Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TEORI DAN MODEL ASUHAN KEBIDANAN


KODE ETIK DAN ETIKA ASUHAN KEBIDANAN

OLEH
KELOMPOK 1

RUSDIANTI
NURSANTRI MAU
OKTAVINA SARAI

AKADEMI KEBIDANAN GUNUNG SARI


MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang
berpengaruh terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kebidanan. Hal itu menjadi
tantangan bagi profesi bidan untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme dalam menjalankan praktek kebidanan serta dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas.
Menempatkan orang-orang yang menggunakan pelayanan
kesehatan pada pusat asuhan telah menjadi kebijakan pemerintah
dalam 10 tahun terakhir, salah satunya pelayanan yang berpusat pada
wanita. Wanita dalam rofessi kebidanan sebagai makhluk bio-psiko-
sosial-kultural yang utuh dan unik mempunyai kebutuhan dasar yang
bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembangannya. Kritikan
dari sebagian wanita yang menggunakan pelayanan maternitas bahwa
kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Kesimpulannya adalah bahwa
wanita dan bayinya harus menjadi pusat asuhan dan pelayanan
maternitas harus tersedia disekitar mereka.
Yang sangat penting adalah perpindahan menuju ketetapan
pelayanan yang lebih rofessio serta melibatkan wanita dalam
perencanaan dan pemantauan pelayanan, juga mampu menentukan
elemen-elemen perawatan yang mereka terima. Pengembangan
komunikasi adalah kunci pelayanan yang lebih rofessio dan rofession.
Sikap etis rofessional dalam berkomunikasi akan mewarnai setiap
langkah bidan, termasuk dalam mengambil keputusan dalam
merespon situasi yang muncul pada asuhan yang diberikan.
Untuk menjawab tantangan tersebut diperlukan konseptual
model atau teori-teori yang mempengaruhi praktek kebidanan
sehingga wawasan seorang bidan semakin luas.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami angkat adalah
1. Apa pengertian model konseptual asuhan kebidanan ?
2. Teori-teori dalam model konseptual asuhan kebidanan ?
3. Etika dan Kode Etik Kebidanan ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian model konseptual asuhan kebidanan.
2. Teori-teori dalam model konseptual asuhan kebidanan.
3. Mengetahu Etika dan Kode Etik Kebidanan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Konseptual Asuhan Kebidanan.


Model konseptual asuhan kebidana adalah merupakan
gambaran abstrak suatu ide yang menjadi gambaran suatu disiplin
ilmu. Konseptual model berkembang dari wawasan inisiatif keilmuan
kemudian disimpulkan dalam kerangka acuan ilmu sehingga
konseptual model dapat memberikan gambaran abstrak atau ide yang
dapat mendasari disiplin ilmu dan  kemudian ditetpakan sesuai dengan
bidang ilmu masing-masing.
Model memberikan kerangka dan kemudahan untuk memahami
dan mengembangkan praktik serta untuk membimbing dalam
melaksanakan tindakan nyata.
Jenis model meliputi : mental model, mental fisik, dan simbolik
model (Lancaster and lavaster, 1992). Ketiga jenis model tersebut
mempunyai tujuan yaitu :
1. Untuk mengembangkan beberapa aspek (konkret maupun abstrak)
dengan mengartikan persamaannya seperti gambar, diagram,
struktur dan rumus.
2. Merupakan gagasan model sebagai bagian teori yang memberikan
bantuan ilmu-ilmu social dalam mengkonsep dan menyamakan
aspek-aspek dalam proses social.
3. Menggambarkan sebuah kenyataan, gambaran abstrak.
Dalam praktik kebidanan ada du jenis yang dikenali yaitu :
1. Model Medical
Model medical adalah sebuah model yang disusun untuk
membantu masyarakat dalam memahami konsep sehat dan sakit.
Ada tiga elemen yang merupakan dari model medical, yaitu :
a. Pengendalian cara hidup yang alami.
b. Mekanisme kehidupan manusia
c. Pemahaman bahwa penyakit merupakan hal yang tidak terpisah
dari lingkungan fisik dan lingkungan social seseorang.
Model medical biasanya digunakan dalam penyembuhan
atau terapi secara spesifik kepada seseorang baik secara fisik
ataupun secara psikologis.
2. Kesehatan untuk Semua (Health for all/HFA).
Model kesehatan untuk semua (KESUMA) dikemukakan
oleh WHO sejak tahun 1978 sejak tahun 1978 kemudian tahun
1981 secara perlahan juga diperuntukan dalam pelayanan
kebidanan yang berfokus kepada perawatan wanita, keluarga, dan
masyarakat.
Deklarasi Model KESUMA adalah focus dan titik berat dalam
pencapaian tujuan adalah dengan menggunakan Primary  Health
Care/PHC. Terdapat lima konsep dalam model KESUMA, yaitu:
a. Pemerataan upaya kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat.
b. Pelayanan kesehatan yang berupa promotif,preventif,kuratif,
rehabilitative.
c. Pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat.
d. Optimalisasi peran serta masyarakat
e. Kolaborasi lintas sektoral.
Konsep dasar dasar diatas diaplikasikan kedalam 8 elemen
PHC, sebagai berikut :
a. Pendidikan kesehatan tentang masalah-masalah kesehatan
termasuk metode pencegahan dan penanganannya.
b. Ketersediaan makanan bergizi.
c. Ketersediaan air dan lingkungan yang bersih.
d. Kesehatan bud an anak termasuk didalamnya keluarga
berencana (KB).
e. Program imunisasi.
f. Pencegahan dan penanganan penyakit endemic.
g. Penanganan penyakit dan kecacatan.
h. Penggunaan obat-obat esenssial.

B. Teori-Teori Dalam Model Konseptual Asuhan Kebidanan


1. Teori Reva Rubin
Menurut Reva Rubin. Seorang wanita sejak hamil telah
memiliki harapan-harapan diantaranya :
a. Kesejahteraan ibu dan bayi.
b. Penerimaan dari masyarakat.
c. Penentuan identitas diri.
d. Mengetahui tentang arti member dan menerima.
Perubahan umum pada perempuan hamil yaitu, :
a. Ketergantungan pada butuh perhatian.
b. Membutuhkan sosialisasi.
Rubin menyimpulkan usaha-usaha yang dilakukan wanita
hamil bertujuan untuk :
a. Memastikan keselamatan, memastikan keselamatan diri dan
bayinya.
b. Memastikan penerimaan masyarakat.
c. Penentuan gambaran dan identitas diri.
d. Mengerti tentang arti memberi dan menerima.
Tahap-tahap yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam
mencapai perannya, yaitu :
a. Anticipatory stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan
memerlukan interaksi dengan anak lain.
b. Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang
dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari
anggota keluarga yang lain.
c. Plateu Stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai
seorang ibu. Pada tahap ini ibu memerlukan waktu beberapa
minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri.
d. Disengagement
Merupakan tahap penyelesaian latihan peran sudah berakhir.
2. Teori Ela Joy Lerhman.
Lerhmanmenjelaskan bahwa interaksi antara bidan dan
wanita ada perbedaan antara apa yang dialami/dirasakan wanita
dengan kemampuan bidan dalam mengaplikasikan konsep
kebidanan.
Tujuan penelitian mengidentifikasikan komponen-komponen
yang saling mempengaruhi dalam praktik kehidupan.
Hasil penelitian terdapat delapan komponen yang termasuk
dalam konsep kebidanan, yaitu :
a. Perawatan berkelanjutan.
b. Perawatan yang berpusat pada keluarga.
c. Pendidikan dan Konseling menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari perawatan.
d. Perawatan tanpa intervensi.
e. Fleksibilitas dalam perawatan.
f. Perawatan yang bersifat partisipatif.
g. Advokasi pada klien.
h. Waktu.
Delapan komponen yang dibuat oleh Lerhman ini kemudian
diuji oleh Morten (1991) pada pasien postpartum. Dari hasil
penelitian tersebut Morten menambahkan tiga komponen lagi
kedalam delapan komponen tersebut yaitu :
a. Tehnik teraputik
Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses
perkembangan dan penyembuhan. Tehnik teraputik dapat
dilakukan dengan menunjukan sikap : mendengar yang aktif,
mengkaji dan mengklarifikasi masalah, humor, tidak menuduh-
nuduh, jujur, mengakui kesalahan, memfasilitasi klien, dan
menghargai klien.
b. Pemberdayaan (empowerment).
Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan
melalui penampilan dan pendekatanya akan meningkatkan
kemampuan pasien dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai
dan member dukungan.
c. Hubungan sesame (lateral relationship).
Menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap
terbuka, sejalan dengan klien, sehingga antara bidan dan klien
terbina hubungan saling percaya yang harmonis, Misalnya
dengan bersikap empati, atau berbagi pengalaman.
3. Teori Ramona T Mercer
Mercer merupakan salah satu murid Reva Rubin yang telah
menghasilkan banyak karya ilmiah.Sepanjang kariernya Mercer
melakukan dua penelitian yaitu efek stress antepartum pada
keluarga dan pelaksanaan peran ibu.Mercer ditulis Chalmers et al
(1981) juga menjelaskan bahwa dukungan selama hamil akan
memberi pengaruh baik pada keadaan berikut, yaitu :
a. Keterbatasan social seseorang.
b. Kurangnya dukungan social.
c. Minimnya “self esteem” diantara peran ibu.
4. Teori Jean Ball
Teori kursi goyang keseimbangan emosional ibu. Tujuan
asuhan maternitas agar ibu mampu melaksanakan tugasnya
sebagai ibu baik psikis maupun psikologis.
Ada dua teori Jean Ball yaitu :
a. Teori stress.
b. Teori dasar.
Hipotesa Ball respon emotional wanita terhadap perubahan
yang terjadi bersamaan dengan kelahiran anak yang
mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukungan yang
berarti mereka mendapatkan system keluarga dan social.
Persiapan yang telah dilakukan bidan pada masa posttanatal akan
mempengaruhi respon emotional wanita terhadap perubahan akibat
proses kelahiran tersebut. Kesejahteraan wanita setelah
melahirkan tergantung  pada personality dan kepribadian, system
dukungan dan pribadi dan dukungan dari pelayanan maternitas.
Ball  mengemukakan teori kursi goyang terdiri atas tiga
elemen, yaitu :
a. Pelayanan maternitas.
b. Pandangan masyarakat terhadap keluarga.
c. Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian keluarga.

C. Defenisi Kode Etik


Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di
masyarakat. Norma tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi
tentang bagaimana mereka menjalankan profesinya dan larangan,
yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan
tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku pada
umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.
Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan
komprehensif profesi yang menuntut bidan melaksanakan praktik
kebidanan baik yang berhubungan dengan kesejahteraan keluarga,
masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya. Penetapan kode etik
kebidanan harus dilakukan dalam Kongres Ikatan Bidan Indonesia
(IBI).
Merupakan ciri profesi yang bersumer dari nilai – nilai internal
dan external suatu disiplin ilmu dan merupakan komperehensif suatu
profesi yang memberikan tuntutan agi anggota dalam melaksanakan
pengabdian profesi.
1. Tujuan Kode Etik
a. Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
”Image’ pihak luar atau masyarakat terhadap suatu
profesi perlu dijaga untuk mencegah pandangan merendahkan
profesi tersebut. Oleh karena itu, setiap kode etik profesi akan
melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia
luar sehingga kode etik disebut juga ”kode kehormatan”.
b. Untuk memelihara dan menjaga kesejahtraan anggota
Kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan
material dan spiritual atau mental. Berkenaan dengan
kesejahteraan material, kode etik umumnya menetapkan
larangan-larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan
yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan
peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku yang tidak
pantas atau tidak jujur para anggota profesi ketika berinteraksi
dengan sesama anggota profesi.
c. Untuk meningakatkan pengabdian para anggota profesi
Kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu,
sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Kode etik juga memuat norma-norma serta anjuran agar
profesi selalu berusaha meningkatkan mutu profesi sesuai
dengan bidang pengabdiannya. Selain itu, kode etik juga
mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi profesi.
2. Fungsi Kode Etik
Kode etik berfungsi sebagai berikut :
a. Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah
etik
b. Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan dan
dipertimbangkan dalam memberi pelayanan
c. Merupakan cara untuk mengevaluasi diri
d. Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi rekan
sejawat
e. Menginformasikan kepada calon perawat dan bidan tentang
nilai dan standar profesi
f. Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang
nilai moral.
3. Dimensi dan Prinsip Kode Etik
Menurut Mustika (20010, dimensi kode etik meliputi anggota
profesi dan klien/pasien, anggota profesi dan sistem kesehatan,
anggota profesi dan profesi kesehatan serta sesama anggota
profesi. Prinsip kode etik antara lain menghargai otonomi,
melakukan tindakan yang benar, mencegah tindakan yang dapat
merugikan, memperlakukan manusia secara adil, menjelaskan
dengan benar, menepati janji yang telah disepakati dan menjaga
kerahasiaan.
4. Penerapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para
anggotanya. Kode etik suatu organisasi akan mempunyai pengaruh
yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi, jika
semua individu yang menjalankan profesi yang sama tergabung
dalam suatu organisasi profesi. Jika setiap orang yang
menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung dalam suatu
organisasi atau ikatan profesi, barulah ada jaminan bahwa profesi
tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap
anggota profesi yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik
dan dikenai sanksi.
5. Dasar Pembentukan Kode Etik Bidan
Kode etik bidan pertam kali disusun pada tahun 1986 dan
disahkan dalam Kongres Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk
pelaksanaan kode etik bidan disahkan dalam Rapat Kerja Nasional
(RAKERNAS) IBI tahun 1991. Kode etik bidan sebagai pedoman
dalam berperilaku, disusun berdasarkan pada penekanan
keselamatan klien.
a. Kode etik bidan
1986 Disusun pertama kali
1988 Disusun dalam KONAS IBI X Surabaya
1991 Disempurnakan dan disahkan dalam KONAS IBI XII di
Denpasar Bali
Isi Kode Etik Bidan.
b. Kode etik bidan Indonesia
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber
dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan
merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang
memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan
pengabdian profesi.
6. Penjelasan Kode Etik Kebidanan
a. Bab I. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
melindungi dan menghamalkan sumpah jabatannya dalam
melaksanakan tugas dan pengabdianya.
a) Bahwa bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan
tugas dan fungsi bidan yang telah ditetapkan sesuai
dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab.
b) Bahwa bidan dalam melakukan tugasnya, harus member
layanan yang optimal kepada siapa saja, dengan tidak
membedakan, pangkat dan kedudukan golongan, bangsa
dan agama.
c) Bahwa tidak akan menceritakan kepada orang lain dan
merahasiakan segala yang berhubungan dengan
tugasnya.
d) Bidan hanya boleh membuka rahasia pasien / klien apa
bila diminta untuk keperluan kesaksian pengadilan.
2) Setiap bidan dalam menjalakna tugas profesinya,
menjunjung tinggi harkat dan mertabat kemanusiaaan yang
utuh dan memelihara citra bidan
a) Bahwa bidan pada hakikatnya manusia ktermasuk klien
membutuhakan penghargaan dan pengakuan hakiki baik
dari golongan masyarakat intelektual, menegah maupun
kelompok masyarakat kurang mampu. Oleh karena itu,
bidan harus menunjukan sikap yang manusiawi (sabar,
lemah lembut dan iklas) dalam member pelayanan.
b) Dilandasi siakap menghargai martabat setiap insane,
maka buidab harus memberi pelayanan professional
yang memadai kepada setiap klienya.
c) Professional, artinya member pelayanan sesuai dengan
bidang ilmu yang di miliki dan manusiwi secara penuh,
tanpa mementingkan kepentingan diri sendiri tetapi
mendahulukan kepentingan klien seerta menghargai
klien sebagai mana bidan menghargai dirinya sendiri.
d) Bidan member pelayanan, harus menjaga citra bidan,
arti bidan sebagai profesi memiliki nilai nilai pengabdian
yang sangat esensial, yaitu bahwa jasa yang diberikan
kepada kleinya adalah sautu kebajikan social, karena
masyarakat akan merasa dirugikan atas ketidak hadiran
bidan. Pengabdian dan pelayanan bidan adalah
dorongan hati nurani yang tidak mendahulukan bala jasa.
3) Setiap bidan dalam menjalakan tugasnya, senantiasa
berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan kebutuhan klien, keluarga.
a) Bidan dalam melaksanakan pelayananya, harus sesuai
dengan tuga dan kewajibanya yang telah digariskan
dalam peraturan mentri kesehatan no
900/Permenkes/IX/2010.
 Memberi penerangan dan penyuluhan baik di RS,
Puskesmas, RB, Posyandu, BPS dan masyarakat
 Melaksanakan bimbingan kepada tanaga kesehatan
yang blebih rendahtermasuk pembinaan dukun dukun
bersalin
 Melayani kasus ibu mulai dari pengawasan
kehamilan, pertolongan persalinan normal, termasuk
persalinan letak sungsang multipara, melakukan
episiotomy, penjahitan luka perineum tingkat I dan
tingkat II.
 Perawatan nifas dan ibu menyusui termasuk
pemberian uterotonika
 Member pelayanan kontrasepsi tertentu sesuai
dengan kebijaksanaan pemerintah/program
pemerintah yang sedang dilaksanakan.
b) Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk
pengawasan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan
anak, pemberian vaksinasi sesuai dengan usia,
melaksanakan perawatan bayi dan member petunjuk
kepada ibu tentang makanan bayi termasuk cara
menyusui yang baik dan benar serta makanan tambahan
sesuai dengan usia anak.
c) Member obat obatan terentu dalam kebidanan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi klien.
d) Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainya
dalam kasus kasus yang tidak diatasi sendiri.
 Kehamilan resiko tinggi, termasuk versi luar dan
digital pada kasus digital
 Pertolongan persalinan sungsang primigravida dan
pertolongan vakum pada kepala dasar panggul.
 Pertolongan masa nifas dengan pemberian antibiotic
pada infeksi baik secara oral maupun suntikan.
 Member pertolongan kegawatdaruratan melalui
pemberian infus guna mencegah syok dan mengatasi
perdarahan pasca persalinan termasuk pengeluaran
uri dan manual
 Mengatasi kedaruratan eklampsia dan mengatasi
infeksi bayi baru lahir.
e) Bidan melaksanakan peranya di tengah kehidupan
masyarakat
 Berperan sebagai penggerak peran serta masyarakat
dengan mengali dan membengkitkan peran aktif
masyarakat
 Berperan sebagai motivator yang dapat memotivasi
masyarakat untuk berubah dan berkembang kearah
perakal, per asa dan perilaku yang lebih baik.
 Berperan sebagai pendidik, yang ma,pu mengubah
masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu.
 Berperan sebagai innovator atau pemburu yang
membawa hal hal baru yang dapat mengubah
keadaan kearah lebih baik, oleh karena itu, bidan
harus selalu siap menerima pembaharuaan.
4) Setiap bidan dalm menjankan tugasnty, mendahulukan
kepentingan kilen, menghormati nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat.
a) Kepentingan klien berada diatas kepentingan sendiri
maupun kelompok, artinya bidan harus mampu menilai
situasi saat ia menghadapi klienya . utamakan pelayanan
yang dibutuhka klien dan mereka tidak boleh di
ttinggalkan begitu saja.
b) Bidan harus mengfhormati hak klien antara lain :
 Klien berhak memperoleh kesehatan yang memadai
 Klien berkah memperoleh perawatan dan pengobatan
 Klien berhak untuk dirujuk pada institusi / bidang ilmu
yang lain sesuai dengan permasalahanya
 Klien mempunyai hak untuk menghadapi kematian
dengan tenang
c) Bidan menghormati nilai nilai yang ada di masyarakat
artinya :
 Bidan harus mampu menganalisis nilai nilai yang ada
di mayarakat tempat ia tugas
 Bidan mampu menghargai nilai nilai masyarakat
setampat
 Bidan mapu beradaptasi dengan nilai nilai budaya
masyarakat tempat ia berada.
5) Setiap bidan dalam menjalakan tugasnya senatiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan mayarakat
dengan identitas yang sama sesuia dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang di milikinya.
a) Ketika bidan sudah siap berangakat ke suatu pertemuan,
mendadak dating klien untuk berkonsultasi / partus, tentu
saja kepentingan klien yang diutamakan sekalipun
pertemuan tersebut sangat penting, dengan catatan
usahakan agar mengutus oarng lain kepertemuan
tersebut untuk meberi kabar.
b) Ketika bidan sudah siap kekantor/ puskesmas/ kerja,
mendadak ada seorang angota keluarga datang meminta
bantuan untuk menolong seorang bayi yang kejang, tentu
saja, kiat mengutamakan permintaan untuk meliha anak
kejang tersebut terlebih dahulu.
c) Bidan sudah merencanakan cutikkeluar kota, namun
sebelum berangkat pamong meminta untuk member
ceramah mengenai ASI kepada masyarakat, tentu haln
ini di dahulukan
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi
dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong
partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan secara optimal.
a) Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau
masyarakat untuk meberi penyuluhan serta motivasi
agar masyarakat atau membentuk posyandu kepada ibu
yang mempunyai balita/ibu hamil, untuk memeriksakan
diri di posyandu.
b) Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas,
BPS, maupun berada ditengah tengah masyarakat
lingkungan tempat tinggal, harus selalu member motivasi
untuk senantiasa hidup sehat.
b. Bab II. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan parirurna
kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan
kemempuan profesi yang di milikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
a) Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan
seperti asuahan antenatal (ANC), member imunisasi,
KIE, sesuai dengan kebutuhan.
b) Member pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai
dengan wewenang bidan, contoh member suntikan
ergometrin, syntocinon, insfus dll
c) Member pelayan yang bersifat promotif/peningkatan
kesehatan, seprti member roboransia.
d) Member pelayanan yang bersifat rehabilitative contoh
senam nifas, penghayatan gizi, bimbingan mental.
2) Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan
mempunyai kewenangan dan mengambil keputusan dalam
tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan
atau rujukan.
a) Menolong partus dirumah sendiri, di puskesmas, di rimah
sakit dan partus luar.
b) Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi
dan KB sesujuk dengan wewenangnya.
c) Merujuk pasein yang tidak dapat di tolong ke RS yang di
miliki fasilitas lebih lengkap.
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangann yang
dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila di
minta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien.
Ketika bertugas, bidan tidak di benarkan
menceritakan segala sesuatu yang di ketahuinya kepada
siapa pun termasuk keluarganya contoh bidan menemukan
pasien dengan penyakit sifilis atau gonore. Kadang kadang
pasien menceritakan keadan rumah tangganya kepada
bidan dan bidan tidak boleh menceritakan kepad suami,
keluarga atau orang lain.
c. Bab III. Kewajiban Bidan terhadap sajawat dan tenaga
kesehatan lainnya
1) Setiap bidan harus memiliki hubungan baik dengan teman
sejawat untuk menciptaka suasana kerja yang serasi.
a) Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik
pemerintah/non pemerintah jika ada sejawat yang
berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggantikan,
sehingga pelayanan tetap berjalan.
b) Sesame sejawat harus saling mendukung, misalnya
dengan mengadakan arisan, piknik bersama,
mengunjungi teman yang sakit, memenuhi undangan
perkawanian keluarga, khitanan.
2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga
kesehatan lainya.
a) Kilen A memeriksakan kehamilan pada bidan B, namun
pada waktu mau bersalin,klien datang ke bidan C. sikap
bidan C harus menjelaskan kepada klien bahwa riwayat
kehamilan berada pada bidan B, sehingga sebaiknya
persalinan di tolong bidan B, akan tetapi, jika klien tidak
mengingikanya, bidan C harus menolong persalinanya,
dengan member tahu bidan B dan sekaligus menayakan
riwayat ANC nya. Kecuali jika pasein segera melahirkan
dan ridak sempat berkomunikasi lagi dengan bidan B,
bidan C harus menolonganya dan setelah itu
memberitahu bidan B.
b) Dalam menerapkan lokasi BPS, perlu diperhatika jarak
dengan BPS yang sudah ada.
c) Jika mengalami kesulitan, bidan dapat salling membantu
dengan mengonsultasikan kesulitan dengan sejawat
d) Dalam kerjasama antar teman sejawat, konsultasi atau
pertolongan mendadak hendaknya melibatkan imbalan
yang sesuai dengan kesepakan bersama.
d. Bab IV. Kewajiban bidan terhadap profesinya
1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung
tinggi citra profesinya dan menampilakan kepribadian yang
tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepaa
masyarakat
a) Jadi panutan dalam hidupnya
b) Berpenampilan yang baik
c) Tidak membeda bedakan pengkat, jabatan, golongan
d) Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan
standar yang telah ditemukan
e) Dalam menjalankan tugasnya, bidan tidak diperkenakan
mencari keuntungan pribadi dengan menjadi agen
promosi suatu produk.
f) Mengunakan pakaina dinas dan kelengkapanya hanya
dalam waktu dinas.
2) Setiap bidan harus senantiasa mengembengkan diri dan
meningkatkan kempuan profesinya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
a) Mengembengkan kemampuan dilahann praktek
b) Mengikuti pendidikan formal
c) Mengikiti pendidikan kelanjutan melalui penataran,
seminar lokakarya, symposium, membaca majalah, buku
lain lain secara pribadi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan
penelitian dan kegiatan sejeninya yang dapat meningkatkan
mutu dan citra p[rofesinya.
a) Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok
b) Membentu pelaksanaan proses penlitian dalam kelompok
c) Membentu pengelolaan hasil penelitian kelompok
d) Membantu pembuatan laporan penelitiankelompok
e) Membantu perencanaan penelitian mandiri
f) Melaksanakan penelitian mandiri
g) Mengelola hasil penelitian
h) Membuat laporan penelitian.
e. Bab V. Kewajiban Bidan terhadap diri sendiri
1) Setiap bidan harus memelihara kesehatan agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
a) Memerhatikan kesehatan perorangan
b) Memperhatikan kesehatan lingkungan
c) Memeriksa diri secara berkala setiap setahun sekali
d) Jika mengalami sakit atau keseimbangann tubuh
terganggu, segera memeriksakan diri ke dokter
2) Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan
pengetahuan keterampilan sesuai dengan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknoligi.
a) Membaca buku buku kesehatan, kebidanan,
keperawatan pada umumnya bahkan pengetahuan
umum.
b) Menyempatkan membaca Koran
c) Berlangganan maslah profesi, majalah kesehatan.
d) Mengikuti penataran berkala seperti simulasi,
symposium, lokakarya tentang kesehatan umumnya,
kebidanan kesehatan.
e) Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau
demontrasi untuk tindakan yang jarang terjadi, pada
kesempatan pertemuan IBI di tingkat kecamatan,
cabang, dearah atau pusat.
f) Mengundang pakar untuk member ceramah atau diskusi
pada kesempatan pertemuan rutin, misalnya bulanan.
g) Mengisi ruprik bulletin
h) Mengadakan kaunjungan atau studi perbandingan
kerumah sakit rumah sakit yang lebih maju ke daerah
daerah terpencil.
i) Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang
di sajikan dalam kesempatan pertemuan rutin.
f. Bab VI. Kewajiban bidan terhadap pemerintah nusa bangsa
dan tanah air.
1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
melaksanakan ketentuan ketentuan kesehatan khususnya
dalam pelaksanan kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana dan kesehatan keluarga.
a) Bidan harus mempelajari perundangan undangan
kesehatan Indonesia dengan cara :
 Menyebarluaskan informasi atau perundangan
undangan yang dipelajri kepada anggota
 Mengundang ahli atau penceramah yang di butuhkan
b) Mempelajari program pemerintah, khususnya menangani
pelayan kesehatan di Indonesia
c) Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah
tenaga kesehatan umunya, keperawatan dan kebidanan
khususnya.
2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan
menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk
meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana dan kesehatan keluagra.
a) Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap
\jajaran IBI tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan melaksanakan tugasa bidan di daerah, termasuk
faktor penunjang maupun penghambat pelaksanaan
tugas itu.
b) Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang
sering terjadi di masyarakat yang berhubungan dengan
tugas profesi kebidanan, misalnya penelitian mengenai :
 Berapa biaya standar persalinan normal di suatu
daerah
 Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah
terhadap fasilitas KIA/KB yang telah di sediakan oleh
pemerintah.
7. Penutup
a. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari hari
senantiasa menghayati dan mengamalkann kode etik bidan
Indonesia.
b. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap
klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan
profesi yang dimilikinya berdasarkan pada kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
c. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman
sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
d. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjunng tinggi
citra profesinya dengan menampilkan keperibadian yang tinggi
dan memberi pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
e. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
f. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa
melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang
kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga serta masyarakat.
g. Setiap bidan harus melakukan kewajiban-kewajibannya,
kewajiban bidan terhadap masyarakat, kewajiban bidan
terhadap tugasnya, kewajiban bidan terhadap sejawatnya,
kewajiban bidan terhadap profesinya, kewajiban bidan terhadap
dirinya sendiri, serta kewajiban bidan terhadap nusa bangsa
dan negara
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap
sebagai ilmu yang abstrak dan kurang relevan dalam kehidupan
sehari-hari. Banyak uraian filsafat dianggap jauh dari kenyataan, tetapi
setidaknya etika mudah dipahami secara relevan bagi banyak
persoalan yang dihadapi. Etika sebagai filsafat moral mencari jawaban
untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori yang
berlaku tentang apa yang benar dan yang salah, baik atau buruk, yang
secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral
yang menjadi pedoman bagi tindakan manusia.
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam
profesi kebidanan membutuhkan suatu system untuk mengatur bidan
dalam menjalankan peran dan fungsinya. Dalam menjalankan
perannya bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadapatasi suatu
teori etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi saat itu dan berlandaskan pada kode etik dan
standar profesi.
Model konseptual asuhan kebidanan adalah gambaran abstrak
suatu ide  yang menjadi gambaran suatu disiplin ilmu.Konseptual
model berkembang dari wawasan inisiatif keilmuan kemudian
disimpulkan dalam kerangka acuan ilmu sehingga konseptual model
dapat emberikan gambaran abstrak atau ide yang dapat mendasari
disiplin ilmu dan kemudian ditetapkan sesuai dengan bidang ilmu
masing-masing.
Teori yang mempengaruhi konseptual asuhan kebidanan yaitu :
1. Teori Reva Rubin.
2. Teori Ela Joy Lerhmen.
3. Teori Ramona T Mercer.
4. Teori Jean Ball
Paradigma sehat adalah cara pandang pola pikir atau model
pembangunan kesehatan yang melihat masalah saling berkait dan
mempengaruhi dengan banyak factor yang bersifat lintas sector.

B. Saran.
Sebagai bidan kita harus dapat menempatkan diri kita dalam
mengambil tindakan yang  sesuai dengan kebutuhan klien .
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/definisi-dan-isi-kode-etik-
kebidanan.html
http://bidanulinnafiah.blogspot.com/2012/03/kode-etik-bidan.html
https://midwifescience.wordpress.com/2013/02/08/etikolegal-dalam-
praktik-kebidanan/

Anda mungkin juga menyukai