Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) didefinisikan sebagai tekanan darah ≥140/90 mmHg
dalam dua kali pengukuran atau lebih. (Cunningham, 2010). Berdasarkan International
Society for the Study of Hypertension in Pregnancy (ISSHP) ada 4 kategori hipertensi dalam
kehamilan, yaitu preeklamsia-eklamsia, hipertensi gestasional, kronik hipertensi dan
superimpose preeklamsia hipertensi kronik. (Manuaba, 2007).

Berdasarkan data WHO ( 2011 ) dalam penelitian menunjukkan prevalensi penderita


hipertensi secara umum menunjukkan satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3.
diantaranya berada dinegara berkembang yang berpengasilan rendah samapai sedang
prevalensi hipertensi akan terus meningkat dan di prediksi pada tahun 2025 sebanyak 29%
orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2013, masih
tinggi angka kematian ibu (AKI) yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup di Indonesia
tercatat penyebab tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) adalah perdarahan 30,3%, hipertensi
27,1%, infeksi 7,3%, partus lama 1,8%, abortus 0,0%, dan lain-lain 40,8%. Perdarahan
merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu.penyebab kedua terbesar yaitu
hipertensi, terjadinya perdarahan yaitu anemia pada masa kehamilan (Kemenkes RI, 2013)

Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung pada tahun 2016
kasus penyebab kematian ibu disebabkan oleh perdarahan sebanyak 45 kasus, hipertensi
sebanyak 41 kasus, infeksi sebanyak 1 kasus, ganguan sistem peredaran darah sebanyak 8
kasus, gangguan metabolik sebanyak 0 kasus dan lain-lain sebanyak 45 kasus (Profil Dinkes
Provinsi Lampung, 2016).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2017 lebih rendah
dari AKI pada tahun 2016. Hal ini ditandai dengan menurunnya AKI pada tahun 2017
sebesar 52,68 per 100.000 KH (11 kasus) dari sebelumnya pada tahun 2016 sebesar 74 per
100.000 KH (15 kasus ). Penyebab kematian ibu pada tahun 2017 berdasarkan hasil Audit
Maternal Perinatal (AMP) adalah perdarahan 81,81% (9 kasus), eklampsia 9,09% (1 kasus)
dan Emboli Air Ketuban 9,09% (1 kasus), penyebaran kasus kematian ibu pada tahun 2017
terdapat di wilayah kerja Puskesmas RI Rajabasa (2 kasus), Puskesmas RI Katibung,
Puskesmas RI Penengahan, Puskesmas Natar, Puskesmas Way Sulan, Puskesmas Tanjung
Agung, Puskesmas Hajimena, Puskesmas Way Panji, Puskesmas Way Urang, Puskesmas
Karang Anyar, dengan masing-masing 1 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung
Selatan ; Khoiriyah, 2017).

Hipertensi pada kehamilan menurut National High Blood Pressur Education Program
Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy dibagi menjadi 4 kategori yaitu
hipertensi kronik, hipertensi gestational, preeklampsiaeklampsia, dan superimposed
preeklampsia.1 Kejadian hipertensi pada kehamilan diketahui sebesar 5–15% dan merupakan

1
salah satu dari 3 penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin di samping infeksi dan
perdarahan. Kejadian hipertensi di Jawa Barat berdasarakan data yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menempati urutan keempat tertinggi secara
nasional dengan angka kejadian sebesar 29,4%.

Gangguan ini bertanggung jawab terhadap kematian ibu, gangguan ginjal, gangguan
jantung, trombositopenia dan organ lain. Hiper-tensi pada kehamilan merupakan penyebab
kedua terbanyak terhadap kejadian kematian ibu sebesar 27,1% disamping perdarahan
sebesar 30,3% dan infeksi sebesar 7,3%. Hipertensi tidak hanya memberikan dampak
terhadap ibu yang mengandung tetapi juga pada janin. Dampak yang dapat ditimbulkan
berupa kematian janin sebesar 17% dan kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) sebesar
34%. Kejadian hipertensi pada kehamilan diketahui dapat dipengaruhi beberapa faktor di
antaranya adalah usia, partus, status gizi, riwayat hipertensi, genetik, riwayat penyakit ginjal.

Hipertensi pada kehamilan termasuk dalam komplikasi kehamilan, sebagai salah satu dari
trias komplikasi selain pendarahan dan infeksi. Sekitar 10-15% kehamilan disertai dengan
komplikasi hipertensi (preeklamsia) dan berkontribusi besar dalam morbiditas dan mortalitas
neonatal dan materna

Pengontrolan tekanan darah ibu dengan antihipertensi penting untuk menurunkan


insidensi perdarahan serebral dan mencegah terjadinya stroke maupun komplikasi
serebrovaskular. Pemilihan obat harus aman, efektif, dan digunakan secara rasional untuk
menghasilkan efek yang diinginkan. Terapi dengan obat pada masa kehamilan memerlukan
perhatian khusus karena ancaman efek teratogenik obat dan perubahan fisiologis pada ibu
sebagai respon terhadap kehamilan. Obat antihipertensi dapat menembus sawar plasenta dan
masuk ke dalam sirkulasi darah janin

Tatalaksana terapi hipertensi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah pasien sampai
batas tidak mengganggu atau merusak fungsi organ maupun fisiologis yang lain, menurunkan
risiko total morbiditas, dan mortalitas . Faktanya hipertensi pada kehamilan (preeklamsia)
penyebab utama morbiditas ibu, janin, dan kematian di dunia sekitar 5,6%, serta
menyebabkan hampir 40%

Kelahiran sebelum 35 minggu1 . Oleh karena itu, evaluasi ketepatan penggunaan obat
pada terapi hipertensi perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk menilai ketepatan dan
kesesuaian terapi dengan standar pelayanan medik dan guideline ACOG dilihat dari
pemilihan obat yang efektif dan keamanan penggunaannya pada masa kehamilan sehingga
dapat dilakukan tindak lanjut untuk mengoptimalkan pemakaian obat pada pasien hipertensi
selama kehamilan.

Penggunaan obat hipertensi pada kehamilan dapat dikatakan berhasil dan efektif ketika
tekanan darah mencapai target yaitu ≤140/90 nilai protein urine dan oedea negative, maka
dari itu untuk menilai keberhasilan obat hipertensi pada wanita hamil.

2
Optimalisasi pelayanan kesehatan dalam memberikan terapi pada wanita hamil dengan
gangguan hipertensi merupakan langkah yang diperlukan untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas pada ibu dan bayi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan dengan
hipertensi karena kehamilan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian masalah ibu dengan hipertensi karena
kehamilan
b. Mahasiswa mampu menganalisis data dengan hipertensi karena kehamilan
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan dengan hiperyensi kerena kehamilan
d. Mahasiswa mampu memberikan tindakan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
dengan hipertensi karena kehamilan
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan seacara berkesinambungan dengan catatan perkembangan
SOAP
f. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi asuhan kebidanan kegawatdaruratan
dengan hipertensi karena kehamilan

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Elizabeth, 2008). Hipertensi dalam kehamilan
sering ditemukan dan dapat merupakan salah satu dari tiga besar (selain perdarahan dan
infeksi) penyebab kematian internal, diagnosis hipertensi pada kehamilan ditegakkan bila TD
systole >140 mmHg dan TD distole >90 mmHg (Obgynacea, 2009). Hipertensi dalam
kehamilan adalah tekanan sistol > 140 atau tekanan diastol > 90 mmHg. Kenaikan tekanan
sistolik 15 mmHg dibandingkan tekanan darah sebelum hamil atau pada trimester pertama
kehamilan (WHO, 2012).

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas (Obstetri Patologi, Univ.
Padjajaran Bandung, 1984)

Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan tanpa
proteinuria. Angka kejadiannya sebesar 6%. Sebagian wanita (> 25%) berkembang menjadi
pre-eklampsia diagnosis hipertensi gestasional biasanya diketahui setelah melahirkan (Leslie
and Collins, 2016; Malha et al., 2018).

Hipertensi gestasional berat adalah kondisi peningkatan tekanan darah > 160/110 mmHg.
Tekanan darah baru menjadi normal pada post partum, biasanya dalam sepuluh hari. Pasien
mungkin mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, dan sakit perut dan tes laboratorium
abnormal, termasuk jumlah trombosit rendah dan tes fungsi hati abnormal (Karthikeyan,
2015).

Hipertensi gestasional terjadi setelah 20 minggu kehamilan tanpa adanya proteinuria.


Kelahiran dapat berjalan normal walaupun tekanan darahnya tinggi. Penyebabnya belum
jelas, tetapi merupakan indikasi terbentuknya hipertensi kronis di masa depan sehingga perlu
diawasi dan dilakukan tindakan pencegahan (Roberts et al., 2013).

B. Etiologi Hipertensi karena Kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2013) penyebab hipertensi dalam kehamilan belum diketahui


secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan
dikelompokkan dalam faktor risiko. Beberapa faktor risiko sebagai berikut :

1. Primigravida (kehamilan untuk pertama kalinya)


2. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes melitus,
hidrops fetalis, bayi besar.
3. Umur
4. Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/eklampsia
5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

4
6. Obesitas

C. Klasifikasi hipertensi pada kehamilan

Hipertensi pada kehamilan apabila tekanan darahnya ≥140/90 mmHg. Dibagi menjadi
ringa sedang (140 – 159 / 90 – 109 mmHg) dan berat (≥160/110 mmHg) (Malha et al., 2018).

Hipertensi pada kehamilan dapat digolongkan menjadi: 1) pre-eklampsia/ eklampsia, 2)


hipertensi kronis pada kehamilan, 3) hipertensi kronis disertai preeklampsia, dan 4) hipertensi
gestational (Roberts et al., 2013; Malha et al., 2018).

Perbedaan Hipertensi kronis, hipertensi gastasional dan preeklampsia/eklampsia pada


kehamilan (Karthikeyan, 2015)

Temuan Hipertensi kronis Hipertensi Preeklamsia atau


Gestasional eklamsia
Waktu Onset ≤ 20 minggu Pertengahan ≥20 minggu
kehamilan
Proteinuria Tidak ada Tidak ada Ada
Hemokonsetasi Tidak ada Tidak ada Ada
Trombositopenia Tidak ada Tidak ada Ada
Disfungsi hati Tidak ada Tidak ada Ada
Kretinin serum ≥ Tidak ada Tidak ada Ada
1,3 mg/dl
Peningkatan asam Tidak ada Tidak ada Ada
urat serum
Gejala klinik Tidak ada Tidak ada Ada

D. Patofiologi

Prawirohardjo (2013) menjelaskan beberapa teori yang mengemukakan terjadinya


hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah :

1. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta

Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang
arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium
berupa uteri arkuarta dan memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus
endometrium menjadi arteri basalis dan artrei basalis memberi cabang arteri spiralis

Kehamilan normal akan terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang
menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi
trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi
gembur dan memudahkan arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Keadaan ini akan
memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan
tekanan darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan

5
perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik.
Proses ini sering dinamakan dengan remodeling arteri spiral

Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi selsel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi
tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi
dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi
kegagalan remodeling arteri spiralis. Sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan
terjadi hipoksia dan iskemia plasenta (Prawirohardjo, 2013).

2. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel

Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan yang disebut
juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan menghasilkan oksidan penting, salah
satunya adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel
pembuluh darah. Radikal hidroksil tersebut akan merusak membran sel yang mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.

Peroksida lemak tersebut selain akan merusak membran sel, juga akan merusak nukleus,
dan protein sel endotel. Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh dalam
aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Akibat sel endotel terpapar terhadap
peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari
membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi
endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel (Prawirohardjo, 2013).

Reeder, dkk (2011) menjelaskan patofisiologi hipertensi dalam kehamilan terjadi karena
adanya vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik, dan kerusakan pembuluh darah
merupakan karakteristik terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Sirkulasi arteri terganggu
karena adanya segmen yang menyempit dan melebar yang berselang-seling. Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta 20 Kerja vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat adanya
penurunan suplai darah dan penyempitan pembuluh darah di area tempat terjadinya
pelebaran. Apabila terjadi kerusakan pada endotelium pembuluh darah, trombosit, fibrinogen,
dan hasil darah lainnya akan dilepaskan ke dalam interendotelium. Kerusakan pembuluh
darah akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas albumin, dan akan mengakibatkan
perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler yang terlihat secara
klinis sebagai edema.

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga dijelaskan oleh


Purwaningsih dan Fatmawati (2010); Prawirohardjo (2013), beberapa penatalaksanaan
hipertensi dalam kehamilan diantaranya :

1. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah baring
2. Hindari kafein, merokok, dan alkohol.

6
3. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam secukupnya, dan rendah
lemak.
4. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu minimal 4 kali
selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan hipertensi dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan yang lebih sering, terutama selama trimester
ketiga, yaitu harus dilakukan pemeriksaan setiap 2 minggu selama 2 bulan pertama
trimester ketiga, dan kemudian menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir
kehamilan.
5. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan USG.
6. Pembatasan aktivitas fisik.
7. Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak diharuskan, karena
obat anti hipertensi yang biasa digunakan dapat menurunkan perfusi plasenta dan
memiliki efek yang merugikan bagi janin. Tetapi pada hipertensi berat, obat-obatan
diberikan sebagai tindakan sementara. Terapi anti hipertensi dengan agen farmakologi
memiliki tujuan untuk mengurangi tekanan darah perifer, mengurangi beban kerja
ventrikel kiri, meningkatkan aliran darah ke uterus dan sisitem ginjal serta
mengurangi resiko cedera serebrovaskular.

F. Komplikasi

Menurut Mitayani (2011) beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi
dalam kehamilan pada ibu dan janin yaitu :

1. Pada ibu :
a. Eklampsia
b. Pre eklampsia berat
c. Solusio plasenta
d. Kelainan ginjal
e. Perdarahan subkapsula hepar
f. Kelainan pembekuan darah
g. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platellet count).
h. Ablasio retina.
2. Pada janin :
a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
b. Kelahiran prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

G. Pencegahan Hipertensi pada Ibu Hamil

Pencegahan kejadian hipertensi secara umum agar menghindari tekanan darah tinggi
adalah dengan mengubah gaya hidup kearah yang tidak sehat menjadi sehat, tidak terlalu
banyak pikiran, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, tidak mengkonsumsi alkohol dan

7
rokok. Sementara pencegahan hipertensi pada ibu hamil adalah menganjurkan untuk cukup
istirahat, menghindari mengkonsumsi garam yang berlebih, menghindari kafein, diet makan
(gizi) yang seimbang dan pembatasan aktifitas fisik (Pujiningsih, 2010).

Menurut Sukmariah (2019) pendekatan non-farmakologi yang dapat digunakan untuk


mencegah hipertensi pada kehamilan yaitu dengan mencukupi kebutuhan vitamin E, kalsium
serta menghindari pemicu radikal bebas. Adapun sumber vitamin E diantaranya yaitu:
alpukat, kuning telur, asparagus, ubi jalar, berbagai jenis kacang-kacangan, pisang,
strawberry dan buncis. Sumber kalsium diantaranya yaitu: keju, yoghurt, brokoli, bayam,
kacang kedelai, dan kurma. Merokok/terpapar asap rokok, konsumsi alkohol ataupun junk
food haruslah dihindari karena dapat memicu radikal bebas didalam tubuh. Selain itu deteksi
penyakit secara dini serta mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat juga penting
dilakukan, bagi ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan antenatal care secara teratur yaitu
minimal 4 kali kunjungan yaitu masing-masing 1 kali pada trimester I dan II , serta 2 kali
pada trimester III. Antenatal care merupakan cara penting untuk memonitoring dan
mendukung kesehatan ibu hamil. ANC merupakan langkah antisipasi dan pencegahan adanya
komplikasi dan penyulit saat menjalani kehamilan termasuk hipertensi.

H. Pencegahan Komplikasi Akibat Hipertensi Pada Ibu Hamil

1. Pencegahan Farmakologis

Pengontrolan tekanan darah pada ibu hamil menggunakan antihipertensi penting


untuk menurunkan insidensi perdarahan serebral dan mencegah terjadinya stroke maupun
komplikasi serebrovaskular. Perawat dapat melakukan kolaborasi dengan dokter pemberian
obat antihipertensi yang aman untuk ibu hamil seperti Metildopa, Clonidine, CCB,
Betablocker, Labetalol, Hydrochlortiazid, dan ACE-I & ARB (Kuswadi, 2019).

2. Pencegahan Non-Farmakologis

Pencegahan secara non-farmakologis dapat dilakukan dengan Dietary Approaches to


Stop Hypertension (DASH) yaitu melakukan olahraga atau aktifitas fisik, mengurangi asupan
natrium, hindari konsumsi alkohol, berhenti merokok, dan hindari stress (Kuswadi, 2019).
Adapun cara untuk mengelola stres dengan baik, agar tidak menjadi masalah dan
menimbulkan hipertensi pada kehamilan diantaranya: senam hamil, terapi musik,
aromaterapi, dll (Sumakriah, 2019)

I.Pengobatan Hipertensi Pada Kehamilan

Studi tentang pengobatan hipertensi pada kehamilan menggunakan sistematik review


dan meta analisis yang melibatkan 14 studi (1804 wanita hamil) didapatkan bahwa
penggunaan obat antihipertensi ternyata tidak mengurangi atau meningkatkan risiko kematian
ibu, proteinuria, efek samping, operasi caesar, kematian neonatal, kelahiran prematur, atau
bayi lahir kecil. Penelitian mengenai obat antihipertensi pada kehamilan masih sedikit (Ogura
et al., 2019).

8
Hipertensi pada kehamilan harus dikelola dengan baik agar dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas ibu / janin, yaitu dengan menghindarkan ibu dari risiko
peningkatan tekanan darah, mencegah perkembangan penyakit, dan mencegah timbulnya
kejang dan pertimbangan terminasi kehamilan jika ibu atau janin dalam keadaan bahaya
(Mudjari and Samsu, 2015).

Penderita hipertensi pada kehamilan dan pre-eklampsia ringan disarankan melakukan partus
pada minggu ke-37. Pada pre-eklampsia berat disarankan profilaksis magnesium sulfat dan
waspada terjadinya hipertensi pasca persalinan (Leeman et al., 2016; Williams et al., 2018)

Kapan memulai pengobatan hipertensi pada kehamilan? Guideline ESH/ESC 2018


menyarankan tekanan darah sistolik ≥ 140 atau diastolik ≥ 90 mmHg tetapi pada kasus-kasus
tertentu disarankan pada tekanan darah sistolik ≥ 150 atau diastolik ≥ 95 mmHg. Pada
tekanan darah sistolik ≥ 170 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg pada wanita hamil dianggap
emergensi dan diperlukan rawat inap di rumah sakit (Regitz-Zagrosek, 2018).

1. Labetalol

Labetalol adalah obat pilihan untuk penurun hipertensi pada kehamilan (Karthikeyan,
2015). Labetalol adalah golongan Beta blockers—combined alphaand beta-receptor, dosisnya
200-800 mg, diberikan 2 kali sehari (Whelton et al., 2017). Di Indonesia obat labetalol belum
dimasukkan dalam Formularium Nasional (Kemenkes RI, 2017). Penelitian besar pengobatan
hipertensi pada kehamilan dengan menggunakan beta blocker adalah obat labetalol (Dahlof et
al., 2002).

2. Methyldopa

Methyldopa adalah golongan central alpha 1- agonist and other centrally acting
drugs, dosisnya 250-1000 mg, diberikan 2 kali sehari. Methyldopa direkomendasikan sebagai
obat penurun hipertensi pada kehamilan, bahkan wanita usia produktif dengan hipertensi
yang ingin hamil dianjurkan mengganti obat antihipertensi dengan methyldopa atau
nifedipine, labetalol. Ternyata dalam penelitian beta blocker dan CCB lebih superior daripada
methyldopa dalam pencegahan pre-eklampsia (Whelton et al., 2017). Di Indonesia obat
methyldopa tersedia di Formularium Nasional bentuk tablet 250 mg dan dapat diberikan 3
kali sehari selama sebulan (Kemenkes RI, 2017).

3. Nifedipine

Nifedipine adalah golongan CCB-dihydropyridines, yang dianjurkan adalah long


acting (Nifedipine LA / adalat oros ®) (Whelton et al., 2017). Penelitian besar pengobatan
hipertensi dan kehamilan dengan menggunakan CCB adalah obat nifedipine (Dahlof et al.,
2002). Nifedipine digunakan secara luas pada hipertensi dengan kehamilan, tetapi walaupun
demikian pada browsur obat / SPC 2010 tidak dianjurkan pada kehamilan sebelum 20
minggu dan menyusui (NICE, 2011).

Di Indonesia obat nifedipin tersedia di Formularium Nasional bentuk tablet 10 mg,


tablet lepas lambat 20 mg dan tablet lepas lambat 30 mg (Kemenkes RI, 2017).

9
4. Clonidine

Clonidine adalah golongan centrally acting α2 adrenergic agonist and imidazoline


receptor agonist. Biasa digunakan untuk pengobatan hipertensi yang dapat menimbulkan efek
samping seperti gangguan menjadi tidak aktif, kecemasan, withdrawal syndrome, migrain
dan gejala nyeri kronik. Bisa juga digunakan sebagai obat anti muntah pada hyperemesis
gravidarum (HG). Preparat yang digunakan pada hyperemesis gravidarum adalah transdermal
clonidine patch. Studi tentang penggunaan transdermal clonidine patch kemungkinan efektif
untuk HG berat, tetapi diperlukan studi lebih besar untuk membandingkan dengan obat lain
(O'Donnell et al., 2016).

5. Hydralazine

Hydralazine termasuk kelompok direct vasodilator, bisa diberikan oral, intramuskular,


atau intravena (IV). Efek samping berkaitan dengan vasodilatasi dan aktivasi sistem saraf
simpatis: sakit kepala, mual, flushing, dan berdebar-debar. Pada kasus yang jarang dapat
menyebabkan polineuropati atau memacu sindrom lupus. Hydralazine telah digunakan pada
semua trimester kehamilan dan tidak teratogenik, efek samping lain adalah trombositopenia,
penurunan aliran darah ke uterus dan hipotensi. Hydralazin oral dapat digunakan untuk
hipertensi kronis pada 26 trimester kedua dan ketiga (Malha et al., 2018). Hydralazine IV
direkomendasikan untuk hipertensi emergensi pada kehamilan, termasuk labetalol IV dan
nifedipin oral (Olson-Chen, 2016).

10
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANA PATOLOGIS PADA IBU HAMIL

TERHADAP NY. N G3P2A0 USIA KEHAMILAN 20 MINGGU

DENGAN HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN

DI PMB ANNISAK MEISURI SST LAMPUNG SELATAN

Hari/tanggal : 11 Oktober 2021

Tempat : PMB Annisak Meisuri SST

A. SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama : Ny. N : Tn. N
Umur : 33 th : 38 th
Agama : Islam : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga : Wiraswasta
Alamat : Sukatani, Kalianda, Lampung Selatan
No HP : 08567877454

2. Alasan Kunjungan
Keluhan : Sakit kepala dan leher terasa pegal
Kunjungan : Ulang
Usia Kehamilan : 20 minggu
Gravida : G6P2A1

3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 13 tahun
b. HPHT : 29-05-2021
c. HPL : 06-04-2022
d. Menstruasi
Lamanya : 6-7 hari
Banyaknya : 2-3× ganti pembalut
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : Teratur
Disminore : Tidak ada

11
Konsistensi : Cair sedikit ada gumpalan

4. Hasil Tes Kehamilan : Positif (+)


5. Gerakan fetus pertama : Usia kehamilan 16 minggu
6. Pergerakan fetus 24 jam terakhir : 7-8 kali
7. Kebiasaan Sehari-hari
a. Sebelum hamil
Pola makan : 3× sehari dengan porsi makan satu piring sedang dengan nasi,
sayur, lauk dan terkadang buah
Pola minum : 6-7 gelas perhari

Setelah hamil
Pola makan : 4-5× sehari dengan porsi satu piring sedang dan sayur, lauk,
pauk, mkan buah
Pola minum : 8-10 gelas perhari dan susu hamil

b. Pola Eleminasi
Sebelum hamil Saat hamil
Bab : 1× sehari : 1× sehari
Konsistensi : Lembek : Lembek
Warna : Kuning kecoklatan : Kuning kecoklatan
Bak : 6-7 × sehari : 7-8 × sehari
Warna : Kekuningan : Kekuningan

c. Aktifitas Sehari-hari
Sebelum hamil
Pola istirahat : 7-8 jam perhari
Pekerjaan : Mengurus rumah tangga
Seksual : Sesuai kebutuhan

Saat hamil
Pola istirahat : 6-7 jam perhari
Pekerjaan : Mengurus rumah tangga
Seksual : Sesuai kebutuhan

8. Riwayat Imunisasi
Catin : TT I Anak Kedua : TT III
Anak Pertama : TT II Anak Ketiga : TT IV
Status imunisasi TT : TT IV

9. Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan kb suntik 3 bulan

10. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

12
No Hamil Ke Tahun Janis Persalinan Penolong Nifas
JK BB
1. 1 2002 Normal Bidan LK 3300 g
2. 2 2007 Normal Bidan LK 3500 g
Hamil ini
11. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Alergi : Tidak ada
b. Riwayat Penyakit : Tidak ada
c. Riwayat Keturunan
Riwayat bayi kembar : Tidak ada
Riwayat Penyakit menular : Tidak ada
DM : Tidak ada
Hipertensi : Iya \ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
d. Perilaku yang merupakan kesehatan
Penggunaan alcohol : Tidak ada
Merokok : Tidak ada
Obat-obatan yang berbahaya : Tidak ada

e. Riwayat Sosial
Apakah kehamilan ini dinginan : Iya
Status Perkawinan : Sah jumlah 1× , lamanya 20 tahun
Hubungan dengan suami : Baik
Hubungan dengan orang tua : Baik

B. OBJEKTIF (O)

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Emosional : Stabil
Tinggi Badan : 155cm
Berat Badan sebelum hamil : 60 kg
Berat Badan setelah hamil : 64 kg
Kenaikan berat badan : 4 kg
TTV : TD : 144/100mmhg R : 20×/mnt
:N : 80×/mnt S : 36,6⁰C

Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Wajah : Tidak ada oedema pada wajah

2. Leher
Vena Jugularis : Tidak ada pembengkakan

13
3. Dada
Jantung : Normal, terdengar lup dup
Paru-paru : Normal, tidak ada wheezing dan ronchi
Payudara
Pembesaran : Iya, kiri dan kanan
Putting Susu : Menonjol, kiri dan kanan
Pengeluaran : Colostrum
Bentuk : Simetris kiri kanan
Benjolan : Tidak ada
Rasa Nyeri : Tidak ada

4. Abdomen
Bekas Luka Oprasi : Tidak ada
Pembesaran : Ada
Linea Nigra : Ada
Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari di bawah pusat teraba bulat tidak melenting
(bokong)
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba keras memanjang
memapan (punggung) dan bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil
(ekstremitas)
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba keras melenting
(kepala)
Leopold IV : Tidak dilakukan
DJJ : 135×/menit
TBJ Johnson : (19-11)×155
: 1240 gram
TFU Mc Donald : 19 cm

5. Punggung dan Pinggang : Normal

6. Ekstremitas
Oedema : Normal
Nyeri Pinggang : Tidak ada

7. Anogenital
Perenium : Normal, utuh
Vulva/Vagina : Bersih, tidak ada benjolan
Varises : Tidak ada
Kelenjar Batholini : Tidak ada pembengkakan
Anus : Tidak ada hemoroid

8. Pemeriksaan Penunjang

14
HB : 13,0 gr/dl
Hepatitis : Non reaktif
Sifilis : Non reaktif
HIV : Non reaktif
Protein Urine :-
Glukosa Urine :-
C. ANALISA (A)

Diagnosa : Ibu N. (33th) G3P2A0 usia kehamilan 20 minggu dengan hipertensi


karena kehamilan.

PENATALAKSANAAN (P)

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bahwa keadaan janin normal, namun
keadaan ibu kurang baik.
2. Menganjurkan pada ibu untuk mengurangi asupan natrium seperti garam karena
mengontrol diri dalam mengonsumsi asupan yang berlebihan dapat meningkatkan
tekanan darah.
3. Memperbanyak asupan kalium seperti buah-buahan (semangka, alpukat, melon) dan
sayur-sayuran (pare, labusiem, mentimun,lidah buaya) karena dapat membantu
menurunkan tekanan darah.
4. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan seperti pandangan
kabur, terdapat oedema dan pusing yang berat
5. Menganjurkan pada ibu untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
6. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup.
7. Menganjurkan ibu untuk datang kembali 2 minggu kemudian pada tanggal 25 oktober
2021.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kehamilan dengan Hipertensi

Asuhan kebidana patologis pada ibu hamil terhadap Ny. N G3P2A0 usia kehamilan 20 di
PMB Annisak Meisuri SST Lampung Selatan dengan keluhan sakit kepala dan leher terasa
pegal. Hasil pemeriksaan keadaan janin normal dengan :

DJJ : 135×/menit

TBJ Johnson : (19-11)×155

: 1240 gram

TFU Mc Donald : 19 cm

Namun keadaan ibu kurang baik dengan :

TD : 144/100mmhg

R : 20×/mnt

N : 80×/mnt

S : 36,6⁰C

Diagnosa : Ibu N. (33th) G3P2A0 usia kehamilan 20 minggu dengan hipertensi


karena kehamilan.

Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Elizabeth, 2008). Hipertensi dalam kehamilan
sering ditemukan dan dapat merupakan salah satu dari tiga besar (selain perdarahan dan
infeksi) penyebab kematian internal, diagnosis hipertensi pada kehamilan ditegakkan bila TD
systole >140 mmHg dan TD distole >90 mmHg (Obgynacea, 2009).

Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan
dalam faktor risiko. Beberapa faktor risiko sebagai berikut; Primigravida (kehamilan untuk
pertama kalinya) , Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes
melitus, hidrops fetalis, bayi besar, Umur , Riwayat keluarga pernah pre
eklampsia/eklampsia, Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil,Obesitas

Hipertensi pada kehamilan dapat digolongkan menjadi: 1) pre-eklampsia/ eklampsia, 2)


hipertensi kronis pada kehamilan, 3) hipertensi kronis disertai preeklampsia, dan 4) hipertensi
gestational (Roberts et al., 2013; Malha et al., 2018).

16
Prawirohardjo (2013) menjelaskan beberapa teori yang mengemukakan terjadinya
hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah ; Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta, Teori
Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel

Beberapa penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan diantaranya; Anjurkan melakukan


latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah baring, Hindari kafein, merokok, dan
alkohol. , Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam secukupnya, dan rendah lemak.

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam kehamilan pada ibu
dan janin yaitu; Pada ibu : Eklampsia, Pre eklampsia berat Pada janin : Terhambatnya
pertumbuhan janin dalam uterus ,Kelahiran premature

Pencegahan kejadian hipertensi secara umum agar menghindari tekanan darah tinggi
adalah dengan mengubah gaya hidup kearah yang tidak sehat menjadi sehat, tidak terlalu
banyak pikiran, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, tidak mengkonsumsi alkohol dan
rokok. Sementara pencegahan hipertensi pada ibu hamil adalah menganjurkan untuk cukup
istirahat, menghindari mengkonsumsi garam yang berlebih, menghindari kafein, diet makan
(gizi) yang seimbang dan pembatasan aktifitas fisik

Kapan memulai pengobatan hipertensi pada kehamilan? Guideline ESH/ESC 2018


menyarankan tekanan darah sistolik ≥ 140 atau diastolik ≥ 90 mmHg tetapi pada kasus-kasus
tertentu disarankan pada tekanan darah sistolik ≥ 150 atau diastolik ≥ 95 mmHg. Pada
tekanan darah sistolik ≥ 170 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg pada wanita hamil dianggap
emergensi dan diperlukan rawat inap di rumah sakit (Regitz-Zagrosek, 2018). Seperti
Methyldopa dll.

17
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Elizabeth, 2008). Hipertensi dalam kehamilan
sering ditemukan dan dapat merupakan salah satu dari tiga besar (selain perdarahan dan
infeksi) penyebab kematian internal, diagnosis hipertensi pada kehamilan ditegakkan bila TD
systole >140 mmHg dan TD distole >90 mmHg (Obgynacea, 2009).

Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan
dalam faktor risiko. Beberapa faktor risiko sebagai berikut; Primigravida (kehamilan untuk
pertama kalinya) , Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes
melitus, hidrops fetalis, bayi besar, Umur , Riwayat keluarga pernah pre
eklampsia/eklampsia, Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil,Obesitas

Pencegahan kejadian hipertensi secara umum agar menghindari tekanan darah tinggi
adalah dengan mengubah gaya hidup kearah yang tidak sehat menjadi sehat, tidak terlalu
banyak pikiran, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, tidak mengkonsumsi alkohol dan
rokok. Sementara pencegahan hipertensi pada ibu hamil adalah menganjurkan untuk cukup
istirahat, menghindari mengkonsumsi garam yang berlebih, menghindari kafein, diet makan
(gizi) yang seimbang dan pembatasan aktifitas fisik

Pencegahan kejadian hipertensi secara umum agar menghindari tekanan darah tinggi
adalah dengan mengubah gaya hidup kearah yang tidak sehat menjadi sehat, tidak terlalu
banyak pikiran, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, tidak mengkonsumsi alkohol dan
rokok. Sementara pencegahan hipertensi pada ibu hamil adalah menganjurkan untuk cukup
istirahat, menghindari mengkonsumsi garam yang berlebih, menghindari kafein, diet makan
(gizi) yang seimbang dan pembatasan aktifitas fisik

B. Saran

Mahasiswa: Diharapkan mahasiswa lebih dapat mendalami mengenai Asuhan kebidanan


pada kehamilan dengan hipertensi.

Institusi Pendidikan: Diharapkan memberikan bimbingan terhadap mahasiswa dan membuat


mahasiswa lebih semangat lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

STUDI MORBIDITAS PENDERITA HIPERTENSI PADA IBU HAMIL Nurjanna,


Kassaming, Nurcahyani Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Sidrap
Alamat Korespondensi: Volume 6 Nomor 2 Bulan Desember Tahun 2018 ᴥ ISSN:2089-9408

Faktor Resiko Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan Afiana Rohmani1 , Muhamad Taufiqy
Setyabudi1 , Diana Ratih Puspitasari1 1Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Semarang

Tarumanagara Medical Journal Vol. 3, No. 1, 85-90, Oktober 2020 85 Gambaran pengaruh
hipertensi pada kehamilan terhadap ibu dan janin serta faktor-faktor yang memengaruhinya di
RSUD Ciawi Ignasius Hans , David Dwi Ariwibowo, Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara, Jakarta, Indonesia

JMPF Vol. 8 No. 4 : 189 – 199 ISSN-p : 2088-8139 ISSN-e : 2443-2946 Studi Eksplorasi
Penatalaksanaan Hipertensi pada Wanita Hamil Explorative Study on Hipertension Treatment
among Pregnant Women

Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada ibu hamil Syamraini Silda, Ana
Mariza, Sunarsih2 1UPT Puskesmas Katibung Lampung Selatan Holistik Jurnal Kesehatan,
Volume 14, No.4, Desember 2020: 642-650 Faktor-faktor yang berhubungan dengan
hipertensi pada ibu hamil

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN Dr. dr. Haidar Alatas SpPD-KGH, MH., MM. PAPDI
Cabang Purwokerto RSUD Banyumas Dipresentasikan: Seminar Nasional Penyakit Tidak
Menular Penyebab Kematian Maternal Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang - Purwokerto Grand Karlita Hotel Purwokerto 2019

Konsep Hipertensi Dalam http://eprints.poltekkesjogja.ac.id 


http://repository.poltekkes-tjk.ac.id

19

Anda mungkin juga menyukai