Anda di halaman 1dari 37

TEORI DAN KONSEP KEBIDANAN

Disusun oleh :

1. BETSHEBA TWITANY K.G.E 23341001


2. FRANSISKA NILA DEWI PRATAMA 23341002
3. MARIA ELLCENIA MARDIADINATA 23341003
4. IRMA APRILIA 23341004
5. KASILDA SINJA 23341005
6. KRISTIANI NATALIA 23341006
7. LEDY ANJELA 23341007

PRODI KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI


BIDAN STIKES AKBIDYO YOGYAKARTA

2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah kebidanan bejalan panjang mengikuti perkembangan ilmu dan
pengetahuan serta kebutuhan masyarakat. Model dalam teori kebidanan mengadopsi
dari beberapa model lainnya berdasarkan teori-teori yang sudah ada sehingga tercipta
sebuah model kebidanan yang sesuai dengan filosofi kebutuhan baik dari segi bidan
sebagai profesi maupun wanita dan keluarga sebagai fokus pelayanan asuhan
kebidanan. Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu partnership dalam asuhan
kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan akan diberikan sumbangan yang
berarti dalam menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang
mengutamakan upaya preventif dan promotif.
Model dalam teori kebidanan Indonesia mengadopsi dari beberapa model
negara dengan berdasarkan dari beberapa teori yang sudah ada di samping dari teori
dan model yang bersumber dari masyarakat.
Model kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu hubungan saling percaya
dalam pelaksanaan asisten kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan dapat
memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka kesakitan,
trauma persalinan, kematian, dan kejadian seksio sesaria pada persalinan.
A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori kebidanan?
2. Apa pengertia konsep kebidanan?
B. Tujuan
Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang teori dan konsep kebidanan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
1. Teori Model Kebidanan
Teori adalah pendapat yang didasarkan dari hasil penelitian dan penemuan,
didukung oleh data dan argumentasi. Menurut Purwandari (2008) teori
merupakan seperangkat konsep atau pernyataan yang dapat menjelaskan
fenomena yang penting dari suatu disiplin teori yang termasuk dalam teori model
kebidanan adalah:
a. Ruper, Logam dan Tierney Activity of living model:
Model yang dipengaruhi oleh Virginia Henderson Model.
Terdiri dari 4 elemen:
- Rentang kehidupan
- Aktivitas kehidupan
- Ketergantungan atau kebebasan individu
- Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas individu

Dalam model ini diidentifikasi adanya 12 macam kebutuhan manusia


sebagai proses kehidupan yaitu: mempertahankan lingkungan yang aman,
komunikasi, bernafas, makan da minum, eliminasi, berpakaian dan kebersihan
diri, pengaturan suhu tubuh, mobilisasi, bekerja dan bermain, seksualitas, dan
tidur.

b. Rosemary Methven
Merupakan aplikasi dari Oream dan Hendeson, model terhadap asuhan
kebidanan, dimana sistem perawatan ada 5 metode pemberian bantuan yaitu:
- Mengerjakan untuk klien
- Membimbing klien
- Mendukung klien (secara fisik dan psikologi)
- Menyediakan lingkungan yang mendukung kemampuan klien untuk
memenuhi kebutuhan sekarang dan masa akan datang
- Mengajarkan klien
Peran bidan adalah mengidentifikasi masalah klien dan melakukan sesuatu
untuk membantu klien dan melakukan sesuatu untuk membantu klien
memenuhi kebutuhannya. Manfaat dari model ini menurut Methuen adalah
sebagai bukti praktek pengkajian kebidanan yang tidak didasarkan pada
kerangka kerja dan tradisi manapun. Sebagai dasarnya adalah kesehatan
bukan kesakitan sehingga asuhan yang diberikan efektif bagi ibu dan
memberikan kebebasan pada bidan untuk melakukan asuhan.

c. Roy Adaption Model


Pencetusnya adalah Suster Callista Roy (1960), sebagai dasarnya mahluk
biopsikososial yang berhubungan dengan lingkungan. Dikemukakan tiga
macam stimulasi yang memengaruhi adaptasi kesehatan dari individu yaitu:
- Vokal stimuli
Yaitu stimuli dari lingkungan di dekat individu, contohnya: Kesehatan
bayi akan memengaruhi ibu yang baru saja melakukan tugas/perannya.
- Kontekstual stimuli
Yaitu factor-faktor umum yang memengaruhi wanita, contohnya: Kondisi
kehidupan yang buruk.
- Residual stimuli
Yaitu factor internal meliputi kepercayaan, pengalaman, dan sikap. Model
kebidanan ini berguna bagi bidan dalam melakukan pengkajian secara
menyeluruh (holistik).
d. Neuman Sistem Model
Yaitu model yang merupakan awal dari kesehatan individu dan komunitas
(sistem klien) yang digambarkan sebagai pusat energi yang dikelilingi oleh
garis kekuatan dan pertahanan.
- Pusatnya adalah variabel fisiologis, psikologis, sosial kultural dan
spiritual.
- Garis kekuatan adalah kemampuan sistem klien untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
- Garis pertahanan menunjukkan status kesehatan umur dan individu.
2. Konseptual Model Kebidanan
Konsep kebidanan sendiri merupakan suatu kerangka dalam bidang keilmuan
bidan yang meliputi dan membahas mengenai definisi bidan, falsafah kebidanan, teori
dan praktek kebidanan, tinjauan keilmuan kebidanan, bahasan mengenai beberapa
bagian dari ilmu kebidanan, pelayanan kebidanan, serta asuhan kebidanan.
Konseptual model kebidanan adalah tolak ukur bagi bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan. Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide yang
menjadi dasar suatu disiplin. Model asuhan kebidanan yaitu kehamilan dan persalinan
merupakan suatu proses kehidupan normal.
Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau objek
yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial yang menarik
perhatiannya.
Fungsi konsep dan teori, sebagai alat untuk mengidentifikasi fenomena yang
diobservasinya. Sedangkan teori adalah jalur logika atau penalaran yang digunakan
oleh peneliti untuk menerangkan hubungan pengaruh antarfenomena yang dikaji.
 Konsep: Penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang
dapat diuji melalui observasi atau penelitian.
 Model: Contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu.
 Kebidanan: Merupakan ilmu yang terbentuk dari berbagai disiplin ilmu
(multidisiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu
kedokteran, ilmu kebidanan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu
kesehatan Masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan
pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsepsi, konsepsi, masa hamil, ibu
bersalin, postpartum, bayi dan bayi baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi
pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling
dan Pendidikan terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
 Model Kebidanan: Suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan
kerangka kerja seorang bidan dalam bmemberikan asuhan kebidanan.
3. Definisi Bidan
Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional
dengan sejumlah praktisi diseluruh dunia. Bidan adalah seorang yang telah
menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui negara serta memperoleh
kuatifikasi dan diberi ijin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu.
Menurut WHO bidan adalah seorang yang diakui secara regular dalam
program pendidikan bidan. Diakui secara yuridis, ditempatkan dan mendapatkan
kualifikasi serta terdaftar di sektor dan memperoleh ijin melaksanakan praktik
kebidanan.
Menurut IBI bidan adalah seorang Perempuan yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan tulis ujian
sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register), dan diberi ijin secara
sah untuk menjalankan praktik.

4. Filosofi Kebidanan
Filosofi kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan
dalam memberi pelayanan kebidanan. Sedangkan asuhan kebidanan
menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai
panduan yang diyakini dalam memberi asuhan kebidanan. Filosofi kebidanan
dalam implementasinya di dalam pelayanan kebidanan atau asuhan kebidanan
dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu filosofi individu, filosofi bangsa,
pengalaman, dan nilai masyarakat.
5. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
praktik profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan
kebidanan yang tepat untuk meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan
bayinya. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan
KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta
pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pembinaan dukun bayi. Dalam
melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah
pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada posyandu
di wilayah kerjanya serta mengembangkan pondok bersalin sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat. Hal tersebut adalah pelayanan yang diberikan
oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan
masyarakat berbeda hal nya dengan bidan yang berkerja di rumah sakit, dimana
pelayanan yang diberikan berorientasikan pada individu.
6. Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan merupakan layanan pemberian asuhan kepada klien
sesuai dengan permaslahan yang di alami klien di dasari oleh illmu pengetahuan
dan seni. Karena illmu pengetahuan dikenal sebagai sumber kebenaran, proses
dalam mencari kebenaran harus sesuai dengan tahapan yang telah di tentukan
secara keillmuan. Bidan diharapkan mampu meningkatkan keterampilan yang
dipersyaratkan bagi praktik-praktik EBP, terutama dalam keterampilan kebidanan.
7. Ilmu Kebidanan
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni
yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa
interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir
dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan atau
dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya. Di dalam bahasa Inggris,
kebidanan diterjemahkan sebagai "Midwifery" sedangkan bidan disebut sebagai
"Midwife".
Bidan adalah salah satu profesi di bidang kesehatan yang secara khusus
menangani kehamilan, persalinan, keadaan setelah melahirkan serta pelayanan-
pelayanan paramedis yang berhubungan dengan organ reproduksi. Ikatan Bidan
Indonesia atau yang disingkat IBI adalah organisasi profesi yang menghimpun
seluruh bidan di Indonesia. Saat ini IBI bersama seluruh pihak yang terkait
dengan kebidanan sedang memperjuangkan lahirnya Undang-undang tentang
kebidanan. Pada tahun 2016, RUU Kebidanan telah masuk ke dalam daftar
prolegnas DPR RI.
8. Manajemen Kebidanan
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara
umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat
menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan
sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam
suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan
pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager
yang baik dalam rangka pemecahan, masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita
perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara
umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan
manajemen skill. Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis
sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi
seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang
menjadi tanggung jawabnya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Teori Kebidanan
1. TEORI REVA RUBIN
Rubin adalah seorang perawab bidan USA. Rubin mengembangkan penelitian
dan teori tentang Kesehatan ibu dan anak khususnya ibu bersalin. Penelitian dan
pengamatan dilakukan selama lebih dari 20 tahun dengan lebih dari 6000
responden. Dia membedakan konsep dari posisi yaitu suatu status sosial yang
diberikan kepada seseorang (missal guru atau ibu) dan konsep dari peran yang
dilakukan oleh individu tersebut yang menentukan dia mempunyai posisi tertentu.
Seseorang mempunyai posisi berbeda dan juga dapat mempunyai posisi ganda
pada waktu bersamaan sebagai seorang anak Perempuan, istri dan ibu juga
sebagai bidan, pelajar juga sebagai karyawan. “Tindakan-tindakan yang
dilakukan sekitar posisi, terdiri dari peran” (Rubin, 1967).
Tujuan riset Rubin adalah mengidentifikasi bagaimana Wanita tersebut mampu
mengambil peran seorang ibu dan hal apa saja yang dapat membantu atau
menghambat atau berefek negatif terhadap proses pencapaian peran tersebut.
Menurut Rubin untuk mencapai peran tersebut seorang wanita membutuhkan
proses belajar berupa latihan-latihan. Di dalam proses ini wanita diharapkan
mampu mengidentifikasi bagaimana wanita tersebut mampu mengambil peran
seorang ibu. Teori ini sangat berarti pula bagi calon ibu untuk mempelajari peran
yang akan dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan
dalam kehamilan dan setelah menikah.
Penelitian ini dilakukan dengan bantuan para siswa bidan. Data dikumpulkan
melalui wawancara langsung dan melalui telepon yang berlangsung selama 1-4
jam. Subjek penelitian didapatkan di klinik anternatal dan postnatal. Data-data
berkaitan dengan masalah-masalah yang timbul dalam pencapaian peran menjadi
ibu diberi kode kemudian dianalisis.
Mengacu pada pencapaian peran sebagai ibu, di mana untuk mencapai peran
ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas atau
latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari
peran yang akan dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan
perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikososisal dalam
kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan,
antara lain:
- Kesejahteraan ibu dan bayi
- Penerimaan dari masyarakat
- Penentuan identitas diri
- Mengerti tentang arti memberi dan menerima

Rubin mengatakan bahwa perubahan yang umumnya terjadi pada wanita


ketika hamil diantaranya adalah:

- Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga


dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan
janinya.
- Ibu memerlukan sosialisasi.

Selain hal tersebut di atas, Rubin juga mengungkapkan bahwa arti dan efek
kehamilan seorang Wanita terhadap pasangan diantaranya adalah:

- Pasangan merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8


bulan sampai 3 bulan setelah istri melahirkan.
- Pria juga bisa menglami perubahan fisik dan psikososial selama
pasangannya hamil.
- Anak yang dilahirkan merupakan gabungan dari 3 perbedaan yang ada,
yaitu:
1. Hubungan ibu dan pasangannya.
2. Hubungan ibu dengan janin yang berkembang.
3. Hubungan individu dengan individu yang unik dan anak.
- Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri.
- Tugas yang harus dilakukan seorang wanita atau pasangan dalam
kehamilan:
1. Percaya bahwa ia hamil dan berhubbungan dengan janin dalam satu
tubuh.
2. Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin.
3. Penyelesaian dan identifikasi kebingungan seiring dengan peran
transisi untuk mempersiapkan fungsi keluarga.
Dalam penelirian dan observasinya lebih dari 20 tahun Rubin menyimpulkan
bahwa tujuan dari usaha seorang wanita dalam kehamilan adalah:
- Meyakinkan adanya keamanan bagi diri dan bagi bayinya selama
kehamilan dan persalinan.
- Meyakinkan adanya penerimaan sosial bagi diri dan bayinya.
- Meningkatkan ikatan tarik menarik dalam konstruksi dari image dan
identitas dari saya dan anda.
- Mencari kedalaman dari arti tindakan transitif dari memberi dan
menerima.

Tugas atau tujuan dari aktivitas selama hamil, bersalin dan puerpurium
digambarkan lebih ringkas oleh Josten (1981) sebagai berikut:

- Memastikan kesejahteraan fisik untuk dirinya dan bayinya.


- Penerimaan sosial untuk dirinya dan bayinya oleh orang-orang berarti
bagi mereka.
- Keterikatan kepada si bayi.
- Pemahaman atau kerumitan menjadi seorang ibu.

Dari data yang telah di jelaskan oleh Josen, kemudian Rubin mengidentifikasi
3 aspek reaksi umum pada wanita hamil meliputu:

- Trimester I
Ambivalen, takut, fantasi, khawatir.
- Trimester II
Perasaan lebih enak, meningkatnya kebutuhan untuk mempelajari tentang
perkembangan dan pertumbuhan janin, menjadi narsistik, pasif, introvert,
kadang egosentrik dan self centered.
- Trimester III
Berperan aneh, sembrono, jelek. Menjadi lebih introvert, merefleksikan
terhadap pengalaman masa kecil.
Tiga aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu hamil meliputi image ideal,
image diri, dan body image:
- Gambar tentang idaman (Image Idea)
Sebuah gambaran ideal atau positif mengenai perempuan yang berhasil
melaksanakan perannya sebgai ibu yang baik. Seorang ibu muda akan
mempunyai seorang yang dijadikannya contoh bagaimana seharusnya
menjadi seorang ibu.
- Gambaran tentang diri (Image Diri)
Gambaran menganai dirinya sendiri dihasilkan melalui pengalaman.
Gambaran diri seorang perempuan adalah bagaimana seorang Perempuan
tersebut memandang dirinya, sebagai bagian dari pengalaman diri, terkait
dengan peran ibu yang akn dilakukan.
- Gambaran tubuh (Body Image)
Perubahan yang terjadi pada tubuh Perempuan selama proses kehamilan
dan perubahan spesifik yang terjadi selama kehamilan serta setelah
kehamilan.
Tahap-tahap psikososial yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai
perannya adalah:
- Anticipatory stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi
dengan anak yang lain.
- Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada
tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
- Plateu stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu.
Tahap ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian
melanjutkan sendiri.
- Disengagement
Merupakan tahap penyelesaian yang mana latihan peran sudah
berakhir.
Beberapa tahapan aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu menurut
Rubin adalah sebagai berikut:
- Taking On (tahapan meniru, mimicry, dan bermain peran atau role play)
Seorang Wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan
memulainya dengan meniru atau melakukan peran seorang ibu. Dalam
tahapan taking on terdapat kegiatan mimicry (peniruan) yaitu menciptakan
kondisi dimasa yang akan datang dengan sengaja, misalnya: berlatih
merawat bayi dengan menjadi pengasuh anak temannya atau mencoba
mencoba menyuapi anak kecil.
- Taking in ( Fantasi dan Introyeksi-Proyeksi-Rejeksi)
Taking in meliputi kegiatan berfantasi. Fantasi perempuan tidak
hanya meniru tetapi sudah mulai menbayang kan peran yang dilakukan
dimasa yang akan datang, misalnya: akan seperti apa proses persalinannya
nanti atau baju apa yang akan dikenakan bayinya nanti. Kegiatan
introjections, projection, dan rejection yang merupakan tahap dimana
perempuan menirukan model-model yang ada sesuai dengan pendapatnya.
Wanita mencoba mengolah pesan atau memandingkan gambaran ide
tentang seorang ibu dengan keadaan dirinya sendiri. Dalam tahap ini, bisa
terjadi proses penerimaan dan penolakan. Misalnya: saat ini memandikan
bayinya dirumah, dia akan melakukannya berdasarkan apa yang dipelajari
di rumah sakit atau di tempat lainnya.
- Letting Go (Grief-Work)
Merupakan fase dimana perempuan menginggat kembali proses dan
aktivitas yang sudah dilaksanakannya. perempuan tersebut mengevaluasi
hasil tindakannya dimasa lalu dan menghilangkan tindakan yang dianggap
sudah tidaj tepat lagi.

2. TEORI RAMONA MERCER


Mercer merupakan seorang perawat yang sangat perhatian terhadap proses
persalinan. Dia adalah salah satu murid Reva Rubin yang telah menghasilkan
banyak karya ilmiah. Sepanjang kariernya selama 30 tahun, Mercer melakukan 2
penelitian penting yaitu efek stres antepartum pada keluarga dan pelaksanaan ibu.
Teori Mercer lebih menekankan pada stress anterpartum dan mencapai peran ibu.
Ia mengidentifikasi seorang perempuan pada awal postpartum, yang
menunjukkan bahwa perempuan akan lebih mendekatkan diri pada bayinya
dibanding dengan melakukan tugas sebagai seorang ibu pada umumnya.
- Efek Stres Antepartum
Stress anterpatrum dijelaskan sebagai komplikasi dari kehamilan atau
kondisi berisiko tinggi dan peristiwa atau pengalaman atau pandangan negatif
tentang peristiwa kehidupan. Keluarga digambarkan sebagai satu sistem yang
dinamis yang meliputi subsistem-individu (bapak, ibu, janin atau bayi) dan
pasangan (ibu-bapak, ibu-janin atau bayi, bapak-bayi) dalam sistem keluarga
secara keseluruhan.
Riset Mercer dan kawan-kawan menjelaskan tentang efek stress antepartum
terhadap fungsi keluarga sebagai satu keutuhan, fungsi pasangan individual
( hubungan timbal balik ibu-ayah, ibu-bayi, ayah-bayi) dalam keluarga, dan status
kesehatan sebagai variabel dependen atau variabel bebas.
Ramona mengidentifikasikan 6 variabel independen yang berhubungan
dengan status kesehatan. Hubungan pasangan ibu dan anak dan fungsi keluarga
yaitu: stress antepartum, dukungan sosial, self esteem, perasaan menguasai,
kecemasan dan depresi.
Mercer kemudian mempresentasikan 3 model yang mendukung hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen diatas, yaitu:
1. Hubungan stres antepartum dengan individu
2. Hubungan stres anterpartum dengan pasangan individual
3. Hubungan stres anterpartum dengan fungsi keluarga
Kemudian pada tahun 1988 Mercer menngemukakan hasil risetnya tentang
efek stres anterpartum terhadap fungsi keluarga yaitu bahwa variabel-variabel
mempunyai efek negatif atau atau positif terhadap fungsi keluarga, yang dapat
diuraikan sebagai berikut: stress dari peristiwa kehidupan yang negatif dan resiko
atau komplikasi kehamilan. Harga diri dan status kesehatan, dan support sosial
diprediksi mempunyai efek positif langsung terhadap rasa penguasaan (sense of
mastery). Sense of mastery diperkirakan mempunyai efek negative langsung
terhadap kecemasan, yang pada akhirnya mempunyai afek negative terhadap
fungsi keluarga.
Mercer kemudian menguji coba model efek stress anterpratum terhadap
fungsi keluarga bagi wanita yang di rawat dirumah sakit dengan resiko atau
komplikasi kehamilan., kemudian dibandingkan dengan wanita dengan kehamilan
resiko rendah. Hasilnya ternyata bahwa Wanita dengan kehamilan resiko tinggi
mengalami fungsi keluarga yang kurang optimal dari pada keluarga para wanita
dengan kehamilan risiko rendah. Stress anterperum adalah komplikasi dari risiko
kehamilan dan pengalaman negatif dalam hidup seorang wanita. Tujuan asuhan
yang diberikan adalah memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi
kepercayaan diri ibu.
Penelitian Mercer menunjukan ada 6 faktor yang berhubungan dengan status
kesehatan ibu yaitu:
a. Hubungan interpersonal
b. Peran keluarga
c. Stress anterparetum
d. Dukungan sosial
e. Rasa percaya diri
f. Penguasaan rasa takut,ragu dan depresi.
Maternal role (peran ibu) menurut Mercer adalah bagaimana seorang ibu
memperoleh identitas baru yang yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran
yang lengkap tentang dirinya sendiri.
- Pencapaian Peran Ibu
Salah satu dari penekanan dari karya mercer adalah pencapaian pesan ibu
“menjadi seorang ibu berarti mengambil suatu identitas baru”. Mengambil
suatu identitas baru mencakup suatu pemikiran kembali secara menyeluruh
dan mendefinisikan Kembali mengenai dirinya sendiri.
Bidan diamerika menaruh perhatian pada pencapaian peran ibu. Karna
menurut Mercer, minat peran ini adalah penting karna beberapa orang
mengalami kesulitan dalam memikul peran ini, dimana menurut Mercer, ada
ada konsenkuensinya untuk anak-anak mereka. “sementara kebanyakan
wanita mencapai peran ini dengan sukses, ada sekitar 1-2 juta ibu (diamerika)
mengalami kesulitan dengan peran ini. Yang terbukti dengan sejumlah
penganiyaan dan menelantarkan anak-anaknya” (Mercer, 1981).
Mercer seperti trubin mengambil pendekatan saling memengaruhi
(interactionist) dalam memahami proses dimana seseorang mengalami proses
dimana seseorang mengalami suatu peran baru. Pandangan dari
(interactionist) dalam memahami proses dimana seseorang mengalami suatu
peran baru. Pandangan dari interactionist adalah bahwa cara seseorang
berperan dan bertindak dalam suatu peran tergantung dari reaksi dan interaksi
yang mereka alami dengan orang-orang yang di sekitarnya, misalnya
suaminya, keluarganya, dan orang lain.
Pencapain peran ibu adalah suatu proses interaksi dan perkembangan
yang terjadi dalam suatu kurun waktu, sementara itu akan terjadi ikatan
dengan bayinya. Membutuhkan kompetensi dalam mengemban tugas
pengasuhan yang terlibat dalam peran tersebut. Pengambilan peran
melibatkan interaksi aktif dari pengambil peran dan partner si peran. Setiap
respon terhadap isyarat terhadap orang lain (Mercer, 1986).
Penampilan peran seseorang juga dipengaruhi oleh pengalaman masa
lalunya dan pandangan dari mereka sendiri. Mercer mengambarkan dasar
teori dari penelitian dalam teori pencapaian peran yang mengidentifikasikan
4 tahap dalam pencapaian peran, yaitu: pendahuluan (anticipatory), formal,
informal dan tahap personal.
Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk
mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. lebih lanjut, Mercer
menyebutkan tentang stress antepartum terhadap fungsi keluarga baik yang
positif maupun negatif. bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil dapat
mengatasi stress antepartum. Stress antepartum karna resiko kehamilan dapat
memengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan dukungan keluarga
dan bidan, maka ibu dapat mengurangi dan mengatasi rasa tidak percaya
dirinya selama kehamilan atau mengatasi stress antepartum.
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama kehamilan (trimester I, II,
dan III) merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan
kebidanan bahwa menarche, kehamilan, nifas dan menopause merupakan hal
yang fisologis.
Perubahan yang dialami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat
menimbulkan stress antepartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan
kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis
(normal), perubahan yang dialami oleh ibu hamil antara lain adalah:
- Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga
dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan
bayinya.
- Ibu memerlukan sosialisasi
- Ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi pada
tubuhnya
- Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan ke masa
menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.
Contohnya: Ibu Rika hamil 2 bulan, ini kehamilannya yang Rika sangat
berhati-hati dalam kehamilannya ini ia sangat khawatir bila terjadi hal yang
sama pada kehamilannya yang lalu, sehingga iya merasa cemas berlebihan, ia
tidak mau melakukan aktifitas apa pun, sepanjang hari Ibu Rika hanya tiduran
saja, dan ia merasa stress dengan kehamilan ini. Bidan Evi memberikan
asuhan sesuai dengan teori Ramona, yang menekankan pemberian asuhan
pada ibu hamil yang menggalami stress antepartum akibat pengalaman negatif
yang lalu atau komplikasi dari kehamilan (resti) sehingga ibu hamil dapat
memiliki kepercayaan diri kembali dalam menjalani kehamilannya. Bidan Evi
menganjurkan agar Ibu Rika menerika kehamilan dengan rasa bahagia tanpa
ada kecemasan karena dapat mempengaruhi perkembangan janinnya.

Emapat tahapan dalam pelaksanaan peran ibu mwnurut Mercer adalah


sebagai berikut:

a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu,di mana wanita mulai melakukan
penyesuaian sosial dan piskologi dengan mempelajari segala sesuatu
yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya. Bimbingan peran
dibutuhkan sesuai dengan kondisi system sosial
c. Informal
Di mana wanita sudah mampu menemukan jalan yang unik dalam
melaksanakan perannya.
d. Personal
Merupakan tahap terakhir,dimana wanita sudah mahir melakukan
perannya sebagai ibu.
Menurut Mercer,wanita dalam mencapai peran ibu di pengaruhi oleh
factor-faktor:
a. Faktor ibu:
1) Umur ibu pada waktu melahirkan
2) Persepsi ibu pada waktu melahirkan pertama kali
3) Stress sosial
4) Memisahkan ibu dengan anak secepatnya
5) Dukungan sosial
6) Konsep diri
7) Sifat pribadi
8) Sikap terhadap membesarkan anak
9) Status kesehatan ibu
b. Faktor bayi
1) Temperamen
2) Kesehatan bayi
c. Faktor-faktor lainnya
1) Latar belakang etnik
2) Status perkawinan
3) Status ekonomi

Dari faktor dukungan sosial, Mercer mengidentifikasikan adanya 4 faktor


pendukung:
a. Emotional support, yaitu perasaan mencintai,penuh perhatian,percayaan
dan mengerti.
b. Informational support, yairtu memberikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya
sendiri.
c. Physical support, misalnya dengan membantu merawat bayi dan
memberikan tambahan dana.
d. Appraisal support, ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi
dirinya sendiri dalam pencapaian peran ibu.
Sebagai perbandingan, Rubin menyebutkan peran ibu sudah dimulai sejak ibu
mulai hamil sampai 6 bulan setelah melahirkan, Tetapi menurut Mercer mulainya
peran ibu adalah setelah bayi lahir (3-7 bulan setelah melahirkan).
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkah pendidikan, ras, status perkawinan,
status ekonomi dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh
dalam pencapaian peran.
Peran bidan diharapkan oleh Mercer daldam teorinya adalah membantu
wanita dalam melaksanakan tugas dalam adaptasi peran dalam mengidentifikasi
faktor-faktor yang memngaruhi pencapaian peran ini dan kontrabusi dari stres
antepartum.
Pada masa postpartum, Mercer mempresentasikan suatu model peran ibu
selama tahun pertama yang terdiri dari:
a. Physical recovery phase (mulai lahir sampai 1 bulan)
b. Achievement phase (2-4/5 bulan)
c. Dsruption phase (6-8 bulan)
d. Reorganisation phase (8-12 bulan)
Fase-fase adaptasi di atas mencangkup tiga level, yaitu level biologi,
piskologi, dan sosial.Level biologi meliputi pemulihan fisik dab adaptasinya
terhadap tumbuh kembang bayi. Level psikologi merupakan reaksi dan persepsi
wanita tentang menjadi ibu. Level sosial meliputi perubahan-perubahan dalam
hubungan sosial pada tahun pertama.
Proses adaptasi pada setiap fase di atas sangat bervariasi.
Pada phase physical recovery, adaptasi level biologi lebih menonjol.Sedangkan
pada phase lebih lanjut, adaptasi level psikologi dan sosial mejadi lebih menonjol.
Stres dari pengalaman hidup yang buruk dan kehamilan berisiko
membawa akibat negative secara langsung pada penghargaan diri dan status
kesehatannya: penghargaan diri, status kesehatan, dan dukungan sosial membawa
akibat positif secara langsung pada penguasaan perasaan dan kemampuan
orangtua: penguasaan membawa perasaan akibat negatif secara langsung pada
kegelisahan dan kehilangan di mana akhirnya juga membawa akibat negatif
secara langsung pada fungsi keluarga.

3. TEORI ERNESTINE WIEDENBACH


Ernestine adalah seorang perawat kebidanan lulusan Fakultas Kebidanan
Universitas Yale, yang sangat tertarik pada masalah seputar kebidanan maternitas
yang terfokus pada keluarga (Family-Centered Maternity Nursing).
Dia adalah seorang perawat yang telah bekerja selama 20 tahun. Kemudian ia
selesaikan kualifikasi nurse-midwife tahun1946. Selain berpengalaman sebagai
perawat dengan bekerja di klinik selama puluhan tahun, ia juga seorang penulis
yang telah menghasilkan beberapa buku dan berpartisipasi dalam beberapa
penelitian salah satunya bersama ahli filsafat bernama Dickoff. Konsep yang
dihasilkan oleh Ernestine bukan hasil penelitian melainkan hasil pemikiran yang
dituangkan dalam bukunya Family-Centered Martenity Nursing.
Ernestine sudah pernah bekerja dalam satu proyek yang mempersiapkan
persalinan berdasarkan teori Dr. Grantley Dick Read. Ernestine mengembangkan
teorinya secara induktif berdasarkan pengalaman dan observasinya dalam praktik.
Konsep yang luas, menurut Ernestine yang nyata ditemukan dalam kebidanan,
yaitu:
1. The agent: Perawat, bidan, atau tenaga kesehatan lain
2. The recipent: Wanita, keluarga, masyarakat
3. The goal: Goal dari intervensi (tujuan)
4. The means: Metode untuk mencapai tujuan
5. The framework: Kerangka kerja (organisasi sosial, lingkungan sosial, dan
professional)

Konsep yang luas Ernestine yang nyata ditemukan dalam kebidanan:

1. The agent (perantara)


Meliputi perawat, bidan dan orang lain.
Ernestine mengutarakan 4 konsep yang mengaruhi praktik kebidanan yaitu
filosofi, tujuan, praktik dan seni. Filosofi yang dikemukakan adalah tentang
kebutuhan ibu dan bayi yang segera mengembangkan kebutuhan untuk persiapan
menjadi orang tua.
Bidan menjadi agen bagi klien dalam mencapai tujuan. Model ini
menekankan perlunya mempertimbangkan keyakinan atau teman sejawat atau
kologen dalam memberikan asuhan. Filosofi Ernestine tentang asuhan kebidanan
ditunjukan dalam uraian mengenai tujuan pokok maternity-nursing yang tidak
hanya memenuhi kebutuhan ibu dan bayi namun meluas hingga pemenuhan
kebutuhan ibu dan ayah dalam mengembangkan kekuatan dari dalam dengan
penuh percaya diri dalam rangka mempersiapkan dan mencapai peran mereka
sebagai orang tua.
2. The Recipient (penerima)
Meliputi wanita, keluarga, masyarakat.
Menurut Ernestine adalah memenuhi kebutuhan terhadap bantuan. Individu
penerima harus dipandang sebagai seorang yang kompeten dan mampu
melakukan segalanya sendiri. Jadi perawat atau bidan memberi pertolongan
hanya apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri. Recipient Ernestine adalah individu yang mampu
menentukan kebutuhannya akan bantuan.
Penerimaan asuhan adalah wanita dalam masa reproduksi keluarganya dan
masyarakat yang karena suatu hal tidak dapat memenuhi kebutuhannya.
Kebutuhan muncul karena adanya kondisi tertentu, misalnya: kehamilan,
persalinan, nifas dan sebagainya.
Recipient menurut Ernestine adalah “individu yang mampu menentukan
kebutuhannya akan bantuan (a need for help)”. Bidan perlu melakukan Tindakan
atau intervensi hanya bila terdapat kendala yang menyebabkan mereka tidak
dapat memenuhi kebutuhan secara memuaskan.
3. The goal atau purpose
Tujuan dari proses kebidanan adalah membantu orang yang membutuhkan
bantuan. Perawat atau bidan harus bisa mengidentifikasi kebutuhan pasien yang
terlihat melalui prilakunya yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
individu dengan memperhatikan fisik, emosional dan fisiologikal. Untuk bisa
mengidentifikasi kebutuhan pasien atau klien, bidan atau perawat harus
menggunakan mata, telinga, tangan, serta pikirannya.
Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum
menentukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka baru dapat di
perkirakan goal atau tujuan yang akan dicapai dengan pertimbangan tingkah laku
fisik, emosional, atau fisiologikal yang berbeda dari kebutuhan normal.
4. The means
Metode untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan ada empat tahap yaitu:
a. Identifikasi kebutuhan klien, memerlukan keterampilan dan ide
b. Memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan yang dibutuhkan
(ministion)
c. Memberikan bantuan sesuai kebutuhan (validation)
d. Mengoordinir tenaga yang ada untuk memberikan bantuan (coordination)

Untuk mengidentifikasi kebutuhan ini diperlukan:

- Pengetahuan: untuk bisa memahami kebutuhan pasien atau klien


- Judgement (penilaian): kemampuan pengambilan keputusan
- Keterampialan: kemampuan perawat atau bidan memenuhi kebutuhan
pasien
5. The frame work lingkungan sosial, organisasi, dan profesi.

4. TEORI ELA JOY LEHRMAN DAN MORTEN

Dalam menjalankan profesi kebidanan. Ela Joy Lehrman melihat makin

banyaknya tugas yang dibeban kan pada bidanyang harus dilaksanakan dengan
penus profesionalisme dan tanggung jawab. Dengan pandangan Ela Joy
Lehrman tersebut menjadi latar belakang munculnya teori kebidanan
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan. Teori Lehrman ini menginginkan
agar bidan dapat melihat semua aspek praktek pemberian asuhan pada wanita
hamil dan memberikan pertolongan persalinan.
Telah dilakukan banyak penelitian untuk mempelajari isi dalam proses dari
pemerikasaan antenatal. Robin, dkk 1983 dan Robinson 1985 mempelajari
peran bidan dalam memberi informasi yang komprehensif dan memberikan
nasihat dalam pelayanan kebidanan seperti waktu pemeriksaan perut dan
memberikan nasihat tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan
mereka belajar sejauh mana bidan mampu menujukanperannya memberi
asuhan ibu bersalin. Macintyre (1980) dalam ovservasinya menemukan
perbedaan antara retorik resmi antara nilai asuhan antenatal dan corak asuhan
yang impersonal yang dialami oleh ibu diklinik spesialis. Lehreman
mengidentifikasikan konsep yang menggaris bawahi asuhan antenatal yang
diberikan.
Lehrman menyelidiki bahwa pelayanan antenatal menunjukkan perbedaan
antara prosedur administrasi yang dibebankan serta manfaat antenatal dan
jenis pelayanan yang diterima wanita di klinik kebidanan. Hubungan antara
identifikasifaktor resiko dan keefektifan dari antenatal care terhadap hasil
yang diinginkan belum terpenuhi. Lerhman dan koleganya ingin menjelaskan
perbedaan antara pengalaman seorang wanita dengan seorang bidan untuk
mengaplikasikan konsep kebidanan dalam praktik. Tujuan dari penelitian
yang dilakukan Lehrman yaitu mengidentifikasi komponen-komponen yang
saling memengaruhi dalam praktek kebidanan.
Lerhman dan morten mengemukakan 7 konsep penting dalam pelayanan
antenatal:
- Asuhan kebidanan yang berkesinambungan
- Keluarga sebagai pusat asuhan kebidanan.
- Pendidikan dan konseling merupakan sebagian dari asuhan.
- Tidak ada intervensi dalam asuhan kebidanan.
- Keterlibatan dalam asuhan kebidanan
- Advokasi dari pelayanan kebidanan
- Waktu

Dari ketujuh komponen yang dibuat Lerhman tersebut kemudian diuji


cobakan oleh marten pada tahun 1991 pada pasien pascapartum. Dari hasil
penerapan uji coba tersebut morten menambahkan tiga komponen utama lagi
pada ketujuh konsep yang dibuat oleh Lehrman yaitu:

a. Teknik Terapeutik
Teknik Teraupeutik dijelaskan sebagai proses komunikasi yang
menguntungkan atau mendorong pertumbuhan dan penyembuhan.
Proses komunikasi yang sangat penting dalam komunikasi konseling
secara khusus yang lebih mengutamakan konsep terapi seorang
kesehatan dalam proses perkembangan dan penyembuhan pasien atau
klien. Terapeutik dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap
misalnya:
 Mendengar aktif
 Mengkaji masalah
 Klarifikasi masalah
 Humor
 Sikap yang tidak menuduh
 Pengakuan kesalahan
 Fesilitasi
 Pemberian izin
b. Pemberdayaan (Enpowerment)
Pemberdayaan adalah suatu proses memberi power kekuatan dan
penguatan. Bidan melalui penampilan dan pendekatan akan
meningkatkan energi dan sumber dari dalam diri klien. Indikatornya
antara lain: penguatan atau penegasan (affirmation), memvalidasi,
meyakinkan kembali, dukungan (support).
c. Hubungan Dengan Sesama (Lateral Relationship)
Hubungan lateral diartikan sebagai: bidan meningkatkan interaksi
yang mempunyai ciri keterbukaan (self of openness). Menjalin
hubungan yang baik dengan klien, saling menghargai antara bidan dan
klien, Indikator hubungan lateral adalah: kesejajaran, empati, berbagi
pengalaman atau perasaan.

5. TEORI JEAN BALL


Jean Ball adalah seorang bidan dari British yang telah melakukan risetnya
secara intensif terhadap kebutuhan wanita pada masa postnatal, dan
konsekuensinya bagi wanita yang mendapat asuhan dari berbagai unit pelayanan.
Dalam bukunya “Reaction to motherhood” (1987) ia menjelaskan tujuan asuhan
postnatal yang sekaligus juga menjadi filosofi Jean Ball tentang postnatal cara
sebagai berikut: “membantu seorang wanita agar berhasil menjadi ibu, dan
kebersihan ini tidak hanya melibatkan proses fisiologi seja tapi juga psikologi dan
emosional yang memotivasi keinginan untuk menjadi orang tua serta
pencapaiannya.”
Terdapat tiga faktor yang memengaruhi keadaan emosional ibu saat postpartum
yaitu:
1. Kepribadian ibu
2. Dukungan dari keluarga atau lingkungan sosial
3. Layanan yang di berikan bidan

Ball mengemukakan bahwa teori kursi goyang yang dimaksudkan tersebuat


dibentuk oleh 3 elemen:
1. Pelayanan maternitas.
2. Pandangan Masyarakat terhadap keluarga
3. Sisi penyangga atau support terhadap keperibadian wanita
Ball mengemukakan bahwa teori kursi goyang atau deck chair apabila:

a. Dasar kursi dibentuk oleh pelayanan kebidanan yang berpijak pada


pendangan Masyarakat tentang keluarga.
b. Topangan kanan kiri adalah kepribadian wanita, pengalaman hidup
c. Topangan Tengah (yang menyangga kursi dari belakang kanan
kiri)adalah keluarga dan support system
d. Tempat duduk mengambarkan kesejahateraan maternal, yang tergantung
pada efektivitas elemen-elemen sebagai berikut.
2. Jika deck chair tidak ditegakkan dengan benar, maka ia akan
kolpas atau saat diduduki
3. Jika kursi tidak diletakan pada lantai yang kuat maka kursi akan
jatuh
4. Jika bangian-baguiannya tidak cocok satu sama lain mungkin
dapat saja menyangga, namun yang menduduki tidak nyaman dan
mengalami ketegangan.
Agar ibu mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik maupun
psikologis.
- Teori Ball:
1. Teori Perubahan
2. Teori Stress, Coping, dan Support
3. Teori Dasar
- Teori Jean Ball dalam Konsep:
- Womwn: Ball memusatkan perhatiannya terhadap perkembangan
emosional dalam proses melahirkan
- Health: Merupakan pusat dari model Ball, tujuan dari postnatal cara agar
mampu menjadi ibu
- Environment: Lingkungan sosial dan organisasi dalam sisi dukungan
- Midwife: Berdasarkan penelitian asuhan postnatal, misalnya dikhwatirkan
kurang efektif karena kurangnya pengetahuan tentang kebidanan
- Self: Secara jelas kita dapat melihat bahwa peran bidan dalam
memberikan dukungan dan membantu seorang wanita untuk menjadi
yakin dengan perannya sebagai ibu
6. TEORI OREAM
Oren menamakan teori self-care deficit sebagai teori umum dalam kebidanan.
Ada 3 teori yang terkait didalamnya, yaitu:
a. Self-care theory
b. Self-care deficit theory
c. Nursing system theory
Self-care adalah:
- Kontribusi yang terus-menerus dari seorang dewasa terhadap kelanjutan
eksistensi, kesehatan dan kesejahteraan.
- Individu pribadi yang memprakarsai dan melaksanakan sendiri aktivitas
yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan
kesejahteraannya.

Self-care model menekankan bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan


untuk merawat dirinya sendiri dan mereka mempunyai hak untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri, kecuali tidak memungkinkan.

Orang yang dapat memenuhi kebutuhan self-care sendiri disebut self-care


agent. Orang dewasa yang normal dan sehat merupakan agent untuk dirinya
sendiri. Sedangkan untuk bayi, anak, orang tidak sadar atau sakit berat, keluarga
atau perawat merupakan dependent-care agent.

Menurut Orem, kebutuhan self-care dibagi 3 kategori:

1. Universal self-care
Berlaku untuk untuk semua orang dan dikaitkan dengan fungsi dan proses
kehidupan sering disebut sebagai “kebutuhan dasar manusia” yang terdiri atas:
a. Pemeliharaan kebutuhan udara yang cukup.
b. Pemeliharaan kebutuhan air yang mencukupi.
c. Pemeliharaan makanan yang mencukupi.
d. Penetapan kesepakatan yang berkaitan
e. Pemeliharaan terhadap keseimbangan aktivitas dan istirahat
f. Pemeliharaan terhadap keseimbangan antara kesendirian dan interaksi
sosial
g. Pencegahan terhadap hal yang membahayakan kehidupan, fungsi dan
kesejahteraan
h. Peningkatan fungsi dan pengembangan manusia dalam kelompok sosial
sesuai dengan potensi, keterbatasan dan keinginannya sebagai manusia
normal
2. Develomental self-care
Kebutuhan ini timbul menurut tahap perkembangan individu dan lingkungan,
dimana individu tersebut berada dan memengaruhi perkembangan hidup
seseorang (dihubungkan dengan perubahan hidup seseorang atau siklus
kehidupan).
3. Health deviation self-care
Kebutuhan ini dibutuhkan karena kesehatan seseorang terganggu, misalnya:
keadaan sakit atau ketidak mampuan yang mengakibatkan perubahan dalam
prilaku self-care.
Bila ada tuntutan untuk merawat dirinya sendiri dan insividu tersebut mampu
memenuhi tuntutan, maka self-care ini memungkinkan, tetapi tuntutan lebih besar
dari kemampuan individu untuk memenuhinya maka akan terjadi ketidak
seimbangan dan hal ini di sebut self-care difisit.
Self-care difisit merupakan inti dari Orem General Theory of Nursing sebab
hal ini menggambarkan kapan kebidanan ini diperlukan. Self-care defisit
merupakan kriteria untuk mengidentifikasi, apakah seseorang memerlukan
bantuan asuhan kebidanan. Dengan demikian, kebidanan diperlukan bila terdapat
ketidak mampuan atau keterbatasan seseorang dewasa atau orang tua (umtuk
anak) dalam memenuhi self-care yang diperlukan secara terus-menerus atau bila
timbul kebutuhan untuk menggunakan teknik khusus atau menerapkan
pengetahuan ilmiah dalam merencanakan atau menentukan asuhan.
Tujuan untuk memenuhi kebutuhan self-care dapat di capai dengan cara
sebagai berikut:
1. Menurunkan kebutuhan self-care ke tahap dimana pasien dapat
memenuhinya.
2. Meningkatkan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan self-care.
3. Memperbolehkan keluarga atau orang lain untuk memberikan dependent care
bila self-care tidak dimungkinkan.
4. Apabila hal tersebut diatas tidak dapat dilaksanakan maka perawat akan
melaksanakannya.
Untuk memenuhi kebutuhan self-care pasien, dapat dilakukan oleh perawat
dan atau oleh pasien itu sendiri melalui 3 macam sistem kebidanan dengan 5
metode kebidanan:
1. Totally compensatory nursing sistem
Perawat mengambil alih tanggung jawab untuk melakukan semua aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan self-care.
2. Partially compensatory nursing sistem
Perawat mengambil alih Sebagian aktivitas untuk memenuhi kebutuhan self-
care dan aktivitas lain yang masil dapat dilakukan oleh pasien atau keluarga.
3. Educative or supportive nursing sistem
Pasien berpotensiuntuk memenuhi kebutuhan self-care aktivitas, perawat
hanya memberi penyuluhan dan dukungan kepada pasien sehingga
diharapkan ia dapat memenuhi kebutuhan self-care untuk dirinya.
Lima metode bantuan yang dapat diberikan adalah:
a. Berperan atau melaksanakan
b. Mengajak atau menyuluh
c. Membimbing
d. Mendukung
e. Menciptakan lingkungan yang menunjukan tumbuh kembang

Untuk dapat melaksanakan bantuan kepada pasien, 5 aspek perlu


diperhatikan:

1. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien, keluarga, kelompok sampai ia


dapat melepaskan diri atau melaksanakan sendiri asuhan.
2. Menentukan bantuan yang bagaimana yang dibutuhkan pasien dalam
memenuhi kebutuhannya.
3. Memberikan bantuan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pasien.
4. Merencanakan bantuan langsung bersama pasien atau keluarga atau orang
lain yang akan melaksanakan asuhan.
5. Mengoordinasikan dan mengintegrasikan asuhan kebidanan dengan
kegiatan pasien sehari-hari, pelayanan kesehatan lain yang diperlukan atau
diterima dan pelayanan sosial dan pendidikan yang diperlukan atau
diterima.

B. Konseptual Kebidanan
Konsep kebidanan sendiri merupakan suatu kerangka dalam bidang keilmuan
bidan yang meliputi dan membahas mengenai definisi bidan, falsafah kebidanan, teori
dan praktek kebidanan, tinjauan keilmuan kebidanan, bahasan mengenai beberapa
bagian dari ilmu kebidanan, pelayanan kebidanan, serta asuhan kebidanan.
Konseptual model kebidanan adalah tolak ukur bagi bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan. Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide yang
menjadi dasar suatu disiplin. Model asuhan kebidanan yaitu kehamilan dan persalinan
merupakan suatu proses kehidupan normal.
Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau objek
yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial yang menarik
perhatiannya.
Fungsi konsep dan teori, sebagai alat untuk mengidentifikasi fenomena yang
diobservasinya. Sedangkan teori adalah jalur logika atau penalaran yang digunakan
oleh peneliti untuk menerangkan hubungan pengaruh antarfenomena yang dikaji.
 Konsep: Penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang
dapat diuji melalui observasi atau penelitian.
 Model: Contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu.
 Kebidanan: Merupakan ilmu yang terbentuk dari berbagai disiplin ilmu
(multidisiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu
kedokteran, ilmu kebidanan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu
kesehatan Masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan
pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsepsi, konsepsi, masa hamil, ibu
bersalin, postpartum, bayi dan bayi baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi
pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling
dan Pendidikan terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
 Model Kebidanan: Suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan
kerangka kerja seorang bidan dalam bmemberikan asuhan kebidanan.
C. Definisi Bidan
Menurut International Confederation of Midwifery (ICM) tahun 2002, bahwa
bidan dapat didefinisikan sebagai seorang perempuan yang lulus dari pendidikan
bidan yang diakui dan terakreditasi memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan,
disertifikasi dan secara sah mendapat lisensi untuk melakukan praktik kebidanan.
Bidan terkait erat dengan kebidanan. Kebidanan merupakan bagian integral dari
sistem kesehatan dan berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut pendidikan,
praktik, dan kode etik bidan. Dalam menjalankan praktiknya, bidan memiliki
pandangan hidup yang digunakan sebagai kerangka berpikir dalam menjalankan
asuhan kebidanan yang disebut dengan filosofi kebidanan (Megasari, et al. 2019).
Sehingga filosofi kebidanan dapat diartikan sebagai keyakinan setiap bidan yang
digunakan sebagai kerangka berpikir dalam memberikan asuhan kebidanan kepada
klien. Bidan diharapkan
dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan, serta berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan
budaya (Kuswanti, 2014).
Menurut Klinner (1892), kebidanan berasal dari bahasa Sansakerta. Di dalam
bahasa tersebut terdapat kata “widwan” yang artinya adalah cakap, “membidan” yang
artinya mengadakan sedekah bagi seorang penolong bersalin yang minta diri setelah
bayi berumur 40 hari. Kebidanan adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari
keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan
menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause,
bayi baru lahir dan balita, fungsi – fungsi reproduksi manusia serta memberikan
bantuan atau dukungan pada perempuan, keluarga, dan komunitas (Megasari, et al.
2019).
D. Filosofi Kebidanan
Filosofi kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam
memberi pelayanan kebidanan. Sedangkan asuhan kebidanan menggambarkan
keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam
memberi asuhan kebidanan. Filosofi kebidanan dalam implementasinya di dalam
pelayanan kebidanan atau asuhan kebidanan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor
yaitu filosofi individu, filosofi bangsa, pengalaman, dan nilai masyarakat.
Filosofi berasal dari Bahasa Yunani: philosophy yang berarti menyukai kearifan
atau bisa diartikan sesuatu yang memberikan gambaran dan berperan sebagai
tantangan untuk memahami dan menggunakan filosofi sebagai dasar untuk
memberikan informasi dan meningkatkan praktik tradisional (Yanti, et al. 2015).

Beberapa pengertian dari filosofi kebidanan adalah sebagai berikut:


1. Filosofi adalah disiplin ilmu yang difokuskan pada pencarian dasar – dasar dan
penjelasan yang nyata (Hin dan Kramer, 1997).
2. Filosofi adalah pendekatan berpikir tentang kenyataan, meliputi tradisi agama,
marxisme, eksistensialisme, dan fenomena yang berhubungan dengan kesehatan
masyarakat (Pearson dan Fughan, 1998).
3. Filosofi adalah ungkapan seseorang terhadap nilai, sikap, dan keyakinan meskipun
pada waktu yang lain ungkapan tersebut merupakan kepercayaan kelompok yang
lebih sering disebut dengan ideologi (Moya Davis, 1993).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa filosofi


adalah suatu yang dapat memberikan gambaran dan berperan sebagai dasar dalam
memberikan informasi ataupun meningkatkan praktik profesional. Filosofi memberi
makna dan dapat langsung dipraktikkan dalam acuan membuat keputusan. Filosofi
dapat menunjukkan apakah sebuah tindakan sesuai dengan yang diyakini. Tanpa
filosofi sebagai acuan, keyakinan seseorang mudah dipengaruhi tradisi dan adat
istiadat. Filosofi merupakan pandangan hidup, maka dalam aplikasinya filosofi
memberikan manfaat untuk kehidupan, yaitu sebagai dasar untuk bertindak,
mengambil keputusan, mengurangi kesalahpahaman atau konflik, dan sebagai bekal
untuk selalu siap menghadapi situasi kehidupan yang berubah – ubah.

Filosofi kebidanan adalah suatu ilmu tentang pandangan hidup bidan yang
digunakan sebagai kerangka pikir dalam melaksanakan tugas kebidanan yaitu
memberikan pelayanan asuhan kebidanan. Tujuan dari filosofi kebidanan ini adalah
memberikan persepsi yang sama kepada bidan tentang hal-hal penting dan berharga
dalam memfasilitasi proses penanggulangan teori dan praktik.

Secara filosofi kebidanan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu kebidanan yang
memiliki karakteristik ilmu pengetahuan yaitu sebagai berikut:

1. Bersifat universal yang mempunyai arti yaitu berlaku untuk seluruh disiplin yang
bersifat keilmuan.
2. Bersifat generik yang mempunyai arti yaitu mencirikan kegolongan tertentu dari
pengetahuan ilmiah, Contohnya ilmu-ilmu sosial.

3. Bersifat spesifik yang mempunyai arti yaitu memiliki ciri-ciri yang khas dari semua
disiplin ilmu yang membedakan dengan disiplin ilmu lain.

E. Pelayanan Kebidanan

Seperti pelayanan bidan di belahan dunia ini, pada awalnya bidan hanya
mempersiapkan ibu hamil agar dapat melahirkan secara alamiah, membantu ibu
dalam masa persalinan dan merawat bayi, namun demikian karena letak geografis
Indonesia yang merupakan negara kepulauan sehingga banyak daerah yang sulit
dijangkau oleh tenaga medis dan banyaknya kasus risiko tinggi yang tidak dapat
ditangani terutama di daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan mendorong
pemberian wewenang kepada bidan untuk melaksanakan tindakan kegawatdaruratan
pada kasus-kasus dengan penyulit terbatas misalnya manual placenta, forsep kepala
letak rendah, infus dan pengobatan sederhana. Kewenangan bidan untuk saat ini
diatur dalam Permenkes No.1464/Menkes/PER/2010, namun sebelumnya akan
dijelaskan dulu perkembangan pelayanan bidan. Pada tahun 1952 diperkenalkan
pelayanan kesehatan ibu dan anak di Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Pada
tahun 1960, Kesehatan Ibu dan Anak menjadi program layanan bidan di seluruh
Puskesmas. Selanjutnya pelayanan Keluarga Berencana dikembangkan secara
Nasional pada tahun 1974 dan bidan diizinkan memberikan layanan Keluarga
Berencana (KB) dengan metode sederhana, metode hormonal (KB pil, suntik, Implan)
dan IUD (Intra Uterine Device). Pada tahun 1990 perkembangan KIA (Kesehatan Ibu
dan Anak) mengarah pada keselamatan keluarga dan pelayanan bidan berkaitan
dengan peningkatan peran wanita dalam mewujudkan kesehatan keluarga. Sidang
Kabinet tahun 1992 Presiden Suharto mengemukakan perlunya dididik bidan untuk
bidan desa. Adapun tugas pokok bidan desa adalah pelaksana layanan KIA,
khususnya layanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan Bayi Baru Lahir termasuk
pembinaan dukun bayi, KB, pembinaan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu, dan
mengembangkan pondok bersalin. Pada tahun 1994 dengan adanya ICPD, pelayanan
bidan di Indonesia juga terpengaruh yaitu pelayanan bidan lebih menekankan pada
kesehatan reproduksi dan memperluas area pelayanan bidan yang meliputi
Safemotherhood (program penyelamatan selama masa reproduksi), Family Planning
(Keluarga Berencana), Penyakit Menular Sexual termasuk infeksi saluran reproduksi,
kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan reproduksi lanjut usia (lansia). Saat ini
dengan adanya Millenium Development Goals (MDG’s) pelayanan kebidanan lebih
difokuskan untuk mencapai MDG’s pada tahun 2015 terutama pencapaian tujuan
nomor 4 yaitu penurunan angka kematian anak dan nomor 7 yaitu peningkatan
derajad kesehatan ibu.

Pada saat ini pelayanan bidan di Indonesia mengacu pada Permenkes


No.1464/Menkes/PER/2010 Pasal 9 yaitu: Bidan dalam menjalankan praktik,
berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana. Dalam melaksanakan tugas, bidan melakukan kolaborasi,
konsultasi, dan rujukan sesuai kondisi pasien. Bersamaan dengan dikembangkannya
pendidikan dokter Indonesia pertama (Dokter Jawa), maka pada tahun 1851 Dr.
Willem Bosch, seorang dokter militer Belanda membuka pendidikan bidan bagi
wanita pribumi di Batavia. Akan tetapi pendidikan ini hanya berlangsung singkat dan
ditutup dua tahun kemudian, karena kurangnya calon/ peminat. Tetapi pada tahun
1891 diadakan persiapan untuk dibuka kembali dan baru pada tahun 1902
dilaksanakan lagi pendidikan bidan untuk wanita pribumi.
F. Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang


dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu kebidanan. Peranan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau
masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, Bayi Baru
Lahir (BBL), dan Keluarga Berencana (KB). Penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, persalinan, nifas,
Bayi Baru Lahir (BBL), dan Keluarga Berencana (KB). Pemberian pelayanan
kebidanan diharapkan dapat menggambarkan peningkatan mutu pelayanan kebidanan,
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, efektif dan efisien, serta
menjadi pengakuan profesionalisme kebidanan (Yanti, et al. 2015).

Lingkup pelayanan asuhan kebidanan pada anak meliputi:

1. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL).

2. Perawatan tali pusat.

3. Perawatan bayi.

4. Resusitasi pada bayi baru lahir.

5. Pemantauan tumbuh kembang anak.

6. Pemberian imunisasi.

Lingkup pelayanan asuhan kebidanan pada wanita hamil meliputi:

1. Penyuluhan dan konseling.

2. Pemeriksaan fisik.

3. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.

4. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencangkup ibu hamil dengan abortus
imminens, hipertensi gravidarum tingkat I, preeklamsi ringan dan anemia ringan.

Lingkup pelayanan asuhan kebidanan pada wanita bersalin meliputi:

1. Pertolongan persalinan normal.

2. Pertolongan persalinan normal yang mencangkup letak sungsung, partus macet


kepala dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, perdarahan post partum,
laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, postterm, dan preterm.

Lingkup pelayanan asuhan kebidanan pada wanita nifas meliputi:

1. Pelayanan ibu nifas normal.

2. Pelayanan ibu nifas abnormal yang meliputi retensio plasenta, renjatan, dan infeksi
ringan.
3. Pelayanan dan pengobatan pada klien ginekologis yang meliputi keputihan,
perdarahan tidak teratur dan penundaan haid (Kepmenkes RI No. 900 Pasal 16).

G. Ilmu Kebidanan

Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval
dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita,
fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan atau dukungan pada
perempuan, keluarga dan komunitasnya. Di dalam bahasa Inggris, kebidanan
diterjemahkan sebagai "Midwifery" sedangkan bidan disebut sebagai "Midwife".

Bidan adalah salah satu profesi di bidang kesehatan yang secara khusus
menangani kehamilan, persalinan, keadaan setelah melahirkan serta pelayanan-
pelayanan paramedis yang berhubungan dengan organ reproduksi. Ikatan Bidan
Indonesia atau yang disingkat IBI adalah organisasi profesi yang menghimpun seluruh
bidan di Indonesia. Saat ini IBI bersama seluruh pihak yang terkait dengan kebidanan
sedang memperjuangkan lahirnya Undang-undang tentang kebidanan. Pada tahun
2016, RUU Kebidanan telah masuk ke dalam daftar prolegnas DPR RI.

H. Manajemen Kebidanan
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider) harus dapat
melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang baik.
Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola atau
memanage segala sesuatu tentang kliennya sehingga tercapai tujuan yang di harapkan.
Dalam mempelajari manajemen kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar –
dasar manajemen sehingga konsep dasar manajemen merupakan bagian penting
sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang manajemen kebidanan. Akar atau dasar
manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan mempelajari
teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat
kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan
yang baik pula ketika bawahan dalam suatu system organisasi kebidanan. Demikian
pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan
haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan, masalah dari klien
tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu
manajemen secara umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan
bahkan manajemen skill. Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir
logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi
seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang
menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done). Manajemen
adalah mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan, kemudian menyelesaikannya,
Manajemen adalah menentukan tujuan dahulu secara pasti (yakni menyatakan dengan
rinci apa yang hendak dituju) dan mencapainya (Cole, 2004).

Prinsip-prinsip manajemen
a. Efisiensi Efisiensi adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan
sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana sesedikit mungkin. Efisiensi
adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang dicapai dan usaha yang telah di
keluarkan (misalnya oleh seorang tenaga kesehatan).
b. Efektivitas Efektivitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah
tercapai, efektivitas merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh manajemen.
c. Rasional dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang rasional
sangat diperlukan dalam proses manajemen. Keputusan merupakan suatu pilihan dari
dua atau lebih tindakan. Dalam istilah manajemen, pengambilan keputusan
merupakan jawaban atas pertanyaan tentang perkembangan suatu kegiatan (Brigham
and Ehrhardt, 2013).
BAB IV
KESIMPULAN

Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program pendidikan


kebidanan baik didalam negeri maupun diluar negeri yang dilakukan secara sah oleh
pemerintah pusat. Bidan merupakan salah satu profesi tertua sejak adanya peradaban umat
manusia. Dikatakan sebagai profesi tertua karena pada zaman dahulu bidan sudah ada tetapi
dalam wujud seorang dukun beranak. Dengan seiring berjalannya waktu profesi dukun
beranak diganti kan oleh seorang bidan yang sudah dilatih dan memiliki pendidikan bidan
dan sudah diakui oleh pemerintah, dalam hal ini pemerintah menetapkan tugas utama seorang
bidan adalah untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan menurunkan angka kematian
bayi (AKABA). Karena pada masa persalinan ditolong oleh dukun beranak angka kematian
ibu dan bayi sangatlah tinggi. Dengan tingginya angka kematian ini munculah sebuah profesi
yang disebut dengan profesi bidan. Peran bidan disini adalah sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong seorang ibu yang akan melakukan proses persalinan. Dalam era
globalisasi yang sedang kita hadapi sekarang peran bidan tidak hanya sebagai penolong
ketika bersalin, tetapi peran bidan bisa juga sebagai peneliti, pendidik, pembimbing,
penyuluh dan konselor. Dalam hal ini bidan dituntut dapat memberikan asuhan dengan baik
kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Filosofi kebidanan merupakan pandangan hidup
atau penuntun bagi bidan dalam memberi pelayanan kebidanan. Sedangkan asuhan kebidanan
menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai panduan yang
diyakini dalam memberi asuhan kebidanan. Filosofi kebidanan dalam implementasinya di
dalam pelayanan kebidanan atau asuhan kebidanan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor
yaitu filosofi individu, filosofi bangsa, pengalaman, dan nilai masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Teori Dasar Kebidanan, Ditulis Oleh Setiana Andarwulan, S.ST., M.Kes;
Minarti, S.ST., M.Kes; Miftahul Hakiki, S.ST., M.Kes; Siti Nurjanah, S.ST., M.Keb;
Kadek Primadewi, S.ST., M.Kes., M.Keb; Erinda Nur Pratiwi, Dr. Lilis Lisnawati,
S.ST., M.Keb; Hetty Panggabean, S.ST., MH.Kes; Wijayanti, S.ST., M.Kes., M.Keb;
Ririn Widyastuti, S.ST., M.Keb, ISBN: 978-623-97675-8-7, Penerbit: Yayasan
Penerbid Muhammad Zaini Anggota IKAPI (026/DIA/2012) (2021).

Buku Konsep Kebidanan, Ditulis Oleh Eka Sarofah Ningsih, SST., M.Kes., Bety
Mayasari, S. ST., M.Kes., Bd.Evi Susiyanti, S.ST., M.Kes., Nurlaili Ramli,
S.SiT,MPH., Widya Anggraeni, S.ST., M.Kes., Fitriani , SST., M.Kes., Dr. Armiyati
Nur, SST., M. Keb., Adri Idiana, S.SiT, MPH., Dr. Dian Kristiani Irawaty, SIP,
MAPS., Hasnah Taureng, SST., M.Kes, Penerbit: Rizmedia (2023).

Anda mungkin juga menyukai