Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup


sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan mayarakat
yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Untuk itu perlu dilakukan upaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan (Atikah & Eni, 2012).

Menurut Atikah & Eni (2012), beberapa indikator yang digunakan sebagai
dasar dalam pelaksanaan pola hidup sehat salah satunya adalah Ibu memberikan
ASI saja kepada bayinya selama 4 bulan pertama kelahiran.

Waktu yang direkomendasikan WHO untuk memberikan ASI eksklusif


selama 6 bulan bukan tanpa alasan. Dalam kajian WHO, yang melakukan
penelitian sebanyak 3000 kali, menunjukkan bahwa ASI mengandung semua
nutrisi yang diperlukan bayi untuk bertahan hidup pada 6 bulan pertama, mulai
hormon antibodi, faktor kekebalan, hingga antioksidan. Berdasarkan hal tersebut,
WHO kemudian mengubah ketentuan mengenai ASI eksklusif yang semula
hingga 4 bulan menjadi 6 bulan. Sejalan dengan WHO, menteri kesehatan
akhirnya menetapkan perpanjangan pemberian ASI secara eksklusif dari 4 bulan
menjadi 6 bulan (Riksani, 2010).

ASI adalah makanan terbaik dan paling sempurna untuk bayi, kandungan
gizinya yang tinggi dan adanya zat kebal di dalamnya membuat ASI tidak pernah
tergantikan oleh susu formula yang paling hebat dan mahal sekalipun. Selain itu,
ASI juga tidak pernah basi, selama masih dalam tempatnya. Pemberian ASI tidak
hanya menguntungkan bayi, tapi juga menyelamatkan keuangan keluarga di saat
krisis global seiring meningkatnyaharga susu formula. Oleh karna itu, sangatlah
tepat bila departemen kesehatan menganjurkan pemberian ASI dilanjutkan sampai

1
bayi berumur sekurang kurangnya 2 tahun dengan tambahan makanan
pendamping ASI (MP ASI) (Yuliarti, 2010).

Persentase pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir dan tanpa riwayat
diberikan makanan prelakteal pada umur 6 bulan sebesar 30,2 persen. Inisiasi
menyusu dini kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 34,5 persen, tertinggi
di Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar 52,9 persen dan terendah di Papua Barat
(21,7%) (RisKesDas, 2013).

Data yang diambil dari Puskesmas Gerung Kabupaten Lombok Barat di


lihat dari jumlah bayi bulan Januari sampai Desember tahun 2014 terdapat 396
bayi yang dilahirkan, dari total jumlah bayi yang dilahirkan hanya 374 bayi yang
diberikan ASI eksklusif sedangkan 22 bayi diberikan makanan tambahan selain
ASI. Sedangkan data bulan Januari sampai bulan Juni 2015 jumlah bayi sebanyak
440 bayi, dari total jumlah bayi yang dilahirkan hanya 423 bayi yang diberikan
ASI eksklusif sedangkan 17 bayi diberikan makanan tambahan selain ASI (Data
Puskesmas Gerung, 2015).

B. Rumusan Masalah

1. Apa defenisi dari ASI?


2. Apa saja komposisi ASI?
3. Apa yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif?
4. Apa saja kontraindikasi dalam pemberian ASI?
5. Bagaimana Penyuluhan pada ibu dan keluarga?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa keperawatan diharapkan mampu untuk mengerti dan


memahami asuhan keperawatan pemberian ASI menggunakan pendekatan proses
keperawatan.

2 Tujuan Khusus

2
1. Untuk mengetahui defenisi dari ASI?
2. Untuk mengetahui apa saja komposisi ASI?
3. Untuk mengetahui Apa yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif?
4. Untuk mengetahui Apa saja kontraindikasi dalam pemberian ASI?
5. Untuk mengetahui Bagaimana Penyuluhan pada ibu dan keluarga?

D. Manfaat

1. Sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu dan teori


yang telah di dapatkan di institusi
2. Menambah wawasan baru dalam hal Pengaruh Pemberian ASI
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui peningkatan Pemberian ASI
4. Sebagai bahan masukan bagi materi perkuliahan yang berkaitan dengan
asuhan keperawatan, serta dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan atau
referensi diperpustakaan bagi mahasiswa

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi ASI

ASI (Air Susu Ibu)adalah satu-satunya dari semua jenis susu yang
trersedia dan paling cocok di konsumsi oleh bayi, oleh karena susu tersebut,
secara unik, telah disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Air susu ibu
mengandung antibodi bakterial dan viral termasuk konsentransi antibodi
secretorik Ig A yang relative tinggi. Bayi yang mendapatkan ASI, yang
mempunyai titer anti poliomyelitis dalam darah, mereka, secara relative akan
kebal terhadap infeksi yang ditimbulkan oleh faksin virus poliomyelitis hidup
yang telah di encerkan. Pengaruh tersebut akan terlihat sangat menonjol pada
periode neonatus, tetapi nampaknya tidak mengakibatkan terjadinya gangguan
pada imunisasi aktif, yang akan dikerjakan jika bayi tersebut telah mencapai usia
2, 4 & 6 bulan. Telah pula dapat diperlihatkan bahwa pertumbuhan virus-virus
yang menyebabkan timbulnya parotitis epidemica, influenza, vaksinia dan B
encephalitis jepang dapat dihambat oleh bahan-bahan yang terdapat dalam ASI.
Antibody yang di telan yang berasal dari kolostrum dan ASI dapat memberikan
kekebalan saluran penceran makanan lokal terhadap organisme yang memasuki
tubuh melalui Jalan tersebut ASI juga merupakan sumber laktoferin, yaitu protein
air dadih yang mengikat zat besi. Bahan ini secara normal, sepertiga jenuh dengan
zat besi serta mempunyai pengaruh yang menghambat atas pertumbuhan E coli
dalam usus. Tinja bayi yang mendapatkan ASI mempunyai pH yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan pH tinja pada anak-anak yang mendapatkan air susu
sapi kandungan bakteri yang terdapat pada tinja bayi yang mendapatkan ASI
terutama sakali adalah kelompok laktobasilus berlawanan dengan kelompok
koliform yang terdapat menonjol dalam tinja bayi yang diberi makanan secara
artificial. ASI mengandung suatu faktor pertumbuhan yang akan memberikan
kemudahan kepada pengkolonisasian usus oleh lactobacillus bifidus. Flora usus
pada bayi yang mendapatkan ASI dapat melindungi mereka terhadap isi infeksi-

4
infeksi yang disebabkan oleh beberapa jenis Ecoli. Susu yang berasal dari seorang
ibu yang mendapatkan susunan makanan yang secara kuantitatif mencukupi serta
berimbang secara semestinya dapat memasok bahan-bahan makanan yang
dibutuhkan oleh bayi yang bersangkutan kecuali mungkin vitamin D, setelah
beberapa bulan dan fluorida. Kendatipun penyediaan air minum umum
mengandung cukup banyak flourida didalamnya, namun sorang bayi yang
mendapatkan ASI mungkin sekali hanya sedikit sekali menerima flourida yang
berasal dari tubuh ibu nya, oleh karena itu bayi harus mendapatkan pemasukan
fluoride selama bulan-bulan pertama kehidupannya.

Persediaan cadangan zat besi akan mencukupi untuk memenuki kebutuhan


bayi selama 6-9 bulan pertama, pada bayi yang cukup umur. Zat besi yang
terdapat dalam ASI dapat diserap dengan baik oleh bayi, oleh karena itu bayi yang
mendapat ASI mungkin tidak memerlukan penambahan zat besi selama tahun
pertama kehidupannya. ASI mengandung cukup banyak persediaan vitamin C
untuk dapat memenuhi kebutuhan seorang bayi, dengan catatan bahwa ibu yang
bersangkutan juga mendapatkan vitamin C dengan secukupnya. Menyusukan anak
bayi sendiri hendaknya dapat dimulai sedini mungkin setelah persalinan, begitu
pula dengan keadaan ibu maupun bayi yang bersangkutan memungkinkan nya
untuk mendapatkan ASI dalam jarak waktu beberapa jam setelah lahir. Frekuensi
pemberian ASI masing-masing setiap 3 jam pada siang hari dan setiap 4 jam pada
malam hari. Namun banyak bayi merasa lapar kembali 2 jam setelah diberikan
ASI.

B. Komposisi ASI

ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam 
jumlah yang tepat. ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada
susu lainnya dan laktosa merupakan zat yang diperlukan bagi manusia. ASI
mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan tidak 
memerlukan vitamin tambahan . ASI mengandung zat besi yang cukup untuk
bayi. Tidak terlalu banyak zat besi yang dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus

5
bayi dengan baik. Bayi yang disusui tidak akan menderita anemia kekurangan zat
besi.  ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas. ASI
mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat Pengeluaran ASI
dapat dibedakan atas:

a.Kolostrum
Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh payudara, kolostrum
mengandung lebih banyak protein, yang sebagian besar adalah globulin, dan lebih
banyak mineral tetapi gula lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum
mengandung globul lemak agak besar di dalam yang disebut korpustel kolostrum,
yang oleh beberapa ahli dianggap merupakan sel-sel epitel yang telah mengalami
degenerasi lemak dan oleh ahli lain dianggap sebagai fagosit mononuklear yang
mengandung cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan selama kurang
lebih lima hari, dengan perubahan menjadi susu matur. Antibody mudah
ditemukan dalam kolostrum. Kandungan immunoglobulin A mungkin
memberikan perlindungan kepada neonatus melawan infeksi enteric. Faktor-faktor
kekebalan hospes lainnya, juga immunoglobulin-immunoglobulin, terdapat
didalam kolostrum manusia dan air susu. Faktor ini meliputi komponen
komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperoksidase, dan lisozim. 

Ciri-ciri kolostrum, berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi


Mengandung imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe), vitamin (A,
D, E, K), lemak, dan rendah laktosa. Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar
dua sampai tiga hari dan diikuti ASI yang mulai berwarna putih.

b. ASI transisi (antara)

ASI antara, mulai berwarna puting bening dengan susunan yang


disesuaikan dengan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna usus bayi.

c. ASI sempurna 

Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi, sehingga


dapat menerima susunan ASI sempurna. Produksi ASI selama 2 tahun

6
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

a. Umur Ibu dengan usia antara 20-30 tahun merupakan usia produktif yang
umumnya dapat mengahasilkan cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang
berumur lebih dari 30 tahun, sebab usia ini merupakan resiko tinggi dan erat
kaitannya dengan anemia gizi sehingga berpengaruh pada produksi ASI.

b. Pendidikan, pendidikan akan memberikan kesempatan kepada orang untuk


membuka jalan pikiran dalam menerima ide-ide baru. Tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap pola pemberian ASI terutama di kota-kota besar. Biasanya
ibu dengan pendidikan tinggi akan memberikan susu botol lebih dini
dibandingkan dengan ibu dengan pendidikan lebih rendah. Di satu sisi, ibu dengan
pendidikan tinggi mengetahui bahwa tidak ada satupun susu formula yang dapat
menandingi ASI, namun di sisi lain ibu tersebut merasa tidak berguna bila tidak
mengamalkan ilmunya untuk bekerja sehingga hal ini akan menyebabkan ibu
tersebut akan enggan untuk menyusui bayinya.

c. Pekerjaan, adanya kecenderungan banyaknya ibu-ibu yang tidak memberikan


ASI pada bayinya adalah karena banyaknya ibu-ibu yang bekerja.

D.Kontraindikasi Pemberian ASI

Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus
pemberian ASI tidak dibenarkan.

1) Faktor ibu

a. Ibu dengan penyakit jantung yang berat, akan menambah beratnya penyakit ibu.

b. Ibu dengan preeklampsia dan eklampsia, karena banyaknya obat-obatan yang


telah diberikan, sehingga dapat mempengaruhi bayinya.

c. Ibu dengan psikosis, dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan


sehingga dapat membahayakan bayi.

d.Ibu dengan infeksi virus.

7
e. Ibu dengan TBC atau lepra. 

2) Faktor dari bayi


a. Bayi dalam keadaan kejang-kejang, yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi
ASI.
b. Bayi yang menderita sakit berat, dengan pertimbangan dokter anak tidak

dibenarkan untuk mendapatkan ASI

c. Bayi dengan berat badan lahir rendah, karena refleks menelannya sulit sehingga
bahaya aspirasi mengancam.

d. Bayi dengan cacat bawaan yang tidak munkin menelan (labiokisis,


palatognatokisis,labiognatopalatokisis).
e. Bayi yang tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI.
Pada kasus tersebut untuk memberikan ASI sebaiknya dipertimbangkan dengan
dokter anak.
f. Keadaan patologi pada payudara
Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemungkinan stagnasi ASI yang
dapat menimbulkan infeksi dan abses dapat dihindari. Sekalipun demikian masih
ada keadaan patologis payudara yang memerlukan konsultasi dokter sehingga
tidak merugikan ibu dan bayinya. Keadaan patologis yang memerlukan konsultasi
adalah:
    Infeksi payudara
    Terdapat abses yang memerlukan insisi
    Terdapat benjolan payudara yang membesar saat hamil dan menyusui
  ASI yang bercampur dengan darah..

E.Penyuluhan Ibu dan Keluarga

a.Perawatan Mamae

Kedua mamae harus sudah dirawat selama kehamilan

8
1) Areola mamma dan putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak
atau cream, agar tetap lemas, jangan sampai kelak mudah lecet atau pecah-pecah.

2)Sebelum menyusui mammae harus dibuat lemas dengan melakukan massage


secara menyeluruh.

3) Setelah areola mammae dan puting dibersihkan, barulah bayi disusui


b. Masalah Yang Sering Timbul Dalam Masa Laktasi
1)    Puting Rata (Inverted or retracted nipples)
 Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan jalan menarik-narik putin sejak
hamil (nipple conditionin exercises). Harus terus menyusui agar puting selalu
sering tertarik.
2)    Putting lecet (Sore or cracked nipples)
Dapat disebabkan oleh teknik menyusui yang salah atau perawatan yang tidak
betul pada payudara. Infeksi monila dapat mengakibatkan lecet.
Penatalaksanaan:
•    Teknik menyusui yang benar.
•    Puting harus kering
•    Pemberian lanolin dan vitamin E
•    Pengobatan terhadap monilia
•    Menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya hebat maka menyusui
dapat ditunda 24-48 jam. ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa. 
Pencegahan:
•    Jangan membersihkan puting dengan sabun dan zat pembersih lain, hanya
dengan air.
•    Teknik menyusui harus benar
•    Puting susu dan areola harus kering setelah menyusui
•    Jangan memakai lapisan plastik pada BH
•    Perawatan yang dilakukan untuk mengatasi puting susu yang terasa sakit,
sebelum rasa sakit akibat lecet dan pecah-pecah terjadi adalah:
Dianjurkan untuk membiarkan putting susu terkena udara. 
•    Pengolesan dengan lanolin murni

9
•    Dihindarkan dari pemakaian sabun, alcohol serta tingtura benzoin
3)   Payudara bengkak (Breast engorgement)
Disebabkan karena pengeluaran ASI tidak lancer karena bayi tidak cukup dan
sering menyusu atau terlalu cepat disapih. Dapat pula disebabkan adanya
gangguan let-down reflex.
Penatalaksanaan:
•    Menyusui lebih sering
•    Kompres hangat
•    ASI dikeluarkan dengan pompa, lakukan pemijatan tetapi akan menimbulkan
rasa nyeri/ sakit.
•    Pemberian analgetika.
4)    Saluran tersumbat (Obstructed duct/ Caked breast)
Terjadi statis pada saluran ASI (duktus laktiferus) secara local, sehingga timbul
benjolan local.
Penatalaksanaan:
•    Terus menyusui, malahan sebaikbnya menyusui dengan payudara yang sakit
dahulu.
•    Lakukan pemijatan (masase) baian yang sakit
•    Kompres hangat.
Pencegahan:
•    Meyusui yang sering
•    Memakai BH yang memadai dan dapat menutupi/menyokong seluruh bagian
payudara.
•    Hindari tekanan local pada payudara.
5).  Infeksi payudara (Mastitis)
Suatu proses infeksi pada payudara yang dpaat menimbulkan reaksi sistemik ibu,
misalkan demam. Payudara tampak bengkak, kemerahan dan dirasakan nyeri.
Biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan.
Penatalaksanaan:
•    Jangan berhenti menyusui, teruskan dengan mulai menyusui atau dipompa,
jangan melakukan masase/ pijat.

10
•    Istirahat.
•    Kompres hangat/ dingin
•    Berikan antibiotika dan analgetika
•    Minum banyak
6).   Abses payudara 
Dapat terjadi sekunder pada mastitis atau obstructed breast atau luka pada
payudara yang terinfeksi.
Penatalaksanaan:
•    Berhenti menyusui pada payudara yang ada absesnya, ASI harus terus
dipompa.
•    Lakukan insisi abses
•    Berikan antibiotika dan analgetika
•    Istirahat
7).  Reluctant nurser (Bayi yang tidak suka menyusu)
Suatu keadaan di mana bayi tidak suka/mau menyusuPenyebab lain dari bayi
enggan menyusu adalah :
a.    Bayi pilek, sehingga pada waktu menyusu sulit bernapas. 
b.    Bayi sariawan/moniliasis, sehingga nyeri pada waktu mengisap. 
c.    Bayi tidak rawat gabung, yang sudah pernah minum dengan menggunakan
botol dot. 
d.    Bayi ditinggal lama karena ibu sakit/bekerja. 
e.    Bayi bingung putting
f.    Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek. 
g.    Teknik menyusui yang salah. 
h.    ASI kurang lancar/yang terlalu deras memancar 
i.    Pemberian makanan yang terlalu dini. Sebaiknya pemberian ASI eksklusif
sampai bayi umur 4 bulan. 
j.    Pancaran ASI terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh. Akibatnya
sebentar-sebentar bayi akan berhenti menghisap.
Penatalaksanaan dengan jalan:
•    Menyusui yang sering, sehingga payudara tidak terlalu penuh yang

11
menyebabkan pancaran ASI keras.
•    Dapat pula payudara dipijat sebelum memulai menyusui agar pancaran keras
yang terjadi pada permulaan menyusui sudah berkurang dahulu sebelum bayi
dibolehkan menghisap.
•    Dapat diusahakan untuk menyusui dengan berbaring terlentang dan bayi
ditaruh diatas payudara.
k).  Nipple confusion (bingung puting)
Pada bayi yang waktu menyusui diselang-seling dengan susu botol sering
mengalami kebingungan, karena anatomi puting susu dan dot sangat lain. Pada
menyusui si bayi harus menghisap dengan cukup kuat, pada dot susu akan
mengalir dengan isapan yang ringan. Hal ini menyebabkan bayi malas menyusu
pada ibunya. Dapat pula terjadi pada puting susu yang kecil atau rata. Pada
keadaan ini bayi tidak berhasil menangkap puting untuk dihisap, seingga tidak
suka menyusu.
Penatalaksanaan dengan jalan:
Menghindari pemakaian dot botol. Bila diperlukan pengganti ASI pakailah sendok
atau pipet.
l).  Pada bayi yang mengantuk kadang-kadang malas menyusu. 
Untuk mengatasi agar bayi jangan mengantuk atau tertidur, buka selimut dan baju
bayi supaya bayi terasa dingin dan terbangun. Bila bayi mengantuk juga harus
dibangunkan.
c. Keuntungan Pemberian ASI
Keuntungan pemberian ASI adalah sebagai berikut:
1.    Air susu ibu adalah bahan makanan alamiah bagi bayi yang lahir dengan
cukup umur, selama bulan-bulan pertama kehidupan mereka.
2.    ASI mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak. ASI lebih
cepat dan mudah dicerna dan bayi yang diberi ASI mungkin ingin makan lagi
lebih cepat daripada bayi yang diberi makanan buatan 
3.    Air Susu Ibu itu selalu segar dan bebas dari segala macam bacteria yang
menularkan, sehingga dengan demikian kemungkinan akan terjadinya gangguan
saluran pencernaan makanan menjadi lebih kecil 

12
4.    ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan.
5.    Menyusui akan membantu menghentikan pendarahan setelah melahirkan.
6.    Menyusui baik secara kejiwaan bagi ibu dan bayi. Hal ini membantu 
terjadinya ikatan diantara keduanya, sehingga menjadi tak terpisahkan dan
mencintai satu sarna lain. hari. 
7.    ASI murah, tidak perlu dibeli
18.    ASI akan melindungi bayi terhadap penyakit dan mempercepat
penyembuhan anak sampai tahun kedua kehidupan.
Bayi yang mendapat cukup ASI mempunyai tanda-tanda sebagai berikut : 
a.    Bayi yang cukup ASI akan kencing 6-8 kali dalam sehari 
b.    Terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram perbulan 
c.    Bila menyusui sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari 
d.    Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif. 
d.    Pemberian minum pada bayi (bila bayi dengan berat lahir rendah)
Pada umumnya bayi lahir rendah sudah harus diberi minum dalam waktu 2 jam
sesudah lahir. Bila mungkin berikanlah susu ibu yang dipompa (expressed breast
milk) dan yang segar, oleh karena ASI dari bank ASI mengandung nilai energi
(energy value) yangrendah bila dibandingkan dengan AS yang segar. Hal ini
disebabkan oleh berkurangnya kadar lemak di dalam susu dari bank ASI. Untuk
bayi berat lahir rendah yang sehat volume susuyang diberikan adalah sebagai
berikut:
    Umur 1 hari : 60 ml/kg
    Umur 2 hati : 90 ml/kg
    Umur 3 hari : 120 ml/kg
    Umur 4 hari : 150 ml/kg
    Umur 10 hari : 180 ml/kg
    Umur 14 hari : 200 ml/kg

Peran Perawat
Peranan petugas dalam pendidikan kesehatan pada keluarga khususnya ibu
Pendidikan kesehatan dapat diberikan pada masyarakat/keluarga dengan beberapa

13
cara, antara lain: 
a)    Beritahukan kepada para ibu hamil tentang keuntungan pemberian ASI dan
manajemen laktasi.
b)    Bantulah para ibu mengawali pemberian ASI dalam setengah jam pertama
setelah melahirkan. Kepada para ibu dalam setengah jam pertama setelah
melahirkan diberi bantuan oleh petugas untuk: 
Ibu dapat saling bersentuhan dengan bayinya/mengawali pemberian ASI.
c)    Tunjukkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara
mempertahankan laktasi walaupun mereka harus terpisah dari bayi mereka.
Petugas yang terkait dengan peningkatan penggunaan ASI: 
Memberikan bantuan kepada semua ibu bagaimana cara menyusui yang benar,
dalam waktu 6 jam setelah melahirkan. 
Diperlihatkan kepada semua ibu yang menyusui bagaimana cara meletakkan bayi
dan melekatkan mulut bayi dengan benar pada saat bayi sedang menyusu. Kepada
ibu-ibu yang menyusui diberi petunjuk bagaimana caranya mengeluarkan ASI
secara manual, apabila terpaksa ibu terpisah dari bayinya. Dengan demikian
produksi ASI dapat tetap dipertahankan dan ASI-nya dapat diberikan kepada
bayinya.. 
d)    Jangan beri makanan atau minuman lain kepada bayi yang baru lahir selain
ASI, kecuali ada indikasi medis yang jelas. Petugas yang terkait dengan
peningkatan penggunaan ASI: 
e)    Anjurkan pemberian ASI tanpa dijadwal (on demand). Kepada ibu-ibu yang
menyusui dianjurkan memberikan ASI bila bayi maupun ibu menghendaki, tanpa
dijadwal.

f)    Jangan beri dot atau kempeng kepada bayi yang sedang menyusu. Petugas
yang terkait dengan peningkatan penggunaan ASI, dianjurkan tidak memberikan
susu dengan menggunakan dot atau memberi kempeng (pacifier) kepada bayi
yang baru belajar menyusu, karena dapat mengakibatkan bayi bingung puting.

g)    Harus ditekankan pula kepada ibu-ibu agar sedapat mungkin memberikan
ASI saja sampai anak berumur 4 bulan, setelah itu baru diberikan makanan

14
tambahan.
h)    Menyuluh ibu-ibu yang datang ke BKIA Petugas kesehatan harus selalu
yakin bahwa menyusui merupakan topik yang harus dimasukkan dalam
penyuluhan di BKIA, diruang rawat jalan rumah sakit, di puskesmas.

i)    Beritahukan kepada ibu bahwa kolostrum penting untuk bayi. Adanya
kebiasaan masyarakat membuang kolostrum (susu pertama) karena anggapan
kolostrum tersebut menyebabkan penyakit bagi si bayi padahal meningkatkan
kesehatan. Kolostrum merupakan yang paling tinggi gizi dan zat kekebalannya. 

Peran Suami dan Keluarga pada ibu menyusui


Menyusui akan mempengaruhi seluruh keluarga khususnya suami. Suami harus
dilibatkan dalam perpisahan, keberhasilan menyusui secara eksklusif karena sikap
suami dalam memberikan dorongan atau sokongan moril dan material sangat
penting untuk menentukan kegagalan ataupun keberhasilan seorang ibu khususnya
yang bekerja di luar rumah dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya.
Disamping itu dukungan dari orang tua maupun anggota keluara terdekat lain juga
sangat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Menyusui secara
penuh hanya berlangsung selama 4-6 bulan. Selama masa itu banyak hal yang
dapat dilakukan seorang ayah untuk menjalin hubungan dengan bayinya. Dia
dapat melakukan semua yang dilakukan seorang ibu kecuali menyusui, untuk
mempererat hubungan dengan bayinya. Lagipula suami perlu memberi dukungan
dan semangat pada istrinya yang menyusui dan si bayi. Penelitian menunjukkan
bahwa sikap positif suami terhadap kegiatan menyusui sangat penting untuk
menentukan apakah istri memilih akan menyusui si bayi, dan kemudian
meneruskannya.

15
BAB III

KASUS

Seorang ibu bernama Ny D yang berumur 26 tahun datang ke RSUD


Kebumen, klien mengeluh belum bisa menyusui bayinya, ASI nya belum keluar
dengan lancar, Dari hasil observasi didapatkan data bayi rewel dan sering
menangis, ASI baru keluar jika dipencet aerolanya, ASI berwarna bening
kekuningan, dan hanya sedikit. Selain itu juga didapatkan hasil pengkajian klien
mengatakan nyeri pada luka bekas operasi klien tampak lemah dan wajah
meringis menahan nyeri, terdapat luka bekas operasi hari ke 1 tertutup perban dan
hipavix. Klien terpasang infus RL 20 tpm. TD 110/70 mmhg, Nadi 80 x/menit,
Suhu 36,5 C, RR 20x/menit. TFU 2 jari dibawah pusat.

1.PENGKAJIAN

A.IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny. D

Umur : 26 tahun

Jenis kelamin : Perempuan


Alamat : Wirogaten 5/1, Mirit, Kebumen
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk RS : 13 Juni 2017 jam 12.05
No RM : 237177
B.IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. M
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

16
Alamat :Wirogaten 5/1, Mirit, Kebumen
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh

C.KELUHAN UTAMA

ASI belum keluar dengan lancar sehingga belum bisa menyusui bayinya

D.RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Klien datang sejak hari Selasa tanggal 13 Juni 2017 pukul 12.05, kiriman dari poli
kebidanan RSUD Kebumen dengan G2P1A0 hamil 40 minggu dengan riwayat SC
5 tahun yang lalu. HPHT 10-09-2016, HPL 17-06-2017. Klien dilakukan SC pada
tanggal 14 Juni 2017 pukul 11.00 WIB. Kondisi saat ini tanggal 15 Juni 2017
pukul 14.30 WIB klien P2A0 post SC hari ke-1 klien mengeluh belum bisa
menyusui bayinya, ASInya belum keluar dengan lancar, Dari hasil observasi
didapatkan data bayi rewel dan sering menangis, ASI baru keluar jika dipencet
aerolanya, ASI berwarna bening kekuningan, dan hanya sedikit. Selain itu juga
didapatkan hasil pengkajian klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi (P:
nyeri bertambah saat tubuh bergerak, bersin dan batuk berkurang saat diam
berbaring, Q: nyeri seperti diiris-iris, R: nyeri di daerah perut pada luka bekas
operasi, S: skala nyeri 5, T: nyeri terus-menerus) klien tampak lemah dan wajah
meringis menahan nyeri, terdapat luka bekas operasi hari ke 1 tertutup perban dan
hipavix. Klien terpasang infus RL 20 tpm. TD 110/70 mmhg, Nadi 80 x/menit,
Suhu 36,5 C, RR 20x/menit. TFU 2 jari dibawah pusat.

E.RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Klien mengatakan pada 20 Maret 2012 pernah dirawat di RSUD Kebumen dengan
persalinan SC karena presbo.

F.RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Klien tidak mempunyai riwayat penyakit menurun maupun penyakit menular


seperti stroke, hipertensi atau DM, kusta, TBC, dll

17
G.RIWAYAT GINEKOLOGI

Ny.D pertama kali mendapat menstruasi pada umur 13 tahun, siklus haid teratur
setiap bulan, lamanya haid 7 hari, banyaknya darah yang keluar cukup dan
biasanya tidak disertai nyeri perut. Ny.D belum pernah mengalami keputihan yang
berbau ataupun berwarna kuning.

H.RIWAYAT KB

Ny.D pernah memakai alat kontrasepsi suntik yang tiga bulan sekali pada tahun
2013 sampai 2014 selama 1 tahun, setelahnya kadang-kadang memakai alat
kontrasepsi kondom

I.RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU

No Tahun Tipe Penolong JK BB Keadaan Bayi Masalah


Persalinan Lahir Waktu Lahir Kehamilan
1. 2012 SC Dokter di L 3700 Sehat.langsung Hamil post
RS gram menangis date
2. 2017 SC Dokter di P 3600 Sehat.langsung Hamil post
RS GRAM menangis date BDP

Pengalaman menyusui : ya berapa lama: sampai 2 tahun

J.RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI

1.Berapa kali periksa saat hamil

Ny.D mengatakan selama hamil periksa di Puskesmas Mirit, periksa rutin satu
bulan 1 kali, pernah periksa 2 kali di RSUD dr.Soedirman dan di USG Kehamilan
saat ini : G2P1A0 HPHT : 10-09-2016Taksiran Partus : 17-06-2017BB Hamil : 65
kg 2.Masalah kehamilan

Selama kehamilan tidak ada masalah, pasien tidak mempunyai pola kebiasaan
sehari-hari yang dapat mengganggu kehamilanya

3.Persiapan Persalinan

18
Senam hamil dilakukan di puskesmas Mirit, karena pasien mengikuti kelas ibu
hamil, rencana tempat melahirkan sudah direncanakan di RS, perlengkapan
kebutuhan bayi dan ibu sudah disiapkan, kesiapan mental ibu dan keluarga sudah
siap, pengetahuan tentang tanda tanda melahirkan dan proses kelahiran sudah
tahu, perawatan payudara sudah tahu.

K.RIWAYAT PERSALINAN

Pada tahun 2012 melahirkan anak pertama di RS dengan SC indikasi lewat bulan ,
persalinan yang kedua tahun 2017 di RS SC.

L.POLA FUNGSIONAL MENURUT GORDON

1.Pola Persepsi-Managemen Kesehatan

Saat sakit biasanya Ny.D berobat ke Puskesmas, Bidan, Dokter, Dokter spesialis,
RS dan tidak pernah menggunakan obat-obat warung, ataupun obat-obat herbal.
Dan tentang penyakitnya sepenuhnya mengikuti terapi yang diberikan dari pihak
Dokter dan petugas kesehatan yang ada

2. Pola Nurtisi –Metabolik

Sebelum sakit : Ny.D makan rutin 3 kali dalam sehari dengan nasi, lauk, sayur
dan kadang-kadang buah-buahan, minum 7-8 gelas sehari dengan jenis air putih,
dan kadang-kadang teh manis/es teh

Selama sakit : Ny. D belum boleh minum atau makan apapun

3.Pola Eliminasi

Sebelum sakit : Ny.D mengatakan biasanya BAK (buang air kecil) 4-5 kali sehari,
warna kuning jernih. BAB (buang air besar) sehari 1-2 kali

Selama sakit : Ny.D BAK lewat saluran kateter, urine yang keluar 500 cc, warna
kemerahan, selama sakit belum pernah BAB

4.Pola Latihan-Aktivitas

19
Sebelum sakit : Ny.D mengatakan tidak mengalami gangguan beraktifitas/gerak,
semua kegiatan dilakukan secara mandiri

Selama sakit : Ny.D mengatakan belum bisa melakukan aktifitas apapun, hanya
bisa menekuk kaki tapi gerakan masih lemah, semua aktifitas dibantu suaminya

5.Pola Kognitif Perseptual

Ny.D tidak memakai kaca mata, pengelihatan, pendengaran, penciuman, dalam


kondisi baik. Ny.D dapat berbicara dengan lancar dan menceritakan kronologis
penyakitnya dan keluhan yang dirasakannya. Menyatakan bahwa nyeri yang
dirasakanya adalah nyeri berat

6.Pola Istirahat-Tidur

Sebelum sakit: Ny. D mengatakan biasanya tidur dalam sehari kurang lebih 8 jam.
Selama sakit : Ny.D mengatakan masih lemes , tirah baring ditempat tidur, belum
bisa miring kanan ataupun kiri

7. Pola Konsep Diri-persepsi Diri

Ny.D mengatakan belum pernah menghadapi penyakitnya, karena baru pertam


kali mengalaminya dan pasien mampu menerima kondisinya.

8. Pola Peran dan Hubungan

Hubungan dengan suami dan keluarga baik, keluarga bergantian menunggui


Ny.D. Keluarga selalu mendukung/memotivasi berperan aktif pada setiap terapi
yang ada. Selama sakit peran Ny.D sebagai ibu rumah tangga/mengurus anak
digantikan oleh ibunya.

9. Pola Reproduksi/Seksual Selama sakit Ny.D tidak bisa menunaikan tugasnya


sebagai istri dari segi seksualitas, tapi suami mengerti dengan kondisinya. Ny.D
mengatakan tidak ingin hamil lagi .

10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres)

20
Ny.D mengatakan bila ada masalah biasanya di selesaikan sendiri atau
diselesaikan dengan suami dan keluarga.

11. Pola Keyakinan Dan Nilai

Ny.D beragam Islam, dalam menghadapi penyakitnya menyerahkan semuanya


kepada Alloh SWT, dan selalu berdoa agar diberi kesembuhan. Tapi karena
kondisinya Ny.D belum bisa melaksanakan sholat wajib seperti biasanya (nifas)

M.PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

BB / TB : 65 kg /158 cm, IMT : 26,10 , Katagori Gemuk

Tanda vital

 Tekanan darah : 110/70 mm Hg


 Nadi : 80 x / menit
 Suhu : 36,5 C
 Penafasan : 20 x/ menit

a. Kepala Leher

Kepala : Normal/Mesocepalus

Mata : sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak mengalami gangguan
penglihatan/visus baik

Hidung : Tidak mengalami kelainan, tidak terdapat polip, tidak ada perdarahan

Mulut : Mukosa mulut tidak kering, bibir tidak lembab, lidah tidak kotor

Telinga : Bersih, tidak ada penumpukan serumen

Leher : Tidak ada benjolan

21
b. Dada
Jantung : Ictus cordis tidak tampak, bunyi pekak, tidak ada suara tambahan
Paru : Tampak simetris, bunyi sonor, suara vesikuler
Payudara : Tampak simetris, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan
Puting susu : Bentuk puting normal, tidak ada lecet pada puting, ASI keluar jika
dipencet areolanya
c. Abdomen
Terdapat luka post SC tertutup kasa dan hipavix, terdapat linea nigra, terdapat
satriae gravidarum tidak ada distensi kandung kemih, tinggi fundus uteri 2 jari
dibawah pusat, kontraksi baik, involusi teraba keras.
d.Perineum dan Genital
Vagina : Normal, tidak kemerahan, agak kotor, tidak bengkak, terdapat selang
kateter urin, keluar darah/flex
Perinium : Utuh, tidak bengkak, kondisi bersih
Lokia : Jumlah kurang lebih 100 cc, warna kemerahan, konsistensi kental, berbau
khas, jenis lokhea rubra.
Hemorrhoid : Tidak ada hemorrhoid
e. Ekstremitas
Ekstremitas atas : Tidak edema, gerak lemah, terdapat selang infus di tangan
kanan, tertutup perban, kering, tidak kotor
Ekstremitas bawah : Edema, kedalaman 0,25 cm, kembali normal dalam 3 detik,
tidak ada varises, tanda homan negatif
N.KEADAAN MENTAL
Adaptasi psikologis : Baik, Ny.D mengatakan menerima kondisi yang dialaminya
O.PROGRAM TERAPI
 Infus RL 20 tpm
 Injeksi Ceftriaxon 2 x 1 gr IV
 Injeksi Ketorolac 2 x 30 mg IV
 Sohobion 1 x1 tab
 Metronidazole 3 x 1 tab

22
P.HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Lab Darah Tgl 13 Juni 2017

 Hb : 13 gr/dl (11,7 - 15,5)


 AL : 29,7 10 ^3/ul(3,6 – 11,0)
 AT : 414 10 ^3/ul (150 – 440)
 AE : 4,2 (3,8 – 5,2)
 HT : 36 (35 – 47)

ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS: Suplai ASI yang tidak Ketidakefektifan
Pasien mengatakan belum bisa adekuat Pemberian ASI
menyusui bayinya, ASI nya
belum keluar.

DO:
Bayi rewel dan sering menangis,
ASI keluar hanya jika dipencet
aerolanya, ASI berwarna bening
kekuningan, dan hanya sedikit,
Klien nampak sedih karena
belum bisa menyusui bayinya.
TD 110/70 mmHg, Nadi 80
x/menit, Suhu 36,5 C, RR 20
x/menit
2. DS: Agen cedera biologis Nyeri
klien mengatakan nyeri
DO:
Klien tampak lemah dan wajah
meringis menahan nyeri,

23
terdapat luka bekas operasi hari
ke 1 tertutup perban dan
hipavix.
TD 110/70mmhg, Nadi 80
x/menit, Suhu 36,5 C, RR
20x/menit.

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN.

1.Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplai ASI yang tidak


adekuat ditandai dengan bayi rewel dan sering menangis, ASI keluar hanya jika
dipencet aerolanya

2.Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan klien meringis
menahan nyeri

C.INTERVENSI KEPERAWATAN

24
Hari/Tgl/ No Tujaan dan KH Intervensi Rasional Paraf
Waktu Dx
Senin, Dx Setelah dilakukan a) Kaji keadaan a)mengidentifikasi
15/6/17 1 tindakan keperawatan payudara klien dan intervensi dini
14.30 selama 2x24 jam, b)Berikan informasi dapat mencegah
ketidakefektifan tentang pentingnya terjadinya lukaatau
pemberian ASI dapat gizi untuk pecah puting tanpa
teratasi dengan klienmenyusui memperhatikan
kriteria hasil : Ibu dan c)Berikan informasi lamanya menyusui.
bayi akan mengalami tentang perawatan b)Mendukung
keefektifan pemberian payudara memberi ASI
ASI yang ditunjukkan d)Berikan terapi pijat melalui pendidikan
Kemantapan oksitosin pada klien klien nutrisional.
pemberian ASI; e)Berikan dorongan c)Membantu
bayi/ibu,Pemeliharaan pada klienuntuk lebih menjamin suplai
pemberian sering menyusui susu adekuat,
ASI,Penyapihan bayinya. mencegah puting
pemberian pecah dan luka,
ASI,Pengetahuan memberikan
pemberian ASI kenyamanan
d)Pijat oksitosin
bermanfaat untuk
memberikan
kenyamanan pada
ibu, mengurangi
bengkak
(engorgement),
mengurangi
sumbatan ASI,
merangsang
pelepasan hormon
oksitosin,
mempertahankan
produksi ASI ketika
ibu dan bayi sakit
e)Kontak awal
mempunyai efek
positif pada durasi
menyusui kontak
kulit mulainya
tugas-tugas ibu
meningkatkan ikatan
dengan bayi
Senin, Dx Setelah dilakukan Manajemen nyeri: a)Teknik terapeutik
15/6/17 2 tindakan keperawatan a)Gunakan tehnik membuka hubungan
14.30 selama 2x24 komunikasi yang saling percaya

25
jam,nyeri berkurang, terapeutik untuk sehinga informasi
dengan kriteria hasil: mengetahui mudah didapat
Nyeri dapat pengalaman nyeri b)Memantau/menge
berkurang, pasien dan evaluasi valuasi tingkat
melaporkan nyeri b)Kaji skala nyeri perkembangan nyeri
terkontrol, ekspresi pasien tiap 6 jam atau pasien dan mengkaji
wajah rileks, skala saat/setelah latihan efektifitas tindakan
nyeri 3 gerak/mobilisasi yang sudah
c)Ajarkan tehnik dilakukan
pengurang c)Nafas dalam
nyerisecara non meningkatkan suplai
farmakologi (nafas O2, relaksasi
dalam, distraksion, menurunkan
relaksasi, dll) dan ketegangan otot
evaluasi hasilnya d)Meningkatkan
verbal/ non verbal aliran balik vena dan
d)Anjurkan mobilitas memperlancar
sesuai kemampuan peredaran darah
e)Kelola terapi sesuai e)Tindakan
indikasi pengurang nyeri
f)Observasi adanya farmokoterapi dan
lochea antibiotic yang
(warna,bau,volume berfungsi
kosistensi mempercepat
g)Observasi adanya penyembuhan luka
kontraksi uterusdan operasi
TFU f)Mengetahui
indikasi
ketidaknormalan
uterus yang dapat
memperberat nyeri
g)Kontraksi dan
TFU indikasi
normal/tidak
pemulihan uterus
yang akan
mempengaruhi
tingkat nyeri pasien

D.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

26
Hari/Tgl/Waktu No Implementasi Respon Paraf
Dx
Senin 1 -Mengkaji keadaan -Payudara tampak
15/6/17 payudara penuh,ASI
15.30 WIB klienMemberikan keluarsedikit bila
informasi tentang gizi areola dipencet
untuk klien menyusui -Ny.D mengatakan
-Memberikan informasi paham makanan apa
tentang perawatan yang dapat
payudara memperlancar ASI
-Memberikan terapi pijat -Ny.D memahami
oksitosin pada klien tentang cara
-Memberikan dorongan perawatan payudara
pada klien untuk lebih yang diajarkan
sering menyusuibayinya -Ny.D kooperatif,
-Menanyakan ke Ny.D suami dapat
tentang pengalaman mempraktekan pijat
nyeri masa lalu meliputi oksitosin
tingkat nyeri dan cara -Bayi sudah rawat
penangananya gabung,klien mulai
menyusui bayinya
meskipun bayi rewel
-Ny.D mengatakan
setelah SC anak
sebelumnya pasti
nyeri, saat nyeri cara
menguranginya
hanya dengan dengan
ditahan saja
Senin 2 -Mengajarkan dan -Ny.D mengatakan
15/6/17 mempraktekan tehnik nyeri berkurang dan

27
16.10 WIB pengurang nyeri : nafas akan mengajarkan
dalam dan relaksasi, dan tehnik yang di
mengevaluasi hasilnya ajarkan setiap nyeri
baik verbal atau non datang
verbal -Injeksi Ketorolak 30
-Memberi injeksi mg IV dan Injeksi
pengurang rasa nyeri Ceftriaxon 1 gr IV
ketorolak IV dan masuk
Ceftriaxon 1 gr serta
menjelaskan fungsi obat
yang diberikan

E.EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Waktu No Evaluasi Paraf


Dx
Selasa,16/6/17 1 S: Ny.D mengatakan ASI nya sedikit –
16.30 WIB sedikit keluar, dan bayinya sudah tidak
terlalu rewel.
O: Ny.D dapat mempraktekkan pijat
oksitosin yang telah diajarkan penulis,
payudara masih teraba keras dan terlihat
kooperatif.
A: Masalah ketidakefektifan pemberian
ASI belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
● Memberikan terapi pijat oksitosin pada
klien
● Memberikan dorongan pada klien
untuk lebih sering menyusui bayinya
Selasa,16/6/17 S: Ny.D mengatakan nyeri sudah
16.3 5 WIB berkurang dan bisa mengontrol nyeri

28
O: Skala nyeri berkurang menjadi 4,
panjang episode nyeri berkurang.,Ny. D
tampak rileks dan tidak ada ketegangan
otot.Tanda vital TD : 110/80 mmHg,
RR : 18x/mnt, N: 85x mnt, S: 36,3oC
A: Masalah nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
●Kaji tingkat nyeri pasien terhadap efek
dari terapi yang sudah diberikan
● Motivasi pasien untuk rutinmelakukan
aktifitas/mobilisasi sesuai kemampuan
dan mengurangi tirah baring di tempat
tidur
●Kelola terapi obat sesuai indikasi

BAB IV

PEMBAHASAN

29
A.Pengkajian

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 13 Juni


2017 pukul 12.05 WIB diperoleh data pasien beridentitas, nama Ny. D berusia
25 tahun, berjenis kelamin perempuan.

Saat pengkajian didpatkan keluhan utama pada Ny. D adalah pasien


mengatakan ASI belum keluar dengan lancar sehingga belum bisa menyusui
bayinya. Riwayat kesehtana sekarang post SC hari ke-1 klien mengeluh belum
bisa menyusui bayinya, ASInya belum keluar dengan lancar, Dari hasil observasi
didapatkan data bayi rewel dan sering menangis, ASI baru keluar jika dipencet
aerolanya, ASI berwarna bening kekuningan, dan hanya sedikit. Selain itu juga
didapatkan hasil pengkajian klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi.

Pada riwayat kehamilan dahulu Ny D mengatakan waktu melahirkan anak


pertama dan kedua dengan persalinan SC di RSUD Kebumen.

Riwayat ginekologi didapatkan bahwa Ny.D pertama kali mendapat


menstruasi pada umur 13 tahun, siklus haid teratur setiap bulan, lamanya haid 7
hari, banyaknya darah yang keluar cukup dan biasanya tidak disertai nyeri perut.
Ny.D belum pernah mengalami keputihan yang berbau ataupun berwarna kuning.

Ny D pernah memakai alat kontrasepsi suntik yang tiga bulan sekali pada tahun
2013 sampai 2014 selama 1 tahun, setelahnya kadang-kadang memakai alat
kontrasepsi kondom

Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada Ny D adalah keadaan umum


composmentis,tanda-tanda vital Ny D yaitu tekanan darah : 110/70 mm Hg,Nadi :
80 x / menit ,Suhu : 36,5 C, Penafasan : 20 x/ menit , Berat badan 65 kg,Tinggi
badan 158 cm. Pada pemeriksaan kepala didapatkan bentuk kepala Mesocepalus,

Pada mata sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,hidung simetris,tidak ada
polip,pada mulut didapatkan mukosa mulut tidak kering, bibir tidak
lembab,telinga bersih tidak ada penumpukan serumen,tidak terdapat benjolan

30
pada leher. Inspeksi payudara simetris anatara kanan dan kiri,bentuk puting
normal ASI keluar jika dipencet areolanya .
Pada inspeksi paru-paru terlihat pengembangan dada simetris kanan dan
kiri, perkusi terdengar sonor dan auskultasi terdengar vesikuler. Pada inspeksi
jantung ictus cordis tidak tampak, perkusi terdengar pekak dan tidak ada suara
tambahan, pada abdomen terdapat luka post SC tertutup kasa dan hipavix, terdapat
linea nigra.. Ekstremitas atas tangan tidak edema,terdapat selang infuse di tangan
kanan. Ekstremitas bawah kaki mengalami edema. Pada pemeriksaan genetalia
terdapat perdarahan,tidak ada kemerahan dan tidak tidak bengkak.
Pengkajian pola fungsi kesehatan menggunakan fungsi Gordon didapatkan
data pola nutrisi Ny D makan rutin 3 kali dalam sehari dengan nasi, lauk, sayur
dan kadang-kadang buah-buahan, minum 7-8 gelas sehari dengan jenis air putih,
dan kadang-kadang teh manis/es teh .
Pemeriksaan penunjang pasien didapatkan Hb : 13 gr/dl (11,7 - 15,5)

AL : 29,7 10 ^3/ul(3,6 – 11,0),AT : 414 10 ^3/ul (150 – 440), AE : 4,2 (3,8 – 5,2)

HT : 36 (35 – 47)

B.Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data focus pengkajian penulis merumusakan diagnosa


keperawatan prioritas utama masalah yaitu Ketidakefektifan pemberian ASI
berhubungan dengan suplai ASI yang tidak adekuat . Menurut (Nurarif,2015)
Ketidakefektifan pemberian ASI adalah ketidakpuasan atau kesulitan ibu dan bayi
menjalani proses pemberian ASI.

C.Intervensi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan


ketidakefektifan pemberian ASI dapat teratasi dengan kriteria hasil : Ibu dan bayi
akan mengalami keefektifan pemberian ASI yang ditunjukkan Kemantapan
pemberian ASI. Dan Nyeri berkurang, dengan kriteria hasil: Nyeri dapat
berkurang dan ibu melaporkan nyeri terkontrol

31
D.Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan seesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang mencakup kepada tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan
kemampuan,pedoman dan keismpulan perawat dan bukan petunjuk dari tenaga
kesehatan lain(Mitayani,2009)
Implementasi dilakukan pada tanggal 15 Juni 2017,Implementasi
dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat.
Implementasi untuk diagnosa pertama dilakukan pada tanggal 15 Juni
2017: 1) Mengkaji keadaan payudara klien 2) Memberikan informasi tentang gizi
untuk klien menyusui 3)Memberikan informasi tentang perawatan payudara
4)Memberikan terapi pijat oksitosin pada klien 5)Memberikan dorongan pada
klien untuk lebih sering menyusuibayinya 6)Menanyakan ke Ny.D tentang
pengalaman nyeri masa lalu meliputi tingkat nyeri dan cara penangananya

Implementasi untuk diagnosa kedua dilakukan pada tanggal 15 juni 2017:


1)Mengajarkan dan mempraktekan tehnik pengurang nyeri : nafas dalam dan
relaksasi, dan mengevaluasi hasilnya baik verbal atau non verbal 2)Memberi
injeksi pengurang rasa nyeri ketorolak IV dan Ceftriaxon 1 gr serta menjelaskan
fungsi obat yang diberikan

E.Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah hasil dari perkembangan pasien dengan


berpedoman pada hasil dan tujuan yang akan dicapai oleh penulis. Evaluasi pada
15 Juni 2017. Pada diagnosa pertama Subjektif : pasien mengatakan ASI nya
sedikit –sedikit, Objektif : pasien dapat mempraktekkan pijat oksitosin yang telah
diajarkan penulis, payudara masih teraba keras dan terlihat kooperatif,Asasment :
masalah belum teratasi, Planning: : Lanjutkan intervensi, Memberikan terapi pijat
oksitosin pada klien, memberikan dorongan pada klien untuk lebih sering
menyusui bayinya. Dan pada diagnose kedua, Subjektif : Pasien mengatakan nyeri

32
sudah berkurang dan bisa mengontrol nyeri, Objektif : Skala nyeri berkurang
menjadi 4, panjang episode nyeri berkurang.,Ny. D tampak rileks dan tidak ada
ketegangan otot.Tanda vital TD : 110/80 mmHg, RR : 18x/mnt, N: 85x mnt, S:
36,3oC, Asasment : Masalah belum teratasi, Planning :Lanjutkan intervensi , Kaji
tingkat nyeri pasien terhadap efek dari terapi yang sudah diberikan, motivasi
pasien untuk rutin melakukan aktifitas/mobilisasi sesuai kemampuan dan
mengurangi tirah baring di tempat tidur, kelola terapi obat sesuai indikasi

BAB V

PENUTUP

33
A.Kesimpulan

Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan,diperoleh data pasien


bernama Ny D berusia 26 tahun. Keluhan utama pada Ny D adalah pasien
mengatakan ASI belum keluar dengan lancar sehingga belum bisa menyusui
bayinya. Riwayat kesehatan sekarang Ny D post SC hari ke-1 klien mengeluh
belum bisa menyusui bayinya, ASInya belum keluar dengan lancar,Selain itu juga
didapatkan hasil pengkajian klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi.

Penulis menegakkan diagnosa keperawatan 1)Ketidakefektifan pemberian


ASI berhubungan dengan suplai ASI yang tidak adekuat ditandai dengan bayi
rewel dan sering menangis, ASI keluar hanya jika dipencet aerolanya 2)Nyeri
berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan klien meringis
menahan nyeri. Tujuan Intervensi keperawatan dari diagnose tersebut adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari diharapkan ketidakefektifan
pemberian asi dan nyeri dapat teratasi .

Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang


telah dibuat dan Evaluasi dilakukan dan disimpulkan bahwa masalah belum
teratasi daan intervensi dilanjutkan.

B.Saran

1) Saran bagi penulis diharapkan mampu memahami tentang mengefektifkan


proses menyusi yang baik dan benar

2) Saran bagi pasien dan keluarga diharapkan selalu menggali informasi tentang
pemberian ASI secara eksklusif

3) Saran bagi institusi pendidikan diharapkan mampu menambah wawasan


pengetahuan dan keterampilan dalam proses pemebelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Mitayani.(2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

34
NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10. Jakarta: EGC

Nurarif,H.A.,&Kusuma,H(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NandaNic-Noc. Yogyakarta: Mediaction.

Yohana. (2011). Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: Garda Medika

NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi &Klasifikasi 2015-2017 Edisi


10. Jakarta :EGC

Mulyani, S. N,(2013). ASI Dan Paduan Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Bobak. (2005). Buku Ajar Keperwatan Maternitas,Jakarta: EGC

Depkes RI. (2007). Manajemen Laktasi, Jakarta: EGC

Nur Arif dan Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda
NIC-NOC. Edk revisi. Jilid 1 dan 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Nanda, NIC NOC. (2015). Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan


Professional. Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta : Penerbit Medication

35

Anda mungkin juga menyukai