Di Susun Oleh:
Lina Tri Astuti Handayani
202208057
Mahasiswa
Mengetahui
Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Sekitar delapan juta perempuan/tahun mengalami komplikasi kehamilan dan
lebih dari setengah juta diantaranya meninggal dunia, dimana 99% terjadi di Negara
berkembang. Angka kematian akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di Negara
maju yaitu 1 dari 5000 perempuan, dimana angka ini jauh lebih rendah dibandingkan di
Negara berkembang, yaitu 1 dari 11 perempuan meninggal akibat komplikasi
kehamilan dan persalinan.
Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam
kehamilan (25%), dan infeksi (12%). WHO memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali
lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara maju. Prevalensi preeklampsia di
Negara maju adalah 1,3% - 6%, sedangkan di Negara berkembang adalah 1,8% - 18%.
Insiden preeklampsia di Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%.
Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir ini tidak terlihat adanya penurunan
yang nyata terhadap insiden preeklampsia, berbeda dengan insiden infeksi yang semakin
menurun sesuai dengan perkembangan temuan antibiotik.
Dampak jangka panjang juga dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu
dengan preeklampsia, seperti berat badan lahir rendah akibat persalinan prematur atau
mengalami pertumbuhan janin terhambat, serta turut menyumbangkan besarnya angka
morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan
penyebab tersering kedua morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi dengan berat badan
lahir rendah atau mengalami pertumbuhan janin terhambat juga memiliki risiko
penyakit metabolik pada saat dewasa.
TINJAUAN PUSTAKA
Pre eklampsia adalah gangguan yang terjadi pada trimester kedua kehamilan
dan mengalami regresi setelah kelahiran, ditandai dengan kemunculan sedikitnya
dua dari tiga tanda utama yaitu hipertensi, edema dan proteinuria (Billington &
Stevenson, 2014). Pre eklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil
dengan usia kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90 mmHg (Situmorang, Damayanti,
Januarista, & Sukri, 2016). Pre eklampsia adalah hipertensi pada kehamilan yang
ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu
disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho, 2014)
a. Pre Eklampsia Ringan : adalah hipertensi disertai proteinuria dan atau edema
setelah usia kehamilan 20 minggu dengan gejala pre eklampsia ringan meliputi
tekanan sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah diastolic 90-110
mmHg serta tidak adanya gangguan fungsi organ. Pre eklampsia ringan
dianggap sebagai maladaptation syndrome akibat vasospasme general dengan
segala akibatnya
b. Pre Eklampsia Berat : adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi yang bekisar 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan atau edema pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih dengan gejala pre
eklampsia berat meliputi tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah
diastolic > 110 mmHg serta adanya gangguan fungsi organ.
Penyebab pre eklampsia memang belum diketahui secara pasti. Para ahli
mengumpulkan temuan-temuan fenomena yang beragam. Pengetahuan tentang
temuan yang beragam inilah kunci utama suksesnya penanganan pre eklampsia
sehingga pre eklampsia/eklampsia disebut sebagai the disease of many theories in
obstetrics, adapun teori-teori tersebut antara lain:
c. Peran Faktor Genetik : Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik
pada kejadian Preeklampsia-Eklampsia antara lain preeklampsia hanya terjadi
pada manusia, terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi
preeclampsia/eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita preeclampsia,
kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia- eklampsia pada anak dan
cucu ibu hamil dengan riwayat pre eklampsia- eklampsia dan bukan pada ipar
mereka dan peran Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS) (Rukiyah &
Yulianti, 2014).
Jika tidak didapatkan protein urin, hipertensi dapat diikuti salah satu dibawah ini:
Trombositopeni :Trombosit < 100.000 / mikroliter
Gangguan ginjal :Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar
kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
Gangguan Liver :Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya
nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
Edema Paru
Gejala Neurologis :Stroke, nyeri kepala, gangguan visus
Gangguan Sirkulasi Uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
atau didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
Pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan
darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan
dapat dicukupi. Dan pada wanita hamil juga mengalami peningkatan sensitifitas
vaskuler terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan
kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan
diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal,
hati dan otak menurun sekitar 40-60 % (Hutabarat, Suparman, & Wagey, 2016).
c. Pola Istirahat
Istirahat di rumah sangat bermakna untuk menurunkan tekanan darah. Pola istirahat
yang dianjurkan pada ibu hamil dengan pre eklampsia yakni minimal 4 jam pada
siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari. Pengertian istirahat pada ibu hamil
tidak bermaksut untuk menghentikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
sebelumnya dan ibu hamil tidak boleh melakukan kegiatan apapun, melainkan
istirahat dalam arti mengurangi kegiatan-kegiatan yang dirasa berat dan
berpengaruh dapat menaikkan tekanan darah serta melanjutkan kegiatan-kegiatan
ringan yang juga menyenangkan (Johnson, 2016).
c. Hindari pemberian diuretic, kecuali pada edema umum, edema paru, gagal
jantung kongestif dan hindari pemberian metergin pascapartum, kecuali ada
perdarahan hebat (Dewi & Sunarsih, 2014).
d. Persingkat kala II dengan vakum atau forceps dan jika ada indikasi lakukan SC
(Dewi & Sunarsih, 2014).
1. Macam-Macam Faktor
a. Faktor Predisposisi : adalah faktor resiko yang telah ada pada diri individu
sendiri yang dapat menimbulkan suatu gangguan. Faktor predisposisi berasal
dari internal yang dapat diperoleh baik dari pasien maupun dari keluarga.
Berdasarkan kurun waktunya, faktor predisposisi terjadi dalam rentang waktu
lebih dari 6 bulan (Rozikhan, 2018).
b. Faktor Precipitasi : adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman atau tuntunan yang memerlukan energy ekstra untuk
koping. Faktor precipitasi berasal dari eksternal dan dapat dikatakan sebagai
faktor pendukung. Berdasarkan kurun waktunya, faktor precipitasi terjadi
dalam rentang waktu kurang dari 6 bulan (Rozikhan, 2018).
a. Faktor Predisposisi
1) Riwayat Pre Eklampsia Sebelumnya : Faktor riwayat pre eklamsia biasanya
dapat diketahui melalui pengkajian awal riwayat penyakit ibu hamil dan
hasil pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti. Berbagai faktor risiko
tersebut memiliki perannya masing-masing, tetapi terdapat kecenderungan
bahwa seorang ibu hamil yang lebih banyak memiliki faktor risiko
umumnya akan menunjukkan keadaan yang lebih buruk. Hasil penelitian
ditemukan ada hubungan yang signifikan antara faktor risiko riwayat pre
eklamsia dengan kejadian pre eklamsia dan ditemukan kejadian pre
eklamsia akan meningkat 7 kali lipat pada ibu hamil yang pernah
mengalami pre eklamsia pada hamil sebelumnya.
2) Riwayat Ante Natal Care : Pemeriksaan kehamilan atau asuhan Ante natal
Care (ANC) merupakan suatu proses pemeriksaan yang dilakukan sejak
mulai masa kehamilan sampai saat proses persalinan dan pemeriksaan masa
kehamilan ini dilakukan untuk mengawasi dan memonitor kesehatan ibu
dan bayi sehingga proses kehamilan hingga persalinanya dapat berjalan
sesuai yang diharapkan. Hasil penelitian ditemukan ada hubungan yang
signifikan antara faktor risiko pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan
kejadian pre-eklamsia. Riwayat ANC yang dilakukan ibu hamil <4x
menjadi salah satu faktor risiko yang dapat mengakibatkan pre eklampsia.
Hal ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain; masyarakat belum
mengetahui tentang manfaat pemeriksaan kehamilan, faktor demografi
sebagai alasan masyarakat khususnya ibu hamil tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan, jarak tempuh ke sarana pelayanan kesehatan yang
sangat jauh, petugas kesehatan yang sering tidak berada di tempat
pelayanan, sehingga masih ada persalinan yang ditolong oleh dukun.
Demikian juga masih ditemukan ibu hamil yang tinggal di daerah perkotaan
belum melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dengan penyebab
utama yakni kesibukan di dunia kerja atau aktivitasnya. Tanpa menyadari
kepentingan dari pemeriksaan kehamilan (Situmorang, Damayanti,
Januarista, & Sukri, 2016)
Penyakit yang dialami oleh ibu hamil sebelumnya baik yang sudah diketahui
ataupun belum diketahui oleh ibu memiliki peranan penting terhadap pre
eklampsia berulang. Riwayat penyakit tersebut seperti hipertensi, diabetes
mellitus, kelainan jantung dan gagal ginjal. Riwayat hipertensi dalam kehamilan
didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg. Hasil analisis ditemukan ada hubungan yang signifikan
antara faktor risiko riwayat hipertensi dengan kejadian pre eklamsia. Signifikasi
setiap pengukuran tekanan darah berhubungan dengan usia gestasi dalam
kehamilan dan umumnya semakin awal hipertensi terjadi dalam kehamilan,
semakin besar kemungkinan hipertensi tersebut menjadi kronis. Faktor riwayat
hipertensi dapat meningkat 3 kali lebih besar terjadi pre-eklamsia (Bere, Sinaga,
& Fernandez, 2017).
4) Paritas : Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang
dimiliki oleh seorang wanita. Faktor paritas memiliki pengaruh terhadap
persalinan dikarenakan ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami gangguan selama masa kehamilannya terlebih pada ibu yang
pertama kali mengalami masa kehamilan. Pre-eklamsia tidak hanya dialami
oleh primigravida/primipara, tetapi dapat terjadi juga pada ibu multipara
dan grandemultipara. Ada hubungan signifikan antara paritas dengan
kejadian pre-eklamsia. Teori imunologis mengemukakan bahwa pada
primigravida/ primipara terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap
antigen tidak sempurna sehingga dapat menghambat invasi arteri spiralis
ibu oleh trofoblas sampai batas tertentu sehingga dapat mengganggu fungsi
plasenta (Astuti, 2015).
b. Faktor Precipitasi
1) Usia : Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Umur
berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga
mempengaruhi status kesehatan. Usia reproduksi sehat pada seorang wanita
adalah 20-35 tahun. Kelompok umur ini mampu mengurangi risiko
kematian ibu karena pre-eklamsia maupun karena penyebab lain dari
kematian ibu. Ibu hamil <20 tahun mudah mengalami kenaikan tekanan
darah dan lebih cepat menimbulkan kejang. Sedangkan umur lebih 35 tahun
seiring bertambahnya usia rentan untuk terjadinya peningkatan tekanan
darah (Nursal, Tamela, & Fitrayeni, 2015).
Pertemuan I
Tempat
pengkajian Ruang bersalin
Tanggal
pengkajian 05-05-2023
Waktu
pengkajian 15.00
Pengkaji Lina Tri Astuti Handayani
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama Ibu Nama
Ny. E Suami Ny. R
Umur 37 th Umur 45 th
Agama Islam Agama Islam
Pendidikan SMP Pendidikan SD
Pekerjaan IRT Pekerjaan Dagang
Alamat Tegaldlimo Alamat Tegaldlimo
Gol. Darah B+ Gol. Darah
Pendonor -
2. Alasan kunjungan/ keluhan utama
Pasien mengatakan pusing sejak kemarin, pandangan kabur, dada terasa sesak, merasa
mual, dan kaki bengkak sejak 1 minggu yang lalu
3. Keluhan lain yang berhubungan dengan kesehatan saat ini
Pasien mengalami tekanan darah tinggi saat kehamilan ini
4. Riwayat menstruasi
HPHT 30-08-2022
TP 07-05-2023
Siklus 28 hari
Masalah yang
pernah Tidak ada
dialami
5. Riwayat Perkawinan
Perkawinan ke- 1
Usia saat kawin 20 tahun
Lama perkawinan 25 tahun
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kondisi
Tahun Tempat Anak JK/
No. UK Jenis partus Penolong Nifas anak
partus partus BB
sekarang
1 2000 9 bln PMB Spontan Bidan Normal ♀ / 2.900 sehat
2 2016 9 bln RS SC Dokter Normal ♂/ 3.000 sehat
3 2020 Abortus / tidak kuret
4 Hamil ini
7. Riwayat kehamilan saat ini
TM I : 1
Kunjungan TM II : 3
TM III : 2
Masalah yang pernah
dialami Hipertensi selama kehamilan
8. Riwayat imunisasi TT
TT4
9. Riwayat penyakit/ operasi yang lalu
SC tahun 2016 a/i Hipertensi dalam kehamilan
10. Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi
Ibu tidak memiliki Riwayat sakit ISK, PMS, dll
11. Riwayat penyakit keluarga
Ibu kandung meiliki penyakit hipertensi
12. Riwayat KB
Anak I : KB suntik 3 bulan selama +/- 10 tahun
Anak II : KB IUD selama 5 tahun
Eliminasi : BAK 5x
BAB : 1x konsistensi lunak
Hubungan pasien, keluarga dan tetangga baik serta mendapatkan
Data Psikososial
dukungan atas kehamilannya
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum
T
D 170/110 mmHg
N 95 x/menit
TTV
P 24 x/menit
S 37°C
BB sebelum
hamil 65 kg
BB sekarang 88 kg
TB 156 cm
Lila 38 cm
IMT 36,16
2. Pemeriksaan fisik
Muka Tidak pucat, tidak odema, tidak terdapat chloasma gravidarum
Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, terdapat kantong mata,
Mata
terdapat garis hitam pada bawah kantong mata
Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
Leher
tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Simetris, putting menonjol, bersih, tidak ada pembesaran atau massa
Payudara
abnormal
Terdapat bekas luka operasi SC, ada strie gravidarum
Leopold I : TFU 32 cm, fundus teraba bokong
Abdomen Leopold II : PUKI
Leopold III : Bagian terendah janin belum masuk PAP, teraba kepala
DJJ : 140x/mnt
Odema tangan : -/-
Ekstremitas Odema kaki : +/+
Tidak ada varises
Reflex patella +/+
Anogenetalia Tidak dikaji
Panggul Luar Tidak dikaji
Lingkar Panggul Tidak dikaji
D.Cristarium Tidak dikaji
D.Bourdeloqeu Tidak dikaji
D.Spinarum Tidak dikaji
3. Pemeriksaan penunjang
Hb : 10,3 g/dl
Golda : B+
Eritrosit : 3.3 jt/µL
Hematokrit (PCV) : 27%
SGOT : 22 U/I
SGPT : 20 U/I
Bun : 19.0 mg/dl
Creatinin : 0.81 mg/dl
Albumin : 3.2 g/dl
Protein : (+3)
Leokosit : Banyak
Epitel : (+3)
Pemeriksaan dalam:
v/v : bloodslym (+)
eff 25 %, Ø 1 cm, ketuban (+) menonjol, letak kepala, teraba UUK jam 12, Hodge 1+
C. ASSESSMENT
G4P2A1 UK 39 minggu 5 hari T/H Inpartu kala I fase laten dengan BSC 1x + PEB
D. PLAN
Banyuwangi, 05/05/2023
Perencana Asuhan