i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tugas mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat dengan tepat waktu. Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada :
A. Ns. Muliyani Yamlean, S. Kep., M. Kep selaku dosen Keperawatan Gawat Darurat.
B. Semua pihak yang turut membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun
sebutkan satu persatu.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk pembaca.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan Masalah........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Preeklamsia Berat.........................................................3
B. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Eklamasi.....................................................................12
C. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Perdarahan Pasca Persalinan........................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instalasi gawat darurat merupakan salah satu satu fasilitas pelayanan kesehatan
utama di rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas,
diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat kesehatannya
belum jelas. Yang dimaksud dengan Pelayanan Gawat Darurat (Emergency Care) adalah
bagian dari pelayanan yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera (Imediately)
untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving) (John, 2013). Menurut profil kesehatan
Indonesia penyebab kematian ibu tertinggi pada tahun 2013 adalah perdarahan, hipertensi
dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di indonesia
di dominasi oleh tiga penyebab utama yaitu perdarahan, hipertensi dan kehamilan
(preeklamsia) dan infeksi. Kegawatdaruratan maternal adalah kondisi medis yang
mengancam jiwa yang terjadi pada ibu hamil, bersalin dan nifas. Kegawatdaruratan
preeklamsia (toksemia gravidarum) adalah Kondisi gawatdaruran yang diakibatkan oleh
hipertensi, edema, dan Proteinuria yang dapat muncul pada kehamilan setelah 20 minggu
Sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Sukarni, ZH, 2013).
1
dapat menghambat pembuluh darah dan mencairkan darah yang mempengaruhi koagulasi.
Hal ini dapat terjadi bila ada bukaan pada dinding pembuluh darah dan dapat terjadi jika
kelahiran melibatkan tenaga, wanita tua, sindrom janin mati atau bayi besar. Kondisi ini
dapat mengakibatkan kematian ibu cepat. Perdarahan post partum atau perdarahan pasca
persalinan adalah salah satu penyebab kematian ibu melahirkan. Tiga faktor utama penyebab
kematian ibu melahirkan adalah perdarahan post partum atau perdarahan pasca persalinan,
hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Perdarahan menempati presentase
tertinggi penyebab kematian ibu (28%).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pre Eklamsia Berat ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Eklamsia ?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Embolisme Ketuban ?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pendarahan ?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Maternitas.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pre Eklamsia Berat
b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Eklamsia
c. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Embolisme Ketuban
d. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pendarahan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti,
sehingga penyakit ini disebut dengan “The Diseases of Theories”. Beberapa faktor yang
berkaitan dengan terjadinya preeklampsia adalah :
a. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkinan terjadinya
Preeklampsia. Ini terlihat pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa. Teori ini
didukung pula dengan adanya kenyataan bahwa keadaan preeklampsia membaik
setelah plasenta lahir.
b. Faktor Imunologik
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Secara Imunologik dan diterangkan bahwa pada
kehamilan pertama pembentukan “Blocking Antibodies” terhadap antigen plasenta
tidak sempurna, sehingga timbul respons imun yang tidak menguntungkan terhadap
Histikompatibilitas Plasenta. Pada kehamilan berikutnya, pembentukan “Blocking
3
Antibodies” akan lebih banyak akibat respos imunitas pada kehamilan sebelumnya,
seperti respons imunisasi.
c. Faktor Hormonal
Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron
antagonis, sehingga menimbulkan kenaikan relative Aldoteron yang menyebabkan
retensi air dan natrium, sehingga terjadi Hipertensi dan Edema.
d. Faktor Genetik
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / eklampsia bersifat
diturunkan melalui gen resesif tunggal.
e. Faktor Gizi
Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang mengandung asam
lemak essensial terutama asam Arachidonat sebagai precursor sintesis
Prostaglandin akan menyebabkan “Loss Angiotensin Refraktoriness” yang memicu
terjadinya preeklampsia. Jumlah primigravi, terutama primigravida muda, Distensi
rahim berlebihan, hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa, Penyakit yang
menyertai hamil, Jumlah umur ibu diatas 35 tahun.
3. Klasifikasi
a. Preeklamsi Ringan :
- Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30
mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
- Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
- Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ &
2+ pada urine kateter atau midstream.
b. Preeklamsi Berat
- TD 160/110 mmHg atau lebih
4
- Proteinuria 5gr atau lebih perliter
- Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
- Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium
- Terdapat edema paru dan sianosis
4. Manifestasi Klinik
a. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa
kali.
b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
- TD > 140/90 mmHg atau
- Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
- Diastolik>15 mmHg
- Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut dicurigai sebagai
preeklamsi
d. Proteinuria
- Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
- Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine
porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah
Peningkatan hematokrit dibandingkan nilai yang diketahui sebelumnya
memberi kesan hemokonsentrasi, atau menurunnya volume plasma. Jika hematokrit
lebih rendah dari yang di perkirakan, kemungkinan hemolisis intravascular akibat
proses hemolisis mikro angiopatik perlu di pertimbangkan. Analisa apusan darah
tepi dapat mengungkapkan sel-el darah merah yang mengalami distorsi dan
skistosit.
5
b. Urinalisis
Proteinuria merupakan kelainan yang khas pada pasien dengan preeklamsia.
Jika contoh urin yang diambil secara acak mengandung protein 3+ atau 4+ atau urin
24 jam mengandung 5 gram protein atau lebih, preeklamsia dikatakan berat.
6. Kajian Keperawatan
a. Pengkajian Primer
a) A (Airway)
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas disebabkan adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka
lakukan:
- Chin lift atau jaw trust
- Suction atau hisap
- Guedel airway atau OPA
- Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
b) B (Breathing)
Kelemahan menelan atau batuk atau melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi atau
aspirasi, whezing, sonor, stidor atau ngorok, ekspansi dinding dada. Edema
paru terjadi dengan cepat pada pasien hamil yang mengalami PRHD atau pada
pasien yang menerima resusitasi cairan. Ronki basah kasar atau halus dapat
terauskultasi.
c) C (Circulation)
Tekanan darah meningkat , hipertensi terjadi pada tahap lanjut, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
b. Pengkajian sekunder
a) Identitas umum ibu : nama, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan, no RM,
diagnosa medis
6
b) Data riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu :
- Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum Hamil
- Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan
terdahulu
- Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
- Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis
Riwayat perkawinan :
- Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau
diatas 35 tahun.
c. Data Subjektif
a) Kenaikan berat badan yang timbul secara cepat dalam waktu yang singkat
menunjukkan adanya retensi cairan dan dapat merupakan gejala dini dari
preeklamsia. Pasien sadar akan edema yang menyeluruh, terutama
pembengkakan pada muka dan tangan. Keluhan yang umum adalah sesaknya
cincin pada jari-jarinya.
7
b) Sakit kepala : meskipun sakit kepala merupakan gejala yang relatif biasa
selama kehamilan, sakit kepala dapat juga menjadi gejala awal dari edema
otak. Sebagai konsekuensinya, tekanan darah pasien harus ditentukan.
c) Gangguan penglihatan mungkin merupakan gejala dari preeklamsia dan dapat
menunjukkan spasme arteriolar retina, iskemia, edema, atau pada kasus-kasus
yang jarang, pelepasan retina.
d. Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum : Tekanan darah meningkat.
b) Pemeriksaan Fisik
- Edema menunjukkan retensi cairan. Edema pada muka dan tangan
tampakanya lebih menunjukkan retensi cairan yang patologik.
- Kenaikan berat badan yang cepat merupakan suatu petunjuk dari retensi
cairan ekstravaskuler.
- Pemeriksaan Retina : spasme arteriolar dan kilauan retina dapat terlihat.
- Pemeriksaan toraks : karena edema paru merupakan satu dari komplikasi
serius dari preeklamsia berat, paru-paru harus diperiksa secara teliti.
- Refleks tendon profunda (lutut dan kaki) : hiperefleksia dan klonus
merupakan petunjuk dari peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat dan
mungkin meramalkan suatu kejang eklampsia.
8
d) Pemeriksaan Pelvis: keadaan serviks dan stasi dari bagian terbawah merupakan
pertimbangan yang penting dalam merencanakan kelahiran per vaginam atau
per abdominal.
8. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan adalah segala treatment yang dilakukan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan. Dalam intervensi keperawatan dilakukan pengklasifikasian
yang dimaksudkan untuk memudahkan penelusuran intervensi keperawatan,
memudahkan dalam memahami berbagai intervensi keperawatan sesuai dengan area
praktik dan/atau cabang disiplin ilmu, serta memudahkan pengodean untuk penggunaan
berbasis komputer. setiap intervensi keperawatan pada standar ini terdiri atas tiga
komponen yaitu label, definisi, dantindakan. Label merupakan nama dari intervensi
keperawatan yang menjadi kata kunci untuk memperoleh informasi terkait intervensi
keperawatan. Definisi merupakan penjelasan mengenai makna dari label intervensi
keperawatan. Selanjutnya, tindakan merupakan rangkaian perilaku atau aktivitas yang
9
dilakukan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, 2016).
Terapeutik
10
pemantauan
Edukasi
11
antiansietas jika perlu.
9. Implementasi Keperawatan
Implementasi terdiri dari melakukan dan mendokumentasikan Tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melakukan intervensi
atau program keperawatan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan
keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon klien
terhadap tindakan tersebut (Kozier, erb, berman,2014).
12
kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan
proteinuria (Obtetri Patologi, R. Sulaeman Sastrowinata, 1981).
2. Etiologi
Penyebab eklampsia belum diketahui secara pasti. Salah satu teori
mengemukakan bahwa eklampsia disebabkan iskemia rahim dan placenta (ischaemia
uteroplacentae). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada mola
hydatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada
persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, dibetes, peredaran darah dalam
dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau desidua yang
menyebabkan vasospasme dan hipertensi.
3. Manifestasi Klinis
Serangan kejang pada pasien mungkin terlihat selama fase kejang atau keadaan
koma yang meliputi satu atau lebih kejang, gangguan lainnya yaitu selama kehamilan
trimester kedua akhir atau trimester ketiga, gejala – gejala yang berikut dapat
meramalkan suatu kejang eklampsia yaitu kenaikan berat badan akibat retensi cairan,
pembengkakan muka dan tangan, sakit kepala, gangguan visual, nyeri epigastrium,
dengan atau tanpa nausea dan vomitus dan keluaran urin yang berkurang.
4. Komplikasi
a. Solusio plasenta : Biasa terjadi pada ibu dengan hipertensi akut.
b. Hemolisis : Gejala kliniknya berupa ikterik. Diduga terkait nekrosis periportal hati
pada penderita pre-eklampsia
c. Perdarahan otak : Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia
d. Kelainan mata : Kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi. Perdarahan pada
retina dapat ditemukan dan merupakan tanda gawat yang menunjukkan adanya
apopleksia serebri
e. Nekrosis hati : Terjadi pada daerah periportal akibat vasospasme arteriol umum.
Diketahui dengan pemeriksaan fungsi hati, terutama dengan enzim
13
f. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low platelet)
g. Kelainan ginjal : Berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma
sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Bisa juga terjadi anuria
atau gagal ginjal
h. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) : Dapat terjadi bila telah mencapai
tahap eklampsia.
5. Kajian Keperawatan
a. Pengkajian Primer
a) Airway ( Jalan nafas )
Cek airway terlihat apa pasien mengigit lidahnya atau giginya sendiri untuk itu
buka menggunakan laringoskop untuk mencegah terjadinya sumbatan terhadap
jalan nafas.
b) Breathing ( Pernafasan )
Pernafasan yang terganggu akibat sebagian dari otot-otot yang kejang.
c) Circulation ( Sirkulasi )
Hipertensi menyebabkan terganggunya sistem kardiovaskuler yang
menyebabkan terjadi kejang kejang otot dari semua, dan mengganggu juga
sistem otak.
b. Pengkajian Sekunder
a) Data subjektif
- Serangan kejang : pasien mungkin terlihat selama fase kejang atau
keadaan koma yang mengikuti satu atau lebih kejang.
- Gejala-gejala lain selama kehamilan kedua akhir atau trimester ketiga,
gejala-gejala yang berikut dapat meramalkan suatu kejang eklampsia :
kenaikan berat badan mendadak akibat retensi cairan, pembengkakan
muka dan tangan, sakit kepala, gangguan visual. Nyeri epigastrium atau
kuadran kanan atas dengan atau tanpa nausea dan vomitus, dan keluaran
urin yang berkurang.
14
b) Riwayat penyakit dahulu
Ciri khas pasien dengan eklampsia adalah nuliparta dan umur belasan tahun.
Catatan antenatal dapat menyingkap perkembangan yang mendadak atau
bertahap dari hipertensi, edema, kenaikan berat badan, dan albuminuria.
c) Data Objektif
- Pemeriksaan fisik
Pasien biasanya tidak sadar atau setengah sadar segera setelah suatu
kejang eklampsia. Kejang yang khas ditandai oleh timbulnya kontraksi
tonik umum yang diikuti oleh fase kronik yang berkembang ke koma.
Biasanya gerakan-gerakan kejang dimulai sekitar mulut dalam bentuk
kedutan pada muka (facial twichings). Dalam beberapa detik seluruh otot
tubuh mengalami kontraksi yang rigid (muka mengalami distorsi, mata
menonjol, lengan fleksi, lengan mengepal, dan tungkai tertarik). Setelah 15
sampai 20 letik otot-otot berkontraksi dan relaksasi bergantian secara
cepat. Gerakan otot dapat sedemikian hebat sehingga lidah dapat tergigit
oleh gerakan rahang yang hebat. Bila pasien sadar kembali, biasanya ia
mengalami disorientasi yang letih selama beberapa saat. Tekanan darah
meningkat, dan frekuensi pernapasan biasanya meningkat dan sukar. Pada
kasus-kasus kesukaran bernapas yang berat pasien tampak sianosis.
Retensi cairan yang menyeluruh seringkali tampak jelas.Edema muka
maupun edema perifer pada tangan dan tungkai merupakan temuan yang
umum. Pemeriksaan retina dapat menyingkap penyempitan arteriolar dan
edema retina. Pemeriksaan toraks dapat menyingkap ronki kasar di bagian
paru bawah yang sering. Refleks patella dan kaki biasanya hiperaktif.
Klonus kaki merupakan temuan yang sering.
- Pemeriksaan abdomen
Pengukuran tinggi uterus memberikan perkiraan umur kehamilan
janin. Presentasi janin harus ditentukan untuk merencanakan kelahiran.
Tonus uterus istirahat normal kecuali ada hubungan dengan pelepasan
15
plasenta. Kontraksi uterus intermiten memberi kesan bahwa persalinan
telah terjadi. Denyut jantung janin biasanya ada kecuali pelepasan plasenta
atau kejang telah menyebabkan anoksia janin.
- Pemeriksaan vagina
Turunnya bagian terbawah maupun keadaan serviks dievaluasi.
d) Tes Laboratorium
- Pemeriksaan darah lengkap & apusan darah
Hematokrit seringkali menimgkat, menandakan hematokonsetrasi.
Jika hematokrit lebih rendah dari yang diperkirakan, kemungkinan adanya
anemia sebelumnya atau hemolisis perlu dipertimbangkan. Pemeriksaan
apusan darah tepi memperlihatkan sel-sel target, sel helmet atau skitosit
yang dihubungkan dengan suatu proses hemolitik.
- Urinalisis
Sebuah kateter folley diinsersikan ke dalam kandung kemih dalam
usaha untuk mendapatkan contoh urin permulaan dan untuk memantau
urin yang keluar. Biasanya kandung kemih berisi sejumlah kecil urin
berwarna gelap yang mengandung protein 3+ atau 4+.
6. Terapi Definitif
Prinsip-prinsip umum :
a. Bersihkan jalan nafas pasien dan berikan cairan intravena.
b. Mengontrol kejang.
c. Mencegah komplikasi-komplikasi hipertensi
d. Memantau tanda-tanda vital pasien secara ketat : tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu, keluaran dan refleks-refleks.
e. Mempersiapkan rencana kelahiran
Langkah-langkah khusus :
16
Ventilasi yang adekuat itu esensi, jalan nafas harus bersih. Oksigen diberikan
melalui masker atau kateter hidung. Setiap sekresi dalam jalan nafas harus dihisap
dan pasien diatur posisinya untuk menghindari aspirasi muntah. Sebuah bila yang
dilapisi mengurangi trauma terhadap lidah. Cairan intravena yang biasanya
diberikan adalah dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat.
b. Mengontrol kejang
Magnesium sulfat merupakan obat anti kejang yang disukai oleh banyak ahli
kebidanan. Bolus 4g (20ml larutan 20%) disuntikan intravena dalam waktu tidak
kurang dari 3 menit. Pemberian ini segera diikuti dengan suntikan intramuscular
atau infus yang kontinu 1 sampai 2 g per jam. Dosis intramuscular adalah 10g bolus
diikuti dengan 5 g setiap 4 jam sepanjang reflek patella masih ada, aliran urin
mencapai 100ml atau lebih selama 4 jam sebelumnya dan pernafasan tidak
mengalami depresi (lihat preeklamsi). Amobarbital atau fenobarbital dapat
diberikan jika kejang atau agitasi menetap walaupun pengobatan dengan
magnesium sulfat (lihat serangan kejang pada kehamilan). Diazepam (valium), 5-10
mg perlahan-lahan secara intravena adalah obat anti kejang yang baik sekali yang
lebih disenangi untuk pencegahan atau pengobatan kejang postpartum. Selama
persalinan diazepam telah dihubungkan dengan meningkatnya risiko hipotonia
janin.
17
Penetuan tekanan vena sentralis atau arteri pulmonalis membantu memperkecil
risiko edema paru yang berhubungan dengan kelebihan cairan.
8. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan adalah segala treatment yang dilakukan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan. Dalam intervensi keperawatan dilakukan pengklasifikasian
yang dimaksudkan untuk memudahkan penelusuran intervensi keperawatan,
memudahkan dalam memahami berbagai intervensi keperawatan sesuai dengan area
praktik dan/atau cabang disiplin ilmu, serta memudahkan pengodean untuk penggunaan
berbasis komputer. setiap intervensi keperawatan pada standar ini terdiri atas tiga
komponen yaitu label, definisi, dantindakan. Label merupakan nama dari intervensi
keperawatan yang menjadi kata kunci untuk memperoleh informasi terkait intervensi
keperawatan. Definisi merupakan penjelasan mengenai makna dari label intervensi
keperawatan. Selanjutnya, tindakan merupakan rangkaian perilaku atau aktivitas yang
dilakukan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, 2016).
18
1. Batuk efektif meningkat - Monitor adanya retensi
2. Produksi spuntum menurun sputum
3. Mengi menurun - Monitor tanda dan gejala
4. Wheezing menurun infeksi saluran napas
5. Dispnea menurun - Monitor input dan output
6. Ortopnea menurun cairan ( mis. jumlah dan
7. Sulit bicara menurun karakteristik)
8. Sianosis menurun
Terapeutik
9. Gelisah menurun
10. Frekuensi napas mebaik - Atur posisi semi-Fowler
11. Pola napas membaik atau Fowler
- Pasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
- Buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi
19
- Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi Observasi :
- Identivikasi saat tingkat
dengan koping yang keperawatan selama 3x24 jam
ansietas berubah.
tidak efektif terhadap Ansietas diharapkan dapat
- Monitor tanda tanda
proses persalinan berkurang dan teratasi dengan
ansietas verbal non
kriteria :
verbal.
1. Verbalisasi kebingungan - Temani klien untuk
menurun. mengurangi kecemasan
jika perlu.
2. Verbalisasi khawatir akibat
- Dengarkan dengan
menurun.
penuh perhatian.
3. Prilaku gelisah menurun. - Gunakan pendekatan
20
- Latih teknik relaksasi.
- Kolaborasi pemberian
obat antiansietas jika
perlu.
9. Implementasi Keperawatan
Implementasi terdiri dari melakukan dan mendokumentasikan Tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melakukan intervensi
atau program keperawatan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan
keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon
klien terhadap tindakan tersebut (Kozier, erb, berman,2014).
21
adalah kehilangan darah sebanyak 500cc atau lebih dari traktus genetalia setelah
melahirkan (Suherni, 2009: 128)
2. Etiologi
a. Adanya perdarahan post partum yang terjadi akibat robekan ataupun sayatan
episiotomi yang lebar pada perineum atau vagina.
b. Atonia uteri adalah kondisi hilangnya tonus otot rahim sehingga tidak dapat
berkontraksi, menekan pembuluh dan mengurangi aliran darah. Situasi ini menjadi
penyebab utama perdarahan post partum dan dapat disebabkan oleh kondisi
kehamilan lainnya, seperti polihidramnion.
c. Plasenta previa adalah kondisi saat plasenta bayi menutup seluruh atau sebagian
leher rahim yang menghubungkannya dengan bagian atas vagina.
d. Retensi plasenta, yaitu kondisi ketika sebagian atau seluruh jaringan plasenta tidak
keluar setelah melahirkan.
e. Kekurangan enzim thrombin dapat menyebabkan gangguan perdarahan akibat
kegagalan pembekuan darah.
f. Rahim yang pecah (ruptur) juga dapat menyebabkan perdarahan post partum.
Namun, kasus ini merupakan kondisi yang jarang terjadi
22
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera,
kontraksi uterus baik gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat
traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
23
g. Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat
merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk
mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
h. Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter foley
untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.
i. Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila
terdapat tanda kegawatan pernafasan.
6. Kajian Keperawatan
a. Pengkajian primer
a) Airway : tidak ada obstruksi
b) Breathing : tekanan darah tidak normal/ turun, pernafasan meningkat, nafas
cepat, nafas dalam dan dangkal
c) Circulation : tekanan darah tidak normal/ turun, nadi meningkat, suhu hangat,
kesadaran normal, sianosis, kapilary refill memanjang, kulit hangat,
perdarahan
d) Dissability : badan lemah
e) Exposure : keluar keringat dingin
b. Pengkajian sekunder
a) Aktivitas istirahat : Insomia mungkin teramat.
b) Sirkulasi : kehilangan darah selama proses post portum
c) Integritas ego : Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat kira-kira 3
hari setelah melahirkan “post portum blues”
d) Eliminasi : BAK tidak teratur sampai hari ke 2 dan ke 5
e) Makan dan cairan : Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira
sampai hari ke 5
f) Persepsi sensori: Tidak ada gerakan dan sensori
g) Nyeri dan ketidaknyamanan : Nyeri tekan payudara dan pembesaran dapat
terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
c. Seksualitas:
24
a) Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun satu jari
setiap harinya
b) Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2
c) Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama
8. Intervensi Keperawataan
Intervensi Keperawatan adalah segala treatment yang dilakukan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan. Dalam intervensi keperawatan dilakukan pengklasifikasian
yang dimaksudkan untuk memudahkan penelusuran intervensi keperawatan,
memudahkan dalam memahami berbagai intervensi keperawatan sesuai dengan area
praktik dan/atau cabang disiplin ilmu, serta memudahkan pengodean untuk penggunaan
berbasis komputer. setiap intervensi keperawatan pada standar ini terdiri atas tiga
komponen yaitu label, definisi, dantindakan. Label merupakan nama dari intervensi
keperawatan yang menjadi kata kunci untuk memperoleh informasi terkait intervensi
keperawatan. Definisi merupakan penjelasan mengenai makna dari label intervensi
keperawatan. Selanjutnya, tindakan merupakan rangkaian perilaku atau aktivitas yang
dilakukan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, 2016).
25
Kekurangan volume Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia
keperawatan selama 3x24 jam
cairan berhubungan Observasi
Kekurangan volume cairan
dengan kehilangan diharapkan dapat berkurang - Observasi tanda-tanda
dan teratasi dengan kriteria :
volume secara aktif vital dan gelaja
1. Frekuensi Nadi dalam
akibat perdarahan. hipovolemia
batas normal ( 70-120
- Monitor intake dan
x/menit)
output cairan
2. Suhu tubuh dalam batas
normal ( 36,5 – 37,50C )
Terapeutik
3. Elastisitas turgor kulit
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan asupan cairan
oral
Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%,
NaCl 0,4% )
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid
Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan intervensi Perawatan Luka
infeksi berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
dengan trauma jaringan, Resiko Tinggi Terhadap
- Monitor Karakteristik
26
Stasis cairan Infeksi diharapkan dapat ( Mis, Drainase, warna,
ukuran, bau)
tubuh, penurunan Hb berkurang dan teratasi dengan
- Monitor tanda-tanda
kriteria : infeksi
Terapeutik
1. Tidak ada demam
- Lepaskan balutan dan
2. Tidak ada kemerahan plester secara perlahan
- Cukur rambut disekitar
3. Tidak ada nyeri
daerah luka, jika perlu
4. Tidak ada Bengkak - Bersihkan dengan cairan
Nacl atau pembersih
nontoksik, sesuai
kebutuhan
- Berikan salep yang sesuai
ke kulit/lesi, Jika perlu
- Pasang balutan sesuai
jenis lukaPertahankan
- Teknik steril saat
melakukan perawatan
luka
- Gnti balutan sesuai
jumlah eksudat atau
drainase
- Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
- Berikan diet dengna kalori
30-35 kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
- Berikan suplemen vitamin
dan mineral (mis, vitamin
27
A, vitamin C, Zinc, asam
amino)
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
28
Edukasi
Kolaborasi
9. Implementasi Keperawatan
Implementasi terdiri dari melakukan dan mendokumentasikan Tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melakukan intervensi
atau program keperawatan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan
keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon klien
terhadap tindakan tersebut (Kozier, erb, berman,2014).
29
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan
cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat dalam rencana keperawatan. Format yang dapat digunakan untuk evaluasi
keperawatan menurut Dinarti, (2011) yaitu format SOAP yang terdiri dari :
S (Subjektif), yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien
O (Objektif), yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga
A (Analiys), yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasanya ditulis dalam bentuk
masalah keperawatan)
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus kegawatdaruratan obstetri secara dini penting agar pertolongan yang cepat dan tepat
dapat dilakukan. Kegawatdaruratan dalam bentuk obstetri diantaranya :
1. Preeklampsia Berat, gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang
terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)
2. Eklampsia adalag suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk
menjadi kejang (Helen varney, 2007). Penyakit akut dengan kejang dan coma pada
wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri
Patologi, R. Sulaeman Sastrowinata, 1981).
3. Perdarahan post partum adalah pendarahan yang terjadi sampai 24 jam setelah
kelahiran dan biasanya melibatkan kehilangan banyak darah melalui saluran genital.
(Vicky Chapman, 2006).
B. Saran
Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien sangat
perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mampu merawat pasien secara
komprehensif dan optimal. Dan perawat juga harus bekerjasama dengan tim kesehatan lain
(dokter, ahli gizi, psikoatri dan pekerja sosial) dalam melakukan perawatan / penanganan
pasien hamil disertai dengan plasenta.
31
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Taber, Ben-Zion, M.D. 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :EGC.
32