Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Makul Keperawatan


Maternitas II

DOSEN : Ns. EKA ,S.kep.M.kep


Disusun oleh : 1. M .Agus Ardiansyah
2. Mukodimah
3. Putri Septiyaningsih
4. Rizki Novriyanti

PROGRAM STUDI S1
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDAL-BATANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan ibu hamil
dengan Pre Eklamsi” dengan baik . Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada hambatan,
namun berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman dan bimbingan dari dosen
pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan adanya
makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas
bantuan serta dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
dan dapat mengetahui tentang profesi keperawatan. Kami mohon maaf apabila makalah ini
mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan kami yang masih dalam tahap
pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun,
sangat diharapkan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini
bermanfaat bagi pembaca.

Kendal, 05 JUNI 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan proses yang alamiah dan normal. Perubahan yang


terjadi pada wanita hamil bersifat fisiologis, bukan patologis. Walau tidak
dipungkiri dalam beberapa kasus mungkin dapat terjadi komplikasi sejak awal
karena kondisi tertentu atau komplikasi tersebut terjadi kemudian. Ibu hamil juga
perlu merasakan adanya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan ini tidak dilaporkan
atau terdeteksi dapat mengancam jiwanya (Marni 2011).

Masa kehamilan adalah proses mata rantai yang berkesinambungan terdiri


dari ovulasi (pelepasan ovum) dan terjadi migrasi spermatozoa dari ovum. Pada
saat terjadinya konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada
uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Bobak, 2004). Kehamilan juga adalah masa dimulainya konsepsi sampai
lahirnya janin. Lama kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9
bulan 7 hari, dihitung dari hari pertama haid terakhir (Manuaba, 2002).

Laporan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017


menyajikan tentang gangguan atau komplikasi kehamilan yang dialami oleh
wanita 15-49 tahun yang memiliki kelahiran hidup terakhir dalam 5 tahun sebelum
survey. 8 dari 10 (81%) wanita tidak mengalami selama hamil. Diantara wanita
5% mengalami perdarahan berlebihan,masing-masing 3% mengalami muntah
terus menerus dan bengkak pada kaki, tangan dan wajah, sakit kepala yang di
sertai dengan kejang, serta masing-masing 2% mengalami mules sebelum 9 bulan
dan ketuban pecah dini. 8 % wanita mengalami keluhan kehamilan lainnya,
diantaranya demam tinggi, kejang dan pingsan, anemia serta hipertensi (SDKI
2017).

Preeklamsia merupakan gangguan hipertensi dalam kehamilan yang


kejadiannya tinggi. Preeklamsia adalah penyakit kehamilan yang berkisar dari
hipertensi ringan sampai berat dan disertai dengan mendasari sistemik
patologi yang dapat memiliki dampak ibu dan janin yang parah (Chapman &
Durham, 2010).

Lebih dari 80% kematian ibu di 30 negara di dunia disebabkan oleh


komplikasi kebidanan (obstetrik), yaitu perdarahan, infeksi, aborsi yang tidak
aman, preeklampsia/ eklampsia, dan persalinan macet. Lima penyebab utama
kematian ibu ini merupakan tiga perempat dari seluruh penyebab kematian ibu
(Frontieres, 2012). Sembilan puluh sembilan persen kematian yang berhubungan
dengan kehamilan terjadi di negara berkembang. Dari kematian ini, WHO
menyebutkan preeklampsia/ eklampsia sebagai penyebab utama kedua (setelah
perdarahan postpartum) pada morbiditas dan mortalitas ibu (Bender and Ryan,
2013).

Preeklamsia memiliki dampak negatif yang sangat besar pada derajat


kesehatan ibu dan perinatal, terutama di negara berkembang. Penyakit ini
adalah penyebab utama hampir sepertiga dari 1 juta kematian ibu di negara-
negara berkembang dan merupakan penyumbang proporsi besar lebih dari 6 juta
kematian perinatal, sekitar 8 juta kelahiran prematur dan hampir 20 juta bayi berat
lahir rendah (Bilano et al., 2014).

Petugas kesehatan memegang peran penting dalam meningkatkan derajat


kesehatan masyarakat. Upaya yang dilakukan petugas kesehatan ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan termasuk dalam upaya
penanganan kasus preeklamsia. Ada pun peran tenaga kesehatan menurut Potter
dan Perry (2007) macam-macam peran tenaga kesehatan dibagi menjadi
beberapa, yaitu: sebagai komunikator, sebagai motivator, sebagai fasilitator dan
konselor.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Menambah ilmu

2. Memenuhi tugan mata kuliah maternitas II


BAB II

KONSEP TEORI

A. KONSEP DASAR PRE EKLAMSIA

1. Pengertian

Preeklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh


kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas (Sofian, 2015). Definisi
preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan, atau dapat timbul lebih awal bila
terdapat perubahan pada hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis
(Mitayani, 2012).

Menurut definisi Manuaba, (1998) mendefinisikan bahwa preeklamsia


(toksemia gravidarum) merupakan tekanan darah tinggi yang disertai dengan
proteinuria (protein dalam air kemih), atau edema (penimbunan cairan), yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah
persalinan (Sukarni, 2013).

Preeklamsia dan eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias hipertensi,
proteinuria, dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma.
Ibu hamil tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskuler
atau hipertensi sebelumnya (Sofian, 2015).

Risiko cedera pada janin yaitu berisiko mengalami bahaya atau kerusakan
fisik pada janin selama proses kehamilan dan persalinan (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018).
2. Klasifikasi PreEklamsia
Menurut Sofian (2015), preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu preeklamsia
ringan dan preeklamsia berat.
a. Preeklamsia ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30
mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya dengan selang waktu 6 jam. Edema umum,
kaki, jari tangan, serta wajah, atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu.
Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin
kateter atau midstream.
b. Preeklamsia berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, proteinuria 5 gr atau lebih per liter,
Oliguria, adalah jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam. Adanya gangguan
serebral, gangguan visus, serta rasa nyeri di epigastrium. Dan terdapat edema paru dan
sianosis.

3. Etiologi
Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi Pada
umumnya disebabkan oleh (vasopasme arteriola). Faktor – faktor lain yang dapat
diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklamsia yaitu sebagai berikut (sutrimah,
2015).
a. Usia Ibu
Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai
saat berulang tahun, semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam proses berfikir. Insiden tertinggi pada kasus
preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, namun prevalensinya
meningkat pada wanita dengan usia diatas 35 tahun.
b. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan minggu ke 20,
gejalanya yaitu kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah usia kehamilan 20
minggu, masih dikategorikan dalam hipertensi kronik. Sebagian besar kasus
preeklampsia terjadi pada minggu > 37 minggu dan semakin tua usia kehamilan
maka semakin berisiko terjadinya preeklampsia.
c. Paritas
Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu.
Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi
beberapa istilah:
1) Primigravida: seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk pertama
kalinya.
2) Multipara: seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu kali.
3) Grande Multipara: wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima kali.

d. Riwayat Hipertensi / preeklamsia


Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya adalah faktor utama.
Kehamilan pada wanita yang memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya berkaitan
dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan
dampak perinatal yang buruk (Lalenoh, 2018).
e. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat meningkatkan risiko hampir
tiga kali lipat adanya riwayat preeklampsia. Pada ibu dapat meningkatkan risiko
sebanyak 3,6 kali lipat (Lalenoh, 2018).
f. Penyakit Terdahulu (Diabetes Militus)
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan akan
terkena preeklampsia meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus hipertensi,
prevalensi preeklampsia pada ibu dengan hipertensi kronik lebih tinggi dari pada
ibu yang tidak menderita hipertensi kronik.
g. Obesitas
Terjadinya peningkatan risiko munculnya preeklampsia pada setiap
peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah studi kohort mengemukakan bahwa ibu
dengan indeks masa tubuh >35 akan memiliki risiko mengalami preeklampsia
sebanyak 2 kali lipat.
h. Bad Obstetrik History
Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat preeklampsia, kehamilan
molahidatidosa, dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami preeklampsia
pada kehamilan selanjutnya, terutama jika diluar kehamilan menderita tekanan
darah tinggi menahun.
4. Faktor-Faktor Kejadian Preeklamsia

Faktor terjadinya risiko cedera pada janin tarkait dengan kejadian ibu
hamil dengan preeklamsia berat menurut Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI) 2017 yaitu sebagai berikut:
a. Usia ibu (<15 tahun atau >35 tahun)

b. Paritas banyak

c. Riwayat persalinan sebelumnya

d. Pola makan yang tidak sehat

5. Patofisiologi
Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan ritensi garam
serta air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteiola glomelurus. Dalam beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan
darah akan naik, sehingga usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi (Sofian, 2015).
Sedangkan kenaikan berat badan serta edema yang disebabkan oleh penimbunan
air yang yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui penyebabnya,
mungkin karena retensi air serta garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme
arteliola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sofian, 2015).
6. Manifestasi klinik
Menurut Mitayani (2012), preeklamsia memiliki dua gejala yang sangat penting
yaitu hipertensi dan proteinuria yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab
dari kedua masalah diatas yaitu sebagai berikut:
a. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang penting pada
preeklamsia. Tekanan diastolik adalah tanda prognostik yang lebih andal dibandingkan
dengan tekanan sistolik. Pada tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang
terjadi terus-menerus menunjukkan keadaan abnormal.
b. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preeklamsia serta
bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan adalah tanda pertama preeklamsia
pada sebagian wanita. Peningkatan berat badan normal ialah 0,5 kg per minggu.
Apabila 1 kg dalam seminggu, maka kemungkinan terjadinya preeklamsia harus
dicurigai. Peningkatan berat badan terutama disebabkan karena retensi cairan serta
selalu dapat ditemukan sebelum timbulnya gejala edema yang tampak jelas seperti
kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan yang membesar.
c. Proteinuria
Pada preeklamsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua, atau
tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat ditemukan serta dapat mencapai
10 g/dL. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi serta
kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan. Adapaun gejala-gejala subyektif yang
dirasakan pada preeklamsia yaitu sebagai berikut:
1) Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, namun akan sering terjadi pada
kasus-kasus berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital,
dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa.
2) Nyeri epigastrium
Adalah keluhan yang sering ditemukan pada preeklamsia berat. Keluhan
ini disebabkan oleh tekanan pada kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
3) Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme arterial,
iskemia, serta edema retina serta pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh
ablasio retina. Pada preeklamsia ringan tidak ditemukan tanda-tanda subjektif.

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada ibu hamil dengan preeklamsia
diantaranyan :
a. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein.
c. Fungsi hati : Meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine
aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).
d. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit abnormal,
karena gangguan fungsi ginjal.

e. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
f. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.
g. Cardiotocography atau CTG, untuk mengukur detak jantung janin saat bergerak di
dalam kandungan

8. Penatalaksanaan medik

Penatalaksanaan sesuai dengan tingkat klasifikasinya, berikut prinsip penatalaksanaan


preeklampsia :

1) Melindungi klien dari penyebab tekanan darah meningkat

2) Mencegah progrevositas penyakit menjadi eclampsia

3) Menurunkan atau mengatasi risiko janin (pertumbuhan janin yang terlambat, solusio
plasenta, hipoksia sampai terjadi kematian pada janin

4) Melahirkan dengan cara yang aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur, atau
imatur jika diketahui adanya resiko pada janin dan klien juga lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama

Penatalaksanaan preeklampsia ringan :

1) Dapat dikatakan tidak mempunyai resiko bagi ibu maupun janin

2) Lakukan istirahat yang cukup

3) Bila klien tidak bisa tidur berikan luminal 1-2x 30 mg/hari

4) Pemberian asma asetilsalisilat (aspirin) 80 mg/hari

5) Jika tekanan darah tidak menurun, anjurkan beri obat antihipertensi

6) Diet rendah garam dan diuretic

7) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap satu kali dalam
seminggu

8) Indikasi rawat : jika terjadi perburukan, tekanan darah tidak menurun setelah dua
minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihin 1 kg/ minggunya dua kali
secara berurutan, atau jika klien menunjukkan tanda-Tanda preeklampsia berat.
Silahkan berikan obat antihipertensi

9) Jika selama perawatan tidak ada perubahan, tata laksana sebagai preeklampsia berat.
Jika ada perubahan maka lanjutkan rawat jalan.

10) Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, kecuali


ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eclampsia,
atau indikasi terminasi lainnya. Minimal 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.

11) Persalinan pada preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala II.

Penatalaksanaan preeklampsia berat, dapat ditangani secara aktif atau konservatif :

1) Aktif berarti kehamilan diakhiri/diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal

2) Konservatif berarti kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal


3) Prinsip tetap pemantauan janin dengan klinis, USG, kardiografi.

9. Komplikasi Preeklamsia
Preeklamsia yang tidak tertangani dapat menyebabkan komplikasi pada ibu hamil,
seperti:
a. Eklamsia
b. Solusio plasenta
c. Kerusakan organ, seperti edema paru, gagal ginjal, dan gagal hati
d. Stroke hemoragik
e. Penyakit jantung
f. Gangguan pembekuan darah
g. Sindrom HELLP
Selain ibu, janin juga dapat mengalami sejumlah komplikasi, seperti:
1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
2. Premature
3. Asfiksia neonatorum.
4. Kematian janin dalam uterus.
5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
10. Pencegahan Preeklamsia
Tidak ada cara khusus untuk mencegah preeklamsia. Namun, ada beberapa upaya
yang bisa dilakukan oleh ibu hamil untuk menurunkan risiko terjadinya preeklamsia,
(Sofian, 2012). yaitu:
a. Melakukan kontrol rutin selama kehamilan
b. Mengontrol tekanan darah dan gula darah jika menderita hipertensi dan diabetes
c. Menjaga berat badan ideal sebelum dan selama kehamilan
d. Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang
e. Membatasi konsumsi makanan tinggi garam
f. Berolahraga rutin, baik sebelum maupun selama hamil
g. Tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol
h. Mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral untuk ibu hamil sesuai saran dokt
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa

Pengkajian pada pasien dengan kasus preeklamsia dalam kehamilan


meliputi :
1) Identitas umum ibu, meliputi : Nama, tempat tanggal lahir/umur,
pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, dan alamat rumah.
2) Data riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang : Ibu mengalami : sakit kepala didaerah


frontal, terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium, penglihatan kabur,
mual muntah, anoreksia.

b) Riwayat kesehatan dahulu : Kemungkinan ibu menderita penyakit


hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan ibu mempunyai
riwayat preeklamsia dan eklamsia pada kehamilan terdahulu, biasanya
mudah terjadi pada ibu dengan obesitas, DM.

c) Riwayat kesehatan keluarga : Kemungkinan mempunyai riwayat


kehamilan dengan hipertensi dalam keluarga.

d) Riwayat obstetric : Biasanya peeklamsia pada kehamilan paling sering


terjadi pada ibu hamil primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion( kelebihan cairan ketuban) , dan molahidatidosa (hamil
anggur) dan semakin tuanya usia kehamilan.

e) Pola nutrisi : Jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokom


maupun selingan.

f) Psiko social spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan


kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

a) Keadaan umum : Biasanya ibu hamil dengan peeklamsia akan


mengalami kelelahan
b) TD : Ibu hamil ditemukan dengan darah sistol diatas 140 mmHg dan
diastole diatas 90 mmHg.

c) Nadi : Ibu hamil dengan preeklamsia ditemukan nadi yang meningkat.

d) Nafas : Ibu hamil dengan preeklamsia akan ditemukan nafas pendek,


terdengar nafas berisik dan ngorok

e) Suhu : Ibu hamil dengan preeklamsia dalam kehamilan biasanya tidak


ada gangguan pada suhu.

f) BB : Akan terjadi peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/minggu


atau sebanyak 3 kg dalam 1 bulan.

g) Kepala : Ditemukan kepala yang berketombe dan kurang bersih dan


pada ibu hamil dengan preeklamsia akan mengalami sakit kepala

h) Wajah : Ibu hamil yang mengalami preeklamsia wajah tampak edema

i) Mata : Ibu hamil dengan preeklamsia akan ditemukan konjungtiva


anemis, dan penglihatan kabur

j) Bibir : Mukosa bibir lembab

k) Mulut : Terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi menjadi hiperemik


dan lunak, sehingga gusi bisa mengalami pembengkakan dan
pendarahan

l) Leher : Biasanya akan ditemukan pembesaran pada kelenjar tiroid

2) Thorax
a) Paru-Paru : Akan terjadi peningkatan respirasi, edema paru dan nafas
pendek
b) Jantung : Terjadi adanya dekompensasi jantung
c) Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara membesar, lebih padat
dan lebih keras, putting menonjol, areola menghitam dan membesar
dari 3 cm menjadi 5 cm sampai 6 cm, permukaan pembuluh darah
menjadi terlihat
d) Abdomen : Ditemukan nyeri pada epigastrium dan terjadi mual
muntah
e) Pemeriksaan janin : Bunyi jantung tidak teratur dan gerakan janin
melemah (DJJ)
f) Ektremitas : Adanya edema pada kaki dan juga pada jari – jari
g) System persyarafan : Ditemukan hiperfleksia klonus pada kaki
h) Genitourinaria : Biasanya didapatkan oliguria dan proteinuria.

c. Pemeriksaan Penunjang
Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan penunjang preeklmasia
dalam kehamilan yang dapat dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
 Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal untukwanita hamil
adalah 12-14 gr%)
 Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
 Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
b) Urinalisis
Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan preeklamsia tersebut
mengalami proteinuri atau tidak. Biasanya pada ibu hamil dengan preeklamsia di
temukan proteinuria +1.
c) Pemeriksaan fungsi hati
1) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)
2) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
4) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N:15-45 u/ml).
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat(N: <
31u/l).
6) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl).
d) Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).

2) Radiologi
a) Ultrasonografi : bisa ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus, pernapasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,dan volume cairan ketuban sedikit
b) Kardiotokografi (CTG)
Diketahui denyut jantung janin lemah
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang mungkin muncul pada ibu hamil dengan preeklamsia yaitu:

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang


suplai oksigen ke jaringan

b. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis

c. Resiko cedera pada ibu dengan faktor resiko internal(disfungsi integrasi


sensori)

d. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan faktor risiko pola makan
tidak sehat.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
Ketidakefektifan perfusiSetelah dilakukan tindakan 1. Oxygen therapy
jaringan parifer keperawatan, (Terapi oksigen
berhubungan dengan diharapkan keefektifan a. Monitor kemanpuan
kurang suplai oksigen ke perfusi jaringan perifer pasien dalam
jaringan. . dengan KH : mentoleransi
Batasan karakteristik: 1. Pengisian kapiler kebutuhan oksigen
1. Edema jari normal saat makan
2. Nyeri ekstremitas 2. Pengisian kapiler b. Monitor perubahan
3. Penurunan jari kaki normal warna kulit pasien
nadiperifer 3. Kekuatan denyut c. Monitor posisi
4. Perubahan karakteristik nadi karotis normal pasien untuk
kulit (misalnya warna, 4. Edema perifer membantu
elastisitas, rambut, tidak ada masuknya oksigen
kelembapan, kuku, d. Memonitor
sensasi, dan suhu ) penggunaan oksigen
5. Perubahan tekanan saat pasien aktivitas
darah 2. Paripheral sensation
6. Waktu pengisian management
kapiler > 3 detik (manajemen sensasi
7. Warna tidak kembali perifer)
ke tungkai 1 menit a. Memonitor perbedaan
setelah tungkai terhadap rasa tajam,
diturunkan. tumpul,panas atau
dingin
Monitor adanya mati
rasa,rasa geli
c. Diskusikan tentang
adanya kehilangan
sensasi atau
perubahan sensasi
d. Minta keluarga untuk
memantau perubahan warna
kulit setiap hari
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
dengan agen cedera tindakan Observasi
biologis keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri
diharapkan mampu secara komprehensif yang
Batasan Karakteristik: menangani masalah meliputi lokasi,
1. Bukti nyeri dengan nyeri dengan KH : karaktristik, durasi,
menggunakan standar 1. Mengenali frekuensi, kualitas,
daftar periksa nyeri kapan nyeri intesitas dan faktor
untuk pasien yang terjadi pencetus
tidak dapat 2. Menggunakan 2. Observasi adanya
menggunakannya tindakan petunjuk non verbal
2. Ekspresi wajah nyeri pencengahan mengenai
(mis : mata kurang 3. Mengenali gejala ketidaknyamanan
bercahaya,tampak yang terkait 3. Kaji pengetahuan
kacau gerakan dengan nyeri pasien mengenai nyeri
mata terpancar 4. Melaporkan 4. Identifikasi skala nyeri
atau tetap pada nyeri terkontrol 5. Kaji faktor yang
satu focus, 5 . Ekspresi memperberat dan
meringis ) wajah nampak memperingan nyeri
3. Hambatan rileks Terapeutik
kemanpuan 1. Berikan tehnik non
meneruskan farmakologi untuk
aktivitas mengurangi nyeri
sebelumnya (pijat,aromaterapi,mus
4. Laporan tentang ik dll )
perilaku nyeri 2. Beri lingkungan yang
perubahan aktivitas nyaman
(mis : anggota 3. Fasilitasi istirahat dan
keluarga, pemberian tidur
asuhan) Edukasi
5. Perubahan pola 1. Jelaskan penyebab dan
tidur pemicu nyeri
6. Kemanpuan tentang 2. Jelaskan strategi
intesitas dan meredakan nyeri
karakteristik nyeri Kolaborasi
menggunakan 1. Kolaborasi pemberian
standar skala nyeri analgetik jika perlu
(mis : skala wong
baker FACES dan
skala penilaian
numerik).
3 Resiko cedera pada ibu Setelah dilakukan 1. Manajemen lingkungan
berhubungan dengan tindakan keperawatan a. Ciptakan lingkungan
faktor resiko internal diharapkan resiko cedera yang aman bagi
(disfungsi integrasi teratasi dengan KH : pasien
sensori) 1. Tidak ada jatuh saat b. Lindungi pasien
sendiri dengan pengangan
2. Tidak ada jatuh saat pada sisi/bantalan
berkerja pada sisi ruangan
3. Tidak jatuh saat ke yang sesuai
kamar mandi c. Letakkan benda yang
sering digunakan
dalam jangkauan
pasien
d. Anjurkan keluarga
atau orang terdekat
tinggal dengan
pasien
2. Perawatan kehamilan
resiko tinggi
a. Kaji kondisi medis
aktual yang
berhubungan dengan
kondisi kehamilan
(misalnya diabetes,
hipertensi dll)
b. Kaji riwayat kehamilan
dan kelahiran yang
berhubungan dengan
faktor resiko
kehamilan (misalnya
premature
preeklamsia dll)
c. Kenali faktor resiko
sosio demografi yang
berhungan dengan
kondisi kehamilan
(misalnya usia
kehamilan,
kemiskinan, ketiadaan
pemeriksaan
kehamilan dll)
d. Kaji
pengetahuan klien
dalam
mengidentifikasi
faktor resiko
4 Risiko Cedera pada Tingkat cedera 1. Pemantauan denyut
Janin dibuktikan Setelah diberikan jantung janin
dengan faktor risiko asuhan keperawatan Observasi
usia ibu (<15 tahun selama 1 x 30 menit a. Identifikasi
atau >35 tahun), paritas diharapkan risiko riwayat obstetric
banyak, riwayat cedera pada janin tidak b. Identifikasi adanya
persalinan sebelumnya, terjadi dengan kriteria penggunaan obat, diet
pola makan yang tidak hasil: dan merokok
sehat, dibuktikan 1. Kejadian c. Identifikasi
dengan hipertensi cedera pemeriksaan
(preeklamsia). menurun (DJJ kehamilan
membaik 120- sebelumnya
160x/menit) d. Periksa denyut
2. Frekuensi gerak jantung janin selama
janin membaik 1 menit
3. Berat badan membaik e. Monitor tanda vital
4. Tanda – tanda vital ibu
dalam rentang Terapeutik
normal a. Atur posisi pasien
a. Status Antepartum b. Lakukan maneuver
setelah diberikan leopold untuk
asuhan keperawatan menentukan posisi janin
selama 1 x 30 menit Edukasi
diharapkan status a. Jelaskan tujuan
antepartum membaik dan prosedur
dengan kriteria hasil: pemantauan
1. Berat badan membaik b. Informasikan hasil
2. Tekanan darah pemantauan, jika
dalam rentang perlu
normal (100 – 140 2. Perawatan kehamilan
mmHg)
3. Frekuensi nadi risiko tinggi
dalam rentang Observasi:
normal (60 – 100 a. Identifikasi faktor
kali per menit) risiko kehamilan
4. Suhu tubuh dalam b. Identifikasi
rentang normal riwayat obstetric
(36,5 c. Identifikasi social
◦ - 37,5 ◦) dan demografi
5. Tanda – tanda vital d. Monitor status fisik

dalam rentang dan psikososial


normal selama kehamilan.
Terapeutik
a. Damping ibu saat
merasa cemas
b. Diskusikan
ketidaknyamanan
selama hamil
c. Diskusikan persiapan
persalinan dan
kelahiran
Edukasi
a. Jelaskan risiko janin
mengalami kelahiran
premature
b. Anjurkan melakukan
perawatan diri untuk
meningkatkan kesehatan
c. Anjurkan ibu untuk
beraktivitas dan
beristirahat yang cukup
d. Ajarkan mengenali tanda
bahaya
Kolaborasi
1. Kolaborasikan dengan
spesialis jika ditemukan
tanda dan bahaya
kehamilan

4 IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan,
pengolahan dan tahap perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan. Implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri,
kolaborasi, dan tindakan rujukan (Bararah, 2013).

5. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
Evaluasi keperawatan adalah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap
diagnosa keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu
evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon
(jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap
perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan.
Evaluasi formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi
terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan di lakukan.
Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S: Subjective yaitu pernyataan
atau keluhan dari pasien, O: Objective yaitu data yang diobservasi oleh perawat
atau keluarga, A: Analisys yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif, P:
Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis
(Nurhaeni, 2013).
BAB III
PENUTUP

B. KESIMPULAN
Preeklamsia merupakan penyulit dalam kehamilan yang kejadiannya
senantiasa tinggi. Faktor ketidaktahuan tentang gejala awal oleh masyarakat
merupakan penyebab keterlambatan pengambilan tindakan yang dapat
berakibat buruk bagi ibu maupun janin.

C. SARAN
Untuk mencegah terjadinya pre ekalmsia atau paling tidak menurunkan
risiko terjadinya preeklamsia pada ibu hamil bs dilakukan sbb : kontrol rutin
selama kehamilan ke dokter atau bidan terdekat untuk mengontrol tekanan
darah dan berat badan,, konsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan kurangi
garam , olahraga ringan sprt jalan santai dan yoga , konsumsi juga suplemen
vitamin ,kalsium dan mineral sesuai advis dokter .
DAFTAR PUSTAKA

Arisfa, R.2018. Skripsi Adaptasi sistem gastrointetinal pada ibu hamil dengan
obesitas di Rumah Sakit Sundari Medan. Diakses pada 8 juni
2022 melalui http://repositori.usu.ac.id

Alfiah & Catur. 2019. Jurnal Kebidanan Influence of Physical and Psychological of Pregnant
Women Toward Health status of Mother and baby. Diakses pada 9
juni 2022 melalui http://ejournal.poltekkessmg.ac.id

Bobak, dkk.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. EGC: Penerbit buku


kedokteran.

Hasian & Yanti. 2019. Modul Keperawatan Maternitas. Diakses pada 8 juni 2022
melalui http://repository.uki.ac.id

Irene, dkk. Perawatan Maternitas dan Ginekologi Edisi 1. EGC: Penerbit buku
kedokteran.
Laila Rahmi & Rahmi Novita Yusuf.2018. Jurnal Iptek Terapan.
Diakses pada 9 juni melalui
https://WWW.researchgate.net/publication

Ni ketut, Esti, Mira, Tiyas, Retnayu, Aria. 2016. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas . Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Nelly Rusdiana.2021. Jurnal Asuhan Keperawatan Risiko Cedera Pada Ibu Hamil
Dengan preeklamsia Berat. Diakses pada 8 juni 2022 melalui
http://repo.poltekkesdepkes

PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai