
Jika dilihat dari kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini, maka banyak faktor yang dapat
menyebabkan kepunahan keanekaragaman hayati. Diantara faktor tersebut adalah :
• Hilangnya habitat.
Hilangnya habitat akibat dari pertanian dan pengelolaan hutan yang tidak
berkelanjutan menjadi penyebab terbesar dari hilangnya keanekaragaman hayati.
Jumlah penduduk yang semakin hari semakin bertambah menyebabkan semakin
banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi dari alam. Disamping itu juga ketersediaan
lahan bagi hewan dan tumbuhan semakin hari semakin sempit akibat beralihnya fungsi
lahan dari pertanian untuk tempat tinggal manusia dan lahan industri.
• Pencemaran. Zat pencemar (polutan) merupakan produk buangan yang dihasilkan dari
aktivitas manusia. Polutan tersebut dapat mencemari tanah, air dan udara. Polutan
tersebut sangat berbahaya bagi kehidupan (organisme). Nitrogen dan sulfur oksida
yang dihasilkan dari kendaraan bermotor yang jika bereaksi dengan air maka dapat
membentuk hujan asam yang dapat merusak ekosistem. Penggunaan
chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan dapat merusak lapisan ozon, sehingga sinar
ultraviolet yang sampai kepermukaan bumi semakin meningkat sehingga mengganggu
keseimbangan rantai makanan dari mahkluk hidup.
Peran Masyarakat
Sayangnya, dalam beberapa kasus, masyarakat juga dapat berperan dalam kerusakan
ekosistem dan ekologi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa peran
masyarakat yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan antara lain:
• Pembabatan hutan dan deforestasi
Masyarakat dapat terlibat dalam penebangan pohon secara ilegal atau pembukaan lahan
hutan untuk kepentingan pertanian, perkebunan, atau pembangunan infrastruktur, yang
dapat menyebabkan hilangnya habitat dan kerusakan ekosistem hutan.
• Penggunaan bahan kimia berbahaya
Penggunaan bahan kimia berbahaya seperti pestisida dan pupuk sintetis secara
berlebihan dalam pertanian dapat mencemari tanah dan air, menyebabkan kerusakan
pada ekosistem dan mengancam kesehatan manusia.
• Pencemaran air dan udara
Beberapa masyarakat mungkin membuang limbah cair atau padat secara langsung ke
sungai atau lingkungan sekitar, menyebabkan pencemaran air dan udara yang merusak
ekosistem.
• Dukungan pada industri berdampak besar
Masyarakat yang mendukung industri yang berdampak besar pada lingkungan, seperti
industri penambangan, dapat secara tidak langsung menyumbang pada kerusakan
ekosistem dan ekologi.
• Ketidaktahuan atau kurangnya kesadaran: Beberapa masyarakat mungkin kurang
menyadari dampak negatif dari kegiatan mereka terhadap lingkungan, sehingga mereka
tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi kerusakan.
• Tidak mendukung kebijakan lingkungan
Masyarakat yang tidak mendukung atau tidak memperjuangkan kebijakan lingkungan
yang ketat dapat mempengaruhi keputusan pemerintah yang berdampak pada
kerusakan lingkungan.
Penting untuk diingat bahwa meskipun beberapa masyarakat terlibat dalam
menyebabkan kerusakan ekosistem dan ekologi, tidak semua orang bertanggung jawab dalam
tingkat yang sama. Demi keberlanjutan lingkungan, perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan edukasi lingkungan sehingga masyarakat dapat lebih sadar
tentang dampak dari tindakan mereka dan berperan dalam pelestarian alam. Selain itu,
diperlukan kerjasama dari semua pihak, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat, dalam
mengambil tindakan untuk mengatasi masalah kerusakan lingkungan.
Peran Pemerintah
Pemerintah terus mengupayakan adanya keseimbangan antara pembangunan dengan
kelestarian lingkungan hidup. Salah satu upaya tersebut adalah dengan pembentukan
kelembagaan. Efektivitas kelembagaan lingkungan hidup dapat dilihat dari kinerja instansi
pemerintah, perangkat hukum dan peraturan perundang-undangan, serta program yang
dijalankan pemerintah dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melaksanakan
pembangunan berkelanjutan. Saat ini, banyak kegiatan atau usaha yang berhadapan dengan
masalah lingkungan karena tuntutan dari masyarakat. Masalah lingkungan juga dapat
mempengaruhi kinerja suatu perusahaan dalam berbagai aktivitas bisnisnya.
Pemerintah telah melakukan berbagai cara termasuk dengan memperbaiki instrument-
instrumen hukum terutama yang terkait dengan lingkungan hidup. Salah satu produk hukum
terbaru yang disahkan oleh pemerintah adalah UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang yang berlaku sejak oktober 2009 dan
tercatat dalam lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 No 140 ini menggantikan
peran dari UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.Akan tetapi dalam
implementasinya terkadang masyarakat tidak tahu tentang peraturan ini maka dari pada itu
pemerintah harus mensosialisasikan ini secara menyeluruh Agar lingkungan hidup ini dapat di
minimalisir kerusakannya.

Peran Perusahaan
Mengurangi beban kerusakan ekosistem dan ekologi alam adalah tanggung jawab
bersama, termasuk perusahaan-perusahaan. Berikut adalah beberapa solusi yang bisa diberikan
oleh perusahaan untuk membantu mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan:
• Praktik ramah lingkungan
Perusahaan harus menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan dalam operasional
mereka. Ini termasuk penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah yang
bijaksana, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
• Penerapan teknologi hijau
Perusahaan harus mengadopsi teknologi yang ramah lingkungan untuk mengurangi
dampak negatifnya terhadap ekosistem dan ekologi. Contoh teknologi hijau termasuk
penggunaan sistem energi terbarukan, efisiensi energi, dan teknologi bersih.
• Pengelolaan limbah yang bertanggung jawab
Perusahaan harus memiliki sistem pengelolaan limbah yang efektif dan bertanggung
jawab. Ini melibatkan daur ulang limbah jika memungkinkan, dan menghindari
pembuangan limbah berbahaya ke lingkungan.
• Penerapan sertifikasi ramah lingkungan
Perusahaan dapat mengadopsi sertifikasi lingkungan seperti ISO 14001 untuk
mengukur dan meningkatkan kinerja lingkungannya.
• Evaluasi dampak lingkungan
Perusahaan harus secara teratur mengevaluasi dampak lingkungan dari kegiatan
operasional mereka dan berusaha untuk mengurangi dampak negatif sebanyak
mungkin.
• Pendidikan dan kesadaran lingkungan
Perusahaan harus mempromosikan kesadaran lingkungan di kalangan karyawan dan
masyarakat. Program pelatihan dan kesadaran lingkungan dapat membantu mengubah
pola pikir dan menghasilkan tindakan positif untuk lingkungan.
Dengan mengadopsi pendekatan holistik seperti di atas, perusahaan dapat berperan dalam
melindungi dan melestarikan ekosistem dan ekologi alam kita. Hal ini akan memberikan
manfaat jangka panjang bagi perusahaan, masyarakat, dan lingkungan secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai