OLEH :
DOROTHEA RAYA, S ST
Disahkan Oleh :
KA.PUKESMAS BINANGA KAB MAMUJU
JASMAN , SKM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Halaman
Lembar Pengesahan.......................................................................................i
Kata Pengantar..............................................................................................ii
Abstrak..........................................................................................................iii
Daftar Isi.......................................................................................................iv
Daftar Tabel...................................................................................................v
Daftar Gambar...............................................................................................vi
Daftar Singkatan...........................................................................................vii
Daftar Lampiran............................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1. Preeklampsia.................................................................................4
2.1.1 Defenisi................................................................................4
2.1.2 Etiologi................................................................................4
2.1.3 Klasifikasi…........................................................................6
2.1.4 Faktor Risiko.......................................................................7
2.1.5 Patofisiologi.........................................................................7
2.1.6 Penatalaksanaan...................................................................12
2.1.7 Komplikasi...........................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.4 Manfaat
Penelitian Bidang
Penelitian :
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
karakteristik penderita preeklampsia berdasarkan faktor risikonya.
Bidang Pendidikan :
Sebagai salah satu bentuk pengabdian terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan Indonesia.
2.1 Preeklampsia
2.1.1 Defenisi
Preeklampsia merupakan hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan
pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Hipertensi yang
ditemukan dengan tekanan sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90
mmHg dengan pemeriksaan dua kali dengan jarak 6 jam dan terdapat proteinuria
≥0,3 gram/24 jam atau 1+ dipstick. 10
2.1.2 Etiologi
Preeklampsia merupakan hasil berbagai kesalahan dari faktor yang meliputi
Ibu, plasenta,dan janin. Faktor yang dianggap penting tersebut mencakup invasi
trofoblastik abnormal.
Pada implantasi normal, arteriola spiralis uteri mengalami remodelling
ekstensif karena diinvasi oleh trofoblas endovaskular. Sel-sel ini memperlebar
diameter pembuluh darah dan vena-vena hanya diinvasi secara superfisial.
Namun, pada preeklampsia, terjadi invasi trofoblastik inkomplet yang dangkal
sehingga pembuluh desidua akan dilapisi trofoblas endovaskular. Arteriola
miometrium yang lebih dalam tidak mengalami pelebaran diameter.
Perubahan preeklamptik dini, seperti kerusakan endotel, insudasi komponen
plasma ke dalam dinding pembuluh, prolifersi sel miointima, dan nekrosis tunika
media berawal dari akumulasi lipid di miointima dan makrofag. Sel yang dipenuhi
lipid ini biasanya disebut aterosis, dan kemudian mengalami dilatasi aneurismal.
Hal ini menyebabkan penyempitan arteriola spiralis dan menghambat aliran darah
plasenta. Gangguan perfusi dan keadaan hipoksik menyebabkan pelepasan debris
plasenta yang mencetuskan respon inflamasi sistemik.
4
5
(IL) berperan dalam timbulnya stress oksidatif dalam preeklampsia. Ini ditandai
dengan adanya oksigen reaktif dan radikal bebas yang membentuk peroksida
lipid toksik. Radikal toksik ini akan mencederai sel endotel , mengubah produksi
nitrat oksida , serta mengganggu keseimbangan prostaglandin. Akibat lain dari
stress oksidatif adalah produksi sel busa makrofag yang tampak pada aterosis,
aktivasi koagulasi mikrovaskular, yang bermanifestasi sebagai trombositopenia,
dan peningkatan permeabilitas kapiler, ditandai dengan edema dan proteinuria.
2.1.3 Klasifikasi
2.1.5 Patofisiologi
Penyebab utama dari preeklampsia masih belum diketahui. Namun, bukti
klinisnya tampak sejak awal kehamilan, berupa perubahan patofisiologi tersamar
yang terakumulasi sepanjang kehamilan, dan akhirnya menjadi nyata. Perubahan
utama yang didapatkan pada preeklampsia adalah adanya spasme pembuluh darah
disertai dengan retensi garam dan air. Bila spasme arteriolar juga ditemukan di
seluruh tubuh, maka dapat dipahami bahwa tekanan darah yang meningkat
merupakan kompensasi mengatasi kenaikan tahanan perifer agar oksigenasi
jaringan tetap tercukupi. Sedangkan peningkatan berat badan dan edema yang
disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial belum
diketahui penyebabnya. Beberapa literatur menyebutkan bahwa pada
preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan kadar prolaktin yang
tinggi dibandingkan pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk
mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air serta natrium. Pada
preeklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat. 12
8
tidak hamil. Klirens fraksi asam urat yang menurun, kadang-kadang beberapa
minggu sebelum ada perubahan pada GFR, dan hiperuricemia dapat merupakan
gejala awal. Dijumpai pula peningkatan pengeluaran protein biasanya ringan
sampai sedang. Preeklampsia merupakan penyebab terbesar sindrom nefrotik pada
kehamilan.
Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi umumnya
proteinuria timbul pada akhir kehamilan, sehingga sering dijumpai preeklampsia
tanpa proteinuria, karena janin sudah lebih dulu lahir. Pengukuran proteinuria
dapat dilakukan dengan (a) urin dipstik : 100 mg/l atau + 1, sekurang-kurangnya
diperiksa 2 kali urin acak selang 6 jam dan (b) pengumpulan proteinuria dalam 24
jam. Dianggap patologis bila besaran proteinuria ≥ 300 mg/24 jam. Penurunan
hemodinamik ginjal dan peningkatan protein urin adalah bagian dari lesi
morfologi khusus yang melibatkan pembengkakan sel-sel intrakapiler glomerulus
yang merupakan tanda khas patologi ginjal pada preeklampsia. 10
2.1.5.6 Hematologik
Perubahan hematologik disebabkan oleh hipovolemia akibat vasospasme ,
hipoalbuminemia hemolisis mikroangiopatik akibat spasme arteriole dan
hemolisis akibat kerusakan endotel arteriol. Perubahan tersebut dapat berupa
peningkatan hematokrit akibat hipovolemia, peningkatan viskositas darah,
trombositopenia, dan gejala hemolisis mikroangiopatik. Disebut trombositopenia
bila trombosit < 100.000 sel/ml. Hemolisis dapat menimbulkan destruksi
eritrosit.17
12
2.1.5.7 Hepar
Dasar perubahan pada hepar ialah vasospasme , iskemia, dan perdarahan. Bila
terjadi perdarahan pada sel periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis sel hepar
dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat meluas hingga di bawah
kapsula hepar dan disebut subkapsular hematoma. Subkapsular hematoma
menimbulkan rasa nyeri di daerah epigastrium dan dapat menimbulkan ruptur
hepar. 17
2.1.6 Penatalaksanaan
pada diuresis, insensible water loss, dan central venous pressure (CVP).
Balans cairan ini harus selalu diawasi.
e. Magnesium sulfat (MgSO4). Obat ini diberikan dengan dosis 20 cc MgSO4
20% secara intravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan
dengan MgSO4 40% sebanyak 30 cc dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau
sekitar 14 tetes/menit. Magnesium sulfat ini diberikan dengan beberapa syarat,
yaitu:
1. Refleks patella normal
2. Frekuensi respirasi >16x per menit
3. Produksi urin dalam 4 jam sebelumnya >100cc atau 0.5 cc/kgBB/jam
4. Disiapkannya kalsium glukonas 10% dalam 10 cc sebagai antidotum. Bila
nantinya ditemukan gejala dan tanda intoksikasi maka kalsium glukonas
tersebut diberikan dalam tiga menit.
f. Antihipertensi
Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik >110 mmHg. Pilihan
antihipertensi yang dapat diberikan adalah nifedipin 10 mg. Setelah 1 jam, jika
tekanan darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 10 mg dengan
interval satu jam, dua jam, atau tiga jam sesuai kebutuhan. Penurunan tekanan
darah pada PEB tidak boleh terlalu agresif yaitu tekanan darah diastol tidak
kurang dari 90 mmHg atau maksimal 30%. Penggunaan nifedipin ini sangat
dianjurkan karena harganya murah, mudah didapat, dan mudah mengatur
dosisnya dengan efektifitas yang cukup baik.
g. Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid direkomendasikan pada semua wanita usia
kehamilan 24-34 minggu yang berisiko melahirkan prematur, termasuk pasien
dengan PEB. Preeklampsia sendiri merupakan penyebab ±15% dari seluruh
kelahiran prematur. Ada pendapat bahwa janin penderita preeklampsia berada
dalam keadaan stres sehingga mengalami percepatan pematangan paru. Akan
tetapi menurut Schiff dkk, tidak terjadi percepatan pematangan paru pada
penderita preeklampsia. 19,22
14
Gluck pada tahun 1979 menyatakan bahwa produksi surfaktan dirangsang
oleh adanya komplikasi kehamilan antara lain hipertensi dalam kehamilan yang
berlangsung lama. Hal yang sama juga dilaporkan Chiswick (1976) dan Morrison
(1977) yaitu rasio L/S yang matang lebih tinggi pada penderita hipertensi dalam
kehamilan yang lahir prematur. Sementara itu, Owen dkk (1990) menyimpulkan
bahwa komplikasi kehamilan terutama hipertensi dalam kehamilan tidak
memberikan keuntungan terhadap kelangsungan hidup janin. Banias dkk dan
Bowen dkk juga melaporkan terjadi peningkatan insidens respiratory distress
syndrome (RDS) pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita hipertensi dalam
2. Perdarahan serebrovaskular
Perdarahan serebrovaskular terjadi karena kegagalan autoregulasi aliran darah
otak pada MAP (Mean Arterial Pressure) diatas 140 mmHg.
5. Kematian maternal
Munculnya satu atau lebih dari komplikasi tersebut dan muncul secara
bersamaan, merupakan indikasi untuk terminasi kehamilan berapapun umur
gestasi.
2.1.6.2 Fetal
Kematian perinatal dan morbiditas fetus meningkat. Pada usia kehamilan 36
minggu, masalah utama adalah IUGR. IUGR terjadi karena plasenta iskemi yang
terdiri dari area infark. Kelahiran prematur juga sering terjadi At-term,
preeklampsia mempengaruhi berat lahir bayi dengan penigkatan risiko kematian
dan morbiditas bayi. Pada semua umur gestasi terjadi peningkatan risiko abrupsi
plasenta.
BAB III
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Dengan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas data rekam medis,
agar lengkap dan mempermudah peneliti serta tenaga medis lainnya untuk
melakukan pengamatan bagi pasien tersebut.
2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lanjut mengenai
komplikasi dari preeklampsia.
3. Untuk masyarakat khususnya ibu hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin untuk mendeteksi secara dini kemungkin dari komplikasi-
komplikasi dalam kehamilan.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Reproductive, Maternal, Newborn, Child,
Adolescent Health and Undernutrition. 2015.
2. Hanum, NS. Karekteristik dan Faktor-Faktor Penyebab Kematian Maternal
dan Perinatal di RSUP. H. Adam Malik dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan
Januari 2003-Desember 2007. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran USU. 2008;79-80.
3. National Centre for Health Statistics, diakses melalui
https://www.cdc.gov/nchs/MaternalInfantHealth
4. National High Blood Pressure Education Program. Working Group Report on
High Blood Pressure in Pregnancy. National Institutes of Health : National
Heart, Lung and Blood Institute. 2000.
5. Maryunani, A, dkk. Asuhan Kegawat Daruratan Dalam Kebidanan. Trans
Info Media:Jakarta; 2012.
6. Abdul, dkk. Penaganan Preeklampsia. Arcan: Jakarta. 2006
7. Ramma, W., Ahmed, A. Is Inflammation The Cause of Preeclampsia?.
Biochemical Society Transactions, 2011;39: 1619-1627.
8. Kjell Haram, Jan Helge Mortensen, Balint Nagy. Genetic Aspects of
Preeclampsia and the HELLP Syndrome. Hindawi Publishing Corporation.
2014.
9. The National Institute for Health an Clinical Excellence (NICE). Diakses
melalui https://www.nice.org.uk
10. Dan Mihu, Nicolae Costin, Carmen Mihaela Mihu, Andrada Seicean, Rãzvan
Ciortea. HELLP Syndrome- a multi systemic disorder. Romania. 2007.
11. Cunningham, FG., et al. Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam: Obstetri
William. 23rd ed. EGC:Jakarta; 2002. p. 740-755.
12. Brandon JB, Amy EH, Nicholas CL, Hypertensive disorders in pregnancy. In
: The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetriks. 22nd ed.
Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins; 2002. p. 183-94.
13. IOG Ireland. The Diagnosis and Management of Pre-eclampsian and
Eclampsia. Institute of Obstetricians and gynaecologists. Royal College of
27
Physicians of Ireland and Clinical Strategy and programmes Directorate,
health Service Executive. 2011; 6-13.
14. Hauth JC, Cunningham FC. Preeklampsia-eclampsia In : Lindheimer MD,
Roberts JM, editors. Chesley`s Hypertensive Disorders in Pregnancy. 2nd ed.
Stamford CT:Appleton& Lange; 1999. p. 169-99.
15. Working group on High blood Pressure on Pregnancy. Report of the National
High Blood Pressure Education Program. Am J Obstet Gynecol.
2000;183:S1-S21.
16. Khan KS, Wojdyla D, Say L, Gulmezoglu AM, Look PFAV. WHO analysis
of causes of maternal death: a systematic review. Lancet. 2006;367:1066-74.
17. Wiknjosastro, H. Preeklampsi Berat. Ilmu Kandungan edisi ketiga. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta;1999. p. 281-308.
18. Angsar, Muhammad Dikman. Hipertensi dalam Kehamilan. Ilmu Kebidanan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta; 2010. p. 531-546.
19. Sibai BM, Barton JR: Expectant management of severe preeklampsia remote
from term: Patient selection, treatment, and delivery indications. Am J Obstet
Gynecol, 2007:196:514.e1-514.e9.
20. American College of Obstetricians and Gynecologists. Antenatal
corticosteroid therapy for fetal maturation. ACOG Committee Opinion No.
210, American College of Obstetricians and Gynecologists, Washington DC
1998.
21. Coppage K, Sibai B, Management of severe preeklampsia, in Preeklampsia
Etiology and Clinical Practise editor Lyall F, Belford M, Cambridge
University Press, 2007. Lyall, Fiona; and Belfort, Michael. Pre-eclampsia.
Cambridge University Press, 2001.
22. Arias Fernando, Preeklampsia and Eclampsia: Practical Guide TO High-Risk
Pregnanacy and Delivery, 2 nd ed, Mosby Year Book, 1993: 183-210.
23. Schiff E, Friedman SA, Mercer BM, et al: Fetal lung maturity is not
accelerated in preeclamptic pregnancies. Am J Obstet Gynecol 1993:169:
1096-1101.
24. Siregar MF. Luaran Janin dan Ibu pada Penderita Preeklampsiaa di RSUD
Dr. Pirngadi Medan. Medan : Universitas Sumatera Utara. Tesis. 1997.
25. Kashanian, M., Baradaran, HR., Bahasadri, S., Alimohammadi, R. Risk
Factors for Pre-eclampsia: A Study in Tehran, Iran. Iranian Medicine 2011:
14; 412-415.
26. Tubbergen P, Lachmeiier AM, Althuisius SM, et. Al: Change in paternity : a
risk factor for preeclampsia in multiparous women. J Reprod Immunol
1999:45(1):81-8.
28. Sween LK, Althouse AD, Roberts JM. Early-pregnancy percent body fat in
relation to preeclampsia risk in obese women. Am J Obstet Gynecol. 2015
Jan;212(1):84.e1-7.
29. Mostello D, Kallogjeri D, Tungsiripat R, Leet T. Recurrence of preeclampsia:
effects of gestational age at delivery of the first pregnancy, body mass index,
paternity, and interval between births. Am J Obstet Gynecol. 2008 Jul;199(1)
28