Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

ANEMIA APLASTIK
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Medical Surgical III”

Di susun oleh:
1. Arif Iswahyudi
2. Dadang Heru p.
3. Eka anna R.
4. Gandhi wahyu S.
5. Henry Sulistyono
6. Kresna Kusuma N.
7. Mariska Asda M.S
8. Novi Sri
9. Prayoga Wahyu R.
10. Siti Nuraini
11. Tri Astuti
12. Yohana Angelisa
13. Prasetyo Hadi

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA


KEDIRI
T.A 2010/2011
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur yang tiada terkira kepada Allah SWT
atas segala rahmat yang telah diberikan kepada kami dalam upaya
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN ANEMIA APLASTIK”.
Di dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya
bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari
berbagai pihak maka penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmatNya kepada semua
pihak dengan tulus memberikan bantuannya dalam penyusunan
makalah ini. Dan dengan segala kerendahan hati, penulis menerima
kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

06 oktober 2011

Penulis
KONSEP TEORI

A. KONSEP MEDIS
Pengertian

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm3


darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100
ml darah. (Ngastiyah.1997.Hal : 358)
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah
oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359)
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat
terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang
mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah dalam
sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)

Etiologi

a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.

b. Faktor didapat

· Bahan kimia : benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.

· Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santonin-


kalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan
sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.

· Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.


· Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain – lain.

· Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain – lain.

· Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.

(Mansjoer.2005.Hal:494)

Tanda dan gejala

a. Lemah dan mudah lelah

b. Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi bakteri

c. Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit

d. Pucat

e. Pusing

f. Anoreksia

g. Peningkatan tekanan sistolik

h. Takikardia

i. Penurunan pengisian kapler

j. Sesak

k. Demam

l. Purpura

m. Petekie

n. Hepatosplenomegali
o. Limfadenopati

(Tierney,dkk.2003.Hal:95)

Iktisar gejala klinis dan hematologis Anemia Aplastik

Sumsum Tulang

Darah tepi

Gejala klinis

Keterangan

Aplasia eritropoesis

Retikulositopenia

Anemia (pucat)

· Akibat retikulositopenia : kadar Hb,Ht dan eritrosit rendah

· Akibat anemia : anoreksia, pusing.

Aplasia granulopesis

Granulositopenia, leucopenia

Panas (demam)

· Panas terjadi karena infeksi sekunder akibat granulositopenia.

Aplasia trombopoetik

Trombositopenia

Diatesis hemoragi

· Perdarahan dapat berupa ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi.


Relatif aktif limfopoesis

Limfositosisa

· Limfositosis biasanya tidak lebih dari 80%

Relatif aktif RES (sel plasma, fibrosit,osteoklas,sel endotel)

Mungkin terdapat sel plasma, monosit bertambah

Gambaran umum : sel sangat kurang, banyak jaringan penyokong dan lemak

· Tambahan : hepar,limpa,kelenjar getah bening tidak membesar dan tidak ada ikterus

(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:453)

Patofisiologi

Faktor didapat (obat-obatan, bahan kimia, radiasi, infeksi, idiopatik)

Faktor congenital (sindroma fanconi yang disertai mikrosefali dan kelainan ginjal)

Penurunan sel precursor dalam sumsum tulang

Sumber :

(Smeltzer.2001.Hal:938)

(Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI.2005.Hal:453)


Penatalaksanaan

a. Implikasi keperawatan

· Pencegahan infeksi silang

· Istirahat untuk mencegah perdarahan, terutama perdarahan otak

· Tempatkan anak pada posisi terlentang untuk meningkatkan sirkulasi serebral

· Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu ruangan

· Berikan dukungan emosional kepada orang tua dan anak

· Berikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan orang tua dan anak Berikan informasi
adekuat mengenai keadaan, pengobatan dan kemajuan kesehatan anak serta bimbingan untuk
perawatan dirumah.

(Pillitteri.2002.Hal:246)

b. Tindakan Kolaborasi

· Medikamentosa :

Prednisolon (kortikosteroid) dosis 2 – 5 mg/kgBB/hari per oral ; testoteron dengan dosis 1 – 2


mg/kgBB/hari secara parenteral ; testoteron diganti dengan oksimetolon yang mempunyai
daya anabolic dan merangsang system hemopoetik lebih kuat, dosis diberikan 1 – 2
mg/kgBB/hari per oral. (Ngastiyah.1997.Hal:364)

Untuk pasien dengan neutropenia sebagai abnormalitas dominant, efektif diberikan myeloid
growth factors G-CSF (filgastrim) dengan dosis 5µg/kg/hari atau GM-CSF (sargramostim)
dengan dosis 250 µg/m2/hari untuk meningkatkan angka neutrofil dan menurunkan infeksi.
(Tierney.2003.Hal:96)

· Transfusi darah : diberikan jika diperlukan saja karena pemberian transfusi darah terlampau
sering akan menimbulkan depresi sumsum tulang atau akan menimbulkan reaksi hemolitik
sebagai akibat dibentuknya antibodi terhadap sel – sel darah tersebut.
· Pengobatan terhadap infeksi sekunder

Untuk mencegah infeksi sebaiknya anak diisolasi dalam ruangan yang steril. Pemberian obat
antbiotika dipilih yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang. Kloramfenikol tidak
boleh diberikan.

· Makanan : umumnya diberikan dalam bentuk lunak. Jika harus menggunakan NGT harus
hati – hati karena dapat menimbulkan luka / perdarahan pada waktu pemasangan.

(Ngastiyah.1997.Hal:365)

Transplantasi sumsum tulang : sumsum tulang diambil dari donor dengan beberapa kali
pungsi hingga mendapatkan sedikitnya 5 x 108 sel berinti / kgBB resipien. Keberhasilan
pencangkokan terjadi dalam waktu 2 hingga 3 minggu.

(Sodeman.1995.Hal:278)

Pemeriksaan Penunjang

a. Biopsi sumsum tulang : menentukan beratnya penurunan elemen sumsum normal dan
penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, precursor granulosit,
eritrosit dan trombosit. Akibatnya terjadi pansitopenia (defisiensi semua elemen sel darah).

(Smeltzer.2001.Hal:939)

b. Gambaran darah tepi menunjukkan pansitopenia dan limfositosis relatif. (Staf


pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:452)
B. KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian

a. Aktivitas / Istirahat

· Keletihan, kelemahan otot, malaise umum

· Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak

· Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat

· Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya

· Ataksia, tubuh tidak tegak

· Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang menunjukkan
keletihan

b. Sirkulasi

· Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI

· Palpitasi (takikardia kompensasi)

· Hipotensi postural

· Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T

· Bunyi jantung murmur sistolik

· Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan
dasar kuku

· Sclera biru atau putih seperti mutiara

· Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi


kompensasi)
· Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)

· Rambut kering, mudah putus, menipis

c. Integritas Ego

· Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis transfusi darah

· Depresi

d. Eliminasi

· Riwayat pielonefritis, gagal ginjal

· Flatulen, sindrom malabsorpsi

· Hematemesis, feses dengan darah segar, melena

· Diare atau konstipasi

· Penurunan haluaran urine

· Distensi abdomen

e. Makanan / cairan

· Penurunan masukan diet

· Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)

· Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia

· Adanya penurunan berat badan

· Membrane mukusa kering,pucat

· Turgor kulit buruk, kering, tidak elastis

· Stomatitis
· Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah

f. Neurosensori

· Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi

· Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata

· Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki

· Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis

· Tidak mampu berespon lambat dan dangkal

· Hemoragis retina

· Epistaksis

· Gangguan koordinasi, ataksia

g. Nyeri/kenyamanan

· Nyeri abdomen samar, sakit kepala

h. Pernapasan

· Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

· Takipnea, ortopnea dan dispnea

i. Keamanan

· Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen

· Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas

· Transfusi darah sebelumnya

· Gangguan penglihatan
· Penyembuhan luka buruk, sering infeksi

· Demam rendah, menggigil, berkeringat malam

· Limfadenopati umum

· Petekie dan ekimosis

Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang


diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah (SDM) normal.

c. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan.

d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


(pengiriman) dan kebutuhan.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia,
penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

Intervensi

a. Dx 1 : Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang


diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak menunjukkan


perfusi yang adekuat
Kriteria Hasil :

· Tanda-tanda vital stabil

· Membran mukosa berwarna merah muda

· Pengisian kapiler

· Haluaran urine adekuat

Intervensi :

1) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar
kuku.

R/ memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu kebutuhan


intervensi.

2) Auskultasi bunyi napas.

R/ dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung lama/peningkatan


kopensasi curah jantung.

3) Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi.

R/ iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.

4) Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori, bingung.

R/ dapat mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia

5) Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap hangat.

R/ vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.

Kolaborasi

6) Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap


R/ mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons terhadap terapi.

7) Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi

R/ meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk mengurangi


resiko perdarahan.

Berikan oksigen sesuai indikasi.

R/ memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan.

9) Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.

R/ transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang/ anemia aplastik.

b. Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu mempertahankan


berat badan yang stabil

Kriteria hasil :

· Asupan nutrisi adekuat

· Berat badan normal

· Nilai laboratorium dalam batas normal :

Albumin : 4 – 5,8 g/dL

Hb : 11 – 16 g/dL

Ht : 31 – 43 %

Trombosit : 150.000 – 400.000 µL

Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012


Intervensi :

1) Observasi dan catat masukan makanan anak.

R/ mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.

2) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering

R/ makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan asupan nutrisi.

3) Observasi mual / muntah, flatus.

R/ gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.

4) Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan lakukan penyikatan
yang lembut.

R/ meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri,


meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut diperlukan bila jaringan
rapuh/luak/perdarahan.

Kolaborasi

5) Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit, Albumin.

R/ mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi yang


dibutuhkan.

6) Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu asam sesuai indikasi.

R/ bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak.

7) Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal.

R/ meningkatkan masukan protein dan kalori.

c. Dx. 3 : Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan
proses pencernaan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak menunjukan perubahan
pola defekasi yang normal.

Kriteria hasil :

· Frekuensi defekasi 1x setiap hari

· Konsistensi feces lembek, tidak ada lender / darah

· Bising usus dalam batas normal

Intervensi :

1) Observasi warna feces, konsistensi, frekuensi dan jumlah.

R/ membantu mengidentifikasi penyebab / factor pemberat dan intervensi yang tepat.

2) Auskultasi bunyi usus.

R/ bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.

3) Hindari makanan yang menghasilkan gas.

R/menurunkan distensi abdomen.

Kolaborasi

4) Berikan diet tinggi serat

R/ serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus
intestinal.

5) Berikan pelembek feces, stimulant ringan, laksatif sesuai indikasi.

R/ mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.

6) Berikan obat antidiare mis : difenoxilat hidroklorida dengan atropine (lomotil) dan obat
pengabsorpsi air mis Metamucil.
R/ menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.

d. Dx.4 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


(pengiriman) dan kebutuhan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak melaporkan peningkatan


toleransi aktivitas.

Kriteria hasil :

· Tanda – tanda vital dalam batas normal

· Anak bermain dan istirahat dengan tenang

· Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan

· Anak tidak menunjukkan tanda – tanda keletihan

Intervensi :

1) Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam

R/ manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan.

2) Observasi adanya tanda – tanda keletihan ( takikardia, palpitasi, dispnea, pusing, kunang –
kunang, lemas, postur loyo, gerakan lambat dan tegang.

R/ membantu menetukan intervensi yang tepat.

3) Bantu anak dalam aktivitas diluar batas toleransi anak.

R/ mencegah kelelahan.

4) Berikan aktivitas bermain pengalihan sesuai toleransi anak.

R/ meningkatkan istirahat, mencegah kebosanan dan menarik diri.


e. Dx.5 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder
leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infek tidak terjadi.

Kriteria Hasil :

· Tanda – tanda vital dalam batas normal

· Leukosit dalam batas normal

· Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak

Intervensi

1) Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam.

R/ demam mengindikasikan terjadinya infeksi.

2) Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu keluarga supaya
menggunakan masker saat berkunjung.

R/ mengurangi resiko penularan mikroorganisme kepada anak.

3) Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan.

R/ mencegah infeksi nosokomial.

Kolaborasi

4) Observasi hasil pemeriksaan leukosit.

R/lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan leukositopenia mengidentifikasikan


penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk terjadi infeksi
Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.

Evaluasi

a. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat

b. Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dan berat badan stabil

c. Menunjukkan pola defekasi normal

d. Mengalami peningkatan toleransi aktivitas

e. Infeksi tidak terjadi

PENUTUP
Berdasar uraian bahasan “Asuhan Keperawatan Anemia Aplastik” dapat disimpulkan bahwa :

Anemia aplastik bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit melainkan


merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patofisiologi yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang sesame, pemeriksaan
fisik dan informasi laboratorium.

Saran

Diharapkan bagi para pembaca


DAFTAR PUSTAKA

http://vaskoedo.wordpress.com/2008/11/06/kajian-dasar-asuhan-keperawatan-anemia-aplastik/ Suka
Bakta, I Made.2003. Hematologi Klinik Dasar. Jakarta: EGC

http://www.scribd.com/doc/50580563/amenia

Anda mungkin juga menyukai