Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEBUTUHAN NUTRISI IBU HAMIL DENGAN GANGGUAN

PREEKLAMPSIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gizi Diet
Dosen Pengajar : Rany Yuliani, SST., M. Kes

Disusun Oleh : Kelompok 2


1. Ayu Agustin (221FK06093)
2. Destia Herawati (211FK06095)
3. Fani Mandasari (221FK06097)
4. Haura Albanina (221FK060101)
5. Heri Setiawan (221FK06101)
6. Indar SS (221FK06104)
7. Indri Hadiyanti (221FK06105)
8. Nadia Putri H(221FK06110)
9. Nata Prawira K (221FK06111)
10. Putri Fauziah Nur I (221FK06133)
11. Rajasa Mandalawangi (221FK06115)
12. Resti Widiawati (221FK06118)
13. Shafira Sayyida R(221FK06122)
14. Muhamad Trinata (221FK06109)
15. Wawan Gunawan (221FK06132)

TK 2C
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA GARUT
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayat-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah Gizi dan Diet yang membahas
mengenai “Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Dengan Gangguan Kehamilan Preeklampsia”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis berusaha untuk menyajikan secara ringkas dan
mudah mengenai Gizi dan Diet untuk dapat membantu mahasiswa dalam memahami
kebutuhan nutrisi pada Ibu dengan Gangguan Kehamilan Preeklampsia
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat diharapkan oleh penulis. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten.

Garut, 15 November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... 2


BAB I ................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 4
BAB II .................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 6
BAB III ............................................................................................................................................... 12
PENUTUP .......................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Preeklampsia berat merupakan kondisi yang hanya terjadi selama kehamilan, yang
dikarakteristikkan dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Kondisi ini dapat
disertai kejang (eklampsia) dan kegagalan multi organ pada ibu, sedangkan komplikasi
pada janin meliputi hambatan pertumbuhan intrauterus. Bila kondisi ini tidak segera
tertangani maka akan menyebabkan peningkatan angka mortalitas dan morbiditas pada ibu
dan janin (Vicky, 2013).Insidensi di Australia ibu hamil yang mengalami preeklampsia
diperkirakan < 5%. Sedangkan di Amerika serikat dilaporkan bahwa angka kejadian
Preeklampsia berat sebanyak 5% dari semua kehamilan (23,6 kasus per 1.000kelahiran)
(Dawn C Jung, 2007). Di Indonesia frekuensi kejadian Preeklampsia berat sekitar 7-10%
(Sarwono, 2008). Menurut hasil penelitian yang ada di RB Al-Hazmi
Sidoarjo pada tahun 2013 terdapat 1% ibu hamil yang dirujuk karenamengalami
preeklampsia berat pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Sekitar 85% preeklampsia
terjadi pada kehamilan pertama. Sementara itu sekitar 2% -12% preeklampsia berat
dipengaruhi sindrom HELLP dengan angka mortalitas 2% sampai 24%. Preeklampsia berat
dan eklampsia dapat menyebabkan terjadinya perdarahan (28%) dan infeksi (11%). Oleh
karena itu, diagnosis dini preeklampsia berat serta penanganannya perlu segera
dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak (Bobak, 2005).Pada awal
kehamilan atau trimester pertama dan trimester kedua kehamilan, preeklampsia memang
sering bersifat asimptomatik. Namun, pada keadaan itu sudah terjadi plasentasi yang
buruk.Selanjutnya, adanya gangguan perdarahan pada plasenta dapat menyebabkan janin
kekurangan oksigen dan nutrisi hingga terjadi gangguan pertumbuhan janin. Jadi, meskipun
tanda dan gejala dari preeklampsia baru muncul pada usia kehamilan diatas 20 minggu,
sebenarnya perjalanan penyakitnya sudah dimulai jauh lebih awal. Oleh karena itu tindakan
pencegahan memang semestinya dilakukan dari awal kehamilan (William Obstetrik, 2009).
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang
terjadinya preeklamsia berat dan eklamsia. Faktor-faktor tersebut antara lain; gizi buruk,
kegemukan, dan gangguan aliran darah kerahim. Faktor resiko terjadinya preeklamsia berat
pada umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan
kehamilan pada wanita diatasusia 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah riwayat tekanan
darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya,
riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari
satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid artritis
(Rukiyah 2010).
Untuk mencegah timbulnya penyakit ini perlu adanya pendekatan asuhan
kebidanan yang terfokus yaitu dengan kunjungan rutin pada antenatal 4x selama kehamilan
agar dapat diantisipasi sedini mungkin dan dapat menurunkan angka kejadian preeklampsia
berat didalam kehamilan. Bila usia kehamilan belum mencapai 37 minggu, sebaiknya ibu
dirawat inap di rumah sakit, kadar protein urin diperiksa setidaknya dua hari sekali,
dilakukan pemeriksaan USG untuk menentukan dan memastikan usia kehamilan, gangguan
pertumbuhan janin, kesejahteraan janin, plasenta, dan air ketuban. Jika usia kehamilan lebih
dari 3minggu dan janin dalam keadaan distress, maka segera lakukan SC. (William
Obstetric, 2009). Perlu juga dilakukan penyuluhan tentang manfaat istirahat, istirahat tidak
selalu tirah baring di tempat tidur, tetapi ibu masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari,
hanya dikurangi diantara kegiatan tersebut. Nutrisi juga penting untuk diperhatikan selama
hamil, terutama protein. Diet protein yang adekuat bermanfaat untuk pertumbuhan dan
perbaikan sel, dan transformasi lipid(Anik Maryunani, 2009).Berdasarkan tingginya angka
kejadian Preeklampsia Berat (PEB) pada ibu
hamil khususnya di Indonesia serta dengan melihat bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
Preeklampsia Berat (PEB) baik pada ibu maupun janin, maka penulis melakukan
pengkajian secara komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan, dan nifas pada Ny. X
dengan Preeklampsia Berat (PEB). Sebagai wujud, perhatian dan tanggung jawab yang
berkompeten dengan masalah tersebut guna mencari solusi yang terbaik atas permasalahan
yang dihadapi ibu.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran yang nyata
tentang penyakit preeklampsia pada ibu hamil
1.3 Rumusan Masalah
1) Bagaimana definisi dari penyakit preeklampsia?
2) Bagaimana etiologi dari penyakit preeklampsia ?
4) Apa saja faktor resiko terjadinya preeklampsia?
5) Apa saja komplikasi penyakit preeklampsia?
6) Apa saja pencegahan penyakit preeklampsia?
7) Apa saja Macam-macam diet dan indikasi pemberian?
8) Apa saja syarat diet preeklampsia ?
9) Bagaimana tujuan diet preeklampsia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Preeklampsia
1.Preeklampsia
Preeklampsia / Preeclampsia adalah komplikasi kehamilan yang cukup serius
yaitu kondisi ketika tekanan darah ibu hamil meningkat disertai adanya protein di dalam
urin. Kondisi ini diduga dipicu oleh plasenta janin yang tidak berfungsi atau berkembang
dengan baik. Preeklampsia / eklampsia merupakan penyebab kedua setelah perdarahan
sebagai penyebab langsung yang spesifik terhadap kematian maternal.
Preeklampsia adalah sindrom yang meliputi pengembangan Hipertensi pada
paruh kedua kehamilan. Meskipun sering disertai dengan Proteinuria, preeklampsia dapat
dikaitkan dengan banyak tanda-tanda dan gejala, termasuk gangguan penglihatan, sakit
kepala, nyeri epigastrium dan perkembangan pesat dari edema.
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan
adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi sistemik
dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan
adanya Hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem
organ lainnya pada usia kehamilan di atas 20 minggu.
2.2 Etiologi
Etiologi preeklampsia belum diketahui secara pasti. Preeklampsia diperkirakan
terjadi akibat interaksi berbagai faktor risiko dengan polimorfisme genetik, yang
menyebabkan sintesis beberapa protein yang memiliki fungsi berbeda dari fungsi aslinya.
Hal tersebut mengawali gangguan perfusi plasenta serta produksi mediator inflamasi yang
merusak endotel, sehingga terjadi abnormalitas plasentasi. Selanjutnya, terjadi gangguan
remodelling arteri spiralis, iskemia plasenta, hipoksia, stres oksidatif, dan disfungsi
fisiologis pada kehamilan.
Maladaptasi sistem imun, toksisitas lipoprotein densitas amat rendah (very low-
density lipoprotein), kelainan genetik, ketidakseimbangan faktor angiogenik, peningkatan
apoptosis atau nekrosis trofoblas, serta respons inflamasi maternal yang berlebihan
terhadap trofoblas juga diperkirakan merupakan etiologi preeklampsia.
2.3 Tanda Gejala
Preeklampsia memiliki beberapa tanda dan gejala berupa :
a. Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi
dalam kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan
tidak tergantung keadaan emosional pasien.
b. Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada 2
pengukuran beranjak 1 jam atau lebih.
c. Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi menjadi :
1) Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah
kehamilan 20 minggu, selama persalinan, dan atau dalam 48 jam
pascapersalinan.
2) Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum krhamilan 20 minggu.
(Saifuddin, 2006)
Menurut (Ida Bagus Gde Manuaba, 2009) gejala klinis preeklampsia
terdiri dari :
a. Gejala ringan
Gejala ringan yaitu tekanan darah sekitar 140/90 mmHg atau kenaikan
tekanan darah 30 mmHg untuk sistolik atau 15 mmHg untuk diastolic dengan
interval pengukuran selam 6 jam, dan terdapat pengeluaran protein dalam urine 0,3
g/liter atau kualitatif +1 - +2, edema (bengkak kaki, tangan, atau lainnya) dan
kenaikan berat badan lebih dari 1 kg/ minggu.
b. Gejala berat
Gejala berat meliputi tekanan darah dari 160/110 mmHg atau lebih,
pengeluaran protein dalam urine lebih dari 5g / 24 jam, terjadi penurunan produksi
urine kurang dari 400 cc/ 24 jam, terdapat edema paru dan sianosis (kebiruan) dan
sesak napas, terdapat gejala subjektif (sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri di
daerah perut atas. ( Manuaba, 2009)
2.4 Faktor resiko terjadinya preeklampsia
1.Berdasarkan Karakteristik

• Umur
Ibu yang hamil dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun akan memiliki risiko lebih
besar terkena preeklamsia dibandingkan dengan ibu yang hamil diusia 20-35
tahun (Nuning et al,2016)

• Status Sosial ekonomi


Status sosial ekonomi akan mempengaruhi kejadian preeklamsia. Hal ini bisa
terjadi karena semakin baik keadaan sosial ekonomi di suatu keluarga maka
akan semakin baik pula pelayanan kesehatan yang dapat diberikan (Legawati et
al, 2017)
2. Berdasarkan Status Reproduksi
• Hamil Pertama Kali
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Denantika et al (2015) seseorang
yang sedang hamil pertama kali memiliki risiko terkena preeklamsia
dibandingkan dengan seseorang yang sudah beberapa kali hamil.
• Melahirkan Pertama Kali
Seorang ibu yang belum pernah melahirkan baik hidup ataupun mati memiliki
risiko lebih besar terkena preeklamsia (Rizky, 2016)
3.Berdasarkan Status Kesehatan

• Riwayat Preeklamsia
Penelitian yang dilakukan oleh Nuning (2016), bahwa seseorang yang memiliki
riwayat preeklamsia memiliki kemungkinan untuk terkena preeklamsia lagi.
• Riwayat Hipertensi
Ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi berisiko besar terkena preeklampsia
(Nuning, 2016).
• Riwayat Diabetes Melitus
Penelitian yang dilakukan oleh Rizky (2016) Ibu hamil dengan diabetes melitus
akan berisiko terkena preeklampsia
• Obesitas
Obesitas merupakan gangguan yang terjadi karena terdapat kelebihan
lemak pada tubuh yang akan meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan.
Wanita yang mengalami obesitas akan meningkatkan risiko preeklampsia
karena obesitas akan terjadi beberapa kerusakan yaitu resistensi insulin,
inflamasi, dislipidemia, dan lain-lain (Zahra et al., 2016).

• Kenaikan BB saat hamil


Merupakan peningkatan atau bertambahnya berat badan ketika hamil yang
melebihi batas normal. Bisa dikatakan demikian jika terjadi kenaikan berat
badan lebih dari 18 kg atau terjadi penambahan berat badan lebih dari 1 kg
dalam satu minggu.
• Peningkatan berat badan yang tidak terkontrol akan menyebabkan risiko
diabetes gestasional dan preeklampsia (Rizky, 2016).

4.Berdasarkan Status Kehamilan


• Kehamilan ganda
Kehamilan ganda memiliki resiko terkena preeklamsia. Jika dilihat dari teori
hiperplacentosis kehamilan ganda akan semakin memperberat tingkat
hipertensi, pada kehamilan kembar risiko berkembangnya preeklamsia akan
meningkat sebanyak 4-5 kali jika dibandingkan dengan kehamilan (Novita,
2015).
• Abortus
Abortus merupakan berakhirnya kehamilan dengan dikeluarkannya janin (fetus)
atau embrio sebelum memiliki kemampuan bertahan hidup diluar rahim,
sehingga mengakibatkan kematian. Hal ini akan meningkatkan risiko
preeklamsia pada ibu hamil (Legawati, 2017).

• Jarak kehamilan
Jarak kehamilan merupakan batasan sela antara kelahiran yang lalu dengan
kehamilan saat ini. Ibu dengan interval kurang dari 2-4 tahun akan
meningkatkan risiko preeklamsia (Natiqotul, 2016).

2.5 Komplikasi

• Komplikasi Jangka Panjang dan Rekurensi


Preeklampsia berhubungan dengan risiko hipertensi dan penyakit
kardiovaskular pada masa mendatang. Pasien dengan preeklampsia 3 kali lipat
lebih berisiko mengalami hipertensi kronis daripada wanita tanpa preeklampsia.
Risiko penyakit kardiovaskular dan stroke juga meningkat 2 kali lipat pada
penderita preeklampsia.
Insidensi gagal ginjal kronis dan end stage renal disease (ESRD) ditemukan
meningkat pada wanita dengan riwayat preeklampsia. Selain itu, preeklampsia
juga berhubungan dengan peripartum cardiomyopathy.
Preeklampsia dapat berulang pada kehamilan berikutnya dengan risiko
rekurensi 10%. Pada preeklampsia dengan gejala berat (termasuk sindrom
HELLP dann eklampsia), risiko rekurensi menjadi 20% pada kehamilan
berikutnya. Preeklampsia yang terjadi sebelum usia kehamilan 30 minggu
memiliki risiko rekurensi yang jauh lebih tinggi, yaitu 40%.
• Komplikasi pada Anak
Pada neonatus, preeklampsia merupakan faktor risiko utama distres pernapasan
serta displasia bronkopulmonal. Selain itu, preeklampsia juga berkaitan
dengan spektrum autisme dan keterlambatan perkembangan anak di kemudian
hari.

• Komplikasi akibat Terapi


Komplikasi juga mungkin timbul sebagai efek samping pemberian magnesium
sulfat. Pemberian magnesium sulfat sebagai profilaksis kejang dapat
menyebabkan depresi napas sampai dengan henti jantung. Kadar magnesium
dan kondisi klinis sebaiknya dipantau setiap 4–6 jam pada pasien yang
mendapat terapi magnesium sulfat.
2.6 Pencegahan

Beberapa langkah berikut berkaitan dengan faktor pencetus preeklampsia dan


termasuk faktor yang bisa dikontrol:

1. Kurangi konsumsi garam selama kehamilan


2. Minum air 6 sampai 8 gelas per hari
3. Hindari gorengan dan junk food
4. Istirahat cukup
5. Olahraga teratur
6. Angkat dan istirahatkan kaki beberapa kali dalam sehari
7. Hindari konsumsi alkohol
8. Hindari minuman yang mengandung kafeinKonsumsi rutin vitamin dan obat-obatan yang
diresepkan oleh dokter Anda

2.7 Macam-macam diet dan indikasi pemberian


Macam diet dan indikasi pemberian
1).Diet preeklampsia I
Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsiaberat.
Diet preeklampsia I diberikan sebagai makananperpindahan dari preeklampsia I atau
kepada pasienpreeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat.Makanan berbentuk
saring atau lunak dan diberikansebagai diet rendah garam I. makanan ini cukupenergi dan
zat gizi lainnya.
2).Diet preeklampsia II
Diet preeklampsia II diberikan sebagai makananperpindahan dari preeklampsia I atau
kepada pasienpreeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat.Makanan berbentuk
saring atau lunak dan diberikansebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukupenergi dan
zat gizi lainnya.
3).Diet preeklampsia III
Diet preeklampsia III diberikan sebagai makananperpindahan dari preeklampsia II atau
kepada pasienpreeklampsia ringan. Makanan ini mengandungprotein tinggi dan garam
rendah, diberikan dalambentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semuazat gizi.
Jumlah energi harus disesuaikan dengankenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg
tiap bulan
2.8 Syarat diet preeklampsia

Diet pre-klampsia ini juga meliputi beberapa syarat berikut yang harus
dipenuhi, yakni:
• Cukup energi dan zat gizi

Pemberian makanan pada ibu hamil dengan pre-eklampsia haru mencukupi


kebutuhan gizi dan energi, dan makanan berat diberikan secara bertahap
disesuaikan dengan ibu hamil yang menderita pre-eklampsia.

• Pemberian rendah garam

Pemberian makanan harus memiliki kadar garam yang rendah disesuaikan


dengan berat atau ringannya retensi garam atau air pada tubuh ibu hamil.

• Protein tinggi

Pemberian protein tinggi sebanyak 1½ sampai 2 gram per kilogram berat badan.

• Bentuk makanan

Bentuk makanan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien yang


menderita pre-eklampsia.

• Pemberian cairan

Cairan yang diberikan saat diet pre-eklampsia sebanyak 2,500 ml perhari, dan
pada kondisi oliguria pemberian cairan dibatasi dan diseuaikan dengan cairan
yang keluar melalui keringat, urin, nafas dan lain-lain.

2.9 Tujuan diet preeklampsia

Tujuan terapi gizi untuk pre eklamsi adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi dan tekanan dalam keadaan darah normal. Mencegah atau
mengurangi retensi garam atau air. Mencapai keseimbangan nitrogen.
BAB III
PENUTUP

3.9 Kesimpulan
Beberapa faktor yang menjadi pemicu pre-eklampsia pada ibu hamil adalah kondisi
yang sama pada kehamilan sebelumnya ataupun riwayat hipertensi sebelum hamil. Usia
ibu hamil yang sudah lebih dari 40 tahun dan juga obesitas dapat menjadi faktor pemicu.
Selain faktor pemicu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa preeklampsia disebabkan
oleh plasenta. Ibu hamil dengan preeklamsia memiliki pembuluh darah yang tidak
berfungsi dengan normal, akibat bentuknya yang lebih sempit dan memiliki reaksi terhadap
hormon yang berbeda, sehingga menyebabkan aliran darah dapat masuk ke plasenta
menjadi terbatas.
Preeklampsia dapat muncul dengan gejala maupun tanpa gejala. Tekanan darah
tinggi biasanya muncul secara perlahan-lahan, sehingga ibu hamil biasanya tidak sadar dan
tidak mengetahuinya hingga ia memeriksakan dirinya dalam kontrol rutin antenatal care
baik ke bidan maupun ke dokter.Tanda yang sering muncul pada ibu hamil dengan
preeclampsia antara lain nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut kanan atas, mual
dan muntah, serta produksi urin menurun.
Pencegahan preeklamsia masih sulit dilakukan. Beberapa studi menyatakan bahwa
dengan modifikasi dari gaya hidup seperti restriksi kalori, membatasi asupan garam,
mengonsumsi bawang putih, serta mengonsumsi vitamin C dan E, masih tidak
menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dalam upaya pencegahan preeklampsia ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/2525-upaya-pencegahan-
preeklamsia-pada-ibu-hamil
http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/2461/3/2%20SKRIPSI%20%28%20066%20%29%20NI%20KOMANG%20A
YU%20PUSPITASARI-26-41%20%281%29.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/preeklampsia/faktor-risiko
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1937/pengumpulan-dan-pengelolaan-spesimen-
dahak
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/preeklampsia/prognosis
http://eprints.aiska-
university.ac.id/1980/1/Booklet%20Faktor%20Resiko%20Preeklamsia%20pada%20Ibu%20
Hamil_2.pdf
https://repository.unja.ac.id/21685/4/BAB%20V.pdf
https://id.scribd.com/document/326721945/Macam-diet-dan-indikasi-pemberian-docx
http://scholar.unand.ac.id/11993/2/bab%201%20pendahuluan.pdf

Anda mungkin juga menyukai