Disusun oleh :
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah kebidanan bejalan panjang mengikuti perkembangan ilmu dan
pengetahuan serta kebutuhan masyarakat. Model dalam teori kebidanan mengadopsi
dari beberapa model lainnya berdasarkan teori-teori yang sudah ada sehingga tercipta
sebuah model kebidanan yang sesuai dengan filosofi kebutuhan baik dari segi bidan
sebagai profesi maupun wanita dan keluarga sebagai fokus pelayanan asuhan
kebidanan. Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu partnership dalam asuhan
kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan akan diberikan sumbangan yang
berarti dalam menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang
mengutamakan upaya preventif dan promotif.
Model dalam teori kebidanan Indonesia mengadopsi dari beberapa model
negara dengan berdasarkan dari beberapa teori yang sudah ada di samping dari teori
dan model yang bersumber dari masyarakat.
Model kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu hubungan saling percaya
dalam pelaksanaan asisten kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan dapat
memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka kesakitan,
trauma persalinan, kematian, dan kejadian seksio sesaria pada persalinan.
A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori kebidanan?
2. Apa pengertia konsep kebidanan?
B. Tujuan
Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang teori dan konsep kebidanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
1. Teori Model Kebidanan
Teori adalah pendapat yang didasarkan dari hasil penelitian dan penemuan,
didukung oleh data dan argumentasi. Menurut Purwandari (2008) teori
merupakan seperangkat konsep atau pernyataan yang dapat menjelaskan
fenomena yang penting dari suatu disiplin teori yang termasuk dalam teori model
kebidanan adalah:
a. Ruper, Logam dan Tierney Activity of living model:
Model yang dipengaruhi oleh Virginia Henderson Model.
Terdiri dari 4 elemen:
- Rentang kehidupan
- Aktivitas kehidupan
- Ketergantungan atau kebebasan individu
- Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas individu
b. Rosemary Methven
Merupakan aplikasi dari Oream dan Hendeson, model terhadap asuhan
kebidanan, dimana sistem perawatan ada 5 metode pemberian bantuan yaitu:
- Mengerjakan untuk klien
- Membimbing klien
- Mendukung klien (secara fisik dan psikologi)
- Menyediakan lingkungan yang mendukung kemampuan klien untuk
memenuhi kebutuhan sekarang dan masa akan datang
- Mengajarkan klien
Peran bidan adalah mengidentifikasi masalah klien dan melakukan sesuatu
untuk membantu klien dan melakukan sesuatu untuk membantu klien
memenuhi kebutuhannya. Manfaat dari model ini menurut Methuen adalah
sebagai bukti praktek pengkajian kebidanan yang tidak didasarkan pada
kerangka kerja dan tradisi manapun. Sebagai dasarnya adalah kesehatan
bukan kesakitan sehingga asuhan yang diberikan efektif bagi ibu dan
memberikan kebebasan pada bidan untuk melakukan asuhan.
4. Filosofi Kebidanan
Filosofi kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan
dalam memberi pelayanan kebidanan. Sedangkan asuhan kebidanan
menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai
panduan yang diyakini dalam memberi asuhan kebidanan. Filosofi kebidanan
dalam implementasinya di dalam pelayanan kebidanan atau asuhan kebidanan
dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu filosofi individu, filosofi bangsa,
pengalaman, dan nilai masyarakat.
5. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
praktik profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan
kebidanan yang tepat untuk meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan
bayinya. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan
KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta
pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pembinaan dukun bayi. Dalam
melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah
pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada posyandu
di wilayah kerjanya serta mengembangkan pondok bersalin sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat. Hal tersebut adalah pelayanan yang diberikan
oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan
masyarakat berbeda hal nya dengan bidan yang berkerja di rumah sakit, dimana
pelayanan yang diberikan berorientasikan pada individu.
6. Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan merupakan layanan pemberian asuhan kepada klien
sesuai dengan permaslahan yang di alami klien di dasari oleh illmu pengetahuan
dan seni. Karena illmu pengetahuan dikenal sebagai sumber kebenaran, proses
dalam mencari kebenaran harus sesuai dengan tahapan yang telah di tentukan
secara keillmuan. Bidan diharapkan mampu meningkatkan keterampilan yang
dipersyaratkan bagi praktik-praktik EBP, terutama dalam keterampilan kebidanan.
7. Ilmu Kebidanan
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni
yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa
interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir
dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan atau
dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya. Di dalam bahasa Inggris,
kebidanan diterjemahkan sebagai "Midwifery" sedangkan bidan disebut sebagai
"Midwife".
Bidan adalah salah satu profesi di bidang kesehatan yang secara khusus
menangani kehamilan, persalinan, keadaan setelah melahirkan serta pelayanan-
pelayanan paramedis yang berhubungan dengan organ reproduksi. Ikatan Bidan
Indonesia atau yang disingkat IBI adalah organisasi profesi yang menghimpun
seluruh bidan di Indonesia. Saat ini IBI bersama seluruh pihak yang terkait
dengan kebidanan sedang memperjuangkan lahirnya Undang-undang tentang
kebidanan. Pada tahun 2016, RUU Kebidanan telah masuk ke dalam daftar
prolegnas DPR RI.
8. Manajemen Kebidanan
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara
umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat
menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan
sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam
suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan
pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager
yang baik dalam rangka pemecahan, masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita
perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara
umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan
manajemen skill. Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis
sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi
seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang
menjadi tanggung jawabnya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Teori Kebidanan
1. TEORI REVA RUBIN
Rubin adalah seorang perawab bidan USA. Rubin mengembangkan penelitian
dan teori tentang Kesehatan ibu dan anak khususnya ibu bersalin. Penelitian dan
pengamatan dilakukan selama lebih dari 20 tahun dengan lebih dari 6000
responden. Dia membedakan konsep dari posisi yaitu suatu status sosial yang
diberikan kepada seseorang (missal guru atau ibu) dan konsep dari peran yang
dilakukan oleh individu tersebut yang menentukan dia mempunyai posisi tertentu.
Seseorang mempunyai posisi berbeda dan juga dapat mempunyai posisi ganda
pada waktu bersamaan sebagai seorang anak Perempuan, istri dan ibu juga
sebagai bidan, pelajar juga sebagai karyawan. “Tindakan-tindakan yang
dilakukan sekitar posisi, terdiri dari peran” (Rubin, 1967).
Tujuan riset Rubin adalah mengidentifikasi bagaimana Wanita tersebut mampu
mengambil peran seorang ibu dan hal apa saja yang dapat membantu atau
menghambat atau berefek negatif terhadap proses pencapaian peran tersebut.
Menurut Rubin untuk mencapai peran tersebut seorang wanita membutuhkan
proses belajar berupa latihan-latihan. Di dalam proses ini wanita diharapkan
mampu mengidentifikasi bagaimana wanita tersebut mampu mengambil peran
seorang ibu. Teori ini sangat berarti pula bagi calon ibu untuk mempelajari peran
yang akan dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan
dalam kehamilan dan setelah menikah.
Penelitian ini dilakukan dengan bantuan para siswa bidan. Data dikumpulkan
melalui wawancara langsung dan melalui telepon yang berlangsung selama 1-4
jam. Subjek penelitian didapatkan di klinik anternatal dan postnatal. Data-data
berkaitan dengan masalah-masalah yang timbul dalam pencapaian peran menjadi
ibu diberi kode kemudian dianalisis.
Mengacu pada pencapaian peran sebagai ibu, di mana untuk mencapai peran
ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas atau
latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari
peran yang akan dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan
perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikososisal dalam
kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan,
antara lain:
- Kesejahteraan ibu dan bayi
- Penerimaan dari masyarakat
- Penentuan identitas diri
- Mengerti tentang arti memberi dan menerima
Selain hal tersebut di atas, Rubin juga mengungkapkan bahwa arti dan efek
kehamilan seorang Wanita terhadap pasangan diantaranya adalah:
Tugas atau tujuan dari aktivitas selama hamil, bersalin dan puerpurium
digambarkan lebih ringkas oleh Josten (1981) sebagai berikut:
Dari data yang telah di jelaskan oleh Josen, kemudian Rubin mengidentifikasi
3 aspek reaksi umum pada wanita hamil meliputu:
- Trimester I
Ambivalen, takut, fantasi, khawatir.
- Trimester II
Perasaan lebih enak, meningkatnya kebutuhan untuk mempelajari tentang
perkembangan dan pertumbuhan janin, menjadi narsistik, pasif, introvert,
kadang egosentrik dan self centered.
- Trimester III
Berperan aneh, sembrono, jelek. Menjadi lebih introvert, merefleksikan
terhadap pengalaman masa kecil.
Tiga aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu hamil meliputi image ideal,
image diri, dan body image:
- Gambar tentang idaman (Image Idea)
Sebuah gambaran ideal atau positif mengenai perempuan yang berhasil
melaksanakan perannya sebgai ibu yang baik. Seorang ibu muda akan
mempunyai seorang yang dijadikannya contoh bagaimana seharusnya
menjadi seorang ibu.
- Gambaran tentang diri (Image Diri)
Gambaran menganai dirinya sendiri dihasilkan melalui pengalaman.
Gambaran diri seorang perempuan adalah bagaimana seorang Perempuan
tersebut memandang dirinya, sebagai bagian dari pengalaman diri, terkait
dengan peran ibu yang akn dilakukan.
- Gambaran tubuh (Body Image)
Perubahan yang terjadi pada tubuh Perempuan selama proses kehamilan
dan perubahan spesifik yang terjadi selama kehamilan serta setelah
kehamilan.
Tahap-tahap psikososial yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai
perannya adalah:
- Anticipatory stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi
dengan anak yang lain.
- Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada
tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
- Plateu stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu.
Tahap ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian
melanjutkan sendiri.
- Disengagement
Merupakan tahap penyelesaian yang mana latihan peran sudah
berakhir.
Beberapa tahapan aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu menurut
Rubin adalah sebagai berikut:
- Taking On (tahapan meniru, mimicry, dan bermain peran atau role play)
Seorang Wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan
memulainya dengan meniru atau melakukan peran seorang ibu. Dalam
tahapan taking on terdapat kegiatan mimicry (peniruan) yaitu menciptakan
kondisi dimasa yang akan datang dengan sengaja, misalnya: berlatih
merawat bayi dengan menjadi pengasuh anak temannya atau mencoba
mencoba menyuapi anak kecil.
- Taking in ( Fantasi dan Introyeksi-Proyeksi-Rejeksi)
Taking in meliputi kegiatan berfantasi. Fantasi perempuan tidak
hanya meniru tetapi sudah mulai menbayang kan peran yang dilakukan
dimasa yang akan datang, misalnya: akan seperti apa proses persalinannya
nanti atau baju apa yang akan dikenakan bayinya nanti. Kegiatan
introjections, projection, dan rejection yang merupakan tahap dimana
perempuan menirukan model-model yang ada sesuai dengan pendapatnya.
Wanita mencoba mengolah pesan atau memandingkan gambaran ide
tentang seorang ibu dengan keadaan dirinya sendiri. Dalam tahap ini, bisa
terjadi proses penerimaan dan penolakan. Misalnya: saat ini memandikan
bayinya dirumah, dia akan melakukannya berdasarkan apa yang dipelajari
di rumah sakit atau di tempat lainnya.
- Letting Go (Grief-Work)
Merupakan fase dimana perempuan menginggat kembali proses dan
aktivitas yang sudah dilaksanakannya. perempuan tersebut mengevaluasi
hasil tindakannya dimasa lalu dan menghilangkan tindakan yang dianggap
sudah tidaj tepat lagi.
a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu,di mana wanita mulai melakukan
penyesuaian sosial dan piskologi dengan mempelajari segala sesuatu
yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya. Bimbingan peran
dibutuhkan sesuai dengan kondisi system sosial
c. Informal
Di mana wanita sudah mampu menemukan jalan yang unik dalam
melaksanakan perannya.
d. Personal
Merupakan tahap terakhir,dimana wanita sudah mahir melakukan
perannya sebagai ibu.
Menurut Mercer,wanita dalam mencapai peran ibu di pengaruhi oleh
factor-faktor:
a. Faktor ibu:
1) Umur ibu pada waktu melahirkan
2) Persepsi ibu pada waktu melahirkan pertama kali
3) Stress sosial
4) Memisahkan ibu dengan anak secepatnya
5) Dukungan sosial
6) Konsep diri
7) Sifat pribadi
8) Sikap terhadap membesarkan anak
9) Status kesehatan ibu
b. Faktor bayi
1) Temperamen
2) Kesehatan bayi
c. Faktor-faktor lainnya
1) Latar belakang etnik
2) Status perkawinan
3) Status ekonomi
banyaknya tugas yang dibeban kan pada bidanyang harus dilaksanakan dengan
penus profesionalisme dan tanggung jawab. Dengan pandangan Ela Joy
Lehrman tersebut menjadi latar belakang munculnya teori kebidanan
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan. Teori Lehrman ini menginginkan
agar bidan dapat melihat semua aspek praktek pemberian asuhan pada wanita
hamil dan memberikan pertolongan persalinan.
Telah dilakukan banyak penelitian untuk mempelajari isi dalam proses dari
pemerikasaan antenatal. Robin, dkk 1983 dan Robinson 1985 mempelajari
peran bidan dalam memberi informasi yang komprehensif dan memberikan
nasihat dalam pelayanan kebidanan seperti waktu pemeriksaan perut dan
memberikan nasihat tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan
mereka belajar sejauh mana bidan mampu menujukanperannya memberi
asuhan ibu bersalin. Macintyre (1980) dalam ovservasinya menemukan
perbedaan antara retorik resmi antara nilai asuhan antenatal dan corak asuhan
yang impersonal yang dialami oleh ibu diklinik spesialis. Lehreman
mengidentifikasikan konsep yang menggaris bawahi asuhan antenatal yang
diberikan.
Lehrman menyelidiki bahwa pelayanan antenatal menunjukkan perbedaan
antara prosedur administrasi yang dibebankan serta manfaat antenatal dan
jenis pelayanan yang diterima wanita di klinik kebidanan. Hubungan antara
identifikasifaktor resiko dan keefektifan dari antenatal care terhadap hasil
yang diinginkan belum terpenuhi. Lerhman dan koleganya ingin menjelaskan
perbedaan antara pengalaman seorang wanita dengan seorang bidan untuk
mengaplikasikan konsep kebidanan dalam praktik. Tujuan dari penelitian
yang dilakukan Lehrman yaitu mengidentifikasi komponen-komponen yang
saling memengaruhi dalam praktek kebidanan.
Lerhman dan morten mengemukakan 7 konsep penting dalam pelayanan
antenatal:
- Asuhan kebidanan yang berkesinambungan
- Keluarga sebagai pusat asuhan kebidanan.
- Pendidikan dan konseling merupakan sebagian dari asuhan.
- Tidak ada intervensi dalam asuhan kebidanan.
- Keterlibatan dalam asuhan kebidanan
- Advokasi dari pelayanan kebidanan
- Waktu
a. Teknik Terapeutik
Teknik Teraupeutik dijelaskan sebagai proses komunikasi yang
menguntungkan atau mendorong pertumbuhan dan penyembuhan.
Proses komunikasi yang sangat penting dalam komunikasi konseling
secara khusus yang lebih mengutamakan konsep terapi seorang
kesehatan dalam proses perkembangan dan penyembuhan pasien atau
klien. Terapeutik dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap
misalnya:
Mendengar aktif
Mengkaji masalah
Klarifikasi masalah
Humor
Sikap yang tidak menuduh
Pengakuan kesalahan
Fesilitasi
Pemberian izin
b. Pemberdayaan (Enpowerment)
Pemberdayaan adalah suatu proses memberi power kekuatan dan
penguatan. Bidan melalui penampilan dan pendekatan akan
meningkatkan energi dan sumber dari dalam diri klien. Indikatornya
antara lain: penguatan atau penegasan (affirmation), memvalidasi,
meyakinkan kembali, dukungan (support).
c. Hubungan Dengan Sesama (Lateral Relationship)
Hubungan lateral diartikan sebagai: bidan meningkatkan interaksi
yang mempunyai ciri keterbukaan (self of openness). Menjalin
hubungan yang baik dengan klien, saling menghargai antara bidan dan
klien, Indikator hubungan lateral adalah: kesejajaran, empati, berbagi
pengalaman atau perasaan.
1. Universal self-care
Berlaku untuk untuk semua orang dan dikaitkan dengan fungsi dan proses
kehidupan sering disebut sebagai “kebutuhan dasar manusia” yang terdiri atas:
a. Pemeliharaan kebutuhan udara yang cukup.
b. Pemeliharaan kebutuhan air yang mencukupi.
c. Pemeliharaan makanan yang mencukupi.
d. Penetapan kesepakatan yang berkaitan
e. Pemeliharaan terhadap keseimbangan aktivitas dan istirahat
f. Pemeliharaan terhadap keseimbangan antara kesendirian dan interaksi
sosial
g. Pencegahan terhadap hal yang membahayakan kehidupan, fungsi dan
kesejahteraan
h. Peningkatan fungsi dan pengembangan manusia dalam kelompok sosial
sesuai dengan potensi, keterbatasan dan keinginannya sebagai manusia
normal
2. Develomental self-care
Kebutuhan ini timbul menurut tahap perkembangan individu dan lingkungan,
dimana individu tersebut berada dan memengaruhi perkembangan hidup
seseorang (dihubungkan dengan perubahan hidup seseorang atau siklus
kehidupan).
3. Health deviation self-care
Kebutuhan ini dibutuhkan karena kesehatan seseorang terganggu, misalnya:
keadaan sakit atau ketidak mampuan yang mengakibatkan perubahan dalam
prilaku self-care.
Bila ada tuntutan untuk merawat dirinya sendiri dan insividu tersebut mampu
memenuhi tuntutan, maka self-care ini memungkinkan, tetapi tuntutan lebih besar
dari kemampuan individu untuk memenuhinya maka akan terjadi ketidak
seimbangan dan hal ini di sebut self-care difisit.
Self-care difisit merupakan inti dari Orem General Theory of Nursing sebab
hal ini menggambarkan kapan kebidanan ini diperlukan. Self-care defisit
merupakan kriteria untuk mengidentifikasi, apakah seseorang memerlukan
bantuan asuhan kebidanan. Dengan demikian, kebidanan diperlukan bila terdapat
ketidak mampuan atau keterbatasan seseorang dewasa atau orang tua (umtuk
anak) dalam memenuhi self-care yang diperlukan secara terus-menerus atau bila
timbul kebutuhan untuk menggunakan teknik khusus atau menerapkan
pengetahuan ilmiah dalam merencanakan atau menentukan asuhan.
Tujuan untuk memenuhi kebutuhan self-care dapat di capai dengan cara
sebagai berikut:
1. Menurunkan kebutuhan self-care ke tahap dimana pasien dapat
memenuhinya.
2. Meningkatkan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan self-care.
3. Memperbolehkan keluarga atau orang lain untuk memberikan dependent care
bila self-care tidak dimungkinkan.
4. Apabila hal tersebut diatas tidak dapat dilaksanakan maka perawat akan
melaksanakannya.
Untuk memenuhi kebutuhan self-care pasien, dapat dilakukan oleh perawat
dan atau oleh pasien itu sendiri melalui 3 macam sistem kebidanan dengan 5
metode kebidanan:
1. Totally compensatory nursing sistem
Perawat mengambil alih tanggung jawab untuk melakukan semua aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan self-care.
2. Partially compensatory nursing sistem
Perawat mengambil alih Sebagian aktivitas untuk memenuhi kebutuhan self-
care dan aktivitas lain yang masil dapat dilakukan oleh pasien atau keluarga.
3. Educative or supportive nursing sistem
Pasien berpotensiuntuk memenuhi kebutuhan self-care aktivitas, perawat
hanya memberi penyuluhan dan dukungan kepada pasien sehingga
diharapkan ia dapat memenuhi kebutuhan self-care untuk dirinya.
Lima metode bantuan yang dapat diberikan adalah:
a. Berperan atau melaksanakan
b. Mengajak atau menyuluh
c. Membimbing
d. Mendukung
e. Menciptakan lingkungan yang menunjukan tumbuh kembang
B. Konseptual Kebidanan
Konsep kebidanan sendiri merupakan suatu kerangka dalam bidang keilmuan
bidan yang meliputi dan membahas mengenai definisi bidan, falsafah kebidanan, teori
dan praktek kebidanan, tinjauan keilmuan kebidanan, bahasan mengenai beberapa
bagian dari ilmu kebidanan, pelayanan kebidanan, serta asuhan kebidanan.
Konseptual model kebidanan adalah tolak ukur bagi bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan. Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide yang
menjadi dasar suatu disiplin. Model asuhan kebidanan yaitu kehamilan dan persalinan
merupakan suatu proses kehidupan normal.
Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau objek
yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial yang menarik
perhatiannya.
Fungsi konsep dan teori, sebagai alat untuk mengidentifikasi fenomena yang
diobservasinya. Sedangkan teori adalah jalur logika atau penalaran yang digunakan
oleh peneliti untuk menerangkan hubungan pengaruh antarfenomena yang dikaji.
Konsep: Penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang
dapat diuji melalui observasi atau penelitian.
Model: Contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu.
Kebidanan: Merupakan ilmu yang terbentuk dari berbagai disiplin ilmu
(multidisiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu
kedokteran, ilmu kebidanan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu
kesehatan Masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan
pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsepsi, konsepsi, masa hamil, ibu
bersalin, postpartum, bayi dan bayi baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi
pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling
dan Pendidikan terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
Model Kebidanan: Suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan
kerangka kerja seorang bidan dalam bmemberikan asuhan kebidanan.
C. Definisi Bidan
Menurut International Confederation of Midwifery (ICM) tahun 2002, bahwa
bidan dapat didefinisikan sebagai seorang perempuan yang lulus dari pendidikan
bidan yang diakui dan terakreditasi memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan,
disertifikasi dan secara sah mendapat lisensi untuk melakukan praktik kebidanan.
Bidan terkait erat dengan kebidanan. Kebidanan merupakan bagian integral dari
sistem kesehatan dan berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut pendidikan,
praktik, dan kode etik bidan. Dalam menjalankan praktiknya, bidan memiliki
pandangan hidup yang digunakan sebagai kerangka berpikir dalam menjalankan
asuhan kebidanan yang disebut dengan filosofi kebidanan (Megasari, et al. 2019).
Sehingga filosofi kebidanan dapat diartikan sebagai keyakinan setiap bidan yang
digunakan sebagai kerangka berpikir dalam memberikan asuhan kebidanan kepada
klien. Bidan diharapkan
dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan, serta berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan
budaya (Kuswanti, 2014).
Menurut Klinner (1892), kebidanan berasal dari bahasa Sansakerta. Di dalam
bahasa tersebut terdapat kata “widwan” yang artinya adalah cakap, “membidan” yang
artinya mengadakan sedekah bagi seorang penolong bersalin yang minta diri setelah
bayi berumur 40 hari. Kebidanan adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari
keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan
menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause,
bayi baru lahir dan balita, fungsi – fungsi reproduksi manusia serta memberikan
bantuan atau dukungan pada perempuan, keluarga, dan komunitas (Megasari, et al.
2019).
D. Filosofi Kebidanan
Filosofi kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam
memberi pelayanan kebidanan. Sedangkan asuhan kebidanan menggambarkan
keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam
memberi asuhan kebidanan. Filosofi kebidanan dalam implementasinya di dalam
pelayanan kebidanan atau asuhan kebidanan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor
yaitu filosofi individu, filosofi bangsa, pengalaman, dan nilai masyarakat.
Filosofi berasal dari Bahasa Yunani: philosophy yang berarti menyukai kearifan
atau bisa diartikan sesuatu yang memberikan gambaran dan berperan sebagai
tantangan untuk memahami dan menggunakan filosofi sebagai dasar untuk
memberikan informasi dan meningkatkan praktik tradisional (Yanti, et al. 2015).
Filosofi kebidanan adalah suatu ilmu tentang pandangan hidup bidan yang
digunakan sebagai kerangka pikir dalam melaksanakan tugas kebidanan yaitu
memberikan pelayanan asuhan kebidanan. Tujuan dari filosofi kebidanan ini adalah
memberikan persepsi yang sama kepada bidan tentang hal-hal penting dan berharga
dalam memfasilitasi proses penanggulangan teori dan praktik.
Secara filosofi kebidanan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu kebidanan yang
memiliki karakteristik ilmu pengetahuan yaitu sebagai berikut:
1. Bersifat universal yang mempunyai arti yaitu berlaku untuk seluruh disiplin yang
bersifat keilmuan.
2. Bersifat generik yang mempunyai arti yaitu mencirikan kegolongan tertentu dari
pengetahuan ilmiah, Contohnya ilmu-ilmu sosial.
3. Bersifat spesifik yang mempunyai arti yaitu memiliki ciri-ciri yang khas dari semua
disiplin ilmu yang membedakan dengan disiplin ilmu lain.
E. Pelayanan Kebidanan
Seperti pelayanan bidan di belahan dunia ini, pada awalnya bidan hanya
mempersiapkan ibu hamil agar dapat melahirkan secara alamiah, membantu ibu
dalam masa persalinan dan merawat bayi, namun demikian karena letak geografis
Indonesia yang merupakan negara kepulauan sehingga banyak daerah yang sulit
dijangkau oleh tenaga medis dan banyaknya kasus risiko tinggi yang tidak dapat
ditangani terutama di daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan mendorong
pemberian wewenang kepada bidan untuk melaksanakan tindakan kegawatdaruratan
pada kasus-kasus dengan penyulit terbatas misalnya manual placenta, forsep kepala
letak rendah, infus dan pengobatan sederhana. Kewenangan bidan untuk saat ini
diatur dalam Permenkes No.1464/Menkes/PER/2010, namun sebelumnya akan
dijelaskan dulu perkembangan pelayanan bidan. Pada tahun 1952 diperkenalkan
pelayanan kesehatan ibu dan anak di Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Pada
tahun 1960, Kesehatan Ibu dan Anak menjadi program layanan bidan di seluruh
Puskesmas. Selanjutnya pelayanan Keluarga Berencana dikembangkan secara
Nasional pada tahun 1974 dan bidan diizinkan memberikan layanan Keluarga
Berencana (KB) dengan metode sederhana, metode hormonal (KB pil, suntik, Implan)
dan IUD (Intra Uterine Device). Pada tahun 1990 perkembangan KIA (Kesehatan Ibu
dan Anak) mengarah pada keselamatan keluarga dan pelayanan bidan berkaitan
dengan peningkatan peran wanita dalam mewujudkan kesehatan keluarga. Sidang
Kabinet tahun 1992 Presiden Suharto mengemukakan perlunya dididik bidan untuk
bidan desa. Adapun tugas pokok bidan desa adalah pelaksana layanan KIA,
khususnya layanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan Bayi Baru Lahir termasuk
pembinaan dukun bayi, KB, pembinaan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu, dan
mengembangkan pondok bersalin. Pada tahun 1994 dengan adanya ICPD, pelayanan
bidan di Indonesia juga terpengaruh yaitu pelayanan bidan lebih menekankan pada
kesehatan reproduksi dan memperluas area pelayanan bidan yang meliputi
Safemotherhood (program penyelamatan selama masa reproduksi), Family Planning
(Keluarga Berencana), Penyakit Menular Sexual termasuk infeksi saluran reproduksi,
kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan reproduksi lanjut usia (lansia). Saat ini
dengan adanya Millenium Development Goals (MDG’s) pelayanan kebidanan lebih
difokuskan untuk mencapai MDG’s pada tahun 2015 terutama pencapaian tujuan
nomor 4 yaitu penurunan angka kematian anak dan nomor 7 yaitu peningkatan
derajad kesehatan ibu.
3. Perawatan bayi.
6. Pemberian imunisasi.
2. Pemeriksaan fisik.
4. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencangkup ibu hamil dengan abortus
imminens, hipertensi gravidarum tingkat I, preeklamsi ringan dan anemia ringan.
2. Pelayanan ibu nifas abnormal yang meliputi retensio plasenta, renjatan, dan infeksi
ringan.
3. Pelayanan dan pengobatan pada klien ginekologis yang meliputi keputihan,
perdarahan tidak teratur dan penundaan haid (Kepmenkes RI No. 900 Pasal 16).
G. Ilmu Kebidanan
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval
dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita,
fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan atau dukungan pada
perempuan, keluarga dan komunitasnya. Di dalam bahasa Inggris, kebidanan
diterjemahkan sebagai "Midwifery" sedangkan bidan disebut sebagai "Midwife".
Bidan adalah salah satu profesi di bidang kesehatan yang secara khusus
menangani kehamilan, persalinan, keadaan setelah melahirkan serta pelayanan-
pelayanan paramedis yang berhubungan dengan organ reproduksi. Ikatan Bidan
Indonesia atau yang disingkat IBI adalah organisasi profesi yang menghimpun seluruh
bidan di Indonesia. Saat ini IBI bersama seluruh pihak yang terkait dengan kebidanan
sedang memperjuangkan lahirnya Undang-undang tentang kebidanan. Pada tahun
2016, RUU Kebidanan telah masuk ke dalam daftar prolegnas DPR RI.
H. Manajemen Kebidanan
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider) harus dapat
melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang baik.
Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola atau
memanage segala sesuatu tentang kliennya sehingga tercapai tujuan yang di harapkan.
Dalam mempelajari manajemen kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar –
dasar manajemen sehingga konsep dasar manajemen merupakan bagian penting
sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang manajemen kebidanan. Akar atau dasar
manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan mempelajari
teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat
kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan
yang baik pula ketika bawahan dalam suatu system organisasi kebidanan. Demikian
pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan
haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan, masalah dari klien
tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu
manajemen secara umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan
bahkan manajemen skill. Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir
logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi
seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang
menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done). Manajemen
adalah mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan, kemudian menyelesaikannya,
Manajemen adalah menentukan tujuan dahulu secara pasti (yakni menyatakan dengan
rinci apa yang hendak dituju) dan mencapainya (Cole, 2004).
Prinsip-prinsip manajemen
a. Efisiensi Efisiensi adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan
sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana sesedikit mungkin. Efisiensi
adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang dicapai dan usaha yang telah di
keluarkan (misalnya oleh seorang tenaga kesehatan).
b. Efektivitas Efektivitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah
tercapai, efektivitas merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh manajemen.
c. Rasional dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang rasional
sangat diperlukan dalam proses manajemen. Keputusan merupakan suatu pilihan dari
dua atau lebih tindakan. Dalam istilah manajemen, pengambilan keputusan
merupakan jawaban atas pertanyaan tentang perkembangan suatu kegiatan (Brigham
and Ehrhardt, 2013).
BAB IV
KESIMPULAN
Buku Teori Dasar Kebidanan, Ditulis Oleh Setiana Andarwulan, S.ST., M.Kes;
Minarti, S.ST., M.Kes; Miftahul Hakiki, S.ST., M.Kes; Siti Nurjanah, S.ST., M.Keb;
Kadek Primadewi, S.ST., M.Kes., M.Keb; Erinda Nur Pratiwi, Dr. Lilis Lisnawati,
S.ST., M.Keb; Hetty Panggabean, S.ST., MH.Kes; Wijayanti, S.ST., M.Kes., M.Keb;
Ririn Widyastuti, S.ST., M.Keb, ISBN: 978-623-97675-8-7, Penerbit: Yayasan
Penerbid Muhammad Zaini Anggota IKAPI (026/DIA/2012) (2021).
Buku Konsep Kebidanan, Ditulis Oleh Eka Sarofah Ningsih, SST., M.Kes., Bety
Mayasari, S. ST., M.Kes., Bd.Evi Susiyanti, S.ST., M.Kes., Nurlaili Ramli,
S.SiT,MPH., Widya Anggraeni, S.ST., M.Kes., Fitriani , SST., M.Kes., Dr. Armiyati
Nur, SST., M. Keb., Adri Idiana, S.SiT, MPH., Dr. Dian Kristiani Irawaty, SIP,
MAPS., Hasnah Taureng, SST., M.Kes, Penerbit: Rizmedia (2023).