Disusun oleh :
Nova Nila Nur Sania P (P17321191014)
Zalza Lailatus Safira (P17321191015)
Nur Fadila Hayana Putri (P17321191019)
Eka Lestari Kusumaning Tya (P17321191021)
Dea Wanudya Asmita (P17321191022)
Okik Trinanda (P17321191024)
Rheika Darmawan (P17321193029)
Heni Setiya Wardani (P17321193032)
Vira Puspitasari (P17321193042)
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Angka kematian ibu hamil di Indonesia masih sangat tinggi.Tingginya kematian ini
disebabkan oleh berbagai faktor penyulit seperti hipertensi, perdarahan, anemia, diabetes,
infeksi, penyakit jantung dan lain-lain.Salah satu penyebab kematian ibu hamil adalah
preeklamsia yang disebabkan adanya hipertensi.Data epidemiologi menunjukkan bahwa
preeklampsia terjadi pada 2–8% kehamilan di seluruh dunia.Preeklampsia merupakan salah
satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal.Insidensi preeklampsia ditemukan
lebih tinggi pada wanita nullipara.Preeklamsia saat ini masih menjadi penyebab kematian ibu
nomor satu di Indonesia.Insidensi preeklampsia di Indonesia adalah 128.273 kasus per tahun
atau sekitar 5,3% dari seluruh ibu hamil. Dalam 2 dekade terakhir, tidak ada penurunan yang
signifikan pada insidensi preeklampsia di Indonesia.
Preeklamsia didefinisikan sebagai hipertemsi yang baru terjadi pada kehamilan di atas 20
minggu di sertai adanya gangguan organ. Salah satu indikator terjadinya gangguan organ
sebagian besar di tegakkan dengan adanya protein urin, sehingga di katakan preeklamsia bila
di temukan ibu hamil pada usia kehamilan di atas 20 minggu mengalami hipertensi dan
protein urin (POGI, 2016).
Meskipun belum diketahui penyebab utama preeklamsia, namun angka kejadian ini dapat
diturunkan melalui berbagai cara diantaranya upaya pencegahan, pengamatan dini, dan
terapi. Pencegahan dapat dilakukan apabila mengetahui faktor-faktor risiko preeklamsia. Ada
banyak faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya preeklamsia, meliputi gravida, usia ibu,
riwayat penyakit kronis, dan riwayat preeklamsia (Bobak, et.al, 2004). Untuk itumakalah ini
membahas tentang ibu hamil dengan preeklamsia ringan.
1.2Tujuan
1.1.1 Umum
Untuk menerapkan asuhuan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklamsi ringan,
menggunakan pendektan manajemen kebidanan secara baik, benar, tepat, dan sesuai
dengan standar kebidanan secara professional.
1.1.2 Khusus
a. Mengetahui prinsip implementasi akhir asuhan kebianan pada ibu hamil dengan
preeklamsia ringan.
b. Dapat mengevaluasi hasil akhir asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
preeklamsia ringan.
TINJAUAN TEORI
Preeklamsi merupakan hipertensi yang bisa terjadi pada kehamilan dengan umut
kehamilan setelah 20 minggu atau pasca persalinan yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah menjadi ≥ 140/90 mmHg dan disertai proteinerurin atau ≥ 300 mg/ 24jam.
Preeklamsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan adanya
disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adalanya inflamasi sistemik dengan
aktivitasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklamsi ditegakkan berdasarkan adanya
hipertensi dan proteinuria pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Edema tidak lagi dipakai
sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan
normal (POGI, 2016).
Preeklamsi mempunyai gambaran klinik bervariasi dan komplikasinya sangat
berbahaya pada saat kehamilan, persalinan dan masa nifas. Gambaran klinis yang utama dan
harus terpenuhi adalah terdapatya hipertensi dan proteinuria, karena organ target yang utama
terpengaruhi adalah ginjal (glomerular endoteliosis). Patogenesisnya sangat kompleks,
dipengaruhi oleh genetik, imunologi, dan innteraksi faktor lingkungan (Pribadi, A., et al,
2015)
Proteinuria
a. ≥ 300 mg per koleksi urine 24 jam atau jumlah ini ekstrapolasi membentuk koleksi
berjangka waktu)
b. Protein urune : rasio kreatinin lebih besar dari atau sama dengan 0,3 dengan msing-
masing diukur dalam mg/dl
c. Dipstik membaca 1 + (hanya digunakan jika metode kuantitatif lainnya tidak tersedia)
Proses PendokumentasianAsuhanKebidanan
ManajemenKebidan
an
Masalah/Diagnosa Assesment/Diagnosa
Subjektif dan Objektif
Antisipasi Masalah
potensial/diagnosa
lain Assasment/Diagnosa
Menetapkan Perencanaan
Kebutuhan segera
Penatalaksanaan :
untuk konsultasi,
- Konsul
kolaborasi
- Tes Diagnostik/lab
Perencanaan
- Pendidikan/konseling
Implementasi Implementasi
- Follow Up
Evaluasi Evaluasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ny. R usia 29 minggu pergi ke Rumah Sakit dengan mengeluh kepala pusing dan
bengkak pada kaki sejak 4 hari yang lalu. Setelah dikakukan pemeriksaan, hasil
menunjukkan bahwa tekanan darah ny. R cukup tinggi yaitu 140/90 mmHg dan terdapat
albumin +1 pada urin ny. R. Selanjutnya bidan menegakkan diagnosis ibu bahwa ibu
mengalami preeklamsia ringan, dan melakukan asuhan kebidanan yang dibutuhkanibu.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH. Wakhid Hasyim No. 64 B Telp. (0354) 773095 – 772833
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id Fax. (0354) 778340
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id Kediri 64114
I. PENGKAJIAN
Tanggal : Jam : 09.00 WIB
No. RM : 14-15-285371
Umur : 32 Th Umur : 40 Th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Perguruan Tinggi Pendidikan : Perguruan Tinggi
Blitar
Cara Masuk :
Kronologi MRS :
Ny. R dan suaminya masuk kamar bersalin pukul 09.00 WIB dengan kehamilan kedua usia 29
minggu. Ny. R mengeluh sejak 4 hari yang lalu pusing, dan bengkak pada kaki.
A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama : ibu mengatakan pusing sejak 4 hari yang lalu dan bengkak pada kaki
2. Riwayat menstruasi
Usia manarche : 14 tahun
Jumlah darah haid : 2-3 kali ganti pembalut
HPHT : 12 Juni 2021
Lama haid : 6 hari
Flour albus : tidak flour albus
HPL : 19 Maret 2022
Keluhan haid : tidak ada
Dismenorhoe Spoting Menorrhagia
Premenstrual syndrome Dll..........
Keadaan
Tgl,th Tempat Umur Jenis Penolong Anak
No Penyulit anak
partus partus kehamilan persalinan persalinan JK/BB
sekarang
6. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita sakit :
Ibu dan keluarga tidak menderita TBC, jantung, DM, dan asma
Ibu mengatakan tidak alergi terhadap obat
2. Pemeriksaan fisik
- Mata : Konjungtiva : tidak anemis Sklera : tidak ikhterus
- Muka : ada oedema di wajah, tidak ada kloasma gravidarum
- Rahang, gigi, gusi: normal, gusi tidak berdarah
- Leher : tidak adanya pembesaran pada kelenjar limfe, adanya pembesaran
kelenjar thyroid.
- Dada : √ aerola hiperpigmentasi Tumor √ Kolostrum
√ Puting susu menonjol/masuk ke dalam
- Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
- Sistem respiratori: dispneu tachipneu wheezing batuk
- Sistem kardio : Nyeri dada murmur palpitasi
- Pinggang : nyeri/tidak, skoliosis, lordosis, kiposis(coret yang tidak perlu)
- Ekstrimitas atas dan bawah: √ tungkai simetris/asimetris oedema
Reflek patella varises
3. Pemeriksaan khusus
a. Abdomen
Inspeksi √ membesar dengan arah memanjan melebur
Pelebur vena linea alba √ linea agra strie livide
Strie albican luka bekas operasi lain-lain
Palpasi : Leopold I 3 jari di atas pusat
Leopold II puki terasa keras, terasa seperti papan, puka teraba bagian
kecil-kecil
Leopold III kepala masih bisa digoyangkan
Leopold IV ………….……………
TFU (Mcdonald) 29 cm
TBJ : 1600 gram
Auskultasi : DJJ 140x/mnt, reguler
His/kontraksi : Belum ada
4. Pemeriksaan laboratorium :
- Hb : 13,5%
- Albumin : +1
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal :
1. Pukul 09.30 WIB : Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu.
Evaluasi : Ibu mengetahui kondisi sekarang. ( Bidan Ana)
2. Pukul 09.35 WIB : Menganjurkan ibu untuk istirahat/berbaring pada sisi kiri tubuh agar
janin tidak menindih urat darah.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya. (Bidan Ana)
3. Pukul 09.45 WIB : Menganjurkan ibu untuk sering melakukan pemeriksaan sebelum
kelahiran.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia. (Bidan Ana)
4. Pukul 09.50 WIB : Menganjurkan ibu untuk diet rendah garam.
Evaluasi : Ibu mengerti dan paham. (Bidan Ana)
5. Pukul 09. 55 WIB : Menganjurkan ibu untuk minum air putih minimal 8 gelas per hari.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mau melakukannya. (Bidan Ana)
6. Pukul 10.00 WIB : Memberitahu kepada ibu tentang tanda – tanda bahaya kehamilan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan memahaminya. (Bidan Ana)
7. Pukul 10.05 WIB : Menganjurkan ibu untuk istirahat, dan anjurkan suami serta keluarga
untuk membantu ibu selama perawatan dan memberikan dukungan moril, mengontrol
intake dan output.
Evaluasi : Ibu dan Suami memahaminya (Bidan Ana)
8. Pukul 10.10 WIB : Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang setiap 2 kali seminggu.
Evaluasi : Ibu mengetahui kapan jadwal kunjungan ulang dan bersedia datang untuk
kunjungan. (Bidan Ana)
BAB VI
EVIDENCE BASED PRACTIC
Jurnal 1
MenurutPhipps, E. A., Thadhani, R., Benzing, T., &Karumanchi, S. A.
(2019).Dalamprnrlitiannya yang berjudulPre-eclampsia: pathogenesis, novel diagnostics and
therapies, adabeberapastrategibaru untuk mengobati tanda-tanda klinis pre-eklampsia dan
memperpanjang kehamilan. Strategi ini termasuk injeksi protein rekombinan sepertiVEGF atau
PlGF, penghambatan produksi sFLT1 melalui molekul kecil dan interferensi RNA(RNAi) dan
penipisan selektif sFLT1 yang bersirkulasi dengan antibodi dan ekstrakorporeal.
Ketidakseimbangan angiogenik adalah ciri khas dari preeklamsia, dan penanda
angiogenik telah terbuktimenjadi alat yang efektif untuk diagnosis dini dan prognosis
kehamilan.Satu-satunya pengobatan yang efektif untuk pre-eklampsia dengan terapi baru yang
sedang dikembangkan untuk memperbaiki komplikasi dan memperpanjang kehamilan.Aspirin
telah direkomendasikan sebagai terapi pencegahan untuk preeklamsia prematur, dan statin
sedang dieksplorasi sebagai intervensi potensial lainnya. Di masa depan, memulihkan
keseimbangan angiogenik baik dengan memberikan faktor proangiogenik atau menghilangkan
faktor anti angiogenik mungkin terbukti strategi yang efektif untuk memperpanjang kehamilan
dengan preeklamsia prematur. Penelitian yang muncul telah menunjukkan bahwa pre-eklampsia
memiliki konsekuensi kesehatan jangka panjang untuk ibu dan janin dengan peningkatan risiko
CVD dan CKD secara signifikan pada ibu.
Jurnal 2
MenurutHannah R. Turbeville and Jennifer M. Sasser(2020) dalampenelitiannya yang
berjudul Preeclampsia beyond pregnancy: long-term consequences for mother and child,
bahwasebuahpenelitianmenunjukkanbahwaefekpencegahan aspirin pada PE
prematuradalahsubstansial, danperbandingankejadian PE antarakelompok aspirin dan placebo
menunjukkantidakadaperbedaan yang signifikan. Sebuah tinjauan sistematis dan meta-analisis
baru-baru ini melaporkan bahwa pemberian aspirin dosis rendah pada <11 minggu kehamilan
pada wanita berisiko tinggi tidak mengurangi risiko PE, tetapi terapi ini mungkin mengurangi
risiko prematur.Kemudian dari penelitian ini dikombinasikan dengan hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa efek minimal aspirin dalam pencegahan PE prematur pada kehamilan
dengan hipertensi kronis, populasi berisiko tinggi spesifik berpeluang untuk penggunaan aspirin
perlu diklarifikasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun pengobatan aspirin tampaknya
tidak efisien untuk mencegah PE pada hipertensi kronis, tampaknya dengan mempertimbangkan
hipertensi stadium 1, hipertensi stadium 1 dapat menjadi faktor risiko tambahan untuk
pencegahan PE terhadap aspirin. Namun, ukuran sampel peserta yang termasuk dalam penelitian
ini kecil, dan efek aspirin pada subset hipertensi stadium 1 harus dipelajari dalam uji klinis lebih
lanjut dengan ukuran sampel yang lebih besar. Selanjutnya, data Tekanan Darah yang kami
gunakan dalam penelitian ini diukur pada pemeriksaan antenatal care pertama sebelum 20
minggu, akan lebih baik untuk mengevaluasi kondisi Tekanan Darah ibu jika ada lebih dari satu
nilai.
Selain itu, hasil penelitian kami dan penelitian lain menunjukkan bahwa pada wanita
hamil dengan risiko rendah dan risiko tinggi, mereka yang mengalami hipertensi stadium 1 pada
awal kehamilan memiliki risiko PE, diabetes mellitus gestasional, dan komplikasi lainnya.
Adapun penggunaan aspirin, metode skrining, waktu awal, dan dosis untuk populasi berisiko
tinggi masih belum jelas.Menurut pedoman ACOG, hipertensi kronis adalah salah satu faktor
risiko tinggi untuk penggunaan aspirin.Tahap 1 hipertensi telah diklasifikasikan sebagai
hipertensi oleh pedoman ACC/AHA yang diperbarui karena penting untuk mengevaluasi efek
aspirin dalam subset ini bersama dengan faktor risiko lainnya. Hasil kami menunjukkan bahwa
dosis aspirin awal 100 mg/hari pada atau sebelum usia kehamilan 16-34 minggu mungkin
memiliki efek yang lebih baik. efek pencegahan terhadap PE pada subset hipertensi tahap 1 dari
risiko tinggi.
BAB V
PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
Preeklamsi merupakan hipertensi yang bisa terjadi pada kehamilan dengan umut
kehamilan setelah 20 minggu atau pasca persalinan yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah menjadi ≥ 140/90 mmHg dan disertai proteinerurin atau ≥ 300 mg/ 24jam.
Preeklamsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan adanya
disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adalanya inflamasi sistemik dengan
aktivitasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklamsi ditegakkan berdasarkan adanya
hipertensi dan proteinuria pada usia kehamilan diatas 20 minggu.
Ny. R G2P2A0usia 29 minggu pergi ke Rumah Sakit dengan mengeluh kepala pusing
dan bengkak pada kaki sejak 4 hari yang lalu. Selanjutnya bidan menegakkan diagnosis ibu
bahwa ibu mengalami preeklamsia ringan.Diagnosis tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan
yang didapat yang sesuai dengan teori yang sudah dipaparkan.
6.2 Saran
Akbar, Muhammad Ilham Aldika, dkk. 2020. Obstetri Praktis Komprehensif. Jawa Timur:
Airlangga University Press
Ekasari, Tutik dan Mega Silvian Natalia. 2019. Deteksi Dini Preeklamsi dengan Antenatal
Care. Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia
Wilbur, Jason K, dkk. 2020. Kedokteran keluarga. DIY : Gadjah Mada Universitas Press
Pulungan, Pebri Warita, dkk. 2020. Ilmu Obstetri dan Ginekologi untuk kebidanan. Medan :
Yayasan Kita Menulis
Keman, Kusnarman. 2014. Patomekanisme Preeklampsia Terkini . Malang : UB Press
Achadiat, Chirsdiono m. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Phipps, E. A., Thadhani, R., Benzing, T., & Karumanchi, S. A. (2019).Pre-eclampsia:
pathogenesis, novel diagnostics and therapies. Nature Reviews Nephrology, 15(5), 275–
289.
Hannah R. Turbeville and Jennifer M. Sasser. 2020. Preeclampsia beyond pregnancy: long-
term consequences for mother and child. Am J Physiol Renal Physiol 318: F1315–F1326;
doi:10.1152/ajprenal.00071.2020.