Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

MATERNAL DAN NEONATAL

PENDOKUMENTASIAN SOAP ASUHAN KEBIDANAN

“NY.R G2P2A0 USIA KEHAMILAN 29 MINGGU DENGAN PREEKLAMSI RINGAN ”

DosenPengampu:Dr. Finta Isti Kundarti, M.Keb

Disusun oleh :
Nova Nila Nur Sania P (P17321191014)
Zalza Lailatus Safira (P17321191015)
Nur Fadila Hayana Putri (P17321191019)
Eka Lestari Kusumaning Tya (P17321191021)
Dea Wanudya Asmita (P17321191022)
Okik Trinanda (P17321191024)
Rheika Darmawan (P17321193029)
Heni Setiya Wardani (P17321193032)
Vira Puspitasari (P17321193042)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PROGRAM STUDI SARAJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI

TAHUN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Angka kematian ibu hamil di Indonesia masih sangat tinggi.Tingginya kematian ini
disebabkan oleh berbagai faktor penyulit seperti hipertensi, perdarahan, anemia, diabetes,
infeksi, penyakit jantung dan lain-lain.Salah satu penyebab kematian ibu hamil adalah
preeklamsia yang disebabkan adanya hipertensi.Data epidemiologi menunjukkan bahwa
preeklampsia terjadi pada 2–8% kehamilan di seluruh dunia.Preeklampsia merupakan salah
satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal.Insidensi preeklampsia ditemukan
lebih tinggi pada wanita nullipara.Preeklamsia saat ini masih menjadi penyebab kematian ibu
nomor satu di Indonesia.Insidensi preeklampsia di Indonesia adalah 128.273 kasus per tahun
atau sekitar 5,3% dari seluruh ibu hamil. Dalam 2 dekade terakhir, tidak ada penurunan yang
signifikan pada insidensi preeklampsia di Indonesia.

Preeklamsia didefinisikan sebagai hipertemsi yang baru terjadi pada kehamilan di atas 20
minggu di sertai adanya gangguan organ. Salah satu indikator terjadinya gangguan organ
sebagian besar di tegakkan dengan adanya protein urin, sehingga di katakan preeklamsia bila
di temukan ibu hamil pada usia kehamilan di atas 20 minggu mengalami hipertensi dan
protein urin (POGI, 2016).

Meskipun belum diketahui penyebab utama preeklamsia, namun angka kejadian ini dapat
diturunkan melalui berbagai cara diantaranya upaya pencegahan, pengamatan dini, dan
terapi. Pencegahan dapat dilakukan apabila mengetahui faktor-faktor risiko preeklamsia. Ada
banyak faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya preeklamsia, meliputi gravida, usia ibu,
riwayat penyakit kronis, dan riwayat preeklamsia (Bobak, et.al, 2004). Untuk itumakalah ini
membahas tentang ibu hamil dengan preeklamsia ringan.

1.2Tujuan

1.1.1 Umum
Untuk menerapkan asuhuan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklamsi ringan,
menggunakan pendektan manajemen kebidanan secara baik, benar, tepat, dan sesuai
dengan standar kebidanan secara professional.
1.1.2 Khusus
a. Mengetahui prinsip implementasi akhir asuhan kebianan pada ibu hamil dengan
preeklamsia ringan.
b. Dapat mengevaluasi hasil akhir asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
preeklamsia ringan.

1.2 Metode Pengumpulan data


Manajemen kebidanan komprehensif ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut :
a. Studi Kepustakaan
Suatu pengumpulan data dengan cara atau jalan mengambil literature dengan
buku-buku, makalah dan dari internet.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Preeklamsi

Preeklamsi merupakan hipertensi yang bisa terjadi pada kehamilan dengan umut
kehamilan setelah 20 minggu atau pasca persalinan yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah menjadi ≥ 140/90 mmHg dan disertai proteinerurin atau ≥ 300 mg/ 24jam.
Preeklamsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan adanya
disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adalanya inflamasi sistemik dengan
aktivitasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklamsi ditegakkan berdasarkan adanya
hipertensi dan proteinuria pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Edema tidak lagi dipakai
sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan
normal (POGI, 2016).
Preeklamsi mempunyai gambaran klinik bervariasi dan komplikasinya sangat
berbahaya pada saat kehamilan, persalinan dan masa nifas. Gambaran klinis yang utama dan
harus terpenuhi adalah terdapatya hipertensi dan proteinuria, karena organ target yang utama
terpengaruhi adalah ginjal (glomerular endoteliosis). Patogenesisnya sangat kompleks,
dipengaruhi oleh genetik, imunologi, dan innteraksi faktor lingkungan (Pribadi, A., et al,
2015)

2.2 Etiologi Preeklamsi


Sampai saat ini terjadinya preeklamsi belum diketahui penyebabnya, tetapi ada yang
menyatakan bahwa preeklamsi dapat terjadi pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu
yang mempunyai faktor penyebab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia
juga labih rentam untuk terjadinya peningkatan hipertensi karena kehamilan, riwayat
melahirkan, keturunan, riwayat kehamilan, riwayat preeklamsi (Situmorang dkk, 206).
Terdapat beberapa teori yang diduga sebagai etiologi dari preeklamsi, meliputi (Pribadi,
Al., et al., 2015):
a. Abnormalitas invasi tropoblas Invasi tropoblas yang tidak terjadi atau kurang sempurna,
maka akan terjadi kegagalan remodeling a. spiralis. Hal ini mengakibatkan darah menuju
lakuna hemokorioendotel mengalir kurang optimal dan bila jangka waktu lama
mengakibatkan hipooksigenasi atau hipoksia plasenta. Hipoksia dalam jangka lama
menyebabkan kerusakan endotel pada plasenta yang menambah berat jipoksia. Produk
dari kerusakan vaskuler selanjutnya akan terlepas dan memasuki darah ibu yang memicu
gejala klinis preeklamsi. (Pribadi, A, et al, 2015).
b. Maladaptasi imunologi antara maternal – plasenta (paternal) – fetal. Berawal pad a
trimester kedua pada wanita yang kemungkinan akan terjadi preeklamsi, Th 1 akan
meningkat dan rasio Th 1/ Th2 berubah.hal ini disebabkan karena reaksi inflamasi yang
distimulasi oleh mikropartikel plasenta dan adiposit (Redman, 2014)
c. Maladaptasi kadiovaskular atau perubahan proses infamasi dari proses kehamilan normal.
d. Faktor genetik, termasuk faktor yang ditutunkan secara mekanisme epigenetik. Dari sudut
panda herediter, preeklamsi adalah penyakit multifaktorial dan poligenik. Predisposisi
herediter untuk preeklamsi mungkin merupakan hasil interaksi dari ratusan gen yang
diwariskan baik secara maternal ataupun paternal yang mengontrol fungsi enzimatik dan
metabolisme pada setiap sistem organ. Faktor plasma yang diturunkan dapat
menyebabkan preeklamsi. (McKenxie, 2012) pada ulasan komprehensifnya, Waard and
Taylor (2014) menyatakan bahwa insidensi preeklamsi bisa terjadi 20 sampai 40 persen
pada anak perempuan yang ibunya mengalami preeklamsi; 11 sampai 37 presen saudara
perempuan yang mengalami preeklamsi dan 22 sampai 47 persen pada orang kembar.
e. Faktor nutrisi, kurangnya intake antiosidan. John et al (2002) menunjukan pada populasi
umumnya konsumsi sayuran dan buah – bahan yang tinggi antioksidan dihubungkan
dengan turunnya tekanan darah. Penelitan yang dilakukan Zhang et al (2002) menyatakan
insidensi preeklamsi meningkat dua kali pad awnaita yang mengkonsumsi asam askorbat
kurang dari 85 mg.

2.3 Manifestasi Klinis


Preeklamsi merupakan kumpulan dari gejala – gejala yang terjadi pada kehamilan
ditandai dengan hipertensi dan odem. Gambaran klinik preeklamsi mulai dengan kenaikan
berat badan diikuti edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terkahir terjadi
proteinuria (Saraswati, 2016). Tanda gejala yang biasa ditemukan pada preeklamsi biasanya
yaitu sakit kepala hebat. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan atau
edema atau sakit karena perubahan pada lambung dan gangguan penglihatan, seperti
penglihatan menjadi kabur, penurunan kesadaran, pertambahan berat badan yang berlebihan,
serta pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, nyeri di daerah
epigastrium, mual atau muntah (Ulfatul, Mursiyam, & Mekar, 2010).

2.4 Patofisiologi Preeklampsia


Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada
uterus merangsang pelepasan bahan tropoblsatik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan
pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan
pelepasan trimboksan dan aktivati agergasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan
akan menyebabkan terjadinya vasopasme sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi
fibrin akan menyebabkan koagulasi intrvaskuler yang mengakibatkan perfusi darah menurun
dan konsumtif koagulapati (Sukarni dan Wahyu, 2013).
Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun
dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang dikeluarkan akan mengalir
bersama darah sampai organ hati dan bersama-sama angiotensinogen menjadi angiotensi I
dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan
menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasopasme menyebabkan lumen arteriol menyempit.
Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel
darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga
menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan
merengsang glandula suprarenal untuk megeluarkan aldosteron (Sukarni dan Wahyu, 2013).
Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan
perfusi darah dan gangguan multi organ. Gangguan multiorgan terjadi pada organ-organ
tubuh diantaranya otak, darah, paru-paru, hati/liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan
intrakrnial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi
serebral, nyeri dan terjadinya kejang singaa menimbulkan diagnosa risiko cedera. Pada darah
akan terjadi enditheliosis meyebabkan sel darah merah yang oecah akan menyebabkan
terjadanya anemia hemolitik (Sukarni dan Wahyu, 2013).
Pada paru-paru, akan terjadi perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan
terjadinya edema paru. Edema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas.
Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard
sehingga menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah
janutng dan memunculkan diagnosa penurunan curah jantung (Sukarni dan Wahyu, 2013).
Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan
menyebabkan retensi carian dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat
memunulkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selain itu vasospasme artertiol
pada ginjal akan menyebabkan penurunan GFR dan permeablitas terhadap protein akan
meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningakatan reabsorpsi oleh tubulus
sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oliguri dan
anuri. Oliguri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eiliminasi urin.
Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos
dari filtrasi glomerulus dan menyebebabkan proteinuria (Sukarni dan Wahyu, 2013).
Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutkan menyebabkan edema diskus
optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjdainya diplopia dan memunculkan
diagnosa keperawatan resiko cedera. Pada plasentaa penurunan perfusi akan menyebabkan
hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehingga dapat
berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa
keprawatan risiko gawat janin. Hipertesi akna merangsang medula oblongata dan sistem saraf
parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis akan mempengaruhi traktus
gastrointerstinal dan ekstrimitas (Sukarni dan Wahyu, 2013).
Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan
penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehinggat dapat menyebabkan nyeri
epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumuasi gas yang meningkat, merangsang mual dan
timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nurisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP
diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan
cepat lelah, lemah sehingga muncul diganosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan
hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan
diagnosa kepreawatan kurang pengetahuan (Sukarni dan Wahyu, 2013).

2.5 Diagnosis preeklampsia


Tekanan darah :
a. ≥ 140 mmHg sistolik atau > 90 mmHg diastolik pada dua kali pengukuran dengan
perbedaan paling sedikit 4 jam setelah kehamilan 20 minggu pada perempuan denan
riwayat tekanan darah normal sebelumnya
b. ≥ 160 mmHg sistolik atau ≥ 110 mmHg diastolik, hipertensi bisa dikonfirmasi dalam
interval pendek (menit) untuk memudahkan terapi antihipertensi yang tepat waktu

Proteinuria

a. ≥ 300 mg per koleksi urine 24 jam atau jumlah ini ekstrapolasi membentuk koleksi
berjangka waktu)
b. Protein urune : rasio kreatinin lebih besar dari atau sama dengan 0,3 dengan msing-
masing diukur dalam mg/dl
c. Dipstik membaca 1 + (hanya digunakan jika metode kuantitatif lainnya tidak tersedia)

2.6 Klasifikasi preeklampsia


1. Preeklampsia ringan, timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema setelah umur
kehamilan 20 minggu atau segera setalah kehamilan. Gejala klinis preeklampsia ringan
meliputi kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih diastol 15 mmHg atau lebih
dari tekanan darah sebleum hamil pada kehamilan 20 minggu atau sistole 140 mmHg
samapai kurang 160 mmHg diastole 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg, proteinuria
secara kuantitatif lebih dari 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualotatif +2 edema
pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah dan tangan
2. Preeklampsia berat, ditandai dengan timbulnya hipertensi dimana tekanan darah lebih
dari 160/110 mmHg disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Gejala klinis preeklampsia adalah tekanan darah sistole > 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik >110 mmHg, Proteinuria secara kuantitatif >5 gram/24 jam atau secara
kualitatif >+3 dipstik pada sampel urin sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit empat
jam sekali, Oligohidroamnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta,
dapat terjadi kematian ibu tau janin bahkan keduanya bila preeklampsia tak segera diatasi
dengan baik dan benar (Rukiyah,2017)

2.7 Pencegahan Preeklampsia


Rodrigo et al. (2005) dalam studinya menyatakan bahwa pemberian suplementasi
vitamin C dan E pada wanita hamil berhubungan dengan penurunan insidensi preeklampsia
serta berkurangnya disfungsi plasenta dan endotelial. Pemberian kombinasi vitamin C dan
vitamin E sangat direkomendasikan sebagai salah satu strategi pencegahan preeklampsia
yang cukup menjajikan, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan. Sebagai
tambahan, Rodrigo juga menyatakan bahwa terjadi penurunan hiperhomosisteinemia pada
plasma wanita dengan kehamilan normal yang didapatkan setelah pemberian suplementasi
vitamin B1, B12, dan asam folat selama 6 minggu. Berbagai intervensi ini berhubungan
dengan temuan bahwa asam askorbat dan tokoferol alfa bukan saja berperan sebagai
pemakan ROS ( Reactive Oxygen Species) yang dianggap juga turut bertanggung jawab
terhadap terjadinya preeklampsia, namun juga berfungsi sebagai modulator enzimatik
sehingga dpat mencegah terjadinya formasi anion dan meningkatkan biogenesis nitrit oxside.
Saat ini disis yang direkomendasikan yaitu 1 gram asam askorbat dan 400 IU tokoferol
perhari dianggap cukup untuk membantu menurunkan morniditas dan mortilitas pada
preeklampsia ini, walaupun kesepakatan mengenai dosis yang dinajurkan ini masih terus
dilakukan penelitian terutama mengenai efeknya terhadap janin.

2.8 Skrinning Preeklampsi


Skrining preeklampsia dapat dilakukan dengan kombinasi dari beberapa metode:
anamnesis, pemeriksaan fisik (BMI, MAP, ROT), pemeriksaan USG (doppler velocimetry
arteri uterina), dan serum marker (sFlt-1, PAPP-A, dan PIGF). Semakin banyak marker yang
digunakan akan meningkatkan sensitivitas dan spesifitas tes tersebut. Pada kondisi dengan
sumber daya rendah (low resource setting), metode skrining pada kolom kiri dapat
diterapkan, yaitu kombinasi dari anamnesis dan pemeriksaan fisik sederhana. Jika didapatkan
2 tanda yang positif, maka dapat dicurigai individu tersebut merupakan elompok berisiko
tinggi preeklampsia (skrining +), yang memerlukan tata laksana prevensi preeklampsia atau
rujukan ke center yang lebih tinggi untuk dilakukan skrining lanjutan (dengan pemeriksaan
USG atau serum marker).

2.9 Tatalaksana Preeklampsi


a. Preeklampsia ringan dan sedang
- Bisa rawat jalan dengan anjuran untuk banyak istirahat/tirah baring
- Diet rendah garam dan tinggi protein
- Pemberian medikamentosa : sedativa (diazepam), anti hipertensi : alfa metil DOPA
dan anti agregasi platelet asam metil salsilat. Anti hipertensi dan anti agregasi pletelet
diberikan menurut indikasi
- Pasien preeklampsia ringan yang dilakukan rawat inap, bila penyakit mambaik dapat
dilakukan rawat jalan, swdangkan jika penyakit menetap atau memburuk, kehamilan
dapat diakhiri pada usia kehamilan 37 minggu
b. Preeklampsia berat
- Perawatan konservatif (usia kehamilan 3 minggu)
 Tirah baring
 Infus D5;RL =3 : 1
 Diet rendah garam dan tinggi protein
 Pasang katetet tetap bila perlu
 Medikamentosa ( Anti konvulsan MgSO4, antihipertensi nifidipine 10 mg
sublingual, dilanjutkan dengan 10 mg q 8 jam, Kortikosteroid (oradexon i.m.
2 kali 10mg) untuk kehamilan <36 minggu, Antibiotikum, diuretikum dan
kardiotonikum dan kardiotonikum hanya diberikan atas indikasi
- Perawatan aktif (terminasi kehamilan) yaitu pada keadaan-keadaan dibawah ini :
 Umur kehamilan >36 minggu
 Terdapat tanda-tanda impending eklamsia atau eklamsia
 Gawat janin
 Sindroma HELLP
 Kegagalan perawatan konservatif, yakni setelah 6 jam perawatan tidak terlihat
tanda-tanda perbaikan penyakit
2.10 Bagan alur berfikir Varney dan pendokumentasian secara SOAP
PencatatandariAsuhanKebidanan
Alur PikirBidan

Proses PendokumentasianAsuhanKebidanan
ManajemenKebidan
an

7 Langkah Varney 5 Langkah


(Competensi Bidan)
Data Data SOAP NOTES

Masalah/Diagnosa Assesment/Diagnosa
Subjektif dan Objektif
Antisipasi Masalah
potensial/diagnosa
lain Assasment/Diagnosa
Menetapkan Perencanaan
Kebutuhan segera
Penatalaksanaan :
untuk konsultasi,
- Konsul
kolaborasi
- Tes Diagnostik/lab
Perencanaan
- Pendidikan/konseling
Implementasi Implementasi
- Follow Up
Evaluasi Evaluasi
BAB III
TINJAUAN KASUS

Ny. R usia 29 minggu pergi ke Rumah Sakit dengan mengeluh kepala pusing dan
bengkak pada kaki sejak 4 hari yang lalu. Setelah dikakukan pemeriksaan, hasil
menunjukkan bahwa tekanan darah ny. R cukup tinggi yaitu 140/90 mmHg dan terdapat
albumin +1 pada urin ny. R. Selanjutnya bidan menegakkan diagnosis ibu bahwa ibu
mengalami preeklamsia ringan, dan melakukan asuhan kebidanan yang dibutuhkanibu.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH. Wakhid Hasyim No. 64 B Telp. (0354) 773095 – 772833
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id Fax. (0354) 778340
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id Kediri 64114

FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL (ANC)

I. PENGKAJIAN
Tanggal : Jam : 09.00 WIB

No. RM : 14-15-285371

Nama :Ny. R Nama Suami: Tn. A

Umur : 32 Th Umur : 40 Th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Perguruan Tinggi Pendidikan : Perguruan Tinggi

Alamat : Jl. Raya Kuningan 04/03 Alamat : Jl. Raya Kuningan

Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar 04/03 Kecamatan Kanigoro, Kabupaten

Blitar

Cara Masuk :

√ Datang sendiri Rujukan dari :

Diagnosa MRS : G2P2A0 usia kehamilan 29


minggu dengan Preeklamsi Ringan.

Kronologi MRS :

Ny. R dan suaminya masuk kamar bersalin pukul 09.00 WIB dengan kehamilan kedua usia 29
minggu. Ny. R mengeluh sejak 4 hari yang lalu pusing, dan bengkak pada kaki.

A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama : ibu mengatakan pusing sejak 4 hari yang lalu dan bengkak pada kaki
2. Riwayat menstruasi
 Usia manarche : 14 tahun
 Jumlah darah haid : 2-3 kali ganti pembalut
 HPHT : 12 Juni 2021
 Lama haid : 6 hari
 Flour albus : tidak flour albus
 HPL : 19 Maret 2022
 Keluhan haid : tidak ada
Dismenorhoe Spoting Menorrhagia
Premenstrual syndrome Dll..........

3. Riwayat hamil ini


 Trimester 1 :

√ Mual √ Muntah Perdarahan Lain-lain(isi sesuai keluhan)


 Trimester 2 :
Pusing SakitKepala Perdarahan Lain-lain(isi sesuai keluhan)
 Trimester 3 :

√ Pusing SakitKepala Perdarahan Lain-lain(isi sesuai keluhan)

 Riwayat imunisasi : √ TT1 √ TT2 √ TT3 √ TT4 √ TT5


 Gerakan janin pertama : ada
 Gerakan janin terakhir ada
 Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : ada tanda bahaya dan penyulit
 Obat/jamu yang pernah dan sedang di konsumsi : tidak ada
 Keluhan BAK : 6-7 kali sehari Keluhan BAB : frekuensi 1 kali sehari
 Kekhawatiran khusus : bengkak pada kaki

4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.


G2P2A0 Hidup intrauteri

Keadaan
Tgl,th Tempat Umur Jenis Penolong Anak
No Penyulit anak
partus partus kehamilan persalinan persalinan JK/BB
sekarang

1 16 Rumah 39 Minggu Spontan Bidan Tidak Laki- hidup


Desember Sakit ada laki/2,9
2016 kg

5. Riwayat kesehatan penyakit yang pernah diderita :


 Anemia
 Hipertensi
 Kardiovaskular
 TBC
 Diabetes
 Malaria
 IMS (Sphilis, GO, dll)
 Lain-lain....
Pernah dirawat : ya/tidak Kapan : ........................... Dimana :.................
Pernah dioperasi : ya/tidak Kapan : ........................... Dimana :.................

6. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita sakit :

Ibu dan keluarga tidak menderita TBC, jantung, DM, dan asma
Ibu mengatakan tidak alergi terhadap obat

7. Status pernikahan : ya/tidak


Nikah 1 kali, nikahusia 25 tahun, lama menikah 7 tahun

8. Riwayat psiko sosial ekonomi


- Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
Ibu dan keluarga sangat senang dengan kehamilan ini sudah diharapkan
- Penggunaan alat kontrasepsi KB
Ibu belum pernah memakai KB
- Dukungan keluarga
keluarga sangat senang dengan kehamilan
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga ibu dan suami
- Kebiasaan hidup sehat
Ny. R tidak pernah merokok, minum jamu, alcohol, obat-obatan.
- Beban kerja sehari
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga
- Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan
ibu mengatakan ingin melahirkan di BPS Bidan Ana
- Penghasilan keluarga
Rp. 2.500,000,00
9. Riwayat KB dan rencana KB
Metode yang pernah dipakai : pil KB, Lama : 3 tahun
Komplikasi dari KB : Tidak ada Rencana KB selanjutnya : Pil KB

10. Riwayat Ginekologi :


Infertilitas Infeksi virus PMS
Endometriosis Polip serviks Kanker kandungan
Opersai kandungan Perkosaan DUB
dll

11. Pola makan / minum/ eliminasi/ istirahat


- Pola makan : ibu kesehariannya makan makanan bergizi 4 sehat 5
sempurna
- Pola minum : minum air putih 8 gelas/hari
- Pola eliminasi :
BAK 6-7 kali, warna : kuning jernih
BAK terakhir jam : 08.00
BAB 1 kali/hari, karakteristik: lunak, BAB terakhir jam : 06.00
- Pola istirahat : Ny. R hanya tidur ±3-4 jam saja di malam hari, dan ± 1 jam di
siang hari, tidur terakhir jam : 22.00 WIB
- Dukungan keluarga : √ Suami √ Orang tua √ Mertua √ Keluarga lain
- Pengetahuan ibu tentang kehamilannya ( Perubahan fisik& psikis, ketidaknyamanan &
cara mengatasi, tanda bahaya, persiapan persalinan dsb)
Ibu sudah mengerti tentang kehamilannya karena merupakan kehamilan kedua namun
ibu cemas karena sering pusing dan bengkak pada kakinya
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
kesadaran : composmetis
BB/TB : 47,5 kg
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 370C
Pernafasan : 22x/menit

2. Pemeriksaan fisik
- Mata : Konjungtiva : tidak anemis Sklera : tidak ikhterus
- Muka : ada oedema di wajah, tidak ada kloasma gravidarum
- Rahang, gigi, gusi: normal, gusi tidak berdarah
- Leher : tidak adanya pembesaran pada kelenjar limfe, adanya pembesaran
kelenjar thyroid.
- Dada : √ aerola hiperpigmentasi Tumor √ Kolostrum
√ Puting susu menonjol/masuk ke dalam
- Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
- Sistem respiratori: dispneu tachipneu wheezing batuk
- Sistem kardio : Nyeri dada murmur palpitasi
- Pinggang : nyeri/tidak, skoliosis, lordosis, kiposis(coret yang tidak perlu)
- Ekstrimitas atas dan bawah: √ tungkai simetris/asimetris oedema
Reflek patella varises

3. Pemeriksaan khusus
a. Abdomen
Inspeksi √ membesar dengan arah memanjan melebur
Pelebur vena linea alba √ linea agra strie livide
Strie albican luka bekas operasi lain-lain
Palpasi : Leopold I 3 jari di atas pusat
Leopold II puki terasa keras, terasa seperti papan, puka teraba bagian
kecil-kecil
Leopold III kepala masih bisa digoyangkan
Leopold IV ………….……………
TFU (Mcdonald) 29 cm
TBJ : 1600 gram
Auskultasi : DJJ 140x/mnt, reguler
His/kontraksi : Belum ada

4. Pemeriksaan laboratorium :

- Hb : 13,5%
- Albumin : +1

C. ANALISA/ INTERPRETASI DATA


Diagnosa : G2P2A0 usia kehamilan 29 minggu dengan Preeklamsi ringan
Keadaan Janin : janin tunggal hidup intrauteri
Diagnosa potensial : Eklampsia

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal :
1. Pukul 09.30 WIB : Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu.
Evaluasi : Ibu mengetahui kondisi sekarang. ( Bidan Ana)
2. Pukul 09.35 WIB : Menganjurkan ibu untuk istirahat/berbaring pada sisi kiri tubuh agar
janin tidak menindih urat darah.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya. (Bidan Ana)
3. Pukul 09.45 WIB : Menganjurkan ibu untuk sering melakukan pemeriksaan sebelum
kelahiran.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia. (Bidan Ana)
4. Pukul 09.50 WIB : Menganjurkan ibu untuk diet rendah garam.
Evaluasi : Ibu mengerti dan paham. (Bidan Ana)
5. Pukul 09. 55 WIB : Menganjurkan ibu untuk minum air putih minimal 8 gelas per hari.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mau melakukannya. (Bidan Ana)
6. Pukul 10.00 WIB : Memberitahu kepada ibu tentang tanda – tanda bahaya kehamilan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan memahaminya. (Bidan Ana)
7. Pukul 10.05 WIB : Menganjurkan ibu untuk istirahat, dan anjurkan suami serta keluarga
untuk membantu ibu selama perawatan dan memberikan dukungan moril, mengontrol
intake dan output.
Evaluasi : Ibu dan Suami memahaminya (Bidan Ana)
8. Pukul 10.10 WIB : Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang setiap 2 kali seminggu.
Evaluasi : Ibu mengetahui kapan jadwal kunjungan ulang dan bersedia datang untuk
kunjungan. (Bidan Ana)
BAB VI
EVIDENCE BASED PRACTIC

Jurnal 1
MenurutPhipps, E. A., Thadhani, R., Benzing, T., &Karumanchi, S. A.
(2019).Dalamprnrlitiannya yang berjudulPre-eclampsia: pathogenesis, novel diagnostics and
therapies, adabeberapastrategibaru untuk mengobati tanda-tanda klinis pre-eklampsia dan
memperpanjang kehamilan. Strategi ini termasuk injeksi protein rekombinan sepertiVEGF atau
PlGF, penghambatan produksi sFLT1 melalui molekul kecil dan interferensi RNA(RNAi) dan
penipisan selektif sFLT1 yang bersirkulasi dengan antibodi dan ekstrakorporeal.
Ketidakseimbangan angiogenik adalah ciri khas dari preeklamsia, dan penanda
angiogenik telah terbuktimenjadi alat yang efektif untuk diagnosis dini dan prognosis
kehamilan.Satu-satunya pengobatan yang efektif untuk pre-eklampsia dengan terapi baru yang
sedang dikembangkan untuk memperbaiki komplikasi dan memperpanjang kehamilan.Aspirin
telah direkomendasikan sebagai terapi pencegahan untuk preeklamsia prematur, dan statin
sedang dieksplorasi sebagai intervensi potensial lainnya. Di masa depan, memulihkan
keseimbangan angiogenik baik dengan memberikan faktor proangiogenik atau menghilangkan
faktor anti angiogenik mungkin terbukti strategi yang efektif untuk memperpanjang kehamilan
dengan preeklamsia prematur. Penelitian yang muncul telah menunjukkan bahwa pre-eklampsia
memiliki konsekuensi kesehatan jangka panjang untuk ibu dan janin dengan peningkatan risiko
CVD dan CKD secara signifikan pada ibu.

Jurnal 2
MenurutHannah R. Turbeville and Jennifer M. Sasser(2020) dalampenelitiannya yang
berjudul Preeclampsia beyond pregnancy: long-term consequences for mother and child,
bahwasebuahpenelitianmenunjukkanbahwaefekpencegahan aspirin pada PE
prematuradalahsubstansial, danperbandingankejadian PE antarakelompok aspirin dan placebo
menunjukkantidakadaperbedaan yang signifikan. Sebuah tinjauan sistematis dan meta-analisis
baru-baru ini melaporkan bahwa pemberian aspirin dosis rendah pada <11 minggu kehamilan
pada wanita berisiko tinggi tidak mengurangi risiko PE, tetapi terapi ini mungkin mengurangi
risiko prematur.Kemudian dari penelitian ini dikombinasikan dengan hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa efek minimal aspirin dalam pencegahan PE prematur pada kehamilan
dengan hipertensi kronis, populasi berisiko tinggi spesifik berpeluang untuk penggunaan aspirin
perlu diklarifikasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun pengobatan aspirin tampaknya
tidak efisien untuk mencegah PE pada hipertensi kronis, tampaknya dengan mempertimbangkan
hipertensi stadium 1, hipertensi stadium 1 dapat menjadi faktor risiko tambahan untuk
pencegahan PE terhadap aspirin. Namun, ukuran sampel peserta yang termasuk dalam penelitian
ini kecil, dan efek aspirin pada subset hipertensi stadium 1 harus dipelajari dalam uji klinis lebih
lanjut dengan ukuran sampel yang lebih besar. Selanjutnya, data Tekanan Darah yang kami
gunakan dalam penelitian ini diukur pada pemeriksaan antenatal care pertama sebelum 20
minggu, akan lebih baik untuk mengevaluasi kondisi Tekanan Darah ibu jika ada lebih dari satu
nilai.
Selain itu, hasil penelitian kami dan penelitian lain menunjukkan bahwa pada wanita
hamil dengan risiko rendah dan risiko tinggi, mereka yang mengalami hipertensi stadium 1 pada
awal kehamilan memiliki risiko PE, diabetes mellitus gestasional, dan komplikasi lainnya.
Adapun penggunaan aspirin, metode skrining, waktu awal, dan dosis untuk populasi berisiko
tinggi masih belum jelas.Menurut pedoman ACOG, hipertensi kronis adalah salah satu faktor
risiko tinggi untuk penggunaan aspirin.Tahap 1 hipertensi telah diklasifikasikan sebagai
hipertensi oleh pedoman ACC/AHA yang diperbarui karena penting untuk mengevaluasi efek
aspirin dalam subset ini bersama dengan faktor risiko lainnya. Hasil kami menunjukkan bahwa
dosis aspirin awal 100 mg/hari pada atau sebelum usia kehamilan 16-34 minggu mungkin
memiliki efek yang lebih baik. efek pencegahan terhadap PE pada subset hipertensi tahap 1 dari
risiko tinggi.
BAB V
PEMBAHASAN

Ny. R G2P2A0usia 29 minggu pergi ke Rumah Sakit dengan mengeluh kepala


pusing dan bengkak pada kaki sejak 4 hari yang lalu. Selanjutnya bidan menegakkan
diagnosis ibu bahwa ibu mengalami preeklamsia ringan. Hasil pemeriksaan umum
keadaan baik, kesadaran composmetis, BB 47,5 kg, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi
80x/menit, suhu 370C, Pernafasan 22x/menit.
Hasil pemeriksaan khusus pada abdomen dilakukan inspeksi bahwa perut
membesar dengan arah memanjang. Hasil palpasi Leopold I 3 jari di atas pusat,
Leopold II puki terasa keras, terasa seperti papan, puka teraba bagian kecil-kecil, dan
Leopold III kepala masih bisa digoyangkan. TFU (Mcdonald) 29 cm, TBJ 1600 gram,
Auskultasi : DJJ 140x/mnt, reguler.
Pembahasan asuhan kebidanan kasus ibu preeklamsi dilakukan setalh
melaksanakan penerapan teori yang digunakan sebagai landasan dalam melakukan
manajemen kebidanan.Selanjtnya hasil tersebut didapatkan adanya persamaan atau
perbedaan teori dan praktik.
Dari teori yang dipaparkan dan asuhan kebidanan kasus ibu preeklamsi yang
didokumentasikan dengan SOAP, tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan
praktik.Hasil pemeriksaan preeklamsia sejalan dengan teori yang telah dipaparkan, begitu
juga dengan penatalaksanaan yang dilakukan sesuai dengan rencana bidan sejalan dengan
teori yang dipaparkan.
BAB IV
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Preeklamsi merupakan hipertensi yang bisa terjadi pada kehamilan dengan umut
kehamilan setelah 20 minggu atau pasca persalinan yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah menjadi ≥ 140/90 mmHg dan disertai proteinerurin atau ≥ 300 mg/ 24jam.
Preeklamsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan adanya
disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adalanya inflamasi sistemik dengan
aktivitasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklamsi ditegakkan berdasarkan adanya
hipertensi dan proteinuria pada usia kehamilan diatas 20 minggu.
Ny. R G2P2A0usia 29 minggu pergi ke Rumah Sakit dengan mengeluh kepala pusing
dan bengkak pada kaki sejak 4 hari yang lalu. Selanjutnya bidan menegakkan diagnosis ibu
bahwa ibu mengalami preeklamsia ringan.Diagnosis tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan
yang didapat yang sesuai dengan teori yang sudah dipaparkan.

6.2 Saran

Preeklamsi merupakan komplikasi yang terjadi pada kehamilan dan dapat


mengakibatkan kematian bagi ibu hamil.Dengan menuliskan makalah ini, penulis berharap
agar para ibu hamil lebih menyadari secara dini tentang gejal gejala preeklamsi agar dapat
dilakukan tindakan pengobatan.Untuk tenaga kesehatan di harapkan juga bisa melakukan
tindakan yang tepat dalam penatalaksanaanya.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Muhammad Ilham Aldika, dkk. 2020. Obstetri Praktis Komprehensif. Jawa Timur:
Airlangga University Press
Ekasari, Tutik dan Mega Silvian Natalia. 2019. Deteksi Dini Preeklamsi dengan Antenatal
Care. Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia
Wilbur, Jason K, dkk. 2020. Kedokteran keluarga. DIY : Gadjah Mada Universitas Press
Pulungan, Pebri Warita, dkk. 2020. Ilmu Obstetri dan Ginekologi untuk kebidanan. Medan :
Yayasan Kita Menulis
Keman, Kusnarman. 2014. Patomekanisme Preeklampsia Terkini . Malang : UB Press
Achadiat, Chirsdiono m. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Phipps, E. A., Thadhani, R., Benzing, T., & Karumanchi, S. A. (2019).Pre-eclampsia:
pathogenesis, novel diagnostics and therapies. Nature Reviews Nephrology, 15(5), 275–
289.
Hannah R. Turbeville and Jennifer M. Sasser. 2020. Preeclampsia beyond pregnancy: long-
term consequences for mother and child. Am J Physiol Renal Physiol 318: F1315–F1326;
doi:10.1152/ajprenal.00071.2020.

Anda mungkin juga menyukai