Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN PADA N.

V DENGAN PREEKLAMSIA DI RUMAH


SAKIT BHAYANGKARA KUPANG

OLEH :

NAMA : RUTH MIRYAM SELAN

NIM : 12351119

YAYASAN MARANATHA NUSA TENGGARA TIMUR

AKADEMI KEPERAWATAN MARANATHA KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini dengan judul “PREEKLAMSIA
BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO CIDERA PADA JANIN” Dalam laporan
pendahuluan ini kami menyadari bahwa masih banyak hal yang perlu kami pelajari dan juga
kami harus pahami tentang bagaimana melakukan sesuatu dalam penulisan, oleh karna itu kami
sangat membutuhkan kritik dan saran dari pembaca dalam membangun dan menyempurnkan
Laporan ini. Semoga dalam penulisan Laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dalam penulisan laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-
besarnya kepada yang terhormat:

1. Camelia Bakker .S. Si- Teol. M.Si Selaku Direktur bidang akademik, yang memberi
kesempatan untuk dapat menimba ilmu di AKPER MARANATHA GROUPS.

2. Delice Vebrida Pobas,S.ST selaku pembimbing akademi yang membimbing saya dalam
penulisan laporan ini.

3. Delice Vebrida Pobas,S.ST Sebagai coordinator Maternitas.

4. Teman-teman program study D III Keperawatan Akper Maranatha Groups. Dan berbagai
pihak yang tidak di sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan
spiritual.

Semoga laporan study kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan
kesehatan amin.

Kupang, 12 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

LEMBARAN PERSETUJUAN.......................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan ................................................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................................... 3

BAB II TINJAUN PUSTAKA

A. Definisi............................................................................................................................. 4
B. Etiologi ............................................................................................................................ 8
C. Patofisiologi.....................................................................................................................
D. Komplikasi.......................................................................................................................
E. Manifestasi Klinis............................................................................................................ 9
F. Pencegahan...................................................................................................................... 9
G. Penanganan

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian ....................................................................................................................10
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................................................12
a. Analisa Masalah............................................................................................................12
b. Diagnosa keperawatan .................................................................................................12
3. Intervensi ......................................................................................................................12
4. Implementasi ................................................................................................................13
5. Evaluasi ........................................................................................................................14
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN KASUS CA MAMAE(KANKER PAYUDARA) DIRUANG
CEMPAKA RUMAH SAKIT BHYANGKARA KUPANG

Mengetahui :

Pembimbing CI Pembimbing Akademik

BETSEBA TAUTI DELICE V. POBAS, S.ST

Mahasiswa

RUTH MIRYAM SELAN


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ


yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel (Angsar, 2010).

Preeklampsia dan eklampsia adalah komplikasi pada masa kehamilan yang menjadi salah
satu penyebab kematian dan kesakitan ibu dan bayi di seluruh dunia (Luca, 2008).

Kejadian hipertensi dalam kehamilan, khususnya preeklampsia dan eclampsia kini berada
pada angka 5-15%, dan merupakan salah satu penyebab mortalitas ibu hamil tertinggi di
Indonesia selain infeksi dan perdarahan (Kemenkes,2014). Preeklampsia adalah kelainan
malfungsi endotel pembuluh darah atau vascular yang menyebar luas sehingga dapat terjadi
kejang mendadak setelah usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan
perfusi organ dan pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi, odema , dan
dijumpai proteinuria 300 mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat
fluktuatif saat pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011).

Preeklampsia terdiri dari preeklampsia ringan, preeklampsia berat, terkadang juga disertai
HELLP syndrome, dan bahkan bisa sampai ke tahap eklampsia (Bobak, 2005). Prevalensi
preeklampsia dan eklampsia beragam diseluruh dunia. Secara global preeklampsia berat dan
eklampsia merupakan salah satu 2 penyebab kematian ibu di dunia.

Berdasarkan data UNICEF (2015), menyatakan jumlah kematian ibu dan anak setiap tahun
akibat komplikasi kehamilan dan persalinan menurun dari 532.000 pada tahun 1990 menjadi
303.000 pada tahun 2015. Penyebab utama kematian ibu adalah akibat komplikasi dari
kehamilan atau melahirkan. Komplikasi tersebut salah satunya adalah hipertensi dalam
kehamilan (preeklampsia & eklampsia) yang telah menyumbangkan 14% penyebab kematian
maternal di dunia (UNICEF, 2015). Di Indonesia, pada tahun 2013 hipertensi kejadian pada ibu
hamil sebanyak 24,7%, pada tahun 2014 terdapat 26,9% sedangkan pada tahun 2015 sebanyak
27,1%. Dari data tersebut sejak tahun 2013 hingga 2015 terjadi peningkatan kejadian hipertensi
pada kehamilan, ini menandakan resiko terjadinya preeklampsia meningkat (Lombo, dkk, 2017).
Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 menunjukkan jumlah AKI yang
tercatat sebanyak 110 kasus. Salah satu penyebab kematian ibu tersebut adalah hipertensi dalam
kehamilan yang menyumbangkan 14 kasus.Tahun 2016 terjadi penurunan AKI menjadi 106
kasus, dan hipertensi dalam kehamilan menyumbangkan 20 kasus penyebab AKI tersebut.
(Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar, 2016). Preeklampsia berat dan eklampisa dapat
menimbulkan berbagai dampak diantaranya bayi dilahirkan sebelum waktunya, dan bayi berat
lahir rendah (BBLR).

Tekanan darah yang tinggi menyebabkan berkurangnya kiriman darah menuju ke plasenta.
Akibatnya, perkembangan janin/bayi pun menjadi 3 lambat dan memicu terjadinya persalinan
dini. Preeklampsia berat akan berakibat fatal jika tidak segera ditindak, karna akan merusak
plasenta sehingga menyebabkan bayi lahir dalam keadaan prematur bahkan tidak bernyawa.
Preeklampsia berat serta eklampsia juga akan memberikan dampak terhadap organ-organ ibu
seperti diantaranya otak, retina, paru-paru, jantung, dan ginjal. Selain itu komplikasi yang sering
terjadi pada ibu yaitu berupa HELLP syndrome (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low
platelet count) yang ditandai dengan eritrosit yang cepat mengalami hemolisis dapat terlihat dari
ptekie, ekimosis dan hematuria, lalu ditandai dengan peningkatan enzim hati (SGOT, SGPT dan
LDH), serta trombositopenia (Cuningham, et al, 2013).

Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin. terminasi kehamilan harus segera dilakukan sehingga dapat menurunkan angka
kematian ibu. Terminasi kehamilan dilakukan bila keadaan hemodinamika dan metabolisme ibu
sudah stabil, yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan diantaranya setelah pemberian
obat anti kejang terakhir, setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir, penderita mulai
sadar ( responsif dan orientasi ). Bila janin hidup dapat dipertimbangkan untuk dilakukan bedah
Cesar.

Perawatan postpartum pada pasien post sectio caesaria atas indikasi eklampsia perlu
mendapatkan perhatian khusus. Pasien diberikan MgSO4 yang merupakan obat antikejang
efektif yang tidak menyebabkan depresi 4 susunan saraf pusat pada ibu dan janin. Adapun
syarat-syarat pemberian MgSO4 meliputi: pernafasan dalam keadaan normal, reflek patella
positif, dan pengeluaran urine minimal 30 ml/jam dalam 4 jam (100 ml/ 4 jam). Selain itu perlu
diperhatikan pemberian terapi antihipertensi, pemantauan jumlah urine, dan observasi tanda-
tanda vital tiap 1 jam (Pusdiastuti, 2012).

Selain itu perlu diperhatikan kejadian post section caesarean dapat menimbulkan dampak
bagi ibu dan bayinya, antara lain : nyeri post section caesarean yang dirasakan ibu,
ketidakefektifan dalam pemberian ASI, kecemasan akibat pemisahan antara ibu dan bayi,
gangguan mobilitas fisik, gangguan bounding attachment, dan defisit perawatan diri pada ibu
(Reeder, dkk., 2011).

Perawat memiliki peran penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien post
sectio caesarea , salah satu nya yaitu permasalahan tentang ASI, dimana ini menyangkut dengan
kondisi ibu dan bayi. Apabila tidak segera diatasi akan menimbulkan permasalahan, ibu akan
merasa tidak nyaman dan cemas dengan kondisi bayinya, sedangkan bayi bisa kekurangan cairan
dan nutrisi bayi tidak terpenuhi (Hesti, dkk, 2017). Untuk itu sebagai seorang perawat
maternitas, evidence based practice yang dapat dilakukan adalah dengan teknik marmet untuk
memperlancar pengeluaran ASI ibu pasca partum. Melihat banyaknya kasus preeklampsia yang
terjadi pada ibu postpartum di ruang Kebidanan Rumah Sakit Bhayangkara Kupang,dimana
proporsi terjadinya preeklampsia juga semakin meningkat dan preeklampsia menimbulkan gejala
yang kompleks dari pada komplikasi kehamilan yang lain. Adapun salah satu cara untuk
mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan asuhan keperawatan pada ibu
postpartum dengan eklampsia sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan morbiditas
pada ibu. Hal ini sejalan dengan uraian latar belakang dan fenomena yang ditemukan, maka
penulis tertarik menyusun Laporan Pendahuluan tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien Post
partum Hari pertama dengan Indikasi preklamsia”.
B. Tujuan
1) Tujuan umum

Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah untuk mengaplikasikan ilmu keperwatan
yang diperoleh dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan preeklamsi berat.

2) Tujuan khusus
Melakukan anamnesa dan pengkajian kehamilan pada klien dengan preeklamsia berat.
Membuat pengelompokan data yang diperoleh setelah melakukan anamnesa dan
pengkajian pada klien dengan preeklamsia berat.
Menentukan diagnose keperawatan pada klien dengan preeklamsia berat.
Membuat rencana keperawatan yang telah dibuat pada klien dengan preeklamsia berat.
Melakukan imlementasi yang telah diberikan pada klien dengan preeklamsia berat.
Melakukan evaluasi tentang tindakan yang dilakuka pada klien dengan indikasi
preeklamsi berat.

C. Manfaat Penulisan
1) Institusi pendidikan

Penulisan laporan ini diharapkan dijadikan sebagai contoh untuk mengetahui sejauh mana
mahasiswa Program Studi D III keperawatan dalam membuat asuhan keperawatan pada Ny.V
dengan indikasi preeklamsia

2) Rumah sakit

Penulisan laporan ini dihrapkan menambah referensi dalam peningkatan pelayanan asuhan
keperawatan meternitas, terutama pada pasien dengan indikasi preeklamsia

3) Masyarakat

Hasil penulisan ini diharapka dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan indikasi preeklamsia, sehingga dapat menunjukan proses
perawatansecara berkesinambungan atau mandiri pada pasien dan dapat dibantu oleh keluarga.
BAB II

TINJAUAN TEORI

Konsep Dasar Ibu Hamil Dengan Preeklamsia Berat Untuk Mengatasi Masalah Risiko
Cedera Pada Janin

1. Definisi

Preeklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab
terjadinya masih belum jelas (Sofian, 2015).

Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan, atau dapat timbul lebih awal bila terdapat perubahan pada hidatidiformis yang
luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2012). Menurut Manuaba, (1998) mendefinisikan bahwa
preeklamsia (toksemia gravidarum) merupakan tekanan darah tinggi yang disertai dengan
proteinuria (protein dalam air kemih), atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Sukarni, 2013).

Preeklamsia dan eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan
dalam masa nifas yang terdiri dari trias hipertensi, proteinuria, dan edema, yang kadang-kadang
disertai konvulsi sampai koma. Ibu hamil tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan-
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Sofian, 2015). Risiko cedera pada janin yaitu
berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik pada janin selama proses kehamilan dan
persalinan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

2. Etiologi

Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi Pada umumnya
disebabkan oleh (vasopasme arteriola).

Faktor – faktor lain yang dapat diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklamsia yaitu
sebagai berikut (sutrimah, 2015).
a. Usia Ibu Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai saat
berulang tahun, semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan 8 seseorang akan lebih
matang dalam proses berfikir. Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia pada usia remaja atau
awal usia 20 tahun, namun prevalensinya meningkat pada wanita dengan usia diatas 35 tahun.

b. Usia Kehamilan Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan minggu ke 20,
gejalanya yaitu kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah usia kehamilan 20 minggu, masih
dikategorikan dalam hipertensi kronik. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada minggu >
37 minggu dan semakin tua usia kehamilan maka semakin berisiko terjadinya preeklampsia.

c. Paritas Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu.

Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa
istilah:

1) Primigravida: seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk pertama kalinya.

2) Multipara: seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu kali.

3) Grande Multipara: wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima kali.

d. Riwayat Hipertensi / preeklamsia Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya adalah


faktor utama. Kehamilan pada wanita yang memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya berkaitan
dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan dampak perinatal
yang buruk (Lalenoh, 2018).

Selain itu ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya terjadinya preeklamsia (Carpenito,
1997:1042):
Mempunyai penyakit pembuluh ginjal
Diabetes mellitus
Penyakit pembuluh darah
Mola hidatidosa
Kehamilan kembar.

3. Patofisiologi

pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensifitas vaskuler terhadap angiotensin II.
Peningkatan ini mengakibatkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi
vasospasme. Vasosopasme menurunkan diameter pembuluh darah kesemua organ, fungsi-fungsi
organ seprti placenta, ginjal,hati dan otak menurun 40-60%. Gangguan plasenta menimbulkan
degenerasi pada placenta dan kemungkinan terjadi IUGR atau IUFD pada fetus.aktivitas uterus
dansensivitas terhadap oksitosin meningkat.

Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan glomerolus, protein
keluar dari urine asam urat menurun, garam dan air ditahan,tekanan osmotic plasma
menurun,cairan keluar dari intravaskuler,menyebabkan hemokonsentrasi.peningkatan viskositas
darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit.pada preeklamsi berat terjadi
penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat.

Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan hemoragik sub-
kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran atas.

Rupture hepar jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi berat dari PIH,enzim-enzim
hati(SGOT dan SGPT) meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina
menimbulkan symptom visual seperti skotoma (blind spot) dan pandangan kabur.

Patologi yang saa menimbulkan edema cerebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas
susunan saraf pusat ( sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta
perubahan efek). Pulmonary edema dihubungkan dengan edema umum yang bera, komplikasi ini
biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri.
4. Manifestasi Klinis

Menurut Mitayani (2012), preeklamsia memiliki dua gejala yang sangat penting yaitu hipertensi
dan proteinuria yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab dari kedua masalah
diatas yaitu sebagai berikut:

a. Tekanan darah Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang penting
pada preeklamsia. Tekanan diastolik adalah tanda prognostik yang lebih andal dibandingkan
dengan tekanan sistolik. Pada tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-
menerus menunjukkan keadaan abnormal.

b. Kenaikan berat badan Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan
preeklamsia serta bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan adalah tanda pertama
preeklamsia pada sebagian wanita. Peningkatan berat badan normal ialah 0,5 kg per minggu.
Apabila 1 kg dalam seminggu, maka kemungkinan terjadinya preeklamsia harus dicurigai.
Peningkatan berat badan terutama disebabkan karena retensi cairan serta selalu dapat ditemukan
sebelum timbulnya gejala edema yang tampak jelas seperti kelopak mata yang bengkak atau
jaringan tangan yang membesar.

c. Proteinuria Pada preeklamsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua, atau
tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat ditemukan serta dapat mencapai 10 g/dL.
Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi serta kenaikan berat badan
(BB) yang berlebihan.

Adapaun gejala-gejala subyektif yang dirasakan pada preeklamsia yaitu sebagai berikut:

1) Nyeri kepala Jarang ditemukan pada kasus ringan, namun akan sering terjadi pada kasus-kasus
berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, dan tidak sembuh dengan
pemberian analgesik biasa.

2) Nyeri epigastrium Adalah keluhan yang sering ditemukan pada preeklamsia berat. Keluhan ini
disebabkan oleh tekanan pada kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
3) Gangguan penglihatan Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme
arterial, iskemia, serta edema retina serta pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio
retina. Pada preeklamsia ringan tidak ditemukan tanda-tanda subjektif.

Selain gejala subjectif preeklamsia diatas, tanda dan gejala preeklamsi ringan adalah :

Nyeri ulu hati


Trombosit < 100.000 mm3
Perdarahan di retina
Edema:penimbunan cairan pada betis, perut, punggung, wajah dan tangan.
Penimbunan cairan pada paru.
Koma.

Faktor Ibu Hamil Dengan Preeklamsia Dengan Risiko Cedera Pada Janin

Faktor terjadinya risiko cedera pada janin tarkait dengan kejadian ibu hamil dengan preeklamsia
berat menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) 2017 yaitu sebagai berikut:

a. Usia ibu (35 tahun)


b. Paritas banyak
c. Riwayat persalinan sebelumnya
d. Pola makan yang tidak sehat

5. Komplikasi

Menurut Mitayani (2012), komplikasi yang dialami bergantung pada derajat preeklamsia yaitu
antara lain:

1. Komplikasi pada ibu

a. Eklamsia.

b. Solusio plasenta.

c. Perdarahan subkapsula hepar.


d. Kelainan pembekuan darah disseminated intravascular coagulation (DIC).

e. Sindrom HELLP (hemolysis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet count).

f. Ablasio retina.

g. Gagal jantung hingga shok dan kematian.

2. Komplikasi pada janin

1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.

2. Premature

3. Asfiksia neonatorum.

4. Kematian janin dalam uterus.

5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

6. Klasifikasi Preeklamsia

Menurut Sofian (2015), preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu preeklamsia ringan dan
preeklamsia berat.

a. Preeklamsia ringan Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya dengan selang waktu 6 jam. Edema umum, kaki, jari tangan, serta wajah, atau
kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per
liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream.

b. Preeklamsia berat Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, proteinuria 5 gr atau lebih per
liter, Oliguria, adalah jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam. Adanya gangguan serebral,
gangguan visus, serta rasa nyeri di epigastrium. Dan terdapat edema paru dan sianosis.
7. Pencegahan

Pencegahan preeklamsia atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka
kesakitan serta kematian (Sofian, 2012).

1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tandatanda sedini
mungkin (preeklamsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup agar penyakit tidak
menjadi lebih berat.

2. Selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsia jika ada faktorfaktor


predisposisi.

3. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya
mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan
berat badan yang berlebihan.

8. Penanganan Preeklamsia

Tujuan utama penanganan yaitu untuk mencegah terjadinya preeklamsia dan eklamsia,
hendaknya janin lahir hidup serta trauma pada janin seminimal mungkin (Sofian, 2015).

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Preeklamsia Berat Untuk
Mengatasi Masalah Risiko Cedera Pada Janin.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, untuk mengidentifikasi, mengenal masalah
kebutuhan kesehatan, keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Deden
Dermawan, 2012). Pengkajian yang dilakukan pada ibu preeklamsia menurut Mitayani (2012),

yaitu sebagai berikut:


1. Identitas

Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyanyakan nama,


umur,pendidikan,pekerjan,status perkawinan,agama,suku,alamat,nomor RM, taggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian dan kaji penanggung jawab pasien.

2. Data riwayat kesehatan

Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling dirasakan pada
pasien saat dilakukan pengkajian.

a. Riwayat kesehatan dahulu

1) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.

2) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan terdahulu.

3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.

4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis.

b. Riwayat kesehatan sekarang

1) Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.

2) Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium.

3) Gangguan virus: penglihatan kabur, scotoma, dan diplopia.

4) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.

5) Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, reflex tinggi, dan tidak tenang

6) Edema pada ektremitas.

7) Tengkuk terasa berat.

8) Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.


c. Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien dan keluarga
memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, atau dibetes melitus (DM) serta kemungkinan
memiliki riwayat preeklamsia serta eklamsia dalam keluarga.

e. Riwayat obstetrik dan ginekologi

Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat menstruasi, riwayat


pernikahan, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat kehamilannya saat ini,
dan riwayat keluarga berencana.

f. Pola kebutuhan sehari-hari

Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien seperti pengkajian pada
pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), gerak badan atau
aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien merasakan adanya dorongan
meneran, tekanan ke anus, perinium menonjol). Kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi
atau hubungan pasien dengan orang lain, ibadah, produktivitas, rekreasi, kebutuhan belajar.

3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum: lemah.

b. Kepala: sakit kepala, wajah edema.

c. Mata: konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.

d. Pencernaan abdomen: nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan muntah.

e. Ektremitas: edema pada kaki, tangan, dan jari-jari.

f. System pernafasan: hiper refleksia, klonus pada kaki.

g. Genitourinaria: oliguria, proteinuria.

h. Pemeriksaan janin: bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah.

4. Pemeriksaan penunjang
Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk memperoleh
keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data
penunjuang seperti pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan ultrasonography (USG).

1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah.

2) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr%).

3) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).

4) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3).

a. Pemeriksaan fungsi hati.

1) Bilirubin meningkat

2) LDH (laktat dehydrogenase) meningkat.

3) Serum glutamate oirufat transaminase (SGOT) meningkat.

4) Total protein serum menurun.

b. Tes kimia darah: asam urat meningkat.

c. Radiologi

1) Ultrasonografi

Ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus, pernafasan intrauterus lambat,


aktivitas janin lambat, serta volume cairan ketuban sedikit.

2) Kardiotografi: diketahui denyut jantung bayi lemah.

3) Data social ekonomi

preeklamsia berat lebih banyak terjadi pada wanita serta golongan ekonomi rendah, karena
mereka kurang mengonsumsi makanan yang mengandung protein serta kurang melakukan
perawatan antenatal yang teratur.
4) Data psikologis

ibu preeklamsia berada dalam kondisi yang labil serta mudah marah, ibu merasa khawatir dengan
keadaan dirinya serta keadaan janin dalam kandungannya, karena ibu akan merasa takut dengan
anaknya akan lahir cacat atau meninggal dan takut untuk melahirkan.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan yaitu suatu penilaian
klinis mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Tujuan diagnosis keperawatan
adalah untuk mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga, komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Masalah keperawatan Factor resiko Kondisi klinis


Resiko cedera pada janin usia ibu (<15 tahun Penyakit penyerta: Hipertensi.
Defenisi: atau >5 tahun)
Berisiko mengalami bahaya Paritas banyak
atau kerusakan fisik pada janin Riwayat persalinan
selama proses kehamilan dan sebelumnya
persalinan. Pola makan yang tidak
sehat.

Dari tabel diatas dapat dirumuskan diagnose keperawatan yaitu: resiko cedera pada janin
dibuktikan dengan factor resiko usia ibu <15 tahun atau >35 tahun,paritas banyak, riwayat
persalinan sebelumnya,pola makan yang tidak sehat, dibuktikan dengan hipertensi (Preeklamsia).

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi merupakan tahap ketiga proses keperawatan yang meliputi perumusan tujuan,
tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien. Dan berdasarkan analisis
pengkajian agar masalah kesehatan serta keperawatan pasien dapat diatasi (Bararah, 2013).
Rencana keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan resiko cidera pada janin.

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Resiko cedera pada janin b.d SLKI SIKI
factor resiko usia ibu,paritas Tingkat cedera
banyak,riwayat persalinan Setelah diberikan asuhan Pemantauaan denyut
sebelumnya,pola makan tidak keperawatan selama 1x jantung janin
sehat,d.d hipertensi 30menit diharapkan resiko Observasi
( preeklamsia). cedera pada janin tidak Identifikasi status obstetrik
terjadi dengan kriteria hasil: Identifikasi riwayat
1. Kejadian cedera menurun obstetrik
(DJJ membaik 120-160) Identifikasi adanya
2. Frekuensi gerak janin penggunaan obat diet dan
membaik. merokok
Identifikasi pemeriksaan
3. Berat badan membaik kehamilan sebelumnya
4. Tanda-tanda vital dalam Periksa DJJ selama 1 menit
rentang normal. Monitor tanda vital ibu.
Status antepartum
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 1x30 Terapeutik
menit diharapkan status Atur posisi pasien
antepartum membaik Lakukan maneuver
dengan kriteria hasil: Leopold untuk menentukan
1.Berat badan membaik posisi janin
2.Tekanan darah dalam Edukasi
rentang normal 100- Jelaskan tujuan dan
140mmHg. prosedur pemantauan.
3.frekuensi nadi 60-100 Informasikan hasil
kali/menit. pemantauan
4. suhu tubuh 36,5-37,5. Pemantauan kehamilan
resiko tinggi .

Observasi:
Identifikasi factor
resiko kehamilan
Identifikasi riwayat
obstetric
Identifikasi sosial dan
demografi
Monitor status fisik
dan psikososial selama
kehamilan.
Terapeutik
Damping ibu saat merasa
cemas
Diskusikan
ketidaknyamanan selama
hamil
Diskusikan persiapan
persalinan dan kelahiran
Edukasi
Jelaskan resiko janin
mengalami kelahiran
premature
Anjurkan melakukan
perawatan diri untuk
meningkatkan
kesehatan
Anjurkan ibu untuk
beraktivitas dan
beristerahat yang
cukup
Ajarkan mengalami
tanda bahaya
Kolaborasi
Kolaborasikan dengan
spesialis jika
ditemukan tanda dan
bahaya kehamilan.
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan, pengolahan dan tahap
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
ini terdiri dari tindakan mandiri, kolaborasi, dan tindakan rujukan (Bararah, 2013).

5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses


keperawatan. Evaluasi keperawatan adalah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan
setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi
sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang)
terhadap tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan
ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga
dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah
intervensi keperawatan di lakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S:
Subjective yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien, O: Objective yaitu data yang
diobservasi oleh perawat atau keluarga, A: Analisys yaitu kesimpulan dari objektif dan
subjektif, P: Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis
(Nurhaeni, 2013)

No. Diagnosa keperawatan Evaluasi


1. Resiko cedera pada janin b.d factor S (Subjektif)
resiko usia ibu (<15 tahun atau >35 Data dari respon pasien secara verbal
tahun),paritasbanyak,riwayat persalinan a.pasien tidak mengeluh nyeri kepala.
Sebelumnya,pola makan yang tidak
sehat,d.d hipertensi (preeklamsia). O (Objektif)
Data yang diperoleh dari respon pasien
secara nonverbal atau melalui pengamatan
perawat.
a.Frekuensi gerak janin baik
b.DJJ membaik
c. Berat badan membaik
d. Tanda –tanda vital dalam rentang
normal.

A(Asessment)
Tindak lanjut dan penentuan apakah
implementasi akan dilanjutkan sudah
terlaksana dengan baik.
a.Tujuan tercapinya apabila respon pasien
sesuai dengan tujuan dan kriteria.
b.Tujuan belum tercapinya apabila respon
pasien tidak sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan.

P (Planning)
a.Perhatikanlah kondisi pasien apabila
tujuan tercapai
b.Lanjutkan intervensi apabila terdapat
tujuan yang belum mampu dicapai oleh
pasien.

Anda mungkin juga menyukai