Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN

PREEKLAMSIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Maternitas

Disusun oleh :
Kelompok 2

1. Jibrilian Angelin P17320117101


2. Novia Sriwulandari P17320117002
3. Nurul Janah Komalasari P17320117035
4. Rizka Amelia P17320117122

JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANDUNG
2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

WHO (World Health Orgaization) mendefinisikan bahwa kematian


ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin atau
dalam 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan
langsung atau tidak langsung setelah persalinanl.

Masalah kematian ibu ini, masyarakat menggugat bahwa target


Sustainable Development Goals (SDG’s) tahun 2030 tentu perlu untuk
mendapat perhatian khusus dari seluruh pihak baik pemerintah maupun
sector swasta, yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di bawah 70
per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan data dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pada tahun 2010 AKI sebesar 346 per
100.000 kelahiran hidup, target RPJMN pada tahun 2019 yaitu 306 per
100.000 kelahiran hidup menurut Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Angka kematian ibu di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara


negara ASEAN lainnya. Kematian ibu akibat komplikasi dari kehamilan
dan persalinan tersebut terjadi pada wanita usia 15-49 tahun diseluruh dunia.
Berdasarkan survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, rata-rata
AKI tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup, melonjak lebih
tinggi dibandingkan Pada tahun 2007 sebesar 228 per-100.000 kelahiran
hidup. Indonesia mengharapkan kemajuan untuk mengurangi AKI dengan
melakukan usaha dan upaya agar menurunkan angka kesakitan dan
kematian pada ibu dan bayi lahir.

Salah satu usaha yang dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB
adalah memberi pelayanan pada ibu hamil dan ibu bersalin secara cepat dan
tepat. Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, pemerintah

2
menerapkan strategi making pregnancy safer (MPS) yang dimulai pada
tahun 2000. MPS mempunyai visi agar kehamilan dan persalinan di
Indonesia berlangsung aman dan bayi yang dilahirkan hidup dan sehat.

Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah


penyebab obsetri langsung yaitu perdarahan 28%, preeklamsi/eklamsi 24%,
infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obsetri 5%
dan lain-lain 11%. Di Indonesia dari 100% kejadian komplikasi pada
kehamilan yang menyebabkan kematian berkisar 24% preeklamsi yang
dialami oleh ibu hamil dan ibu bersalin.

Preeklamsi adalah suatu gangguan yang terjadi pada masa


kehamilan. Preeklamsi biasanya didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah dan proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu.
Preeklamsi dapat mempengaruhi sistem tubuh, dalam penelitian Wahyuni
perubahan yang terjadi pada preeklamsi tampaknya disebabkan oleh
gabungan komplek atara abnormal genetik, faktor imunologis dan faktor
plasenta. Tanda-tanda preeklamsi awal adalah tekanan darah 140/90 mmHg
–160/110 mmHg, proteinuria >300 mg/24 jam dan edema.

Faktor penyebab terjadinya preeklamsi bisa dilihat dari tidak


seimbangnya berat badan pada ibu. Oleh karena itu pentinggnya menjaga
dan menstabilkan berat badan untuk menghindari terjadinya faktor resiko
yang akan dialami pada masa kehamilan maupun persalinan sampai masa
nifas yang bisa menyebabkan dilakukannya tindakan saat persalinan.

Ibu hamil perlu mewaspadai Preeklampsia dan Eklampsia (PE-E)


karena di Indonesia menjadi penyebab 30-40% kematian perinatal. Di
beberapa rumah sakit di Indonesia, Preeklampsia-Eklampsia menjadi
penyebab utama kematian maternal, menggeser Perdarahan dan Infeksi.
Dari sekian banyak komlikasi yang terjadi pada kehamilan yait preeklamsi
yang bisa di sebabkan oleh berat badan yang tidak normal yaitu memiliki
indeks masa tubuh 30 atau lebih10 .

3
Berdasarkan latar belakang tersebut kami tertarik untuk menyusun
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Maternitas Pada
Preeklamsi”.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit preeklamsi
2. Untuk mengetahui pengertian
3. Untuk mengetahui klasifikasi pre-eklamsia
4. Untuk mengetahui etiologi
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik
6. Untuk mengetahui patofisiologi
7. Untuk mengetahui pencegahan pre-eklamsia
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT


2.1.1 Pengertian
Preeklampsia adalah berkembangnya hipertensi dengan proteinuria atau
edema atau keduanya yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh
kehamilan yang sekarang. Biasanya keadaan ini timbul setelah umur kehamilan
20 minggu tetapi dapat pula berkembang sebelum saat tersebut pada penyakit
trofoblastik. Preeklamsia merupakan gangguan yang terutama terjadi pada
primigravida. (Ben-zion Taber, M.D)
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana
hipertensi terjadi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya
memiliki tekanan darah normal. Preeklampsia merupakan suatu penyakit
vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh
hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. (Bobak, 2005)
Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuri, dan
edema. Umumnya terjadi pada trimester ke III (Prawirohardjo, 2006). Menurut
Prawiroharjo 2008 hal-hal yang perlu diperhatikan:

1) Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90 mmHg.


Pengukuran darah dilakukan sebanyak 2 kali pada selang waktu 4 jam-6
jam.
2) Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau
sama dengan ≥1+ dipstic.
3) Edema, sebelumnya edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda pre
eklamsi tetapi sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema
generalisata. Selain itu bila di dapatkan kenaikan berat badan
>0,57kg/minggu.

5
2.1.2 Klasifikasi Pre-eklamsia
a. Preeklampsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Edema tekan pada tungkai ( pretibial ), dinding perut,
lumbosakral, wajah atau tungkai, ditandai :
1) Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan intrerval 6
jam pemeriksaan.
2) Tekanan darah diastol 90 atau kenaikan 15 mmHg.
3) BB naik lebih dari 1 Kg/minggu.
4) Proteinuri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 – 2 pada setiap
urine kateter atau midstearh.
b. Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Yang ditandai adanya edema
anasarka (seluruh tubuh ) dan edema paru ( berat ), kualitatif (+++) ,ditandai
:
1) Oliguri, urine , 400 cc/24 jam.
2) Proteinuri > dari 3 gr/l.
3) Keluhan subyektif : nyeri epigastrium, nyeri kepala, gangguan
penglihatan, gangguan kesadaran, oedema paru dan sianosis.
2.1.3 Etiologi

Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui secara


pasti. Namun banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya
hipertensi dalam kehamilan tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang
dianggap benar-benar mutlak.Beberapa faktor resiko ibu terjadinya
preeklamsi:

a. Paritas

Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas


2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan
risiko meningkat lagi pada grandemulti gravida (Bobak, 2005). Selain itu

6
primitua, lama perkawinan ≥4 tahun juga dapat berisiko tinggi timbul
preeklamsi (Rochjati, 2003)

b. Usia

Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun.


Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah 20
tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena wanita yang memiliki
usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun di anggap lebih rentan
terhadap terjadinya preeklamsi (Cunningham, 2006). Selain itu ibu hamil
yang berusia ≥35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat
kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk
terjadi preeklamsi (Rochjati, 2003).

c. Riwayat hipertensi

Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi


sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang
mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar mengalami preeklamsi,
serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal lebih
tinggi. Diagnosa preeklamsi ditegakkan berdasarkan peningkatan tekanan
darah yang disertai dengan proteinuria atau edema anasarka (Cunningham,
2006).

d. Sosial ekonomi

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial


ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi. Secara
umum, preeklamsi/eklamsi dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang
baik. Namun pada kalangan ekonomi yang masih rendah dan pengetahuan
yang kurang seperti di negara berkembang seperti Indonesia insiden
preeklamsi/eklamsi masih sering terjadi (Cunningham, 2006).

7
e. Hiperplasentosis /kelainan trofoblast

Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor


predisposisi terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang berlebihan dapat
menurunkan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi
endotel yang dapat mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan vasospasme
adalah dasar patofisiologi preeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut
misalnya: kehamilan multiple, diabetes melitus, bayi besar, 70% terjadi
pada kasus molahidatidosa (Prawirohardjo, 2008; Cunningham, 2006).

f. Genetik

Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam


kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah
terbukti pada ibu yang mengalami preeklamsi 26% anak perempuannya
akan mengalami preeklamsi pula, sedangkan 8% anak menantunya
mengalami preeklamsi. Karena biasanya kelainan genetik juga dapat
mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya
mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat menyebabkan terjadinya
vasospasme yang merupakan dasar patofisiologi terjadinya
preeklamsi/eklamsi (Wiknjosastro, 2008; Cunningham, 2008).

g. Obesitas

Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di


dalam tubuh. Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori,
biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan
garam yang kelak bisa merupakan faktor risiko terjadinya berbagai jenis
penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung
koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan
kesehatan lain.Hubungan antara berat badan ibu dengan risiko preeklamsia
bersifat progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan indeks massa
tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi 13,3 % untuk
mereka yang indeksnya ≥35 kg/m2 (Cunningham, 2006; Mansjoer, 2008).

8
2.1.4 Manifestasi Klinik
a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg
atau lebih, dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu
atau lebih. Atau sistol 140 - 160 mmHg dan diastole 90 -110 mmHg.
b. Proteinuria secara kuantitatif lebih dari 0,3 gram/liter dalam 24 jam atau
secara kualitatif (++).
c. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral dan wajah atau
lengan.
d. Terjadinya gejala subjektif:
1) Sakit Kepala
2) Penglihatan kabur
3) Nyeri pada epigastrum
4) Sesak napas
5) Berkurangnya urin
e. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
f. Terjadinya kejang
g. Penurunan angiostensin, renin, dan aldosteron, tetapi juga dijumpai
edema, hipertensi dan proteinuria.
2.1.5 Klasifikasi
Preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu ringan dan berat. Preeklamsia
dikatakan ringan apabila ditemukan tanda-tanda di bawah ini.
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, atau kenaikan diastolik 15
mmHg atau lebih, dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
2. Edema umum, kaki, jari, tangan dan wajah atau kenaikan BB 1 kg atau
lebih per minggu.
3. Proteinuria kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau
2+ pada urine kateter/mind stream.
Sedangkan preeklamsia dikatakan berat apabila ditemukan satu atau
lebih tanda-tanda di bawah ini.
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 gram atau lebih per liter.

9
3. Oliguria jumlah unrine kurang dari 500 cc per 24 jam.
4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di
epigastrium.
5. Ada edema paru dan sianosis
2.1.6 Komplikasi
Bergantung pada derajat preeklamsia yang dialami. Namunyang termasuk
komplikasi antara lain sebagai berikut.
1. Pada ibu
a. Eklamsia.
b. Solusio plasenta
c. Pendarahan subkapsula hepar.
d. Kelainan pembekuan darah (DIC).
e. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enymes, dan low
platelet count).
f. Ablasio retina
g. Gangal jantung hingga syok dan kematian.
2. Pada janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
b. Prematur.
c. Asfiksia neonatorum.
d. Kematian dalam uterus.
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

2.1.2 Patofisiologi

Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi


peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu
mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi (
suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan
tercukupi). Dengan adanya spasme pembuluh darah menyebabkan perubahan
– perubahan ke organ antara lain :

10
a. Otak
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan
terjadi oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan
pusing dan CVA, serta kelainan visus pada mata.

b. Ginjal
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah
ke ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana
filtrasi natirum lewat glomelurus mengalami penurunan sampai dengan
50 % dari normal yang mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga
terjadi oliguri dan oedema.
Terjadi perubahan fungsi ginjal disebabkan karena menurunnya
aliran darah ke ginjal akibat hipovolemi, kerusakan sel glomerulus
mengakibatkan meningkatnya permebelitas membran basalis sehingga
terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria. Gagal ginjal akut akibat
nekrosis tubulus ginjal.
c. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan
gangguan plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang
sehingga akan terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta
kematian janin dalam kandungan.
d. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan
menyebabkan partus prematur.
e. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga
oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas.
Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan
kematian.

11
f. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan
perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium,
serta ikterus.
2.1.3 Pencegahan Pre-eklamsia
Pencegahan preeklamsi ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah
terjadinya preeklamsi pada perempuan hamil yang memiliki resiko terjadinya
preeklamsi. Menurut Prawirohardjo 2008 pencegahan dapat dilakukan dengan
3 cara yaitu:
a. Pencegahan non medikal
Yaitu pencegahan dengan tidak memberikan obat, cara yang paling
sederhana yaitu dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah suplemen
yang mengandung: a) minyak ikan yang kaya akan asam lemak tidak jenuh
misal: omega-3 PUFA, b) antioksidan: vitamin C, vitamin E, dll.c) elemen
logam berat: zinc, magnesium, kalium.
b. Pencegahan dengan medikal
Pemberian deuretik tidak terbukti mencegah terjadinya hipertensi
bahkan memperberat terjadinya hipovolumia. Pemberian kalsium: 1.500-
2.000mg/hari, selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari,magnesium
365 mg/hari. Obat trombotik yang dianggap dapat mencegah preeklampsi
adalah aspirin dosis rendah rata-rata <100mg/hari atau dipiridamole dan
dapat juga diberikan obat anti oksidan misalnya vitamin C, Vitamin E β-
karoten, N-Asetilsistein, asam lipoik.
c. Antenatal care (ANC)
ANC adalah pemeriksaan/pengawasan antenatal adalah
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik
ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan
memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

12
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Pre-eklamsi

2.2.1 Pengkajian
a. Anamnese

Biodata: Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkwinan,


berapa kali nikah, dan berapa lama.

b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa, sudah pernah
melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur.
2) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT, paru.
3) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi atau
preeklampsi.
4) Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita penyakit
jantung, ginjal, HT, dan gemmeli.
c. Pola Aktivias Sehari-hari
1) Sirkulasi:
a) Peningkatan TD menetap melebihi nilai dasar setelah 20 mgg kehamilan.
b) Riwayat hipertensi kronis.
c) Nadi mungkin menurun.
d) Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama, atau epistaksis
(trombositopenia).
2) Pola eliminasi: Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400 ml/24
jam ) atau tidak ada.
3) Pola makan dan cairan:
a) Mual / muntah.
b) Penambahan berat badan 2+ lb (0,9072 kg) atau lebih dalam 1 minggu, 6
lb (2,72) atau lebih per bulan (tergantung pada lamanya gestasi).

13
c) Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar);
masukan protein/ kalori kurang.
d) Edema mungkin ada, dari ringan sampai berat/ umum dan dapat meliputi
wajah, ekstermitas, dan sistem organ (mis: hepar, otak)
e) Diabetes mellitus.
4) Neurosensori:
a) Pusing, sakit kepala frontal.
b) Diplopia, penglihatan kabur.
c) Hiperrefleksia
d) Kacau mental-tonik, kemudian fase tonik, diikuti dengan periode
kehilangan kesadaran.
e) Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkan edema atau spasme
vaskular.
5) Nyeri / Ketidaknyamanan:Nyeri epigastrik (region kuadran atas kanan )
6) Pernafasan :
a) Pernafasan mungkin kurang dari 14/menit
b) Krekels mungkin ada.
7) Keamanan :Ketidak sesuaian Rh mungkin ada.
8) Pola seksual :
a) Primigravida, gestasi multipel, hidramnion, mola hidatidosa, hidrops
fetalis.
b) Gerakan bayi mungkin berkurang.
c) Tanda-tanda abrupsi plasenta mungkin ada.

d. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan fisik biologis

Keadaan umum : lemah

Kepala : sakit kepala, wajah edema

Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina

14
Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan
muntah, cek TFU.

Ekstremitas : edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.

Sistem persyarafan : hiperrefleksia, klonus pada kaki.

Genitourinaria : oliguria, proteinuria.

Pemeriksaan janin : Bunyi jantung janin melemah dan tidak teratur

e. Pemeriksaan penunjang :
1) Tanda vital yang diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
2) Laboratorium :
- Penurunan Hb
- Hematokrit meningkat
- Penurunan trombosit
- Proteinuri dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga
0,3 gr/lt atau + 1 sampai + 2 pada skala kualitatif, berat jenis urine
meningkat, serum kreatinin meningkat, uric acid > 7 mg/100 ml.
- Pemeriksaan fungsi hati, Peeningkatan bilirubin (N= <1 mg/dl),dan
peningkatan SGOT dan SGPT.
3) Radiologi:
- USG : untuk medeteksi keadaan kehamilan, dan plasenta. Ditemukan
retardasi pertumbuhan janin intrauterus
- Kardiografi : Akan ditemukan denyut jantung bayi yang lemah.
4) NST : untuk menilai kesejahteraan janin
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a) Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorbsi natrium
b) Penuruna curah jantung b.d hipovolemia.
c) Perubahan perfusi jaringan uteroplasenta b.d interupsi aliran darah
(vasospasme progresif dari arteri spiral).
d) Resiko tinggi terhadap cedera ibu b.d edema / hipoksia jaringan.

15
e) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik dan menggantikan kehilangan.
f) Kurang pengetahuan b.d kurangnya pemajanan/ tidak mengenal sumber-
sumber informasi.

2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan


a. Diagnosa Keperawatan 1
Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na

Kemungkinan dibuktikan oleh :

Adanya hipertensi, proteinuria, peningkatan retensi natrium, oliguroi,


dispnea.

Hasil yang diharapkan klien akan :

1) Menyebutkan cara-cara untuk meminimalkan masalah


2) Mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi medis
3) Bebas dari hipertensi, albuminuria, retensi cairan berlebihan, dan edema
wajah

Intervensi Keperawatan

1) Tindakan Mandiri
a) Pantau berat badan secara teratur

R/: Mendeteksi penambahan berat badan berlebihan dan retensi cairan


yang tidak kelihatan, yang potensial patologis. Selama trimester kedua,
total cairan tubuh (plasma dan sel-sel darah merah) meningkat 1.000 ml,
karena sebagian kadar estrogen merangsang kelenjar adrenal untuk
mensekresikan aldosteron yang menahan natrium dan air.

b) Kaji adanya tanda-tanda HAK, perhatikan tekanan darah. Pantau


lokasi/luasnya edema, masukan atau haluran cairan. Perhatikan
laporan-laporan gangguan penglihatan, sakit kepala, nyeri epigastrik
atau adanya hiperrefleksia.

16
R/: Indikator edema patologis. Meskipun HKK karena retensi cairan
berlebihan biasanya tidak terlihat sampai akhir minggu ke-10
kehamilan, dapat terjadi di awal, khususnya pada pasien dengan faktor-
faktor predisposisi seperti diabetes, penyakit ginjal, hipertensi, gestasi
multipel, malnutrisi (kelebihan berat badan atau kura berat badan), mola
hidatidosa.
c) Tes urin terhadap albumin
R/: Deteksi masalah vaskular berkenaan dengan spasme glomerular dari
ginjal, yang menurunkan reabsorpsi albumin.
d) Berikan informasi tentang diet (mis., peningkatan protein, tidak
menambahkan garam meja, menghindari makan dan minuman tinggi
natrium).
R/: Nutrisi adekuat, khususnya peningkatan protein, menurunkan
kemungkinan HAK. Natrium berlebihan dapat memperberat retensi air
(terlalu sedikit natrium dapat mengakibatkan dehidrasi).
e) Anjurkan meningkatkan ekstremitas secara periodik selama sehari.
R/: Edema fisiologis dari ekstremitas bawah terjadi di penghujung hari
adalah normal, tetapi harus dapat diatasi dengan tindakan sederhana.
Bila ini tidak teratasi, pemberi pelayanan kesehatan harus diberitahu.
f) Tinjau ulang kadar Ht. (perhatikan efek dari variabel-variabel seperti
sikap dan ras)
R/: Pada umumnya kadar >41% (Caucasian) atau >38% (keturunan
Afrika) menunjukkan perpindahan cairan intravaskular mengakibatkan
edema jaringan.
2) Kolaborasi
a) Jadwalkan kunjungan pranatal lebih sering dan lakukan pengobatan bila
ada HAK. (Rujuk pada MK : Hipertensi Karena Kehamilan).

R/: Perawatan membantu meningkatkan kesejahteraan ibu/janin.

b. Diagnosa keperawatan 2

Penurunan curah jantung b.d hipovolemia

17
Kemungkinan dibuktikan oleh :.

Variasi tekanan darah/ hasil hemodinamik , edema, sesak nafas,perubahan


situs mental.

Hasil yang diharapkan klient akan :

1) Tetap normotensif selama sisa masa kehamilan .


2) Melaporkan tidak adanya atau menurunya kejadian dispnea.
3) Mengubah tingkat aktivitas sesuai kondisi.

Intervensi Keperawatan

1) Tindakan Mandiri
a) Kaji tekanan arteri rata (MAP) pada gestasi minggu ke22, tekanan 90 mm hg
dipertimbangkan prediktif HKK. Kaji krekels, gurgle, dan dispnea;
perhatiakn frekuensi / upaya pernafasan
R/: Edema paru dapat terjadi , pada perubahan tahanan vaskular perifer dan
penurunan pada tekanan osmotik koloid plasma.
b) Lakukan tirah baring pada klient dengan posisi miring kiri.
R/: Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung dan perfusi ginjal/plasenta.
2) Tindakan Kolaborasi
a) Berikan obat anti hipertensiseperti hidralazin(apresoline) P.O./I.V sehingga
diastolik jadi antara 90-dan 110mm Hg, ikuti dengan pemberian
metildopauntuk mempertahankan terapi sesuai kebutuhan.
R/: Bila TD tidak berespon terhadap tindakan konservatif, mungkin perlu
pemberian obat . obat antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriol
untuk meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskular dan membantu
meningkatkan suplaidarah ke serebrum , ginjal ,uterus, dan plasenta .
hidralazin adalah obat pilihan karena tidak menghasilkan efek samping pada
janin.
b) Pantau parametre hemodinamik invasif

18
R/: Memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskular dan volume cairan.
Konstriksi vaskular yang lama, peningkatan hemokonsentrasi, dan
perpindahan cairan menurunkan curah jantung.

c. Diagnosa keperawatan 3

Perubahan perfusi jaringan uteroplasenta b.d interupsi aliran darah


(vasospasme progresif dari arteri spiral).

Kemungkinan dibuktikan oleh :.

Retardasi pertumbuhan intrauterus,perubahan aktivitas janin/frequensi


jantung, kelahiran prematur, kematian janin.

Hasil yang diharapkan klien akan :

Mendemonstrasikan reaktivitas ke SSPnormal pada NST(tes non stres)


bebas dari deselerasi lanjut, tidak ada penuruan jantung janin pada
CTS/OCT (contraction stres test/ oxitocin challenge test).

Intervensi Keperawatan

1) Tindakan Mandiri
a) Identifikasi faktor-faktor yang mempengarui aktivitas janin
R/: Merokok , pnggunaan obat , kadar glukosa serum , bunyi lingkungan
, waktu dalam sehari dan siklus tidur bangun dari janin dapat meningkat
atau menurunkan gerakan janin.
b) Tinjau ulang tanda2 abrupsi plasenta (mis; pendarahan vagina, nyeri
tekan uterus, nyeri abdomen, dan penurunan aktivitas janin).
R/: Pengenalan dan intervensi dini meningkatkan kemungkinan hasil
yang positif .
c) Evaluasi pertumbuhan janin ; ukur kemajuan pertumbuhan fundus setiap
kunjungan

19
R/: Penurunan fungsi plasenta dapat menyertai HKK, mengakibatkan
IUGR . stres intrauterus kronis dan insufisiensi uteroplasenta
menurunkan jumlah kontribusi janin pada penumpukan cairan apniotik.
d) Perhatikan respon janin pada obat-obatan seperti MGSO4, fenobarbital,
dan diazepam.
R/: Efek depresan dari medikasi dapat menurunkan pernafasan dan
fungsi jantung janin serta tingkat aktivitas janin, meskipun sirkulasi
plasenta mungkin adekuat.

2) Tindakan Kolaborasi
a) Perhatikan repon janin pada kriteria BPP atau CTS, sesuai indikasi status
ibu.( rujuk pada DK; cidera, risiko timggi terhadap ibu)
R/: BPP membantu mengevaluasi janin dan lingkungan janin

d. Diagnosa keperawatan 4

Resiko tinggi terhadap cedera ibu b.d edema / hipoksia jaringan.

Kemungkinan dibuktikan oleh :

tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda atau gejala yang membuat


diagnosis aktual

Hasil yang diharapkan klient akan :

1) Berpartisipasi dalam tindakan atau modifikasi lingkungan untuk


melindungi diri dan meningkatkan keamanan.
2) Bebas dari tanda-tanda iskemia serebral( gangguan penglihatan, sakit
kepala, perubahan pada mental)
3) Menunjukan kadar faktorpembekuan dan kadar enzim hepar normal.

Intervensi Keperawatan

1) Tindakan Mandiri

20
a) Kaji adanya masalah SSP ( mis; sakit kepala, peka rangsang ,gangguan
penglihatan atau perubahan pada pemeriksaan funduskopi )
R/: Edema serebral dan vasokontriksi dapat diev aluasi dari masa
perubahan gejala, prilaku atau retina.
b) Tekankan pentingnya klient melaporkan tanda2 dan gejala yang
berhubungan dengan SSP.
R/: Keterlambatan tindakan atau awitan progresif gejala-gejala yang
dapat menga kibatkan kejang tonik-klonik atau eklamsia.

c) Perhatikan purubahan pada tingkat kesadaran.


R/: Pada kemajuan HKK vasokonstriksi dan vasospasme pembuluh
darah serebral menurunkan konsumsi ogsigen 20% dan mengakibatkan
iskemia serebral
d) Kaji tanda-tanda eklamsia yang akan datang; hiperaktivitas (3+sampai
4+) dari reflek tendon dalam, klonus pergelangan kaki, penurunan nadi
dan oernafasan , nyeri epegastrik, dan oliguria (kurang dari 50ml/jam ).
R/: Edema / vasokonstiksi umum, dimanifestasikan oleh masalah SSP
berat dan masalah ginjal hepar ,kardiovaskular dan pernapasan
mendahului kejang .
e) Implementasi tindakan pencegahan kejang perprotokol.
R/: Menurunkan resiko cidera bila kejang terjadi.
f) Pada kejadian kejang , miringkan klient; pasng jalan nafas/blok gigitan
bila mulut rileks; berikan oksigen lepaskan pakaian yang ketat ; jangan
membatasi gerakan ; dan dokumentasikan masalah motorik , durasi
kejang , dan pereilaku pascakejang.
R/: Mempertahankan jalan nafas menurunkan resiko aspirasi dan
mencegah lidah menyumbat jalan nafas . memaksimalkan oksigenasi.
(catatan ; waspada dengan penggunaan jalan nafas / blok gigitan ;
jangan mencoba bila rahang keras karena dapat terjadi cidera).

21
e. Diagnosa keperawatan 5

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik dan menggantikan kehilangan.

Kemungkinan dibuktikan oleh :.

Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda untuk menegakan diagnosa


aktual

Hasil yang diharapkan klient akan :

1) Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan diet Individu.


2) Mendemonstrasikan pengetahuan diet yag tepat seperti dibuktikan oleh
pengembangan terencana diet dengan sumber keuangan seendiri.
3) Menunjukkan penam bahan berat badan yang tepat.

Intervensi Keperawatan

1) Tindakan Mandiri
a) Kaji status nutrisi klient , kondisi rambut dan kuku ,dan tinggi serta berat
badan sebelum hamil.
R/: membuet pedoman untuk menentukan kebutuhan diet dan pendidikan
klien, malnutrisi dapat menjadi faktor pemberat pada awitan HKK,
kususny bila klien mengikuti diet rendahprotein , dengan masukan kalori
tidak cukup , dan kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan 20%
atau lebih sebelum hamil.
b) Berikan informasi tentang penambahan berat badan normal pada
kehamilan , modifikasi supaya memenuhi kebutuhan klient.
R/: Klien dengan berat badan kurang memerlukan diet dengan kalori lebih
tinggi . klien gemuk harus menghindari diet karena ini membuat janin
menjadi ketosis.
c) Berikan informasi verbal tentang tindakan dan penggunaan proteindan
peranya dalam pengembangan HKK.

22
R/: 1,5g/kg masukan setiap hari cukup untuk menghilangkan kehilangan
protein dalam urin dan memungkinkan tekanan onkotik serum normal.
d) Berikan informasi mengenai efek tirah baring dan penurunan aktivitas
pada kebutuhan protein.
R/: Menurunkan laju metabolisme selama tirah baring dan pembatasan
aktivitasmenurunkan kebutuhan protein.

f. Diagnosa keperawatan 6

Kurang pengetahuan b.d kurangnya pemajanan/ tidak mengenal sumber-


sumber informasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh :.

Meminta informasi, pernyataan salah konsep, ketidak akuratan mengikuti


intruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Hasil yang diharapkan klient akan :

1) Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan rencana


tindakan yang tepat.
2) Mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis.
3) Melakukan prosedur yang diperlukan dengan benar.
4) Melakukan perubahan gaya hidup

Intervensi Keperwatan

1) Tindakan Mandiri
a) Kaji pengetahuan klient / pasangan tentang proses penyakit. Berikan
informasi tentang patofisiologi HKK, implikasi terhadap ibu dan janin
dan rasional intervensi , prosedur dan tes, sesuai kebutuhan.
R/: Membuat data dasar dan memberikan informasi tentang bidang mana
yang membutuhkan pembelajaran . penerimaan informasi dapat
meningkatkan pemahaman dan menurunkan rasatakut , membantu
memudahkan rencana tindakan untuk klien;

23
(Catatan; penelitian terbaru yang sedang berjalan dapat memberikan
pilihan tindakan tambahan, seperti menggunakan aspirin dosis rendah
60g/hr untuk menurunkan generasi tromboksan oleh tromboksit
membatasi insiden/beratnya HKK)
b) Berikan informasi tetang tanda dan gejala yang mengindikasikan kondisi
yang semakin buruk , dan instruksiksn kapan klient memberi tahu
pemberi perawatan kesehatan.
R/: Membantu menjamin bahwa klien mencari tindakan pada waktu yang
tepat dan mencegah memburuknya status kondisi preeklamsia atau
komplikasi tambahan.
c) Pertahankan supaya klient tetap mendapat infor masi tentang kondisi
kesehatan, hasil tes dan kesejah teraan janin.
R/: Rasa takut dan ansietas dapat menyatu bila klien / pasangan tidak
dapat informasi yang adekuat tentang keadaan dari proses penyakitatau
dampaknya pada klien dan janin.
d) Tinjau ulang tes sendiri terhadap protein urin .Kuatkan rasional dan
implikasi tes.
R/: Hasil tes 2 atau lebih besar bermakna dan perlu dilaporkan pada
pemberi keperawatan kesehatan . sepesimen urin terkontaminasi oleh
rabas vagina atau SDM dapat menghasikan hasil tes positif terhadap
protein.

24
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Ilustrasi kasus

Seorang perempuan usia 29 tahun G2P1A0 hamil 28 minggu tanggal 3 Februari


2017 mengeluh penambahan berat badan yang berlebihan, keluhan disertai adanya
pembengkakan pada kaki (edema), jari tangan dan pada wajah terutama pada
kelopak mata yang mengindikasikan bahwa Ny.R mengalami gangguan Kelebihan
Volume Cairan, tekanan darah > 140/90 mmHg yang menyebabkan Ny. R
mengalami gangguan Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak nadi
88x/mnt suhu 36oC, dan pada pemeriksaan laboratorium terdapat proteinuria Serta
DJJ bayi lemah.

3.2 Pengkajian

1. Indentitas

a. Identitas klien

Initial Klien : Ny. R

Usia : 29 th

Suku/Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat/Tepl : Ciracas

Status perkawinan : Kawin

Tahun : 2014

b. Identitas penanggung jawab

25
Nama Suami : Tn. O

Usia : 35 th

Suku/Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

Alamat/Tepl : Ciracas

Lama perkawinan : 17 th

Kawin :1 Kali

Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu


Kehamilan Persalinan Komplika Anak
Anak
Umur si Nipas Jenis BB PB Keadaan &
ke Penyulit Jenis Penolong Penyulit
Kehamilan Nipas umur skrg
1 39 minggu - Nor Bidan - - Laki 3200 50 Baik
mal 2 tahun

Pengalaman menyusui : ya/tidak berapa lama: 1 tahun

Riwayat penyakit lalu: Tidak ada


Riwayat penyakit keluarga : Diabetes Mellitus Jantung

Hipertensi Lain-lain,
Sebutkan.......................................................

Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi:Tidak ada

26
2. Riwayat Riwayat keluarga berencana : ya / tidak
Bila ya, jenis kontrasepsi yang digunakan : IUD Pil
Implan Suntik Lain-lain;
sebutkan.......................
...............................................................................................................
.......

Riwayat Kehamilan Saat Ini


HPHT: 1 Juli 2016 Taksiran Partus: 8 April
2017
Usia Kehamilan Sekarang: 28 minggu
BB sebelum hamil: 50kg TD sebelum Hamil 110/80
mm/Hg
Riwayat imunisasi TT : ya/tidak, bila ya............. berapa kali diberikan:.....................

No BB/TD TFU Letak/presentasi DJJ Usia Keluhan


Janin Gestasi
1. 58 kg 1/3 Leopold I : bokong (-) 28 mgg Sakit kepala,
> diatas Djj (-), edema
Leopold II : kanan :
140/90 pusat kaki, jari
punggung
mmHg tangan, wajah
Kiri : bagian kecil dan kelopak

Leopold III : kepala mata,


Proteinuria
Penurunan kepala: belum

Leopold
IV

: teraba 5/5 bagian janin,


kepala belum masuk PAP

27
c. Pola aktivitas

Istirahat dan Kenyamanan

Pola tidur: kebiasaan tidur, lama 8 jam, frekwensi

Pola tidur saat ini: 5 jam

Kebutuhan ketidaknyamanan: ya/tidak, Lokasi kepala sifat menjalar

Intensitas sedang

Mobilisasi dan Latihan

Tingkat mobilisasi : Ny.R masih dapat beraktivitas dengan baik

Latihan/senam : Ny.R biasanya melakukan senam hamil 2x


seminggu

Masalah khusus : Tidak ada

Nutrisi dan Cairan

Asupan Nutrisi : 3x/hari (1 porsi)

Asupan Cairan : 1 lt/hari

Masalah khusus :-

Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan:

Tidak ada

Pola seksualitas

masalah seksualitas ya Tidak, bila ya,


sebutkan.............................................................................................................
...........................................................................................................................

Persiapan Persalinan

28
Senam hamil

Rencana tempat melahirkan: RS Jayakarta

Perlengkapan kehidupan bayi dan


Ibu..................................................................

Kesiapan mental ibu dan


keluarga........................................................................

Pengetahuan tentang tanda – tanda melahirkan, cara menangani nyeri,


proses persalinan

Perawatan payudara

Obat – obat yang di konsumsi saat ini :

Obat antihipertensi: Fenobarbital 3x30 mg sehari

2. Pemeriksaan fisik

Status Obstetrik : G2 P1A0 H 28 Minggu

Keadaan Umum : ………… Kesadaran: Compos mentis BB: 58Kg,


TB:160Cm

Tanda Vital TD : 140/90 mmHg, Nd: 88 x/ menit Sh 360C, RR 20 x/menit

Kepala Leher

Kepala : Simetris, tidak ada benjolan, rambut tidak rontok, tidak


ada nyeri tekan

Mata : Konjungtiva: Tidak pucat Sklera: Tidak ikterik

Terdapat edema pada kelopak mata dan wajah

Hidung : Simetris

Pengeluaran: tidak ada, Polip: tidak ada

29
Mulut : Stomatitis: Tidak ada

Gusi: Tidak epulitis, kemerahan

Caries: Tidak ada

Rongga mulut dan lidah: Bersih

Telinga : Simestris, Tidak ada kotoran telinga

Leher : Pembesaran tyroid: Tidak ada

Kelenjar getah bening: Tidak ada

Vena jugularis: Tidak ada

Masalah khusus: Terdapat edema pada kelopak mata Ny.R

Dada

Jantung : Bunyi lup-dub

Paru : Tidak ada bunyi wheezing dan sesak

Payudara : Simetris kiri dan kanan

Pengeluaran ASI: Belum ada

Putting susu :Terdapat hiperpigmentasi

Masalah Khusus: Pengeluaran ASI pada riwayat kehamilan pertama


dimulai saat minggu ke 32, Ny. R mengatakan pengeluaran ASI nya
agak sedikit dan harus dipompa terlebih dahulu agar pengeluaran ASI
meningkat.

Abdomen

Uterus :

30
Tinggi pundus uteri; 25 cm, Kontraksi: ya/tidak

Leopold I : kepala / bokong / kosong

Leopold II : kanan : punggung/bagian kecil/kepala/bokong

Kiri : punggung/bagian kecil/kepala/bokong

Leopold III : kepala/bokong/kosong

Penurunan kepala: sudah/belum

Leopold IV : teraba 5/5 bagian janin, kepala belum masuk PAP

Pigmentasi :

Linea nigra : Ada

Striae : Ada

Fungsi pencernaan : Tidak ada masalah

Masalah khusus : Tidak ada

Pemeriksaan Panggul Luar

Distansia Spinarum :25cm

Distansia Crimstarum :29cm

Conjungata Eksterna :18cm

Lingkar Panggul :80cm

Perineum dan Genetal

Vagina varises : Tidak ada

Kebersiahannya : Vagina Ny.R terlihat bersih

Keputihan

Jenis/warna : Tidak ada

31
Konsistensi : Tidak ada

Bau : Tidak ada

Hemoroid:ya/tidak derajat: - lokasi: -

Berapa lama : - nyrei : ya/tidak

Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus pada vagina Ny.R

Ekstremitas

Ekstremitas atas: edema Ya/ Tidak

Inspeksi ; Tangan Ny.R terlihat bengkak

Palpasi : Terdapat pitting edema saat dilakukan palpasi

varises Ya / Tidak

Ekstremitas bawah: edema Ya/ Tidak

Inspeksi ; Kaki Ny.R terlihat bengkak

Palpasi : Terdapat pitting edema saat dilakukan palpasi

varises Ya/ Tidak

Replek patella: + kanan dan kiri

Masalah khusus : Terdapat edema pada ekstremitas bawah pasien.

3. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
2) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
3) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)

32
2. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine +5
3. Pemeriksaan Fungsi hati
a) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
b) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
c) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul)
d) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N=
15-45 u/ml )
e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat (
N= <31 u/l )
f) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
4. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
1. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah

4. Analisa data

Masalah/Problem Etiologi Symptom/Data


Kelebihan volume Gangguan DS:
cairan mekanisme Pasien mengeluh
regulasi adanya
pembengkakan
pada kaki (edema),

33
jari tangan dan
pada wajah
terutama pada
kelopak mata

DO:
TD > 140/90
mmHg
DJJ tidak terdengar
Proteinuria
Nyeri akut Agen cedera DS:
biologis Pasien mengatakan
(hipertensi) sering mengeluh
sakit kepala dan
tengkuk bagian
belakang tegang.

DO:
TD > 140/90
mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
Resiko Hipertensi DS:
ketidakefektifan
Pasien mengatakan
perfusi jaringan otak
sering mengeluh
sakit kepala dan
tengkuk bagian
belakang tegang,
edema.

DO:

34
TD > 140/90
mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC

5. Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan


mekanisme regulasi ditandai dengan Pasien mengeluh adanya
pembengkakan pada kaki (edema), jari tangan dan pada wajah
terutama pada kelopak mata, TD > 140/90 mmHg, DJJ tidak terdengar,
proteinuria.
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan
dengan Hipertensi ditandai dengan pasien mengatakan sering
mengeluh sakit kepala dan tengkuk bagian belakang tegang, edema.TD
> 140/90 mmHgNadi 88x/mntSuhu 36oC.

6. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1. Kelebihan volume Kelebihan volume Intervensi
cairan berhubungan cairan teratasi yang keperawatan
dengan gangguan dibuktikan dengan: yang disarankan
mekanisme regulasi 1. Keseimbangan untuk
ditandai dengan: cairan dengan menyelesaikan
DS: criteria hasil: masalah:
Pasien mengeluh a. Intake dan 1. Manajemen
adanya pembengkakan output cairan dengan
pada kaki (edema), seimbang aktivitas:
jari tangan dan pada b. Turgor kulit a. Jaga a. Untuk
elastic intake/asu menjaga

35
wajah terutama pada c. Berat badan pan yang keseimbang
kelopak mata stabil akurat dan an cairan
catat
DO: 2. Pengetahuan: output
TD > 140/90 mmHg Manajemen b. Kaji lokasi b. Untuk
DJJ lemah Hipertensi dan mengetahui
Proteinuria a. Mengetahui luasnya keadaan
efek terapeutik edema edema
obat yang pasien
diberikan c. Monitor c. Untuk
b. Memiliki hasil memantau
pengetahuan laboratori perkemban
tentang um yang gan hasil
pemantauan relevan laboratoriu
tekanan darah dengan m pasien
c. Pengetahuan retensi
tentang cairan
strategi (pantau
mengelola kadar
stress protein
d. Mengetahui dalam
pentingnya urine)
mematuhi
pengobatan 2. Manajemen
Hipervolemia
dengan
aktivitas:
a. Timbang a. Untuk
berat memantau
badan tiap perubahan
hari berat badan

36
dengan pasien
waktu secara
yang sama teratur
b. Monitor b.Memanta
edema u keadaan
perifer edema

c. Reposisi c. Untuk
pasien mencegah
dengan adanya
edema tekanan
dependen pada edema
secara
teratur
d. Tingkatka d. Untuk
n mencegah
integritas adanya
kulit gesekan
(mencega pada area
h gesekan, yang
hindari edema
kelembab
an yang
berlebihan
) pada
pasien
edema
dependen
2. Resiko Ketidakefektifan Intervensi
ketidakefektifan perfusi jaringan keperawatan
perfusi jaringan yang disarankan

37
perifer berhubungan perifer teratasi yang untuk
dengan Hipertensi dibuktikan dengan: menyelesaikan
ditandai dengan 1) Status sirkulasi masalah:
pasien mengatakan dengan kriteria 1) Monitor
sering mengeluh sakit hasil: tanda-tanda
kepala dan tengkuk a) Tidak ada vital dengan
bagian belakang edema perifer aktivitas:
tegang, edema. TD > b) Wajah tidak  Monitor a. Untuk
140/90 mmHgNadi pucat tekanan mengetahui
88x/mnt Suhu 36oC darah, keadaan
2) Keparahan nadi, suhu, vital pasien
hipertensi dan status
membaik dengan pernpasan
kriteria hasil: dengan
a) Tidak ada tepat
sakit kepala
b) Tidak ada
pusing

3) Memiliki
pengetahuan
manajemen
hipertensi dengan
kriteria hasil:
a) Tekanan
darah 120/80
b) Mengetahui
tanda dan
gejala
eksaserbasi
hipertensi

38
39
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Preeklampsia adalah berkembangnya hipertensi dengan proteinuria atau edema


atau keduanya yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh kehamilan
yang sekarang. Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana
hipertensi terjadi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya
memiliki tekanan darah normal.

Klasifikasi Pre-eklamsia dibagi dua yaitu ; Preeklampsi ringan adalah


timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan
20 minggu atau segera setelah persalinan. dan Preeklampsi berat adalah suatu
komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg
atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui secara pasti.
Beberapa faktor resiko ibu terjadinya preeklamsi yaitu ; Paritas, usia, riwayat
hipertensi, sosial ekonomi, Hiperplasentosis /kelainan trofoblast, genetik, dan
obesitas.Preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu ringan dan berat. komplikasi
bergantung pada derajat preeklamsia yang dialami.

Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi


peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu
mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi.

Pencegahan preeklamsi ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah terjadinya


preeklamsi pada perempuan hamil yang memiliki resiko terjadinya preeklamsi.
Pencegahan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu Pencegahan non medikal,
Pencegahan dengan medikal, dan Antenatal care (ANC).

40
Pengkajian (terdiri dari anamnese, riwayak kesehatan, pola aktivitas sehari-
hari, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang), menentukan diagnosa
keperawatan, menentukan intervensi , implementasi dan evaluasi.

41
Daftar Pustaka

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Persis Mary Hamilton.1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC

42

Anda mungkin juga menyukai