Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN DISKUSI CASE BASED LEARNING

PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN (PBL)


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN IBU HAMIL DENGAN
PREEKLAMSIA
Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktik Belajar Lapangan
Dosen Pengampu : Aprilia Kartikasari, S.Kep., Ns., M. Kep.

Disusun Oleh :
1. Aniq Dzakirotuzzakiya I1B019007
2. Noor Afifatul Khiyaroh I1B019017
3. Silvia Tri Wahyu Christaputri I1B019027
4. Putri Juniar Pangesti I1B019033
5. Lisa Qoriana Rohmani I1B019037
6. Ika Dithania Purwati I1B019054
7. Afriana Hagisimijau I1B019075
(Tidak hadir CBL dan tidak ikut mengerjakan tugas)

Kelompok 2 Keperawatan Reguler A 2019

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Morbiditas dan mortalitas kematian ibu dan janin masih kerap terjadi
dan tergolong masih tinggi di Indoneisa. Seperti disebutkan dalam
penelitian Lombo et al., (2017) bahwa pada tahun 2012, angka kematian ibu
di Indonesia terjadi sekitar 359 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka ini
masih belum memenuhi target MDG dalam menurunkan angka kematian
ibu yaitu 120 per kelahiran hidup tahun 2015. Menururt data WHO (World
Health Organization), umumnya kematian ibu terjadi akibat adanya
komplikasi baik saat maupun pasca kehamilan, dimana 77% dari total kasus
kematian ibu paling banyak disebabkan karena pendarahan, preeklampsia,
infeksi, komplikasi persalinan, serta aborsi yang tidak aman (WHO, 2020
dalam Sholihah, 2022). Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas
kematian ibu dan janin adalah preeklampsia (Lombo et al., 2017).
Preeklampsia merupakan hipertensi pada usia kehamilan 20 minggu
atau setelah persalinan dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg yang di
lakukan dalam 2 kali pengukuran dalam selang waktu 4 jam dan disertai
proteinuria yaitu 300 mg protein dalam urin selama 24 jam (Lombo et al.,
2017). Preeklampsia terbagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia
berat. Angka hipertensi pada kehamilan dari tahun ke tahun kian meningkat,
hal ini menandakan bahwa risiko terjadinya preeklampsia meningkat. Hal
ini dapat dilihat dari data dan informasi Kementerian Kesehatan bahwa
angka hipertensi pada kehamilan yang terus meningkat dari tahun 2010
hingga 2013, dimana pada tahun 2010, angka hipertensi pada ibu hamil
adalah 21,5%, pada tahun 2011 hipertensi pada ibu hamil naik menjadi
24,7%, pada tahun 2012 adalah 26,9%, dan pada tahun 2013 mencapai
27,1% (Lombo et al., 2017).
Preeklampsia dapat berdampak buruk pada ibu dan janin baik itu
pada saat hamil, melahirkan, maupun pasca melahirkan. Pada ibu yang
mengalami preeklamsia-eklamsia dapat berdampak buruk seperti adanya
edema pada paru, nekrosis pada hati, kerusakan jantung, terjadinya sindrom
HELLP pada ibu, serta kelainan pada ginjal (Astuti, 2015 dalam
Rakhmawati & Wulandari, 2021). Kematian ibu akibat preeklampsia
sebenarnya dapat dicegah, jika sang ibu mendapatkan penanganan yang
tepat. Oleh karena itu, asuhan Ante Natal Care sangat perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi faktor resiko pada ibu hamil salah satunya yaitu
permasalahan preeklamsia. Diperlukan asuhan keperawatan yang tepat
sehingga dapat mengurangi kejadian resiko tinggi preeklamsia berat yang
berdampak pada kematian ibu dan janin (Muhani & Besral, 2019) dalam
(Sholihah, 2022).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisis asuhan keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, serta intervensi keperawatan yang
tepat pada pasien dengan diagnosa medis preeklamsia.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan Case Based Learning, mahasiswa diharapkan
mampu untuk:
a. Mengetahui konsep penyakit preeklamsia
b. Mengetahui tanda dan gejala penyakit preeklamsia
c. Mengetahui faktor risiko preeklamsia
d. Melakukan Pengkajian pada pasien preeklamsia
e. Mengetahui diagnosa keperawatan yang sesuai pada pasien
preeklamsia sesuai kasus
f. Mengetahui intervensi keperawatan yang sesuai pada pasien
dengan preeklamsia sesuai kasus

C. Manfaat
Hasil dari Case Based Learning yang sudah dilakukan dan didiskusikan
diharapkan dapat:

1. Menjelaskan terkait penyakit preeklamsia


2. Digunakan sebagai pedoman materi bahan ajar bagi mahasiswa
keperawatan terkait materi asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis preeklamsia
3. Digunakan sebagai dasar bagi perawat dalam memberikan
intervensi keperawatan kepada pasien dengan diagnosa medis
preeklamsia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Preeklampsia adalah kelainan multisistemik yang terjadi pada
kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi dan edema, serta dapat
disertai proteinuria. Preeklamsia ini biasanya terjadi pada usia kehamilan 20
minggu ke atas atau triwulan ketiga dari kehamilan, tersering pada
kehamilan 37 minggu ataupun dapat terjadi sesudah
persalinan. Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan yang
terutama berkaitan dengan berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme
dan aktivasi endotel, yang bermanifestasi dengan adanya peningkatan
tekanan darah dan proteinuria. Preeklamsia dapat berkembang dari ringan,
sedang, sampai berat, yang dapat berlanjut menjadi eklampsia (Lalenoh
2018). Diperkirakan preeklampsia menyebabkan kematian pada 50.000-
60.000 ibu hamil. Selain itu, hipertensi pada kehamilan merupakan
kontributor utama prematuritas. Preeklampsia diketahui merupakan faktor
risiko penyakit kardiovaskular dan metabolik pada perempuan. Insidens
eklamsia adalah 1-3 dari 1.000 pasien preeklampsia (Tanto et al. 2014).
Superimposed preeklampsia adalah kondisi dimana ditemui gejala
dan tanda hipertensi yang disertai dengan proteinuria setelah kehamilan 20
minggu ke atas, pada wanita yang sebelumnya sudah mengalami hipertensi
kronis. Penderita preeklampsia berat yang menunjukkan tanda dan gejala ke
arah kejang disebut impending eklampsia atau imminent eklampsia. Tanda-
tanda ancaman eklampsia berat dapat berupa nyeri kepala berat, gangguan
visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, serta kenaikan tekanan darah
yang progresif (Lalenoh 2018).

B. Faktor Risiko
Menurut Tanto et al. (2014), faktor risiko preeklampsia antara lain:
1. Primipara;
2. Riwayat kehamilan dengan preeklampsia;
3. Hipertensi kronis atau penyakit ginjal kronis atau keduanya;
4. Riwayat trombofilia;
5. Kehamilan multifetus;
6. Fertilisasi in vitro;
7. Riwayat preeklampsia pada keluarga
8. Diabetes tipe I atau tipe II;
9. Obesitas;
10. Lupus eritematosus sistemik;
11. Usia kehamilan ibu tua (lebih dari 40 tahun)
C. Dampak
Preeklampsia memberikan banyak dampak buruk pada ibu dan janin
yang dikandungnya. Pada janin preeklampsia-eklampsia dapat
menyebabkan berat badan lahir yang rendah, hal ini diakibatkan karena
spasmus arteriol spinalis deciduas menurunkan aliran darah ke arah
plasenta, yang dapat menyebabkan adanya gangguan pada fungsi plasenta.
Kerusakan plasenta ringan mampu menyebabkan hipoksia pada janin,
keterbatasan pertumbuhan intrauterine (IUGR), sehingga jika kerusakan
plasenta semakin parah dapat menyebabkan terjadinya prematuritas,
dismaturitas, dan IUFD atau kematian janin dalam kandungan (Rakhmawati
& Wulandari, 2021). Sebaliknya pada ibu yang mengalami preeklamsia-
eklamsia dapat memberikan dampak berupa solusio plasenta, abruptio
plasenta, hipofibrinogrmia, hemolisis, terjadinya perdarahan pada otak,
kerusakan pada pembuluh kapiler mata hingga menyebabkan kebutaan,
adanya edema pada paru, nekrosis pada hati, kerusakan jantung, terjadinya
sindrom HELLP pada ibu, serta kelainan pada ginjal (Astuti, 2015 dalam
Rakhmawati & Wulandari, 2021).

D. Pencegahan
Menurut (Sagita, 2020) menyebutkan bahwa pencegahan
preeklampsia masih sukar untuk dilakukan, namun pada preeklampsia berat
dan eklampsia dapat dihindarkan dengan melalui pengenalan secara dini
terkait penyakit ini dan dilakukan penanganan secara sempurna sehingga
hal ini mampu untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan terhadap
ibu dan janin. Meski belum ada cara yang pasti untuk mencegah kejadian
preeklampsia pada ibu hamil, namun ada beberapa faktor yang
berkontribusi dalam mengontrol tekanan darah tinggi selama kehamilan,
yaitu dengan cara mengurangi jumlah garam yang ditambahkan kedalam
makanan yang dikonsumsi ibu hamil, menghindari gorengan,
memperbanyak asupan air putih sebanyak 8-10 gelas sehari, beristirahat
yang cukup, olahraga yang teratur serta menghindari alkohol dan kafein
(Harahap & Situmeang, 2022). Menurut (Rakhmawati & Wulandari, 2021)
ada pula pencegahan dalam medical yang dapat dilakukan untuk mencegah
preeklampsia yaitu dengan cara melakukan diet suplemen yang memiliki
kandungan minyak ikan kaya akan asam lemak tidak jenuh. Ibu hamil juga
perlu makanan yang mengandung antioksidan yang tinggi serta rutin untuk
mengkonsumsi kalsium (Harahap & Situmeang, 2022). Selain itu,
kunjungan antenatal yang dilakukan untuk pemantauan dan pengawasan
minimal empat kali selama kehamilan juga perlu dilakukan ibu hamil untuk
mengetahui dan mendeteksi serta mencegah terjadinya preeklampsia,
sehingga peran tenaga kesehatan sangat penting mengenai hal ini (Sagita,
2020).
E. Penanganan
Penatalaksanaan Pre-eklamsia salah satunya adalah dengan
pemberian Magnesium Sulfat (MgSO4). Disebutkan dalam penelitian
(Ninike, 2019) bahwa pasien yang mengalami hipertensi pada saat masa
kehamilan perlu diberikan penatalaksanaan optimal dengan cara diobservasi
mengenai tanda dan gejala yang ada sehingga diagnosis dapat ditegakkan
dan diberikan penatalaksanaan yang sesuai salah satunya adalah MgSO4.
Pemberian ini bertujuan untuk mencegah kejang dan kejang berulang yang
lebih baik dibandingkan antikovulsan lainnya. Diperkuat oleh Bain,
Middleton, dan Crowther pada 2013 yang menyatakan bahwa pemberian
magnesium sulfat pada antenatal juga tidak menunjukkan efek samping
serius seperti kematian ibu, henti jantung, atau henti napas namun
menimbulkan efek samping yang lebih minimal yaitu flushing. Menurut
WHO pada 2011, penggunaan magnesium sulfat dapat diberikan melalui
intravena (IV) dan intramuscular (IM). Namun di Indonesia penggunaan IM
sudah dikurangi karena menimbulkan nyeri. Prawirohardjo menyebutkak
bahwa sebelum diberikannya MgSO4, harus disediakan antidotum terlebih
dahulu untuk mengantisipasi intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10% dalam
10 cc yaitu 1 gram. Apabila terdapat tanda-tanda intoksikasi maka tindakan
perlu dihentikan. MgSO4 ini bermanfaat sebagai vasodilator, meredakan
vasokonstriksi dan melindungi sawar darah otak untuk mengurangi
pembentukan edema serebral yang dapat menyebabkan kejang dan
bertindak sebagai antikonvulsan (Euser & Cipolla, 2009 dalam (Ninike,
2019)). Penatalaksanaan yang kedua yaitu dengan pemberian rendaman
kaki yang dapat mengurangi tekanan darah pada ibu hamil dengan
preeklamsia (Aksianty et al., 2022).
Selanjutnya disebutkan mengenai prosedur penatalaksanaan
preeklamsia berat menurut (Imelda and Putriana, 2018) :
➢ Perawatan konservatif
1. Indikasi Pada kehamilan <> = 180 mmHg atau diastole > = 110
mmHg
2. Pengobatan
a. Di kamar bersalin (selama 24 jam)
1) Tirah baring
2) Infus RL (Ringer Laktat) yang mengandung 5%
dekstrosa, 60- 125 cc/jam,
3) 10 gr MgS04 50% i.m. sebagai dosis awal diulangi
dengan dosis 5 gr MgSO4 50% i.m. setiap 6 jam, s/d
24 jam pascapersalinan (kalau tidak ada kontra
indikasi pemberian MgS04
4) Diberikan anti hipertensi: yang digunakan:
a) Klonidin suntikan i.v. (1 ampul mengandung
0,15 mg/cc), tersedia di kamar bersalin,
dilanjutkan tablet
b) Nifedipin 3 x 10 mg (pilihan pertama) atau
tablet Metildopa 3 x 250 mg)
c) Bila sistole > = 180 mmHg atau diastole > =
110 mm Hg digunakan injeksi 1 ampul
Klonidin yang mengandung 0,15 mg/cc.
Klonidin 1 ampul dilarutkan dalam 10 cc
lar.aquadest (untuk suntikan). Disuntikan :
mula-mula 5 cc i.v. perlahan-lahan selama 5
menit. 5 menit kemudian tekanan darah
diukur, bila belum ada penurunan maka
diberikan lagi sisanya 5 cc i.v. dalam 5 menit
sampai tekanan darah diastole normal.
d) Dilakukan pemeriksaan lab. tertentu (fungsi
hepar dan ginjal) dan produksi urine 24 jam.
e) Konsultasi dengan spesialis Mata, Jantung
atau yang lain sesuai indikasi.
b. Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal di Ruang
Bersalin setelah 24 jam masuk ruangan bersalin)
1) Tirah baring
2) Obat-obatan:
a) Roboransia: multivitamin
b) Aspirin dosis rendah 1 x 87,5 mg per hari
c) Antihipertensi (Klonidin 0,15 mg i.v.
dilanjutkan Nifedipin 3 x 10 mg atau
Metildopa 3 x 250 mg)
3) Pemeriksaan lab.:
a) Hb, PCV dan hapusan darah tepi
b) Asam urat darah
c) Trombosit
d) Fungsi ginjal/hepar
e) Urine lengkap
f) Produksi urine per 24 jam, penimbangan BB
setiap hari
g) Diusahakan pemeriksaan AT III
h) Pemeriksaan Lab dapat diulangi sesuai
dengan keperluan.
4) Diet tinggi protein, rendah karbohidrat
5) Dilakukan penilaian kesejahteraan janin.
6) Perawatan konservatif dianggap gagal bila:
a) Adanya tanda-tanda impending eklampsia
b) Kenaikan progresif dari tekanan darah
c) Adanya Sindrom Hellp
d) Adanya kelainan fungsi ginjal
e) Penilaian kesejahteraan janin jelek

➢ Perawatan aktif
1. Indikasi
a. Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek
b. Adanya gejala-gejala impending eklamsia
c. Adanya Sindrom Hellp
d. Kehamilan aterm (> 38 mg) Apabila perawatan konservatif
gagal (lihat 3)
2. Pengobatan medisinal
a. Segera rawat inap
b. Tirah baring miring kesatu sisi
c. Infus RL yang mengandung 5% Dekstrosa dengan 60-125
cc/jam
d. Pemberian anti kejang: MgS04
Dosis awal:
1) MgSO4 20% 2 gr.i.v.
2) MgSO4 50% 10 gr i.m. pada bokong kanan/kiri
(masingmasing 5 gr)
Dosis ulangan:
1) MgSO4 50% 5 gr.i.m.diulangi tiap 6 jam setelah dosis awal
s/d 6 jam pasca persalinan.
Syarat pemberian:
a) Refleks patela (+)
b) Respirasi > 16/menit
c) Urine sekurang-kurangnya 150 cc/6 jam
d) Harus selalu tersedia kalsium glukonas 1 gr
10%(diberikan i.v. pelan-pelan pada intoksikasi MgS04)
e. Antihipertensi dapat dipertimbangkan diberikan bila:
(Klonidin i.v. dilanjutkan Nifedipin 3 x 10 atau Metildopa 3 x
250 mg)
e) Systole > 180 mmHg
f) Diastole > 120 mmHg
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kasus
Ny. DN sedang di rawat di RS sejak tadi pagi 4 Mei 2022 dengan
keluhan pusing dan lemas. Ny. DN, usia 33 tahun, pekerjaan IRT,
pendidikan SD, agama Islam, suku Jawa, status menikah. Suami Tn. J, umur
35 tahun, pekerjaan Sopir, agama Islam, suku sunda, pendidikan SD.
Alamat tempat tinggal di Bobotsari Purbalingga. Saat dilakukan pengkajian
klien seorang G3P2A0, HPHT 15 Oktober 2021. Keluhan yang dirasakan
saat dilakukan pengkajian pada siang hari, klien mengeluh pusing-pusing,
sakit kepala, lemas, tidak bersemangat melakukan kegiatan. Penampilan
klien tampak kurang rapi, rambut kurang tertata, baju agak kotor dan tampak
lemah serta pucat. Aktivitas saat ini dibantu oleh suami yang menemani di
RS.
Dari hasil pemeriksaan fisik, keadaan umum lemah, kesadaran CM,
bibir kering, tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 37 C, Hb
8,7 gram/dl. Kloasma sekitar mata, telinga bersih, tidak teraba pembesaran
kelenjar thiroid atau kelenjar getah bening. Pernafasan vesikuler, ronki -/-,
wheezing -/-, payudara membesar simetris, tidak teraba massa, areola
mammae menghitam dan tampak kotor. Pada abdomen terdapat garis tengah
menghitam, TFU 24 cm, presentasi kepala, punggung di kanan, belum
masuk panggul. DJJ 140x/menit. Tampak edema pada tungkai kaki,
proteinuria +++.
Riwayat kesehatan sebelumnya klien tidak mempunyai riwayat
penyaki hipertensi, jantung, asma dan diabetes mellitus. Keluarga klien juga
tidak mempunyai riwayat penyalit keturunan seperti jantung, hipertensi dan
DM.
Riwayat Obstetri dan Gynekologi. Usia menarche 12 tahun, siklus
30 hari, lama 7 hari, tidak nyeri saat haid, ganti pembalut 2-3 kali sehari.
Pada kehamilan saat ini, klien tidak rutin melakukan periksa, hanya kalau
ada keluhan saja, sehingga klien tidak paham mengenai perawatan selama
kehamilan. Klien belum pernah menggunakan KB apapun. Pengalaman
hamil yang ketiga, anak dua usia 4 dan 2 tahun, laki-laki keduanya dalam
kondisi sehat. Klien tinggal bersama orangtua, suami dan anak.
Klien mengatakan selama hamil kadang minum jamu untuk
kesehatan bayi yang dikandungnya, karena hal tersebut sudah dilakukan
oleh nenek dan ibunya sejak dahulu. Selain itu, klien juga mengatakan
pantang makanan amis selama hamil, karena menurut keyakinan klien akan
menyebabkan saat persalinan darahnya berbau. Klien juga jarang minung
tablet Fe karena tidak suka dengan bau dan rasanya.
B. Pertanyaan
1. Berdasarkan tanda dan gejala pada kasus di atas masalah klinis apa yang
dialami oleh klien?jelaskan dan sebutkan data yang mendukung masalah
klien tersebut!
Masalah klinis yang dialami klien adalah preeklamsia. Masalah ini
didukung dengan tanda dan gejala berupa , klien mengeluh pusing-
pusing, sakit kepala, berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh tekanan
darah 180/100 mmHg, tampak edema pada tungkai kaki, proteinuria
+++.

2. Bedasarkan hasil pemeriksaan fisik, berapa perkiraan usia kehamilan


klien?
TFU x (8/7) = 24 x (8/7) = 27,4 = 27 minggu

3. Kapan taksiran partus klien sesuai dengan HPHT?


HPHP +7 -3 +1 = (15+7) (10-3) (2021+1) = 22/7/2022
22 Juli 2022

C. Laporan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Data Objektif (DO) Data Subjektif (DS)

• Ny. DN G3P2A0, HPHT 15 • Ny. DN sedang di rawat di RS sejak tadi pagi


Oktober 2021 4 Mei 2022 dengan keluhan pusing dan lemas
• Dari hasil pemeriksaan fisik, • Klien mengeluh pusing-pusing, sakit kepala,
keadaan umum lemah, lemas, tidak bersemangat melakukan
kesadaran CM, bibir kering, kegiatan.
• Tekanan darah 180/100 • Klien tidak paham mengenai perawatan
mmHg, selama kehamilan.
• Nadi 84x/menit, • Klien belum pernah menggunakan KB apapun.
• Suhu 37 C, • Klien mengatakan selama hamil kadang
• Hb 8,7 gram/dl (Anemia). minum jamu untuk kesehatan bayi yang
• Kloasma sekitar mata, dikandungnya, karena hal tersebut sudah
• Areola mammae menghitam dilakukan oleh nenek dan ibunya sejak
dan tampak kotor. dahulu.
• TFU (Tinggi Fundus Uterus) 24 • Klien juga mengatakan pantang makanan amis
cm, presentasi kepala, selama hamil, karena menurut keyakinan klien
punggung di kanan, belum akan menyebabkan saat persalinan darahnya
masuk panggul. berbau.
• DJJ 140x/menit.
• Tampak edema pada tungkai • Klien tidak rutin melakukan periksa, hanya
kaki, proteinuria +++. kalau ada keluhan saja, sehingga klien tidak
• Penampilan klien tampak paham mengenai perawatan selama kehamilan
kurang rapi, rambut kurang • Klien juga mengatakan jarang minum tablet Fe
tertata, baju agak kotor dan karena tidak suka dengan bau dan rasanya.
tampak lemah serta pucat.
• Aktivitas saat ini dibantu oleh
suami yang menemani di RS.

2. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah

1. DO: Kelemahan Defisit Perawatan Diri


1. Penampilan klien tampak kurang karena sedang (D.0109)
rapi, rambut kurang tertata, baju hamil
agak kotor dan tampak lemah serta
pucat.
2. Aktivitas saat ini dibantu oleh
suami yang menemani di RS
3. Areola mammae menghitam dan
tampak kotor.

DS: -

2. DO:- Kurang Defisit Pengetahuan tentang


DS: terpapar kehamilan dan persalinan
informasi (D.0111)
1. Klien tidak paham mengenai
perawatan selama kehamilan.
2. Klien belum pernah menggunakan
KB apapun.
3. Klien mengatakan selama hamil
kadang minum jamu untuk
kesehatan bayi yang
dikandungnya, karena hal tersebut
sudah dilakukan oleh nenek dan
ibunya sejak dahulu.
4. Klien juga mengatakan pantang
makanan amis selama hamil,
karena menurut keyakinan klien
akan menyebabkan saat persalinan
darahnya berbau.
5. Klien juga mengatakan jarang
minum tablet Fe karena tidak suka
dengan bau dan rasanya.
6. Klien tidak rutin melakukan
periksa, hanya kalau ada keluhan
saja, sehingga klien tidak paham
mengenai perawatan selama
kehamilan

3. DO: Penurunan Perfusi Perifer Tidak


Konsentrasi Efektif (D.0009)
1. Hb 8,7 gram/dl (Anemia). Hemoglobin
2. Klien tampak lemah serta pucat.
3. Tampak edema pada tungkai kaki,

DS: -

4. DO: - Risiko Perfusi Serebral


• Tekanan darah 180/100 mmHg Tidak Efektif (D.0017)
DS:
• Klien mengeluh pusing-pusing,
• Klien mengeluh sakit kepala,

3. Prioritas Dx
a. Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009) b.d penurunan konsentrasi
hemoglobin
b. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017)
c. Defisit Perawatan Diri (D.0109) b.d kelemahan karena sedang
hamil
d. Defisit pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan (D.0111) b.d
kurang terpapar informasi
4. Nursing Care Plan

No Diagnosa Outcome Intervensi Rasional


keperawatan

1. Perfusi Perifer Perfusi Perifer (L.02011) Perawatan Sirkulasi Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Tidak Efektif Definisi : keadekuatan aliran darah (I.02079) Observasi:
(D.0009) pembuluh darah distal untuk Observasi: 1. Agar mengetahui sirkulasi
mempertahankan jaringan. 1. Periksa sirkulasi perifer pada pasien
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 perifer misalnya nadi 2. Agar mengetahui faktor
jam maka diharapkan perfusi perifer pada perifer, edema, warna, yang mempengaruhi
pasien dapat membaik dengan kriteria suhu gangguan sirkulasi pada
hasil sebagai berikut: 2. Identifikasi faktor pasien
risiko gangguan 3. Agar mengetahui apakah
Indikator Awal Akhir sirkulasi misalnya ada panas, kemerahan, nyeri
diabetes, perokok, atau bengkak pada
Warna kulit pucat 4 2 orangtua, hipertensi, ekstremitas
dan kadar kolesterol
Edema perifer 4 2
tinggi Terapeutik:
3. Monitor panas, 1. Agar tidak menimbulkan
Keterangan : kemerahan, nyeri atau dampak yang lebih buruk
bengkak pada 2. Agar tidak semakin
1. Meningkat ekstremitas menghambat sirkulasi pada
2. Cukup meningkat area keterbatasan perfusi
3. Sedang Terapeutik: 3. Agar tidak memperburuk
4. Cukup menurun 1. Hindari pemasangan area yang cedera
5. menurun infus atau pengambilan 4. Agar cairan didalam tubuh
darah di area dapat seimbang sehingga
keterbatasan perfusi fungsi metabolisme dalam
2. Hindari pengukuran tubuh dapat berjalan
tekanan darah pada
ekstremitas dengan Edukasi:
keterbatasan perfusi 1. Agar kesehatan tubuh
3. Hindari penekanan dan pasien meningkat
pemasangan tourniquet 2. Agar pasien dapat
pada area yang cedera mengetahui makanan yang
4. Lakukan hidrasi sehat untuk memperbaiki
sirkulasinya
Edukasi: 3. Agar pasien dapat ditangani
1. Anjurkan berolahraga dengan segera
rutin
2. Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi misalnya
rendah lemah jenuh,
minyak ikan omega 3
3. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan
misalnya rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, dan hilangnya
rasa

2. Risiko Perfusi Perfusi Serebral (L. 02014) Pemberian Obat (I.02062) Pemberian Obat (I.02062)
Serebral Tidak Definisi : Keadekuatan aliran darah Observasi : Observasi :
Efektif (D.0017) serebral untuk menunjang fungsi otak. 1. Identifikasi 1. Untuk membantu tenaga
kemungkinan alergi, profesional lain menyiapkan
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 interaksi, dan dengan benar indikasi obat
jam maka diharapkan aliran darah kontraindikasi obat. yang paling tepat diberikan
serebral dapat meningkat dengan kriteria 2. Verifikasi order obat kepada pasien untuk
hasil sebagai berikut : sesuai indikasi. menangani sakit kepala dan
3. Periksa tanggal hipertensinya.
kadaluarsa obat.
Indikator Awal Akhir 4. Monitor tanda vital dan Terapetik:
nilai laboran sebelum 1. Meminimalisir kesalahan
Sakit Kepala 1’ 4’ pemberian obat. selama pemberian obat.
2. Mendokumentasikan
Tekanan darah sistolik 1 3
Terapetik: tindakan pemberian obat
dan respon setelah
pemberian obat.
1. Perhatikan prosedur
Tekanan darah 2 3
obat yang aman dan Edukasi:
diastolik
akurat. 1. Untuk memaksimalkan
Keterangan: 2. Hindari instrupsi saat pemberian obat secara
mempersiapkan, mandiri dengan memotivasi
1. Memburuk
memverifikasi, atau klien untuk rutin meminum
2. Cukup memburuk
mengelola obat. obat.
3. Sedang
3. Lakukan prinsip 6
4. Cukup membaik
benar obat.
5. Membaik
4. Hindari pemberian
6. (1’) Meningkat
obat yang tidak diberi
7. (2’) Cukup meningkat
label dengan benar.
8. (3’) Sedang
5. Dokumentasikan
9. (4’) Cukup menurun
pemberian obat dan
respon terhadap obat.

Edukasi:
1. Jelaskan jenis obat,
alasan pemberian,
tindakan yang
diharapkan, dan efek
samping obat sebelum
pemberian.
2. Jelaskan faktor yang
dapat meningkatkan
dan menurunkan
efektifitas obat.

3. Defisit Dukungan Perawatan Diri: Bukungan Perawatan Diri:


Perawatan Diri Perawatan diri (L.11103) Berpakaian (I.1150) Berpakaian (I.1150)
(D.0109) Definisi:kemampuan melakukan atau Observasi: Observasi:
menyelelsaikan aktivitas perawatan diri. 1. Identifikasikan usia 1. Untuk menentukan
dan budaya dalam kebutuahn dan bantuan
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24
membantu berpakaian yang tepat bagi pasien
jam maka diharapkan aktivitas perawatan
dan berhias
diri pada pasien dapat meningkat dengan
Terapeutik:
kriteria hasil sebagai berikut:
Terapeutik: 1. Agar pasien lebih mudah
1. Sediakan pakaian pada menjangkau pakaiannya
tempat yang mudah 2. Membantu pasien ketika
Indikator Awal Akhir dijangkau tidak mampu mengenakan
Kemampuan mandi 2 4 2. Fasilitasi mengenakan pakaian
pakaian, jika perlu 3. Membantu agar pasien
Kemampuan 2 4 3. Fasilitasi berhias tampak lebih rapi
mengenakan pakaian seperti menyisir 4. Agar pasien lebih nyaman
rambut dalam berpakaian
Minat melakukan 2 4 4. Jaga privasi selama 5. Untuk menjaga kebersihan
perawatan diri berpakaian pakaian pasien
5. Tawarkan untuk 6. Untuk menumbuhkan
Mempertahankan 2 4
laundry motivasi pasien dalam
kebersihan diri
6. Berikan pujian aktivitas perawatan diri
terhadap kemampuan berpakaian
Keterangan: berpakaian secara
mandiri Edukasi:
1. Menurun
1. Memudahkan pasien dalam
2. Cukup menurun
Edukasi: menentukan pakaian
3. Sedang
1. Informasikan pakaian
4. Cukup meningkat
yang tersedia untuk
5. Meningkat Dukungan Perawatan Diri:
dipilih, jika perlu
Mandi (I.11352)

Dukungan Perawatan Diri: Observasi:


Mandi (I.11352)
1. Untuk menentukan bantuan
Observasi: yang sesuai bagi pasien
2. Untuk memantau
1. Identifikasikan jenis kebersihan tubuh pasien
bantuan yang
dibutuhkan Terapeutik:
2. Monitor kebersihan
1. Membantu memudahkan
tubuh
pasien dalam mengakses
peralatan mandi
Terapeutik: 2. Agar pasien merasa aman
dan nyaman dalam
1. Sediakan peralatan melakukan aktivitas mandi
mandi seperti sabun, 3. Membantu pasien
pelembab kulit memcapai kebersihan tubuh
2. Sediakan lingkungan melalui aktivitas mandi
yang aman dan nyaman 4. Agar pasien selalu memiliki
3. Fasilitasi mandi sesuai tubuh yang bersih
kebutuhan
4. Pertahankan kebiasaan Edukasi:
kebersihan diri
1. Agar pasien paham tentang
Edukasi: pentingnya mandi

1. Jelaskan manfaat
mandi dan dampak
tidak mandi terhadap
kesehata

4. Defisit Tingkat pengetahuan (L.12111) Edukasi kesehatan (I.12383) Edukasi kesehatan (I.12383)
pengetahuan Definisi: kecukupan informasi kognitif Observasi: Observasi:
tentang yang berkaitan dengan topik tertentu 1. Identifikasi faktor- 1. Mengetahui faktor-faktor
kehamilan dan faktor yang dapat yang dapat meningkatkan
persalinan meningkatkan dan dan menurunkan motivasi
Indikator Awal Akhir
(D.0111) menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih perilaku hidup bersih dan
Perilaku sesuai 2 4
dan sehat sehat
anjuran

Perilaku sesuai 2 4 Terapeutik: Terapeutik:


dengan pengetahuan 1. Sediakan materi dan 1. Mempersiapkan pemberian
media pendidikan materi kepada klein
2. Jadwalkan pendidikan 2. Menentukan jadwal untuk
kesehatan sesuai pemberian pendidikan
kesempatan kesehatan
3. Beri kesempatan untuk 3. Memberikan kesempatan
bertanya kepada klien untuk
bertanya, jika ada hal yang
Edukasi: belum jelas
1. Jelaskan perawatan
kehamilan Edukasi:
2. Jelaskan makanan yang 1. Memberikan informasi
bergizi untuk ibu hamil terkait perawatan kehamilan
3. Jelaskan fungsi ibu 2. Memberikan informasi
hamil mengkonsumi makanan yang bergizi untuk
tablet fe ibu hamil
3. Memberikan informasi
terkait manfat
mengkonsumsi tablet fe
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklampsia adalah kelainan multisistemik yang terjadi pada
kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi dan edema, serta dapat
disertai proteinuria. Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan
yang terutama berkaitan dengan berkurangnya perfusi organ akibat
vasospasme dan aktivasi endotel, yang bermanifestasi dengan adanya
peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Pada janin preeklampsia-
eklampsia dapat menyebabkan berat badan lahir yang rendah, hal ini
diakibatkan karena spasmus arteriol spinalis deciduas menurunkan aliran
darah ke arah plasenta, yang dapat menyebabkan adanya gangguan pada
fungsi plasenta.

B. Saran
Preeklamsia merupakan masalah serius pada ibu hamil. Apabila
tidak ditangani dengan baik, maka dapat berdampak sampai persalinan ibu.
Oleh karena itu, penentuan asuhan keperawatan yang tepat perlu
diperhatikan
DAFTAR PUSTAKA

Aksianty, N. et al. (2022) ‘Penatalaksanaan Preeklamsia Ringan Berfokus


Pada Pemberian Rendam Air Hangat Pada Kaki Di Bpm Nurhamidah,
S.St Bandar Lampung 2021’, Jurnal iImu Kebidanan, (1), pp. 26–33.

Harahap, N. & Situmeang, I.F. 2022, ‘Determinan Kasus Preeklampsia pada


Ibu Bersalin’, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, vol. 11, no. 04, pp.
342–50.

Imelda, A.D. and Putriana, Y. (2018) ‘Penanganan Awal Kejadian


Preeklamsia Berat dan Eklampsia Salah Satu Rumah Sakit di Provinsi
Lampung’, Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13(2), p. 203.
doi:10.26630/jkep.v13i2.930.

Lalenoh, DC 2018, Preeklampsia Berat dan Eklampsia: Tatalaksana


Anestesia Perioperatif, Deepublish, Yogyakarta.

Lombo, G.E., Wagey, F.W. and Mamengko, L., 2017. KARAKTERISTIK


IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSIADI RSUP PROF. DR. RD
KANDOU MANADO PERIODE 1 JANUARI-31 DESEMBER 2015.
JKK (Jurnal Kedokteran Klinik), 1(3), pp.9-15

Ninike, A. (2019) ‘Peran Magnesium Sulfat dalam Penatalaksanaan


Preeklampsia’, Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 3(1), pp. 9–20.
doi:10.37287/jppp.v3i1.246.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta

Rakhmawati, N. & Wulandari, Y. 2021, ‘Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Pre Eklamsia pada Ibu Hamil di Puskesmas Banyuanyar Surakarta’,
Jurnal Kesehatan Madani Medika, vol. 12, no. 01, pp. 59–67.

Sagita, W. 2020, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di RSUD C Tahun 2014’, Jurnal Ilmiah
Kesehatan Delima, vol. 4, no. 01, pp. 75–82.
Sholihah, H.T., 2022. Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Indikasi PEB (Preeklamsia Berat): A Case Study (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Malang).

Tanto, C et al. 2014, Kapita Selekta Kedokteran, IV, Media Aesculapius,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai