PREEKLAMPSIA
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Fenny Khairunnisa 2805001
Aprila Desliana 2805002
Zahra Zaviar Camelia 2805003
Novi Nurriani 2805004
Putri Sefrianti 2805005
Fatma Zahra 2805006
Hartati Bawamenewi 2805007
Etika Nila Permata 2805008
Rici Anggria Sari 2805009
Putri Maqfira 2805010
2.3 Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air
dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Mochtar, 1998).
Prawirohardjo (2013), menjelaskan beberapa teori yang mengemukakan
terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah :
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang
arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus
miometrium berupa uteri arkuarta dan memberi cabang arteri radialis. Arteri
radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi
cabang arteri spiralis. Kehamilan normal akan terjadi invasi trofoblas ke dalam
lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut
sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan
sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Keadaan ini akan
memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan
peningkatan tekanan darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke
janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat
menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini sering dinamakan dengan
remodeling arteri spiralis. Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak
terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga
lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan
remodeling arteri spiralis. Sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan
terjadi hipoksia dan iskemia plasenta.
e. Teori Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu
yang mengalami pre-eklampsia, 2,6% anak perempuannya akan mengalami
preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.
3.1 Kesimpulan
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proitenuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Penatalaksanaan dari preeklamsia tergantung dari ringan atau beratnya
preeklamsia.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca diperlukan untuk
penulisan makalah yang lebih untuk untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Booth, Trish. 2005. Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.
Cunningham, F.G. 2005. Hypertensive Disorder In Pregnancy in Williams
Obstetri 22nd Ed. New York: Medical Publishing Division.
Indriani, Nanien. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Preeklampsia/Eklampsia pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Kardinah Kota Tegal tahun 2011. Jurnal Kesehatan Wiraraja Medika,
49(125): 39-45.
Lukitosari, Endang.1996. Pengelola Penderita Preeklamsia-Eklamsia di RSUP
Dr. Kariadi Semarang. Karya Ilmiah Fakultas Kedokteran UNDIP.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Manuaba, Ida Bagus Gde., I.A.C. Manuaba., I. B. G. F. Manuaba. 2007.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Muflihan, Fajar Alfa., M. Sudiat., R. Basuki. 2013. Analisis Faktor-Faktor Resiko
Terjadinya Preeklamsia Berat di RSUD Tugurejo Tahun 2011. Tesis.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
POGI. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis Dan Tata
Laksana Pre Eklamsia. Semarang: Himpunan Kedokteran Feto Maternal.
POGI. 2005. Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia
Edisi 2. Semarang: Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Retnowati, Indah dan Asid Dwi Astuti. 2010. Hubungan Penerapan Program
Pernencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) oleh Ibu Hamil
dengan Upaya Pencegahan Komplikasi Kehamilan di Puskesmas Sidorejo
Kidul Salatiga. Jurnal Kebidanan, 2(02): 39-51.
Salamah, Umi. 2001. Hubungan Antara Derajat Preeklamsia-Eklamsia dengan
Kadar Natrium Darah Ibu di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Karya Ilmiah
Fakultas Kedokteran UNDIP.
Saseen, J, dan Carter, B.L. 2005. Essential Hypertension in: Applied
Therapeutics: The Clinical Use of Drug. 8th Edition Koda-Kimble MA et al
eds. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Simbolon, Oscar H. 2002. Seri Kesehatan Tekanan Darah. Jakarta: PT Dian
Rakyat.
Sudhaberata, Ketut. 2001. Profil Penderita Preeklamsia-Eklamsia di RSU
Tarakan, Kaltim. http://72.14.203.104/search?q=cache:UJ0tXa1szMOJ:
www.tempo.co.id/medika/arsip/022001/art2.htm+preeklamsia&hl=en&ct=c
lnk&cd=3&Ir=lang_id. diakses pada tanggal 24 Februari 2019.
Syaifuddin, Abdul Bari dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Wiknjosastro, Hanifa dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.