Oleh:
Kelas 3A 2019
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah yang berjudul
“Ekslamsia / Pre-ekslamsia Berat (PEB)”. Kami juga berterimakasih kepada dosen
mata kuliah Keperawatan Maternitas III yang telah memberikan tugas ini untuk
membimbing kami.
Penyusun berharap makalah ini bermanfaat dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita semua serta dapat mengaplikasikan ilmu dan pemahaman yang
didapat dalam kehidupan sehari-hari saat dihadapkan dengan situasi tersebut. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi pembaca.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan. Kami mohon kritik, saran, dan masukan yang membangun dari para
pembaca demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala Klinis Pre
ekslamsia Berat (PEB) ………....................................................
2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis Pre eklamsia Berat.......................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Preeklampsia adalah gangguan kehamilan berupa tekanan darah tinggi yang
disertai dengan meningkatnya kadar protein dalam urine (proteinuria) atau gangguan
fungsi hati. Kondisi ini jarang terjadi, namun dapat berkembang dengan cepat dan
menyebabkan komplikasi serius pada ibu maupun janin. Sementara Peb
atau preeklampsia berat adalah masalah kehamilan yang lebih parah. Preeklamsia
umumnya terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Jika tidak terdeteksi sejak
dini, maka membuatnya semakin sulit untuk dikendalikan. Terdapat dua jenis
preeklamsia yaitu, preeklamsia berat dan ringan yang harus ibu hamil ketahui.
Eklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi
dan kejang sebelum, selama, atau setelah persalinan. Kondisi serius ini selalu di dahului
dengan preeklamsia sebelumnya. Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia.
Eklamsia merupakan kondisi yang jarang terjadi, namun harus segera ditangani
karena dapat membahayakan nyawa ibu hamil dan janin.
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan definisi dan etiologi pre eklampsia berat (PEB)
2. Untuk menjelaskan patofisiolog dan tanda gejala klinis pre eklampsia berat (PEB)
3. Untuk menjabarkan tindakan yang diberikan pada pre eklampsia berat melalui
asuhan keperawatan teoritis
BAB 2
B. Etiologi
Etiologi pasti Preeklampsia Berat masih belum diketahui. Walaupun begitu,
beberapa peneliti menduga kuat adanya hubungan antara preeklamsia dengan kelainan
pada pembuluh darah plasenta. Diduga bahwa pembuluh darah plasenta mengalami
kelainan sehingga menjadi lebih sempit dibandingkan normal. Hal ini akan
menyebabkan gangguan dalam aliran darah melalui pembuluh darah sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan gangguan pertumbuhan janin intrauterin
(English FA, 2015). Adapun faktor resiko terjadinya preeklamsia adalah :
1) Primigravida atau > dari 10 tahun sejak kelahiran anak terakhir
2) Kehamilan anak pertama dengan pasangan baru
3) Ada riwayat preklamsia sebelumnya
4) Genetic
5) Kehamilan kembar
6) Kondisi medis tertentu seperti hipertensi esensial, penyakit ginjal dan diabetes
7) Adanya proteinuria saat pemeriksaan (>1 + pada >1 kali pemeriksaan atau > 0,3
gram /4 ja ).
8) Umur ≥40 tahun
9) Obesitas IMT >35)
10) IVF (vertilisasi in Vivo) (Bothamley, Boyle, 2013 : 194).
C. Patofisiologi preeklamsia
Pada Preeklampsia yang berat dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ
dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia
(Cunningham, 2013). Perubahannya pada organ-organ :
1. Otak
Terjadi tekanan darah tinggi yang dapat menyebabkan autoregulasi tidak berfungsi,
pada saat auto regulasi tidak berfungsi sebagaimana fungsinya, jembatan penguat
endotel akan terbuka dan dan dapat menyebabkan plasma dan sel-sel darah merah
keluar ke ruang ekstravaskuler. Hal ini akan menimbulkan perdarahan petekie atau
perdarahan itrakranial yang sangat banyak Perubahan hati perdarahan yang tidak
teratur terjadi rekrosis, thrombosis pada lobus hati rasanya nyerim epigastrium
2. Mata
Pada preeklamsia tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada satu
atau beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat.
3. Paru
Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklamsia berat. Edema paru biasa
diakibatkan oleh kardiogenik ataupun non-kardiogenik dan biasa terjadi setelah
melahirkan.
4. Hati
Pada preklamsia berat terdapat perubahan fungsi dan integritas hepar, termasuk
perlambatan ekskresi bromosulfoftalein dan peningkatan kadar aspartate
aminotransferase serum. Sebagian besar peningkatan fosfatase alkali serum
disebabkan oleh fostafase alkali tahan panas yang berasal dari plasenta.
5. Ginjal
Pada preeklamsia berat keterlibatan ginjal menonjol dan kreatinin plasma dapat
meningkat beberapa kali lipat dari nilai normal ibu tidak hamil atau berkisaran hingga
2-3 mg/dl. Hal ini di sebakan oleh perubahan instrikssi ginjal yang di timbukan oleh
vasoplasme hebat.
6. Darah
Kebanyakan pasien dengan prreklamsia memiliki pembekukan darah yang normal.
Perubahan tersamar yang mengarah ke koangulasi inravaskuler dan dekstruksi
eritrosit.
7. Plasenta
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada
hipertensi yang agak lama, pertumbuhan janin terganggu dan pada hipertensi yang
singkat dapat terjadi gawat janin hingga kematian janin akibat kurangnya oksigenasi
untuk janin.
c. Ablasio retina yang menyebabkan edema intra okuler sehingga terjadi perubahan
perendaran darah yang mengakibatkan pusat penglihatan kabur/terganggu,
d. Pada preeklamsia dan eklamsia di sebabkan oleh edema paru yang menimbukan
dekompensasi kordis. Sehingga cairan di paru-paru meningkat sehingga terjadinya
aspirasi pneumonia atau abses paru yang menimbulkan tanda dan gejala sesak
napas,sianosis dan adanya suara napas tambahan (Ronchi) dan penumpukan secret.
Diagnosa :
Volume cairan kurang
Penurunan curah jantung
Risiko cedera ibu
Perubahan perfusi jaringan (uteroplasenta)
Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Pengetahuan yang kurang
3.Intervensi Keperawatan
Implementasi :
1. Manajemen keperawatan
• Memonitor tekanan darah.
• Kaji denyut jantung janin.
• Kirim darah dan urin untuk pengujian.
• Berikan obat yang diresepkan.
• Pantau refleks pada pasien yang menggunakan magnesium sulfat.
• Pemeriksaan neurologis secara teratur.
• Tindakan pencegahan kejang jika diperintahkan.
2. Manajemen medis
Tujuan pengobatan saat eklampsi adalah untuk mencegah kejadian serebrovaskular
dan kardiovaskular yang signifikan pada ibu tanpa mengorbankan kesejahteraan janin
Tujuan utama profilaksis magnesium sulfat pada wanita dengan preeklamsia adalah
untuk mencegah atau mengurangi tingkat eklampsia dan komplikasi yang terkait
dengan eklampsia.
Penatalaksanaan preeklampsia secara keseluruhan meliputi pengobatan suportif
dengan antihipertensi dan antiepilepsi sampai pengobatan definitif – persalinan
a. Magnesium sulfat Obat ini mengurangi risiko kejang pada pasien dengan
preeklamsia berat.
b. Antihipertensi lini pertama untuk preeklamsia/eklampsia termasuk hidralazin,
labetalol, dan nikardipin.
• Hidralazin: Dosis hidralazin hidroklorida yang dianjurkan adalah 5-10 mg
(IV/IM) yang diberikan setiap 15 menit hingga dosis 20 mg IV (atau 30 mg IM). Jika
tidak ada perubahan tekanan setelah 20 menit, harus memikirkan agen lain.
• Labetalol: Dosis awal labetalol hidroklorida yang direkomendasikan adalah 20
mg, injeksi lambat. Mungkin lebih disukai karena kurangnya refleks takikardia dan
hipotensi (jika didorong lambat), atau peningkatan tekanan intrakranial. Berhati-
hatilah jika pasien memiliki riwayat penyakit miokard sebelumnya atau gagal jantung
kongestif atau asma yang sudah ada sebelumnya.
• Nikardipin: Nikardipin dapat menyebabkan takikardia refleks yang lebih
sedikit daripada nifedipin. Tingkat awal yang direkomendasikan adalah 5mg/jam dan
dapat disesuaikan dengan 2,5 mg/jam setiap 5 menit sampai pengurangan MAP 15%
tercapai, atau dosis maksimum 15 mg/jam telah tercapai
• Untuk pencegahan dan pengobatan eklamsi adalah magnesium sulfat Obat ini
mengurangi risiko kejang pada pasien dengan preeklamsia berat.
Evaluasi :
Evaluasi pada pasien dibuat berdasarkan catatan perkembangan pasien yang ada
dalam pelaksanaan tindakan, dari hasil evaluasi tersebut dapat terlihat apakah masalah
keperawatan pasien yang dialami teratasi atau tidak.
Hasil evaluasi yang dilakukan terdapat diagnosa keperawatan teratasi setelah 3 hari
dilakukan asuhan keperawatan yaitu diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik, resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
serta diagnosa menyusui tidak efektif berhubungan dengan kondisi situasional.
sebagian setelah 3 hari dilakukan asuhan keperawatan yaitu diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik.
BAB III
3.1 Kesimpulan
1. Beberapa faktor risiko yang terbukti berperan terhadap kejadian preeklamsia
pada ibu adalah usia <20 atau >35 tahun, aktivitas fisik tinggi, stres berat, riwayat
preeklamsia keluarga dan paparan asap rokok.
2. Bila kejadian tersebut secara bersamaan maka probabilitas kejadian preeklamsia
mencapai 86,7 %.
3. Beberapa faktor risiko yang tidak terbukti berperan terhadap kejadian
preeklamsia pada ibu adalah adalah multiparitas, kelebihan berat badan sebelum
hamil,riwayat hipertensi dan kehamilan tidak diinginkan.
3.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
a. Sebaiknya ibu merencanakan kehamilannya pada waktu yang tepat, yaitu 20-35
tahun.
b. Ibu hamil agar tidak melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat.
c. Sebaiknya ibu hamil tidak terbebani oleh masalah-masalah yang dapat
menyebabkan stres.
d. Sebaiknya ibu menelusuri apakah dalam keluarganya terdapat riwayat
preeklamsia keluarga, agar dapat mencegah terjadinya preeklamsia
DAFTAR PUSTAKA
Magley M, Hinson MR, Haddad LM. Eclampsia (Nursing). 2021 Jun 12. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan–. PMID:
34033310. Diakses dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34033310/