i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, danpak, faktor resiko, penatalaksanaan, dan
pencegahan hipertensi pada kehamilan.
B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi dan etiologi hipertensi pada
kehamilan
2. Mengetahui dan memahami klasisfikasi hipertensi pada kehamilan
3. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala hipertesi pada kehamilan
4. Mengetahui dan memahami danpak dan faktor resiko hipertesi pada
kehamilan
5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan hipertensi pada kehamilan
6. Mengetahui dan memahami pencegahan hiperensi pada ibu hamil
C. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai bahan
pembelajara dan diskusi, serta sebagai informasi guna meikatkan pengetahuan dan
pemahaman terait sikap dan upaya pencegahan terjadinya hipertensi pada
kehamilan.
2
BAB II
ISI
3
Penyakit kardio-serebrovaskular adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas, dengan angka kematian 17 juta di seluruh dunia setiap tahunnya atau
31% dari seluruh mortalitas.[2]
Umur yang beresiko terkena hipertensi pada ibu hamil dengan usia< 20
tahun dan > 35 tahun. Hipertensi meningkat di umur muda, sehubungan dengan
belum sempurnanya organ-organ yang ada ditubuh wanita untuk bereproduksi.
Selain itu faktor psikologis yang cenderung kurang stabil juga meningkatkan
kejadian hipertensi di umur muda.
4
Wanita yang beresiko terkena bentuk-bentuk hipertensi dalam kehamilan
antara lain mereka yang memiliki riwayat pribadi atau keluarga yang pernah
terkena hipertensi kehamilan. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai
hipertensi maka kemungkinan kita mempunyai 25% risiko untuk mengalami
hipertensi. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan kita
mendapatkan penyakit tersebut 60%. Keluarga yang memiliki hipertensi
meningkatkan risiko hipertensi 2- 5 kali lipat. Riwayat keluarga hipertensi
adalah faktor risiko paling dominan untuk preeklampsia pada wanita hamil.
Gaya hidup selama masa kehamilan dan kejadian pre eklampsia diketahui
bahwa pola makan sebagai salah satu bentuk dari baya hidup yang meiliki
hubungan yang signifikan dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil.
Banyak mengkonsumsi makan karbohidrat yang cukup tinggi seperti
mengkonsumsi jajanan seperti gorengan, biskuit, keripik hampir setiap hari di
konsumsi, dan ditemukan juga ibu yang sering mengkonsumsi bakso, mie
goreng minimal 3 kali seminggu sementara porsi makanan sehari-hari juga
sudah meningkat.
Pengaruh antara stres dengan terjadinya hipertensi pada ibu hamil karena
tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi yaitu mental, fisik, dan
emosional. Stress mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian
hipertensi.[3]
5
Adapun etiologi lainnya, yaitu Riwayat penggunaan alat kontrasepsi.
Perempuan memiliki hormon estrogen yang berfungsi mencegah kekentalan darah
serta menjaga dinding pembuluh darah agar tetap baik apabila terdapat
ketidakseimbangan hormone estrogen dan progesteron akan mempengaruhi tingkat
tekanan darah dan konsisi pembuluh darah. Gangguan ketidakseimbangan hormon
ini didapatkan pada penggunaan kontrasepsi hormonal. Penggunaan alat
kontrasepsi hormonal juga akan mengalami risiko terjadinya pengerasan pada
saluran arteri. Dan Pendidikan, Ibu hamil yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang tidak
berpendidikan. Ibu hamil, bersalin, dan nifas yang berpendidikan rendah
akanmempengaruhi penerimaan informasi tentang pencegahan terjadinya
hipertensi dalam kehamilan, maka akan menjadi terbatas dan berdampak terjadinya
preeklamsia. Semakin tinggi pendidikan maka kemampuan untuk memperoleh dan
menyerap informasi akan semakin baik khususnya tentang hipertensi dalam
kehamilan sehingga dapat dicegah dan diminimalisir. Terdapat perbedaan antara
hasil penelitian dengan teori, Ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan tingkat pendidikan PT/Diploma juga mempunyai riwayat hipertensi
keluarga serta memiliki riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormonal dimana
kedua faktor tersebut merupakan faktor kejadian hipertensi dalam kehamilan.[4]
C. Klasifikasi Hipertensi
1. Hipertensi gestasional
2. Preeklampsia dan eklampsia
3. Hipertensi kronis
4. Preeklampsia superimposed pada hipertensi kronis1,2
6
1. Hipertensi ringan: tekanan diastolik 90 – 99 mmHg, tekanan sistolik 140 –
149 mmHg
2. Hipertensi sedang: tekanan diastolik 100 – 109 mmHg, tekanan sistolik
150 – 159 mmHg
3. Hipertensi berat: tekanan diastolik lebih besar sama dengan 110 mmHg,
tekanan sistolik lebih besar sama dengan 160 mmHg.3
1. Hipertensi gestaional, bila tekanan darah > 140/90 mmHg pada usia
kehamilan > 20 minggu tanpa riwayat hipertensi sebelumnya dan tanpa
disertai dengan proteinuria.
2. Preeklampsia, bila disertai keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi
setelah umur kehamilan diatas 20 minggu tanpa riwayat hipertensi
sebelumnya.
7
9. Sesak napas, hal ini disebabkan oleh cairan di paru-paru.
10. Kenaikan tiba-tiba pada berat badan dan pembengkakan (edema),
khususnya di wajah dan tangan, sering menyertai preeklampsia.
Tapi hal-hal ini juga terjadi di banyak kehamilan normal, sehingga kadang
tidak dianggap sebagai tanda-tanda preeklampsia.
Resiko terbesar hipertensi pada wanita hamil adalah kerusakan ginjal. Pada
kasus yang lebih serius, ibu bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah, stroke,
dan gagal ginjal dikemudian hari.[6]
Ibu yang mengalami gangguan pembuluh darah berisiko 5 kali menjadi prek-
eklamsi, Ibu yang hipertensi kronik berisiko 2 kali menjadi prek-eklamsi, hipertensi
yang dikarenakan kehamilan berisiko 2 kali menjadi prek-eklamsi (Gaudineau,
2013). Kejadian ibu yang mengalami hipertensi kronik menjadi preeklamsia
sebesar 15-30% (Mudjari & Samsu, 2015). Sedangkan apabila ibu mencapai
preeklamsi maka akan berisiko 5 s ampai 12 kali memiliki janin dengan berat
rendah.[7]
8
Hipertensi pada wanita hamil berpotensi menimbulkan komplikasi dan
menyebabkan kondisi odem paru, ASI tidak lancar, perdarahan otak, placenta
abruptio, kerusakan hati, gagal ginjal akut, kelahiran prematur bahkan kematian
pada ibu. Akibatnya lainnya dari ibu hamil yang hipertensi adalah berat lahir bayi
kurang dari 10 persentil, lebih banyak jumlah bayi dengan APGAR <3, hambatan
pertumbuhan janin, angka kematian perinatal dan neonatal yang lebih tinggi
dibandingkan ibu tidak hipertensi.[7]
9
Penderita hipertensi pada kehamilan dan pre-eklampsia ringan disarankan
melakukan partus pada minggu ke-37. Pada pre-eklampsia berat disarankan
profilaksis magnesium sulfat dan waspada terjadinya hipertensi pasca
persalinan.[11]
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan dalam banyak pedoman untuk
mengobati hipertensi pada ibu hamil adalah sebagai berikut:[13]
10
4. Olah raga secara teratur
5. Mengurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok.
Jenis makanan yang menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap saji
yang mengandung pengawet, kadar garam yang terlalu tinggi dalam makanan,
kelebihan konsumsi lemak.[14]
11
Kebiasaan Merokok dapat juga menyebabkan penyakit hipertensi. Zat
nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan pelepasan epinefrin yang
dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan dinding arteri. Zat lain dalam rokok
adalah Karbon monoksida (Co) yang mengakibatkan jantung akan bekerja lebih
berat untuk memberi cukup oksigen ke selsel tubuh. Rokok berperan membentuk
arterosklerosis dengan cara meningkatkan pengumpalan sel-sel darah.[14]
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana
tekanan darah seseorang ≥140 mmHg (sistolik) dan ≥ 90 mmHg peningkatan
tekanan darah abnormal yang dapat menjadi penyebab utama timbulnya penyakit
kardiovaskuler. Klasifikasi hipertensi pada kehamilan oleh Working Group of the
NHBPEP (2000) dibagi menjadi 4 tipe, yaitu hipertensi gestasional, preeklampsia
dan eclampsia, hipertensi kronis, dan preeklampsia superimposed pada hipertensi
kronis.
Saran yang dapat penulis berikan untuk mengobati hipertensi pada ibu hamil
seperti hindari konsumsi fast food, mengurangi konsumsi asupan garam dapur,
penurunan berat badan, olah raga secara teratur dan mengurangi konsumsi alkohol
13
dan berhenti merokok. Kemudian kita harus selalu memeriksakan tekanan darah di
tenaga Kesehatan agar tidak terjadi resiko komplikas.
14
DAFTAR PUSTAKA
Basri, H., Akbar, R., & Dwinata, I. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan
Hipertensi pada Ibu Hamil di Kota Makassar. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 14(2), 21. https://doi.org/10.24853/jkk.14.2.21-30
Nurfatimah, N., Mohamad, M. S., Entoh, C., & Ramadhan, K. (2020). Gambaran
Faktor Risiko Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan pada Ibu Hamil
Trimester III. Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan, 14(1), 68–75.
https://doi.org/10.33860/jik.v14i1.77
Ismah, Zata. Dinda Asa Ayu Khaliza. Ananda Ayu Adheli. Dg.Hipertensi Pada Ibu
Hamil Dan Analisis Pengaruhnya Terhadap Berat Badan Janin Di Kota
Palembang.Global Health Science, Volume 3 No. 3, September 2018 ISSN
2503-5088 (p) 2622-1055
Azizah, Nur. Linda T.Maas , Sri Rahayu Sanusi. 2019.Analisis Faktor Risiko
Penyebab Hipertensi Pada Wanita Dewasa Muda Dan Kaitannya Dengan
Permasalahan Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskemas Teladan Tahun 2017
15
Alatas, H. (2019). Hipertensi pada Kehamilan. Herb-Medicine Journal, 2(2), 27-
51.
Susilo & Wulandari. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. : Yogjakarta CV.
Andi Offset.
16