Anda di halaman 1dari 26

PELAYANAN PRIMER

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA LANSIA

Dosen : Ns. Vivi Susanti S. Kep., M. Kep

Di susun oleh Kelompok 3 :


Dhea Widya Sari (144012410)
Ema Laila Sari (144012415)
Fadya Firdarany (144012416)
Firda Hifzia (144012420)
Friska Puspitasari (144012421)
Tia Oktavianti (144012451)
Nada Nailah (144012484)
Cindiana Pratiwi (144012408)
Wiwin Sukarni (144012456)
Listia Mustianah (144012473)
Anita Agustina (144012459)
Dwini Ayu Aprilia (144012462)
Risna Aprilia (144012440)

POLITEKNIK KARYA HUSADA DIPOLMA III


KEPERAWATAN TAHUN
2021/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji
syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Gawat Darurat ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Ns. Vivi
Susanti S. Kep., M. Kepselaku dosen mata kuliah Pelayanan Primer yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan
pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Lansia. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa dalam pembuatan tugas makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
apa yang kami harapkan.
Namun demikian, kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat penulis gunakan sebagai
masukan.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga apa yang penulis lakukan dapat
bermanfaat.

Depok, 24 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 3
C. Tujuan Masalah........................................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Dan Deskripsi Komunitas .......................................................................................... 5
B. Model Pengkajian Yang Digunakan Dalam Komunitas .......................................................... 5
C. Lansia ....................................................................................................................................... 7
D. Batasan Lanjut Usia ............................................................................................................... 10
E. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia.......................................................... 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan ....................................................................................................... 15
B. Analisa Keperawatan ............................................................................................................. 18
C. Diagnosa Keperawatan .......................................................................................................... 19
D. Intervensi Keperawatan ......................................................................................................... 19
E. Implementasi Keperawatan.................................................................................................... 20
F. Evaluasi Keperawatan............................................................................................................ 21

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 22
B. Saran ...................................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinyakebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam
sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan
ekosistem. Komunitas adalahsekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusialain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk
memenuhi keperluan barangdan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitandengan masalahmasalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan
masalahkesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus
dilihat darisegi - segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan
tersebut.Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang
sama(WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
yang samadengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mereka tinggal,kelompok sosial yang mempunyaiinterest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus
yangmerupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan
gunameningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan
fisik,rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
individu,keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat
secarakeseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu
sintesadari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan
memeliharakesehatan masyarakat.Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat
menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur
tertentu, berkelanjutan danmelibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat

1
2

disimpulkan bahwa perawatankesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu


keperawatan yang merupakanketerpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran sertamasyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungandengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif, secara menyeluruh danterpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses
keperawatan untuk ikut meningkatkanfungsi kehidupan manusia secara optimal.Sasaran
keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,keluarga, dan
kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh,daerah
terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di sekolah.Dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat untuk seluruh pelajar
dan lingkungan sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang berarti untuk
civitasakademika sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia dalam
perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi
danmemenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar
dalamidentifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden
masalahkesehatan kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi,
social, dankesehatan kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan
berfokus pada peningkatan harapan dan kualitas hidup.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang
kompleksterhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan
peningkatantaraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah
masalah karenadengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin
besarnya bebanyang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama
dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini
karena pada usia lanjutindividu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi
dan spiritual yangmempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari sehinggamenjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik
fisik maupunmental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun
diperkirakansetengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam
aktivitas kehidupansehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu
3

beraktivitas. Berkaitan dengankategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65


tahun atau lebih mempunyai palingtidak satu masalah kesehatan.
Menurut World Health Organization (WHO), lanjut usia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari lansia ?
2. Apa Model pengkajian yang digunakan dalam komunitas ?
3. Apa pengertian dari komunitas ?
4. Apa Batasan lanjut usia ?
5. Apa Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia ?
6. Apa Pengkajian keeprawan ?
7. Apa Analisa keperawan ?
8. Apa Diagnosa Keperawan ?
9. Apa Intervensi keperawan ?
10. Apa Implementasi keperawan ?
11. Apa Evaluasi kperawatan ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan memperolehinformasi dan gambaran
tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok KhususLansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan masalah
yang ada.
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus
lansia.
d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khususlansia.
4

e. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan komunitas


padakelompok khusus lansia.
f. Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia yang bermasalah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lansia


A. Pengertian Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu
yaitu balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular.
Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan
prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang
mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono,
2017).

B. Model pengkajian yang digunakan dalam komunitas


Model konsepsual dari Neuman memberi penekanan pada penurunan stress dengan
memperkuat garis pertahanan diri baik yang bersifat fleksibel, normal maupun yang
resisten. Intervensi ini diarahkan pada ketiga garis pertahanan tersebut yang terkait
dengan tiga level prevensi. Model ini menganalisa interaksi dari empat variable yang
menunjang komunitas, yaitu fisiologis, Psikologis, Sosial cultural, dan perkembangan
spiritual, adapun tujuan keperawatan adalah stabilitas klien dan keluarga dalam
lingkungan yang dinamis. Asumsi yang dikemukakan oleh Neuman berdasarkan empat

5
6

konsep utama dari paradigma keperawatan yang terkait dengan keperawatan komunitas
adalah sebagai berikut:
1) Manusia: Merupakan suatu system terbuka, yang selalu mencari keseimbangan
dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variabel-variabel fisiologis,
psikologis, sosiokultural, dan perkembangan spiritual.
2) Lingkungan: Meliputi semua factor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar atau system klien
3) Kesehatan Kemampuan komunitas mempertahankan keseimbangan terhadap
stresor yang ada dan mempertahankan keharmonisan antara bagian dan
subbagian keseluruhan komunitas. Model ini pun menjelaskan bahwa sehat
merupakan respons sistem terhadap stresor dilihat dalam satu lingkaran
konsentris core (inti) dengan tiga garis pertahanan, yaitu fleksibel, normal, dan
resisten, dengan lima variabel yang saling memengaruhi, yaitu fisiologi,
psikologi, sosiobudaya, spiritual dan perkembangan.
4) Keperawatan Model ini menjelaskan bahwa keperawatan memperhatikan
manusia secara utuh untuk mempertahankan semua variabel yang memengaruhi
respons klien terhadap stresor. Melalui penggunaan model keperawatan ini,
diharapkan dapat membantu individu, keluarga dan kelompok untuk mencapai
dan mempertahankan level maksimum dari total wellness. Perawat membantu
komunitas menjaga kestabilan dengan lingkungannya dengan melakukan
prevensi primer untuk garis pertahanan fleksibel, prevensi sekunder untuk garis
pertahanan normal, dan prevensi tersier untuk garis pertahanan resisten.
Pelayanan keperawatan juga disesuaikan dengan kondisi yang dialami
komunitasnya. Contoh, jika stresor ada di lingkungan klien, yaitu menembus
garis pertahanan fleksibel, maka yang dilakukan perawat adalah melakukan
prevensi primer (tingkat pencegahan primer), seperti mengkaji faktor-faktor
risiko, memberi pendidikan kesehatan atau membantu klien sesuai dengan
kebutuhannya. Jika stresor telah menembus garis pertahanan normal, maka
yang dilakukan perawat adalah melakukan prevensi sekunder, seperti
melakukan deteksi dini, menentukan sifat dari proses penyakit dan memberikan
pelayanan keperawatan segera. Jika stresor telah mengganggu garis pertahanan
7

resisten, maka upaya prevensi tersier dapat dilakukan oleh perawat untuk
membatasi atau mengurangi efek dari proses penyakitnya atau mengoptimalkan
potensi komunitas sebagai sumber rehabilitasi. Aplikasi model neuran pada
komunitas.
Sesuai dengan Neuman, kelolmpok/komunitas dilihat sebagai klien yang
dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan
penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan yang terdiri dari lima
tahapan: pengkajian, penegakan diagnosa kepererawatan, perencanaan.
implementasi, dan evaluasi
C. Lansia
Menurut World Health Organization (WHO), lanjut usia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia
ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Lanjut Usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba
menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Dimasa ini lansia akan mengalami keunduran fisik
secara bertahap (Azizah, 2011:1).

1. Teori-teori Proses Menua


Nugroho (2006) mengelompokkan teori proses menua dalam 2 bidang, yakni
biologi dan sosiologis. Masing-masing bidang tersebut kemudian dipecah lagi
kedalam beberapa bagian sebagai berikut:
1) Teori Biologi
a. Teori Genetik
Teori Genetic Clock Teori ini merupakan teori instrinsik yang menjelaskan
bahwa ada jam biologis di dalam tubuh yang berfungsi untuk mengatur gen
dab menentukan proses penuaan. Proses menua ini telah terprogram secara
genetic untuk 9 speises-speises tertentu. Umumnya, di dalam inti sel setiap
speises memiliki suatu jam genetic/jam biologis sendiri dan setiap dari
8

mereka mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar


menurut replika tertentu (Nugroho, 2006 dikutip Ratnawati, 2018).
b. Teori Mutasi Somatik Teori ini meyakini bahwa penuaan terjadi karena
adanya mutase somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Nugroho,
mengamini pendapat Suhana (1994) dan Constantinides (1994) bahwa telah
terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses
translasi RNA protein/enzim. Kesalahan yang terjadi terus menerus
akhirnya menimbulkan penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi
kanker atau penyakit. Setiap sel tersebut kemudian akan mengalami mutasi
sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
2) Teori Nongenetik
a) Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory) Pengulangan
mutase dapat menyebabkan penurunan kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri (self-recognition). Seperti dikatakan Goldstein
(1989) bahwa mutasi yang merusak membran sel akan menyebabkan sistem
imun tidak mengenalinya. Jika tidak mengenalinya, sistem imun akan
merusaknya. Hal ini lah 10 yang mendasari peningkayan penyakit auto-
imun pada lajur usia.
b) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory) Teori ini terbentuk
karena adanya proses metabolism atau proses pernafasan didalam
mitokondria. Radikal bebas (asap kendaraan, asap rokok, zat pengawet dan
radiasi sinar UV) yang tidak stabil mengakibatkan oksidasi oksigen bahan
organik, yang kemudian membuat sel tidak dapat beregenerasi (Halliwel,
1994 dikutip Ratnawati, 2018).
c) Teori menua akibat metabolism Teori ini menjelaskan bahwa metabolism
dapat mempengaruhi proses penuaan. Hal ini dibuktikan dalam penelitian-
penelitian yang menguji coba hewan, di mana pengurangan asupan kalori
ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur,
sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur (Bahri dan Alem, 1989; Darmojo, 1999; Nugroho,
2006; Ratnawati, 2018).
9

d) Teori rantai silang (cross link theory) Teori ini menjelaskan bahwa lemak,
protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) yang bereaksi
dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan. Hal tersebut
menyebabkan adanya perubahan pada membrane plasma yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, 11 kurang elastis, dan
hilangnya fungsi pada proses menua (Nugroho, 2006 dikutip Ratnawati,
2018).
e) Teori fisiologis Teori ini terdiri atas teori oksidasi stress dan teori dipakaiaus
(wear and tear theory), di mana terjadinya kelebihan usaha pada stress
menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (Nugrogo, 2006 dikutip Ratnawati,
2018).
3) Teori Sosiologis
a. Teori interaksi sosial Kemampuan lansia dalam mempertahankan interaksi
sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya. Teori ini
menjelaskan mengapa lansia bertindak pada situasi tertentu. Pokok-pokok
social exchange theory menurut Nugroho (2006) dikutip Ratnawati (2017)
antara lain:
- Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya
masing-masing.
- Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya
dan waktu.
- Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor
mengeluarkan biaya.
b. Teori aktivitas atau kegiatan Menurut Nugroho (2006) dikutip Ratnawati
(2017), teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Para lansia 12 akan
merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin. Padahal secara alamiah mereka akan
mengalami penurunan jumlah kekuatan secara langsung.
c. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory) Teori ini menjelaskan
bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lansia sangat dipengaruhi oleh
10

tipe personalitas yang dimilikinya (Nugroho, 2006; Ratnawati, 2017).


Menurutnya, ada kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia, dimana
dimungkinkan pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia.
d. Teori pembebasan atau penarikan diri (disangagement) Teori yang pertama
kali diajukan oleh Cumming dan Hendri (1961) dikutip Ratnawati (2017)
ini menjelaskan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, seseorang
berangsur-angsur mulai akan melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya dengan demikian, kondisi ini akan
berdampak pada penurunan interaksi sosial lansia, baik secara kualitas
maupun kuntitas sehingga lanjut usia mengalami kehilangan ganda (Triple
loss): Kehilangan peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction
of contact and a relationship), berkurangnya komitmen (reduced
commitment to social mores and values).
D. Batasan-batasan Lanjut Usia
Lanjut usia dibagi oleh sejumlah pihak dalam berbagai klasifikasi dan batasan.
1) Menurut WHO
Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) yang dikatakan
lanjut usia tersebut di bagi kedalam tiga kategori yaitu:
a. Usial lanjut : 60-74 tahun.
b. Usia tua : 75-89 tahun.
c. Usia sangat lanjut : > 90 tahun.
E. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
1) Perubahan Fisik
a. Sistem keseluruhan
Berkurangnya tinggi dan berat badan, bertambahnya fat to lean body, mass
ratio, dan berkurangnya cairan tubuh.
b. Sistem integument
Kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering dan keriput karena
menurunnya cairan, hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat, dan terdapat bitnik-
bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit, menurunnya sel-sel yang
11

memproduksi pigmen, kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal serta rapuh. Pada
wanita usia lebih dari 60 tahun, rambut wajah meningkat, rambut menipis,
warna rambut kelabu, serta kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
Fungsi kulit sebagai proteksi sudah menurun.
c. Sistem muscular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang, pengecilan otot
akibat menurunnya serabut otot, namun pada otot polos tidak begitu
terpengaruh.
d. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan
penumpukan lipofusin dan klasifikasi SA note dan jaringan konduksi berubah
menjadi 16 jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang,
sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan
maksimum, mengurangi tekanan darah, dan berat badan.
e. Sistem perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50%, filtrasi glomelurus menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang
akibatnya kurang mampu memekatkan urine, BJ urine menurun, proteinuria,
BUN meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas
kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah, frekuensi
berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibat retensi
urine meningkat. Pembesaran prostat (75% usia di atas 65 tahun),
bertambahnya aliran darah renal, berkurangnya osmolalitas urine clearance,
berat ginjal menurun 30-50%, jumlah neufron menurun, dan kemampuan
memekatkan atau mengencerkan urine oleh ginjal menurun.
f. Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktivitas silia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli ukurannya melebar dari
biasanya, jumlah alveoli berkurang, oksigen arteri menurun menjadi 75 mmHg,
12

17 pada arteri tidak berganti, berkurangnya maximal oxygen uptake, dan


berkurangnya reflex batuk.
g. Sistem gastrointestinal
Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput lender, atropi
indera pengecap (80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah
terutama rasa tentang rasa asin, asam dan pahit. Pada lambung, rasa lapar
menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
Fungsi absobsi (daya absobsi terganggu). Liver (hati) makin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan dan berkurangnya aliran darah.
h. Sistem penglihatan
Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan presbiopi.
Lensa kehilangan elasitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah, ketajaman
penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang,
menurunya lapang pandang (berkurang luas pandang, berkurangnya sensitivitas
terhadap warna: menurunnya kemampuan membedakan warna hijau atau biru
pada skala dan depth perception).
i. Sistem pendengaran
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telingan 18 dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
j. Sistem persyarafan
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikal, reaksi
menjadi lambat, kurang sensitive terhadap sentuhan, berkurangnya aktifitas sel
T, bertambahnya waktu jawaban motorik, hantaran neuron motorik melemah,
dan kemunduran fungsi saraf otonom.
k. Sistem endokrin
Produksi hamper semua hormone menurun, fungsi parathyroid dan sekresinya
tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan LH. Menurunnya aktifitas
tiroid akibatnya basal metabolism menurun, menurunnya produksi aldosterone,
13

menurunnya sekresi hormone gonand (progesterone, esterogen dan aldosteron)


bertambahnya insulin, norefinefrin, parathormone, vasopressin, berkurangnya
tridotironin, dan psikomotor menjadi lambat.
l. Sistem reproduksi
Selaput lender vagina menurun atau kering, menciutnya ovarium dan uterus,
atrofi payudara, testis masih dapat memproduksi sperma meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur dan dorongan seks menetap sampai diatas
19 umur 70 tahun asalkan kondisi kesehatan baik, penghentian produksi ovum
pada saat menopause.
2) Perubahan Kognitif
Menurut Emmelia Ratnawati (2017) faktor-faktor yang mempemgaruhi perubahan
kongnitif antara lain:
a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)

Lingkungan Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran, kemampuan


berbicara, dan kemampuan motorik terpengaruh. Lansia akan kehilangan
kemampuan dan pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya. Lansia
cenderung mengalami demensia.

3) Perubahan Psikososial
a. Pensiun Perubahan psikososial yang dialami lansia erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, seorang lansia yang
memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan sebagai berikut:
a) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang).
b) Kehilangan status atau jabatan pada posisi tertentu ketika masih bekerja
dulu.
c) Kehilangan kegiatan atau aktivitas.
14

b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality).


c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
cepat.
d. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic
depribation).
e. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
f. Timbulnya kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
g. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan gambaran diri, perubahan
konsep diri).
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah sebuah proses untuk mengenal dan mengidentifikasi faktor-
faktor (baik positif dan negative) pada usia lanjut, baik secara individu maupun kelompok,
yang bermanfaat untuk mengetahui masalah dan kebutuhan usia lanjut, serta untuk
mengembangkan strategi promosi kesehatan (Azizah, 2012). Pengkajian keperawatan pada
lansia merupakan proses kompleks dan menantang yang harus mempertimbangkan
kebutuhan lansia melalui pengkajian-pengkajian untuk menjamin pendekatan lansia
spesifik, antara lain :
1) Identitas
Studi kasus ini dilakukan pada Tn. L.A berumur 75 tahun jenis kelamin laki-laki, suku
Rote, Agama Kristen protestan, Pendidikan perguruan tinggi, Status perkawinan
Menikah, tanggal masuk panti 7 agustus 2015, alasan pasien masuk panti karena tidak
ada yang mengurusnya Saat dikaji didapatkan pasien dengan diagnosa Demensia
sedang.
2) Riwayat keluarga
Istri dari Tn. L.A masih hidup, istrinya sehat, berumur 73 tahun, bekerja sebagai IRT.
Pasangan Tn. L.A memiliki 1 orang anak laki-laki bernama Tofri, anaknya tidak tinggal
bersama karena sudah berkeluarga dan istri Tn L.A tinggal bersama anaknya.
3) Riwayat pekerjaan
Tn. L.A mengatakan dahulu bekerja sebagai PNS, Status pekerjaan saat ini: pensiunan
PNS dan tinggal di panti jompo, Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan saat ini: kebutuhan di tanggung oleh Panti Werda Budi Agung Kupang.
4) Riwayat lingkungan hidup
Tipe tempat tinggal Permanen, Jumlah kamar 3 kamar, 3 kamar mandi, jumlah yang
jumlah orang yang tinggal dalam rumah 6 orang
5) Riwayat rekreasi

15
16

Pasien mengatakan hobinya adalah bermain bola kaki bersama teman-teman di


karenakan dulu pasien adalah guru olahraga, pasien juga pernah berlibur di kampung
halamanya di Rote.
6) Suber dukungan yang di gunakan
Tn A.L mengatakan biasa periksa kesehatan di dokter tetapi pasien lupa nama dokter,
klinik yang di gunakan adalah klinik panti werdah budi agung kupang.
7) Riwayat kesehatan saat ini
Penyakit yang di derita 1 tahun terakhir adalah dimensia dan malaria, penyakit yang di
derita saat ini dimensia sedang, keluhan saat ini: Tn L.A mengatakan tidak bisa atau
susah untuk mengingatkan kembali masa yang sudah lalu atau yang sudah terjadi
bahkan lupa nama ibunya
8) Nutrisi
Kebiasaan makan 3 x sehari , pasien tidak ada diaet khusus atau pembatasan makanan,
indek masa tubuh dari passien dengan bb 55 kg tinggi badan 160 cm dengan
menggunakan rumus IMT BB/TB kuadrat dan hasinya 21,48 berat badan dalam
kategori normal, pasien juga tidak ada masah intake makanan .
9) Pola istirahat tidur
Tn. L.A mengatakan lama ia tidur 2-5 jam, pasien mengalami gangguan tidur pada
malam hari dikarenakan mendengar bunyi yang mengganggunya tidur dan suasan
kamar ribut.
10) Tinjauan sistem
a) Tingkat kesadaran Tn L.A adalah composmetis (CM) dengan hasil pengkajian
Mata: 4, verbal: 5, motoriknya : 6 hasil pemeriksaan TTV: Td 110/70 mmH, suhu
36,6 pernapasan 19 x/ menit
b) Penilaian umum
Dari hasil pengkajianTn. L.A mengatakan ia mengalami kelelahan, tidak
mengalami perubahan bb satu tahun yang lalu, nafsu makan baik pasien mengalami
kesulitan tidur, pasien memiliki kemampuan ADL yang baik.
c) Pengkjian integumen
Tidak ada luka, mengalami perubahan pigmentasi dan perubahan tekstur kulit,
mengalami perubahan ramut dan juga kuku.

16
17

d) Hasil pengkajian kepala


Tn. L.A mengalami perubahan penglihatan, tidak menggunakan kaca mata, tidak
pernah melakuaknpemeriksaan mata, Tn. L.A tidak mengalami masalah pada
hidung.
e) Mulut dan tenggorokan
Tn. L.A mengatakan ia tidak mengalami sakit tenggorokan, tidak ada lesi, tidak ad
perubahan suara, tidak ada kesulitan menelan, tidak ada riwayat infeksi, tidak
pernah periksa gigi, pola menggsok gigi 1 x sehari, tidak memakai gigi palsu.
f) Pernapasan dan Cardiovaskuler
Tn. L.A mengatakan dia tidak batuk, tidak sesak, tidak ada sputum, tidak ada riayat
asma. Pasien tiak mengalami gangguan cardio
g) Perkemihan
Frekuensi BAK 6 x sehari, tidak ada nyeri saat berkemih
h) Musculosceletal
Tidak ada nyeri persendian, tidak ada pembengkakan sendi, pasien mengalami
kelemahan otot
i) Sistem syaraf pusat
Pasien tidak mengalami sakit pada kepala, tidak kejang, tidak ada trauma, tidak
mengalami tremor atu spasme, dan Tn. L.A mengalami masalah memori
11) Tes koordinasi/ keseimbangan
Tes koordinasi atau keseimbangan pada Tn. L.A dengan kriteria hasil 3 keterangannya:
28-42 ada sedikit bantuan ( untuk keseimbangan )
12) Pemeriksaan indeks barthel
Pemeriksaan indeks barthel pada Tn. L.A pasien mampu melakukan aktivitas sendiri
tanpa ada bantuan dngan keterangan 100 : mandiri.
13) Pemeriksaan status kognitif (Short Portable Mental Status Questsionnaire)
Pemeriksaan status kognitif pada Tn. L. A menjawab 10 pertanyaan salah 7 benar 3
pasien ada pada keterangan salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
14) Mini Mental Status Exam (MMSE) Maximal 5 minimal 1

17
18

Pemeriksaan status mental pada Tn. L. A dengan 11 pertanyaan pasien mampu


menjawab dengan total nilai 23 sesuai keterangan bila mendapatkan nilai 18-23 yaitu
pasien mengalami gangguan kognitif sedang
B. Analisis Data
DS: Tn. L. A mengatakan tidak tidak bisa atau susah untuk mengingatkan kembali masalalu
tanggal,waktu, bulan dan tahun. Hanya mengetahui nama wisma yang dia tinggal
DO: Tn. L.A tidak dapat menjawab hari taanggal wakti tahun. pasien hanya Menjawab
nama saja. pasien tidak mampu mengenal jam, hari,tanggal,bulan serta tahun. Tidak
ingat nama ibu dan saudaranya. Asien hanya Ingat nama anak dan istrinya.mengulang
kata-kata yang diucapkan petugas. Pada fase pengertian verbal, pasien tidak mampu
melakukan perintah yang ditulis petugas. Pada fase perintah tertulis, pasien tidak
mampu melakukan perintah yang ditulis petugas. Pada fase menulis kalimat, pasien
tidak mampu menulis satu kalimat yang bermakna. Pada fase menggambar kontruksi,
pasien tidak menirukan gambar yang diberikan petugas. Kesimpulannya pasien
memiliki kognitif sedang dari data DS dan DO di temukan
etioliginyaketidakmampuan membuat ketrampilan yang telah di pelajari,
ketidakmampuan mengingat informasi faktual, ketidakmampun mengimgat perilaku
tertentu yang pernah di lakukan, tidak mampu mengingat peristiwa yang baru saja
terjadi, tidak mampu menyimpan informasi baru, mudah lupa, dan masalahnya adalah
Kerusakan memori.Dari data-data diatas dapat ditemukan masalah keperawatan
kerusakan memori (00131)
DS: pasien mengatakan tidak mandi karena dingin ,DO: Tn. L.A mengeluh seluruh
tubuhnya terasa gatal- gatal. kulit pasien tampak kotor dan bersisik,tampak pakaian
pasien kotor dan berbau, serta keaadan umum berantakkan, pasien tampak
mnenggaruk-garuk badan, dari data pengasuh mengatakan Tn. L.A malas mandi, jika
mandi tidak dijaga hanya mencuci muka, menggunakan sabun mandi untuk cuci
rambut. Dari data DS dan DO di temukan etiologinya ketidakmampuan membasuh
tubuh, ketidak mampuan mengakses kamar mandi, ketidak mampuan mengambil
perlengkapan mandi. Katidakmampuan mengatur air mandi, ketidakmampuan
menjangkau sumber air dan masalahnya adalah Defisit perawatan diri. Dari data-data
diatas dapat ditemukan masalah keperawatan defisit perawatan diri mandi. (00108)

18
19

C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil analisa data maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan, kerusakan
memori (00131), dan difisit Perawtan diri mandi (00108).

D. Intervensi Keperawatan
Adapun perencanaan dari Diagnosa keperawatan kerusakan memori yang dapat ditegakkan
1. Diagnosa 1 dengan kode 00131, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam kesadaran klien terhadap identitas personal, waktu dan tempat meningkat atau baik
dengan indikator/ kriteria hasil: NOC: Mengenal kapan klien lahir, Mengenal orang
atau hal penting, Mengenal hari bulan tahun dengan benar, Klien mampu
memperhatikan dan mendengarkan dengan baik, Klien dapat menjawab pertanyaan
dengan tepat, Klien mengenal identitas diri dengan baik, Klien mengenal identitas
orang disekitar dengan tepat. NIC:
1) Mengenal kapan klien lahir , Mengenal orang atau hal penting.
2) Mengenal hari bulan tahun dengan benar.
3) Klien mampu memperhatikan dan mendengarkan dengan baik.
4) Klien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat.
5) Klien mengenal identitas diri dengan baik,
6) Klien mengenal identitas orang disekitar dengan tepat.
2. Diagnosa 2 defisit perawatan diri mandi, dengan kriteria hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan defisit perwatan diri selama
3 X 24 jam, diharapkan pasien dapat meningkatkn perawatan diri selama dalam
perawatan, dengan kriteria hasil: NOC: Mengambil alat/ bahan mandi, Mandi di bak
mandi, Mandi dengan bersiram dan menggunakan sabun, Mencuci badan bagian atas
dan bawah, Mengeringkan badan menggunakan handuk. NIC: mandikan pasien dengan
tepat, bantu pasien menyiapkan handuk, sabun dan sampho di kamar mandi, dorong
pasien untuk mandi sendiri, berikan bantuansampai pasien benar- benar mampu
merawat dirinya secara mandiri., sediakan lingkungan yg teraupetik dengan
memastikan kehangatan, suasana rileks dan nyaman serta menjaga privasi pasien

E. Implementasi keperawatan

19
20

Untuk diagnosa 1 dilakukan pada tanggal 27 mei jam 09.00 mengenali nama hari (senin
sampai sabtu), tanggal, tempat waktu dan memperkenalkan orang (nama) memperkenalkan
nama kita sendiri, setiap hari menanyakan nama apakah masih ingat atau tidak. Mengenali
nama tempat (kenanga), mennyayakan peristiwa yang telah terjadi( pagi tadi telah
melakukan apa).
Untuk diagnosa 2 dilakukan pada tanggal 27 mei 2019 jam 08.15 mandikan pasien dengan
tepat, bantu pasien menyiapkan handuk, sabun dan sampho di kamar mandi, dorong pasien
untuk mandi sendiri, berikan bantuan sampai pasien benar- benar mampu merawat dirinya
secara mandiri. sediakan lingkungan yg teraupetik dengan memastikan kehangatan,
suasana rileks dan nyaman serta menjaga privasi pasien.
Untuk diagnosa 1 dilakukan pada tanggal 28 mei 2019 jam 09.00 mengenali nama hari
(senin sampai sabtu), tanggal, tempat waktu dan memperkenalkan orang (nama)
memperkenalkan nama kita sendiri, setiap hari menanyakan nama apakah masih ingat atau
tidak. Mengenali nama tempat (kenanga), mennyayakan peristiwa yang telah terjadi( pagi
tadi telah melakukan apa).
Untuk diagnosaa 2 dilakukan pada tanggal 28 mei 2019 jam 08.menayakan pasien apakah
sudah mandi, bantu pasien menyiapkan handuk, sabun dan sampho di kamar mandi, dorong
pasien untuk mandi sendiri, berikan bantuan sampai pasien benar- benar mampu merawat
dirinya secaramandiri. sediakan lingkungan yg teraupetik dengan memastikan kehangatan,
suasana rileks dan nyaman serta menjaga privasi pasien.
Untuk diagnosa 1 dilakukan pada tanggal 29 mei 2019 jam 10.00 Untuk mengenali nama
hari (senin sampai sabtu), tanggal, tempat waktu dan memperkenalkan orang (nama)
memperkenalkan nama kita sendiri, setiap hari menanyakan nama apakah masih ingat atau
tidak. Mengenali nama tempat
(kenanga), mennyayakan peristiwa yang telah terjadi( pagi tadi telah melakukan apa).
Untuk diagnosaa 2 dilakukan pada tanggal 29 mei 2019 08.15 mandikan pasien dengan
tepat, bantu pasien menyiapkan handuk, sabun dan sampho di kamar mandi, dorong pasien
untuk mandi sendiri, berikan bantuan sampai pasien benar- benar mampu merawat dirinya
secaramandiri. sediakan lingkungan yg teraupetik dengan memastikan kehangatan, suasana
rileks dan nyaman serta menjaga privasi pasien.

F. Evaluasi

20
21

Pada hari kamis tanggal 30 mei 2019 jam 9.3 diagnosa 1: S: pasien mengatakan hari kamis,
tanggal tidak tau, jam 09.00, tahun tidak tau, nama lupa, menyebutkan nama tempat wisma
kenanga, teman wisma lupa nama O: pada saat dikaji ditanya jam dapat menjawab yaitu
jam 9, hari juga dapat menjawab hari kamis, tanggal tidak tau, tahun tidak tau menanyakan
kembali nama perawat Tn. L.A mengatakan lupa, nama teman sewisma pun ingat satu
orang saja yaitu opa obe A: masalah teratasi sebagain. P : intervensi di lanjutkan.
Untuk diagnosa 2 S: pasien mengatakan sudah mandi pada pagi hari. O: pasien tampak
segar, rambut kotor, kepala bau, dan pengasuh mengatakan Tn. L.A sudah mandi tetati
tidak keramas rambuti, Karena untuk kesadaran mandi sendiri tidak ada, harus dijaga untuk
proses mandi. A: masalah masalah teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan.

21
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunitas sebagi suatu kelompok sosial yang di tentuakn oleh batas-batas wilayah, nilai-
nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada rasa saling mengenal dan interaksi anggota
masyarakat yang satu dengan yang lainya. (WHO 1974) Keperawatan Komunitas adalah
pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan
kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra
dalam perencanaan. pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (CHN, 1977).

B. Saran
Diharapkan Mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dan menambah bekal tentang
konsep keperawatan komunitas, sehinggaterdapat optimalisasi kinerja dalam melakukan
praktek klinik keperawatan komunitas. Mahasiswa diharapkan mempunyai konsep yang
lebih tentang pengorganisasian masyarakat dengan berbagai alternatif pendekatan sehingga
akan lebih mempermudah pelaksanaan praktek klinik di masyarakat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu


Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FKUI
Copel,L,C. (2007). Kesehatan jiwa dan psikiatri. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku : Patofisiologi.Ed.3.Jakarta : EGC
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika.
Nugroho, H. wahjudi. (2009).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC
Santoso, H Dan Ismail A.(2009). Memahami krisis lanjut usia. Jakarta : Gunung Mulia.
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Jakarta: EGC
Kyoto (2011). Cognitive development. New Jersey: Prentince Hall inc
Craven dan Hirnle (2000). Permasalahan strategis, ( Terjemahan ). Jakarata
Nanda (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. Edisi 10 editor . Jakarata
World health organitation (2009). WHO global report in older age Prancis. WHO.

Anda mungkin juga menyukai