Disusun oleh :
Nim : 62019040024
B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf
dan nutrisi (Hafifah, 2011).
e) Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak mampu untuk
berkontraksi dengan baik dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.
Perdarahan postpartum secara fisiologis di kontrol oleh kontraksi serat - serat
myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah
pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak
dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan
lembek pada palpusi. Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha
melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari uterus. Atonia uteri
merupakan penyebab utama perdarahan postpartum.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri:
2. Tissue
o Retensio plasenta
o Sisa plasenta
o Plasenta acreta dan variasinya.
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu dinamakan
retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena : plasenta belum lepas dari dinding
uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, tapi apabila terlepas
sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus
yang menghalangi keluarnya plasenta ( inkarserasio plasenta ). Sisa plasenta yang
tertinggal merupakan penyebab 20 - 25 % dari kasus perdarahan postpartum.
(Fransisca, 2012).
3. Trauma
Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir
akibat :
o Ruptur uterus
o Inversi uterus
o Perlukaan jalan lahir
o Vaginal hematom
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan
antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya, dan
persalinan dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat jaringan
parut section secarea sebelumnya.
Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya terjadi
karena persalinan secara operasi ataupun persalinan pervaginam dengan bayi
besar, terminasi kehamilan dengan vacum atau forcep, walaupun begitu laserasi bisa
terjadi pada sembarang persalinan. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa
vagina dan vulva akan menyebabkan hematom, perdarahan akan tersamarkan dan
dapat menjadi berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama beberapa jam dan
bisa menyebabkan terjadinya syok.
Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai artery
atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada penundaan antara episitomi dan
persalinan, atau jika ada penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi.
Perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah menyala ) dan kontraksi uterus baik
akan mengarah pada perdarahan dari laserasi ataupun episitomi. Ketika laserasi
cervix atau vagina diketahui sebagai penyebab perdarahan maka repair adalah
solusi terbaik.
Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki kovum uteri, sehingga tundus
uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba
dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Inversio uteri dapat dibagi :
o Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang
tersebut.
o Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
o Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak
diluar vagina.
Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat crede pada
korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta
yang belum lepas dari dinding uterus. Pada penderita dengan syok perdarahan dan
fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah
persalinan selesai.
Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas servix uteri atau
dalam vagina. Kelainan tersebut dapat menyebabkan keadaan gawat dengan angka
kematian tinggi ( 15 - 70 % ). Reposisi secepat mungkin memberi harapan yang
terbaik untuk keselamatan penderita. (Fransisca, 2012)
o Hipofibrinogenemia,
o Trombocitopeni,
o Idiopathic thrombocytopenic purpura,
o HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet
count ),
o Disseminated Intravaskuler Coagulation,
o Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit
karena darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen fibrin dan
trombosit sudah rusak. (Fransisca, 2012)
1. Grande multipara
2. Perpanjangan persalinan
3. Chorioamnionitis
4. Hipertensi
5. Kehamilan multiple
6. Injeksi Magnesium sulfat
7. Perpanjangan pemberian oxytocin (Fransisca, 2012)
c. Retensio plasenta
e. Inversio uterus
I. PATHWAY
etiologi
1. Anemia yang dapat memperlemah kondisi klien, menurunkan daya tahan dan
menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi nifas.
2. Kematian akibat kehilangan darah yang tidak dapat ditangani. (Harry Oxorn, 2010)
1. Penatalaksanaan Medis
o Tekan bagian segmen uterus bagian bawah dan keluarkan bekuan darah
o Periksa konsistensi uterus
L. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas klien : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat kehamilan dan persalinan
3. Riwayat kesehatan
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada yang
mempunyai riwayat yang sama
1. Pengkajian Fisik
1. Tanda-tanda vital
2. Inspeksi
3. Palpasi
Palpasi apakah uterus lembek, lokasi dan nyeri tekan
Palpasi adakah nyeri tekan, hangat, benjolan, dan nyeri pada kaki
Palpasi payudara untuk memeriksa bengkak, benjolan dan nyeri tekan
Kulit apakah dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refil
memanjang
Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang
Pengkajian Psikologis
M. Pemeriksaan Penunjang
1. Biakan dan uji sensitivitas (pada luka, drainase atau urine) digunakan untuk
mendiagnosis infeksi
2. Venografi adalah metode yang paling akurat untuk mendiagnosis thrombosis
vena profunda
3. Ultrasonografi Doppler real-time dan Ultrasonografi Doppler berwarna adalah
metode diagnostik untuk mendiagnosis adanya tromboflebitis dan thrombosis.
4. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/ produk spilit
fibrin (SDP/FSP)
6. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
N. Diagnosa Keperawatan
O. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, M. Irene. 2009. Perawatan Maternitas dan Gynekologi. Bandung: VIA PKP
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.
Manuaba, Ida Bagus. 2012. Ilmu Kebidanan,Penyakit kandungan, dan keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: TIM.
Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC : Jakarta
Saifuddin, Abdul Bari. 2011. Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Tridasa Printer
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sarwono, P.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakart: Penerbit Fitramaya.
Varney, Hellen, dkk. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume1. Jakarta: EGC
Anggraini, Yetti.2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yogyakarta : Pustaka
Rihama Jannah, N. 2011. Asuhan Ibu nifas. Jakarta: AR-RUZZ MEDIA Prawirohadjo
SP Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta : Fitramaya Sunarsih, tri dan
vivian
Nanny Lia D. 2011. Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika