Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

INDEKS BARTHEL

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik)

Dosen Pengampu:

Noor Hidayah, M. Kes

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Nilta Fitria (920173081) 8. Vina Handayani (920173090)


2. Nisrina Rosyada (920173082) 9. Yoga Dzaky M ( 920173091)
3. Novita Eka M (920173083) 10. Wahyu khoddri K (920173093)
4. Rohmatul Aimah (920173085) 11. Afiyanti Riyana D (920173142)
5. Satya Devana (920173086) 12. Ditawati Putriani D (920173143)
6. Sheila Firdayani (920173087) 13. Ruly Rohadi (920173147)
7. Tri Siswanti (920173089) 14. Ilham Arifiyanto (920173149)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AJARAN 2020/2021

I
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya. Yang telah melimpahkan rahmat hidayah
serta inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelasaikan makalah tentang INDEKS
BARTHEL

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempelancar dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca. Karna kebenaran hanya milik Allah SWT dan yang salah, dosa,
khilaf hanya milik kami.

Kudus, 14 Agustus 2020

Penulis

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya,
sehingga tidak dapatbertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang
diderita. Menurut Orem (2001) menggambarkan lansia sebagai suatu unit yang juga
menghendaki kemandirian dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraannya.
Faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari
–hari seperti usia, imobilitas dan mudah jatuh (Ediawati, 2012).

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia tentunya akan mempengaruhi


kemandirian lansia. Kemandirian adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada
orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau
aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan
atau penyakit (Ediawati, 2012). Kemandirian pada lansia sangat penting untuk merawat
dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Meskipun sulit bagi
anggota keluarga yang lebih muda untuk menerima orang tua melakukan aktivitas
sehari-hari secara lengkap dan lambat. Dengan pemikiran dan caranya sendiri lansia
diakui sebagai individu yang mempunyai karakteristik yang unik oleh sebab itu
perawat membutuhkan pengetahuan untuk memahami kemampuan lansia untuk berpikir,
berpendapat dan mengambil keputusan untuk meningkatkan kesehatanya (Atut,
2013).Lanjut usia sebagai individu sama halnya dengan klien yang digambarkan oleh
Orem (2001) yaitu suatu unit yang juga mengehendaki kemandirian dalam
mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejateraannya. Kemandirian pada lanjut usia
tergantung pada kemampuan status fungsionalnya dalam melakukan aktivitas sehari –
hari (Ediawati, 2012).

alam kamus psikologi kemandirian berasal dari kata “independen” yang diartikan
sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak tergantung pada orang lain dalam
menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri (Husain, 2013). Kemandirian
merupakan sikap individu yang diperoleh secara komulatif dalam perkembangan dimana
individu akanterus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di
lingkungan, sehingga individu mampu berfikir dan bertindak sendiri. Dengan
kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang ke yang lebih
mantap (Husain, 2013).Kemandirian lansia dalam ADL didefinisikan sebagai
kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsi -fungsi kehidupan
sehari -hari yang dilakukan oleh manusia secara rutin dan universal (Ediawati,

III
2013). Untuk menilai ADL digunakan berbagai skala seperti Katz Index,Barthelyang
dimodifikasi.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar Belakang diatas maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Apa Pengertian dari Indeks Barthel?


2. Bagaimana Indikasi dari Indeks Barthel?
3. Bagaimana format Pengkajian dari Indeks Barthel?

C. TUJUAN
Makalah ini Disusun Untuk:
1. Mengetahui Pengertian dari Indeks Barthel
2. Mengetahui Indikasi penggunaan Indeks Barthel
3. Mengetahui format Pengkajian dari Indeks Barthel

IV
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Indeks Barthel adalah suatu indeks untuk mengukur kualitas hidup seseorang dilihat dari
kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Activity of Daily Living, ADL)
secara mandiri (Shafi'i, Sukiandra, & Mukhyarjon, 2016).

Indeks Barthel umum digunakan karena sifat pengerjaannya yang sederhana dan tidak
memerlukan keahlian khusus karena hanya mengamati kemampuan pasien melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari (Shafi'i, Sukiandra, & Mukhyarjon, 2016).

Indeks Barthel berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan
mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional
bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan. Tingkat kemandirian
diklasifikasikan menjadi 10 indikator (Hermansyah, Lina, & Aminoto, 2015). 10 indikator
yaitu makan, mandi, Perawatan diri (Grooming), berpakaian, buang air besar, buang air kecil,
penggunaan toilet, Transfer (Berpindah), Mobilisasi (Bergerak), dan naik turun tangga ini
diperoleh dari pengkajian dengan Indeks Barthel (Idris & Estherine, 2016)

B. INDIKASI
Indikasi pasien untuk dikaji menggunakan tabel pengkajian indeks barthel sebagai
berikut:

1. Ketika usia lanjut jatuh sakit, gejala awal dari penyakit yang baru atau eksaserbasi akut
dari penyakit kronisnya sering kali tidak berupa satu keluhan yang spesifik pada
sistimorgan yang terkena. Sebaliknya usia lanjut yang mengalami sakit akan
memperlihatkan keluhan yang nonspesifik, bahkan tidak jarang merupakan manifestasi
dari kemunduran fungsi. Beberapa gangguan fungsi yang dapat diamati berupa:
a. Berhenti makan atau minum
b. Jatuh
c. Inkontinensia urin
d. Pusing
e. Kebingungan tiba-tiba
f. Demensia
g. Kehilangan berat badan
h. Kegagalan berkembang
i. Psikis

2. Immobilitas, gangguan kognitif, inkontinesia, serta nutrisi yang jelek sering kali
merupakan manifestasi awal dari penyakit. Lansia dengan penyakit yang mengakibatkan

V
kemunduran fungsi pada usia lanjut biasanya dapat dirawat bahkan diperbaiki tapi deteksi
dini melalui evaluasi klinis merupakan langkah penting yang harus diambil dahulu
dengan menggunakan indeks barthel.

3. Banyak cara untuk mengukur outcome pada pasien stroke baik dari segi motorik maupun
kualitas hidup, salah satunya dengan Indeks Barthel. Indeks Barthel adalah suatu indeks
untuk mengukur kualitas hidup seseorang dilihat dari kemampuan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari (Activity of Daily Living, ADL) secara mandiri (Shafi'i, Sukiandra,
& Mukhyarjon, 2016).

4. Observasi menggunakan lembar observasi dan kuesioner kepada pasien kusta di Rumah Sakit
Kusta Kediri. Peneliti mengobservasi menggunakan lembar untuk mengetahui tingkat
kecacatan pasien kusta, sedangkan untuk mengetahui ADL pada penderita cacat kusta peneliti
memberikan kuesioner dengan melakukan wawancara terstruktur yang berisi pertanyaan-
pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti dan untuk dijawab oleh responden. Hasil dari
lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian dimasukkan ke dalam tabel data
dan diolah dengan software komputer. Lembar kuisioner tersebut menggunakan tabel
pengkajian indeks barthel (Idris & Estherine, 2016).

C. FORMAT PENGKAJIAN INDEKS BARTHEL

Nama Klien :
Usia :
Jenis Kelamin :

No. Kegiatan Nilai Keterangan


1. Mengontrol BAB (Bladder) 0 Inkontinensia
1 Kadang-kadang inkontinensia
2 Kontinensia teratur
2. Mengontrol BAK (Bowel) 0 Inkontinensia
1 Kadang-kadang inkontinensia
2 Kontinensia teratur
3. Membersihkan diri (Lap, muka, sisir 0 Butuh pertolongan orang lain
rambut, sikat gigi) 1 Mandiri
4. Toileting 0 Tergantung pertolongan orang lain
1 Perlu pertolongan pada beberapa
aktivitas, tetapi aktivitas masih bisa
dikerjakan sendiri
2 Mandiri
5. Makan (Feeding) 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan orang lain
2 Bantuan minimal 2 orang
3 Mandiri

VI
6. Berpindah tempat dari kursi ke 0 Tidak mampu
tempat tidur 1 Butuh pertolongan orang lain
2 Bantuan minimal 2 orang
3 Mandiri
7. Mobilisasi atau berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa berjalan dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan orang lain
3 Mandiri (kadang dibantu)
8. Berpakaian (Dressing) 0 Tergantung pertolongan orang lain
1 Sebagian dibantu
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung pertolongan orang lain
1 Mandiri
Total Nilai

Keterangan:

0-4 : Ketergantungan total


5-8 : Ketergantungan berat
9-11 : Ketergantungan sedang
12-19 : Ketergantungan ringan
20 : Mandiri

No. Kegiatan Dengan Mandiri


Bantuan
1. Makan 5 10
2. Aktivitas toilet 5 10
3. Berpindah tempat dari kursi ke
5-10 15
tempat tidur
4. Membersihkan diri (Lap, muka, sisir
0 5
rambut, sikat gigi)
5. Mandi 0 5
6. Mobilisasi atau berjalan 10 15
7. Naik turun tangga 5 10
8. Berpakaian 5 10
9. Mengontrol defekasi 5 10
10. Mengontrol berkemih 5 10
Total

Keterangan :
0-20 : Ketergantungan
21-61 : Ketergantungan berat/Sangat tergantung
62-90 : Ketergantungan sedang
91-99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

VII
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indeks Barthel adalah suatu indeks untuk mengukur kualitas hidup seseorang dilihat dari
kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Activity of Daily Living, ADL)
secara mandiri. Indeks Barthel berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal
perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai
kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan.
Lansia dengan penyakit yang mengakibatkan kemunduran fungsi pada usia lanjut
biasanya dapat dirawat bahkan diperbaiki tapi deteksi dini melalui evaluasi klinis merupakan
langkah penting yang harus diambil dahulu dengan menggunakan indeks barthel. Banyak
cara untuk mengukur outcome pada pasien stroke baik dari segi motorik maupun kualitas
hidup, salah satunya dengan Indeks Barthel.
B. Saran
Setelah mempelajari dan mengetahui bagaimana konsep pengkajian kepada lansia
dengan menggunakan indeks maka sebagai seorang perawat nantinya kita harus tepat dalam
melakukan pengkajian yang menyeluruh sehingga dapat melakukan penanganan yang tepat
pada pasien lanjut usia

VIII
DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah, Lina, R., & Aminoto, T. (2015). PENGARUH BREATHING EXERCISE


TERHADAP KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI PANTI WERDHA RIA
PEMBANGUNAN. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vo.l 2 No. 2 , 57-64.

Idris, D., & Estherine, P. (2016). ACTIVITY OF DAILY LIVING PENDERITA


KUSTA BERDASARKAN TINGKAT CACAT DENGAN INDEKS BARTHEL. Jurnal
STIKES Vol. 9 No. 1 .

Shafi'i, J., Sukiandra, R., & Mukhyarjon. (2016). CORRELATION OF STRESS


HYPERGLYCEMIA WITH BARTHEL INDEX IN ACUTE NON-HEMORRHAGIC
STROKE PATIENTS AT NEUROLOGY WARD OF RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU. JOM Vol. 3 No. 1 .
Ediawati, Eka. 2013. Gambaran Tingkat KemandirianDalam Actuvity Of Daily
Living (ADL) Dan Resiko Jatuh Pada Lansia DI Panti Sosial Trsna Wredha Budi
Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur.(Skripsi, Universitas Indonesia). Diunduh dari :
digital_20314351-S43833-Gambaran tingkat.pdf

IX

Anda mungkin juga menyukai