Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PARTUS SPONTAN

PADA PASIEN NY. T DENGAN PERDARAHAN

DI RUANG BUGENVIL RSUD RA KARTINI JEPARA

Disusun oleh :

Nama : Frisca Bayu Melati

Nim : 62019040024

Prodi : Profesi Ners

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Jalan Ganesha 1 Purwosari Kudus Telp./Faks.(0291)442993/437218 Kudus 59316


Website : http://www.stikesmuhkudus.ac.id
A. Definisi
Pesalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada
letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui
jalan lahir.
Masa nifas (puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8
minggu.(Rustam Mochtar, 2012).
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat –
alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal (Barbara F. weller 2010).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam (Abdul Bari Saifuddin, 2010).

B.  Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf
dan nutrisi (Hafifah, 2011).

a) Teori penurunan hormone


1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.

b) Teori placenta menjadi tua


Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

c) Teori distensi rahim


Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

d) Teori iritasi mekanik


Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion
ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

e) Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.

C. Tanda dan Gejela


1.   Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta
lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa
nyeri/mules-mules yang disebut after pain post partum terjadi pada hari ke – 2-3 hari.
2.   Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi
menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri
sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.
3.  After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -After pain
meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan darah (stoll
cell) dalam cavum uteri .
4.   Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum
sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi
endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh
kembali.
Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut,
tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari pinggir luka.
5.  Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui
mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
6.   Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas, sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak.
Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau
anyir, tetapi tidak busuk.
Lochia dibagi dalam beberapa jenis :
1) Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion,
liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
2) Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak
serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
3) Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair
dan tidak berdarah lagi.
4) Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir, mengandung
leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.
7. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan
pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui
oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun mencapai
ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum,
rugae mulai nampak kembali.
8.  Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang
begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat striae
melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang
terlalu besar atau bayi kembar.
9.  Perubahan Sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan
eksresi cairan extra vasculer. Curah jantung/cardiac output kembali normal setelah
partus
10. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan
hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema
trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin.
Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
11. Perubahan sistem Gastro Intestina;
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas
12. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari
ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang,
membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler).
13. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat
dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan
mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung antibodi.
bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra indikasi
14. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali
dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina
ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
15. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan
ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring lepasnya
placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai
mekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama.
16. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan
ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus
diperhatikan secara serius.
17. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24
hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin
meningkat untuk proses laktasi

D. Etiologi Perdarahan Post Partum


Banyak faktor yang dapat menyebabkan perdarahan post partum, antara lain 4T
(Tone dimished, Trauma, Tissue, Thrombin):
1. Tone Dimished : Atonia uteri

Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak mampu untuk
berkontraksi dengan baik dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.
Perdarahan postpartum secara fisiologis di kontrol oleh kontraksi serat - serat
myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah
pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak
dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan
lembek pada palpusi. Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha
melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari uterus. Atonia uteri
merupakan penyebab utama perdarahan postpartum.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri:

o Manipulasi uterus yang berlebihan.


o General anestesi (pada persalinan dengan operasi ), Anestesi yang dalam.
o Uterus yang teregang berlebihan.
o Kehamilan kembar.
o Fetal macrosomia ( berat janin antara 4500 - 5000 gram ).
o Polyhydramnion.
o Kehamilan lewat waktu, Partus lama.
o Grande multipara ( fibrosis otot-otot uterus ).
o Infeksi uterus ( chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia ).
o Plasenta previa, Solutio plasenta (Fransisca, 2012).

2. Tissue

o Retensio plasenta
o Sisa plasenta
o Plasenta acreta dan variasinya.

Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu dinamakan
retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena : plasenta belum lepas dari dinding
uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, tapi apabila terlepas
sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :

o Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)


o Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis
menembus desidva sampai miometrium - sampai dibawah peritoneum
(plasenta akreta - perkreta)

Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus
yang menghalangi keluarnya plasenta ( inkarserasio plasenta ). Sisa plasenta yang
tertinggal merupakan penyebab 20 - 25 % dari kasus perdarahan postpartum.
(Fransisca, 2012).

3. Trauma

Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir
akibat :

o Ruptur uterus
o Inversi uterus
o Perlukaan jalan lahir
o Vaginal hematom

Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan
antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya, dan
persalinan dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat jaringan
parut section secarea sebelumnya.
Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya terjadi
karena persalinan secara operasi ataupun persalinan pervaginam dengan bayi
besar, terminasi kehamilan dengan vacum atau forcep, walaupun begitu laserasi bisa
terjadi pada sembarang persalinan. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa
vagina dan vulva akan menyebabkan hematom, perdarahan akan tersamarkan dan
dapat menjadi berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama beberapa jam dan
bisa menyebabkan terjadinya syok.
Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai artery
atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada penundaan antara episitomi dan
persalinan, atau jika ada penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi.
Perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah menyala ) dan kontraksi uterus baik
akan mengarah pada perdarahan dari laserasi ataupun episitomi. Ketika laserasi
cervix atau vagina diketahui sebagai penyebab perdarahan maka repair adalah
solusi terbaik.
Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki kovum uteri, sehingga tundus
uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba
dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Inversio uteri dapat dibagi :

o Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang
tersebut.
o Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
o Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak
diluar vagina.

Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat crede pada
korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta
yang belum lepas dari dinding uterus. Pada penderita dengan syok perdarahan dan
fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah
persalinan selesai.
Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas servix uteri atau
dalam vagina. Kelainan tersebut dapat menyebabkan keadaan gawat dengan angka
kematian tinggi ( 15 - 70 % ). Reposisi secepat mungkin memberi harapan yang
terbaik untuk keselamatan penderita. (Fransisca, 2012)

4. Thrombin : Kelainan pembekuan darah

Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan


ataupun didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :

o Hipofibrinogenemia,
o Trombocitopeni,
o Idiopathic thrombocytopenic purpura,
o HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet
count ),
o Disseminated Intravaskuler Coagulation,
o Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit
karena darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen fibrin dan
trombosit sudah rusak. (Fransisca, 2012)

F. Faktor Resiko Perdarahan Post Partum


Riwayat hemorraghe postpartum pada persalinan sebelumnya merupakan faktor
resiko paling besar untuk terjadinya perdarahan postpartum sehingga segala upaya
harus dilakukan untuk menentukan keparahan dan penyebabnya. Beberapa faktor lain
yang perlu kita ketahui karena dapat menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum :

1. Grande multipara
2. Perpanjangan persalinan
3. Chorioamnionitis
4. Hipertensi
5. Kehamilan multiple
6. Injeksi Magnesium sulfat
7. Perpanjangan pemberian oxytocin (Fransisca, 2012)

G. Manifestasi Klinik Perdarahan Post Partum

1. Tanda - tanda perdarahan post partum secara umum :

o Perdarahan postpartum dapat berupa perdarahan yang hebat dan


menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan
syok. Atau dapat berupa perdarahan yang merembes perlahan - lahan tapi
terjadi terus menerus sehingga akhirnya menjadi banyak dan menyebabkan ibu
lemas ataupun jatuh kedalam syok.
o Pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil
o Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan
tekanan darah (sistolik <90 mmHg) nadi (>100x / menit) dan napas cepat, pucat
(Hb <8%), extremitas dingin, sampai terjadi syok (Ambar, 2010).
2. Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri

1. Gejala yang selalu ada : Uterus tidak berkontraksi dan


lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan postpartum
primer).
2. Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok (tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan
lain-lain)

b. Robekan jalan lahir

 Gejala yang selalu ada : perdarahan segera, darah


segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
 Gejala yang kadang - kadang timbul : pucat, lemah,
menggigil.

c. Retensio plasenta

 Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah


30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
 Gejala yang kadang - kadang timbul : tali pusat putus
akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan

d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)

 Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian


selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera
 Gejala yang kadang - kadang timbul : Uterus
berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

e. Inversio uterus

 Gejala yang selalu ada : uterus tidak teraba, lumen


vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan
segera, dan nyeri sedikit atau berat.
 Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok neurogenik
dan pucat (I.B.G Manuaba, 2007)

H. Patofisiologi Perdarahan Post Partum


Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum
sehingga sinus - sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan
akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan
demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang
luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan
sirkulasi ke sana, atonia uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus
menurun sehingga pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempura sehingga
terjadi per darahan terus menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi yang lebar,
laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya
pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia
karena tidak ada kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga
merupakan penyabab dari perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan
bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada
tempat implementasinya yang akan menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi
otot uterus, sehingga sebagian pembuluh darah terbuka serta menimbulkan perdarahan.
Perdarahan placenta rest dapat diterangkan dalam mekanisme yang sama dimana akan
terjadi gangguan pembentukan thrombus di ujung pembuluh darah, sehingga
menghambat terjadinya perdarahan. Pemebentukan epitel akan terganggu sehingga
akan menimbulkan perdarahan berkepanjangan (Manuaba, 2009).

I. PATHWAY

etiologi

Atonio uteri Persalinan dg tindakan Retensio Inversio uteri


(episotomi), robekan plasenta
servik, robekan perinueum
Fundus uteri
Kegagalan
Plasenta tdk dpt terbalik
miometrum u/
Terputusnya terlepas, masih ada sbgn/seluruhnya
berkontraksi
kontiniutas sisa plasenta dlm masuk kedlm
pembuluh darah rahim cavum uteri
Uterus dlm keadaan
relaksasi, melebar,
Mengganggu Linkaran
melembek
kontraksi kontriksi
uterus uterus akn
Pembuluh darah tdk mengecil
mampu berkontraksi
Pembuluh darah tdk dpt
menutup Uterus akan
terisi dg
Pembuluh darah
darah
tetap terbuka

PENDARAHAN POST PARTUM


(PENDARAHAN PASCA PERSALINAN)
Penurunan jml Berlangsung Terbentuknya porte Persalinan dg
cairan intra secara terus de entre (pintu tindakan
veskuler menerus masuknya virus & (episiotomi),
bakteri patogen) robekan servik,
Volume darah robekan perineum
Jumlah HB dlm
darah menurun menurun
Virus & bakteri dpt dg
mudah masuk ke dalam Prosedur invansif
Mk: kekurangan tubuh sehingga
Suplai O2 ke
volume cairan menyebabkan infeksi
jaringan Terputusnya
menurun kontinuitas jaringan
Mk : Resiko
Hipoksia jaringan infeksi
nyeri
5L, mukosa pucat, akral
MK: Gangguan perfusi
dingin, konjungtiva anemis,
jaringan Mk : Nyeri akut
nadi lebih cepat tapi lemah

J. Komplikasi Perdarahan Post Partum


Komplikasi perdarahan postpartum adalah

1. Anemia yang dapat memperlemah kondisi klien, menurunkan daya tahan dan
menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi nifas.
2. Kematian akibat kehilangan darah yang tidak dapat ditangani. (Harry Oxorn, 2010)

K. Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum

1. Penatalaksanaan Medis

Terapi Medis yang dapat digunakan

o Methergine 0,2 mg peroral setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. Dukung dengan


analgesik bila terjadi kram.
o Pitocin 10 - 20 unit dalam 1000 cc cairan IV
o Methergine 0,2 mg IM bila tidak ada riwayat hipertensi
o Prostin supositoria pervagina, uterus atau rectum
o Bila perdarahan terus berlanjut beri Hernabate 1 ampul per IM setiap 5 menit
sebanyak tiga kali. Berikan dosis pertama 10 menit setelah pemberian Prostin
(Geri Morgan, 2009).

2. Penatalaksanaan Keperawatan Penunjang Medis

o Tekan bagian segmen uterus bagian bawah dan keluarkan bekuan darah
o Periksa konsistensi uterus

1. Bila terjadi atonia, pijat uterus


2. Bila tidak ada respon, lakukan kompresi bimanual
3. Berikan oksitoksik dan atau ergot, seperti berikut :

 Pitocin 10 - 20 unit dalam 1000 cc cairan IV


 Methergine 0,2 mg IM bila tidak ada riwayat hipertensi
 Prostin supositoria pervagina, uterus, atau rectum
 Bila perdarahan uterus berlanjut berikan Hernabate 1 ampul
per IM setiap 5 menit sebanyak tiga kali. Beri dosis pertama 10
menit setelah pemberian prostin.

4. Lanjutkan kompresi bimanual


5. Pantau TTV dan tanda syok

o Bila uterus terus berkontraksi dan perdarahan terus berlanjut, perhatikan


apakah ada laserasi.

 Bila laserasi vagina atau perineum derajat pertama atau kedua,


segera perbaiki
 Bila laserasi serviks atau laserasi vagina atau laserasi perineum
derajat tiga atau empat: jepit perdarahan dan lakukan perbaikan bila
terjadi hemostasis

o Bila terjadi tanda - tanda syok:

 Berikan infuse RL dengan cepat


 Baringkan pasien dengan kaki sedikit dinaikkan
 Berikan oksigen melalui masker
 Jaga pasien agar tetap hangat, beri selimut
 Pantau tanda - tanda vital

o Pada kasus yang ekstrem, pertimbanngkan untuk melakukan hal-hal berikut:

 Injeksi oksitosin secara langsung ke uterus dengan trompet lowa


 Lakukan kompresi aorta
 Lakukan histerektomi atau D&C bila diperlukan
o Penatalaksanaan tindak lanjut

Lakukan uji hemotokrit :

 Saat 12 jam setelah pelahiran


 Saat 24 jam sesudah pelahiran

L. Pengkajian Keperawatan

1. Pengkajian

Identitas klien : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun

2. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama
2. Riwayat kehamilan dan persalinan
3. Riwayat kesehatan

 Riwayat kesehatan dahulu


 Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada yang
mempunyai riwayat yang sama

1. Pengkajian Fisik

1. Tanda-tanda vital

 Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)


 Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
 Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
 Suhu : Normal/ meningkatn
 Kesadaran : Normal / turun (Barbara R.Stright, 2004)

2. Inspeksi

 Inspeksi perineum apakah ada memar, bengkak, dan karakteristik


episiotomi
 Kaji karakter lokia, yakni warna, bau dan jumlah
 Pervaginam: keluar darah, robekan
 Inspeksi kaki apakah ada edema atau goresan merah
 Inspeksi payudara adakah area kemerahan
 Inspeksi putting susu apakah ada pecah-pecah, memepuh dan
perdarahan( Barbara R. Stright, 2004)

3. Palpasi
 Palpasi apakah uterus lembek, lokasi dan nyeri tekan
 Palpasi adakah nyeri tekan, hangat, benjolan, dan nyeri pada kaki
 Palpasi payudara untuk memeriksa bengkak, benjolan dan nyeri tekan
 Kulit apakah dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refil
memanjang
 Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang

4. Pola pengkajian keluarga

 Aktivitas istirahat : Insomia mungkin teramat.


 Sirkulasi : kehilangan darah selama proses post portum
 Integritas ego : Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat
kira-kira 3hari setelah melahirkan “post portum blues”
 Eliminasi : BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5
 Makan dan cairan : Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-
kira sampai hari ke 5
 Persepsi sensori: Tidak ada gerakan dan sensori
 Nyeri dan ketidaknyamanan: Nyeri tekan payudara dan pembesaran
dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
 Seksualitas:

 Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran


menurun satu jari setiap harinya
 Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2
 Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama

 Pengkajian Psikologis

 Apakah pasien dalam keadaan stabil


 Apakah pasien biasanya cemas sebelum persalinan dan masa
penyembuhan

M. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

1. Biakan dan uji sensitivitas (pada luka, drainase atau urine) digunakan untuk
mendiagnosis infeksi
2. Venografi adalah metode yang paling akurat untuk mendiagnosis thrombosis
vena profunda
3. Ultrasonografi Doppler real-time dan Ultrasonografi Doppler berwarna adalah
metode diagnostik untuk mendiagnosis adanya tromboflebitis dan thrombosis.
4. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/ produk spilit
fibrin (SDP/FSP)
6. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
N. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervagina


2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervagina
3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan

O. Intervensi Keperawatan

1.         Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervagina


Tujuan & KH : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan
Rencana tindakan :
a. Monitor tanda vital
Rasional: Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat
b. Monitor intake dan output
Rasional: Mengetahui masukan dan keluaran tubuh
c. Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap
terlentang
Rasional: Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan
memungkinkan darah keotak dan organ lain.
d. Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan
diatas simpisis
Rasional: Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu
pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio
uteri
e. Batasi pemeriksaan vagina dan rektum
Rasional: Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan
terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks /
perineum atau terdapat hematom. Bila tekanan darah semakin turun, denyut
nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan
semakin hebat, segera kolaborasi.
f. Berikan antibiotik
Rasional: Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan
pada subinvolusio
2. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervagina
Tujuan & KH : Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
Rencana keperawatan:
a. Monitor tanda vital
Rasional: Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
b. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
Rasional: Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan
perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin
c. Kaji ada / tidak adanya produksi ASI
Rasional: Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan
dalam produksi ASI
d. Berikan terapi oksigen
Rasional: Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi sirkulasi
jaringan
3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas intensitas/beratnya nyeri, dan faktor pencetus
Rasional: Untuk mengetahui berat nyeri yang dirasakan pasien
b. Ajarkan penggunaan tekik non farmakologi
Rasional: Untuk menurunkan intensitas nyeri dengan nafas dalam ataupun
relaksasi yang lain untuk mengalihkan rasa nyeri
c. Berikan informasi mengenai nyeri
Rasional: Agar pasien tidak semakin cemas dan meningkatkan nyeri
d. Pastikan perawatan analgetik bagi pasien
Rasional: Nyeri berat membutuhkan terapi medis untuk menurunkannya

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, M. Irene. 2009. Perawatan Maternitas dan Gynekologi. Bandung: VIA PKP
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.
Manuaba, Ida Bagus. 2012. Ilmu Kebidanan,Penyakit kandungan, dan keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: TIM.
Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC : Jakarta
Saifuddin, Abdul Bari. 2011. Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Tridasa Printer
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sarwono, P.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakart: Penerbit Fitramaya.
Varney, Hellen, dkk. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume1. Jakarta: EGC
Anggraini, Yetti.2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yogyakarta : Pustaka
Rihama Jannah, N. 2011. Asuhan Ibu nifas. Jakarta: AR-RUZZ MEDIA Prawirohadjo
SP Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta : Fitramaya Sunarsih, tri dan
vivian
Nanny Lia D. 2011. Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai