ANEMIA APLASTIK
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Di susun oleh:
1. Arif Iswahyudi
2. Dadang Heru p.
3. Eka anna R.
4. Gandhi wahyu S.
5. Henry Sulistyono
6. Kresna Kusuma N.
7. Mariska Asda M.S
8. Novi Sri
9. Prayoga Wahyu R.
10. Siti Nuraini
11. Tri Astuti
12. Yohana Angelisa
13. Prasetyo Hadi
Segala puji serta syukur yang tiada terkira kepada Allah SWT
atas segala rahmat yang telah diberikan kepada kami dalam upaya
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN ANEMIA APLASTIK”.
Di dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya
bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari
berbagai pihak maka penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmatNya kepada semua
pihak dengan tulus memberikan bantuannya dalam penyusunan
makalah ini. Dan dengan segala kerendahan hati, penulis menerima
kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
06 oktober 2011
Penulis
KONSEP TEORI
A. KONSEP MEDIS
Pengertian
Etiologi
a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
(Mansjoer.2005.Hal:494)
d. Pucat
e. Pusing
f. Anoreksia
h. Takikardia
j. Sesak
k. Demam
l. Purpura
m. Petekie
n. Hepatosplenomegali
o. Limfadenopati
(Tierney,dkk.2003.Hal:95)
Sumsum Tulang
Darah tepi
Gejala klinis
Keterangan
Aplasia eritropoesis
Retikulositopenia
Anemia (pucat)
Aplasia granulopesis
Granulositopenia, leucopenia
Panas (demam)
Aplasia trombopoetik
Trombositopenia
Diatesis hemoragi
Limfositosisa
Gambaran umum : sel sangat kurang, banyak jaringan penyokong dan lemak
· Tambahan : hepar,limpa,kelenjar getah bening tidak membesar dan tidak ada ikterus
Patofisiologi
Faktor congenital (sindroma fanconi yang disertai mikrosefali dan kelainan ginjal)
Sumber :
(Smeltzer.2001.Hal:938)
a. Implikasi keperawatan
· Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu ruangan
· Berikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan orang tua dan anak Berikan informasi
adekuat mengenai keadaan, pengobatan dan kemajuan kesehatan anak serta bimbingan untuk
perawatan dirumah.
(Pillitteri.2002.Hal:246)
b. Tindakan Kolaborasi
· Medikamentosa :
Untuk pasien dengan neutropenia sebagai abnormalitas dominant, efektif diberikan myeloid
growth factors G-CSF (filgastrim) dengan dosis 5µg/kg/hari atau GM-CSF (sargramostim)
dengan dosis 250 µg/m2/hari untuk meningkatkan angka neutrofil dan menurunkan infeksi.
(Tierney.2003.Hal:96)
· Transfusi darah : diberikan jika diperlukan saja karena pemberian transfusi darah terlampau
sering akan menimbulkan depresi sumsum tulang atau akan menimbulkan reaksi hemolitik
sebagai akibat dibentuknya antibodi terhadap sel – sel darah tersebut.
· Pengobatan terhadap infeksi sekunder
Untuk mencegah infeksi sebaiknya anak diisolasi dalam ruangan yang steril. Pemberian obat
antbiotika dipilih yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang. Kloramfenikol tidak
boleh diberikan.
· Makanan : umumnya diberikan dalam bentuk lunak. Jika harus menggunakan NGT harus
hati – hati karena dapat menimbulkan luka / perdarahan pada waktu pemasangan.
(Ngastiyah.1997.Hal:365)
Transplantasi sumsum tulang : sumsum tulang diambil dari donor dengan beberapa kali
pungsi hingga mendapatkan sedikitnya 5 x 108 sel berinti / kgBB resipien. Keberhasilan
pencangkokan terjadi dalam waktu 2 hingga 3 minggu.
(Sodeman.1995.Hal:278)
Pemeriksaan Penunjang
a. Biopsi sumsum tulang : menentukan beratnya penurunan elemen sumsum normal dan
penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, precursor granulosit,
eritrosit dan trombosit. Akibatnya terjadi pansitopenia (defisiensi semua elemen sel darah).
(Smeltzer.2001.Hal:939)
a. Aktivitas / Istirahat
· Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
· Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang menunjukkan
keletihan
b. Sirkulasi
· Hipotensi postural
· Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T
· Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan
dasar kuku
c. Integritas Ego
· Depresi
d. Eliminasi
· Distensi abdomen
e. Makanan / cairan
· Stomatitis
· Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
f. Neurosensori
· Hemoragis retina
· Epistaksis
g. Nyeri/kenyamanan
h. Pernapasan
i. Keamanan
· Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen
· Gangguan penglihatan
· Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
· Limfadenopati umum
Diagnosa Keperawatan
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
c. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia,
penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Intervensi
· Pengisian kapiler
Intervensi :
1) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar
kuku.
5) Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap hangat.
Kolaborasi
R/ transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang/ anemia aplastik.
b. Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
Kriteria hasil :
Hb : 11 – 16 g/dL
Ht : 31 – 43 %
4) Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan lakukan penyikatan
yang lembut.
Kolaborasi
6) Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu asam sesuai indikasi.
R/ bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak.
c. Dx. 3 : Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan
proses pencernaan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak menunjukan perubahan
pola defekasi yang normal.
Kriteria hasil :
Intervensi :
R/ bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
Kolaborasi
R/ serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus
intestinal.
6) Berikan obat antidiare mis : difenoxilat hidroklorida dengan atropine (lomotil) dan obat
pengabsorpsi air mis Metamucil.
R/ menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
Kriteria hasil :
Intervensi :
R/ manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan.
2) Observasi adanya tanda – tanda keletihan ( takikardia, palpitasi, dispnea, pusing, kunang –
kunang, lemas, postur loyo, gerakan lambat dan tegang.
R/ mencegah kelelahan.
Kriteria Hasil :
Intervensi
2) Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu keluarga supaya
menggunakan masker saat berkunjung.
Kolaborasi
Evaluasi
PENUTUP
Berdasar uraian bahasan “Asuhan Keperawatan Anemia Aplastik” dapat disimpulkan bahwa :
Saran
http://vaskoedo.wordpress.com/2008/11/06/kajian-dasar-asuhan-keperawatan-anemia-aplastik/ Suka
Bakta, I Made.2003. Hematologi Klinik Dasar. Jakarta: EGC
http://www.scribd.com/doc/50580563/amenia