KESEHATAN MASYARAKATNYA
Disusun oleh:
NIM :201447201
2022
SANITASI LINGKUANGAN PADA WILAYAH PESISIR BERPENGARUH AKAN
KESEHATAN MASYARAKATNYA
Latar Belakang
1. Determinan lingkungan
Adanya pembuangan air limbah rumah tangga ke sungai- sungai dan
saluran air maupun ke laut mampu menyebabkan tercemarnya air sungai dan
air laut di daerah pesisir, sehingga diduga menyebabkan gangguan lingkungan
seperti mengganggu jaring makanan pada ekosistem sungai dan pesisir.
Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini menyebabkan daya
dukung lingkungan terhadap kehidupan masyarakat menjadi berkurang, seperti
ketersediaan air bersih, udara berkualitas, dan lainnya. Padatnya penduduk juga
menyebabkan penularan penyakit berbasis lingkungan lebih cepat dan luas.
Tercemarnya lingkungan pesisir dengan limbah rumah tangga. Hal ini bisa
terjadi karena berdasarkan hasil observasi awal, terlihat banyaknya limbah
rumah tangga seperti sisa air cucian, kotoran hewan, kotoran manusia dan
lainnya di air sungai, tanah, perairan pesisir dan daerah perumahan. Beberapa
bakteri yang bisa menjadi indikator pencemaran yaitu kelompok bakteri
Koliform.
Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti
penelitian dari Tilaar (2008) yang menemukan bahwa tingginya jumlah E. coli
memiliki korelasi dengan buangan tinja manusia dan hewan yang ada pada
sumber air (dalam hal ini air sungai Ranoyapo). E. coli merupakan bakteri yang
memiliki habitat pada saluran usus manusia dan hewan, dan bakteri ini dapat
menyebabkan penyakit yang dikenal dengan traveler’s diarrhea. Dengan
demikian pada kebanyakan kasus keracunan, bakteri ini sering memberikan
masalah bagi para pelancong yang singga di tempat tersebut. Selanjutnya,
kandungan E. coli memiliki kaitan erat dengan kandungan koliform. Daerah
yang memilki jumlah koliform tertinggi cenderung menunjukkan peningkatan
E. coli. Hasil yang diperoleh memiliki kecenderungan yang sama seperti
dilaporkan oleh Ijong (2004) tentang monitoring koliform dan E. coli di
perairan pantai Bunaken.
2. Determinan perilaku
Rendahnya perilaku masyarakat khususnya yang berhubungan dengan
STBM berdasarkan pada indikator output yaitu:
a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar
(jamban).
b. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan
yang aman di rumah tangga.
c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas
(seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia
fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang
mencuci tangan dengan benar.
d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar
3. Determinan sosial
Determinan sosial kesehatan, seperti kemiskinan, ketiadaan akses terhadap
pelayanan kesehatan, kekurangan akses terhadap pendidikan, stigma,
rasisme, bias gender, merupakan beberapa di antara faktor-faktor penting
yang melatari dan menyumbang terjadinya ketimpangan kesehatan. Sebagai
contoh, kebijakan publik yang tidak pro masyarakat miskin, ketidakadilan
akses kepada pendidikan, dan ketiadaan skema jaminan kesehatan yang
melindungi risiko finansial dari pengeluaran kesehatan katastrofik,
merupakan faktor-faktor sosial di tingkat makro yang menyebabkan
keluarga mengalami kemiskinan struktural. Kemiskinan selanjutnya akan
memaksa masyarakat miskin untuk hidup di lingkungan tempat tinggal
yang buruk, lingkungan hidup yang seadanya dan tidak sehat, lingkungan
tempat tinggal yang meningkatkan risiko terkena penyakit (Solar & Irwin,
2007).
Kesimpulan
Masalah kesehatan di daerah pesisir dapat dibagi dalam 3 bagian besar
yaitu determinan lingkungan, perilaku dan sosial. Hal ini menunjukkan
bahwa perlu adanya peran serta pemerintah dan masyarakat dalam upaya
mengatasi masalah kesehatan masyarakat.
Daftar Pustaka
Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi Revisi. Rineka
Cipta. Jakarta
Yudo, S., & Said, N.I. 2011. Masalah Pencemaran Air di Jakarta, Sumber dan
Alternatif Penanggulangannya. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol. 2(2): 33-40
Budiman, B., Juhaeriah, J., Abdilah, A.D., dan Yuliana, B. 2011. Hubungan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan
Cibabat Kecamatan Cimahi Utara. Prosiding SNaPP: Sains, Teknologi, dan
Kesehatan. Vol 2(1) (online) diakses dari
http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/Sains/article/view/50#.UkDmnNJBKo
U pada 17 Juni 2013
Budiman, B., Juhaeriah, J., Abdilah, A.D., dan Yuliana, B. 2011. Hubungan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan
Cibabat Kecamatan Cimahi Utara. Prosiding SNaPP: Sains, Teknologi, dan
Kesehatan. Vol 2(1) (online) diakses dari
http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/Sains/article/view/50#.UkDmnNJBKo
U pada 17 Juni 2013
Febrianti, E., I.E. Setyawan & S. Thio. 2007. Analisis Harapan Dan Persepsi
Konsumen Terhadap Dimensi Website Hotel Bintang Lima Di Surabaya. Jurnal
Manajemen Perhotelan. Vol. 3(2): 102-113
Solar, O. and Irwin, A. 2007. A conceptual framework for action on the social
determinants of health. Discussion paper for the commission on social determinants
of health. WHO Commission on Social Determinants f Health. (online) Diakses dari
http://www.who.int/social_determinants/resources/csdh_framework_action_05_07.p
df pada 10 September 2013