Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Discovery Learning I : Kemanfaatan & determinan sosial kesehatan dalam


ekosistem lahan basah bagi kesehatan manusia.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekosistem Lahan Basah

Dosen Pengampu: Kurnia R., Ns., M NSc

Disusun oleh:

KELOMPOK

Liza Trie Octiza Agyzty 1910913220015

Desty Kartika Atni 1910913220009

Noor Latifah 1910913120008

Yuniar Agustina 1910913220036

Triwigati 1910913220019

Silvaini Rahmah Rinata 1910913320004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
1. Apakah determinan sosial kesehatan dalam ekosistem lahan basah?
Di negara-negara maju, masyarakat menengah ke bawah pun memiliki harapan
hidup yang secara substansial lebih pendek dan lebih berisiko terserang penyakit
daripada masyarakat menengah ke atas. Hal ini yang telah dikenal sebagai
determinan sosial kesehatan. Keadaan sosial ekonomi yang buruk mempengaruhi
kesehatan sepanjang hidup. Masyarakat menengah ke bawah biasanya berisiko
setidaknya dua kali lipat terkena penyakit serius dan kematian dini dibandingkan
mereka yang berada pada menengah ke atas (Wilkinson & Marmot, 2009).
Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan juga pada kelompok menengan
maupun keatas juka bisa beresiko. Pada sisi lain masalah kesehatan seringkali di
artikan terlalu luas oleh sementara pihak. Misalnya, ada yang mengatakan bahwa
kurang tersedianya obat adalah masalah kesehatan. Tidak tersedianya air bersih
untuk sekelompok penduduk tertentu adalah juga masalah kesehatan (determinan
kesehatan). Kemudaian, tingginya angka kesakitan malaria juga masalah kesehatan
(Panghiyangani, 2019).
Rasa ketidakamanan akan risiko-risiko penyakit di lahan basah juga
berdampak pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Keadaan sosial dan
psikologis yang tidak baik maka dapat menyebabkan stress jangka panjang pada
diri seseorang. Terlebih lagi masyarakat yang hidupnya di garis kemiskinan, merasa
rendah diri, pengucilan, kecemasan, isolasi sosial, dan kuurangnya pengetahuan
sangat berefek pada kesehatan.
Model determinan lingkungan kesehatan individual dan masyarakat
determinan lingkungan kesehatan individual meliputi lingkungan psikososial,
lingkungan mikrofisik, lingkungan ras/kelas/gender, lingkungan perilaku, dan
lingkungan kerja. Sementara itu, determinan lingkungan kesehatan masyarakat.
Adapun model determinan sosial ekonomi terhadap kesehatan meliputi pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, dan modal atau kekayaan yang berhubungan satu sama lain
dengan kesehatan (Panghiyangani, 2019).
2. Bagaimana gaya hidup mempengaruhi kesehatan pada setting lahan basah?
Perubahan beberapa faktor seperti teknologi, populasi, dan gaya hidup
mempengaruhi kesehatan masyarakat lahan basah. Hal ini berpengaruh pula pada
kesejahteraan masyarakat. Sebuah pendekatan yang menekankan pada penggunaan
lahan basah sebagai sumber daya. Seperti, danau, sungai, rawa, dan lahan basah
lainnya yang berperan penting sebagai sumber daya sebuah pembangunan, akan
tetapi kini banyak dikembangkan oleh sektor tunggal yang berdampak negatif atau
memberikan kerugian pada sektor yang lain. Hal ini dikarenakan lebih
mementingkan manfaat jangka pendek namun menghiraukan jangka panjangnya.
Contohnya, aliran sungai yang dibendung guna menyediakan air irigasi yang
akhirnya menimbulkan masalah kesehatan terkait penyakit menular.
Gaya hidup individu dipengaruhi faktor sosial ekonomi, budaya, dan faktor
lainnya yang berhubungan dengan praktik kesehatan. Hingga, dapat dikatakan
bahwa gaya hidup adalah salah satu faktor penting yang menentu kan tingkat
kesehatan seseorang. Stress, aktivitas yang tinggi, konsumsi makan-makanan yang
tidak sehat seperti junkfood, kurang makan ikan, sayur dan buah-buahan, konsumsi
obat-obatan terlarang seperti narkoba, serta kurang olah raga adalah bagian-bagian
dari gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup di lahan basah yang sehat
menyangkut layanan ekosistem, seperti olah raga air, kegiatan penelitian alam,
budaya, dan rekreasi terkait dengan kesehatan fisik dan mental. Pada ekosistem
lahan basah, kesehatan masyarakatnya di tentukan oleh gaya hidup dan mata
pencaharian. Lahan basah melalui rekreasi, inspirasi, spiritual dan pendidikan telah
berkontribusi terhadap kesejahteraan manusia. Banyak agama yang menjadikan
nilai agama untuk aspek ekosistem di lahan basah.
Gaya hidup masyarakat dapat berubah seiring dengan berkembangnya zaman.
Gaya hidup di zaman sekarang gaya hidup masyarakat lahan basah yang sehat
terkait dengan layanan ekosistem yang tersedia. Jika layanan yang diberi aman dan
sehat maka akan berdampak pada kesehatan manusianya juga. Kita ambil contoh di
daerah perkotaan dengan ekosistem lahan basahnya yang menjadi sumber masalah
bagi manusia, seperti berkembangnya nyamuk dan berbagai vector penyakit lainnya
yang membuka jalan bagi manusia untuk terserang berbagai penyakit.
Menurut Horwitz dkk (2012) lahan basah memang penting bagi manusia dalam
hal kesehatan dan kesejahteraan seperti seperti tersedianya air bersih, makanan, dan
mempermudah dalam mendapatkan mata pencaharian. Namun, hal ini juga tidak
menutup kemungkinan masyarakatnya terpapar polusi, racun, atau penyakit
menular. Hal ini tergantung dari kemampuan masyarakat dalam memanajemen
fungsi dan produk dari lahan basah. (Finlayson, dkk, 2015).
3. Bagaimana peran ekosistem lahan basah dalam menyediakan sumber air
Interaksi manusia dengan ekosistem lahan basah dalam penyediaan makanan
dan air, aktivitas pekerjaan atau rekreasi dan budaya sangat bervariasi. Namun, hal
ini dapat berpotensi masyarakatnya terpapar agen penyakit infeksi yang ditemukan
di lahan basah. Status sosial ekonomi dan tingkat infrastruktur air dan limbah
sangat mempengaruhi ketergantungan dan paparan lahan basah dan patogennya.
Penduduk di daerah berpenghasilan rendah harus mengumpulkan air langsung dari
lahan basah untuk minum, kebutuhan rumah tangga, dan peternakan yang bisa
menjadi sumber beban penyakit yang ditularkan melalui air. Hal ini berisiko jauh
lebih tinggi daripada populasi perkotaan di negara maju yang minum air olahan
berkualitas tinggi walaupun sebagian besar menggunakan lahan basah juga untuk
kegiatan rekreasi. Pada tahun 2004, misalnya, sekitar 1,9 juta kematian disebabkan
oleh masalah air, sanitasi dan kebersihan yang tidak aman secara global, dengan
kurang dari 0,5% kematian ini berasal dari negara berpenghasilan tinggi (Cook,
Angus, dkk, 2015)

Lahan basah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Lahan basah ini memberi banyak manfaat pada makhluk hidup, baik manusia,
hewan, dan tumbuhan. Lahan basah sebagai sumber penghidupan dan mata
pencaharian, karena ia merupakan sumber air atau pusat penyedia air. Fungsi lahan
basah tidak saja dipahami sebagai pendukung kehidupan secara langsung, seperti
sumber air minum dan habitat beraneka ragam mahluk, tapi juga memiliki berbagai
fungsi ekologis seperti pengendali banjir, pencegah intrusi air laut, erosi,
pencemaran, dan pengendali iklim global. Sebagaimana diketahui, dari total air
yang terdapat di bumi hanya 3% saja yang berupa air tawar. Itupun sebagaian besar
berupa air beku. Padahal, manusia membutuhkan antara 20-50 liter air perharinya
untuk memenuhi segala kebutuhan dasarnya mulai dari minum, memasak, hingga
mandi. Lahan basah menjadi wilayah yang kaya akan air tawar. Lahan basah
menampung air hujan hingga dapat dimanfaatkan manusia bahkan membantu
peresapan air ke dalam tanah sebagai cadangan air bersih di dalam tanah bagi
manusia (F. R. Harahap, 2016). Baik lahan basah pedalaman maupun pesisir secara
signifikan memengaruhi siklus hidrologi yang akan memengaruhi pasokan air
untuk manusia yang digunakaan untuk irigasi, energi, dan transportasi. Perubahan
hidrologi pasti akan mempengaruhi lahan basah (Millenium Ecosystem Assessment,
2005).

4. Bagaimana peran ekosistem lahan basah dalam menyediakan sumber pangan


Ekosistem lahan basah, termasuk sungai, danau, rawa, padi, ladang, dan daerah
pesisir, menyediakan banyak layanan yang berkontribusi untuk kesejahteraan
manusia dan pengentasan kemiskinan. Dua lahan basah paling penting jasa
ekosistem darat yang mempengaruhi kesejahteraan manusia melibatkan
ketersediaan pasokan dan air. Perikanan darat khususnya di negara-negara
berkembang, dan mereka kadang-kadang sumber utama protein hewani dimana
masyarakat perdesaan ikatan memiliki akses. Perikanan terkait lahan basah juga
memberikan kontribusi penting bagi ekonomi lokal dan nasional. Pasokan utama air
tawar terbarukan untuk penggunaan manusia berasal dari berbagai lahan basah
pedalaman, termasuk danau, sungai, rawa, dan akuifer air tanah dangkal. Air tanah,
sering diisi ulang melalui lahan basah, memainkan peran penting dalam air pasokan,
dengan perkiraan 1,5-3 miliar orang bergantung padannya sebagai sumber air
minum. Sungai secara subtansial di modifikasi di seluruh dunia untuk menambah
ketersediaan air konsumsi manusia (Millenium Ecosystem Assessment, 2005).
Adanya lahan basah bisa memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia
dengnan melalui penyediaan keamanan pangan. Lahan basah berkontribusi pada
ketiga elemen keamanan pangan, yaitu ketersediaan makanan, membeli kekuasaan
atau modal sosial untuk mengakses makanan dengan uang tunai atau melalui barter
(dan sebagainya) dan cukup nutrisi dari makanan yang tersedia dan kecukupan gizi.
Untuk tercapainya akses gizi yang baik maka diperlukan, air untuk irigasi pertanian,
makanan untuk manusia, makanan ternak, agen pengendalian hayati atau hama atau
penyakit, produk dan sumberdaya, termasuk materi genetic lainnya, tanah, sedimen
dan gizi retensi. Lahan basah memberikan layanan penting dengan merawat dan
mendetiksifikasi berbagai produk limbah. Air yang mengalir di lahan gambut
melalui lahan basah mungkin jauh lebih bersih setelah keluar dari lahan basah.
Lahan basah juga mampu mengurangi konsentrasi nitrat hingga lebih dari 80%.
Lahan basah juga menyediakan makanan seperti ikan, hewan buruan,buah-buahan
dan biji bijian. Selain itu, Lahan basah menyediakan air bersih sebagai
penyimpanan dan retensi air untuk domestic, industry, penggunaan pertanian
(Millenium Ecosystem Assessment, 2005).
5. Bagaimana peran ekosistem lahan basah dalam menjaga lingkungan (iklim,
hidrologi, polusi, perlindungan erosi, bahaya lingkungan)
Wetlands memberikan kekayaan indah layanan ekosistem dan manfaat kepada
orang-orang, yang banyak terkait dengan kesehatan manusia dan kesejahteraan,
termasuk visi air pro dan pemurnian, antara orang lain. Wetlands juga penting
unruk mata pencaharian dan penghidupan masyarakat, karena mereka adalah
merupakan pusat ketahanan pangan dan air. Misalnya, lahan basah dapat berfungsi
sebagai pembibitan ikan, memberikan tanaman, seperti padi dan kayu, dan mengisi
ulang persediaan air tanah. Dan dapat juga sebagai sumber spiritual pembaharuan,
reaksi, pariwisata dan rekreasi.
Tindakan yang diambil hulu atau upcurrent dapat memiliki dampak besar pada
sumber daya lahan basah hilir atau bawah saat ini. pendekatan regional seperti
IRBM dan ICZM adalah contoh dari “pendekatan ekosistem.” pendekatan
Ekosistem telah dikembangkan sebagai strategi keseluruhan untuk pengelolaan
lingkungan terpadu mempromosikan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan
dengan cara yang adil. Mereka fokus pada pengelolaan sumber daya lingkungan
dan kebutuhan manusia di seluruh lanskap dan merupakan respons terhadap
kecenderungan untuk mengelola ekosistem untuk yang baik atau layanan, dengan
mencoba untuk menyeimbangkan trade-off untuk kedua kesejahteraan manusia dan
ekosistem layanan. Dampak perubahan iklim global akan sering memperburuk
dampak dari pembalap lain dari degradasi lahan basah. Sebagai contoh, penurunan
curah hujan sebagai akibat dari perubahan iklim akan memperburuk masalah yang
terkait dengan sudah tumbuh tuntutan untuk air. suhu permukaan laut yang lebih
tinggi akan memperburuk ancaman terhadap terumbu karang terkait dengan
peningkatan sedimentasi. Dalam kasus tertentu, bagaimanapun, perubahan iklim
global bisa mengurangi tekanan pada beberapa lahan basah, terutama di daerah di
mana curah hujan meningkat (Finlayson, 2015).
Terdapat berbagai program pemberdayaan di wilayah lahan basah yang dapat
dilakukan diantaranya adalah program penerapan PHBS, program pembuatan bank
sampah, program pembuatan jamban sehat, dan program penyediaan air bersih.
Pentingnya perbaikan sanitasi dasar di tiap wilayah melalui tingkah laku sehat,
seperti BAB di jamban/kakus, adalah untuk mencegah pencemaran air dan tanah
dari mikroba penyebab diare. Menurut Hamzah B et al. (2012), bahwa masih adanya
tingkah laku tidak sehat seperti rendahnya penggunaan jamban untuk BAB di
masyarakat dapat memicu kasus kejadian diare pada balita. Kebijakan pemerintah
untuk mencegah tingkah laku BABS menuju buang air besar di suatu tempat
(jamban/kakus) tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di Negara berkembang
lain seperti India. Hasil penelitian Diane Coffey et al. (2014) di India, bahwa meski
pemerintah sudah membuat kebijakan buang air besar sesuai kesehatan (di
jamban/kakus), namun tingkah laku buruk masyarakat di pedesaan masih tetap
buang air besar sembarangan. Untuk iklim tidak bias dipungkiri kita tidak dapat
memprediksi hari ini pasti akan hujan atau tidak setidaknya kita bias menjaga
jangan sampai ada air dirumah yang tergenang agar tidak membuat nyamuk
penyebab penyakit berkembang biak disana.. Hidrologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang air, disitu kita mengetahui walaupu tidak sepenuhnya
bagaimana kita bias menjaga dan bertahan hidup di lingkup basah . Menjaga agar
tidak terjadi polusi dan erosi jangan terlalu banyak mencemari lingkungan agar
tetap bersih, untuk bahaya lingkungan dapat bermaca-macam yang dapat
ditimbulksn di airkita harus hati-hati jika berada di lingkungan basah (Lenie
Roselina, 2019).
6. Apa dampak penggunaan secara berlebihan sumberdaya yang ada di
ekosistem lahan basah
Meningkatnya eksploitasi manusia dan modifikasi lingkungan juga berdampak
buruk terhadap kesehatan lahan basah, beberapa di antaranya telah hilang atau
terdegradasi hingga tidak lagi menyediakan layanan ekosistem yang sebelumnya
mendukung kesejahteraan dan kesehatan manusia (C Max Finlayson, 2015).
Degradasi dan hilangnya lahan basah dan spesies pedalaman didorong oleh
pembangunan infastruktur (seperti bendungan dan tanggul), konversi lahan,
penarikan air, polusi, pemanenan berlebihan, dan pengenalan spesies asing invasive.
Perubahan iklim global dan pemuatan nutrisi diproyeksi menjadi pengendalian
yang semakin penting dalam 50 tahun kedepan.
Banyak sistem pertanian telah dikelola seolah-olah terputus dari lanskap yang
lebih luas, dengan sedikit perhatian untuk menjaga komponen ekologi dan proses
yang menopang keberlanjutannya (Molden et al. 2007). Konsekuensi dari
pendekatan tersebut termasuk hilangnya layanan pro visioning seperti perikanan,
hilangnya layanan pengaturan seperti perlindungan badai dan penyimpanan nutrisi,
dengan umpan balik negatif pada produksi pangan dan serat.
Sumber air minum dan irigasi telah mengering, menyebabkan rasa haus,
kelaparan, dan perpindahan penduduk; polutan beracun telah meracuni perairan,
ikan, dan manusia; perubahan tata air dan struktur vegetasi telah menyebabkan
kesulitan, epidemi, dan degradasi lingkungan yang meluas dan konsekuensi yang
merugikan bagi manusia (C Max Finlayson, 2015).
Kelangkaan air fisik dan ekonomi dan terbatas atau berkurang akses air adalah
tantangan utama yang dihadapi manusia. Kelangkaan air dan menurunnya akses air
bersih adalah masalah yang sangat signifikan. Kelanjutan penurunan kualitas air
akan meningkat prevalensi penyakit, terutama untuk orang-orang yang rentan.
Peningkatkan prevalensi penyakit yang ditularkan oleh serangga atau melalui
perubahan pola makan dan nutrisi atau hilangnya layanan pengaturan, seperti
pengendalian erosi dan perbaikan banjir (C Max Finlayson, 2015). Penyakit dari air,
sanitasi, dan kebersihan yang tidak memadai itu seperti penyakit malaria dan diare
yang banyak sekali di temukan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Cook, A., & Speldewinde, P. (2015). Public health perspectives on water systems and
ecology. In Wetlands and Human Health (pp. 15-30). Springer, Dordrecht.

Finlayson, C Max., Horwitz, Pierre. 2015. Wetlands and Human Health. New York
London: Springer Science.

Harahap, F. R. (2016). Pengelolaan Lahan Basah Terkait Semakin Maraknya


Kebakaran Dengan Pendekatan Adaptasi Yang Didasarkan Pada Konvensi
Ramsar. Society, 4(2), 38-47.

Millenium Ecosystem Assessment. 2005. Ecosystem and Human Will Being:


Weatlands and Water Synthesis. Washington: Word Resources Institute.

Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah. 2004. Strategi Nasional dan Rencana
Aksi Pengelolaan Lahan Basah Indonesia. Jakarta.

Panghiyangani, R., Marlinae, L., & Husaini, H. (2019). Kesehatan Masyarakat Di


Lingkungan Lahan Basah.

Roselina, Lenie, dkk. 2019.Kesehatan Masyarakat Di Lingkungan Lahan


Basah.Banjarmasin. ISBN 978-602-0726-61-8

Wilkinson, Richard & Marmot, Michael. (2009). Social Determinant of Health. Journal
of Public Health Policy. 10.1093/acprof:oso/9780198565895.001.0001.

Anda mungkin juga menyukai