PREEKLAMSIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Maternitas
Disusun oleh :
Kelompok 2
1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu usaha yang dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB
adalah memberi pelayanan pada ibu hamil dan ibu bersalin secara cepat dan
tepat. Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, pemerintah
2
menerapkan strategi making pregnancy safer (MPS) yang dimulai pada
tahun 2000. MPS mempunyai visi agar kehamilan dan persalinan di
Indonesia berlangsung aman dan bayi yang dilahirkan hidup dan sehat.
3
Berdasarkan latar belakang tersebut kami tertarik untuk menyusun
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Maternitas Pada
Preeklamsi”.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit preeklamsi
2. Untuk mengetahui pengertian
3. Untuk mengetahui klasifikasi pre-eklamsia
4. Untuk mengetahui etiologi
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik
6. Untuk mengetahui patofisiologi
7. Untuk mengetahui pencegahan pre-eklamsia
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
2.1.2 Klasifikasi Pre-eklamsia
a. Preeklampsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Edema tekan pada tungkai ( pretibial ), dinding perut,
lumbosakral, wajah atau tungkai, ditandai :
1) Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan intrerval 6
jam pemeriksaan.
2) Tekanan darah diastol 90 atau kenaikan 15 mmHg.
3) BB naik lebih dari 1 Kg/minggu.
4) Proteinuri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 – 2 pada setiap
urine kateter atau midstearh.
b. Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Yang ditandai adanya edema
anasarka (seluruh tubuh ) dan edema paru ( berat ), kualitatif (+++) ,ditandai
:
1) Oliguri, urine , 400 cc/24 jam.
2) Proteinuri > dari 3 gr/l.
3) Keluhan subyektif : nyeri epigastrium, nyeri kepala, gangguan
penglihatan, gangguan kesadaran, oedema paru dan sianosis.
2.1.3 Etiologi
a. Paritas
6
primitua, lama perkawinan ≥4 tahun juga dapat berisiko tinggi timbul
preeklamsi (Rochjati, 2003)
b. Usia
c. Riwayat hipertensi
d. Sosial ekonomi
7
e. Hiperplasentosis /kelainan trofoblast
f. Genetik
g. Obesitas
8
2.1.4 Manifestasi Klinik
a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg
atau lebih, dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu
atau lebih. Atau sistol 140 - 160 mmHg dan diastole 90 -110 mmHg.
b. Proteinuria secara kuantitatif lebih dari 0,3 gram/liter dalam 24 jam atau
secara kualitatif (++).
c. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral dan wajah atau
lengan.
d. Terjadinya gejala subjektif:
1) Sakit Kepala
2) Penglihatan kabur
3) Nyeri pada epigastrum
4) Sesak napas
5) Berkurangnya urin
e. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
f. Terjadinya kejang
g. Penurunan angiostensin, renin, dan aldosteron, tetapi juga dijumpai
edema, hipertensi dan proteinuria.
2.1.5 Klasifikasi
Preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu ringan dan berat. Preeklamsia
dikatakan ringan apabila ditemukan tanda-tanda di bawah ini.
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, atau kenaikan diastolik 15
mmHg atau lebih, dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
2. Edema umum, kaki, jari, tangan dan wajah atau kenaikan BB 1 kg atau
lebih per minggu.
3. Proteinuria kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau
2+ pada urine kateter/mind stream.
Sedangkan preeklamsia dikatakan berat apabila ditemukan satu atau
lebih tanda-tanda di bawah ini.
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 gram atau lebih per liter.
9
3. Oliguria jumlah unrine kurang dari 500 cc per 24 jam.
4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di
epigastrium.
5. Ada edema paru dan sianosis
2.1.6 Komplikasi
Bergantung pada derajat preeklamsia yang dialami. Namunyang termasuk
komplikasi antara lain sebagai berikut.
1. Pada ibu
a. Eklamsia.
b. Solusio plasenta
c. Pendarahan subkapsula hepar.
d. Kelainan pembekuan darah (DIC).
e. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enymes, dan low
platelet count).
f. Ablasio retina
g. Gangal jantung hingga syok dan kematian.
2. Pada janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
b. Prematur.
c. Asfiksia neonatorum.
d. Kematian dalam uterus.
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
2.1.2 Patofisiologi
10
a. Otak
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan
terjadi oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan
pusing dan CVA, serta kelainan visus pada mata.
b. Ginjal
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah
ke ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana
filtrasi natirum lewat glomelurus mengalami penurunan sampai dengan
50 % dari normal yang mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga
terjadi oliguri dan oedema.
Terjadi perubahan fungsi ginjal disebabkan karena menurunnya
aliran darah ke ginjal akibat hipovolemi, kerusakan sel glomerulus
mengakibatkan meningkatnya permebelitas membran basalis sehingga
terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria. Gagal ginjal akut akibat
nekrosis tubulus ginjal.
c. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan
gangguan plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang
sehingga akan terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta
kematian janin dalam kandungan.
d. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan
menyebabkan partus prematur.
e. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga
oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas.
Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan
kematian.
11
f. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan
perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium,
serta ikterus.
2.1.3 Pencegahan Pre-eklamsia
Pencegahan preeklamsi ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah
terjadinya preeklamsi pada perempuan hamil yang memiliki resiko terjadinya
preeklamsi. Menurut Prawirohardjo 2008 pencegahan dapat dilakukan dengan
3 cara yaitu:
a. Pencegahan non medikal
Yaitu pencegahan dengan tidak memberikan obat, cara yang paling
sederhana yaitu dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah suplemen
yang mengandung: a) minyak ikan yang kaya akan asam lemak tidak jenuh
misal: omega-3 PUFA, b) antioksidan: vitamin C, vitamin E, dll.c) elemen
logam berat: zinc, magnesium, kalium.
b. Pencegahan dengan medikal
Pemberian deuretik tidak terbukti mencegah terjadinya hipertensi
bahkan memperberat terjadinya hipovolumia. Pemberian kalsium: 1.500-
2.000mg/hari, selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari,magnesium
365 mg/hari. Obat trombotik yang dianggap dapat mencegah preeklampsi
adalah aspirin dosis rendah rata-rata <100mg/hari atau dipiridamole dan
dapat juga diberikan obat anti oksidan misalnya vitamin C, Vitamin E β-
karoten, N-Asetilsistein, asam lipoik.
c. Antenatal care (ANC)
ANC adalah pemeriksaan/pengawasan antenatal adalah
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik
ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan
memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
12
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
a. Anamnese
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa, sudah pernah
melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur.
2) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT, paru.
3) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi atau
preeklampsi.
4) Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita penyakit
jantung, ginjal, HT, dan gemmeli.
c. Pola Aktivias Sehari-hari
1) Sirkulasi:
a) Peningkatan TD menetap melebihi nilai dasar setelah 20 mgg kehamilan.
b) Riwayat hipertensi kronis.
c) Nadi mungkin menurun.
d) Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama, atau epistaksis
(trombositopenia).
2) Pola eliminasi: Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400 ml/24
jam ) atau tidak ada.
3) Pola makan dan cairan:
a) Mual / muntah.
b) Penambahan berat badan 2+ lb (0,9072 kg) atau lebih dalam 1 minggu, 6
lb (2,72) atau lebih per bulan (tergantung pada lamanya gestasi).
13
c) Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar);
masukan protein/ kalori kurang.
d) Edema mungkin ada, dari ringan sampai berat/ umum dan dapat meliputi
wajah, ekstermitas, dan sistem organ (mis: hepar, otak)
e) Diabetes mellitus.
4) Neurosensori:
a) Pusing, sakit kepala frontal.
b) Diplopia, penglihatan kabur.
c) Hiperrefleksia
d) Kacau mental-tonik, kemudian fase tonik, diikuti dengan periode
kehilangan kesadaran.
e) Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkan edema atau spasme
vaskular.
5) Nyeri / Ketidaknyamanan:Nyeri epigastrik (region kuadran atas kanan )
6) Pernafasan :
a) Pernafasan mungkin kurang dari 14/menit
b) Krekels mungkin ada.
7) Keamanan :Ketidak sesuaian Rh mungkin ada.
8) Pola seksual :
a) Primigravida, gestasi multipel, hidramnion, mola hidatidosa, hidrops
fetalis.
b) Gerakan bayi mungkin berkurang.
c) Tanda-tanda abrupsi plasenta mungkin ada.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan fisik biologis
14
Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan
muntah, cek TFU.
e. Pemeriksaan penunjang :
1) Tanda vital yang diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
2) Laboratorium :
- Penurunan Hb
- Hematokrit meningkat
- Penurunan trombosit
- Proteinuri dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga
0,3 gr/lt atau + 1 sampai + 2 pada skala kualitatif, berat jenis urine
meningkat, serum kreatinin meningkat, uric acid > 7 mg/100 ml.
- Pemeriksaan fungsi hati, Peeningkatan bilirubin (N= <1 mg/dl),dan
peningkatan SGOT dan SGPT.
3) Radiologi:
- USG : untuk medeteksi keadaan kehamilan, dan plasenta. Ditemukan
retardasi pertumbuhan janin intrauterus
- Kardiografi : Akan ditemukan denyut jantung bayi yang lemah.
4) NST : untuk menilai kesejahteraan janin
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a) Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorbsi natrium
b) Penuruna curah jantung b.d hipovolemia.
c) Perubahan perfusi jaringan uteroplasenta b.d interupsi aliran darah
(vasospasme progresif dari arteri spiral).
d) Resiko tinggi terhadap cedera ibu b.d edema / hipoksia jaringan.
15
e) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik dan menggantikan kehilangan.
f) Kurang pengetahuan b.d kurangnya pemajanan/ tidak mengenal sumber-
sumber informasi.
Intervensi Keperawatan
1) Tindakan Mandiri
a) Pantau berat badan secara teratur
16
R/: Indikator edema patologis. Meskipun HKK karena retensi cairan
berlebihan biasanya tidak terlihat sampai akhir minggu ke-10
kehamilan, dapat terjadi di awal, khususnya pada pasien dengan faktor-
faktor predisposisi seperti diabetes, penyakit ginjal, hipertensi, gestasi
multipel, malnutrisi (kelebihan berat badan atau kura berat badan), mola
hidatidosa.
c) Tes urin terhadap albumin
R/: Deteksi masalah vaskular berkenaan dengan spasme glomerular dari
ginjal, yang menurunkan reabsorpsi albumin.
d) Berikan informasi tentang diet (mis., peningkatan protein, tidak
menambahkan garam meja, menghindari makan dan minuman tinggi
natrium).
R/: Nutrisi adekuat, khususnya peningkatan protein, menurunkan
kemungkinan HAK. Natrium berlebihan dapat memperberat retensi air
(terlalu sedikit natrium dapat mengakibatkan dehidrasi).
e) Anjurkan meningkatkan ekstremitas secara periodik selama sehari.
R/: Edema fisiologis dari ekstremitas bawah terjadi di penghujung hari
adalah normal, tetapi harus dapat diatasi dengan tindakan sederhana.
Bila ini tidak teratasi, pemberi pelayanan kesehatan harus diberitahu.
f) Tinjau ulang kadar Ht. (perhatikan efek dari variabel-variabel seperti
sikap dan ras)
R/: Pada umumnya kadar >41% (Caucasian) atau >38% (keturunan
Afrika) menunjukkan perpindahan cairan intravaskular mengakibatkan
edema jaringan.
2) Kolaborasi
a) Jadwalkan kunjungan pranatal lebih sering dan lakukan pengobatan bila
ada HAK. (Rujuk pada MK : Hipertensi Karena Kehamilan).
b. Diagnosa keperawatan 2
17
Kemungkinan dibuktikan oleh :.
Intervensi Keperawatan
1) Tindakan Mandiri
a) Kaji tekanan arteri rata (MAP) pada gestasi minggu ke22, tekanan 90 mm hg
dipertimbangkan prediktif HKK. Kaji krekels, gurgle, dan dispnea;
perhatiakn frekuensi / upaya pernafasan
R/: Edema paru dapat terjadi , pada perubahan tahanan vaskular perifer dan
penurunan pada tekanan osmotik koloid plasma.
b) Lakukan tirah baring pada klient dengan posisi miring kiri.
R/: Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung dan perfusi ginjal/plasenta.
2) Tindakan Kolaborasi
a) Berikan obat anti hipertensiseperti hidralazin(apresoline) P.O./I.V sehingga
diastolik jadi antara 90-dan 110mm Hg, ikuti dengan pemberian
metildopauntuk mempertahankan terapi sesuai kebutuhan.
R/: Bila TD tidak berespon terhadap tindakan konservatif, mungkin perlu
pemberian obat . obat antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriol
untuk meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskular dan membantu
meningkatkan suplaidarah ke serebrum , ginjal ,uterus, dan plasenta .
hidralazin adalah obat pilihan karena tidak menghasilkan efek samping pada
janin.
b) Pantau parametre hemodinamik invasif
18
R/: Memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskular dan volume cairan.
Konstriksi vaskular yang lama, peningkatan hemokonsentrasi, dan
perpindahan cairan menurunkan curah jantung.
c. Diagnosa keperawatan 3
Intervensi Keperawatan
1) Tindakan Mandiri
a) Identifikasi faktor-faktor yang mempengarui aktivitas janin
R/: Merokok , pnggunaan obat , kadar glukosa serum , bunyi lingkungan
, waktu dalam sehari dan siklus tidur bangun dari janin dapat meningkat
atau menurunkan gerakan janin.
b) Tinjau ulang tanda2 abrupsi plasenta (mis; pendarahan vagina, nyeri
tekan uterus, nyeri abdomen, dan penurunan aktivitas janin).
R/: Pengenalan dan intervensi dini meningkatkan kemungkinan hasil
yang positif .
c) Evaluasi pertumbuhan janin ; ukur kemajuan pertumbuhan fundus setiap
kunjungan
19
R/: Penurunan fungsi plasenta dapat menyertai HKK, mengakibatkan
IUGR . stres intrauterus kronis dan insufisiensi uteroplasenta
menurunkan jumlah kontribusi janin pada penumpukan cairan apniotik.
d) Perhatikan respon janin pada obat-obatan seperti MGSO4, fenobarbital,
dan diazepam.
R/: Efek depresan dari medikasi dapat menurunkan pernafasan dan
fungsi jantung janin serta tingkat aktivitas janin, meskipun sirkulasi
plasenta mungkin adekuat.
2) Tindakan Kolaborasi
a) Perhatikan repon janin pada kriteria BPP atau CTS, sesuai indikasi status
ibu.( rujuk pada DK; cidera, risiko timggi terhadap ibu)
R/: BPP membantu mengevaluasi janin dan lingkungan janin
d. Diagnosa keperawatan 4
Intervensi Keperawatan
1) Tindakan Mandiri
20
a) Kaji adanya masalah SSP ( mis; sakit kepala, peka rangsang ,gangguan
penglihatan atau perubahan pada pemeriksaan funduskopi )
R/: Edema serebral dan vasokontriksi dapat diev aluasi dari masa
perubahan gejala, prilaku atau retina.
b) Tekankan pentingnya klient melaporkan tanda2 dan gejala yang
berhubungan dengan SSP.
R/: Keterlambatan tindakan atau awitan progresif gejala-gejala yang
dapat menga kibatkan kejang tonik-klonik atau eklamsia.
21
e. Diagnosa keperawatan 5
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik dan menggantikan kehilangan.
Intervensi Keperawatan
1) Tindakan Mandiri
a) Kaji status nutrisi klient , kondisi rambut dan kuku ,dan tinggi serta berat
badan sebelum hamil.
R/: membuet pedoman untuk menentukan kebutuhan diet dan pendidikan
klien, malnutrisi dapat menjadi faktor pemberat pada awitan HKK,
kususny bila klien mengikuti diet rendahprotein , dengan masukan kalori
tidak cukup , dan kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan 20%
atau lebih sebelum hamil.
b) Berikan informasi tentang penambahan berat badan normal pada
kehamilan , modifikasi supaya memenuhi kebutuhan klient.
R/: Klien dengan berat badan kurang memerlukan diet dengan kalori lebih
tinggi . klien gemuk harus menghindari diet karena ini membuat janin
menjadi ketosis.
c) Berikan informasi verbal tentang tindakan dan penggunaan proteindan
peranya dalam pengembangan HKK.
22
R/: 1,5g/kg masukan setiap hari cukup untuk menghilangkan kehilangan
protein dalam urin dan memungkinkan tekanan onkotik serum normal.
d) Berikan informasi mengenai efek tirah baring dan penurunan aktivitas
pada kebutuhan protein.
R/: Menurunkan laju metabolisme selama tirah baring dan pembatasan
aktivitasmenurunkan kebutuhan protein.
f. Diagnosa keperawatan 6
Intervensi Keperwatan
1) Tindakan Mandiri
a) Kaji pengetahuan klient / pasangan tentang proses penyakit. Berikan
informasi tentang patofisiologi HKK, implikasi terhadap ibu dan janin
dan rasional intervensi , prosedur dan tes, sesuai kebutuhan.
R/: Membuat data dasar dan memberikan informasi tentang bidang mana
yang membutuhkan pembelajaran . penerimaan informasi dapat
meningkatkan pemahaman dan menurunkan rasatakut , membantu
memudahkan rencana tindakan untuk klien;
23
(Catatan; penelitian terbaru yang sedang berjalan dapat memberikan
pilihan tindakan tambahan, seperti menggunakan aspirin dosis rendah
60g/hr untuk menurunkan generasi tromboksan oleh tromboksit
membatasi insiden/beratnya HKK)
b) Berikan informasi tetang tanda dan gejala yang mengindikasikan kondisi
yang semakin buruk , dan instruksiksn kapan klient memberi tahu
pemberi perawatan kesehatan.
R/: Membantu menjamin bahwa klien mencari tindakan pada waktu yang
tepat dan mencegah memburuknya status kondisi preeklamsia atau
komplikasi tambahan.
c) Pertahankan supaya klient tetap mendapat infor masi tentang kondisi
kesehatan, hasil tes dan kesejah teraan janin.
R/: Rasa takut dan ansietas dapat menyatu bila klien / pasangan tidak
dapat informasi yang adekuat tentang keadaan dari proses penyakitatau
dampaknya pada klien dan janin.
d) Tinjau ulang tes sendiri terhadap protein urin .Kuatkan rasional dan
implikasi tes.
R/: Hasil tes 2 atau lebih besar bermakna dan perlu dilaporkan pada
pemberi keperawatan kesehatan . sepesimen urin terkontaminasi oleh
rabas vagina atau SDM dapat menghasikan hasil tes positif terhadap
protein.
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.2 Pengkajian
1. Indentitas
a. Identitas klien
Usia : 29 th
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat/Tepl : Ciracas
Tahun : 2014
25
Nama Suami : Tn. O
Usia : 35 th
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat/Tepl : Ciracas
Lama perkawinan : 17 th
Kawin :1 Kali
Hipertensi Lain-lain,
Sebutkan.......................................................
Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi:Tidak ada
26
2. Riwayat Riwayat keluarga berencana : ya / tidak
Bila ya, jenis kontrasepsi yang digunakan : IUD Pil
Implan Suntik Lain-lain;
sebutkan.......................
...............................................................................................................
.......
Leopold
IV
27
c. Pola aktivitas
Intensitas sedang
Masalah khusus :-
Tidak ada
Pola seksualitas
Persiapan Persalinan
28
Senam hamil
Perawatan payudara
2. Pemeriksaan fisik
Kepala Leher
Hidung : Simetris
29
Mulut : Stomatitis: Tidak ada
Dada
Abdomen
Uterus :
30
Tinggi pundus uteri; 25 cm, Kontraksi: ya/tidak
Pigmentasi :
Striae : Ada
Keputihan
31
Konsistensi : Tidak ada
Ekstremitas
varises Ya / Tidak
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
2) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
3) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)
32
2. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine +5
3. Pemeriksaan Fungsi hati
a) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
b) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
c) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul)
d) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N=
15-45 u/ml )
e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat (
N= <31 u/l )
f) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
4. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
1. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah
4. Analisa data
33
jari tangan dan
pada wajah
terutama pada
kelopak mata
DO:
TD > 140/90
mmHg
DJJ tidak terdengar
Proteinuria
Nyeri akut Agen cedera DS:
biologis Pasien mengatakan
(hipertensi) sering mengeluh
sakit kepala dan
tengkuk bagian
belakang tegang.
DO:
TD > 140/90
mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
Resiko Hipertensi DS:
ketidakefektifan
Pasien mengatakan
perfusi jaringan otak
sering mengeluh
sakit kepala dan
tengkuk bagian
belakang tegang,
edema.
DO:
34
TD > 140/90
mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
5. Diagnosa Keperawatan
6. Perencanaan
35
wajah terutama pada c. Berat badan pan yang keseimbang
kelopak mata stabil akurat dan an cairan
catat
DO: 2. Pengetahuan: output
TD > 140/90 mmHg Manajemen b. Kaji lokasi b. Untuk
DJJ lemah Hipertensi dan mengetahui
Proteinuria a. Mengetahui luasnya keadaan
efek terapeutik edema edema
obat yang pasien
diberikan c. Monitor c. Untuk
b. Memiliki hasil memantau
pengetahuan laboratori perkemban
tentang um yang gan hasil
pemantauan relevan laboratoriu
tekanan darah dengan m pasien
c. Pengetahuan retensi
tentang cairan
strategi (pantau
mengelola kadar
stress protein
d. Mengetahui dalam
pentingnya urine)
mematuhi
pengobatan 2. Manajemen
Hipervolemia
dengan
aktivitas:
a. Timbang a. Untuk
berat memantau
badan tiap perubahan
hari berat badan
36
dengan pasien
waktu secara
yang sama teratur
b. Monitor b.Memanta
edema u keadaan
perifer edema
c. Reposisi c. Untuk
pasien mencegah
dengan adanya
edema tekanan
dependen pada edema
secara
teratur
d. Tingkatka d. Untuk
n mencegah
integritas adanya
kulit gesekan
(mencega pada area
h gesekan, yang
hindari edema
kelembab
an yang
berlebihan
) pada
pasien
edema
dependen
2. Resiko Ketidakefektifan Intervensi
ketidakefektifan perfusi jaringan keperawatan
perfusi jaringan yang disarankan
37
perifer berhubungan perifer teratasi yang untuk
dengan Hipertensi dibuktikan dengan: menyelesaikan
ditandai dengan 1) Status sirkulasi masalah:
pasien mengatakan dengan kriteria 1) Monitor
sering mengeluh sakit hasil: tanda-tanda
kepala dan tengkuk a) Tidak ada vital dengan
bagian belakang edema perifer aktivitas:
tegang, edema. TD > b) Wajah tidak Monitor a. Untuk
140/90 mmHgNadi pucat tekanan mengetahui
88x/mnt Suhu 36oC darah, keadaan
2) Keparahan nadi, suhu, vital pasien
hipertensi dan status
membaik dengan pernpasan
kriteria hasil: dengan
a) Tidak ada tepat
sakit kepala
b) Tidak ada
pusing
3) Memiliki
pengetahuan
manajemen
hipertensi dengan
kriteria hasil:
a) Tekanan
darah 120/80
b) Mengetahui
tanda dan
gejala
eksaserbasi
hipertensi
38
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui secara pasti.
Beberapa faktor resiko ibu terjadinya preeklamsi yaitu ; Paritas, usia, riwayat
hipertensi, sosial ekonomi, Hiperplasentosis /kelainan trofoblast, genetik, dan
obesitas.Preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu ringan dan berat. komplikasi
bergantung pada derajat preeklamsia yang dialami.
40
Pengkajian (terdiri dari anamnese, riwayak kesehatan, pola aktivitas sehari-
hari, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang), menentukan diagnosa
keperawatan, menentukan intervensi , implementasi dan evaluasi.
41
Daftar Pustaka
42