S1- KEBIDANAN
Di susun oleh :
1HC01 / 40722051
A. Latar Belakang
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang
sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan
sendiri. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimal pula (Notoatmodjo, 2011). Banyak permasalahan lingkungan
yang terjadi di Indonesia dan mendapat sorotan lebih dari berbagai elemen saat ini.
Seperti cotohnya masalah sampah khususnya sampah plastik, pencemaran sungai,
pencemaran air tanah, kebakaran hutan dan lahan, ditemukannya ikan air tawar yang
tercemar kandungan zat mikro plastik, dan lain sebagainya. Dari sekian banyak
persoalan tersebut, beberapa yang mendapat sorotan tajam bahkan dari beberapa negara
tetangga adalah persoalan sampah serta kebakaran hutan dan lahan.
B. Pembahasan
Sampah, mungkin tidak asing ditelinga kita semua. Hampir disebagian besar tempat
dibumi ini, mungkin saja dengan mudahnya kita dapat menemuinya. Sampah
merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Berdasarkan sumbernya, sampah dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu:
Sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri,
serta sampah pertambangan. Di Indonesia sendiri masalah sampahsudha menjadi
masalah yang sangat serius, khususnya dikota-kota besar seperti Ibukota Jakarta dan
kota besar lainnya. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dihimpun dari tulisan seorang bloger yang dipublikasi oleh Kompasiana pada 23 april
2019. Pada tahun 2016 lalu, Indonesia memproduksi sampah hingga 65 juta ton. Dan
sekarang naik 1 juta ton dari tahun sebelumnya. Berdasarkan laporan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan bahwa sampah yang
dihasilkan berdominan sampah organik yang mencapai jumalh sekitar 60% dan sampah
plastik yang mencapai 15% dari total timbunan sampah, terutama diwilayah perkotaan.
Persoalan sampah juga tentunya bukan hanya terjadi di Indonesia saja, tapi banyak juga
negara lain didunia yang memiliki persoalan yang sama khususnya sampah plastik.
Menurut Bayu Bahrul melalui sebuah tulisannya yang dipublikasi lewat situs web
loop.co.id, ada 5 negara penghasil sampah plastik terbesar didunia yaitu: Tiongkok,
Indonesia, Vietnam, Filipina, dan Sri Lanka. Hal ini tentunya dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Yang salah satunya adalah kebiasaan atau gaya hidup sehari-hari yang
cenderung memilih menggunakan barang atau benda berbahan dasar plastik. Perilaku
yang demikian, tentunya sangat mempengaruhi produksi sampah plastik khususnya di
Indonesia. Belum lama ini, beredar kabar di media-media cetak maupun elektronik
mengenai ditemukannya sisa-sisa plastik atau dapat juga dikatakan sebagai sampah
plastik di pinggir pantai negara Thailand yang dimana pada kemasan tertera berasal dari
Indonesia. Tentunya ini merupakan sebuah persoalan yang tidak mengenakkan bagi
negara kita. Karena ternyata sampah dari negara kita sudah jauh terbawa arus air laut
hingga ke negara lain. Kejadian semacam ini tentunya bukan tanpa alasan. Ini
dipengaruhi oleh kebiasaan atau perilaku masyarakat kita sendiri yang terbiasa
membuang sampah tidak pada tempatnya, seperti membuang sampah sembarangan
disungai/kali serta perilaku buruk masyarakat membuang sampah sembarangan di laut-
laut tertentu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari
University of Georgia, pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan
di seluruh dunia. Sekitar 4,8-12,7 juta ton diantaranya terbuang dan mencemari laut.
Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya
menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-
1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan.
4. Pencemaran Air
Air adalah sumber daya alam yang dibutuhkan manusia. tanpa air yang bersih manusia
tidak bisa minum, mandi, memasak, mencuci dan lain sebagainya. Selain menjadi
sarana kebutuhan manusia, air juga menjadi tempat makhluk hidup jenis hewan atau
tanaman berkembang biak. Celakanya, di Indonesia kualitas kebersihan air semakin
menurun dari tahun ke tahunnya. Pencemaran air terjadi dimana-mana, hal ini
disebabkan oleh perilaku manusia yang sering membuang sampah ke sungai ataupun
perusahaan-perusahaan industri yang membuah limbah pabriknya ke aliran sungai.
Pencemaran air adalah masuknya komponen, energi atau zat tertentu ke dalam air oleh
kegiatan manusia, sehingga mengakibatkan kualitas air turun sampai tingkat terentu
dan tak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Pencemaran air terjadi di sungai, danau
dan juga lautan. Sumber pencemaran air kebanyakan berasal dari sampah rumah tangga
dan juga limbah pabrik yang sengaja di buang ke wilayah perairan. Ciri-ciri air yang
tercemar dapat dilihat dari warna, bau dan juga rasanya. Selain itu juga bisa diukur dari
derajat keasaaman dan jumlah mikroorganisme dalam air. Namun, untuk mengukur
apakah air tercemar secara akurat, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan menjadi keprihatinan berbagai
pihak, terlebih, masalah berulang setiap tahun. Universitas Gadjah Mada pun
melakukan kajian soal ini. Ada dua faktor pemicu kebakaran, yakni alam dan manusia.
Namun, katanya, faktor manusia lebih kuat menyebabkan kebakaran itu. Dari kajian
UGM, katanya, memperlihatkan, membuka lahan dengan membakar maupun kanal
buatan untuk mendrainase atau mengeringkan lahan gambut menjadi pemicu
kebakaran. Tim UGM, telah mengkaji dan memperlihatkan sebaran titik api sesuai
kanal-kanal buatan. Parahnya, tak mudah memadamkan api kala lahan gambut sudah
terbakar. Api yang membakar lahan, katanya, terlebih gambut dalam, sangat sulit
dipadamkan dan memerlukan volume air banyak. Guna memadamkan api seluas satu
meter pesegi ketebalan 30 centimeter saja perlu 200-400 liter air.
6. Kebijakan Pemerintah
Masalah kesehatan merupakan salah satu bentuk pemasalahan yang harus ditangani
baik oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Mengingat pentingnya kesehatan
tersebut, UU 36 Tahun 2009 memberikan arah sebagai berikut :
a. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 melalui pembangunan Nasional yang berkesinambungan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
b. Tanah Longsor Selain banjir, bencana lain yang juga bisa melanda akibat adanya
pencemaran air adalah tanah longsor. Tentu bencana tanah longsor sangat merugikan
masyarakat karena bisa menyebabkan kerugian materi dan bahkan korban jiwa.
c. Menjadi Sarang Penyakit Dampak penyebab pencemaran air yang cukup merugikan
adalah timbulnya sarang penyakit di lingkungan air. Perairan yang kotor dan tercemar
tentu menjadi sumber wabah penyakit bagi manusia, sebut saja seperti kolera, hepatitis
dan sebagainya.
d. Kematian Biota Air Pencemaran air juga berdampak pada matinya biota air, seperti
ikan dan spesies lain. Sungai dan air yang kotor tentu tidak mampu menunjang
kehidupan, sehingga banyak ikan, kepiting, udang atau spesies air lain yang sakit dan
mati.
e. Merusak Ekosistem Air Efek pencemaran air juga berdampak pada terganggunya
ekosistem air. Kualitas air yang menurun membuat hewan air menjadi kesulitan
bertahan hidup. Akibatnya rantai makanan di air juga menjadai terganggu dan akan
merusak ekosistem air secara keseluruhan.
g. Merugikan Nelayan Pencemaran air tentu akan merugikan nelayan. Profesi nelayan
adalah mencari tangkapan ikan. Apabila air tercemar, maka ikan-ikan akan mati. Hal
ini membuat nelayan tidak mendapat tangkapan yang akan dijual sehingga nelayan jadi
merugi.
h. Erosi Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan akibat transportasi angin, air atau es,
karakteristik hujan dan material lain. Adanya pencemaran air juga bisa menyebabkan
terjadinya erosi.
i. Perubahan Tingkat Keasaman (pH) Tingkat keasaman (pH) optimal untuk kehidupan
organisme antara 6,5-7,5. Limbah industri, rumah tangga, dan pertanian di perairan
akan memengaruhi konsentrasi ion-ion hidrogen sehingga pH air akan berubah, bisa di
atas 7,5 atau di bawah 6,5. Hal ini akan mengganggu kehidupan organisme akuatik.
j. Sumber Air Bersih Berkurang Pencemaran air tentu secara langsung akan mengurangi
sumber air bersih. Berbagai sumber mata air seperti sungai, danau atau mata air
pegunungan, jika sudah tercemar tentu sudah tidak aman untuk dikonsumsi dan
digunakan untuk kebutuhan manusia.
k. Timbulnya Endapan, Koloid dan Bahan Terlarut Endapan, koloid dan bahan terlarut
berasal dari bahan-bahan buangan industri, obat-obatan, dan pupuk pertanian. Bahan
tersebut dapat menghalangi cahaya matahari ke perairan sehingga proses fotosintesis
tumbuhan air terganggu. Hal ini tentu juga akan menganggu proses tumbuh kembang
tumbuhan air. Beberapa contoh pencemaran air di sekitar kita berupa zat-zat yang biasa
menjadi sumber terjadinya pencemaran air.
• Zat kimia organik, misalnya seperti pestisida, plastik, minyak, bensin, deterjen.
• Zat radioaktif, misalnya seperti thorium, uranium, radon, iodine, cesium. • Sedimen,
misalnya seperti tanah, lumpur, kerikil.
Selanjutnya adalah dampak yang timbul akibat kebakaran lahan juga sangat
mempengaruhi kehidupan bagi masyarakat yang terpapar oleh asapnya. Pada segi
kesehatan, dampak yang sangat dirasakan adalah munculnya gejala atau keluhan infeksi
saluran pernapasan. Bahkan pada beberapa informasi lewat media cetak maupun
elektronik sempat dikabarkan ada seorang bayi berusia 4 bulan di wilayah sumatera
selatan meninggal akibat terkena infeksi saluran pernapasan yang diduga terpapar oleh
asap kebakaran hutan dan lahan.
8. Kaitan Kesehatan Lingkungan
Dengan Filsafat Pengertian filsafat menurut Aristoteles(384 – 322 SM) yang kami
dapatkan dari berbagai sumber adalah bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki
sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali.
Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Menurut Sidi Gazalba : Berfilsafat adalah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal,
sistematik dan universal. Menurut Winslow, ilmu kesehatan masyarakat yaitu ilmu dan
seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan
mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan
sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang
kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk
diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial yang akan
mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat
untuk menjaga kesehatannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kegunaan filsafat
dalam ilmu kesehatan lingkungan adalah sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk
mencari, meninjau, mengamati dan menyelidiki setiap masalah ataupun kejadian yang
terjadi di masyarakat yang termasuk dalam ruang lingkup kesehatan masyarakat.
Masalah tersebut diselidiki secara sistematis dengan lebih dalam untuk mendapatkan
kebenaran, solusi ataupun pencegahannya. Selain itu, dengan berfilsafat kita
(khususnya sarjana kesehatan masyarakat) juga berpikir dengan lebih logis dan radikal
sehingga setiap ide dan tindakan yang diperbuat dapat lebih terarah dan bermanfaat
baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Contohnya misal jika suatu daerah memiliki
lingkungan yang udaranya tercemar maka kita akan menyelidiki apa penyebab udara di
daerah tersebut tercemar, akibat yang ditimbulkannya, dampak baik secara langsung
maupun tidak langsung serta solusi atau tindakan yang dilakukan untuk meminimalisir
pencemaran udara dan bahkan menghilangkannya. Semua hal tersebut dapat dilakukan
dengan berfilsafat.
C. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah banyaknya persoalan lingkungan yang terjadi
saat ini adalah akibat dari ulah manusia sendiri. Dampak yang terjadi dari persoalan
lingkungan mungkin saja belum akan terasa pada waktu jangka pendek, tetapi sudah
pasti akan dirasakan dirasakan dalam waktu jangka panjang. Hingga saat ini banyaknya
kebijakan pemerintah yang telah dibuat untuk mengatasi persoalan lingkungan, masih
saja dirasa belum optimal dan seakan tidak membuahkan hasil sama sekali. Hal tersebut
terbukti dengan masih maraknya pencemaran terhadap lingkungan yang terjadi
disekitar kita. Filsafat sendiri memiliki peran penting dalam menentukan arah kebijakan
terhadap berbagai macam persoalan yang terjadi. Khususnya dalam menentukan arah
dan kebijakan terhadap persoalan lingkungan maupun kesehatan lingkungan itu sendiri.
Terakhir adalah, sikap dan perilaku masyarakat juga sangat menentukan keberhasilan
dari sebuah program agar mendapatkan sebuah pencapaian yang maksimal
sebagaimana yang diinginkan.