PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Kematian bayi adalah kematian bayi pada usia 0-11 Bulan (termasuk
neonatal) tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau bunuh
diri. Di Provinsi Bengkulu Tahun 2018 dari 36.292 jumlah bayi, jumlah bayi lahir
hidup sebanyak 35. 131 bayi dan jumlah kematian bayi sebanyak 249 orang.
Angka kematian bayi per 1000 KH pada lima tahun terakhir di Provinsi Bengkulu
naik turun dimana pada Tahun 2014 sebesar 11 per 1000 KH dan tahun 2015, 2016
turun yaitu 10 per 1000 KH, dan pada Tahun 2017 kembali turun yaitu 9 per 1000
KH dan Tahun 2018 kembali turun menjadi 7 per 1000 KH. Jumlah kematian bayi
di kabupaten Kepahiang Tahun 2018 yaitu terdapat 32 orang atau sebanyak 14 per
1000 KH. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2018)
B. RumusanMasalah
Adapun rumusan masalah yang di kemukakan dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Apa defenisi dari Hipertensi dalam kehamilan ?
2. Apa penyebab Hipertensi dalam kehamilan ?
3. Bagaimana Patofisiologi Hipertensi dalam kehamilan ?
4. Bagaimana Penatalaksanaan secara medis hipertensi dalam kehamilan ?
5. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan oleh hipertensi dalam kehamilan ?
6. Bagaimana gangguan hipertensi dan manajemen hipertensi persalinan, pasca
persalinan ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui apa itu penyakit hipertensi dalam kehamilan serta cara
penanganannya dalam kegawatdaruratan kebidanan
2. Tujuan Khusus
a) MengetahuiApa defenisi dari Hipertensi dalam kehamilan
b) Mengetahui penyebab Hipertensi dalam kehamilan
c) Mengetahui Patofisiologi Hipertensi dalam kehamilan
d) Mengetahui Penatalaksanaan secara medis hipertensi dalam kehamilan
e) Mengetahui Apa saja komplikasi yang ditimbulkan oleh hipertensi dalam
kehamilan
f) Mengetahui gangguan hipertensi dan manajemen hipertensi persalinan,
pasca persalinan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. HipertensidalamKehamilan
A. Definisi
Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi ketika
hipertensi pertama kali terdeteksi pada ibu yang diketahui normotensif (memiliki
tekanandarah normal) setelah 20 minggu kehamilan tanpa adanya proteinuria
yang signifikan atau ciri-ciri preeclampsia lainnya.Hipertensi ini di diagnosis
ketika, setelah beristirahat, tekanan darah ibu meningkat di atas 140/90 mmHg
pada setidaknya dua kejadian yang rentang waktunya tidak lebih dari satu
minggu.Hipertensi dalam kehamilan terjadi apabila tekanan darah mencapai
140/90 mmHg atau lebih saat kehamilan.
B. Klasifikasi
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalahberdasarkan Report of the
National High Blood Pressure Education Working Group on High Blood
Pressure in Pregnancy tahun 2001 memberikan suatu klasifikasi untuk
mendiagnosa jenis hipertensi dalam kehamilan, yaitu:
1) Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan
20 minggu atau hipertensi yang pertama kali di diagnosis setelah umur
kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca
persalinan.
2) Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria.
3) Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang kejang atau
koma.
4) Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia adalah hipertensi
kronik disertai tanda-tanda preeclampsia atau hipertensi kronik disertai
proteinuria.
5) Hipertensi gestasional (disebut juga transiet hypertension) adalah hipertensi
yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi
menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tanda-
tanda preeclampsia tetapi tanpa proteinuria.
KONDISI DEFINISI
Hipertensi Gestasional Tekanan darah (> 140/90 mm Hg) setelah 20
minggu kehamilan tanpa disfungsi sistem organ
lainnya
Preeklampsia Tekanan darah meningkat setelah 20 minggu
kehamilan ditambah dengan proteinuria atau
disfungsi organ akhir lainnya
Peningkatan TD sebelum 20 minggu kehamilan
Hipertensi kronis atau bertahan melebihi 12 minggu postpartum
Hipertensi kronis dengan peningkatan TD dan proteinuria onset baru atau
preeklampsia superimposed disfungsi organ lain selain hipertensi yang sudah
ada sebelumnya
E. Etiologi
1. Hipertensi Dalam Kehamilan
Etiologi hipertensi dalam kehamilan beragam, tergantung dari subtipe
hipertensi.Hipertensi kronis yang sekunder dapat disebabkan oleh beberapa
etiologi yakni penyakit parenkimal ginjal (mis. ginjal polikistik), penyakit
vaskular ginjal (mis.stenosi arteri ginjal, displasia fibromuskuler), gangguan
endokrin (mis.kelebihan adrenokortikosteroid atau mineralokortikoid,
feokromositoma, hipertiroidisme atau hipotiroidisme, kelebihan hormon
pertumbuhan, hiperparatiroidisme), koarktasio aorta, atau penggunaan
kontrasepsi oral. ( Khairani, 2019)
2. Preeklampsia
Etiologi pasti preeklampsia masih belum diketahui.Walaupun begitu,
beberapa peneliti menduga kuat adanya hubungan antara preeklamsia
dengan kelainan pada pembuluh darah plasenta.Diduga bahwa pembuluh
darah plasenta mengalami kelainan sehingga menjadi lebih sempit
dibandingkan normal. Hal ini akan menyebabkan gangguan dalam aliran
darah melalui pembuluh darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
darah dan gangguan pertumbuhan janin intrauterin. ( Khairani, 2019)
3. Eklampsia
Hingga saat ini, penyebab terjadinya preeklamsia dan eklamsia belum
diketahui dengan pasti.Namun, sejumlah dugaan menyebutkan bahwa
kondisi ini diakibatkan oleh kelainan pada pembuluh darah dan kelainan
pada plasenta. (Marianti, 2017)
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko preeklamsia dan
eklamsia pada ibu hamil adalah:
a. Hamil pada usia remaja atau diatas usia 40 tahun.
b. Memiliki riwayat preeklamsia atau eklamsia pada kehamilan
sebelumnya.
c. Obesitas.
d. Mengalami hipertensi sebelum menjalani kehamilan.
e. Menjalani kehamilan yang dilakukan melalui donor sel telur atau
inseminasi buatan.
f. Mengalami kehamilan berganda.
g. Mengalami anemia sel sabit.
h. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
3. Eklampsia
Secara umum tanda gejala Eklampsia hampir sama dengan Preeklamsia tetapi
terdapat satu perbedaan yang spesifik yaitu di sertai kejang, adapun tanda dan
gejala nya yaitu ( Setiawan, 2019 ):
a) Sakit Kepala lebih terasa di bagian depan yang berat dan menetap
b) Gangguan penglihatan
c) Nyeri ulu hati
d) Mual muntah
e) Sesak nafas
f) kejang
G. Patofisiologi
Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah ( Prawirohardjo S, 2010) :
1) Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah
dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah
tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuata dan arteri arkuata
memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium
menjadi arteri basalis dan memberi cabang arteri spiralis.
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi
invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut, sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis.
Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga
jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen spiralis
mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteri apiralis ini memberi dampak
penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan
aliran darah pada utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup
banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin
pertumbuhna janin dengan baik. Proses ini dinamakan “remodeling arteri
spiralis” yang dapat dilihat pada gambar
Gambar 1. Remodeling pembuluh darah pada kehamilan normal dan hipertensi dalam
kehamilan (Powe CE, et al., 2014)
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas
pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot
arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan
“remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah utero plasenta menurun, dan
terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan
menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan patogenesis
hipertensi dalam kehamilan selanjutnya.
1. Kejang-kejang (eklampsia)
2. Sindrom HELPP
Sindrom HELPP adalah gangguan hati dan pembekuan darah langka
yang dapat terjadi pada wanita hamil. Kemungkinan besar terjadi setelah
bayi dilahirkan, tetapi dapat muncul kapan saja setelah 20 minggu kehamilan
dan sebelum 20 minggu dalam kasus yang jarang terjadi. Sindrom HELPP
sendiri merupakan kepanjangan dari Hemolysis, Elevated Liver Enzimes and
Low Platelet Count atau hemolisis, peningkatan enzim hati, dan jumlah
trombosit yang rendah.
Sindrom HELPP berbahaya seperti eklampsia, tetapi sedikit lebih
umum. Satu-satunya cara untuk mengatasi komplikasi preeklampsia ini
adalah dengan melahirkan bayi sesegera mungkin.
3. Stroke
Suplai darah ke otak dapat terganggu sebagai akibat dari tekanan darah
tinggi. Hal ini dikenal sebagai perdarahan otak atau stroke. Jika otak tidak
mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi dari darah, sel-sel otak akan mati
sehingga menyebabkan kerusakan otak bahkan kematian.
4. Masalah organ
a) Edema paru. Kondisi di mana cairan menumpuk di dalam dan di sekitar
paru-paru, membuat paru-paru berhenti bekerja dengan baik yaitu
menghalangi paru-paru menyerap oksigen.
b) Gagal ginjal. Kodisi di mana ginjal sudah tidak dapat lagi menyaring
produk limbah dari darah. Hal ini menyebabkan racun dan cairan
tertumpuk di dalam tubuh.
c) Gagal hati. Hati memiliki banyak fungsi termasuk mencerna protein
dan lemak, memproduksi empedu dan mengeluarkan racun. Setiap
kerusakan yang mengganggu fungsi-fungsi ini bisa berakibat fatal.
c. Eklampsia
Tanpa penanganan yang baik, eklamsia dapat menimbulkan kompikasi
serius, termasuk kematian ibu dan janin. Beberapa komplikasi yang masih dapat
terjadi pasca persalinan dan pengobatan eklamsia, antara lain adalah:
1) Kerusakan sistem saraf pusat dan pendarahan intrakranial akibat kejang
yang muncul berulang. Gejala lain dari kerusakan sistem saraf pusat adalah
kebutaan kortikal, akibat kerusakan pada korteks oksipital otak.
2) Gagal ginjal akut dan gangguan ginjal lainnya.
3) Gangguan kehamilan dan janin.
4) Gangguan dan kerusakan hati (sindrom HELLP)
5) Gangguan sistem peredaran darah, seperti koagulasi intravena terdiseminasi
(DIC).
6) Penyakit jantung koroner dan stroke.
7) Kemunculan kembali preeklamsia dan eklamsia pada kehamilan berikutnya.
Tanggal 4 September 2019, Ny. A umur 26 tahun hamil anak pertama tidak
pernah keguguran,datang ke praktek bidan , ibu mengaku menstruasi terakhir bulan
Januari , mengeluh nyeri kepala yang menetap, bengkak pada kaki, mual muntah dan
sering BAK. Bidan menyarankan dirujuk ke Rumah Sakit untuk penanganan lebih
lanjut.
SOAP :
S : ibu mengatakan hamil anak pertama tidak pernah keguguran , mengeluh nyeri
kepala
menetap, bengkak pada kaki, mual muntah dan sering BAK
O : K/ U : baik
Kes : CM
TD : 160/ 110 mmhg
N : 84 x/m
RR : 24 x/m
DJJ : 148x/m
Oedema ekstremitas (+)
P :
o Lapor dokter SpOg
o Pasang kateter menetap
o Ambil urine dan darah
Pemeriksaan darah = mengetahui kinerja organ hati dan ginjal, serta
jumlah
trombosit dalam darah.
Analisis urine = memeriksa kandungan protein ( perbandingan kadar
protein dan
kreatinin)
o Pasang infus beri terapi :
pemberian MgSO4 Dosis 4-5 g (diencerkan dalam 250 mL IV/ dalam
kombinasi dengan baik
(a) sampai dengan 10 g (10 mL larutan murni 50%) terbagi dan
diberikan IM ke setiap pantat atau
(b) setelah dosis IV awal, 1-3 g/jam IV
o alpha-methyldopa ( dopamet ) oral,250 mg (2-3 tablet / hari) atau
nifedipine oral, 30-60 mg
o USG = memeriksa berat janin dan jumlah air ketuban
o Observasi kehamilan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi ketika hipertensi
pertama kali terdeteksi pada ibu yang diketahui normotensif (memiliki tekanan
darah normal) setelah 20 minggu kehamilan tanpa adanya proteinuria yang
signifikan atau ciri-ciri preeclampsia lainnya.
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalahberdasarkan Report of the
National High Blood Pressure Education Working Group on High Blood Pressure
in Pregnancy tahun 2001 memberikan suatu klasifikasi untuk mendiagnosa jenis
hipertensi dalam kehamilan, yaitu , Hipertensi kronik, Preeklampsia, Eklampsia
Hipertensi kronik dengan superimposed , Hipertensi gestasional. Penyebab
terjadinya yaitu terdiri dari Faktor maternal dan faktor kehamilan.
Adapun komplikasi yang kemungkina terjadi yaitu, kejang – kejang,
Sindrom Helpp, Stroke, Masalah organ dan gangguan pembekuan darah pada ibu
serta terjadinya kelahiran prematur.
B. Saran
1. Saran Untuk Tenaga Kesehatan :
Riski Wendy Ying, MD; Janet M. Catov, PhD, MS; Pamela Ouyang, MBBS
Hypertensive Disorders of Pregnancy and Future Maternal Cardiovascular
(Journal of the American Heart Association) Downloaded from
http://ahajournals.org diakses pada 29 Agustus 2019
Setiawan, Vina.http://www.google.com/amp/s/www.honestdocs.id//eklampsia.amp/
amp/sdiakses pada Mei 2019
Swari, Riski chandra. https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/hipertensi-tekanan-darah-
tinggi/berbagai-komplikasi-preeklampsia/ di akses pada 14 Maret 2018
Veratamala .https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/hipertensi-tekanan-darah-tinggi/
hipertensi-preeklampsia-eklampsia-hamil/Arinda diakses pada juni 2019
Yusuf, Amri. 2016. Perbedaan nilai rerata trombosit dan hematokrit antara penderita
hipertensi gestasional dan preeklampsi berat di rumah sakit umum daerah dr.
H. Abdul moeleok bandar lampung .http://digilib.unila.ac.id/21049/18/BAB
%20II.pdf diakses pada 17 Feb 2016