Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KEHAMILAN FISIOLOGIS TRIMESTER II
Disusun Untuk Melengkapi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II

DOSEN :
HERKIA SIHOTANG, S.Kep, Ns

DISUSUN OLEH :
1. ERNI RAHMAWATI (072 100 013)
2. RISKA AFIYA WINDA (072 100 036)
3. SULIANA FITRI (072 100 045)
4. SRI ASTUTIK (072 100 061)
5. TRI EDNAN W. (072 100 067)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES “BHAKTI MULIA”
PARE-KEDIRI
2010

i
KATA PENGANTAR

Dengan ini kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik, Hidayah dan Inayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan
Pada Kehamilan Fisiologis Trimester II”.
Makalah ini penulis susun untuk menambah ilmu serta untuk memenuhi
salah satu tugas dalam Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II. Penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca.
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi
penulis dan pembaca pada umumnya, untuk itu kami sampaikan terima kasih.

Pare, April 2010

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................... 1
1.4 Manfaat......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi ......................................................................................... 1
1.2 Etiologi.......................................................................................... 1
1.3 Patofisiologi.................................................................................. 1
1.4 Klasifikasi..................................................................................... 3
1.5 Manifestasi Klinis......................................................................... 4
1.6 Penatalaksanaan............................................................................ 5
1.7 Eklampsi....................................................................................... 5
1.8 Gejala-gejala Eklampsia............................................................... 5
1.9 Komplikasi.................................................................................... 7

2.1 Pengkajian..................................................................................... 9
2.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................. 10
2.3 Rencana Asuhan Keperawatan...................................................... 10
2.4 Implementasi................................................................................. 12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................. 13
3.2 Saran.............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 14

iii
BAB I
TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi Preeklamsia


Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Superimposed preeklampsia-eklampsia adalah timbulnya
preeklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kornik.

1.2 Etiologi
Sampai saat ini, etiologi pasti dari pre-eklampsi/eklampsia belum
diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari
kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of
theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
- Peran prostasiklin dan tromboksan 5
- Peran faktor imunologis
- Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen
paa pre-eklampsi/eklampsi
- Peran faktor genetik/familial 4,5
- Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklamsi/
eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklamsi/eklampsi.
- Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampsia dan
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklamsi/eklampsi dan bukan
pada ipar mereka.
- Pren renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)

1.3 Patofisiologi
Pada pre-eklampsia terjadi spamus pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Paa biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari
arteriola glamerulus. Pada beberapa kasus lumen arterioda sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika

1
semua arteriola dalam tubuh mengalami spasmus, maka tekanan darah
dengan sendirinya akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar kosigenisasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan
kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin
disebabkan oleh retensi air dan garam. Proteinuri mungkin disebabkan oleh
spasmus arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus.

Perubahan pada organ-organ :


1. Perubahan pada otak
Pada pre-eklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam
batas-batas normal. Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi,
ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema terjadi pada otak yang
dapat menimbulkan kelainan serebral dan kelainan pada visus. Bahkan
pada keadaaan lanjut dapat terjadi perdarahana.
2. Perubahan pada uri dan rahim
Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan
plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karean
kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-kelampsi dan eklampsi
sering terjadi bahwa tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan
meningkat maka terjadilah partus prematurus.
3. Perubahan pada ginjal
Filtrasi glomerulus berkruang oleh karena aliran ke ginjal kurang.
Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun,
sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus
dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat
terjadi oliguria dan anuria.
4. Perubahan pada paru-paru
Kematian wanita pada pre-eklampsi dan kelampsi biasanya
disebabkan oleh dema paru. Ini disebabkan oleh adanya dekompensasi
kordis. Bisa pula karena terjadinya aspires pnemonia. Kadang-kadang
ditemukan abses paru.

2
5. Perubahan pada mata
Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah.
Bila ini dijumpai adalah sebagai tanda pre-eklampsi berat. Pada eklampsi
dapat terajdi ablasio retinae, disebabkan edema intra-okuler dan hal ini
adalah penderita berat yagn merupakan salah satu indikasi untuk
terminasi kehamilan. Suatu gejala lain yang dapat menunjukkan arah
atau tanda dari pre-eklampsi berat akan terjadi eklmpsi adalah adanya :
skoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan perubahan peredaran
darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
6. Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklampsi ringan biasanya tidak dijumpai perubahan nyata
pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid dan protein serum. Dan tidak
terjadi ketidakseimbangan elektroli. Gula darah, bikarbonas atrikus dan
Ph normal. Pada pre-eklampsi berat dan pada eklampsi : kadar gula
darah naik sementara asam laktat dan asam organik lainnya naik
sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan
oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi
sehingga natrium dilepas lalu bereaksi dengan karbonik sehingga
terbentuk bikarbonas natrikus. Dengan begitu cadangan alkali dapat
kembali pulih normal.

1.4 Klasifikasi
Dibagi dalam 2 golongan :
1. Pre-eklampsi ringan, bila keadaan sebagai berikut :
- Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur rebab
terlentang/tidur berbaring, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau
lebih, atua kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran
sekruang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan dengan jarak periksa
1 jam, sebaiknya 6 jam.
- Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan
1 kg atau lebih per minggu.

3
- Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1 + atau
2 + pada urin kateter atau midstream
2. Pre-eklampsi berat :
- Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
- Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
- Oliguria, jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
- Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di
epigastrium
- Ada edema paru dan sianosis

Frekuensi
Pada primigravida lebih banyk dijumpai dari multigravida, terutama
primigravida usia muda. Faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya pre-
eklampsi adalah molahidatidosa diabetes mellitus, kehamilan ganda
hidropos futalis, obesitas, dan umur lebih dari 35 tahun.

Diagnosis
- Dari gambaran klinik :
Pertambahan berat badan yang berlebihan, edema hipertensi dan timbul
proteunuria
- Gejala subyektif :
Sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium
- Gangguan visus :
Penglihatan kabur, skotoma, diplopia, mual dan muntah. Gangguan
serebral lainnya : oyong, refleks tinggi dan tidak tenang.
- Pemeriksaan :
Tekanan darah tinggi, refleks meninggi, dan pemeriksaan laboratorium :
proteinuria.

1.5 Manifestasi Klinis


- Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau sistolik > 110 mmHg
- Proteinuria + > 59/24 jam atau > 3 pada tes celup
- Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam)

4
- Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan
- Nyeri epigastrium dan ikterus
- Edema peru atau sionosis
- Trombositopenia
- Pertumbuhan janin terhambat

1.6 Penatalaksanaan
1. Pemeriksaan antenatal teratur dan bermutu serta teliti, mengenal tanda-
tanda sedini mungkin (pre-eklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan
yang cukup supaya penyakit tidak menajdi lebih berat.
2. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre eklampsi
kalau ada faktor-faktor predisposisi.
3. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, dan
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, karbohidrat, tinggi
protein dan menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

1.7 Eklampsi
Eklampsi berasal dari bahasa Yunani dan berati ”Halilintar”. Kata
tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsi timbul dengan
tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Diketahui bahwa eklampsia
pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan
tanda-tanda pre-eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia berat
timbul konvulsi bisa diikuti oleh koma. Eklampsia menurut saat timbulnya
dibagi dalam :
1. Eklampsia gravidarum (50%)
2. Eklampsia parturientum (40%)
3. Eklampsia puerperium (10%)

1.8 Gejala-gejala Eklampsia


Pada umumnya kekejangan didahului oleh makin memburuknya pre-
eklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal,
gangguan penglihatan, mual keras, nyeri epigastrium hiperefleksia. Bila

5
kedaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul kekejangan,
terutama pada persalinan bahaya ini besar. Konvulsi eklampsia dibagi
dalam 4 tingkatan :
1. Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan
bergetar, kepala dipalingkan kanan atau kiri yang berlangsung kira-kira
30 detik
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan
kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan
sianosis, lidah dapat tergigit. Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30
detik.
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat.
Mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat
tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah
berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak
sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran (koma) ini beberapa menit sampai berjam-jam.
Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya
wanita tetap dalam keadaan koma. Selama serangan tekanan darah
meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40oC.
Komplikasi serangan-serangan adalah :
a. Lidah tergigit
b. Terjadi perlukaan dan fraktur
c. Gangguan pernafasan
d. Perdarahan otak
e. Solutio plasentae
f. Merangsang persalinan

6
1.9 Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha
utama adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia.
Komplikasi dibawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan
eklampsia.
1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang
menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia
2. Hipofibringenemia
3. Hemolisis. Penderita dengan pre-eklampsi berat kadang-kadang
menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian
maternal penderita ekampsia.
5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang
berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang
terjadi pada retina hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya
appleksia serebri.
6. Edema paru-paru. Hal ini disebabkan karena gagal jantung.
7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia dan eklampsia
merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas
untuk eklampsia tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP. Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low
platelet.
9. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan
struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai
gagal ginjal.
10. Komplikasi lain. Ldiah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat
kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (disseminated intra vascular
coogulation)
11. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra-uterin.

7
1.10 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan eklampsi sama dengan pre-eklampsi berat
dengan tujuan utama menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan
mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan
ibu mengizinkan.
1. Penderita eklampsi harus dirawat inap di rumah sakit
2. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk
mencegah kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat
diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200 mg atau morfin 10 mg
3. Tujuan perawatan rumah sakit adalah :
- Menghentikan konvulsi
- Mengurangi vaso spasmus
- Meningkatkan diuresis
- Mencegah infeksi
- Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
- Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang
terakhir dengan tidak memperhitungkan tuanya kehamilan.
4. Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah :
- Membersihkan dan melapangkan jalan pernafasan
- Menghindarkan lidah tergigit
- Pemberian oksigen
- Pemasangan infus dektrosa datau glukosa 10%-20%-40%
- Menjaga jangan terlalu trauma
- Pemasangan kateter tetap (dauer kateter)
5. Observasi ketat penderita :
- Dalam kamar isolasi : tenang, lampu redup tidak terang, jauh dari
kebisingan an rangsangan
- Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit : tensi, nadi,
respirasi, suhu badan, refleks, dan dieresis diukur. Kalau dapat
dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan
jumlah kejang.
- Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada
umumnya 2 liter dalam 24 jam
- Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif.

8
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida, < 20 atau > 35
tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang, terjadi peningkatan tensi, odem,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya, penyakit ginjal, anemia,
hipertensi kronik, DM.
- Riwayat kehamilan, riwayat kehamilan ganda, riwayat kehamilan
dengan pre eklamsi atau eklamsi sebelumnya.
2. Data Obyektif
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : untuk mengengarkan DJJ untuk mengetahui adanya tetal
distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella
3. Data Penunjang
- Tanda vital yang diukur dalam posisi berbaring/tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam
- Laboratorium : protein uri dengan kateter/midstream, kadar
hematokrit menurun, serum kreatinin meningkat, uric acid biasanya
> 7 mg/100 ml
- Berat badan : peningkatan lebih dari 1 kg/minggu
- Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
- USG
- NST

9
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu b/d penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah)
2. Resiko tinggi terjadinya fetal distress pada janin b/d perubahan plasenta
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d kontraksi uterus
4. Gangguan psikologis (cemas) b/d koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan.

2.3 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Resiko tinggi terjadi- Setelah dilakukna tindakan 1. Monitor tekanan daarah


nya kejang pada ibu perawatan tidak terjadi tiap 4 jam
b/d penurunan fungsi kejang pada ibu 2. Catat tingkat kesadaran
organ (vaso spasme Kriteria Hasil : pasien
dan peningkatan - Kesadaran : 3. Kaji adanya tanda-tanda
tekanan darah) composmentis GCS : 15 eklamsi
(4-5-6) 4. Monitor adanya tanda-
- TTV tanda dan gejala
TD : 120/80 mmHg persalinan/ adanya
Nadi : 80 x/mnt kontraksi uterus
Suhu : 37 Co
5. Kolaborasi dengan tim
RR : 20 x/mnt medis dalam pemberian
anti hipertensi

2. Resiko tinggi terjadi- Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor DJJ sesuai


nya fetal distres pada keperawatan tidak terjadi indikasi.
janin b/d perubahan fetal distress pada janin. 2. Kaji tentang
pada plasenta Kriteria Hasil : pertumbuhan janin
- DJJ (+) 3. Jelaskan adanya tanda-
- Hasil NST tanda solutio plasenta
- Hasil USG 4. Kaji respon janin pada
ibu yang diberi SM
5. Kolaboarasi dengan tim
medis dalam pemeriksaan
USG & NST

10
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

3. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat intensitas


nyaman (nyeri) b/d tindakan keperawatan ibu nyeri pasien.
kontraksi uterus mengerti penyebab nyeri 2. Jelaskan penyebab
dan dapat mengantisipasi nyerinya
rasa nyerinya 3. Ajarkan ibu
Kriteria Hasil : mengantisipasi nyeri
- Ibu mengerti penyebab dengan nafas dalam
nyerinya bila HIS timbul
- Ibu mampu beradaptasi 4. Bantu ibu dengan
terhadap nyerinya mengusap pada bagian
nyeri

4. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan


psikologis (cemas) tindakan keperawatan ibu
b/d koping yang kecemasan ibu 2. Jelaskan mekanisme
tidak efektif berkurang/hilang proses persalinan
terhadap proses Kriteria Hasil : 3. Tingkatkan mekanisme
persalinan - Ibu tampak tenang koping ibu yang efektif
- Ibu kooperatif terhadap 4. Beri support system
tindakan perawatan pada ibu
- Ibu dapat menerima
kondisi yang dialami
sekarang

11
2.4 Implementasi

No.
Tgl Implementasi Paraf
Dx
1. 1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
2. Observasi tingkat kesadaran pasien
3. Mengkaji adanya tanda-tanda eklamsi
4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala
persalinan/ adanya kontraksi uterus
5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian anti hipertensi

2. 1. Monitor denyut jantung janin sesuai indikasi


2. Mengkaji tentang pertumbuhan janin
3. Menjelaskan adanya solutio plasenta
4. Mengkaji respon janin pada ibu yang diberi SM
5. Berkolaborasi dengan tim medis dengan
pemeriksaan USG dan NST

3. 1. Mengkaji tingkat intensitas nyeri pasien


2. Menjelaskan penyebab nyerinya
3. Mengajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan
napas
4. Membantu ibu dengan mengusap pada bayian
nyeri

4. 1. Mengkaji tingkat kecemasan ibu


2. Menjelaskan mekanisme proses persalinan
3. Meningkatkan mekanisme koping ibu yang
efektif
4. Memberi support system pada ibu

12
BAB III
PE N UTU P

3.1 Kesimpulan
Pre-eklampsi dan eklampsi merupakan penyulit dalam proses persali-
nan yang kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Tingginya angka kejadian pre
eklamsi merupakan faktor utama penyebab timbulnya eklamsi merupakan
faktor utama penyebab timbulnya yang dapat mengancam hidup ibu ber-
salin. Tingginya angka kematian ibu bersalin sebagai akibat perkembangan
dari pre eklamsi yang tidak terkontrol memberikan kontribusi yang sangat
besar terhadap tingginya angka kematian.
Dari kasus persalinan yang dirawat di rumah sakit 3-5% merupakan
kasus pre eklamsi/eklamsi. Dari kasus tersebut 6% terjadi pada semua per-
salinan, 12% terjadi pada primigravida. Masih tingginya angka kejadian ini
dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu bersalin dan
tingkat kesehatan masyarakat secara umum.

3.2 Saran
Dengan besarnya pengaruh pre eklamsi terhadap tingkat kematian
ibu bersalin, maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah dan
menangani kasus-kasus pre eklamsi. Perawatan pada ibu bersalin dengan pre
eklamsi merupakan salah satu usaha nyata yang dapat dilakukan untuk men-
cegah timbulnya kompliksi-komplikasi sebagai akibat lanjut dari pre eklam-
si tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Doengus E, Marlynn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/preeklamsi-eklamsia.html

14

Anda mungkin juga menyukai