Anda di halaman 1dari 16

ISU LINGKUNGAN

Makalah ini ditulis dan disajikan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“ILMU ALAMIAH DASAR”.

Dosen Pengampu:
Aminin, SE.,Msi
Disusun oleh:
1. Nungki Putri Wulandari (1361187)
2. Sri Rahayu (1361237)
3. Wisnu Mahendri (1361257)
4. Jaisun Ghisfani (1161049)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN A0-2


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
PGRI DEWANTARA
JOMBANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini berlangsung
sangat cepat. Banyak komponen kehidupan manusia yang tidak dapat terlepas dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti sandang, pangan, dan papan. Manusia
sekarang ini hampir tidak dapat hidup tanpa teknologi. Teknologi dapat dengan mudah
dijumpai di belahan bumi manapun dan usia berapapun, dapat dipastikan teknologi
sudah menjadi kebutuhan pokok manusia pada zaman sekarang ini. Namun, ilmu
pengetahuan yang dimiliki manusia untuk menciptakan teknologi canggih tersebut,
sebagian besar diambil dari alam.
Pemanfaatan teknologi dari alam oleh manusia yang berlebihan dapat merusak
keseimbangan ekosistem dan mengakibatkan kerugian bagi manusia dan alam.
Manusia mengekspoitasi alam sebanyak-banyaknya tetapi tidak memperbaikinya. Hal
tersebutlah yang menyebabkan berbagai masalah muncul. Masalah yang muncul dari
kerusakan alam antara lain pemanasan global, keracunan zat adiktif, banjir, kerusakan
hutan, sampah, dan banjir lumpur lapindo di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh manusia dalam lingkungan ?
2. Apa pengertian isu lingkungan global ?
3. Apa pengertian isu lingkungan nasional ?
4. Apa pengertianisu lingkungan lokal ?

C. TUJUAN
1. Memahami pengaruh manusia dalam lingkungan
2. Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan global
3. Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan nasional
4. Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan lokal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Arti Lingkungan Hidup
Manusia hidup dibumi tidak sendirian, melainkan bersama mahkluk hidup lain,
yaitu tumbuhan, hewan, dan jasad renik. Mahluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar
kawan hidup yang hidup bersama secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan
hidup manusia itu terkait erat pada mereka. Tanpa mereka manusia tidaklah dapat
hidup. Kenyataan ini dapat mudah kita lihat dengan mengandaikan dibumi ini tidak
ada tumbuhan dan hewan. Dari manakah kita mendapatkan oksigen dan makanan?
Sebaliknya seandainya tidak ada manusia, tumbuhan, hewan dan jasad renik akan
dapat melangsungkan kehidupannya, seperti terlihat dari sejarah bumi sebelum ada
manusia. Karena itu anggapan bahwa manusia adalah mahluk yang paling berkuasa
sebenarnya tidak betul. Seyogyanya kita menyadari bahwa kita lah yang
membutuhkan mahluk hidup yang lain untuk kelangsungan hidup kita dan bukannya
mereka yang membutuhkan kita untuk kelangsungan hidup mereka.
Manusia hidup dari unsur-unsur lingkungan hidupnya: udara untuk
pernafasannya, air untuk minum, keperluan rumah tangga dan kebutuhan lain,
tumbuhan dan hewan untuk makanan, tenaga dan kesenangan serta lahan untuk tempat
tinggal dan produksi untuk pertanian. Oksigen yang kita hirup dari udara dalam
pernafasan kita, sebagian besar berasal dari tumbuhan dalam proses fotosintesis dan
sebaliknya gas karbondioksida yang kita hasilkan dalam pernafasan digunakan oleh
tumbuhan untuk proses fotosintesis. Jelaslah manusia adalah bagian intergral
lingkungan hidupnya. Ia tak dapat terpisahkan daripadanya. Manusia tanpa lingkungan
hidupnya adalah suatu abstraksi belaka.
B. Mutu Lingkungan Hidup
Pengertian tentang mutu lingkungan sangatlah penting, karena merupakan
dasar dan pedomanuntuk mencapai tujuan pengelolaan lingkungan. Berbicara
mengenai lingkungan pada dasarnyaberbicara mengenai mutu lingkungan. Namun
dalam hal itu apa yang dimaksud dengan mutu lingkungan tidaklah jelas, karena tidak
diuraikan secara eksplisit. Mutu lingkungan hanyalah dikaitkan dengan masalah
lingkungan, misalnya pencemaran, erosi dan banjir. Dengan kata lain mutu lingkungan
diuraikan secara negatif, yaitu apa yang tidak kita kehendaki, seperti air tercemar.
Agar kita dapat mengelola lingkungan dengan baik, kita tidak saja mengetahui
apayang tidak kita kehendaki, melainkan apa yang kita kehendaki. Dengan demikian
kita dapat mengetahui ke arah mana lingkungan itu ingin kita kembangkan untuk
mendapatkan mutu yangkita kehendaki. Tidak mudah untuk menentukan apa yang
dimaksud dengan mutu lingkungan, oleh karena persepsi orang terhadap mutu
lingkungan berbeda – beda. Dengan singkat dapatlah dikatakan mutu lingkungan yang
baik membuat orang kerasan hidup dalam lingkungan tersebut. Perasaan itu
dikarenakan orang mendapatkan rezeki yang cukup, iklim dan faktor alamiah lain
yang sesuaidan masyarakat cocok. Misalnya, seorang karena pekerjaannya harus
pindah ke tempat lain,setelah pensiun ia ingin kembali ke tempat semula. Kerasan
bukanlah satu atau dua faktor yang terpenuhi dalam satu lingkungan, melainkan
adanya integrasi faktor-faktor optimum. Oleh karena itu pengelolaan lingkungan untuk
mendapatkan perasaan kerasan, bukanlah suatu maksimalisasi satu atau dua faktor,
misalnya maksimisasi rezeki, namun suatu optimisasi banyak faktor yang saling
berkaitan secara integrasi. Yang penting bukanlah masing – masing faktor secara
sendiri, melainkan totalitas kondisi. Totalitas kondisi itu adalah lebih dari jumlah
masing– masing faktor. Oleh karena itu pengelolaan sumber lingkungan bersifat
holistik, yaitu memandang keseluruhannya sebagai suatu kesatuan. Resiko lingkungan
yang tidak sehat penularan penyakit melalui air adalah mutlak bagi kehidupan. Tetapi
jika kualitas air tidak di perhatikan, maka air dapat menjadi sumber penyebab
penyakit. Air dapat mengandung zat – zat kimia yang berbahaya untuk kehidupan, bila
terdapat pencemaran dengan berbagai sumber alam maupun sumber kehidupan
manusia. Banyak penyakit menular yang bersumber pada air. Penyakit virus dapat
bersumber pada air, seperti radang mata yang sering di dapat setelah berenang di
kolam yang kurang terpelihara. Air selain dapat menularkan penyakit secara langsung,
dapat juga menjadi tempat perindukan berbagai macam penyakit. Berbagai serangga
memerlukan air untuk berkembang biak seperti nyamuk yang dapat menularkan
berbagai macam penyakit. Tumbuhan air juga dapat menjadi habitat dari faktor
penyakit. Keong air yang dapat memerlikan schistosomiasis dari tumbuh – tumbuhan
air itu. Tikus dan binatang lainnya yang hidup di sekitarair juga dapat menjadi sumber
penyakit manusia, seperti penyakit leptopirosis.
C. Manfaat Dan ResikoLingkungan
Faktor lingkungan sebgian membantu dan sebagian lagi merintangi kita untuk
mendapatkan kebutuhan dasar kita faktor yang membantu untuk mendapatkan
kebutuhan dasar itu merupakan manfaat lingkungan dan yang merintangi merupakan
resiko lingkungan manfaat dan resiko lingkungan itu berupa faktor hayati dan fisik
kimia serta dapat bersifat alamiah atau buatan manusia. Manfaat atau resiko
lingkungan dapat tersebar secara aktiv dengan kekuatannya sendiri misanya dengan
terbang atau kekuatan fisiknya dan juga terbawa secara fasif oleh kekuatan tertentu
misalnya arus udara atau air.
Penyebaran manfaat dan resiko lingkungan tidak saja terjadi secara alamiah,
melainkan juga dapat melalui faktor teknologi dan sosial budaya lain, baik disengaja
maupun tidak disengaja. Manfaat dan resiko lingkungan sifatnya tidaklah pasti,
melainkan merupakan suatu kementakan. Kementakan itu dapat besar atau kecil.
Antara manfaat dan resiko lingkungan terdapat hubungan yang erat. Suatu
faktor dapat merupakan manfaat dan resiko sekaligus. Misalnya, hujan merupakan
sumber air yang utama. Dengan adanya hujan, danau dan sungai jadi berair dan
lapisan tanah penyimpanan air terisi oleh air. Tetapi hujan juga merupakan kekuatan
yang menyebabkan erosi tanah dan dapat mengakibatkan banjir.Uraian diatas
menunjukkan betapa peliknya pengelolaan lingkungan untuk mendapatkan manfaat
lingkungan yang sebesar-besarnya dan resiko lingkungan yang sekecil-kecilnya.
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGARUH MANUSIA DALAM LINGKUNGAN


Manusia dengan pengetahuannya mampu mengubah keadaan lingkungan
sehingga meguntungkan dirinya, untuk memenuhi kebutuhannya. Awalnya
perubahan itu dalam lingkungan yang kecil dan pengaruhnya sangat terbatas. Pada
zaman Neolitikum kira-kira 12.000 tahun yang lalu, nenek moyang kita dari berburu
kemudian memelihara hewan buruannya. Dari manusia pemburu berubah menjadi
manusia pemelihara, dari manusia nomadis berubah menjadi manusia menetap.
Mulailah berkembang cara bercocok tanam. Ekosistem sekarang ini dalah ekosistem
baru yang diciptakan manusia, sesuai dengan kebutuhan manusia. Dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia untuk mengubah lingkungan
semakin besar. Sehingga, manusia ingin menguasai alam. Alam yang awalnya tetap
dapat mempertahankan keseimbangan sekarang keseimbangan itu hilang dan timbul
kerusakan di mana-mana karena, ulah tangan manusia.
Berbagai kerusakan ditimbulkan manusia, sekarang ini banyak manusia
yang menyadari pentingnya alam untuk kelangsungan hidup mereka. Perlahan
manusia memperbaiki alam yang telah rusak dan mengurangi hal-hal yang
merugikan alam. Manusia melakukan upaya penyelamatan hutan dan makhluk hidup
lain yang menggantungkan kehidupannya pada alam. Namun, banyak pula manusia
yang terus mencemari alam tanpa memikirkan resiko yang ditimbulkan ke depan.
Mengembalikan keseimbangan alam merupakan pekerjaaan yang sulit dan selalu
menginginkan terciptanya lingkungan hidup seperti yang diharapkan.

B. ISU LINGKUNGAN GLOBAL


Masalah yang dialami bumi sekarang ini adalah pemanasan global.
Pemanasan global adalah peningkatan suhu bumi, yang meliputi peningkatan suhu
atmosfer, hidrosfer, dan suhu lithosfer. Pemanasan global terjadi akibat
meningkatnya gas sulfur dioksida dan gas-gas rumah kaca, seperti CO2 akibat dari
pembakaran bahan bakar fosil. Proses pemanasan global ini terjadi ketika radiasi dari
sinar matahari akan masuk ke bumi. Radiasi dari sinar matahari tersebut akan sampai
bumi dan menghangatkan bumi. Sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh
bumi, dan sebagian bumi akan memantulkan kembali ke angkasa. Jika atmosfer bumi
penuh dengan gas-gas rumah kaca maka panas dari bumi tidak dapat diteruskan ke
angkasa. Akibatnya, panas kembali ke bumi.

Adanya pemanasan global menyebabkan banyak pengaruh pada kehidupan


yang ada di bumi. Beberapa akibat dari pemanasan global adalah sebagai berikut :
1. Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah
bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas
lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan
mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di
perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan,
mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis,
bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.
Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang
menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan
tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh
lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca. Sehingga,
keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap
air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, akibatnya
akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan
menurunkan proses pemanasan. Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan
curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit
pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam
seratus tahun terakhir ini. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan
lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya, beberapa daerah akan menjadi lebih
kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan
pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari
penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang
terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca
menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
2. Peningkatan Permukaan Laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan
lingkungan yang stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan
permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar
dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak
es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di
laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi)
selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut
9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di
daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah
Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari
tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai
muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi
ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari
rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi
tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini
akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
3. Suhu Global Cenderung Meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan
lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di
beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa
tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika
mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air
irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan
salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair
sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat
mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan Ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari
efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah
baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan
manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke
utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian
mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5. Dampak Sosial dan Politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur
yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan
dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air
laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan
kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan
perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul
penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis,
penyakit kulit, dan lain-lain.
6. Dampak Terhadap Kesehatan Manusia
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit
melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor
(vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena
munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan
adanya perubahan iklim ini, maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes
aegypti), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu
yang targetnya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksikan bahwa ada
beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan
perubahan ekosistem yang ekstrem ini. Hal ini juga akan berdampak perubahan
iklim (Climate change) yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit
tertentu seperti ISPA (kemarau panjang/kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan
musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada
sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease.
Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak
terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran
pernapasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru
kronis, dan lain-lain.
7. Perdebatan tentang Pemanasan Global
Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan
global. Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar
meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi tetap
membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang keadaan
pada masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah bukti-bukti yang
menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan global dengan berargumen
bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan suhu. Mereka juga menunjukkan
fakta-fakta bahwa pemanasan berkelanjutan dapat menguntungkan di beberapa
daerah.
Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung
menunjukkan tiga perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model
pemanasan global dengan perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim. Pertama,
pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade pada pertengahan abad ke-20,
bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun 1970-an. Kedua,
jumlah total pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh dari yang diprediksi
oleh model. Ketiga, troposfer, lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat
prediksi model. Akan tetapi, pendukung adanya pemanasan global yakin dapat
menjawab dua dari tiga pertanyaan tersebut.
Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya
polusi udara yang menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer.
Partikulat ini, juga dikenal sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar Matahari
kembali ke angkasa luar. Pemanasan berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini,
sebagian lagi karena adanya kontrol terhadap polusi yang menyebabkan udara
menjadi lebih bersih. Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak
seperti yang diprediksi disebabkan penyerapan panas secara besar oleh lautan.
Para ilmuwan telah lama memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup data
untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and
Atmospheric Administration (NOAA) memberikan hasil analisis baru tentang
suhu air yang diukur oleh para pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun
terakhir. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan adanya kecenderungan
pemanasan. Suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3
derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir, ada sedikit
perubahan tetapi cukup berarti.
Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit
pemanasan di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus,
pembacaan atmosfer tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari
permukaan Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan Januari 2000, sebuah panel
yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences untuk membahas masalah ini
mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan
tetapi, pengukuran troposfer yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat
dijelaskan secara jelas.
Upaya untuk mengurangi pemanasan global, antara lain:
a. Menanam pohon, karena pohon berperan besar dalam mengurangi pemanasan
global karena pohon dalam foto sintesis pada siang hari menyerap CO2 dan
menghasilkan O2. Sehingga dapat megurangi kandungan karbondioksida di
udara yang dapat memicu menipisnya ozon dan terjadi pemanasan global.
b. Menghijaukan hutan yang telah gundul, karena sekarang ini banyak
pembalakan liar yang menyebabkan penggundulan hutan.
c. Melakukan efisiensi pada penggunaann bahan bakar fosil. Selain dapat
menyebabkan terjadinya pemanasan global, eksploitasi yang berlebihan pada
bahan bakar fosil juga akan menyebabkan kelangkaan pada bahan bakarfosil
tersebut, kerena bahan bakar fosil tidak dapat diperbarui.
d. Mencari alternative energy lain yang lebih ramah lingkungan dan harganya
terjangkau oleh masyarakat luas.

C. ISU LINGKUNGAN NASIONAL


Di negara Indonesia banyak terjadi perusakan lingkungan yang
mengakibatkan tidak seimbangnya ekosistem di alam. Ada beberapa isu lingkungan
nasional, diantaranya :
1. Banjir
Banjir merupakan suatu peristiwa terbenamnya daratan (yang pada keadaan
normal kering) karena meningkatnya volume air. Banjir dapat disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya akibat pemanasan global, yaitu dapat meningkatkan
tinggi permukaan air laut, sehingga beberapa daerah di pesisir pantai akan terkena
luapan air tersebut. Selain itu banjir juga disebabkan karena meningkatnya curah
hujan dan tidak adanya saluran air yang baik dan cukup untuk menampung air
hujan. Banjir juga dapat disebabkan karena peluapan air sungai akibat
meningkatnya curah hujan atau karena sebab lain, seperti pecahnya bendungan
sungai. Banjir yang banyak melanda kota-kota besar biasanya disebabkan karena
kurangnya kesadaran masyarakat yang membuanga sampah ke sungai atau saluran
air lain. Banjir juga disebabkan oleh kurangnya resapan air karena tanah telah
tertutup bangunan. Banjir menyebabkan kerugian pada segi perekonomian,
kesehatan, dan lingkungan.
2. Kerusakan hutan di Indonesia
Hutan di Indonesia banyak berkurang dan yang masih ada banyak
mengalami kerusakan. Penyebab kerusaan hutan paling besar karena ulah
manusia. Manusia melakukan eksploitasi dari hutan secara berlebihan dan
mengabaikan segi ekologisnya. Faktor alam yang merusak hutan salah satunya
adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini dipicu oleh musim kemarau yang
panjang maupun pemanasan global.
3. Sampah
Manusia sebagai konsumen setiap harinya menghasilkan sampah/limbah.
Libah yang dihasilkan berupa organik dan anorganik. Sampah anorganik
dihasilkan dari rumah tangga maupun industri. Sampah merupakan masalah sosial
yang dapat menyebabkan konflik. Di Indonesia masalah sampah kurang mendapat
penanganan yang baik.
4. Banjir lumpur panas di Sidoarjo
Banjir lumpur panas di Sidoarjo merupakan peristiwa menyemburnya
lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas sejak tanggal 27 Mei
2006. Bajir lumpur panas tersebut terus meningkat dan penyebab utama semburan
tersebut belum jelas. Semburan tersebut menyebabkan tergenangnya kawasan
pemukiman, pertanian, dan peridustrian. Masalah banjir lumpur panas ini telah
menjadi masalah nasional, yang memaksa pemerintah pusat turut campur dalam
upaya penanggulannya.
5. Kebakaran Hutan Di Kubu Raya
Lokasi kebakaran lahan berada di Kota Pontianak dan sekitarnya. Kejadian
ini berlangsung sporadic dan dalam waktu yang hamper bersamaan disetiap
lokasi. Pemicu kebakaran diduga kebakaran berasal dari aktivitas pembukaan
lahan pertanian. Dampaknya: hilangnya sejumlah mata pencaharian di sekitar
hutan, produktivitas menurun, terganggunya kesehatan, peningkatan jumlah
hama.

D. ISU LINGKUNGAN LOKAL


Ada beberapa penyebab masalah lingkungan lokal, diantaranya :
1. Kekeringan
Kekeringan adalah kekurangan air yang terjadi akibat sumber air tidak
dapat menyediakan kebutuhan air bagi manusia dan makhluk hidup yang
lainnya. Dampak: menyebabkan ganggungan kesehatan, keterancaman pangan.
2. Banjir
Merupakan fenomena alam ketika sungai tidak dapat menampung limpahan
air hujan karena proses influasi mengalami penurunan. Itu semua dapat terjadi
karena hijauan penahan air larian berkurang. Dampak: ganggungan kesehatan,
penyakit kulit, aktivitas manusia terhambat, penurunan produktifitas pangan, dll.
3. Longsor
Adalah terkikisnya daratan oleh air larian karena penahan air berkurang.
Dampaknya: terjadi kerusakan tempat tinggal, ladang, sawah, mengganggu
perekonomian dan kegiatan transportasi.
4. Erosi pantai
Adalah terkikisnya lahan daratan pantai akibat gelombang air laut. Dampak:
menyebabkan kerusakan tempat tinggal dan hilangnya potensi ekonomi seperti
kegiatan pariwisata.
5. Instrusi Air Laut
Airlaut (asin) mengisi ruang bawah tanah telah banyak digunakan oleh
manusia dan tidak adanya tahanan instrusi air laut seperti kawasan mangrove.
Dampaknya: terjadinya kekurangan stok air tawar, dan mengganggu kesehatan.
BAB IV
KESIMPULAN

Manusia dengan pengetahuannya mampu mengubah keadaan lingkungan


sehingga meguntungkan dirinya, untuk memenuhi kebutuhannya. Awalnya perubahan
itu dalam lingkungan yang kecil dan pengaruhnya sangat terbatas. Dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia untuk mengubah lingkungan
semakin besar. Sehingga, manusia ingin menguasai alam. Alam yang awalnya tetap
dapat mempertahankan keseimbangan sekarang keseimbangan itu hilang dan timbul
kerusakan di mana-mana karena, ulah tangan manusia
Salah satu isu lingkungan nglobal adalah pemanasan global. Pemanasan global
terjadi akibat meningkatnya gas sulfur dioksida dan gas-gas rumah kaca, seperti CO2
akibat dari pembakaran bahan bakar fosil. Beberapa akibat dari pemanasan global
adalah iklim mulai tidak stabil, peningkatan permukaan laut, suhu global cenderung
meningkat, gangguan ekologis, dampak sosial dan politik, dampak terhadap kesehatan
manusia, perdebatan tentang pemanasan global. Cara mengurangi pemanasan global
adalah mencari alternatif energi lain yang lebih ramah lingkungan dan harganya
terjangkau oleh masyarakat luas, menanam pohon, menghijaukan hutan yang telah
gundul, dan melakukan efisiensi pada penggunaan bahan bakar fosil
Ada beberapa masalah lingkungan nasional, diantaranya banjir, kerusakan
hutan di Indonesia, sampah, dan banjir lumpur panas di Sidoarjo. Selain masalah
lingkungan global dan nasional, ada maslah lokal. Beberapa penyebab masalah
lingkungan lokal, diantaranya kekeringan, banjir, longsor, erosi pantai, dan instrusi air
laut.
DAFTAR PUSTAKA
Maskoeri, Jasin.1994. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.
http://www.id.wikipedia.org.
http://laylafiyyy.blogspot.co.id/2013/06/makalah-isu-lingkungan.html

Anda mungkin juga menyukai