Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA APLASTIK DAN

ANEMIA MEGALOBLASTIK

Disusun Oleh :

 Ferdy Bayu Saputra


 Ericha Endrianti
 Indah Wahyuningtyas
 Imam Abdan Shiddiq
 Sena Bayu Putra

Kelas : 1D Lam-Tim

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANFAKULTAS


KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 KONSEP DASAR ANEMIA APLASTIK

A. Pengertian

Anemia Aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada darah
tepi dan penurunan selularitas sumsum tulang sehingga menyebabkan terjadinya
retikulositopenia, anemia, granulositopenia, serta trombositopenia (Bambang, 2012).

B. Etiologi 

Penyebab hampir sebagian besar kasus anemia aplastik bersifat idiopatik


dimana penyebabnya masih belum dapat dipastikan. Namun ada faktor-faktor yang di
duga dapat memicu terjadinya penyakit anemia aplastik ini. Faktor-faktor penyebab
yang dimaksud antara lain :

a) Faktor kongenital (genetik)

Sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali,
strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.

b) Zat Kimia

Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat
berlebihan. Zat-zat kimia yang sering menjadi penyebab anemia aplastik
misalnya benzen, arsen, insektisida, dan lain-lain. Zat-zat kimia tersebut biasanya
terhirup ataupun terkena (secara kontak kulit) pada seseorang.

c) Obat-obatan

Obat seperti kloramfenikol diduga dapat menyebabkan anemia aplastik. America


edical Association juga telah membuat daftar obat-obat yang dapat menimbulkan
anemia aplastik. Obat-obat yang dimaksud antara lain Azathioprine,
Karbamazepine, Kloramfenikol, Ethosuksimide, Indomethasin, Imunoglobulin
limfosit, Penisilamine, Probenesid, Quinacrine, Obat-obat sulfonamide,
Sulfonilurea, Obat-obat thiazide, Trimethadione.

d) Radiasi

Radiasi dianggap penyebab enemia aplastik karena dapat mengakibatkan


kerusakan pada sel induk atau lingkungan sel induk. Contoh radiasi yang
dimaksud adalah pajanan sinar X yang berlebihan, paparan oleh radiasi berenergi
tinggi ataupun sedang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kegagalan
sumsum tulang akut dan kronis sehingga terjadi anemia aplastik.

e) Kelainan Imunologik

Zat anti terhadap sel-sel hemopoetik dan lingkungan mikro dapat menyebabkan
anemia aplastik.

(Mansjoer, 2005).

C. Klasifikasi
Tabel 3.1. Klasifikasi Anemia Aplastik
Anemia Aplastik  Seluraritas sumsum tulang <25% atau 25-50% dengan
Berat <30% sel hematopoietik residu, dan
 Dua dari tiga kriteria berikut :
- netrofil < 0,5x109/l
- trombosit <20x109 /l
- retikulosit < 20x109 /l

Anemia Aplastik Sama seperti anemia aplastik berat kecuali netrofil <0,2x109/l
Sangat Berat

Anemia Aplastik Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia aplastik berat atau
Bukan Berat sangat berat; dengan sumsum tulang yang hiposelular dan
memenuhi dua dari tiga kriteria berikut :
- netrofil < 1,5x109/l
- trombosit < 100x109/l
- hemoglobin <10 g/dl

D. Patofisiologi
Penyebab anemia aplastik adalah faktor kongenital, faktor didapat antara lain :
bahan kimia, obat, radiasi, imunologik. Apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda
hipoplasia muncul, maka depresi sumsum tulang akan berkembang sampai titik
dimana terjadi kegagalan sempurna dan ireversibel. Abnormalitas mungkin terjadi
pada sel stem, prekusor granulosit, eritrosit dan trombosit, akibatnya terjadi
pansitopenia.
Pansitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Penurunan sel darah ( anemia ) ditandai dengan menurunnya tingkat hemoglobin dan
hematokrit. Penurunan sel darah merah ( Hemoglobin ) menyebabkan penurunan
jumlah oksigen yang dikirimkan ke jaringan, biasanyaditandai dengan kelemahan,
kelelahan, dispnea, takikardia, ekstremitas dingin dan pucat. Kelainan kedua setelah
anemia yaitu leukopenia atau menurunnya jumlah sel darah putih (leukosit) kurang
dari 4500-10000/mm, penurunan sel darah putih ini akan menyebabkan
agranulositosis dan akhirnya menekan respon inflamasi. Respon inflamasi yang
tertekan akan menyebabkan infeksi dan penurunan system imunitas fisis mekanik
dimana dapat menyerang pada selaput lendir, kulit, silia, saluran nafas sehingga bila
selaput lendirnya yang terkena maka akan mengakibatkan ulserasi dan nyeri pada
mulut serta faring, sehingga mengalami kesulitan dalam menelan dan menyebabkan
penurunan masukan diet dalam tubuh.
Kelainan ketiga setelah anemia dan leukopenia yaitu tromositopenia,
trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit dibawah 100.000/mm3.
akibat dari trombositopenia antara lain ekimosis, ptekie, epistaksis, perdarahan
saluran kemih, perdarahan susunan saraf dan perdarahan saluran cerna. Gejala dari
perdarahan saluran cerna adalah anoreksia, nausea, konstipasi, atau diare dan
stomatitis ( sariawan pada lidah dan mulut ) perdarahan saluran cerna dapat
menyebabkan hematemesis melena. Perdarahan akibat trombositopenia
mengakibatkan aliran darah ke jaringan menurun.

E. Manifestasi Klinis
a) Pucat h) Purpura
b) Kelelahan i) Perdarahan
c) Dispnea j) Nafsu makan berkurang
d) Jantung berdebar k) Sesak napas
e) pusing l) Mudah memar
f) Lemah m) Penglihatan kabur
g) Demam n) Epistaksis

F. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap disertai diferensial anemia makrositik, penurunan
granulosit, monosit, limfosit. Gambaran darah tepi : menunjukkan pansitopenia
dan limfositosis relative
b. Uji kerusakan kromosom positif untuk anemia fanconi
c. Biopsi sum-sum tulang : menentukan beratnya penurunan elemen sum-sum
normal dan penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem,
prekusor granulosit, eritrosit dan trombosit. Akibatnya terjadi pansitopenia
(defisiensi semua elemen sel darah).

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Terapi Kausal : Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen
penyebab. Hindarkan pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang
tidak diketahui. Akan tetapi hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak
jelas atau penyebabnya tidak dapat dikoreksi.
b. Terapi Suportif : Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang
timbul akibat pansitopenia. Adapun bentuk terapinya sebagai berikut, :
1) Untuk mengatasi infeksi
Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotic yang tepat dan
adekuat. Tranfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.
2) Usaha untuk mengatasi anemia
Berikan tranfusi Packed Red Cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/ atau
tanda payah jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb
sebesar 9-10 gr % tidak perlu sampai normal karena akan menekan
eritropoesis internal.
3) Usaha untuk mengatasi perdarahan. Berikan tranfusi konsertat trombosit
jika terdapat perdarahan mayor atau trombosit < 20.000 mm3.
4) Terapi untuk memperbaiki sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang :
a) Anabiotik sterod dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis
2-3 mg/kgBB/hari. Efek fungsi terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek
samping yang dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
b) Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.
5) Terapi definitive
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan
jangka panjang.
a) Terapi imonusupresif
Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte
globuline (ATG) dapat menekan proses imunologis. Terapi
imonusupresif lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tinggi.
b) Transplantasi sum-sum tulang
Transplantasi sum-sum tulang merupakan terapi definitif yang
memberikan haraapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.

2. Penatalaksanaan keperawatan
1) Pencegahan infeksi silang.
2) Instirahat untuk mencegah perdarahan, terutama perdarahan otak.
3) Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu
ruangan.
4) Berikan dukungan emosional kepada klien.
5) Berikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan klien dan keluarga klien.
Berikan informasi adekuat mengenai keadaaan, pengobatan dan kemajuan
kesehatan klien serta bimbingan untuk perawatan dirumah.

H. Masalah Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Resiko Infeksi
d. Intoleransi aktivitas

1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu
sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat
disamping itu disertai nyeri abdomen.
1) Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang dapat diperoleh melalui orang lain atau dengan
klien itu sendiri.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit
yang pernah diderita oleh klien.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit
yang pernah dialami ol eh anggota keluarga.

b. Pengkajian Dasar

1) Aktifitas / istirahat

Gejala: letih, lemah, malas, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur

dan istirahat lebih banyak. Tanda : tachicardia, tachipnea, dispnea jika istirahat atau

bekerja, apatis, lesu, kelemahan otot dan penurunan kekuatan, atakna, tubuh tidak

tegak.

2) Sirkulasi

Gejala: riwayat kehilangan darah kronis, endokarditis, palpitasi.

Tanda : hipotensi postural, disritmia, abnormalitas EKG, bunyi jantung murmur,

Ekstremitas pucat, dingin, pucat dan membran mukosa ( konjunctiva, mulut, faring,

bibir, dan dasar kuku ), pengisian kapiler lambat, rambut keras.

3) Eliminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal, hematemesis, feses dengan darah segar,

melena, diare, konstipasi, penurunan haluaran urine. Tanda: distensi abdomen.

4) Makanan dan cairan


Gejala : penurunan masukan, nyeri menelan, mual, muntah, anoreksia, penurunan
berat badan. Tanda : lidah merah, membran mukosa kering, pucat, tangan kulit
kering, stomatitis.
5) Higiene
Tanda & gejala : kurang bertenaga, penampilan tidak rapi
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, insomnia, penurunan
penglihatan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki, sensasi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, respon lambat dan
dangkal, hemoragik retina, epitaksis, perdarahan dari lubang – lubang koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar
7) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajang terhadap bahan kimia, tidak toleran terhadap
dingin dan atau, panas penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam, keringat malam, limpadenopati, petekie, ekhimosis
8) Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : kecendrungan keluarga untuk anemia, penggunaan antikonvulsan, antibiotik,
agen kemoterapi, aspirin, obat anti inflamasi

1.3 ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA APLASTIK

A. Karakteristik Pasien (Identitas pasien)

Nama pasien adalah An M.P berusai 14 tahun, jenis kelamin perempuan, suku Timor,
menganut agama Kristen Katolik, pendidikan pasien adalah SMP dan bertempat tinggal
di Oefatu, Kabupaten TTS, pasien dirawat dengan diagnosa medis anemia aplastik.

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada An.M.P dengan diagnosa medis Anemia aplastik dilakukan pada
minggu 26 Juni 2019 jam 10.00 WITA.

a) Keluhan utama

Keluhan utama An M.P adalah mengeluh lemas seluruh badan &pusing. Keluhan lain
yang dirasakan oleh An M.P adalah sulit beraktifitas, tidak ada nafsu makan dan
sering muntah. Riwayat kesehatan saat ini An.M.P masuk rumah sakit dengan
keluhan lemas seluruh badan dan pusing, An.M.P sempat di rawat di RSUD
kabupaten TTS sebelum dirujuk ke RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes Kupang.

b) Pemeriksaan fisik .

Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmenstis E:4V5:M:6, tanda-tanda vital


TD (90/60 mmhg), nadi: 76x/m, RR 20x/m, Suhu: 36,30c. (CRT >3 detik), tinggi
badan 140 cm, berat badan sebelum sakit 41 kg, saat sakit 39 kg, berat badan ideal
19,2 kg, status gizi kurang. Tidak ada hidrosefalus, ubun-ubun anterior tidak ada
kelainan, ubun-ubun posterior tidak ada kelainan, leher tidak kaku kuduk, tidak ada
pembesaran limfe, kunjungtiva anemis, warna sklera putih, telinga bersih, tidak ada
gangguan pendengaran, tidak ada secret, membran mukosa lembab, lidah bersih, gigi
bersih, perut tidak kembung, ada bising usus 38 kali per menit, ada mual dan
muntah. Pada pemeriksaan genetalia preputium bersih, tidak ada hipospadia, tidak
terdapat skrotum. Pergerakan sendi bebas tidak ada hambatan pada ekstremitas aras
dan bawah, tidak mampu berjalan karena lemas, tidak ada fraktur, ketrampilan
motorik baik.

c) Informasi lain.

Saat dilakukan pengkajian tentang pengetahuan, ibu An.M.P mengatakan sudah paham
tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta penanganan. Saat ditanya
bagaimana persepsi orangtua terhadap anaknya : ibu mengatakan hanya pasrah dan
berdoa kepada Tuhan dan berharap anaknya cepat sembuh.

C. Data Fokus
Data subjektif:
 Pasien mengatakan pusing dan lemas seluruh badan
 Pasien mengatakan bahwa tidak ada nafsu makan, mual muntah.
 Pasien mengatakan bahwa ia sulit beraktivitas karena lemas.

Data objektif
 Pasien tampak lemas dan lemah
 Counjunctiva anemis
 CRT >3 detik
 Pucat seluruh badan,
 TD 90/60 mmhg
 Nadi 76 x/menit
 Suhu: 36,30ºc
 RR: 20 x/menit
 Hb: 2,4 g/dl.
 Hanya menghabiskan (1/2) porsi makan
 Ada penurunan berat badan 2 kg
 Hb 2,4 g/dl.
 Hanyaterbaring,
 Makan, minum BAK dan BAB di bantu keluarga
D. Diagnosa

1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan penurunan konsentrasi


Hemoglobin
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat.
3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik

E. Intervensi

Untuk diagnosa keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


penurunan suplai O2 ke jaringan 1) Kaji jenis perdarahan. 2) Anjurkan pasien untuk makan
makanan yang tinggi zat besi. 3) Nilai CRT. 4) ukur tanda-tanda vital. 5) Kolaborasi
pemberian transfusi & obat antikoagulan. 6) Pasang transfusi darah (PRC) sesuai indikasi. 7)
Kolaborasi pemeriksaan laboratorium.

Untuk diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekurangan
asupan nutrisi esensial. 1) Berikan makanan yang hangat dan menarik sesuai kesukaan
pasien. 2) Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering. 3) Timbang BB. 4) ajarkan
pasien tidak konsumsi makanan berbumbu. 5) ajak anak makan sambil bercerita. 6)
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian suplimen, vitamin, zat besi dan folat. 7)
kolaborasi dengan ahli gizi untuk rubah makan TKTP kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien dengan rasional kalori dan nutrisi yang sesuai dapat.

Untuk diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. 1) Kaji


faktor yang menyebabkan kelelahan dengan rasional salah satu penyebabnya adalah
meningkatnya TIK. 2) Monitor TTV, rasional untuk mengetahui tingkat
perkembangan pasien. 3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan dengan rasional memudahkan dalam proses terapi.

F. Implementasi Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai O 2 ke


jaringan
a) Mengkaji jenis perdarahan.
b) Menganjurkan pasien untuk makan makanan yang tinggi zat besi.
c) Menilai CRT.
d) Mengukur tanda-tanda vital.
e) Bkerolaborasi pemberian transfusi & obat antikoagulan.
f) Memasang transfusi darah (PRC) sesuai indikasi
g) Berkolaborasi pemeriksaan laboratorium.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekurangan asupan


nutrisi esensial
a) Memberikan makanan yang hangat dan menarik sesuai kesukaan pasien.
b) Memberkani makanan dalam porsi kecil tapi sering.
c) Menimbang BB.
d) Mengajarkan pasien tidak konsumsi makanan berbumbu.
e) Mengajak anak makan sambil bercerita.
f) Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian suplimen, vitamin, zat besi dan
folat.
g) Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk rubah makan TKTP kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien dengan rasional kalori dan nutrisi yang sesuai dapat

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


a) Mengkaji faktor yang menyebabkan kelelahan dengan rasional salah satu
penyebabnya adalah meningkatnya TIK.
b) Memonitor TTV, rasional untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien.
c) Membantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
dengan rasional memudahkan dalam proses terapi.

G. Evaluasi Keperawatan

1) Mempertahankan perfusi jaringan adekuat

2) Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dan berat badan stabil

3) Menunjukkan pola defekasi normal

4) Mengalami peningkatan toleransi aktivitas

5) Infeksi tidak terjadi


BAB II
PEMBAHASAN

Karena anemia aplastik itu kegagalan susum tulang belakang yang menghasilkan sel
darah merah sehingga sel darah merah tidak dapat terbentuk secara maksimal sehingga
didalam tubuh manusia kekurangan darah merah dan nutrisi yang masuk tidak dapat
menghasilkan sel darah merah sehingga di dalam tubuh manusia kekurangan nutrisi untuk
membentuk energi,yang membuat tubuh menjadi lemas, lemah dan pucat dan tidak memiliki
kekuatan atau energi untuk menjalakan aktivitas secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., et al. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Indonesian
Edition. St. Loui: Mosby

Moorhead, S. et al. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC) 5th Indonesian Edition.
St. Loui: Mosby

Nurarif, AH. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi 2. Jogjakarta: Penerbit Mediaction

Tanto, C., dkk. (2014). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Wong, D. L., et al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta:EGC


Price, Sylvia. (2005). Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai