Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN PRE EKLAMSIA

DI RSUD A.M PARIKESIT

Disusun Oleh :

ADINDA ZALZABILA MUZAKKYAH

NIM. P07224219001

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR

TAHUN 2021

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini tepat pada
waktunya. Terimakasih kepada keluarga, sahabat, seseorang yang saya sayang dan
cintai telah mendukung, menginspirasi dan memberi doanya untuk mengerjakan
tugas saya. Shalawat serta salam kiranya akan selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam pembuatan Laporan Komprehensif yang berjudul “Asuhan


Kebidanan Pada Ibu Dengan Pre Eklamsia” terdapat berbagai pengetahuan
yang disusun dari berbagai sumber. Ini dimaksudkan agar pengetahuan yang
diperoleh tidak terpaku pada satu sumber saja.

Adapun dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak
lain. Untuk itu, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang
terlibat. Saya menyadari makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Mudah-
mudahan makalah ini memenuhi harapan dan bermanfaat bagi kita semua.

Samarinda, 05 Desember 2021

Penyusun
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklamsia merupakan suatu penyakit yang termasuk penyakit di
sebabkan oleh kehamilan, sedangkan sebabnya adalah belum diketahui
secara pasti. Di Indonesia preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian perinatal yang tinggi oleh karena itu diagnosa secara dini
preeklamsi yang merupakan tingkat terdahulu sebelum terjadinya eklamsi.
Sangat perlu untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Penting
untuk diketahui bahwa sindrom preeklamsi ringan antara lain
hipertensi ,edema dan protein uri sering tidak diketahui atau tidak
diperhatikan oleh wanita hamil.
Akan tetapi dengan pemeriksaan kehamilan yang rutin dapat
diketahui secara dini oleh bidan dan komplikasinya dapat pula di cegah
sedini mungkin. Oleh karena preeklamsi banyak menimbulkan gangguan
dan bahkan menimbulkan kematin juga, maka penulis mengangkat atau
mengambil PEB sebagai asuhan kebidanan. 
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama jumlah
kematian dan jumlah individu perinatal di Indonesia. Sampai saat sekarang
penyakit preeklampsia masih merupakan masalah kebidanan yang belum
dapat terpecahkan secara tuntas. Preeklampsia merupakan penyakit yang
angka kejadiannya di setiap negara berbeda-beda. Angka kejadian lebih
banyak terjadi di negara berkembang dibanding pada negara maju
(Situmorang, dkk, 2016).

Preeklampsia salah satu sindrom yang dijumpai pada ibu hamil di


atas 20 minggu terdiri dari hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa
edema (Tigor, 2016) . Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul
pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari hipertensi,
4

proteinuria, dan edema yang kadang-kadang disertai kejang sampai koma,


ibu tersebut tidak menunjukkan tanda tanda kelainan vascular atau
hipertensi sebelumnya (Muchtar dalam Rukiyah, 2010).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin


dengan Pre-Eklamsia Berat dengan menggunakan pola pikir ilmiah
melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney serta
mendokumentasikan asuhan kebidanan menggunakan catatan SOAP.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori PEB
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada
ibu bersalin dengan PEB menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan menurut varney
c. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
PEB menggunakan catatan SOAP
e. Melakukan pembahasan antara teori dan kasus yang diasuh
5

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan


Preeklamsia Berat

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :

Umur : < 20 tahun atau > 35 tahun

Faktor yang mempengaruhi preeklamsia


diantaranya usia ibu kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun. (Manuaba, 2012).

Agama :

Suku/Bangsa :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

2. Keluhan Utama:
Ibu mengeluhkan sakit kepala, mual, muntah,
pembengkakan pada wajah dan tangan, penglihatan kabur,
nyeri epigastrium, sesak napas, gerakan janin berkurang
(Cunningham, 2006 ; Manuaba, 2012 & Marmi, 2011).

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan yang Lalu :
 Hipertensi :
6

Hipertensi yang dimiliki oleh ibu dengan


bertambahnya usia kehamilan dapat menyebabkan
preeklamsia (Marmi, 2011).

Penyakit hipertensi yang sudah ada sebelum ibu


hamil (Sarwono, 2009).

 Penyakit Ginjal :
Penyakit ginjal yang sudah ada sebelum ibu hamil
(Sarwono, 2009).

 Diabetes Melitus :
Pada ibu dengan penyakit DM. Hal ini merupakan
faktor pencetus dan faktor yang memperberat
preeklamsia pada ibu (Manuaba, 2012).

 Lupus atau rematoid arthritis (Manuaba, 2012)


b. Riwayat kesehatan sekarang
Hal – hal yang perlu di kaji :

 Mulai kapan ibu mengalami tekanan darah


tinggi?
 Kapan ibu mulai merasakan keluhan sakit
kepala?
 Kapan ibu mulai merasakan keluhan mual dan
muntah?
 Kapan ibu mulai mengalami keluhan
pembengkakan pada wajah dan tangan?
 Berapa kenaikan berat badan ibu selama
kehamilan ?
7

 Kapan ibu mulai merasakan keluhan


penglihatan kabur?
 Kapan ibu mulai merasakan keluhan nyeri pada
ulu hati ?
 Kapan ibu mulai merasakan gerakan janin
berkurang?
Preeklamsia timbul dengan tanda tekanan darah
tinggi yang dimulai sejak usia kehamilan di atas 20
minggu (Sarwono, 2009)

Selama kehamilan ibu mengalami tekanan darah


tinggi yang berujung pada preeklamsia dimanana
dengan semakin tuanya usia kehamilan tekanan
darah tinggi tersebut di sertai proteinuria (Manuaba,
2012).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Pre eklamsi / Eklamsia

 Riwayat keluarga pernah mengalami preeklamsia atau


eklamsia (Sarwono, 2009).
Hipertensi

 Keluarga memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Dimana


tekanan darah tinggi ini merupakan faktor resiko atau
faktor herediter yang dapat memperburuk keadaan ibu
hamil dan bersalin sehingga menyebabkan preeklamsia.
Diabetes Melitus

 Ibu akan memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena


DM apabila dari keluarga ibu juga memiliki riwayat DM
8

dan ini akan menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya


preeklamsia pada ibu.
Gemelli

 Riwayat keluarga hamil kembar diamana hamil kembar ini


akan menurun. Ibu yang hamil dengan janin gemeli dapat
menjadi faktor resiko terjadinya PEB (Manuaba, 2012).

5. Riwayat Menstruasi :
- Riwayat siklus, lama, dan jumlah menstruasi klien.
Wanita sering kali keliru mengartikan bercak darah
akibat implantasi sebagai periode menstruasi, meski
menstruasi ini sangat berbeda dari menstruasi yang biasa
ia alami.

- HPHT :
- TP :
- Usia Kehamilan :
HPHT merupakan dasar untuk menentukan usia
kehamilan dan perkiraan tafsiran partus. (Varney, 2006).
HPHT digunakan untuk melihat seberapa tuanya usia
kehamilan ibu karena semakin tua usia kehamilan kejadian
akan meningkat untuk kasus preeklamsia (Sarwono,
2009).

Taksiran persalin dan usia kehamilan merupakan


data dasar dalam mengevaluasi ukuran kandungan, apakah
persalinan cukup bulan atau premature, dan kemungkinan
komplikasi untuk jumlah minggu kehamilan.

PEB mengalami peningkatan vaskularisasi dimulai


umur kehamilan 20 minggu, tetapi preeklamsi dideteksi
9

umumnya pada trimester III (Sarwono, 2009). Kejadian


preeklamsia makin meningkat dengan makin tuanya usia
kehamilan (Manuaba, 2012).

6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
N
o Sua An U Peny Jeni Pnl Tmp Peny J BB/ H M Abnormali Laktas Peny
mi k K s g t K PB tas i

 Primigravida
 Molahidatidosa
 Hamil kembar
 Makrosomia
 Hidramnion
Preeklamsia dan eklamsia lebih banyak terjadi pada
primigravida, hamil kembar dan molahidatidosa (Sarwono,
2009).

Berbagai faktor yang mempengaruhi preeklamsia


berat antara lain jumlah primigravida terutama pada
primigravida muda, distensi rahim berlebihan : hidramnion,
hamil kembar, dan molahidatidosa (Manuaba, 2012).

7. Riwayat Kontrasepsi:
Hormonal
10

 Pada ibu dengan akseptor kontrasepsi hormonal


memiliki resiko untuk terkena tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi ibu dapat menetap dengan
demikian jika ibu akseptor KB hormonal yang
mengalami tekanan darah tinggi hamil, ibu tersebut
dapat mengalami preeklamsia (Manuaba, 2012).

8. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan

Nutrisi Nafsu makan berkurang.

Ibu dengan PEB akan mengalami nafsu makan yang


berkurang karena pada ibu PEB mengalami
ketidaknyamanan berupa nyeri epigastrium, mual dan
muntah yang menyebabkan asupan nutrisi berkurang
(Sarwono, 2009)

Eliminasi BAK : Oligourine, urine < 400 cc/24 jam

Volume urine berkurang. Ibu PEB mengalami


perubahan ginjal yaitu spasme arteriol dimana filtrasi
glomerulus berkurang yang menyebabkan volume
urine berkurang (Manuaba, 2012).

Oligouria dan anuria terjadi karena hipovolemia


sehingga aliran darah ke ginjal menurun yang
mengakibatkan produksi urine menurun (oligouria),
bahkan dapat terjadi anuria. Berat ringannya oligouria
menggambarkan berat ringannya hipovolemia. Hal ini
berarti menggambarkan pula berat ringannya
preeklamsia. Pemberian cairan intravena hanya
11

karena oligouria tidak dibenarkan (Sarwono, 2009).

Istirahat Ibu menjadi sering istirahat.

Ibu banyak beristirahat karena ibu PEB mengalami


pengelihatan yang kabur, nyeri kapala yang hebat, dan
keluhan – keluhan lainnya (Sarwono, 2009).

Aktivitas Aktivitas terganggu.

Ibu akan banyak meminta bantuan kepada


keluarganya. Ibu PEB mengalami pengelihatan yang
kabur, nyeri kapala yang hebat, dan keluhan –
keluhan lainnya (Sarwono, 2009). Hal ini akan
mengganggu aktivitas yang biasa ibu lakukan.

Personal hygiene Personal Hygiene kurang.

Akibat keluhan yang ditimbulkan penyakit


preeklamsia (Manuaba, 2012).

Seksualitas Libido berkurang.

Kurangnya hasrat untuk melakukan hubungan seksual


karena tubuh ibu sendiri mengalami banyak
ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh penyakit
preeklamsia (Manuaba, 2012).

9. Riwayat Psikososiokultural Spiritual :


 Riwayat Pernikahan
Pernikahan keberapa, lama menikah, status
pernikahan sah/tidak. Ibu yang menikah lebih dari 1 kali
akan beresiko terkena tekanan darah tinggi.
12

 Kehamilan direncanakan/tidak
Bagaimana respon klien dan keluarga terhadap
kehamilan, kehamilan direncanakan atau tidak, diterima
atau tidak.

 Bagaimana Psikis Ibu Menghadapi Kehamilannya.


Bagaimana adat istiadat yang ada dilingkungan
keluarga sekitar. Apakah ibu percaya terhadap mitos atau
tidak.

Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun


lingkungan masyarakat yang merugikan atau memberikan
pengaruh negatif pada kehamilan ibu.

B. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Sedang sampai koma.

Pada wanita hamil atau bersalin dengan preeklamsia akan


mengalami kesadaran yang menurun sampai koma (Sarwono,
2009).

Tanda vital

Vital Score Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4

Tekanan Berat Sedang Ringan


darah

Sistole ≥ 200 / < 140-200 100-140


100

Diastole ≥ 110 / < 90-110 50-90


50

Nadi ≥ 120 100-120 80-100


13

Temperatur ≥ 40 38,5-40 ≤ 38,5

Pernafasan ≥ 40 / < 16 Irregular atau pola 29-40 16-28


pernafasan
abnormal

Tingkat GCS 3-4 GCS 5-7 GCS ≥ 8


kesadaran

Keterangan :

1) Total skor ≥ 10 : saat yang optimal untuk terminasi kehamilan.


Total skor < 10 : persalinan ditunda, bila selama 4
jam tidak ada perbaikan maka persalinan
perabdominam lebih diutamakan. (Buku Pedoman
FK Unmul)

Antropometri :

- Tinggi Badan :
- Berat Badan Sebelum Hamil
- Berat Badan Sekarang :
 Kenaikan > 15 kg selama kehamilan
Bila peningkatan berat badan selama hamil melebihi
15 kg maka dapat menjadi faktor resiko terjadinya
preeklamsia (Halen Varney,Dkk,2008).

 Obesitas
Obesitas merupakan faktor yang mempengaruhi
terjadinya preeklamsia pada ibu (Manuaba, 2012).

- Ukuran lila : > 33 cm


Pada ibu dengan LILA > 33 cm masuk pada kriteria
obesitas. Dimana obesitas merupakan faktor resiko
14

timbulnya kajadian preeklamsia berat (Marmi,


2011).

2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi

Wajah : Oedema pada wajah

Terjadi penumpukan cairan ekstrasel


pada ibu PEB yaitu pada area wajah,
tangan dan kaki (Manuaba, 2012).

Spasme arteriole menyebabkan aliran


darah ke ginjal menurun sehingga filtrasi
glomerulus berkurang. Penyerapan air
dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air
dan garam, edema pada tungkai, tangan,
wajah, paru dan organ lain (Marmi,
2011).

Mata : Retina : Pengelihatan kabur

Spasme arteriole, oedema sekitar


diskus optikus, ablasio retina (lepasnya
retina), menyebabkan pengelihatan kabur
(Manuaba, 2012).

Hidung : Pernafasan cuping hidung

Pada paru–paru terjadi berbagai


tingkatan oedema, bronchopneumonia,
sampai abses yang menimbulkan sesak
nafas sampai sianosis (Manuaba, 2012).
15

Dada : Terdapat tarikan dinding dada

Pada paru–paru terjadi berbagai


tingkatan oedema, bronchopneumonia,
sampai abses yang menimbulkan sesak
nafas sampai sianosis (Manuaba, 2012).

Genetalia : Blood show, cairan ketuban, jaringan


parut (Sarwono,2002 : Helen varney,
Dkk , 2006:674)

Ekstremitas : Oedema jaringan pada bagian kaki


dan tangan

Oedema terjadi karena


hipoalbuminemia atau kerusakan sel
endotel kapilar. Edema yang patologik
adalah edema yang nondependen pada
muka dan tangan atau edema generalisata,
dan biasanya disertai dengan kenaikan
berat badanyang cepat (Sarwono, 2009).

Disebabkan oleh penimbunan air


yang melebihi dalam ruangan intestinal
belum diketahui sebabnya, mungkin
karena retensi air dan garam (Marmi,
2011).

Palpasi

Kepala : Nyeri tekan pada daerah frontalis

Hal ini disebabkan oleh spasme


pembuluh darah arteriole otak yang
menyebabkan anemia pada jaringan otak,
16

perdarahan dan nekrosis, menimbulkan


nyeri kepala yang berat (Manuaba, 2012).

Biasanya ibu pre-eklamsia


mengeluhkan sakit kepala di daerah frontal
(Marmi, 2011).

Wajah : Oedema

Terjadi penumpukan cairan ekstrasel


pada ibu PEB yaitu pada area wajah, tangan
dan kaki (Manuaba, 2012).

Abdomen : Nyeri tekan pada epigastrium

Rasa nyeri pada epigastrium karena


perdarahan subkapsuler (Manuaba, 2012).

 TFU Mc-Donald : (Menggunakan


Midline)
20 cm = 20 minggu UK

23 cm = 24 minggu UK

26 cm= 28 minggu UK

30 cm = 32 minggu UK

33cm = 36 minggu UK ( Obstetri


fisiologi,1983: 164)

 Leopold I : TFU menggunakan Jari :


Sebelum 12 minggu belum dapat diraba
dari luar
17

UK 12 minggu fundus uteri teraba 1-2 jari


atas symphysis UK 16 minggu teraba
pertengahan antara syim-pusat

UK 20 minggu teraba 3 jari bawah pusat

UK 24 minggu teraba setinggi pusat

UK 28 minggu teraba 3 jari atas pusat

UK 32 minggu teraba pertengahan PX-


Pusat

UK 36 minggu teraba 3 jari bawah PX

UK 40 minggu teraba pertengahan PX-


Pusat (obstetri fisiolofi ,1983; 162)

Pada fundus teraba bagian lunak, kurang


bulat, dan kurang melenting.(Bokong)

 Leopold II : Teraba bagian panjang dan


keras seperti papan (Punggung) pada
sebelah kanan/kiri ibu dan sebaliknya
teraba bagian kecil janin(ekstremitas).
 Leopold III : Pada SBR, teraba bagian
keras, bulat dan melenting (Kepala), bagian
ini masih/ sudah tidak dapat digoyangkan.
 Leopold IV : Bagian terendah janin sudah
masuk PAP (Divergen) atau belum masuk
PAP( Konvergen).
 Penurunan Kepala Janin:
 5/5 jika bagian terbawah janin
seluruhnya teraba di atas simfisis
pubis.
18

 4/5 : jika sebagian (1/5) bagian


terbawah janin telah memasuki
pintu atas panggul.
 3/5 : jika sebagian (2/5) bagian
terbawah janin telah memasuki
rongga panggul
 2/5 : jika hanya sebagian dari bagian
terbawah janin masih berada diatas
simfisis dan (3/5) bagian telah turun
melewati bidang tengah rongga
pangul.
 1/5 : jika hanya 1 dari 5 jari masih
dapat meraba bagian terbawah janin
yang berada diatas simfisis dan 4/5
bagian telah masuk kedalam rongga
panggul.
 0/5 : jika bagian terbawah janin
sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian
terbawah janin sudah masuk
kedalam rongga panggul.
 TBBJ : > 4000 gram.
Salah satu factor resiko PEB ialah
janin besar( Sarwono,2009)

TBJ (gr) = (TFU-11)x155, jika kepala


sudah masuk ke dalam panggul

TBJ (gr) = (TFU-12)x155, jika kepala


masih diatas spina ischiadika

 HIS : Hiperstimulasi uterus


19

Menurut Saifuddin, 2002 ,


misoprostol 200 mg digunakan untuk
pematangan serviks dan hanya digunakan
pada kasus-kasus tertentu misalnya Pre
eklamsi berat atau eklamsi dan serviks
belum matang.

Misoprostol mengakibatkan hiperstimulasi


uterus. (Nataprawira, 1998).

3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Dalam

Tanggal : Jam :

Vulva,vagina : tampak membuka

Pengeluaran pervaginam : lendir darah, cairan


ketuban

Dinding vagina : tidak oedema

Pembukaan : 1-10 cm

Effacement : 0 - 100%

Ketuban : jernih/mekonium/utuh

Presentasi : belakang kepala

Denominator : UUK kiri/kanan depan

Tidak teraba bagian terkecil janin

Hodge : III/IV
20

 Periksa genetalia eksterna, perhatikan apakah ada luka


atau massa termasuk kondiloma, varikositas vulva atau
rectum, atau luka parut di perineum. Nilai cairan
vagina apakah ada bercak darah, perdarahan
pervaginam, atau mekonium. Nilai vagina apakah ada
luka parut atau tidak. Nilai pembukaan dan penipisan
serviks. Nilai kondisi ketuban dan kondisi air
ketuban jika sudah pecah. Pastikan tidak teraba tali
pusat dan/ atau bagian-bagian kecil (tangan atau
kaki). Nilai penurunan bagian terbawah janin dan
tentukan apakah bagian tersebut sudah masuk ke dalam
rongga panggul. Jika bagian terbawah adalah kepala,
pastikan penunjuknya (UUK, UUB, fontanela magna)
dan celah(sutura sagitalis) untuk menilai derajat
penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala, dan
apakah ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan
lahir. (APN,2008)
 Menentukan letak, presentasi, posisi, dan variasi janin
merupakan informasi dasar yang esensial dan keadaan
ketuban utuh atau sudah pecah (Varney, 2008:681)
 Pemeriksaan dalam selama persalinan juga memberi
informasi lain tentang adaptasi janin terhadap pelvis,
khususnya sinklitisme, asinklitisme kepala janin dan
luas molase atau kaput suksedaneum (Varney,
2008:681)

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
21

 Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar


normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah
12-14 gr% )
 Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37 – 43 vol
%)
 Trombosit menurun (nilai rujukan 150 – 450
ribu/mm3)
2) Urinalisis
 Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi hati
 Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl)
 LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
 Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
 Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT)
meningkat (N= 15-45 u/ml)
 Serum glutamat oxaloacetic trasaminase
(SGOT) meningkat (N= <31 u/l)
 Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)
4) Tes kimia darah
 Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
b. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,
dan volume cairan ketuban sedikit.

2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.

(Cunningham, 2006).
22

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis :

G… Papah, UK … Minggu, inpartu (kala I Fase Laten/Aktif


(akselerasi/dilatasi maksimal/deselerasi) dengan PEB

Janin tunggal/ganda , hidup/mati , intra uterine/ekstra uterine

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Pada Ibu :

 Eklamsia
 Ruptur Uteri (Wildan dan Hidayat, 2008)
Antisipasi : persiapan heating set dan kolaborasi dengan dokter
bila ada komplikasi dalam proses persalinan seperti ruptur
uteri.

 Perdarahan
Pada Janin :

 Prematur
 Hipoksia
 Kematian dalam uterus
Peningkatan angka kematian dan kesakitan
perinatal(Cunningham, 2005)

 Fetal distress( Nataprawira, 1998)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


 Induksi Persalinan
Dilakukan jika ada indikasi untuk dilakukannya
penanganan aktif pada pasien PEB (Buku Panduan FK Unmul)
23

 Pemberian dosis awal MgSO4


(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2002)

V. INTERVENSI
1. Pasang kateter pada klien
RASIONAL : Pasien dengan pemberian terapi sedativa seperti
MgSO4 harus dilakukan pemasangan kateter untuk memantau
volume urine yang keluar (Manuaba, 2012).

2. Pemberian dosis awal MgSO4


RASIONAL : MgSO4, depresan SSP, menurunkan pelepasan
asetilkolin, mem-blok transmisi neuromuscular dan mencegah
kejang. Ini mempunyai efek sementara menurunkan tekanan darah
dan meningkatkan haluaran urine dengan mengubah respon
vascular pada substansi yang menekan. (Marilynn Doenges, 2001)

3. Observasi TTV dan KU ibu


RASIONAL : Pemeriksaan TTV dan KU berguna untuk
memantau kondisi pada ibu bersalin dengan PEB (Marilynn
Doenges, 2001)

4. Pantau kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin


menggunakan
RASIONAL: memantau kemajuan persalinan (Varney, 2007)

5. Monitoring tanda – tanda keracunan MgSO4 (Marmi, 2011)


RASIONAL : kadar terapeutik dari MgSO4 dicapai dengan kadar
serum 4,0 – 7,5 mEq/L atau 6 sampai 8 mg/dl. Reaksi
merugikan/toksik terjadi diatas 10-12 mg/dl, yang pertama terjadi
adalah kehilangan refleks paralisis pernafasan antara 15 sampai 17
24

mg/dl, atau blok jantung terjadi pada 30 sampai 35 mg/dl.


(Marilynn Doenges, 2001)

6. Kolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan ibu bersalin


dengan PEB atau pemberian terapi
RASIONAL : Agar penanganan pada pasien sesuai dengan
kondisinya.

VI. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan


rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan


asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP

Anda mungkin juga menyukai