Anda di halaman 1dari 126

SKRIPSI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN


ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) YANG MENGALAMI
HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN

Oleh:
BELLA ASTRIKA DIO YOLANDA
NIM: 201302011

PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
SKRIPSI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN


ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) YANG MENGALAMI
HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN

Diajukan untuk memenuhi


Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:
BELLA ASTRIKA DIO YOLANDA
NIM: 201302011

PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017

ii
iii
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

ALHAMDULILLAH.....ALHAMDULILAH...ALHAMDULILAH........
Dengan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan atas dukungan dan
doa dari orang-orang tercinta. Akhirnya skripsi ini selesai. Dengan baik dan tepat
waktunya. Oleh karena itu atas rasa syukur saya ucapkan terimakasi kepada :
Kedua orang tua saya Bapak Suparman dan Ibu Lesmiati yang telah
memberikan dukungan dan do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya. Dengan
do’a yang terucap dari orang tua, ucapan terimakasih saja tidak akan pernah cukup
untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan
cintaku kepada kedua orang tuaku.
Kepada semua dosen Prodi S1 Keperawatan khususnya dosen pembimbing
Bpk, Kuswanto, S.Kep.,Ns., M.Kes dan Ibu Mega Arianti P, S.Kep.,Ns.,M.Kep
serta Dewan Penguji Ibu Dian Anisia W, S.Kep.,Ns.,M.Kep terimakasih banyak
telah membimbing dengan sabar dan telaten sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Keluargaku adek. pipit,sandra,nina,vera,diva mbah kasiem, mbak nik,
hariyono terimakasih sudah memberikan doa, dukungan, motivasi serta semangat
di saat saya sudah lelah dengan skripsi ini. Dan untuk Mochammad Ridho
Setiawan terimakasih sudah menemani saya di semester awal sampai akhir ini,
sudah memberikan do’a, dukungan, motivasi, perhatian, dan trimakasih selalu
sabar menunggu saya, sabar menghadapi sifat yang kadang suka marah ini.
Semoga kebaikanmu selalu di ridho’i oleh Allah dan semoga lelah mu menjadi
berkah.
untuk teman-temanku Fitri dwi, Listiyana W, Restiana S, Aluen Ajeng,
Risqi S, Denok, dan teman-teman seangkatan kelas A dan B. terimakasi untuk
semangat, dukungan, selama ini trimakasih sebesar”nya untuk kalian. semoga kita
bisa sukses sama-sama. amiin........
terimakasi untuk kalian semua , akhir kata saya persembahkan sekripsi ini
untuk kalian. semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna untuk kemajuan
pengetahuan di masa depan. amiin.

v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Bella Astrika Dio Yolanda


Jeniskelamin : Perempuan
TempatdanTanggalLahir : Madiun, 03 Maret 1995
Agama : Islam
Alamat : Ds. Sukolilo, Jalan Jeruk Rt 20 Rw 05 Kec. Jiwan,
Kab. Madiun
Email : Bellaastrika@yahoo.co.id
Riwayat Pendidikan : -TK Dharma Wanita Sukolilo 01
- SDN 01 Mangunharjo Madiun
- SMP 9 MADIUN
- SMAN 01 Jiwan Madiun

vii
ABSTRAK

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN


PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) YANG MENGALAMI
HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN

Bella Astrika Dio Yolanda


201302011

125 halaman + 12 tabel + 4 gambar + 19 lampiran


Perasaan cemas merupakan dampak hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Peran orang tua
diperlukan guna meminimalkan penyebab cemas dengan mengurangi dampak
perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan meminimalkan rasa takut
terhadap rasa nyeri (Wong 2005). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6
tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
Rancangan penelitian ini corelations dengan pendekatan cross sectional.
Populasi sejumlah 31 responden. Sampel yang digunakan sejumlah 31 responden.
Sampling yang digunakan adalah total sampling. Variabel independen adalah
peran orang tua dan variabel dependen adalah tingkat kecemasan pada anak usia
prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi. Pengumpulan data
menggunakan lembar kuesioner dan uji statistik Spearman Rank dengan a = 0,05.
Hasil penelitian diketahui bahwa peran orang tua dengan tingkat kecemasan
tertinggi adalah peran orang tua baik dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak
10 responden (71%) dan diketahui bahwa yang terendah adalah peran orang tua
kurang dengan tingkat berat sbanyak 3 responden (75%).
Hasil p value 0,000 < 0,05, sehingga Ha diterima, arah hubungan dari r
hitung = -0,064 yaitu negatif. Yang berarti semakin tinggi peran orang tua maka
semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami oleh anak yang mengalami
hospitalisasi.
Dari hasil tersebut maka dapat disarankan agar orang tua hendaknya selalu
mendampingi anak ketika sedang menjalani hospitalisasi di rumah sakit. Peran
orang tua sangat penting dalam meminimalkan cemas anak akibat hospitalisasi.

Kata Kunci : Peran Orang Tua, Tingkat Kecemasan, Anak Prasekolah

viii
ABSTRACT

Bella Astrika Dio Yolanda


201302011

CORRELATION BETWEEN PARENT ROLES TO ANXIETYLEVELAT PRE


SCHOOL (3-6 YEAR) AGE CHILDREN WHO GET HOSPITALIZATIONAT
REGION PUBLIC HOSPITALOF MADIUN

125 pages, 12 Tables, 4 pictures and 19 enclosure

Anxiety is the effect of hospitalization which occurs in children because of


stressor which presents in hospital environment. Parent roles are needed to
minimalize the anxiety factor by decreasing the impact of separation, avoided the
control of feeling lost and minmialize scary and pain (Wong 2005). Purpose of the
researcher try to know correlation of parent roles and hospitalization anxiety to
the pre school (3-6 year) age children patients at Region Public Hospital of
Madiun.
Study design of this research is correlation with cross sectional
approarch. The population is 31 respondents. The sampling is total sampling.
Independent variabel is parent role, dependent variabelis anxiety level at pre
school (3-6 year age children who get hospitalization at Region Public Hospital
of Madiun.
Data collection using questionnaire sheet and spearman rank statistic test
with α =0,05.Based on the result, good parent roles with highest anxiety level is
parent roles with mild anxienty as many as 10 respondents (71%) and based on
the resulth lowest is moderate parent roles with severe anxiety as many as 3
respondents (75%).
From the statistical test result obtained p value 0,000 < 0,05 so Ha
accepted, the direction of r correlation = - 0,646 is negatif, which means the
higher parent roles then the lower anxiety level experienced by children.
From these results it can be suggested that parents should always
accompany the child is undergoing hospitalization at the hospital. The role of
parents is crucial in minimizing the anxiety children due to hospital.

Keywords : parent roles, anxiety level, pre school aged children

ix
DAFTAR ISI

Halaman
Sampul Depan ............................................................................................... i
Sampul Dalam ............................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ....................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ...................................................................................... iv
Lembar Persembahan .................................................................................... v
Lembar Pernyataan ........................................................................................ vi
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... vii
Abstak ........................................................................................................... viii
Abstract ......................................................................................................... ix
Daftar Isi......................................................................................................... x
Daftar Tabel ................................................................................................... xii
Daftar Gambar ............................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ............................................................................................. xiv
Daftar Istilah .................................................................................................. xv
Daftar Singkatan............................................................................................. xvi
Kata Pengantar .............................................................................................. xvii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Peran ......................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Peran .......................................................... 7
2.1.2 Fungsi dan Peran Serta Orang Tua .............................. 7
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Peran ............................... 9
2.1.4 Peran Orang Tua Terhadap Berbagai Sifat Anak ......... 10
2.1.5 Peran Orang Tua dalam Proses Hospitalisasi .............. 13
2.1.6 Indikator Peran Orang Tua ........................................... 16
2.2 Konsep Kecemasan ............................................................... 16
2.2.1 Pengertian Kecemasan ................................................. 16
2.2.2 Teori-teori Kecemasan ................................................. 17
2.2.3 Faktor Pencetus ............................................................ 19
2.2.4 Tingkat Kecemasan ...................................................... 19
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ...................... 21
2.2.6 Gejala-gejala Kecemasan ............................................. 24
2.2.7 Akibat Kecemasan ....................................................... 25
2.2.8 Dampak Kecemasan Akibat Hospitalisasi ................... 26
2.3 Konsep Hospitalisasi ............................................................. 26
2.3.1 Pengertian Hospitalisasi ............................................... 26
2.3.2 Efek Hospitalisasi Pada Anak ...................................... 27
2.3.3 Manfaat Hospitalisasi ................................................... 28

x
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Anak
Terhadap Sakit dan Hospitalisasi ................................. 29
2.3.5 Respon Anak Menghadapi Hospitalisasi ..................... 30
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................ 35
3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................... 36
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ................................................................... 38
4.2 Populasi dan Sampel............................................................... 38
4.3 Teknik Sampling ................................................................... 40
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ..................................................... 40
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................... 42
4.6 Instrumen Penelitian .............................................................. 44
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................. 44
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 46
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ................................................. 46
4.10 Teknik Analisis Data ............................................................. 47
4.11 Etika Penelitian ...................................................................... 51
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 53
5.2 Hasil Penelitian ...................................................................... 54
5.2.1 Penyajian Karakteristik Data Umum ......................... 54
5.2.2 Penyajian Karakteristik Data Khusus ........................ 59
5.3 Pembahasan ........................................................................... 61
5.3.1 Peran Orang Tua Pada Anak Usia Prasekolah (3-6
tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota
Madiun ....................................................................... 61
5.3.2 Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6
tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota
Madiun ....................................................................... 65
5.3.3 Hubungan Peran Orangtua dengan Tingkat
Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun)
yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota
Madiun ....................................................................... 68
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 73
6.2 Saran ...................................................................................... 73

Daftar Pustaka ............................................................................................... 75


Lampiran ........................................................................................................ 78

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian Hubungan Peran Orang


Tua dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di
RSUD Kota Madiun .............................................................. 43
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak ....... 54
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perawatan Dirumah
Sakit ...................................................................................... 55
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Anak ....................... 55
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Orang Tua yang
Mendampingi ........................................................................ 56
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Orang Tua .............. 56
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Orang Tua .... 57
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ...... 57
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengalaman Merawat
Anak ...................................................................................... 58
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Peran Orang Tua .................................. 59
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Anak ................... 59
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Hubungan Orang Tua dengan Tingkat
Kecemasan Anak .................................................................. 60

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Orang Tua dengan


Tingkat Kecemasa Pada Anak Usia Prasekolah (3-6
Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi ................................. 35
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Peran Orang
Tua dengan Tingkat Kecemasa Pada Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami
Hospitalisasi ........................................................................... 41

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Skripsi .................................................... 78


Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian ................................................. 79
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ............................... 80
Lampiran 4 Kisi-kisi kuesioner .................................................................. 81
Lampiran 5 Lembar kuesioner ................................................................... 83
Lampiran 6 Validitas Peran Orang tua ...................................................... 87
Lampiran 7 Konsultasi Proposal Skripsi .................................................... 90
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian................................................................ 92
Lampiran 9 Lembar Surat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ................ 93
Lampiran 10 Data distribusi frekuensi ........................................................ 94
Lampiran 11 Tendensi Sentral .................................................................... 97
Lampiran 12 Tabulasi Peran Orangtua dengan Tingkat Kecemasan Anak . 99
Lampiran 13 Hasil Penghitungan SPSS Uji Spearman Rank Hubungan
Peran Orangtua dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak
Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami
Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun .................................... 100
Lampiran 14 Rekapitualisasi Data Mentah Peran Orang tua ....................... 101
Lampiran 15 Rekapitualisasi Data Mentah Tingkat Kecemasan ................. 102
Lampiran 16 Analisa Kuesioner .................................................................. 103
Lampiran 17 Dokumentasi Penelitian .......................................................... 105
Lampiran 18 Surat Keterangan Selesai Penelitian ...................................... 106
Lampiran 19 Konsultasi Skripsi ................................................................... 107

xiv
DAFTAR ISTILAH

Anonymity : Tanpa nama


Analitic depression : Depresi analitik
Anxietas : Kecemasan
Bed Rest : Istirahat di tempat tidur
Body of know ledge : Kerangka kerja
Coding : Kode
Confidentiality : Kerahasiaan
Coping : Mengatasi
Cross sectional : Pengukuran satu waktu
Denial : Tahap menolak
Despair : Tahap putus asa
Editing : Edit
Exited : Heboh
Informen concent : Tujuan penelitian
Insomia : Susah tidur
Irritable : Pemarah
Rooming in : Tinggal di
Sampling : Pengambilan sample
Stranger anxiety : Cemas pada orang yang tidak dikenal
Separation anxiety : Cemas akan berpisah
Spearman rank : Sistem pendukung
Stressor : Penyebab
Support system : Mendukung
Toddler : Anak usia (1-3 tahun)

xv
DAFTAR SINGKATAN

DinKes : Dinas Kesehatan


KemenKes : Kementrian Kesehatan
RS : Rumah Sakit
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SPSS : Statistic Product and Service Solution
FCC : Family Centered Care

xvi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi dengan

judul “Hubungan Peran Orang Tua dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia

Prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun”.

Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan

moral kepada saya, untuk itu saya sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Resti Lestantini., M.Kes Sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Madiun beserta setaf yang menerima saya untuk melaksanakan

penelitian.

2. Bpk. Zaenal Abidin, S.KM, M.Kes sebagai Ketua STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun.

3. Ibu Mega Arianti P., S.Kep.Ners., M.Kep sebagai Ketua Prodi S-1

Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan sebagai

pembimbing 2.

4. Bpk, Kuswanto S.Kep.Ners., M.Kes sebagai pembimbing 1 skripsi yang

telah memberi petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya proposal

skipsi ini.

5. Dian Anisia S.Kep,Ns.,M.Kes, selaku dewan penguji yang telah bersedia

meluangkan waktu dan pikirannya untuk menguji skripsi yang telah dibuat

oleh penulis.

xvii
6. Keluarga dan teman-teman yang selalu bersama dalam suka dan duka

dalam penyelesaian proposal skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan

demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperanserta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah

SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Madiun, Agustus 2017


Penyusun

xviii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang berencana atau darurat,

mengaharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan

perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Setiawan, 2014).

Permasalahan yang pokok yang sering di hadapi dalam kesehatan adalah

hospitalisasi. Masalah ditimbulkan dari hospitalisasi biasanya berupa stres,

cemas, rasa kehilangan dan takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak

rumah sakit, jika masalah tersebut tidak diatasi maka akan mempengaruhi

perkembangan psikososial, terutama pada anak-anak (Supartini, 2006).

Hospitalisasi anak dapat menjadi suatu pengalaman yang menimbulkan

trauma baik pada anak maupun orang tua sehingga menimbulkan reaksi

tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan orang tua

dalam perawatan anak selama di rumah sakit (Supartini, 2004). Orang tua

merupakan unsur penting dalam perawatan anak untuk itu diperlakukan

peran orang tua yaitu dengan melibatkan orang tua dalam perawatan agar

anak merasa aman dan mendapatkan perhatian dari keluarga (Nursalam,

2005). Berbagai dampak kecemasan akibat hospitalisasi yang dialami oleh

anak usia prasekolah, akan beresiko mengganggu tumbuh kembang anak

dan berdampak pada proses penyembuhan. Peran orang tua diperlukan

guna meminimalkan penyebab cemas dengan mengurangi dampak

1
perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan meminimalkan

rasa takut terhadap rasa nyeri (Wong, 2005).

Data perhimpunan di Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari 5

juta anak menjalani hospitalisasi karena prosedur pembedahan dan lebih

dari 50% dari jumlah tersebut, anak mengalami kecemasan dan stres

(Suparto dalam Tjahjono, 2014). Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS)

tahun 2010 jumlah anak usia prasekolah penduduk di Indonesia sebesar

72% dari jumlah total penduduk Indonesia, diperkirakan 35 per 100 anak

menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya mengalami kecemasan.

Jumlah kunjungan pasien anak rawat inap di Rumah Sakit Jawa Timur

pada tahun 2012 adalah 282.582 jiwa yang mengalami peningkatan

dibanding tahun 2011 yaitu 203.899 jiwa (DinKes, 2012). Hasil penelitian

dari Lina Madyastuti Rahayaningrum pada bulan Febuari 2014 jumlah

pasien anak yang dirawat diruang Pavilium anak Rumah Sakit Semen

Gresik sebanyak 324 anak, usia anak prasekolah sebanyak 81 anak, data

diambil dari tanggal 2-8 juni 2014 dari 11 anak usia prasekolah sebanyak

yang dirawat diruang pavilium anak Rumah Sakit Gresik Semen Gresik

ada 3 (27%) anak tidak mengalami cemas sedangkan 8 (73%) anak

mengalami kecemasan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Doto (2016)

di RSUD Kota Madiun didapatkan bahwa dari 10 anak usia prasekolah (3-

6) tahun yang dirawat di ruangan tersebut 2 anak (20%) anak mengalami

kecemasan ringan, 4 anak (40%) anak mengalami kecemasan sedang, dan

4 anak (40%) anak mengalami kecemasan berat.

2
Anak usia prasekolah merupakan periode kanak-kanak awal antara

usia (3-5) tahun. Pada usia ini anak mampu melakukan berbagai gerak

seperti berlari, melempar, menari, berhitung. Ketika anak jatuh sakit,

terkadang orang tua tidak dapat memberikan perawatan di rumah. Keadaan

seperti itu memaksa anak harus mendapatkan perawatan yang intensif di

rumah sakit. Saat dirawat di rumah sakit anak mengalami hospitalisasi

(Ratna, 2012). Anak menjalani perawatan di rumah sakit, akan merasakan

kecemasan misalnya perpisahan dengan orang tua dan

menginterprestasikan perpisahan sebagai kehilangan kasih sayang.

Kecemasan perpisahan akan semakin meningkatkan kecemasan anak usia

prasekolah terhadap lingkungan rumah sakit yang dianggap anak sebagai

lingkungan yang asing. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan

kesehatan, lingkungan, serta rutinitas anak di rumah sakit. Kondisi

lingkungan rumah sakit yang terdiri dari berbagai macam peralatan-

peralatan medis, obat-obatan yang harus dimunum, serta penampilan para

tenaga kesehatan yang menonton dengan baju putih, dapat menjadi cemas

bagi anak (Muscari, 2005).

Pada saat anak menjalani perawatan, hospitalisasi anak seringkali

mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian

dan berbagai hal yang tidak diketahui. Interpretasi anak terhadap kejadian

dan respon anak terhadap pengalaman selama di rumah sakit akan

diasumsikan sebagai pengalaman yang kurang baik, yang secara tidak

langsung akan mempengaruhi tingkat perkembangan anak. Pada saat

3
seperti itu perasaan akan penuh dengan beban emosional, rasa cemas,

ketakutan, perasaan rendah diri, perasaan marah, depresi, perasaan tidak

berdaya, ketergantungan yang berlebihan pada orang lain dan tidak mampu

berpikir dengan baik (Supartini, 2006). Untuk itu Orang tua memiliki

peran penting dalam kesehatan anak, yaitu sebagai perawatan langsung,

menyediakan akses ke layanan kesehatan dan memberikan kesejahteraan

kepada anak-anak. Fungsi psikososial orang tua sangat penting untuk

fisik dan mental anak, terutama selama rawat inap disaat anak sakit. Peran

orang tua mempengaruhi kepatuhan anak pada perawatan dan mengerti

bagaimana menyikapi dampak dari penyakit. Ketika orang tua tidak dapat

berpartisipasi dalam perawatan, seperti orang tua sibuk bekerja, maka

asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak dapat optimal

(Nursalam, 2005).

Upaya untuk mengatasi masalah yang timbul pada anak dalam

upaya perawatan di rumah sakit, difokuskan pada intervensi keperawatan

dengan cara meminimalkan kecemasan, memaksimalkan manfaat

hospitalisasi dan memeberikan dukungan psikologis pada anggota. Orang

tua berperan sebagai mengasuh anak sesuai dengan kesehatannya, orang

tua sebagai pendorong yaitu memberikan motivasi, pujian dan setuju

menerima pendapat orang lain. Tugas pengawasan yang dilakukan

orangtua salah satunnya mengawasi tingkah laku anak untuk mencegah

terjadinnya sakit dan juga orang tua sebagai konselor bersikap terbuka dan

dapat dipercaya dalam mengatasi masalah yang dihadapi anak (Mubarak

4
WI, 2006). Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk

meneliti apakah ada hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan

pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi.

Berdasarkan hasil study pendahuluan angka kejadian hospitalisasi anak

usia prasekolah di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun

pada tahun 2016 adalah 480. Berdasarkan hasil wawancara dari 6 anak

usia prasekolah (3-6 tahun) 6 anak mengalami kecemasan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut adakah hubungan peran orangtua dengan

kecemasan pada anak usia prasekoalah (3-6 tahun) yang mengalami

hospitalisasi di RSUD Kota Madiun?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan kecemasan

pada anak prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD

Kota Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi peran orang tua pada anak usia prasekolah

(3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.

2. Untuk mengidentifikasi kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6

tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.

5
3. Untuk menganalisis hubungan peran orang tua dengan kecemasan

pada anak prasekolah usia (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi

di RSUD Kota Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan penulis serta

lebih memahami tentang teori dan aplikasi peran orang tua dan kecemasan

pada anak prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD

Kota Madiun.

1.4.2 Bagi Institusi Tempat Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah masukan

untuk meningkatkan perawatan dan pelayanan di rumah sakit khususnya

pada anak yang sedang menjalani rawat inap dan mengalami hospitalisasi.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan pembelajaran

khususnya yang terkait dengan pengembangan peran orang tua dan tingkat

kecemasan klien.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Peran

2.1.1 Pengertian Peran

Peran adalah harapan atau standart perilaku yang telah diterima

oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang

ditetapkan melalui sosialisasi dimulai tepat setelah lahir, peran diri adalah

pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan

posisinya di masyarakat (Kurniawan, 2008). Wadnaningsih, (2005) peran

merupakan seperangkat tingkah laku seseorang yang diharapkan sesuai

dengan fungsi, potensi, kemampuan serta tanggung jawabnya. Orang tua

merupakan seseorang dua ayah bunda yang bertanggung jawab pada

keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik

berupa tubuh maupun sifat-sifat moral dan spritual.

2.1.2 Fungsi dan Peran Serta Orang Tua

Soelaeman (2009) Mengatakan bahwa ada beberapa fungsi serta

peran orang tua antara lain :

a. Fungsi religius. Orang tua mempunyai kewajiban memperkenalkan dan

mengajak anak dan anggota lainnya kepada kehidupan beragama untuk

melaksanakan fungsi dan peran ini, orang tua sebagai tokoh dalam

keluarga itu harus terlebih dahulu menciptakan iklim yang religius

dalam keluarga itu, yang dapat dihayati oleh seluruh anggotnya.

7
b. Fungsi eduktif. Pelaksanaan fungsi eduktif keluarga merupakan salah

satu tanggung jawab yang dipikul oleh orang tua. Sebagai salah satu

unsur pendidikan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang

pertama bagi anak. Orang tua harus mengetahui tentang pentingnya

pertumbuhan, perkembangan dan masa depan seorang anak secara

keseluruhan. Ditangan orang tua hanyalah masalah-masalah yang

menyangkut anak, apakah dia akan tumbuh menjadi orang yang suka

merusak dan menyeleweng atau ia akan tumbuh menjadi orang baik.

c. Fungsi protektif. Gambaran pelaksanaan fungsi lingkungan yaitu

dengan cara melarang atau menghindarkan anak dari perbuatan-

perbuatan yang tidak diharapkan, mengawasi atau membatasi perbuatan

anak dalam hal-hal tertentu menganjurkan atau menyuruh mereka untuk

melakukan perbuatan-perbuatan yang diharapkan mengajak kerja sama

dan saling membantu, memberikan contoh dalam hal-hal yang

diharapkan.

d. Fungsi sosialisasi. Fungsi dan peran orang tua dalam mendidik anaknya

tidak saja mencangkup pengembangan pribadi, agar menjadi pribadi

yang mantap tetapi meliputi pula mempersiapkannya menjadi anggota

masyarakat yang baik. Sehubungan dengan itu perlu dilaksanakan

fungsi sosialisasi anak. Melaksanakan fungsi sosialisasi itu berarti

orang tua memiliki kedudukan sebagai penghubung anak dengan

kehidupan sosial, norma-norma sosial dan membutuhkan fasilitas yang

memadai.

8
e. Fungsi ekonomis. Meliputi pencarian nafkah, perencanaan serta

pembelajarannya. Keadaan ekonomi sekeluarga memepengaruhi pula

harapan orang tua akan masa depan anaknya, agar dapat memberikan

penghargaan yang tepat terhadap uang dan pencariannya, disertai pula

pengertian kedudukan ekonomi keluarga secara nyata bila tahap

perkembangannya anak telah memungkinkan.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Peran

Hidayat (2009) menjelaskan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi peran antara lain :

a. Faktor kelas sosial

Kelas sosial ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,

pekerjaan dan penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi finansial

akan mempengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan yang

lebih besar memungkinkan lebih bisa terpenuhinya kebutuhan, sehingga

yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi status ekonomi

perorangan maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya.

b. Faktor bentuk keluarga

Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak

mengingat anak adalah bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat

ditentuka oleh lingkungan keluarga, untuk itu perawatan anak harus

mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tepat

dalam kehidupan. Anak merupakan individu yang unik dan mempunyai

9
kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan yang meliputi kebutuhan

fisiologi sosial dan spritual.

c. Faktor tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga dimulai dari terjadinya

pernikahan yang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dilanjutkan

dengan tahap persiapan menjadi orang tua. Tahap selanjutnya adalah

menjadi orang tua dengan anak usia bayi sampai tahap-tahap berikutnya

yang berakhir dengan tahap beduka kembali dimana dalam setiap tahap

individu mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan keadaan.

d. Faktor model peran

Individu merupakan bagian dari masyarakat, informasi yang

diterima individu terkait dengan masalah sehari-hari dalam masyarakat

akan menyebabkan masalah peran dari individu tersebut sehingga akan

terjadi transisi peran dan konflik peran.

e. Faktor peristiwa situasional khususnya masalah kesehatan atau sakit

Kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan

keluarga dengan pengaruh sehat sakit terhadap peran keluarga, peran

sentral ibu sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama,

pendidik, konselor, dan pemberi asuhan dalam keluarga.

2.1.4 Peran Orang Tua Terhadap Berbagai Sifat Anak

Ronald (2006) mengatakan bahwa ada 6 peran orang tua terhadap

berbagai sifat anak antara lain :

10
a. Anak sering takut dan segan

Pada anak-anak prasekolah kondisi ini adalah normal, akan tetapi jika

perasaan itu terus saja berlangsung sampai anak itu duduk di sekolah

lanjutan, maka ia perlu pertolongan, bahaya disini disebabkan orang tua

terlalu banyak mengizinkan kegiatan sosial. Jangan paksakan seorang

anak ke dalam situasi yang demikian sampai ia sudah cukup siap. Kalau

hubungan lainnya dalam keluarga itu baik, anak itu pada masanya akan

siap menghadapi kegiatan-kegiatan.

b. Anak suka marah dan membual

Seorang anak suka marah dan membual memiliki apa yang disebut

sebagai titik pusat lemah dan empuk dalam hal ketidaktentuan yang

dikelilingi oleh lapisan yang lebih liat, yakni penyamaran. Biasanya,

anak ini menghendaki perhatian seorang ayah melaporkan, saya

membenci anak yang suka marah dan setiap kali anak saya

menunjukkan sifat itu, saya menghukum dia tapi tidak berhasil.

c. Tidak ada kemampuan membuat keputusan

Orang tua yang sering ragu-ragu dan tidak menentu adalah contoh yang

buruk bagi anak-anaknya dan bila seorang anak membuat keputusan

yang salah dan ditegur keras, maka dia akan mengambil kesimpulan

lebih baik tidak membuat keputusan supaya aman dan orang tua senang.

11
d. Anak yang gagal

Anak-anak yang cepat membuat keputusan, tetapi tidak realistik.

Mereka membuat cita-cita diluar jangkauan kemampuannya dan ini

biasanya karena dorongan orang tuanya.

e. Tidak berkeinginan mengungkapkan pendapat

Ada anak yang menampilkan kepribadian yang pasif. Mereka seolah

menarik diri dan tidak menaruh perhatian pada dunia sekelilingnya.

Mereka dapati opini yang diungkapkan sering membawa perdebatan,

amarah, sakit hati, yang semuanya itu sering dihindarinya. Dan justru

ini yang menipiskan perasaan harga diri.

f. Pengaruh lingkungan dan peran orang tua

Besarnya pengaruh lingkungan dan peran orang tua sebagai lingkungan

terdekat anak terhadap terjadinya kelainan tingkah laku, bisa dilihat dari

konsep resiko. Hal ini bisa terjadi karena adanya suatu prakondisi yang

telah ada sejak lahir, ditambah dengan resiko pengaruh lingkungan

yang memungkinkan terjadinya kelainan. Kaitan dan peran orang tua

sebagai faktor lingkungan dengan kelainan tingkah laku anak timbul

karena kehangatan, kemesraan dan hubungan yang erat dari tokoh ibu

sejak dia dilahirkan. Anak yang tinggal di lembaga yang terpisah dari

tokoh ibu sejak dia dilahirkan. Anak yang tinggal di lembaga dari orang

tuanya, sering menderita kekurangan rangsangan sensoris, isolasi sosial

dan budaya.

12
2.1.5 Peran Orang Tua dalam Proses Hospitalisasi

Constantin (2012) menyatakan bahwa peran orang tua adalah suatu

bentuk tingkah laku yang ditunjukkan oleh orang tua untuk

mengembangkan kepribadian anak. Peran tradisonal orang tua meliputi

mengasuh dan mendidik anak, mengajarkan disiplin anak, mengelola

rumah dan keuangan keluarga. peran modern orang tua adalah

berpartsipasi aktif dalam perawatan anak yang bertujuan untuk

pertumbuhan yang optimal dan perkembangan anak. Berkaitan dengan

perawatan anak dirumah sakit yang dijalankan keluarga dalam perawatan

anak dirumah sakit sangat mempengaruhi dalam pencapaian tujuan

perawatan anak, Tugas tersebut adalah :

a. Menerima kondisi anak

Tugas ini dapat dijadikan dengan cara mencari arti dari kondisi

sakit anaknya dan mengembangkan koping yang konstruktif. Untuk itu

praktek untuk menjalankan agama dan ibadah sangat bermanfaat untuk

mengembangkan koping yang konstruktif.

b. Mengelola kondisi anak

Hal yang positif dilakukan adalah dengan cara membina

hubungan yang positif dengan petugas kesehatan sehingga dapat

menggunakan sumber daya yang ada pada mereka dan dapat memahami

kondisi anak dengan baik.

13
c. Memenuhi kebutuhan perkembangan anak

Keluaraga dapat menjalankan tugas ini dengan cara membantu

menurunkan dampak negatif dari kondisi anak, mengasuh anak

sebagimana biasanya dan memperlakukan anak seperti anak lain yang

ada dirumah.

d. Memenuhi kebutuhan perkembangan anak di rumah

Hal ini dapat dicapai dengan mempertahankan hubungan antara

untuk mengembangkan kondisi anak di rumah sakit dan di rumah

walaupun waktu tertentu anak di rumah sakit menjadi prioritas utama.

e. Menghadapi stres dengan positif

Keluarga baru mencegah adanya penumpukan stres yang ada pada

keluarga dengan mengembangkan koping yang positif, yaitu kearah

pemecahan masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengklarifikasi

masalah dan tugas yang dapat dikelola dan dapat menurunkan reaksi

emosi. Untuk itu penting sekali adanya keyakinan spritual keluarga

yang menguatkan harapan dan keyakinan untuk memecahkan setiap

masalah secara positif.

f. Membantu keluarga untuk mengelola perasaan yang ada

Orang tua harus belajar mengelola perasaan anggota keluarga.

Cara yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi perasaan, mencari

dukungan positif. Apabila ada kelompok orang tua yang mempunyai

masalah anak yang sama, hal ini sangat membantu sebagai tempat

berbagi perasaan dan pengalaman.

14
g. Mendidik anggota keluarga yang lain tentang kondisi anak yang sedang
sakit

Orang tua harus memiliki pemahaman yang tepat tentang kondisi

anak, sehingga dapat memberikan penegertian pada anggota keluarga

yang lain, tentang kondisi anaknya yang sakit dan memiliki koping

yang positif. Jawab pertanyaan anak sesuai kepastiannya untuk dapat di

mengerti, tetapi harus jujur dan buat diskusi dengan kelurga tentang

masalah yang berhubungan.

Peran orang tua dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi

menurut Wong (2007).

1) Orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara orang tua

tinggal bersama selama 24 jam rooming in. Orang tua tidak

meninggalkan anak secara bersama sehingga minimal salah satu ayah

atau ibu secara bergantian dapat mendampingi anak.

2) Jika tidak memungkinkan rooming in, orang tua tetap bisa melihat

anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar

mereka. Orang tua bisa tetap berada disekitar ruang rawat sehingga

bisa dapat melihat anak.

3) Orang tua mempersiapkan psikologis anak untuk tindakan prosedur

yang akan dilakukan dan memberikan dukungan psikologis anak.

Selain itu orang tua juga memeberikan motivasi dan menguatkan anak

serta menjelaskan bahwa tindakan yang akan diterima untuk

membantu kesembuhan anak.

15
4) Orang tua hadir atau mendampingi pada saat anak dilakukan tindakan

atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri. Apabila mereka tidak

dapat menahan diri bahkan menagis bila melihatnya maka ditawarkan

pada orang tua untuk mempercayakan kepada perawat.

2.1.6 Indikator Peran Orang Tua

Indikator peran orang tua yang dipaparkan oleh Chen (2005) bahwa

bentuk peran serta orang tua selama anak dirawat di rumah sakit adalah

sebagi berikut :

a. Menjalin kolaborasi antara orang tua dengan profesi kesehatan.

b. Kehadiran orang tua yang dapat memberikan rasa nyaman pada anak.

c. Keterlibatan orang tua dalam perawatan.

d. Memberikan support emosional kepada anak.

e. Ikut terlibat pada tindakan yang sederhana.

f. Menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak.

g. Memenuhi kebutuhan anak selama dirawat.

Indikator peran orang tua ini akan dijadikan sebagai bahan untuk

penyusunan angket peran orang tua.

2.2 Konsep Kecemasan

2.2.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan atau anxietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Keadaan emosi ini tidak dimiliki objek yang spesifik. Anxietas dialami

secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Anxietas

16
berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap

bahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.

Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi

tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. Gangguan

anxietas merupakan gangguan psikiatri yang paling sering terjadi di

Amerika Serikat (Stuart, 2006).

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan

perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,

tidak mengalami gangguan dalam meniali realitas, kepribadian masih tetap

utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal

(Hawari, 2011). Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai

ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.

Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak

menyenangkan, yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan

fisiologis dan psikologis (Budayani, 2015).

2.2.2 Teori-Teori Kecemasan

Stuart (2006) menyatakan bahwa ada beberapa teori yang

menjelaskan mengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain :

a. Teori Psikoanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian yaitu id dan super ego. Id mewakili dengan dorongan

insting dan impuls primitive, sedangkan super ego mencerminkan hati

17
nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya seseorang. Ego atau

aku berfungsi menengahi tuntunan dari dua elemen yang bertentangan

tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada

bahaya.

b. Teori Interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan

penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan

perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang

menimbulkan kecemasan tertentu. Individu dengan harga diri rendah

terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.

c. Teori Perilaku

Kecemasan merupakan hasil dari frustasi, yaitu segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai

suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri

untuk menghindari kepedihan.

d. Teori Keluarga

Teori ini menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi

dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara

gangguan kecemasan dan depresi.

e. Teori Biologis

Teori ini menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi

18
asam gama-aminobitirat (GABA), yang berperan penting dalam

biologis yang berhubungan dengan kecemasan.

2.2.3 Faktor Pencetus

Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal.

Stressor pencetus dapat dikelompokan dalam dua kategori (Stuart, 2006)

yaitu :

a. Ancaman Terhadap Integritas Fisik

Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang

akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari.

b. Ancaman Terhadap Sistem Diri

Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri

dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.

2.2.4 Tingkat Kecemasan

Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan derajat tertentu,

Stuart (2006) tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Kecemasan dapat memotivasi belajar, menghasilkan pertumbuhan serta

kreatifitas. Tanda dan gejalanya antara lain: persepsi dan perhatian

meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu

mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar.

19
Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif

terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.

b. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada

hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu

mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu

yang lebih terarah, respon fisiologi: sering nafas pendek, nadi dan

tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi, sedangkan respon

kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu

diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.

c. Kecemasan Berat

Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu,

individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku

ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari

kecemasan berat yaitu persepsinya sangat kurang berfokus pada hal

yang detail, rentang perahatian sangat terbatas, tidak dapat

berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar

secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami sakit kepala,

pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardia, hiperventilasi,

sering buang air kecil maupun besar, dan diare. Secara emosi individu

mengalami ketakutan serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya.

20
d. Panik

Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan

terpengaruh, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan

kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatu

walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan

aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang

lain, persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional.

Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung

lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Hawari (2011) mekanisme terjadinya cemas yaitu psiko-neuro-

imonologi atau psiko-neuro-endokrinolog. Akan tetapi tidak semua orang

yang mengalami stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas,

hal ini tergantung pada strukstur perkembangan kepribadian diri seseorang

tersebut yaitu usia, pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan

sosial dari keluarga, hari perawatan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Usia

Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi

dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap sesuatu

penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap.

Kematangan dalam proses berpikir pada individu yang berumur dewasa

lebih memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping yang

baik dibandingkan kelompok umur anak-anak, ditemukan sebagian

21
besar kelompok umur anak yang mengalami insiden fraktur, cenderung

lebih mengalami respon cemas yang berat dibandingkan kelompok

umur dewasa.

b. Pengalaman

Pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang positif

maupun negatif dapat mempengaruhi perkembangan ketrampilan

menggunakan koping. Keberhasilan seseorang dapat membantu

individu untuk mengembangkan kekuatan coping, sebaliknya kegagalan

atau reaksi emosional menyebabkan seseorang menggunakan coping

yang maladaptif terhadap stressor tertentu.

c. Dukungan

Dukungan psikososial keluarga adalah mekanisme hubungan

interpersonal yang dapat melindungi seseorang dari efek stres yang

buruk. Pada umumnya jika seseorang memiliki sistem pendukung yang

kuat, kerentanan terhadap penyakit mental akan rendah.

d. Jenis Kelamin

Umumnya seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang

kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya

dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih mempunyai tingkat

pengetahuan dan wawasan lebih luas dibandingkan perempuan, karena

laki-laki lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan

sebagian besar perempuan hanya tinggal dirumah dan menjalani

aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga sehingga tingkat pengetahuan

22
atau transfer informasi yang didapatkan terbatas tentang pencegahan

penyakit.

e. Pendidikan

Responden yang berpendidikan tinggi lebih mampu

menggunakan pemahaman mereka dalam merespon kejadian fraktur

secara adaptif dibandingkan kelompok responden yang berpendidikan

rendah. Kondisi ini menunjukkan respon cemas berat cenderung dapat

kita temukan pada responden yang berpendidikan rendah karena

rendahnya pemahaman mereka terhadap kejadian fraktur sehingga

membentuk persepsi yang menakutkan bagi mereka dalam merespon

kejadian fraktur.

f. Hari Perawatan

Lama hari rawat dapat mempengaruhi seseorang yang sedang

dirawat juga keluarga dari klien tersebut. Kecemasan anak yang dirawat

di rumah sakit akan sangat terlihat pada hari pertama sampai kedua

bahkan sampai hari ketiga, dan biasanya memasuki hari keempat atau

kelima kecemasan yang dirasakan anak akan mulai kurang. Kecemasan

yang terjadi pada pasien dan orang tua juga bisa dipengaruhi oleh

lamanya seseorang dirawat. Kecemasan pada anak yang sedang dirawat

bisa berkurang. Kecemasan yang terjadi pada pasien dan orang tua

dipengaruhi oleh lamanya seseorang dirawat. Kecemasan pada anak

yang sedang dirawat bisa berkurang karena adanya dukungan orang tua

yang selalu menemani anak selama dirawat, teman-teman anak yang

23
datang berkunjung ke rumah sakit atau anak sudah membina hubungan

yang baik dengan petugas kesehatan (perawat, dokter) sehingga dapat

menurunkan orang yang dicintai, dan lain sebagainya.

2.2.6 Gejala-gejala Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena

adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong

normal kadang kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga

dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun

mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami

gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap penyakit

mental yang parah. Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa

munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak

jelas dan tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul

dapat berbeda pada masing-masing orang (Fitri, 2007). Takut dan cemas

merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu

bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata,

berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu.

Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak

jelas atau menyebabkan konflik bagi individu. Kecemasan berasal dari

perasaan tidak sadar yang berada didalam kepribadian sendiri, dan tidak

berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada.

Kholil (2010) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan

antara lain :

24
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian

menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan

bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.

b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan

sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable,

akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.

c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of

persecution (delusi yang dikejar-kejar).

d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah,

banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.

e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan

tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

2.2.7 Akibat Kecemasan

Akibat kecemasan dapat menyebabkan beberapa faktor, menurut

Hawari (2011) ada 6 akibat kecemasan yaitu :

a. Gangguan pola tidur mimpi yang meneganggkan.

b. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

c. Firasat buruk takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

d. Merasa tegang, tidak tenang gelisah, mudah terkejut.

e. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang.

f. Keluhan-keluhan somatic, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging, berdebar-debar sesak nafas, gangguan

pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.

25
2.2.8 Dampak Kecemasan Akibat Hospitalisasi

Dampak hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan

dan stres pada semua tingkatan usia. Penyebab dari kecemasan

dipengaruhi oleh banyaknya faktor, baik faktor dari petugas (Perawat,

dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun lingkungan

keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa

cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan dan biaya

perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap

anak, secara psikologis anak akan merasakan perubahan perilaku dari

orang tua yang mendampingi selama perawatan. Anak menjadi semakin

cemas dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan, yaitu

menurunnya respon imun. Anak-anak dapat bereaksi terhadap cemas

hospitalisasi sebelum mereka masuk, selama hospitalisasi, dan

pemulangan. Konsep sakit yang dimiliki anak bahkan lebih penting

dibandingkan usia dan kematangan intelektual dalam memperkirakan

tingkat kecemasan sebelum hospitalisasi. Gangguan perkembangan juga

merupakan dampak negatif lain dari hospitalisasi (Utami, 2005).

2.3 Konsep Hospitalisasi

2.3.1 Pengertian Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau

darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk

menjalani terapi dan yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit

untuk menjalani terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di

26
rumah sakit tetap merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan,

cemas, bagi anak (Supartini, 2006).

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit

dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha

untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit,

sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak maupun orang

tua dan keluarga (Wong, 2008).

2.3.2 Efek Hospitalisasi Pada Anak

Anak-anak dapat bereaksi terhadap stres hospitalisasi sebelum

mereka masuk, selama hospitalisasi dan setelah pemulangan. Konsep sakit

yang dimiliki anak bahkan lebih penting dibandingkan usia dan

kematangan intelektual dalam memperkirakan tingkat kecemasan sebelum

hospitalisasi (Wong, 2008).

a. Faktor resiko individiual

Sejumlah faktor resiko membuat anak-anak tertentu lebih rentan

terhadap stres hospitalisasi dibandingkan dengan lainnya. Mungkin

karena perpisahan merupakan masalah penting seputar hospitalisasi

bagi anak-anak yang lebih mudah, anak yang aktif dan berkeinginan

kuat cenderung lebih baik ketika dihospitalisasi bila dibandingkan anak

yang pasif. Akibatnya, perawat harus mewaspadai anak-anak yang

menerima secara pasif semua perubahan dan permintaan, anak ini

dapat memerlukan dukungan yang lebih banyak dari pada anak yang

lebih aktif.

27
b. Perubahan pada populasi pediatrik

Saat ini populasi pediatrik di rumah sakit megalami perubahan

drastis, meskipun terdapat kecenderungan memendeknya lama rawat.

Sifat dan kondisi anak kecenderungan, bahkan mereka akan mengalami

prosedur yang lebih invasif dan traumatik pada saat mereka

dihospitalisasi. Faktor inilah yang membuat mereka lebih rentang

terhadap dampak emosional dari hospitalisasi dan menyebabkan

kebutuhan mereka menjadi berbeda. Perhatikan pada tahun-tahun

sekarang telah berfokus pada peningkatan jumlah pada anak-anak yang

tumbuh di rumah sakit, rencana pemulangan menjadi lama karena

kompleknya asuhan medis dan keperawatan. Tanpa perhatian yang

khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan psikososial dan

perkembangan anak di lingkungan rumah sakit.

2.3.3 Manfaat Hospitalisasi

Meskipun hospitalisasi dapat dan menimbulkan stres bagi anak-

anak, tetapi hospitalisasi juga dapat bermanfaat. Manfaat yang paling

nyata adalah pulih dari sakit, tetapi hospitalisasi juga dapat memberi

kesempatan pada anak-anak untuk mengatasi stres dan merasa kompeten

dalam kemampuan koping mereka. Lingkungan rumah sakit dapat

memberikan pengalaman sosialisasi baru bagi anak (Wong, 2008).

28
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Anak Terhadap Sakit dan
Hospitalisasi

Ada 6 faktor yang mempengaruhi reaksi anak terhadap sakit dan

hospitalisasi menurut Supartini (2004) yaitu :

a. Perkembangan usia

Reaksi anak terhadap sakit berbeda-beda sesuai tingkat

perkembangan anak. Pada anak, reaksi perpisahan adalah kecemasan

karena berpisah dengan orang tua dan kelompok sosialnya. Pasien anak

umumnya takut pada dokter dan perawat.

b. Pola Asuh Keluarga

Pola asuh keluarga yang terlalu protektif dan selalu memanjakan

anak juga dapat mempengaruhi reaksi takut dan cemas anak dirawat di

rumah sakit. Beda dengan keluarga yang suka memandirikan anak

untuk aktivitas sehari-hari anak akan lebih kooperatif bila di rumah

sakit.

c. Keluarga

Keluarga yang terlalu khawatir pada stres anaknya yang dirawat

di rumah sakit akan menyebabkan anak menjadi stres dan takut.

d. Pengalaman dirawat di rumah sakit sebelumnya

Apabila anak pernah mengalami pengalaman tidak

menyenangkan dirawat di rumah sakit sebelumnya, akan menyebabkan

anak takut dan trauma. Sebaliknya apabila anak dirawat di rumah sakit

mendapatkan perawatan yang baik dan menyenangkan anak akan lebih

kooperatif pada perawat dan dokter.

29
e. Support System yang tersedia

Anak mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk

melepaskan tekanan akibat penyakit yang dideritannya, anak biasanya

akan minta dukungan kepada orang terdekat dengannya misalnya orang

tua atau saudaranya. Perilaku ini biasanya ditandai dengan permintaan

anak untuk ditunggu selama dirawat di rumah sakit, didampingi saat

dilakukan treatment padanya, minta dipeluk saat merasa takut dan

cemas bahkan saat merasa kesakitan.

f. Ketrampilan Koping Menangani Stressor

Apabila mekanisme koping anak baik dalam menerima dia

harus dirawat di rumah sakit, akan lebih kooperatif anak tersebut dalam

menjalani perawatan di rumah sakit.

2.3.5 Respon Anak Menghadapi Hospitalisasi

Respon anak menghadapi hospitalisasi (Supartini, 2006) :

a. Kecemasan

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan

lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok

sosialnya dan menimbulkan kecemasan.

b. Kehilangan kontrol

Kehilangan kontrol juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena

adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak

pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok

30
sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan

sosial, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik.

c. Nyeri

Reaksi nyeri pada usia prasekolah hampir sama dengan anak usia

toddler. Anak usia prasekolah akan mendorong orang yang akan

melakukan prosedur agar menjauh, mencoba mengamankan atau

menyingkirkan peralatan atau berusaha mengunci dirinya ditempat yang

aman.

Supartini (2004) reaksi anak terhadap hospitalisasi sesuai dengan

tahapan perkembangan adalah sebagai berikut :

a. Masa bayi (0-1 tahun)

Masalah utama terjadi karena dampak dari perpisahan dengan

orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih

sayang. Pada anak usia lebih dari 6 bulan terjadi stranger anxiety atau

cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan

cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada anak ini

adalah menagis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap

stranger anxiety. Bila bayi berpisah dengan orang tua, maka

pembentukan rasa percaya dan pembinaan kasih sayangnya terganggu.

Pada bayi usia 6 bulan sulit untuk memahami secara maksimal

bagaimana reaksi bayi bila dirawat, karena bayi belum dapat

mengungkapkan apa yang dirasakannya. Sedangkan pada bayi dengan

usia yang lebih dari 6 bulan, akan banyak menunjukkan perubahan.

31
Pada bayi usia 8 bulan atau lebih telah mengenal ibunya sebagai

orang yang berbeda dengan dirinya, sehingga akan terjadi “Stranger

Anxiety” (cemas pada orang yang tidak dikenal), sehingga bayi akan

menolak orang baru yang belum dikenal. Kecemasan ini

dimanifestasikan dengan menangis, marah pergerakan berlebihan.

Disamping itu bayi juga telah merasa memiliki ibunya, sehingga jika

berpisah dengan ibunya akan menimbulkan “Separation Anxiety”

(cemas akan berpisah). Hal ini akan kelihatan jika bayi ditinggalkan

oleh ibunya, maka akan menangis sejadi-jadinya, melekat dan sangat

tergantung dengan kuat.

b. Masa toddler (1-3 tahun)

Toddler belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa yang memadai dan pengertian terhadap realita terbatas.

Hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan

ibu akan menimbulkan rasa kehilangan orang yang terdekat bagi diri

anak dan lingkungan yang dikenal serta akan mengakibatkan perasaan

tidak aman dan rasa cemas. Disebutkan bahwa sumber stres utama pada

anak yaitu akibat perpisahan (usia 15-30 bulan). Anxietas perpisahan

disebut juga “Analitic Depression”

Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam 3 tahap, yaitu :

1) Tahap Protes (Protest)

Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat,

menjerit dan memangil ibunya atau menggunakan tingkah laku

32
agresif agar orang lain tahun bahwa ia tidak ingin ditinggalkan

orang tuanya serta menolak perhatian orang lain.

2) Tahap Putus Asa (Despair)

Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang,

tidak aktif, kurang minat untuk bermain, tidak nafsu makan,

menarik diri, sedih dan apatis.

3) Tahap Menolak (Denial/Detachment)

Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima

perpisahan, membina hubungan dangkal dengan orang lain serta

kelihatan mulai menyukai lingkungan.

c. Masa Prasekolah (3-6 tahun)

Anak usia prasekolah telah dapat menerima perpisahan dengan

orang tuannya dan anak juga dapat membentuk rasa percaya dengan

orang lain. Walaupun demikian anak tetap membutuhkan perlindungan

dari keluarganya. Akibat perpisahan akan menimbulkan reaksi seperti :

menolak makan, menangis pelan-pelan, sering bertanya misalnya kapan

orang tuanya berkunjung, tidak kooperatif terhadap aktivitas sehari-

hari. Kehilangan kontrol terjadi karena adanya pembatasan aktivitas

sehari-hari dan karena kehilangan kekuatan diri. Anak prasekolah

membayangkan bahwa dirawat di rumah sakit merupakan suatu

hukuman, dipisahkan, merasa tidak aman dan kemandiriannya

dihambat. Anak akan berespon dengan perasaan malu, bersalah dan

takut. Anak usia prasekolah sangat memperhatikan penampilan dan

fungsi tubuh. Mereka menjadi ingin tahu dan bingung melihat

33
seseorang dengan gangguan penglihatan atau keadaan tidak normal.

Pada usia ini anak merasa takut bila mengalami perlakuan, anak

menganggap bahwa tindakan dan prosedur mengancam integritas

tubuhnya. Anak akan bereaksi dengan agresif, ekspresif verbal dan

depandensin. Disamping itu anak juga akan menangis, bingung,

khususnya bila keluar darah dari tubuhnya. Maka sulit bagi anak untuk

percaya bahwa infeksi, mengukur tekanan darah, mengukur suhu

perrektal dan prosedur tindakan lainnya tidak akan menimbulkan

perlukaan.

d. Masa Sekolah (6-12 tahun)

Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit akan merasa

khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya, takut

kehilangan keterampilan, merasa kesepian dan sendiri. Anak

membutuhkan rasa aman dan perlindungan dari orang tua namun tidak

memerlukan selalu ditemani oleh orang tuanya. Pada usia ini anak

berusaha independen dan produktif. Akibat dirawat di rumah sakit

menyebabkan perasaan kehilangan kontrol dan kekuatan. Hal ini terjadi

karena adanya perubahan dalam peran, kelemahan fisik, takut mati dan

kehilangan kegiatan dalam kelompok serta akibat kegiatan rutin rumah

sakit seperti bed rest, penggunan pispot, kurangnya privasi, pemakaian

kursi roda, dan lain-lain. Anak telah dapat mengekspresikan

perasaannya dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri. Anak akan

berusaha mengontrol tingkah laku pada waktu merasa nyeri atau sakit

dengan cara menggigit bibir atau menggenggam sesuatu.

34
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Peran :
1. Faktor kelas sosial
2. Faktor bentuk keluarga
3. Faktor tahap
perkembangan keluarga Hospitalisasi
4. Faktor model peran
5. Faktor peristiwa
situasional khususnya
masalah kesehatan atau Faktor Yang
Respon anak Mempengaruhi
sakit menghadapi Kecemasan
hospitalisasi 1) Usia
2) Pengalaman
Peran orang tua 1.Tingkat kecemasan
3) Dukungan
2. Kehilangan kontrol 4) Jenis kelamin
5) Pendidikan
Indikator Peran orang tua 3. Nyeri 6) Hari perawatan
a. Menjalin kolaborasi antara
orang tua dengan profesi
kesehatan.
b. Kehadiran orang tua yang
dapat memberikan rasa
nyaman pada anak. Keterangan :
c. Keterlibatan orang tua
dalam perawatan. = Tidak diteliti
d. Memberikan support
emosional kepada anak.
= Diteliti
e. Ikut terlibat pada tindakan
yang sederhana.
f. Menjelaskan kepada anak = Mempengaruhi
tentang kondisi anak.
g. Memenuhi kebutuhan = Hubungan
anak selama dirawat.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Peran Orang Tua


dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6
Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota
Madiun.

35
Gambar 3.1 Hospitalisasi merupakan suatu proses yang berencana

atau darurat, mengaharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani

terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Respon

anak menghadapi hospitalisasi yaitu tingkat kecemasan dan kehilangan

kontrol. Faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah usia, pengalaman,

dukungan, jenis kelamin, pendidikan, hari perawatan. Indikator peran

orang tua adalah Menjalin kolaborasi antara orang tua dengan profesi

kesehatan, kehadiran orang tua yang dapat memberikan rasa nyaman pada

anak, keterlibatan orang tua dalam perawatan, memberikan support

emosional kepada anak, ikut terlibat pada tindakan yang sederhana,

menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak, memenuhi kebutuhan anak

selama dirawat. Indikator Peran orang tua yaitu Menjalin kolaborasi antara

orang tua dengan profesi kesehatan, kehadiran orang tua yang dapat

memberikan rasa nyaman pada anak, keterlibatan orang tua dalam

perawatan, memberikan support emosional kepada anak, Ikut terlibat pada

tindakan yang sederhana, menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak,

memenuhi kebutuhan anak selama dirawat. Peran orang tua diperlukan

guna meminimalkan penyebab cemas dengan mengurangi dampak

perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah dan

pernyataan peneliti. Hipotesis juga merupakan suatu pernyataan asumsi

tentang hubungan dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab

36
suatu pertanyaan dalam suatu peneliti. Setiap hipotesa terdiri atas suatu

unit atau bagian dari permasalahan (Nursalam, 2013).

Ha : ada hubungan antara peran orang tua dengan tingkat kecemasan

pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami

hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.

37
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang

mungkin timbul selama proses penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian

desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yaitu

untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel independen

dengan dependen. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,

memperkirakan, menguji berdasarkan teori yang ada. Penelitian ini

menggunakan Cross Sectional dimana dalam desain ini variabel

independen dan dependen pengukurannya dilakukan hanya satu kali atau

satu saat (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti

yaitu hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan pada anak

prasekolah (3-6 tahun) di RSUD Kota Madiun.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan

atau digenalisir (Dharma, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah anak

usia prasekolah (3-6 tahun) beserta orang tuanya yang dirawat di RSUD

Kota Madiun dalam kurun waktu 3 bulan terakhir (Januari, Febuari, Maret)

31 rata-rata pasien.

38
4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).

Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 anak usia prasekolah yang

dirawat beserta orang tuanya yang menunggui selama perawatan di ruang

Melati RSUD Kota Madiun yang sesuai kriteria inklusi.

4.2.2.1 Kriteria Sampel

Adapun sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai

berikut :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat

dimasukkan atau layak diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah :

1) Orang tua yang anaknya sedang dirawat di RSUD Kota Madiun

2) Orang tua yang setuju menjadi responden

3) Orang tua kandung yang menunggui selama anak dio rawat di

RSUD Kota Madiun

4) Anak usia (3-6 tahun) prasekolah yang dirawat di RSUD Kota

Madiun

5) Anak yang dapat diajak komunikasi atau berbicara

6) Anak yang sadar atau tidak dalam keadaan koma

39
b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak

dimasukan atau tidak layak untuk diteliti. Kriteria ekslusi dalam

penelitian ini adalah :

1) Orang tua dengan anak yang mengalami penurunan kesadaran di

RSUD Kota Madiun

2) Kondisi anak yang lemah

4.3 Teknik Sampling

Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan

sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian

(Nursalam, 2013). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tehnik total sampling. Tehnik total sampling adalah suatu tehnik

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi

(Sugiono, 2007). Pertimbangan dalam penelitian ini adalah anak usia

prasekolah (3-6 tahun) yang sedang dirawat beserta orang tua yang

menunggui selama perawatan di rumah sakit.

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka operasinal atau kerangka kerja adalah suatu abstrak,

logikal secara arti harfiah dan akan membantu peneliti dengan body of

knowledge (Nursalam, 2013). Kerangka operasional dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut

40
Populasi
Seluruh pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang dirawat di RSUD Kota
Madiun sejumlah 31 responden

Sampel
Seluruh pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RSUD Kota Madiun yang
memenuhi kriteria inklusi sejumlah 31 responden

Sampling
total sampling

Pengumpulan data
Kuesioner

Independen : Peran orang tua


Dependen : Tingkat Kecemasan

Pengolahan data
Editing, Coding, Scoring dan Tabulating

Analisis data
Uji Statistik Spearman Rank dengan α = 0,05

Hasil dan Kesimpulan

Pelaporan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Peran Orang Tua dengan
Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) yang
Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.

41
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2009).

4.5.1.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen merupakan variabel stimulus, prediktor,

sebab, resiko dan variabel yang mempengaruhi atau yang menyebabkan

munculnya variabel dependen/ terikat (Sugiono, 2009). Variabel

independen pada penelitian ini adalah peran orang tua.

4.5.1.2 Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan

terjadi pada anak usia prasekolah (3-6 tahun).

4.5.1.3 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel tersebut. Definisi

operasional dalam penelitian ini memberikan penjelasan bagaimana cara

mengukur variabel yang telah ditentukan berdasarkan parameter yang

dijadikan ukuran (Notoatmodjo, 2010).

42
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian Hubungan Peran Orang Tua dengan
Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang
Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.

Variabel Definisi operasional Parameter Alat ukur Skala Skor


Peran Orang tua Bentuk partisipasi Indikator peran orang Kusioner Ordinal Skor yang
(Independen) yang dilakukan tua yaitu diberikan untuk
orang tua saat anak 1. Menjalin kolaborasi pernyataan orang
dirawat meliputi antara orang tua tua
partisipasi dalam dengan petugas 1. Ya : 1
memenuhi kesehatan 2. Tidak : 0
kebutuhan fisik 2. Kehdiran orang tua Katagori
psikososial dan yang dapat 1. Baik
spritual anak. memberikan rasa (76%-100%)
nyaman pada anak. 2. Cukup
3. Keterlibatan (50%_75%)
orang tua dalam 3. Kurang
perawatan (50%)
4. Memberikan sport
emosional kepada
anak
5. Ikut terlibat pada
tindakan yang
sederhana
6. Menjelaskan
kepada anak
tentang kondisi
anak.
7. Memenuhi
kebutuhan anak
selama dirawat.
Tingkat Suatu bentuk Skala Zung – Self Kuesioner Ordinal Skor yang
Kecemasan perilaku yang rentinganxiety (SAS) diberikan untuk
(Dependen) ditunjukan anak merupakan instrumen pernyataan tingkat
selama menghadapi untuk mengukur kecemasan
perawatan rumah tingkat kecemasan 1. Tidak pernah
sakit 1. Kecemasan sama sekali :
2. Takut 0
3. Mental 2. Ya : 1
4. Nyeri tubuh Katagori
5. Tremor Tingkat
6. Kelemahan kecemasan
7. Gelisah 1. Ringan
8. Jantung (1-4)
9. Pusing 2. Sedang
10. Kesemutan (5-8)
11. Sakit perut 3. Berat
12. Frekuensi (9-12)
kencing 4. Panik
13. Berkringat (13-16)
14. Wajah memerah
15. Gangguan tidur
16. Mimpi buruk

43
4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini

menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner bersifat

pertanyaan tertutup. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang di

gunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2010). Jumlah pertanyaan

untuk variabel independen peran orang tua ada 13 pertanyaan. Sedangkan

untuk variabel dependen kecemasan peneliti menggunakan skala Zung-

Self Rating Anxiety Scale (SAS) yang telah dimodifikasi dengan jumlah

pertanyaan sebanyak 16 pertanyaan.

4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

4.7.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak sahnya

suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada

kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner itu. Perhitungan untuk menguji validitas dengan menggunakan

rumus pearson corelation. Kriteria validitas yang dipakai apabila nilai

rhitung lebih besar rtabel. Uji validitas ini digunakan untuk kuisioner peran

orang tua dan tingkat kecemasan pada anak. Uji validitas ini menggunakan

rumus pearson corelation yang dihitung dengan menggunakan progam

SPSS versi 22. Dasar pengambilan keputusan adalah :

44
a. Jika r hitung > r tabel (0,632), maka valid

b. Jika r hitung < r tabel (0,632), maka tidak valid

Sebelum digunakan, kuesioner tingkat kecemasan diuji

ketepatannya sebagai alat ukur dengan uji validitas. Uji validitas

digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator

dari variabel. Dalam kuisioner peran orang tua diujikan kepada 10

orang responden dan diperoleh hasil uji dari 15 pertanyaan yang tidak

valid adalah no. 14 dan 15. dalam kuesioner tingkat kecemasan

menggunakan kuesioner Zung- Self Rating Anxiety Scale (SAS) yang

baku dan dimodifikasi oleh peneliti dan diujikan kepada 15 orang

responden dan diperoleh hasil uji dari 20 pertanyaan yang tidak valid

no. 3,5,12,13.

4.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel jika

jawaban seseorang terhadap kuesioner stabil dari waktu ke waktu. Untuk

menguji reliabilitas digunakan rumus alpha cronbach. Setelah dilakukan

uji reliabilitas terhadap kuesioner peran orang tua di peroleh nilai alpha

cronbach 0,768 maka nilai alpha reliabel dan di dapatkan pertanyaan valid

13 pertanyaan. Penguji realibilitas pada penelitian ini dilakukan karena

kuesioner telah dimodifikasi, untuk tingkat kecemasan menggunakan skala

SAS dan diperoleh hasil nilai alpha cronbach 0,944 maka nilai alpha

reliabel di dapatkan pertanyaan valid 16 pertanyaan.

45
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian telah dilakukan di RSUD Kota Madiun dan

waktu penelitian yang dilakukan pada bulan Januari-Agustus 2017.

4.9 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa data primer

yaitu dengan memberikan kuesioner secara langsung kepada responden.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak ruang rawat inap misalnya

kepala ruangan dan perawat pelaksana di ruang inap tersebut. Dalam

penelitian ini dikumpulkan dengan tehnik angket menggunakan kuesioner,

berisi pertanyaan terstruktur yang dijawab langsung oleh responden.

Proses pengumpulan data dilakukan sebagai berikut :

1) Mengurus perijinan persetujuan judul penelitian sebagai pengantar

surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada ketua STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun untuk melakukan penelitian di RSUD

Kota Madiun.

2) Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada

Kepala KESBANGPOLINMAS Kota Madiun untuk melakukan

penelitian di RSUD Kota Madiun

3) Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada

Direktur RSUD Kota Madiun

4) Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan pengumpulan data yaitu

dengan mendatangi Ruang Anak Melati RSUD Kota Madiun.

46
5) Peneliti menjelaskan sesuai kriteia kepada calon responden orang tua

dan anak usia prasekolah (3-6 tahun) tentang maksud dan tujuan dari

penelitian.

6) Apabila calon responden orang tua dan anak usia prasekolah (3-6

tahun) bersedia menjadi responden, maka dipersilahkan untuk

menandatangani informed concent, dan apabila calon responden tidak

bersedia menjadi responden maka peneliti tetap menghormati

keputusan itu.

7) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden

8) Peneliti menjelaskan kuisioner kepada orang tua

9) Setelah peneliti menjelaskan kepada orang tua kemudian orang tua

menjelaskan dan membacakan kuesioner kepada anak untuk pengisian

kuesioner

10) Setelah kuesioner diisi oleh responden maka kuesioner tersebut

dikumpulkan kembali kepada peneliti pada saat itu juga.

4.10 Teknik Analisis Data

4.10.1 Analisis Data

Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program

komputer melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Hasil data dari lapangan harus dilakukan penyuntingan

(editing) terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan

untuk pengecekan dan perbaikan. Apabila ada data yang belum

47
lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan pengmbilan data ulang

untuk melengkapi data-data tersebut. Tetapi apabila tidak

memungkinkan, maka data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah

atau dimasukkan dalam pengolahan (Nugroho, 2012).

2. Coding

Yaitu kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2009). Peneliti dalam

penelitian memberikan kode terhadap kelompok variabel sebagai

berikut :

a. Peran orang tua

1) Baik :1

2) Cukup :2

3) Kurang :3

b. Tingkat kecemasan hospitalisasi:

Ringan :1

Sedang :2

Berat :3

Panik :4

3. Scoring

Peneliti memberi skor untuk peran orang tua dan tingkat

kecemasan hospitalisasi dengan kriteria sebagai berikut :

a. Peran orang tua

1) Baik (76%-100%)

48
2) Cukup (50%-75%)

3) Kurang (<50%)

b. Tingkat Kecemasan hospitalisasi

Pengukuran Kecemasan menggunakan Tes SAS dengan

cara melihat hasil jumlah skornya yang memiliki makna sebagai

berikut :

1) Ringan : 1-4

2) Sedang : 5-8

3) Berat : 8-12

4) Panik : 13-14

4. Tabulasi Langsung

Tabulasi langsung adalah sistem pengolahan data langsung

yang ditabulasi oleh kuesioner. Tabulasi langsung biasanya dikerjakan

dengan sistem tally yaitu cara menghitung data menurut klasifikasi

yang telah ditentukan. Cara lain adalah kuesioner dikelompokan

menurut jawaban yang diberikan, kemudian dihitung jumlahnya, lalu

dimasukan ke dalam tabel yang telah disiapkan. Kelemahan cara ini

adalah pengaturannya menjadi rumit bila jumlah klasifikasi dan

sampelnya besar.

4.10.2 Pengolahan Data

4.10.2.1 Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menganalisis variabel-

variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi

49
frekuensinya agar dapat diketahui karakteristik dari subjek penelitian.

Karakteristik responden yang dilakukan analisis kategorik dengan

distribusi frekuensi. Selain itu adalah data yang dianalisis adalah peran

orang tua dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6) tahun di

RSUD Kota Madiun rumus yang digunakan dalah distribusi frekuensi

adalah sebagai berikut :

𝐹 × 100%
P=
𝑁

Keterangan

P : Prosentase

F : Frekuensi jumlah responden

N : Banyaknya responden

4.10.2.2 Analisa Bivariat

Sugiono (2009) mengatakan bahwa analisa bivariat adalah

analisa untuk menguji hubungan antara dua variabel. Pemilihan uji

statistik yang akan digunakan untuk melakukan analisa didasarkan pada

skala pengukuran, jumlah populasi atau sampel dan jumlah variabel

yang diteliti. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara karakteristik responden dengan kecemasan hospitalisai pada anak

usia prasekolah dan peran orang tua dengan kecemasan hospitalisasi

pada anak prasekolah. Karena data penelitian seluruhnya berskala

ordinal maka uji statistik yang digunakan adalah spearman rank dengan

taraf signifikan 0,05. Dasar digunakan uji statistic spearman rank jika

50
data yang diolah mengandung unsur skala ordinal maka dilakukan uji

spearman rank.

Adapun pedoman signifikasi memakai panduan sebagai berikut :

bila Pvalue < 𝛼 (0,05), maka signifikan atau ada hubungan. Sugiono,

(2011) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi

adalah sebagai berikut :

1. 0,00-0,19 = Hubungan sangat lemah

2. 0,20-0,39 = Hubungan lemah

3. 0,40-0,59 = Hubungan cukup kuat

4. 0,60-0,79 = Hubungan kuat

5. 0,95-1,00 = Hubungan sangat kuat.

4.11 Etika Penelitian

1. Informen Consent

Informen Consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden, yang akan dilakukan peneliti dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informen consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian. Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati hak responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

51
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Prinsip pengumpulan data adalah dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh

peneliti.

52
BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSUD Kota Madiun merupakan salah satu layanan kesehatan milik

pemerintahan Kota Madiun yang terletak di Jl. Campursari No. 12 B.

Madiun RSUD Kota Madiun dibagun pada tahun 2004 dan mulai

beroperasi pada tahun 2005 yang tercatat RS tipe C. Masyarakat madiun

tentunnya sudah tidak sering dan sering menyebutnya Rumah Sakit

Sogaten karena terletak di kelurahan sogaten, Manggunharjo, Madiun

RSUD milik pemerintahan Kota ini mempunyai luas tanah 45.000 dengan

luas bangunan 10.966,74. Jumlah kamar di RSUD Kota Madiun 14 kamar

VIP, 36 kamar kelas 1,32 kamar kelas II, 85 kamar kelas III, 6 kamar ICU,

10 kamar HCU, 16 kamar TT di IGD, 11 kamar bersalin, 5 TT ruang

operasi, 2 kamar TT ruang isolusi. Penelitian ini dilakukan di ruang melati

yang merupakan ruang perawatan untuk pasien anak dengan jumlah

total 10 kamar yaitu 5 kamar kelas 1,2 kamar kelas 11, 2 kamar, kelas III,

dan 1 kamar HCU dengan jumlah 20 bad.

RSUD Kota Madiun mempunyai visi dan misi dalam melakukan

pelayanan terhadap masyarakat visi RSUD Kota Madiun yaitu

mewujudkan fasilitas kesehatan masyarakat yang terjangkau. Misi RSUD

Kota Madiun yaitu meningkatkan SDM yang berkualitas. Dalam penelitian

ini, peneliti mengambil tempat penelitian di Ruang Melati RSUD Kota

53
Madiun pada tanggal 12 mei-12 juni 2017. Data penelitian yang diperoleh

seluruhnya merupakan data primer yang diperoleh dari jawaban kuesioner

yang diperoleh responden. Data-data hasil penelitian tersebut disajikan

dalam tabel berikut.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Penyajian Karateristik Data Umum

5.2.1.1 Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin anak

Karateristik berdasarkan jenis kelamin anak dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin yang


dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


1 Laki-Laki 12 38.7 %
2 Perempuan 19 61.3 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017.

Hasil penelitian pada tabel 5.1 menjelaskan bahwa karateristik

responden berdasarkan jenis kelamin anak terbanyak adalah untuk

responden perempuan sebanyak 19 anak (61.3%). Sedangkan yang

terendah adalah responden laki-laki sebanyak 12 anak (38.7%).

54
5.2.1.2 Karateristik responden berdasarkan perawatan dirumah sakit

Karateristik berdasarkan perawatan dirumah sakit dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perawatan dirumah


sakit yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017

No Riwayat Dirawat Jumlah Presentase (%)


1 Pernah 12 38.7 %
2 Belum Pernah 19 61.3 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun 13
Juni 2017

Hasil penelitian pada tabel 5.2 menjelaskan bahwa karateristik

responden berdasarkan perawatan dirumah sakit terbanyak adalah 19 anak

(61.3%) belum pernah dirawat. Sedangkan yang terendah adalah 12 anak

(38.7%) menyatakan pernah dirawat sebelumnya

5.2.1.3 Karateristik responden berdasarkan usia anak

Karateristik berdasarkan usia anak dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia anak yang


dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.

No Usia Anak Jumlah Presentase (%)


1 3 Tahun 8 25.8 %
2 4 Tahun 10 32.3 %
3 5 Tahun 9 29 %
4 6 Tahun 4 12.9 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun 13
Juni 2017

Hasil penelitian pada tabel 5.3 menjelaskan bahwa karateristik

responden berdasarkan usia anak adalah terbanyak 4 tahun 10 anak

(32.3%), sedangkan yang terendah berusia 6 tahun 4 anak (12.9%).

55
5.2.1.4 Karateristik responden berdasarkan orang tua yang mendampingi

Karateristik berdasarkan orang tua yang mendampingi dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan orang tua yang


mendampingi yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.

No Orang Tua Jumlah Presentase (%)


1 Ayah 10 32.3 %
2 Ibu 21 67.7 %
Jumlah 31 100
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017

Hasil penelitian pada tabel 5.4 menjelaskan bahwa karateristik

berdasarkan orang tua yang mendampingi terbanyak adalah 21 orang

(67.7%) adalah ibu. Sedangkan yang terendeah adalah anak yang

ditunggui oleh ayahnya sebanyak 10 orang (32.3%).

5.2.1.5 Karateristik responden berdasarkan usia orang tua yang


mendampingi

Karateristik berdasarkan usia orang tua yang mendampingi dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia orang tua yang
mendampingi yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.

Minimal Standar
No Variabel Mean Mode Median CI
Maksimal Devisi
22
1 Usia 29.39 32 31.00 4.063 35.00
35
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017

Hasil penelitian pada tabel 5.5 menjelaskan bahwa karateristik

berdasarkan usia orang tua yang mendampingi terbanyak adalah orang tua

yang berusia 31-35 tahun yaitu sebanyak 16 orang (51.6%). Sedangkan

yang terendah orang tua yang berusia 21-25 tahun sebanyak 7 orang

56
(22,6%). Dari tabel diatas diketahui bahwa tidak ada orang tua yang

berusia < 20 tahun dan >36 tahun.

5.2.1.6 Karateristik responden berdasarkan pendidikan orangtua

Karateristik berdasarkan pendidikan orang tua dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan orang


tua yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.

No Pendidikan Jumlah Presentase (%)


1 SD 3 9.7 %
2 SMP 8 25.8 %
3 SMA 11 35.5 %
4 PT 9 29.0 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017.

Hasil penelitian pada tabel 5.6 menjelaskan bahwa karateristik

berdasarkan pendidikan orang tua tertinggi adalah orang tua yang

mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 11 orang (35.5%),

sedangkan orang tua dengan tingkat pendidikan SD 3 (9.7%) yang

terendah.

5.2.1.7 Karateristik responden berdasarkan pekerjaan orang tua

Karateristik berdasarkan pekerjaan orang tua dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan orang tua


yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.

No Pekerjaan Jumlah Presentase (%)


1 Tidak Bekerja 1 3.2 %
2 Wiraswasta 14 45.2 %
3 Karyawan 4 12.9 %
4 PNS 5 16.1 %
5 Lain-Lain 7 22.6 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017.

57
Hasil penelitian pada tabel 5.7 menjelaskan bahwa karateristik

responden orang tua yang mempunyai pekerjaan terbanyak adalah

wiraswasta sebanyak 14 orang (45.2%) sedangkan yang terendah adalah

orang tua yang tidak bekerja sebanyak 1 orang (3.25).

5.2.1.8 Karateristik responden berdasarkan pengalaman merawat anak di


rumah sakit.

Karateristik berdasarkan pengalaman merawat anak dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengalaman


merawat anak yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.

No Pengalaman merawat Jumlah Presentase (%)


1 Pernah 13 41.9 %
2 Belum Pernah 18 58.1 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun 13
Juni 2017

Hasil penelitian pada tabel 5.8 menjelaskan bahwa karateristik

responden pengalaman merawat anak tertinggi adalah orang tua yang

belum pernah merawat anak sebanyak 18 orang (58.1%). Sedangkan yang

terendah 13 orang (41.9%) menyatakan pernah merawat anak yang

mengalami hospitalisasi.

58
5.2.2 Penyajian Karateristik Data Khusus

5.2.2.1 Peran Orang Tua Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang
Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun

Karateristik peran orang tua dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi peran orang tua yang dikutip pada tanggal
13 Juni 2017.

No Peran Orang tua Frekuensi Persentase (%)


1 Baik 14 45,2 %
2 Cukup 13 41,9 %
3 Kurang 4 12,9 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017

Hasil penelitian pada tabel 5.9 menjelaskan bahwa peran orang tua

yang terbanyak adalah orang tua yang memiliki peran baik sebanyak 14

responden (45,2%). Sedangkan yang terendah adalah Peran orang tua yang

yang memiliki peran kurang sebanyak 4 responden (12,9%).

5.2.2.2 Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang
Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun

Karateristik responden tingkat kecemasan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi responden tingkat kecemasan yang dikutip


pada tanggal 13 Juni 2017.

No Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)


1 Ringan 14 45,2 %
2 Sedang 12 38,7 %
3 Berat 5 16,1 %
4 Panik 0 0 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017

59
Hasil penelitian pada tabel 5.10 menjelaskan bahwa karateristik

responden tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak usia prasekolah di

RSUD Kota Madiun terbanyak adalah tingkat kecemasan ringan 14

anak (45,2 %). Sedangkan yang terendah adalah tingkat kecemasan berat

sebanyak 5 anak (16,1%). Dari tabel diatas diketahui bahwa tidak ada

anak yang mengalami tingkat kecemasan panik.

5.2.2.3 Hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan anak Usia
prasekolah (3-6 Tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota
Madiun.

Tabel 5.11 Tabulasi silang hubungan peran orang tua dengan tingkat
kecemasan anak yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.

Tingkat Kecemasan
Total
Ringan Sedang Berat Panik
Peran Orang Tua N % N % N % N % N %
Baik 10 71 4 29 0 0 0 0 14 100
Cukup 4 31 7 54 2 16 0 0 13 100
Kurang 0 0 1 25 3 75 0 0 4 100
a = 0,05 r = -0,646 p value = 0,000
Sumber : SPSS Versi 16.0

Berdasarkan tabel 5.11 diatas menjelaskan bahwa peran orang tua

yang paling banyak diberikan kepada responden yang termasuk dalam

kategori peran baik dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 14

responden (71%). Sedangkan yang terendah 3 responden (75%) dalam

katagori peran kurang dengan tingkat kecemasan berat.

Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik

Spearman Rank dengan progam SPSS versi 16.0 di dapatka p value = <

a = 0,05 artinya Ha diterima berarti ada hubungan peran orangtua dengan

tingkat kecemasan anak usia prasekolah di RSUD Kota Madiun. Hasil

60
uji Spearman Rank bahwa r hitung = -0,646 yaitu negatif, yang berarti

semakin tinggi peran orang tua maka semakin rendah tingkat kecemasan

yang dialami oleh anak yang mengalami hospitalisasi. Keeratan hubungan

dapat dilihat dari r hitung = -0,646 yang dikategorikan hubungan kuat

(0,60-0,79). Yang artinya keeratan hubungan peran orang tua dengan

tingkat kecemasan anak yang mengalami hopitalisasi di RSUD Kota

Madiun adalah kuat.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Peran Orang tua Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang
Mengalmi Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun

Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan hasil peran orang tua sebanyak 14

responden (45,2%) adalah baik. Peran orang tua selama anak menjalani

hospitalisasi yang termasuk dalam kategori cukup sebanyak 13

responden (41,9%). Dan peran orang tua selama anak menjalani

hospitalisasi yang termasuk kategori kurang sebanyak 4 responden

(12,9%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran orang tua mayoritas

adalah baik. Menurut Ronald (2006) bahwa orang tua mampu membuat

anak bisa menerima keadaan hospitalisasi. Orang tua membantu anak-anak

mengatasi perasaan mereka, terlibat kerjasama dengan perawat,

memeberikan pujian dan bermain dengan anak. Beberapa penelitian

menunjukan, anak merasakan kecemasan yang ringan karena mereka

selalu di dampingi dan diperhatikan oleh orang tuanya Miftahul (2015)

Dengan demikian, peneliti berpendapat bahwa keterlibatan orang tua

61
sangat penting dalam mendampingi anak yang mengalami hospitalisasi

agar anak-anak merasa nyaman dalam menjalani hospitalisasi.

Berdasarkan analisa kuesioner di ketahui bahwa hasil kuesioner

indikator peran orang tua terbanyak dengan jawaban iya adalah menjalin

kolaborasi antara orang tua dengan profesi dengan tingkat kecemasan. Hal

ini diperkuat oleh jawaban responden berdasarkan kuesioner pada soal

nomor 1 dengan jumlah 31 responden (100%). Menurut Chen (2005)

bentuk peran orang tua selama anak dirawat di rumah sakit adalah

menjalin kolaborasi orang tua selama dengan profesi kesehatan. bentuk

kolaborasi orang tua dengan profesi kesehatan dalam perawatan,

memberikan sport emosional kepada anak, ikut terlibat pada tindakan yang

sederhana, menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak dan memenuhi

kebutuhan anak selama dirawat. Berdasarkan uraian tersebut peneliti

berasumsi bahwa kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan orang

tua memberikan dukungan terhadap anak, dapat meminalisir tingkat

kecemasan anak dalam hospitalisasi.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi peran orang tua yaitu usia

pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa rata-rata usia orang tua 32 tahun.

Menurut Supartini (2004), orang tua terlalu tua mungkin dapat

menjalankan peran tersebut secara optimal karena kekuatan fisik dan

psikososial, serta semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih, dasar berfikir dan bekerja dilandasi oleh

kepercayaan yang ada dimasyarakat. Dimana pada umur ini orang tua

62
lebih dewasa dan lebih matang dalam berfikir. Umur menjadi salah satu

ciri tingkat kedewasaan sehingga dapat mempengaruhi perannya pada

anak, karena dengan bertambahnya umur seseorang maka terjadi proses

pematangan baik organ maupun jalan pikirannya sehingga dapat berperan

baik pada anaknya. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berasumsi bahwa

dengan umur yang cukup seseorang lebih mudah dalam menerima

informasi sehingga pengetahuan lebih luas dimana perannya akan lebih

baik.

Faktor yang mempengaruhi peran selanjutnya yaitu mendampingi

dapat diketahui berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa orang tua

yang mendampingi merupakan yang paling banyak adalah ibu dengan

jumlah 21 responden (67,7%). Menurut Supartini (2004) Kedekatan

hubungan antara ibu dan anak sama pentingnya dengan ayah dan anak

walaupun secara kodrati akan ada perbedaan, tetepi tidak mengurangi

makna penting hubungan tersebut. Dengan demikian jenis kelamin

berpengaruh terhadap peran orang tua saat anak hospitalisasi, ada

perbedaan peran antara seorang ibu dengan seorang ayah, seorang ibu

kebanyakan lebih akrab dengan anaknya karena lebih banyak waktu yang

diluangkan bersama anaknya, berbeda dengan seorang ayah yang

cenderung lebih sibuk bekerja dan jarang meluangkan sehingga sosok

ayah kurang berpengaruh terhadap kehidupan anak. Hubungan anak

dengan ibu sangat dekat. Dengan demikian, peneliti menarik kesimpulan

63
bahwa hubungan anak dengan ibu sangat dekat yang dimungkinkan dapat

memepengaruhi perasaan berat ketikan seorang anak berpisah dengan ibu.

Pendidikan orang tua juga mempengaruhi peran orang tua

berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa pendidikan orang tua yang paling

banyak adalah SMA yaitu 11 responden (35.5%). Supartini (2004)

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan

mempengaruhi kesiapan mereka dalam menjalankan peran pengasuh

terutama dalam menjaga kesehatan anak, sehingga dalam menjalankan

peran informal orang tua baik sebagai pendorong, inisiator, dominator,

sahabat, dan koordinator dapat maksimal. Berdasarkan uraian tersebut,

peneliti menarik kesimpulan pendidikan sangat berpengaruh dalam

penerimaan informasi yang diberikan seseorang, dengan tingkat

pendidikan yang tinggi seseorang akan lebih mudah menerima informasi

sehingga berdampak pada kecakapan atau ketrampilan seseorang dalam

menjalankan perannya.

Pekerjaan orang tua juga mempengaruhi peran orang tua berdasarkan

tabel 5.7 diketahui bahwa pekerjaan orang tua adalah yang paling banyak

yaitu wiraswasta yaitu 14 responden (45,2%). Menurut Umar (2005)

pekerjaan merupakan kesibukan yang harus dilakukan terutama

menunjang kehidupan keluarga, ekonomi adalah kegiatan menghasilkan

uang di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup, peran yang

diberikan mungkin tidak maksimal diterima karena orang tua terlalu sibuk

memikirkan pekerjaan yang tertinggal akibatnya menambah kecemasan

64
yang dirasakan. berdasarkan uraian tersebut peneliti berpendapat dengan

kesibukan orang tua akan menambah kecemasan yang dirasakan oleh anak.

Faktor yang mempengaruhi selanjutkan adalah pengalaman merawat

anak berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa pengalaman merawat anak

terbanyak adalah belum pernah merawat anak dengan jumlah 18

responden (58,1%). Menurut Supartini (2006) orang tua dalam

meminimalkan cemas akibat perpisahan sangat penting. Pengalaman orang

tua ketika anak pertama kali dirawat dirumah sakit merupakan pengalaman

yang meneganggkan. Apabila orang tua kurang mendapatkan. Apabila

orang tua kurang mendapatkan dukungan emosi dan sosial dari petugas

kesehatan akan menunjukan perasaan cemas ketika anaknya pertama

pertama kali mengalami perawatan dirumah sakit. Apabila orang tua

cemas akan membuat tingkat cemas pada anaknya. Menurut uraian di atas

peneliti berpendapat asuhan keperawatan tidak bisa hanya berfokus pada

anak tetapi juga orang tuanya.

5.3.2 Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah yang Mengalami


Hospitalisai di RSUD Kota Madiun.

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 5.10 dan 31 responden

yang mengalami kecemasan berdasarkan pengisian kuesioner bahwa

responden kebanyakan mengalami kecemasan ringan sebanyak 14 anak

(45,2%), sedangkan anak yang mengalami tingkat cemas sedang 12 anak

(38,7%) anak mengalami tingkat cemas berat sebanyak 5 anak (16,1 %).

Dapat disimpulkan bahwa tidak ada anak yang mengalami tingkat

cemas panik. Sehingga tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah

65
(3-6 tahun) kebanyakan mengalami cemas ringan Sesuai teori (Supartini,

2006) perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah

dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama

kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Peneliti berasumsi

bahwa perawatan anak dirumah sakit memerlukan dampingan dari orang

tua agar kecemasan anak dapat berkurang.

Berdasarkan analisa kuesioner diketahui bahwa kuisioner terbanyak

adalah soal nomer 1 dengan jawaban iya yaitu saya lebih merasa gelisah

atau gugup dan cemas dari biasanya dengan jumlah 15 anak (48,4%).

Menurut Stuart (2006) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas

dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya. Hospitalisasi menjadi kecemasan terbesar bagi anak akan

mengalami kecemasan karena tindakan keperawatan dan penyakitnya.

Menurut uraian diatas peneliti berasumsi jika koping yang biasa digunakan

tidak mampu mengendalikan akan berkembang dengan kritis tetapi

besarnya efek tergantung pada masing-masing anak dalam

memepersiapkannya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu usia,

jenis kelamin, riwayat dirawat sebelumnya. Berdasarkan data pada tabel

5.3 dapat diketahui rata-rata usia anak paling banyak yaitu 4 tahun 10

anak (32,3%). Menurut Notoatmodjo (2010) ciri anak prasekolah

mengekresikan emosinya dengan kebebasan, sikap marah sering

diperlihatkan. Pada usia ini masih takut hal baru hal ini biasanya

66
menimbulkan kecemasan. Anak belum biasa mengontrol emosinya,

sehingga bisa mempengaruhi berat, sedang, atau ringannya kecemasan

hospitalisasi pada anak. Dengan demikian, peneliti berpendapat Semakin

bertambahnya usia anak maka pengalaman semakin banyak.

Berdasarkan pada data tabel 5.1 frekuensi jenis kelamin kebanyakan

anak berjenis kelamin permpuan 19 anak (61,3%). Hal ini disesuaikan

dengan terori Hidayat (2009) hal ini dapat dibuktikan bahwa tingkat

kecemasan wanita lebih tinggi pada laki-laki sehingga kecemasan akan

muncul dipicu dengan kurangnya peran orangtua yang baik. Berdasarkan

pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur atau negara

terdapat prevalansi bahwa kecemasan dua kali lebih besar pada besar pada

wanita dari pada laki-laki karena faktor hormonal, efek kelahiran,

perbedaan stress psikososial wanita dan laki-laki. Menurut uraian tersebut,

peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa anak perempuan cenderung

memiliki kekhawatiran yang tinggi ketika perawatan dirumah sakit.

Faktor selanjutnya adalah riwayat dirawat sebelumnya berdasarkan

tabel 5.2 diketahui bahwa riwayat dirawat sebelumnya terbanyak adalah

belum pernah dirawat sejumlah 19 anak (61,3). Menurut teori Supartini

(2006) pada reaksi anak hospitalisasi secara garis besar sedih takut dan

rasa bersalah karena menghadapi sesuatu yang belum pernah dialami

sebelumnya, rasa tidak aman, rasa tidak nyaman, perasaan kehilangan

sesuatu yang biasa dialami dan dirasakan menyakitkan. Menurut uraian

diatas peneliti berpendapat anak yang belum pernah mengalami perawatan

67
dirumah sakit anak merasa takut dengan hal yang sebelumnya anak

rasakan sehingga akan mempengaruhi ringan, sedang, berat yang dirasakan

oleh anak.

5.3.3 Hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan pada anak usia
prasekolah (3-6 tahun) yang menagalami hospitalisasi di RSUD Kota
Madiun.

Hasil analisa data dari tabel 5.11 Menjelaskan bahwa terdapat 10

(32,3%) responden mendapatkan peran orang tua baik dengan tingkat

kecemasan ringan 10 responden (71%). Sedangkan peran orang tua

baik dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 4 responden (29%).

Peran orang tua cukup dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 4

responden (32%). Sedangkan peran orang tua cukup dengan tingkat

kecemasan sedang sebanyak 7 responden (54%). Peran orang tua cukup

dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 2 (16%). Sedangkan peran

orang tua kurang dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 1 (25%).

Dan 3 responden (75 %) mendapatkan peran kurang dengan tingkat

kecemasan berat.

Hasil uji sperman rank menunjukan bahwa p value = 0,000 < a =

0,05 artinya Ha diterima dengan demikian ada hubungan peran orang tua

dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang

mengalmi hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. Berdasarkan tabel 5.11.

menyatakan bahwa Hasil uji Spearman Rank dapat dilihat dari p value

= 0,000 dengan nilai r = -0.646 yang dikategorikan hubungan kuat (0,60-

0,79) yang artinya keratan hubungan peran orang tua dengan tingkat

68
kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi

di RSUD Kota Madiun dikategorikan kuat.

Hospitalisasi anak merupakan suatu proses alasan tertentu

mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi

perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses

tersebut, anak dan orang tua harus dapat mengalami berbagai kejadian

yang dapat berupa hal-hal yang sangat traumatik dan penuh cemas. Peran

orang tua baik karena adanya dukungan untuk memberi perawatan pada

anak yang sakit, pemberian fasilitas kesehatan sesuai, serta adanya upaya

dari orang tua yang secara keseluruhan untuk membuat suasana anak lebih

baik. Menurut Ronald (2006) yang menyatakan bahwa keluarga atau

orang tua berperan sebagai salah satu sumber kekuatan dalam upaya

penanganan masalah.

Menurut Supartini (2004) Kedekatan hubungan antara ibu dan anak

sama pentingnya dengan ayah dan anak walaupun secara kodrati akan ada

perbedaan, tetepi tidak mengurangi makna penting hubungan tersebut.

Dengan demikian jenis kelamin berpengaruh terhadap peran orang tua

saat anak hospitalisasi, ada perbedaan peran antara seorang ibu dengan

seorang ayah, seorang ibu kebanyakan lebih akrab dengan anaknya

karena lebih banyak waktu yang diluangkan bersama anaknya, berbeda

dengan seorang ayah yang cenderung lebih sibuk bekerja dan jarang

meluangkan sehingga sosok ayah kurang berpengaruh terhadap kehidupan

anak. Hubungan anak dengan ibu sangat dekat. Akibatnya, perpisahan

69
dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak, orang terdekat

bagi dirinya dan lingkungan yang dikenal olehnya, sehingga pada

akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.

Menurut teori Chen (2005) peran ibu merupakan bagian perjalanan

kehidupan manusia yang berfokus pada interaksi dengan bayi dan ayah.

Peran orang tua terjadi karena adanya keterlinatan antara anak, ayah dan

ibu saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Menurut hasil

penelitian Miftahul (2015) bahwa bentuk peran orang tua dalam perawatn

anak dirumah sakit adalah keterlibatan orang tua dalam perawatan. Bentuk

keterlibatan orang tua mulai dari komunikasi antara anak dengan perawat,

membantu mendampingi anak selama prosedur perawatan, Hal ini

membuat anak merasa aman dan tidak takut menghadapi perawatan dokter.

Peran orang tua ditingkatkan pada saat merawat anak di rumah

sakit. Peran orang tua tidak bisa maksimal jika tidak didukung oleh

perawat. Menurut Chen (2006) salah satu bentuk dukungan perawatan

adalah dengan adanya strategi perawat untuk memanajemen orang tua

saat anak dirawat. Bentuk strategi tersebut adalah mensosialisasikan

lingkungan rawat dan perawatan yang akan dijalani anak. Strategi yang

kedua adalah memberikan kesempatan kepada orang tua untuk terlibat

dalam pengambilan keputusan tindakan yang akan diterima anak.

Keperawatan menggambarkan sebagai proses penilaian kebutuhan

kenyamanan pasien, mengembangkan, menerapkan intervensi keperawatan

70
yang sesuai dan mengevaluasi kenyamanan pasien setelah intervensi

Wadnaningsih (2005).

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa peran orang tua cukup

dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 2 responden (16%). Hal ini

disebabkan karena orang tua kurang memperhatikan dampak dari

hospitalisasi pada anak sehingga anak lebih beresiko tinggi mengalami

kecemasan sedangkan dalam penelitian ini terdapat peran kurang dengan

kecemasan anak sedang sebanyak 1 responden (25%) hal ini disebabkan

karena anak mampu mengatasi dampak dari hospitalisasi tersebut sehingga

meskipun peran orang tua kurang kecemasan anak hanya masuk dalam

katagori sedang. Menurut Supartini (2006) orang tua dalam meminimalkan

cemas akibat perpisahan sangat penting. Pengalaman orang tua ketika anak

pertama kali dirawat dirumah sakit merupakan pengalaman yang

meneganggka. Apabila orang tua kurang mendapatkan dukungan emosi

dan sosial dari petugas kesehatan akan menunjukan perasaan cemas ketika

anaknya pertama pertama kali mengalami perawatan dirumah sakit.

Apabila orang tua cemas akan membuat tingkat cemas pada anaknya.

Sehingga peran yang di dapatkan tidak maksimal.

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui 14 responden (45,2%)

sebagian responden peran orang tua yang baik dilihat dari cara komunikasi

dengan anak yaitu membantu mengatasi perasaan cemas dan memeberikan

pujian saat anak kooperatif terhadap perawat. Secara keseluruhan hasil

penelitian ini menunjukan bahwa pasien anak usia 3-6 tahun di RSUD

71
Kota Madiun memiliki tingkat cemas ringan sedangkan sebagian kecel

anak mengalami tingkat kecemasan berat. Hal ini didukung oleh teori

Miftahul (2015) bahwa keterlibatan orang tua dalam perawatan anak dapat

membuat anak merasa aman dan tidak takut menghadapi perawatan dokter.

Oleh sebab itu perawat dan tenaga kesehatan lain di RSUD Kota Madiun

lebih meningkatkan bagaimana cara agar peran orang tua selama anak

mengalami hospitalisasi dapat berjalan dengan maksimal.

72
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Peran orang tua selama anak di hospitalisasi mayoritas adalah baik.

2. Tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RSUD

Kota Madiun bahwa adalah mayoritas tingkat kecemasan ringan.

3. Ada hubungan antara peran orang tua dengan tingkat kecemasan anak

usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD

Kota Madiun.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil analisa dan kesimpulan pada penelitian ini, maka

saran yang bisa peneliti sampaikan adalah

1. Bagi Orang Tua Anak Yang Mengalami Tingkat Kecemasan


Hospitalisasi

Bagi orang tua hendaknya selalu mendampingi anak ketika anak

sedang menjalani hospitalisasi di rumah sakit. Peran orang tua sangat

penting dalam meminimalkan cemas anak akibat hospitalisasi.

2. Bagi Perawat Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun

Bagi perawat untuk membina hubungan yang lebih baik kepada

orang tua maupun anak. Segala informasi tentang kondisi anak bisa

73
disampaikan mulai anak masuk rumah sakit sampai pulang sehingga

tidak menimbulkan kecemasan pada orang tua. Pada pelaksanaan

perawatan sebaiknya melibatkan orang tua sehingga anak merasa

nyaman berada disamping orang tuanya.

3. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun

Bagi rumah sakit untuk membuat kebijakan agar orang tua dapat

dilibatkan dalam perawatan anak yang sakit selama dalam proses

perawatan.

4. Bagi Peneliti

Untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut dan lebih luas

cukupnnya.

5. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Diharapkan institusi dapat mempercepat proses perijinan untuk

penelitian mahasiswa dan skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan bagi

mahasiswa tahun angkatan berikutnya serta menjadi referensi bagi

peneliti selajutnya.

74
DAFTAR PUSTAKA

Arikonto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Aswar. 2005. Sikap Manusia. Jakarta: EGC.

Budayani, S.S. 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas tidur


Penderita Asma di RSUD Kota Karanganyar. Surakarta: Skripsi.
http://www.stikeskusumahusada.ac.id/digilib/files/disk/24/01-gdl-srisatitib-
1175-skripsi-8.pdf. diakes pada 25 febuari, 20.30.

Chen, W.L. 2005. Nurse and parents anides toward pain management and
parental participation in postoperative care of children, Thesis, Centre for
Reseach, the Queensland University of Technology.

Constantin, 2012, What is the role of parent, http//www.lifecho.com. Diakes


tanggal 26 maret 2016.

Dharma, K. 2011. Metodelogi Penelitian Keperawatan : Panduan melaksanakan


dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media.

Diakes dari: http://www.rand.org/labor/bps/susenas.html pada tanggal 11


november 2016.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2012. Profil Kesehatan Profinsi Jawa
Timur.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFILKES_P_PROV
2012/P.Prov.JATIM_11.pdf Diakes pada tanggal 7 januari, 20.43.

Doto. 2016. Skripsi Pengaruh Terapi Bercerita Terhadap Tingkat Kecemasan


Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi.

Fitri Fauziah & Julianti Widari, 2007. Psikologi Abnormal Klinis. Jakarta: EGC.

Hawari, D. 2011. Manajemen Stress Cemas dan Depresi Edisi 2 Jakarta: FKUI.

Hidayat, A. 2009, Metoden Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisi Data,


Jakarta: Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan Indonesia. 2012. Profil Kesehatan Indonesia.


http:www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/peofil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf Diakes pada 13 januari,
18.39.

75
Kholil Lur Rachman. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press.

Kurniawan. 2008. Skripsi, Bahaya Yang Sering Terjadi Pada kehamilan Muda.
http://www.info-cyber-neth.id diakes tanggal 15 maret 2017.

Mubarok WI, Santoso BA, Rozikin K dan Patonah S. 2006. Buku ajaran
Keperawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi Dalam Praktik Dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan keluarga.
Jakarta: Sagung Seto.

Muscari, M.E. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Nugroho, B.Y. 2012. Metode Kuantitatif Pendekatan Pengambilan Keputusan


Untuk Ilmu Sosial dan Bisnis. Jakarta: Salemba Humanika.

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Untuk Perawat dan Bidan.
Jakarta: Salemba Medika.

. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba


medika.

Nursalam, Susilaningrum & Utami. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Renica Cipta.

Ratna, E. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan


Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah di RSUD Dr, Moewardi.
Skripsi. Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES).

Ronald. 2006. Seri Psikologi Anak : Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan
Kualitas Hidup, Mendidik Dan Mengembangkan Moral Anak. Bandung: CV
Yrama Widya.

Setiawan. 2014. Keperawatan anak & Tumbuh Kembang (Pengkajian dan


Pengukuran). Yogyakarta: Nuha Medika.

Soelaeman. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : Refika Aditama.

Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Jakarta: Salemba Medika.

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajaran Konsep Keperawatan Anak. Jakarta: ECG.

76
Supartini, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS). 2010. Jumlah anak usia prasekolah di


Indonesia.

Tjahjono, Hale, MA.2014. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kecemasan Anak


yang Mengalami Hospitalisasidi Ruang Merah Delima Rumah Salit Wiliam
Booth Surabaya Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wiliam Booth
Surabaya.

Umar, H. 2005. Metode Penelitian, Jakarta: Salemba Empat.

Wadnaningsih. 2005. Peran Orangtua Bagi Anak. http//pikiranrakyat.com/anak.

Wong, D.L. Hockenberry, Marylin J. 2007. Wongs nursing care of infants and
children. St Louis, Missouri: Mosby Inc.

Wong, D. 2008. Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik Wong, Ed 6, vol 2. Jakarta:


EGC.

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik, Ed,6, Vol.1. Jakarta:
ECG.

77
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Bulan
No. Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pembuatan dan
Konsul Judul

2. Penyusunan Proposal

3. Bimbingan Proposal

4. Ujian Proposal

5. Revisi Proposal

6. Pengambilan Data

7. Penyusunan dan
Konsul Skripsi

8. Ujian Skripsi

78
Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Hubungan Peran Orang Tua Dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah
(3-6) tahun Yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Saya adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun yang sedang melakukan penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan peran orang tua
dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6) tahun yang mengalami
hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. Saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu
yang menjadi subjek dalam penelitian ini dengan menjawab pernyataan-penyataan
yang ada pada kuesioner. Identitas dan jawaban Bapak/Ibu akan dijamin
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan.
Responden dapat memilih untuk menolak berpartisipasi dalam penelitian ini
kapan pun tanpa ada tekanan dari siapa pun.
Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini perhatikan petunjuk
pengisian kuesioner untuk menjawab pernyataan yang ada dan menandatangani
formulir persetujuan ini. Terimakasih atas partisipasinya.

Magetan, April 2017


Peneliti

( Bella Astrika D.Y )

79
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia/tidak untuk berpartisipasi dalam pengambilan data


atau sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa “Program
Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun” bernama Bella
Astrika Dio Yolanda yang berjudul “Hubungan Peran Orang Tua Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-6) Tahun Yang Mengalami
Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini besar manfaatnya

bagi peningkatan ilmu keperawatan dan akan dijamin kerahasiaannya,

Magetan, April 2017

Responden

( )

Catatan :
*Coret yang tidak perlu

80
Lampiran 4

KISI-KISI KUESIONER
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN
ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6) TAHUN YANG MENGALAMI
HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN

No. Variabel Penelitian Parameter No. Soal


1. Peran Orang Tua 1. Menjalin kolaborasi
antara orang tua dengan 1-2
profesi kesehatan.

2. Kehadiran orang tua


yang dapat memberikan 3-4
rasa nyaman pada anak.
3. Keterlibatan orang tua
dalam perawatan. 5-6

4. Memberikan support
emosional kepada anak. 7-8

5. Ikut terlibat pada


tindakan yang 9-10
sederhana.
6. Menjelaskan kepada
anak tentang kondisi 11-12
anak.
7. Memenuhi kebutuhan
anak selama dirawat 13-14
2. Tingkat Kecemasan 1. Kecemasan 1
2. Takut 2
3. Mental 3
4. Tremor 4
5. Nyeri tubuh 5
6. Kelemahan 6
7. Gelisah 7
8. Jantung berdebar-debar 8
9. Pusing 9
10. Kesemutan 10

81
11. Sakit perut gangguan
11
pencernaan
12. Frekuensi kencing 12
13. Berkeringat 13
14. Wajah memerah 14
15. Gangguan tidur 15
16. Mimpi buruk 16

82
Lampiran 5

No responden

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN


ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6) TAHUN YANG MENGALAMI
HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN

Petunjuk :

1. Berilah tanda centang (  ) pada salah satu jawaban yang benar!

2. Semua pertanyaan harus dijawab!

3. Bila ada yang kurang dimengerti silahkan bertanya kepada peneliti!

A. DATA DEMOGRAFI

1. Jenis kelamin anak

Laki-laki Perempuan

2. Riwayat dirawat sebelumnya dirumah sakit

Pernah Belum pernah

3. Usia Anak

3 Tahun 4 Tahun

5 Tahun 6 Tahun

4. Orang tua yang mendampingi

Ayah Ibu

5. Usia orang tua yang mendampingi ........ Tahun

83
6. Pendidikan

Tidak SD SLTP PT
Sekolah

7. Pekerjaan

Tidak Wiraswasta Karyawan PNS Lain-


Bekerja lain

8. Pengalaman merawat anak di rumah sakit

Pernah Belum Pernah

84
KUESIONER PERAN ORANG TUA

A. Bacalah dengan seksama setiap pernyataan di bawah !


B. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan kenyataan perilaku pada saat Anda dirawat di rumah sakit dengan memberi tanda () pada kolom
jawaban yang tersedia dengan salah satu pilihan jawaban berikut :
1. Ya =1
2. Tidak = 0

No Indikator Peran Orang Tua Uraian Singkat Ya Tidak


1 Menjalin kerjasama dengan 1. Mendukung bila dokter dan perawat bila mengatakan anak banyak istirahat
tenaga kesehatan 2. Mendorong anak agar mau diambil tindakan perawatan (diambil darah, diinfus,
ukur suhu, suntik, dsb)
2 Memberikan rasa nyaman 3. Memberikan kenyamanan kepaada anak dengan memeluk, mencium dan berbicara
pada anak pada anak
4. Bermain dengan anak
3 Keterlibatan dalam perawatan 5. Mendampingi anak saat diperiksa
6. Mengatur waktu istirahat dan tidur anak
4 Memberikan support 7. Mendampingi dan mendukung anak saat anak menerima tindakan yang membuat
emosional kepada anak rasa nyeri
8. Memberikan pujian bila anak mau makan dan minum obat selama perawatan
5 Terlibat pada tindakan yang 9. Memberikan kompres jika anak demam
sederhana 10. Membantu memberikan obat yang diminum anak
6 Menjelaskan tentang kondisi 11. Memberikan penjelasan tentang makanan apa saja yang boleh dimakan selama
anak perawatan
7 Memenuhi kebutuhan anak 12. Membantu dan melayani anak untuk makan
13. Memandikan, menggosok gigi, memberihkan muka anak

85
1. Petunjuk pengisian jawaban pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan
memberikan tanda check list (√) pada kotak yang telah disediakan.

Pernyataan untuk variabel tingkat kecemaasan :


0 = Tidak pernah sama sekali
1 = Ya

Jawaban
No Pernyataan
0 1
Saya lebih merasa gelisah atau gugup dan cemas
1
dari biasanya
2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas
3 Saya mudah marah, tersinggung atau panik
4 Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar
Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri
5
leher atau nyeri otot
6 Saya merasa badan saya lemah dan mudah lelah
Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan
7
tenang
Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan
8
keras dan cepat.
9 Saya sering mengalami pusing
Saya merasa kaku dan mati rasa dingin dan sering
10
basah oleh keringat
11 Saya merasa sakit perut atau gangguan pencernaan
12 Saya sering kencing daripada biasanya
Saya merasa tangan saya dingin dan sering basah
13
oleh keringat
14 Wajah saya terasa panas dan kemerahan
15 Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam
16 Saya mengalami mimpi-mimpi buruk

86
Lampiran 6
VALIDITAS PERAN ORANG TUA

Correlations
total_sk
s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s10 s11 s12 s13 s14 s15
or
s1 Pearson
1 1.000** .509 .509 .509 .509 .509 .333 .667* .667* 1.000** 1.000** 1.000** .509 .408 .847**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .133 .133 .133 .133 .133 .347 .035 .035 .000 .000 .000 .133 .242 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s2 Pearson
1.000** 1 .509 .509 .509 .509 .509 .333 .667* .667* 1.000** 1.000** 1.000** .509 .408 .847**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .133 .133 .133 .133 .133 .347 .035 .035 .000 .000 .000 .133 .242 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s3 Pearson
.509 .509 1 1.000** 1.000** 1.000** 1.00** .655* .764* .764* .509 .509 .509 .048 -.089 .851**
Correlation
Sig. (2-tailed) .133 .133 .000 .000 .000 .000 .040 .010 .010 .133 .133 .133 .896 .807 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s4 Pearson
.509 .509 1.000** 1 1.000** 1.000** 1.00** .655* .764* .764* .509 .509 .509 .048 -.089 .851**
Correlation
Sig. (2-tailed) .133 .133 .000 .000 .000 .000 .040 .010 .010 .133 .133 .133 .896 .807 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s5 Pearson
.509 .509 1.000** 1.000** 1 1.000** 1.00** .655* .764* .764* .509 .509 .509 .048 -.089 .851**
Correlation
Sig. (2-tailed) .133 .133 .000 .000 .000 .000 .040 .010 .010 .133 .133 .133 .896 .807 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

87
s6 Pearson
.509 .509 1.000** 1.000** 1.000** 1 1.00** .655* .764* .764* .509 .509 .509 .048 -.089 .851**
Correlation
Sig. (2-tailed) .133 .133 .000 .000 .000 .000 .040 .010 .010 .133 .133 .133 .896 .807 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s7 Pearson
.509 .509 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1 .655* .764* .764* .509 .509 .509 .048 -.089 .851**
Correlation
Sig. (2-tailed) .133 .133 .000 .000 .000 .000 .040 .010 .010 .133 .133 .133 .896 .807 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s8 Pearson
.333 .333 .655* .655* .655* .655* .655* 1 .500 .500 .333 .333 .333 .218 .000 .613
Correlation
Sig. (2-tailed) .347 .347 .040 .040 .040 .040 .040 .141 .141 .347 .347 .347 .545 1.000 .059
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s9 Pearson
.667* .667* .764* .764* .764* .764* .764* .500 1 1.000** .667* .667* .667* .218 .102 .887**
Correlation
Sig. (2-tailed) .035 .035 .010 .010 .010 .010 .010 .141 .000 .035 .035 .035 .545 .779 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s10 Pearson
.667* .667* .764* .764* .764* .764* .764* .500 1.000** 1 .667* .667* .667* .218 .102 .887**
Correlation
Sig. (2-tailed) .035 .035 .010 .010 .010 .010 .010 .141 .000 .035 .035 .035 .545 .779 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s11 Pearson
1.000** 1.000** .509 .509 .509 .509 .509 .333 .667* .667* 1 1.000** 1.000** .509 .408 .847**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .133 .133 .133 .133 .133 .347 .035 .035 .000 .000 .133 .242 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s12 Pearson
1.000** 1.000** .509 .509 .509 .509 .509 .333 .667* .667* 1.000** 1 1.000** .509 .408 .847**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .133 .133 .133 .133 .133 .347 .035 .035 .000 .000 .133 .242 .002

88
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s13 Pearson
1.000** 1.000** .509 .509 .509 .509 .509 .333 .667* .667* 1.000** 1.000** 1 .509 .408 .847**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .133 .133 .133 .133 .133 .347 .035 .035 .000 .000 .133 .242 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s14 Pearson
.509 .509 .048 .048 .048 .048 .048 .218 .218 .218 .509 .509 .509 1 .802** .421
Correlation
Sig. (2-tailed) .133 .133 .896 .896 .896 .896 .896 .545 .545 .545 .133 .133 .133 .005 .226
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s15 Pearson
.408 .408 -.089 -.089 -.089 -.089 -.089 .000 .102 .102 .408 .408 .408 .802** 1 .286
Correlation
Sig. (2-tailed) .242 .242 .807 .807 .807 .807 .807 1.000 .779 .779 .242 .242 .242 .005 .423
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
total_ Pearson
.847** .847** .851** .851** .851** .851** .851** .613 .887** .887** .847** .847** .847** .421 .286 1
skor Correlation
Sig. (2-tailed) .002 .002 .002 .002 .002 .002 .002 .059 .001 .001 .002 .002 .002 .226 .423
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05
level (2-tailed).

89
Lampiran 7 Konsultasi Proposal Skripsi

90
91
Lampiran 8

92
Lampiran 9

93
Lampiran 10

DATA DISTRIBUSI FREKUENSI

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak


Jenis_kelamin_anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 12 38.7 38.7 38.7
Perempuan 19 61.3 61.3 100.0
Total 31 100.0 100.0

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Dirawat Sebelumnya

Riwayat_dirawat_sebelumnya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pernah 12 38.7 38.7 38.7

belum pernah 19 61.3 61.3 100.0

Total 31 100.0 100.0

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Orang Tua yang Mendampingi

Orangtua_yang_mendampingi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ayah 10 32.3 32.3 32.3

Ibu 21 67.7 67.7 100.0

Total 31 100.0 100.0

94
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orangtua

Pendidikan_orangtua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 3 9.7 9.7 9.7

SMP 8 25.8 25.8 35.5

SMA 11 35.5 35.5 71.0

PT 9 29.0 29.0 100.0

Total 31 100.0 100.0

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan_Orangtua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak bekerja 1 3.2 3.2 3.2

Wiraswasta 14 45.2 45.2 48.4

Karyawan 4 12.9 12.9 61.3

PNS 5 16.1 16.1 77.4

Lain-Lain 7 22.6 22.6 100.0

Total 31 100.0 100.0

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Merawat Anak

Pengalaman_merawat_anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pernah 13 41.9 41.9 41.9

belum pernah 18 58.1 58.1 100.0

Total 31 100.0 100.0

95
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Peran Orangtua

Peran_orangtua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 14 45.2 45.2 45.2

Cukup 13 41.9 41.9 87.1

Kurang 4 12.9 12.9 100.0

Total 31 100.0 100.0

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan

Tingkat_Kecemasan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 14 45.2 45.2 45.2

Sedang 12 38.7 38.7 83.9

Berat 5 16.1 16.1 100.0

Total 31 100.0 100.0

96
Lampiran 11

Tendensi Sentral

1. Berdasarkan Usia Anak

Statistics

Usia_Anak

N Valid 31

Missing 0

Mean 4.32

Median 4.00

Mode 4

Minimum 3

Maximum 6

Percentiles 95 6.00

Usia_anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3 Tahun 8 25.8 25.8 25.8

4 Tahun 10 32.3 32.3 58.1

5 Tahun 9 29.0 29.0 87.1

6 Tahun 4 12.9 12.9 100.0

Total 31 100.0 100.0

97
2. Berdasarkan Usia Peran Orang Tua

Statistics

Usia_orangtua

N Valid 31

Missing 0

Mean 29.39

Median 31.00

Mode 32

Std. Deviation 4.063

Minimum 22

Maximum 35

Percentiles 95 35.00

Usia_orangtua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 22 1 3.2 3.2 3.2

23 4 12.9 12.9 16.1

25 3 9.7 9.7 25.8

27 1 3.2 3.2 29.0

28 3 9.7 9.7 38.7

29 2 6.5 6.5 45.2

30 1 3.2 3.2 48.4

31 4 12.9 12.9 61.3

32 5 16.1 16.1 77.4

33 2 6.5 6.5 83.9

34 2 6.5 6.5 90.3

35 3 9.7 9.7 100.0

Total 31 100.0 100.0

98
Lampiran 12

Tabulasi Silang Peran Orang Tua Dengan Tingkat Kecemasan Anak

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

peran_orangtua *
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
Tingkat_Kecemasan

peran_orangtua * Tingkat_Kecemasan Crosstabulation

Tingkat_Kecemasan

Ringan Sedang Buruk Total

peran_orangtua Baik Count 10 4 0 14

% of Total 32.3% 12.9% .0% 45.2%

Cukup Count 4 7 2 13

% of Total 12.9% 22.6% 6.5% 41.9%

Kurang Count 0 1 3 4

% of Total .0% 3.2% 9.7% 12.9%

Total Count 14 12 5 31
% of Total 45.2% 38.7% 16.1% 100.0%

99
Lampiran 13

Hasil Pengitungan SPSS Uji Spearman Rank Hubungan Peran Orang Tua
Dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang
Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun

Correlations

Tingkat_Kece
Peran_orangtua masan

Spearman's rho Peran_or Correlation Coefficient 1.000 -.646**


angtua
Sig. (2-tailed) . .000

N 31 31

Tingkat_ Correlation Coefficient -.646** 1.000


Keceman
Sig. (2-tailed) .000 .

N 31 31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

100
Lampiran 14
TABULASI PERAN ORANG TUA
Usia
Orang
Jenis Orang Pengalaman
Usia Tua yang Soal Peran Orangtua
No No. Res Kelamin Tua yang Pendidikan Pekerjaan merawat SP SM % Kategori
Anak Mendam
Anak Mendam anak
pingi
pingi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Res 1 p 3thn Ayah 22 tahun PT Wiraswasta Belum pernah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 13 92.30 Baik
2 Res 2 L 5 thn Ibu 29 tahun PT Wiraswasta pernah 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 9 13 69.23 Cukup
3 Res 3 P 5 thn Ayah 28 tahun SMA Karyawan Belum pernah 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11 13 84.61 Baik
4 Res 4 L 4 thn Ibu 33 tahun SMA Lain-Lain Pernah 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 8 13 61.53 Cukup
5 Res 5 L 5 thn Ibu 31 tahun SMA Tidak bekerja Pernah 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 10 13 76.92 Baik
6 Res 6 L 3 thn Ibu 25 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 6 13 46.15 Kurang
7 Res 7 P 3 thn Ibu 27 tahun PT Wiraswasta Pernah 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 13 61.53 Cukup
8 Res 8 L 5 thn Ibu 25 tahun SMA Wiraswasta Belum pernah 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 13 92.30 Baik
9 Res 9 P 4 thn Ibu 32 tahun SMA wiraswasta Belum pernah 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 7 13 53.84 Cukup
10 Res 10 P 3 thn Ibu 23 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 9 13 69.23 Cukup
11 Res 11 P 6 thn Ayah 35 tahun SMA PNS Pernah 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 11 13 84.61 Baik
12 Res 12 L 5 thn Ibu 34 tahun SMA PNS Belum pernah 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 8 13 61.53 Cukup
13 Res 13 L 5 thn Ibu 32 tahun SMA Lain-Lain Belum pernah 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 13 84.61 Baik
14 Res 14 P 6 thn Ibu 35 tahun PT PNS Pernah 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 5 13 38.45 Kurang
15 Res 15 L 4 thn Ayah 31 tahun SMA Wiraswasta Belum pernah 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 10 13 76.92 Baik
16 Res 16 P 4 thn Ayah 28 tahun SD Lain-Lain pernah 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 9 13 69.23 Cukup
17 Res 17 P 3 thn Ibu 23 tahun PT PNS Belum pernah 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 13 92.30 Baik
18 Res 18 P 5 thn Ibu 32 tahun SD Lain-Lain Belum pernah 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 6 13 46.15 Kurang
19 Res 19 L 4 thn Ayah 28 tahun SMA Wiraswasta pernah 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 9 13 69.23 Cukup
20 Res 20 L 3 thn Ibu 25 tahun SMP Lain-Lain Belum pernah 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 10 13 76.92 Baik
21 Res 21 L 3 thn Ibu 23 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 6 13 46.15 Kurang
22 Res 22 L 4 thn Ayah 32 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 7 13 53.84 Cukup
23 Res 23 L 6 thn Ibu 35 tahun SMP Karyawan Belum pernah 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9 13 69.23 Cukup
24 Res 24 P 5 thn Ayah 33 tahun SD Wiraswasta Pernah 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 10 13 76.92 Baik
25 Res 25 P 4 thn Ayah 29 tahun PT Lain-Lain Pernah 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 9 13 69.23 Cukup
26 Res 26 P 6 thn Ibu 34 tahun SMP Karyawan Belum pernah 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 9 13 69.23 Cukup
27 Res 27 L 5 thn Ibu 31 tahun PT Karyawan Belum pernah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 13 92.30 Baik
28 Res 28 L 5 thn Ayah 32 tahun SMP Lain-Lain Pernah 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 11 13 84.61 Baik
29 Res 29 P 4 thn Ibu 31 tahun PT PNS Pernah 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 10 13 76.92 Baik
30 Res 30 L 4 thn Ibu 30 tahun PT Wiraswasta Belum pernah 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 11 13 84.61 Baik
31 Res 31 P 3 thn Ibu 23 tahun SMA Wiraswasta Pernah 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 9 13 69.23 Cukup

101
Lampiran 15
TABULASI TINGKAT KECEMASAN
Orang Usia
Jenis Tua Orang Tua Soal Tingkat Kecemasan
Usia Pengalaman KATEG
No No. Res Kelamin yang yang Pendidikan Pekerjaan SKOR
Anak merawat anak ORI
Anak Mendam Mendampi
pingi ngi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Res 1 p 3thn Ayah 22 tahun PT Wiraswasta Belum pernah 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 4 Ringan
2 Res 2 L 5 thn Ibu 29 tahun PT Wiraswasta Pernah 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5 sedang
3 Res 3 P 5 thn Ayah 28 tahun SMA Karyawan Belum pernah 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 Ringan
4 Res 4 L 4 thn Ibu 33 tahun SMA Lain-Lain Pernah 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 11 Berat
5 Res 5 L 5 thn Ibu 31 tahun SMA Tidak bekerja Pernah 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 6 sedang
6 Res 6 L 3 thn Ibu 25 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 sedang
7 Res 7 P 3 thn Ibu 27 tahun PT Wiraswasta Pernah 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 7 sedang
8 Res 8 L 5 thn Ibu 25 tahun SMA Wiraswasta Belum pernah 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Ringan
9 Res 9 P 4 thn Ibu 32 tahun SMA wiraswasta Belum pernah 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ringan
10 Res 10 P 3 thn Ibu 23 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ringan
11 Res 11 P 6 thn Ayah 35 tahun SMA PNS Pernah 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 sedang
12 Res 12 L 5 thn Ibu 34 tahun SMA PNS Belum pernah 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ringan
13 Res 13 L 5 thn Ibu 32 tahun SMA Lain-Lain Belum pernah 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 Ringan
14 Res 14 P 6 thn Ibu 35 tahun PT PNS Pernah 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 11 Berat
15 Res 15 L 4 thn Ayah 31 tahun SMA Wiraswasta Belum pernah 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 Ringan
16 Res 16 P 4 thn Ayah 28 tahun SD Lain-Lain Pernah 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 5 sedang
17 Res 17 P 3 thn Ibu 23 tahun PT PNS Belum pernah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 Ringan
18 Res 18 P 5 thn Ibu 32 tahun SD Lain-Lain Belum pernah 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 10 Berat
19 Res 19 L 4 thn Ayah 28 tahun SMA Wiraswasta Pernah 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 7 sedang
20 Res 20 L 3 thn Ibu 25 tahun SMP Lain-Lain Belum pernah 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 7 sedang
21 Res 21 L 3 thn Ibu 23 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 12 berat
22 Res 22 L 4 thn Ayah 32 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 11 Berat
23 Res 23 L 6 thn Ibu 35 tahun SMP Karyawan Belum pernah 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 sedang
24 Res 24 P 5 thn Ayah 33 tahun SD Wiraswasta Pernah 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 4 sedang
25 Res 25 P 4 thn Ayah 29 tahun PT Lain-Lain Pernah 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ringan
26 Res 26 P 6 thn Ibu 34 tahun SMP Karyawan Belum pernah 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 5 sedang
27 Res 27 L 5 thn Ibu 31 tahun PT Karyawan Belum pernah 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Ringan
28 Res 28 L 5 thn Ayah 32 tahun SMP Lain-Lain Pernah 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ringan
29 Res 29 P 4 thn Ibu 31 tahun PT PNS Pernah o 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ringan
30 Res 30 L 4 thn Ibu 30 tahun PT Wiraswasta Belum pernah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2 Ringan
31 Res 31 P 3 thn Ibu 23 tahun SMA Wiraswasta Pernah 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 8 sedang

102
Lampiran 16

ANALISA KUESIONER

1. Peran Orang Tua

Indikator
No Peran Orang Uraian Singkat Ya Tidak
Tua
1 Menjalin 14. Mendukung bila dokter dan
31
kerjasama perawat bila mengatakan anak -
(100%)
dengan tenaga banyak istirahat
kesehatan 15. Mendorong anak agar mau
diambil tindakan perawatan 22 7
(diambil darah, diinfus, ukur (77,4%) (22,6%)
suhu, suntik, dsb)
2 Memberikan 16. Memberikan kenyamanan
rasa nyaman kepaada anak dengan memeluk, 22 9
pada anak mencium dan berbicara pada (71%) (29%)
anak
17. Bermain dengan anak 19 12
(61.3%) (38,7%)
3 Keterlibatan 18. Mendampingi anak saat diperiksa 26 5
dalam (83,9%) (16,1%)
perawatan 19. Mengatur waktu istirahat dan 23 8
tidur anak (74,2%) (25,8)
4 Memberikan 20. Mendampingi dan mendukung
support anak saat anak menerima 15 16
emosional tindakan yang membuat rasa (48,4%) (51,6%)
kepada anak nyeri
21. Memberikan pujian bila anak
16 15
mau makan dan minum obat
(51,6%) (48,4%)
selama perawatan
5 Terlibat pada 22. Memberikan kompres jika anak 26 5
tindakan yang demam (83,9%) (16,1%)
sederhana 23. Membantu memberikan obat 28 3
yang diminum anak (90,3%) (9,7%)
6 Menjelaskan 24. Memberikan penjelasan tentang
15 16
tentang kondisi makanan apa saja yang boleh
(48,4%) (51,6%)
anak dimakan selama perawatan
7 Memenuhi 25. Membantu dan melayani anak 24 7
kebutuhan anak untuk makan (77,4%) (22,6%)
26. Memandikan, menggosok gigi, 14
17
memberihkan muka anak (45,2%)
(54,8%)

103
2. Tingkat Kecemasan

Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
Saya lebih merasa gelisah atau gugup dan 15 16
1
cemas dari biasanya (48,4%) (51,6)
6 25
2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas
(19,4%) (80,6%)
10 21
3 Saya mudah marah, tersinggung atau panik
(32,3%) (67,7%)
10 21
4 Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar
(32,3%) (67,7%0
Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri 11 20
5
leher atau nyeri otot (35,5%) (64,5%)
10 21
6 Saya merasa badan saya lemah dan mudah lelah
(32,3%) (67,7%)
Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan 11 20
7
tenang (35,5%) (64,5%)
Saya merasa jantung saya berdebar-debar 7 24
8
dengan keras dan cepat. (22,6%) (77,4)
6 25
9 Saya sering mengalami pusing
(19,4%) (80,6%)
Saya merasa kaku dan mati rasa dingin dan 8 23
10
sering basah oleh keringat (25,8%) (74,2%)
Saya merasa sakit perut atau gangguan 11 20
11
pencernaan (35,5%) (64,5%)
10 21
12 Saya sering kencing daripada biasanya
(32,3%) (67,7%)
Saya merasa tangan saya dingin dan sering 7 24
13
basah oleh keringat (22,6%) (77,4
9 22
14 Wajah saya terasa panas dan kemerahan
(29%) (71%)
6 25
15 Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam
(19,4%) (80,6%)
12 19
16 Saya mengalami mimpi-mimpi buruk
(38,7%) (61,3%)

104
Lampiran 17

DOKUMENTASI PENELITIAN

105
Lampiran 18

106
Lampiran 19 Konsultasi Skripsi

107

Anda mungkin juga menyukai