Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat sekarang keperawatan di Indonesia mulai mengembangkan
dirinya sebagai suatu profesi yang mandiri dan bekerja secara berkolaborasi
dengan tiem kesehatan lainnya. Sebagai profesi yang mandiri perawat
dituntut untuk memgembangkan ilmu pengetahuan, sikap dan
keterampilanya, sehingga dapat diakui oleh klien dan profesi lain.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan yang dalam
menentukan tidakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki ilmu
pengetahuan serta keterampilan yang jelas dalam keahliannya, bentuk asuhan
keperawatan ini sendiri merupakan suatu proses dalam praktek keperawatan
yang langsung diberikan kepada klien dalam berbagi tatanan pelayanan
kesehatan, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik keperawatan dalam
lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
Keahlian dalam keperawatan merupakan hasil dari pengetahuan dan
pengalaman klinik. Keahlian diperlukan untuk menginterpretasikan situasi
klinik dan membuat keputusan kompleks, merupakan inti dari asuhan
keperawatan dan menjadi dasar untuk pengembangan praktek keperawatan
dan ilmu keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi adalah unik karena keperawatan ditujukan ke
berbagai respon individu dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang
dihadapinya. Perawat mempunyai peran seperti pemberi perawatan, sebagai
perawat primer, pengabilan keputusan klinik, advokasi, peneliti dan pendidik.
Oleh sebab itu, karena banyaknya keragaman dalam perawatan, perawat perlu
memiliki filosofi dan teori-teori praktek keperawatan untuk membentuk arah
pengembangan profesi dimasa yang akan datang.

1
B. Philosophy Keperawatan (Paradigma Keperawatan)
Banyak ahli yang membahasa tentang paradigma keperawatan,
Poerwanto (1997) mendefinisikan paraddan memilih tindakan mengenai
paradigma keperawata sebagai suatu perangkan bantuan yang memiliki nilai
tinggi dan sangat menentukan bagi penggunanya untuk dapat memiliki pola
dan cara pandang dasar khas dalam melihat, memikirkan, memberi makna,
menyikapi dan memilih tindakan mengenai suatu kenyataan atau fenomena
kehidupan manusia. Adapun paradigma keperawatan atau filosofi
keperawatan terdiri dari :
1. Konsep Manusia
Komponen paradigma keperawatan ini merupakan komponen pertama
sebagai salah satu focus pelayanan keperawatan . Manusia bertindak
sebagai klien yang merupakan makhluk biopsikososial dan spiritual.
Sebagai klien yang bersifat individu, sasaran pemenuhan kebutuhan
dasarnya adalah pemenuhan kebutuhan biopsikososial dan spiritual
yang berbeda antar satu individu dengan individu yang lain

Sebagai klien yang bersifat keluarga, diartikan sebagai kelompok


individu yang saling berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang
lain dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat. Sehingga dalam
memberikan keperawatan selalu memandang aspek keluarga, karena
melalui keluarga ini dapat diketahui faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan agar tujuan perawat dalam rangka membantu
meningkatkan kemampuan keluarga untuk mampu menyelesaikan
masalah kesehatannya secara mandiri
2. Komponen Keperawatan
Komponen kedua dalam paradigma keperawatan adalah konsep
keperawatan. Konsep keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang bersifat professional dalam memenuhi kebutuhan dasar
manusia yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat

2
dalam rentang sehat-sakit, dalam bentuk asuhan keperawatan. Bentuk
asuhan keperawatan tersebut adalah :
a. Bentuk asuhan keperawatan pada klien yang memiliki
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
dapat diberikan melalui pelayanan keperawatan untuk
meningkatkan atau memulihkan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya
b. Bentuk asuhan keperawatan pada klien yang tidak memiliki
kemauan, yaitu dengan memberikan pelayanan keperawatan yang
bersifat membantu dalam pemberian motiovasi pada klien yang
mengalami penurunan kemauan sehingga dengan motivasi yang
kuat diharapkan dapat meningkatkan semangat hidup agar terjadi
penimngkatan
c. Bentuk asuhan keperawatan pada klien yang memiliki kebutuhan
dasar manusia ini dapat diberikan melalui pelayanan keperawatan
yang bersifat memberikan pengetahuan, yaitu berupa pemberian
pendidikan kesehatan yang dilakukan pada individu, keluarga
maupun masyarakat yang memiliki pengetahuan yang rendah
sehingga diharapkan akan terjadi perubahan kearah peningkatan
pemenuhan kebutuhan dasar
3. Konsep Sehat
Konsep ini memandang bahwa keperawatan itu adalah bentuk
pelayanan yang diberikan pada manusia dalam rentang sehat-sakit.
Berdasarkan rentang sehat sakit tersebut maka paradigma
keperawatan memandang bahwa pemberian pelayanan keperawatan
akan diberikan pada klien selama rentang sehat-sakit
4. Konsep Lingkungan
Komponen paradigma keperawatan yang keempat adalah konsep
lingkungan. Keperawatan memandang bahwa lingkungan fisik,
psikologis, sosial budaya dan spiritual dapat mempengaruhi kebutuhan
dasar manusia selama pemberian asuhan keperawatan dengan

3
meminimalkan dampak yang ditimbulkan , sehingga tujuan asuhan
keperawatan dapat tercapai.

Lingkungan fisik yang dimaksud adalah segala bentuk lingkungan


secara fisik yang dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan
seperti lingkungan kotor, daerah wabah, dekat dengan pembuangan
limbah. Lingkungan ini jelas dapat mempengaruhi kebutuhan dasar
manusia dalam bentuk keamanan dan keselamatan dari bahaya yang
ditimbulkannya

Lingkungan psikologis artinya keadaan yang menjadikan terganggunya


psikologis pada seseorangn seperti lingkungan yang tidak aman, penuh
dengan konflik dan stressor yang akan mengakibatkan kecemasan.

Lingkungan sosial dalam hal ini adalah masyarakat luas serta budaya
yang ada juga dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang serta
adanya kehidupan spiritual juga dapat mempengaruhi perkembangan
seseorang dalam kehidupan beragama serta meningkatkan
keyakinannya. (Alimul Hidayat, 2004)

C. Teori-Teori Nightingale
Florence Nightingale membuat sebuah teori yang dikenal dengan teori
perawatan modern (modern Nursing). Titik berat teori ini adalah pada aspek
lingkungan. Nightingale meyakini bahwa kondisi lingkungan yang sehat
penting untuk penanganan perawatan yang layak. Ia menganggap bahwa
lingkungan yang dapat mencegah, menekan atau mendorong suatu penyakit,
kecelakaan atau kematian, merupakan semua kondisi eksternal dan
pengaruhnya yang berdampak pada kehidupan dan perkembangan organisme.
Lingkungan merupakan kosep utama mencakup ventilasi, kehangatan
(warmth), cahaya, makanan kebersihan dan kebisingan (noise). Walaupun

4
lingkungan pasien terdiri dari aspek sosial, emosional, dan fisikal. Namun,
Nightingale lebih menekankan pada aspek fisiknya.
Florence memperhatikan beberapa aspek lingkungan dalam pekerjaanya.
Ia yakin kondisi sekeliling yang sehat diperlukan untuk penanganan
perawatan yang layak. Meski secara spesifik ia meletakkan perihal kesehatan
di dalam tulisannya, mungkin dapat diasumsikan ia mengacu pada rumah
sakit ketika Ia menyatakan ada lima hal esensial dalam menjaga kesehatan
rumah yakni udara segar, air bersih, saluran pembuangan yang efisien,
kebersihan, dan pencahayaan.
Aspek-aspek yang menjadi perhatian Nightingale adalah:
1. Kebisingan

Menilai tingkat kebisingan di dalam ruangan klien dan daerah


sekitarnya. Ia mencoba untuk menjaga tingkat kebisingan minimum,
dan menahan diri dari berisik di luar pintu.

2. Tidur dan tempat tidur

Menilai tempat tidur agar kelembaban, tidak keriput, dan tidak kotor,
dan menjaga ketinggian tempat tidur sesuai dengan tinggi pasien.
Usahakan tempat tidur dalam kondisi kering, bebas kerut, dan
ketinggiannya diatur dengan ketinggian yang sesuai sehingga
kenyamanan klien tetap terjaga.

3. Kebersihan pribadi
Mencoba untuk menjaga klien kering dan bersih setiap saat. Penilaian
Sering kulit klien diperlukan untuk menjaga kelembaban kulit yang
memadai.

4. Ragam
Mencoba untuk merangsang variasi dalam ruangan dan dengan klien.
Hal ini dicapai dengan kartu, bunga, gambar, buku, atau teka-teki.
Mendorong teman-teman dan kerabat untuk melibatkan klien dalam
beberapa jenis merangsang percakapan.

5
5. Harapan dan saran
Hindari berbicara tanpa alasan atau memberikan nasihat yang tanpa
fakta. Terus berbicara dengan klien sebagai pribadi, dan terus
merangsang pikiran klien. Hindari pembicaraan pribadi.

6. Mengambil makanan Menilai diet klien.


Mencatat jumlah makanan dan minuman dicerna oleh klien pada setiap
kali makan atau makanan ringan.

7. Makanan apa
Lanjutkan dengan penilaian diet untuk memasukkan jenis makanan dan
minuman orang-orang seperti klien atau tidak suka. Mencoba untuk
memastikan bahwa klien selalu memiliki beberapa makanan atau
minuman yang tersedia yang ia menikmati.

8. Manajemen
Manajemen memastikan kesinambungan perawatan. Dokumentasi
rencana perawatan dan semua evaluasi akan memastikan lain
memberikan perawatan yang sama dengan klien di klien Anda dalam
ketiadaan.

9. Observasi
Orang sakit amati segala sesuatu tentang klien Anda. Merekam semua
observasi. Pengamatan harus faktual dan bukan hanya pendapat. Terus
mengamati klien lingkungan sekitar klien, dan membuat perubahan
dalam rencana perawatan bila diperlukan.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

Kaitan Teori-Teori Florencen Nightingale dengan Fhilosophy Keperawatan

Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan


secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan
lingkungan sosial.
A. Lingkungan
1. Lingkungan Fisik (Physical Environment)
Lingkungan fisik merupakan lingkungan dasar/alami yang
berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai
efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan
mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus
bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih,
ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan.
Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan
baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan
tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk
beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup,
jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus
diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
2. Lingkungan Psikologi (Psychologi Enviroment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif
dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi
pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan
fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan
aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu
pasien dalam mempertahankan emosinya.

7
Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks
lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara
terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang
dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan
pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh
dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu
muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain
itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau
cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat
memberikan rasa nyaman.
3. Lingkungan Sosial ( Social Environment )
Observasi dari lingkungan sosial terutama hubungan yang spesifik,
kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan
penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian
setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam
hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data
yang ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komuniti
dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna
individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya
meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga
keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara
khusus.

B. Individu
Meskipun individu dianggap sebagai penerima perawatan, beliau juga
beranggapan bahwa individu itu dinamis dan kompleks. Florence
mengatakan individu tersubut terdiri kesatuan fisik, intelektual, emosional,
sosial dan spiritual yang lengkap dan berpotensi. Nightingale menunjuk
pada seseorang sebagai pasien dalam sebagian besar tulisannya. Akan tetapi,
pasien tersebut dianggap sebagai yang dikenai tindakan oleh perawat atau

8
atau dipengaruhi oleh lingkungan. Pasien dalam kondisi pasif nampak tidak
mempengaruhi perawat ataupun lingkungan.

C. Kesehatan
Nightingale mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sejahtera dan
menggunakan semua sumber kekuatan yang dimilikinya sepanjang daur
kehidupannya. Selain itu dia melihat bahwa sakit dan penyakit merupakan
sebuah proses perbaikan yang alami ketika seseorang tidak berada dalam
kondisi sehat. Nightingale membayangkan pemeliharaan kesehetan
dilakukan melalui pencegahan penyakit dengan mengontrol lingkungan dan
sosial, yang digambarkannya sebagai perawatan kesehatan masyarakat
terkini dan lebih moderen lagi yaitu konsep promosi kesehatan.

D. Keperawatan.
Nightingale percaya bahwa keperawatan adalah panggilan spiritual.
Perawat mengatur lingkungan untuk kesembuhan pasien. Nightingale
melihat keperawatan sebagai science of enviromental management
(Alligood, 2010)

9
BAB III
PEMBAHASAN

Teori F. Nightingale yang dikenal dengan keperawatan modern (modern


Nursing), merupakan langkah awal dalam formalisasi pengembangan ilmu
keperawatan selanjutnya. Ia meletakkan suatu pijakan bagi pengembangan teori
keperawatan sesudahnya. Disadari atau tidak, Nigtingale telah memberikan
pedoman umum bagi perawat dalam merawat klien. Prinsip dasar perbaikan
lingkungan dan penanganan psikologis terhadap klien dapat diterapkan dengan
modifikasi dalam banyak tatanan keperawatan kontemporer. Ide-ide Nightingale
telah mendorong pemikiran produktif bagi perawat dan profesi keperawatan.
A. Aplikasi Teori Florence Nigtingale dalam Praktek Keperawatan
Prinsip-prinsip keperawatan Nightingale masih aplikabel bagi praktik
keperawatan sekarang ini. Ventilasi, kehangatan suhu ruangan, ketenangan,
makanan dan kebersihan merupakan bagian integral dalam penanganan
perawatan. Air bersih dan pembuangan yang efisien dikontrol oleh peraturan-
peraturan kesehatan umum. Dalam bukunya Notes On Nursing, konsep-
konsep yang disaran kan oleh Nightingale yang relatif sederhana untuk
dipraktikkan, banyak diantaranya dilupakan dalam area teknik keperawatan.

Banyak dari pemikiran Nightingale telah dimodifikasikan atau disanggah


karena adanya kemajuan dalam bidang pengobatan dan keperawatan. Di
cantumkannya perihal pengajaran kesehatan maupun keperawatan atas
penyakit di dalam masalah (domain) keperawatan kemudian menjadi konsep
revolusioner yang mendifinisikan praktik keperawatan, dan mendesakkannya
terhadap pendidikan yang layak serta system dukungan masyarakat untuk
keperawatan masih nampak berhubungan pada masa sekarang. Banyak artikel
dan buku-buku yang ditulis mengenai pandangan-pandangan Nightingale dan
kontribusi nya, menunjukkan penerimaan atas area praktik masih berlanjut.

10
Adapun aplikasi Teori Florence Nigtingale dalam Praktik Keperawatan Klinis
adalah :
1. Pengkajian
Pada tahap ini Nightingale menghubungkan antara status kesehatan
klien dengan faktor lingkungan. Kondisi higyene penting untuk
membantu pasien tetap bersih dan untuk merawat kulit, mulut, rambut,
mata, telinga, kuku.

Contoh peran perawat :

Perawat merawat orang sakit dan cedera di rumah sakit, tempat bekerja
untuk memperbaiki kesehatan dan memperingan penderitaan. Banyak
orang di pulangkan ke rumah dari sakit ketika mereka masih
membutuhkan asuhan keperawatan, sehingga perawat sering memberikan
perawatan di rumah yang hampir sama dengan yang mereka berikan pada
pasien di rumah sakit.

Berdasarkan teori ada beberapa hal yang pelu di lakukan perawat


atau beberapa contoh peran perawat berdasarkan teori:

Pada saat memberikan nutrisi kepada pasien yang harus dilakukan perawat
adalah:
1) Buat pasien merasa nyaman.
2) Jelaskan pentingnya nutrisi yang baik
3) Posisikan pasien untuk makan
4) Buat lingkungan sekitar nyaman
5) Jika perlu bantu pasien makan

Hal hal lain yang perlu dilakukan perawat berdasarkan teori :

1) Memberikan kenyamanan dan ketenangan lingkungan kepada


pasien
2) Merawat pasien dengan benar
3) Bekerja sama dengan dokter untuk mengobati pasien

11
4) Mengoordinasi perawatan pasien
5) Melindungi pasien
6) Menjaga lingkungan pasien dalam kondisi higiene
7) Menjaga pasien dari infeksi
8) Memberikan udara kepada pasien agar pasien dapat bernapas
dengan tenang dan nyaman.
9) Memberikan rasa aman kepada pasien
10) Mengetahui dan mengontrol kondisi pasien setiap waktu.
2. Diagnosa keperawatan
Aplikasi diagnosa keperawatan difokuskan pada hubungan individu
dengan lingkungan misalnya :

a. Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan


b. Ventilasi
c. Pembuangan sampah
d. Pencemaran lingkungan
e. Komunikasi sosial, dll

Berbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara


lain:

a. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.


b. Penyesuaian terhadap lingkungan.
c. Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
3. Perencanaan
Perencanaan berdasarkan masalah dan diagnosa keperawatan terfokus
pada data yang dikaji tetap dititikberatkan pada lingkungan fisik,
sosial, psikologi dan berkaitan dengan kondisi klien yang
berhubungan dengan lingkungan. Pada prinsipnya perencanaan tetap
memperhatikan observasi, tindakan mandiri, penyuluhan kesehatan,
dan kolaborasi.

12
4. Implementasi
Pada pelaksanaan proses keperawatan tetap merubah / mempengaruhi
lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang
baik yang mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan
individu. Memperhatikan lingkungan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan sangat mempengaruhi proses pemulihan pada pasien.

5. Evaluasi
Pada proses evaluasi yaitu mengobservasi dampak perubahan
lingkungan terhadap kesehatan individu.

B. Aplikasi Teori Florence Nigtingale dalam Pendidikan


Sistem Nightingale menjadi pijakan munculnya banyak sekolah
pelatihan perawat diawal-awal, termasuk St.Thomas Hospital dan kings
Collage Hospital London. Sistem ini tidak lagi dipakai dalam praktik
secara umum tetapi pengaruh nya sangat melekat dalam kombinasi praktik
maupun pelatihan pendidikan yang dijumpai dalam program-program
keperawatan saat ini. Nightingale menganjurkan terpisahnya sekolah-
sekolah perawat dari rumah sakit sehingga para siswanya tidak terlibat
dalam kelompok pekerja rumah sakit sebagai bagian dari latihan mereka.
Nightingale merasa bahwa Seni Merawat tidak bisa dibuat standarisasi
dan karenanya ujian-ujian berijazah tidak sesuai, tetapi pendapat ini
bertolak segera setelah kematiannya. Beasiswa-beasiswa dan dana bantuan
demi mengenang jasanya terus membantu para mahasiswa untuk
mengikuti studi-studi tingkat lanjut dalam bidang keperawatan (Tomey &
Alligood, 2006)

Sehingga Teori Keperawatan Florence Nigtingale bila kita aplikasikan


dalam dunia pendidikan antara lain sebagai berikut
1. Ventilasi dan Suhu : bahwa dalam proses pendidikan dalam
ruang kelas maupun di ruang praktikum dibutuhkan ventilasi dan

13
kehangatan yang cukup, sehingga peserta didik dalam mengikuti
proses pembelajaran akan lebih optimal karena udara yang segar dan
cukup untuk memenuhi proses metabolism tubuhnya selama
mengikuti proses pembelajaran. Perlu diinggat juga bahwa kondisi
ruangan ber AC tidak menutup kemungkinan untuk diberikan
ventilasi, sehingga sirkulasi udara yang ada dalam ruangan tidak
berputar dalam ruangan saja tapi tetap harus ada udara segar dari luar
ruangan
2. Pencahayaan : mutlak dalam proses PBM (Proses Belaja
Mengajar) baik di ruang kelas maupun diruang praktikum dibutuhkan
pencahayaan yang cukup, tidak gelap dan tidak terlalu terang. Hal ini
bertujuan agar peserta didik dapat mengidentifikasi, mencerna dan
mentelaah proses pembelajaran dengan tepat tanpa harus mengalami
kelelahan pada mata karena peningkatan akomodasi yang disebabkan
oleh minimnya cahaya.Dan juga peserta didik tidak mengalami
gangguan pengelihatan karena silau disebabkan pasokan cahaya dalam
ruang pembelajaran terlalu terang
3. Kebersihan Ruang dan Dinding : ruang kelas harus tetap dalam
kondisi bersih, bebas sampah, bebas debu, tidak lembab dan tidak
licin. Dinding kelas atau dinding laboratorium demikian juga bebas
dari lumut dan jamur. Jika ini terjadi maka peserta didik tidak akan
dapat mengikuti proses dengan baik karena kondisi lantai kotor,
berdebu, lembab dan dinding yang berlumut akan memberikan sensasi
pemandangan dan sekaligus penciuman yang tidak nyaman
4. Lingkungan yang sehat : ruang kelas ataupun laboratorium
diharapakan jauh dari kebisingan, tersedia saluran air yang baik,
adanya kran yang disiapkan sewaktu-waktu peserta didik
membutuhkan cuci tangan, tempat sampah yang tepat dalam
penempatannya, serta ruangan yang bebas dari bau dan cahaya
matahari bisa bebas masuk kedalam ruangan. Dengan demikian

14
mahasiswa akan merasa nyaman berada dalam ruang kelas ataupun
ruang laboratorium
5. Kebisingan : ruang kelas ataupun laboratorium
diharapkan jauh dari keramaian, atau tempat tidak bising, kondisi
bising akan menyebabkan peserta didik kesulitan dalam
berkonsentrasi, sehingga akan sulit menangkap dan memehami
pembelajaran yang disampaikan
6. Kebersihan Diri : selain kebersihan lingkungan perserta didik
harus diberikan motovasi dalam menjaga kebersiha badan, pakaian
serta penampilan, hal ini harus diperhatikan karena kondisi pakaian
yang kotor, tidak layak pakai, terlalu ketat akan mengganggu peserta
didik dan orang disekitarnya dalam menjalani proses pembelajaran,
karena pakaian yang kotor dan tidak sesuai akan menimbulkan bau
tidak sedap sekaligus tidak enak dipandang mata. Pun juga dengan
kondisi badan yang kurang bersih.
7. Hiasan : dalam ruang kelas harus diberikan gambar,
poster buku yang menunjang prose pembalajaran tapi pengaturannya
harus tepat, juga perlu adanya bunga atau hiasan yang mendukung ,
sehingga kelas tampak asri
8. Harapan : peserta didik harus mendapatkan dorongan dan
motivasi selama pendidikan, karena proses pembelajaran yang
berbeda dari sebelumnya akan membuat peserta didik merasa beban
pembelajaran yang terlalu berat. Sehingga tanpa motivasi maka akan
terjadi kondisi hoplus yang mengakibatkan kegagalan dalam proses
pendidikan
9. Tempat tidur : dalam proses pembelajaran dilaboratorium
perlu diperhatikan kondisi tempat tidur yang digunakan dalam proses
pembelajaran praktik, usahakan tempat tidur yang digunakan
tingginya sesuai dengan postur peserta didik, dan selalu usahan tempat
tidur dalam kondisi kering dan tidak lembab, demikian juga dengan
tempat duduk mahasiswa

15
10. Makanan : selalu usahakan memberikan motivasi pada
mahasiswa agar mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat
yang selalu dipilih sesuai dengan makanan yang disukai atau tidak
disukai, sehingga dengan demikian peserta didik dapat dengan kondisi
prima dalam mengikuti proses pembelajaran
11. Majemen : dalam mengaplikasikan manajemen dalam proses
pendidikan , selalu melakukan pendokumentasian proses
pembelajaran, baik dikelas maupun di laboratorium. Selalu lakukan
perencanaan dan evaluasi secara simultan sehingga proses belajar
mengajar dapat termonitor dengan baik
12. Observasi Tingkat Kesakitan : dalam proses pembelajaran selalu
lakukan observasi yang sistematis tehadap peserta didik, lakukan
pencatatan dari hasil observasi yang dilakukan. Observasi sebaiknya
dilakukan secara simulktan dan berkesinambungan , selain itu buatlah
rencana alternatif juga hasil observasi anda menemukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan tujuan dan target pembelajaran. Dengan
demikkian masalah-masalah yang ditemukan tidak akan berlarut-larut
karena setiap ada masalah yang ditemukan dari hasil observasi
langsung dibuat alternatif pemecahan masalah.

C. Aplikasi Teori Florence Nigtingale dalam Penelitian

Ketertarikan Nightingale dalam statistik dan pentingnya hal tersebut dalam


perawatan terus mempengaruhi penelitian (riset) keperawatan.
Kemampuannya luar biasa efisien dan banyak akal dalam mengumpulkan
dan menganalisa data. Banyak dari data ini dapat dijumpai dalam banyak
surat suratnya. Dia merupakan salah seorang yang pertama menggunakan
ilustrasi grafis dalam statistik. Banyak diantara ilustrasi ini digunakan oleh
statiskawan sekarang ini. Nightingale mengenalkan pentingnya kumpulan
data dalam penanganan perawatan. Sementara metode-metode terus
memiliki pengaruh pada riset-riset keperawatan. Konsepnya masih

16
berfungsi sebagai analisis lanjutan dan penelitian keperawatan diseluruh
dunia, mereka juga sering dikutip untuk mendukung praktek keperawatan
saat ini (Tomey & Alligood, 2006).

17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan kami dalam penulisan ini adalah:
1. Teori Florence Nightingale dikenal dengan teori perawatan modern
(modern Nursing) yang berfokus aspek lingkungan. Nightingale meyakini
bahwa kondisi lingkungan yang sehat penting untuk penanganan
perawatan yang layak.
2. Pemanfaatan teori Nightingale akan membantu perawat memiliki titik
fokus awal dan memungkinkan bagi perawat untuk melihat Klien sebagai
seorang individu yang berinteraksi dengan lingkungan yang mungkin
tidak kondusif untuk kesehatan yang optimal.
3. Teori Nightingale sangat mudah diaplikasikan di lingkungan klinik
keperawatan, pendidikan dan penelitian.

B. Saran
1. Praktek Keperawatan
Bagi perawat teori ini diharapkan dapat diaplikasikan dalam pemberian
asuhan keperawatan sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan
yang baik.
2. Pendidikan
Bagi institusi pendidikan memberikan banyak literatur untuk menambah
wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang teori dan model
keperawatan
3. Penelitian
Dalam pelayanan keperawatan hasil riset yang dilakukan harus
didokumentasikan agar dapat dijadikan sebagai landasan bagi penelitian
selanjutnya.

18
DAFTRAR PUSTAKA

Alligood M.R. & Tomey. A.M. 2010. Nursing theorists and Their Work. 7nd Ed.
Mosby, United States of America

Aligood, M.R. 2010. Nursing theorists and Their Work. 7nd Ed. Mosby, United
States of America

Anonim. 2009. http://pizzakeju.wordpress.com/2013/05/15/teori-keperawatan


florence-nightingale/diakses tanggal 8 Oktober 2013

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Alimul Hidayat, Aziz. 2004. Pengantar Konsep dasar Keperawatan. Jakarta.


Salemba Medika

Marriner, Ann. 2001. Nursing Teorists and Their Work. Indiana. Mosbi Company.
Muwarni, Arita. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Potter and perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, konsep, Proses dan
Praktek. Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai