Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

IMPLIKASI KEPERAWATAN

Berikut beberapa implikasi keperawatan yang bisa kita terapkan berdasarkan jurnal
diatas yang didukung oleh Khoiriyanti (2008) dan Sari (2015):
1. Diperlukan asuhan keperawatan yang holistik yang tidak hanya mementingkan
kebutuhan fisik saja, tetapi juga dengan menyediakan lingkungan yang memungkinkan
proses duka berlangsung sehat karena klien yang berduka tidak mampu memperoleh
dukungan emosi yang diharapkan dari keluarga dan teman mereka. Dalam memberikan
asuhan keperawatan secara holistik, seorang perawat harus mempertimbangkan
berbagai aspek, baik aspek fisik, sosial, emosional, kultural maupun spiritual dalam
rangka pemenuhan kebutuhan klien.
2. Pengkajian yang akurat pada klien sangat penting untuk membantu menentukan
intervensi yang yang akan digunakan. Perawat juga harus mempertimbangkan respon
pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan kemampuan klien dalam pemenuhan
kebutuhan perawatan dirinya. Pengkajian yang efektif tergantung pada terciptanya
hubungan saling percaya dan penghormatan terhadap nilai dan kepercayaan yang ada
pada klien.
3. Peran perawat harus memberikan dukungan emosional kepada klien dan keluarga serta
membantu dalam menemukan sumber daya tambahan (kekuatan).
4. Manajemen koping perlu dilakukan untuk rasa berduka yang dialami akibat kematian
orang yang diharapkan. Koping bertujuan mengembalikan individu ke kondisi normal
sebagaimana sebelum situasi tersebut terjadi, dengan melihat sumber yang tersedia
untuk mengatasi tekanan tersebut.
5. Perawat harus menjadi pembimbing dan konselor yang dapat dipercaya bagi klien.
Perawat harus mengkaji sikapnya sendiri, mempertahankan kehadirannya yang penuh
perhatian, dan menyediakan lingkungan yang aman secara psikologis sehingga klien
dapat mengungkapkan perasaannya.
6. Upaya perawat dalam mempertahankan kehadiran yang penuh perhatian dapat
dilakukan dengan menggunakan bahasa tubuh terbuka seperti berdiri atau duduk
dengan lengan ke bawah dan berhadapan dengan klien serta mempertahankan kontak
mata yang cukup, terutama ketika klien berbicara.
7. Perawat juga harus bisa menciptakan lingkungan yang aman secara psikologis yaitu
dengan menjamin kerahasiaan klien, berhenti memberikan nasihat tertentu, dan
memberi klien kebebasan untuk mengungkapkan pikiran serta perasaannya tanpa
merasa takut dihakimi.
8. Pengkajian kebutuhan spiritual seharusnya dilakukan dengan pendekatan secara
sistematik dimana perawat melakukan pendekatan pengakajian di semua aspek.
Perawat belajar sejak dini untuk menjadi komunikator dan pendengar yang baik.
Dengan membantu klien mengekspresikan kepercayaannya dan berada di dekat klien
selama proses pemulihan fisik dan psikologisnya maka perawat sedang memberikan
perawatan spiritual. Tantangan bagi perawat adalah menerapkan pandangan secara
menyeluruh pada kehidupan dan dirinya dan kemudian ide ini diterapkan dalam
pemberian perawatan pada orang lain.
9. Tentunya untuk memastikan sebuah diagnosa medis mengenai kehilangan kehamilan,
dilakukan pemeriksaan diagnostik yaitu USG. Peran perawat disini adalah memberikan
dukungan emosional bagi klien dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan USG,
terutama pada hasil yang tidak baik.
10. Perawat juga berperan dalam memberikan advokasi dengan merekomendasikan
manajemen penatalaksanaan kehilangan kehamilan terkini dan terbukti ilmiah. Seperti
mengobati semua klien dengan kehilangan kehamilan pada trimester pertama dengan
resus negatif (Rh - ) dengan menggunakan Imunoglobulin Anti-D pada klien agar
kedepannya tidak terjadi komplikasi.
11. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan tindakan yang tepat bagi perawat
dalam memberikan dukungan emosional bagi klien yang sedang kehilangan (berduka)
karena kehilangan kehamilan.
12. Diperlukan pengembangan kebijakan dan protap (SOP) di unit gawat darurat untuk
proses standarisasi dalam penanganan kasus kehilangan kehamilan, baik itu
pengembangan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan.
13. Menurut jurnal yang dianalisa yang berdasarkan American College for Emergency
Physicians (ACEP) yaitu :
a. Pemeriksaan HCG serial dilakukan pada klien dengan suspek kehamilan
ektopik.
b. Pemberian Anti D Imunoglobulin diberikan pada klien dengan kehilangan
kehamilan pada trimester pertama.
c. Pemeriksaan USG dilakukan pada klien hamil dengan kadar HCG kurang dari
1000 miu/ml dengan tujuan untuk mencegah aloimunisasi dan komplikasi pada
kehamilan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sari, RA 2015, Pengalaman kehilangan (loss) dan berduka (grief) pada ibu preeklampsi
yang kehilangan bayinya, Universitas Diponegoro: Semarang.

Khoiriyati, A 2008, Perawatan spiritual dalam keperawatan : sebuah pendekatan sistematik,


Jurnal Mutiara Medika, Vol. 8 No. 1:48-51

Sastrawinata, S 2005, Ilmu kesehatan reproduksi : Obstetri Patologi, EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai