Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini, kebutuhan akan penggunaan teknologi

sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Begitu juga halnya dengan

lalu iintas selaku sarana penunjang kehidupan manusia yang merupakan

dampak dari penggunaan teknologi. Di era pesatnya teknologi seperti saat ini,

keberadaan kendaraan bermotor sangatlah menunjang kehidupan manusia

dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.

Meskipun membawa sejumlah keuntungan, kehadiran kendaraan

bermotor juga membawa konsekuensi lain, diantaranya penyediaan jalan yang

memadai, pengaturan pergerakan kendaraan, dan masalah kecelakaan. Di

negara berkembang seperti Indonesia, kesadaran tertib di jalan raya masih

sangat rendah, sehingga untuk menemukan pelanggaran yang dilakukan

pengguna jalan, terutama pengendara mobil dan motor, cukup mudah. Mulai dari

pengendara motor berjalan melawan arah, tidak menggunakan helm. Mobil

menerobos lampu merah, hingga angkutan umum yang berhenti tidak pada

tempatnya.

Setiap pelanggaran hukum yang terjadi harus ditindaki oleh aparat

penegak hukum dengan sikap professional dan menjunjung tinggi hak asasi

setiap warganya. Peranan aparat hukum sangat menentukan proses penegakan

hukum dalam suatu negara, karena sebaik apapun aturan hukum yang dibuat,

bila kualitas penegak hukumnya kurang baik maka akan menghambat

pelaksanaan penegakan hukum tersebut. Oleh karena itu, penegakan hukum

dalam berlalu lintas tidak hanya dapat terwujud dari aspek aturan hukum yang
memadai saja, melainkan juga harus memperhatikan aspek keseriusan aparat

penegak hukumnya dan kultur masyarakatnya.

Permasalahan seputar penegakan hukum lalu lintas, merupakan masalah

klasik yang baru menjadi isu nasional pasca di bentuknya Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2016 Tentang Satuan Tugas Sapu Bersih

Pungutan Liar. Dalam peraturan tersebut, landasan filosofis pembentukan

Perpres ini berlandaskan pada fakta bahwa praktik pungutan liar telah merusak

sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu

upaya pemberantasan secara tegas, terpadu, efektif, efisien, dan mampu

menimbulkan efek jera dan sebagai upaya pemberantasan pungutan liar perlu

dibentuk satuan tugas sapu bersih pungutan liar.


Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan sebagaimana dipaparkan pada bagian latar

belakang masalah di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah penerapan penindakan tilang dengan sistem elektronik

atau ETLE di Polda Sul-Sel?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi upaya penerapan

penindakan tilang dengan sistem elektronik atau ETLE di Polda Sul-Sel?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin di

capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan penindakan tilang dengan sistem elektronik

atau ETLE di Polda Sul-Sel

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi upaya

penerapan penindakan tilang dengan sistem elektronik atau ETLE di

Polda Sul-Sel

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah bacaan di

bidang ilmu hukum, khususnya hukum pidana sebagai induk dari pada

hukum lalu lintas. Sebagai program yang baru berjalan, tentunya karya

ilmiah ini akan memberikan manfaat bagi para akademisi dan masyarakat

dalam rangka melakukan penulisan karya ifmiah dengan tema yang


sama, guna menghasilkan suatu rumusan yang ideal, berkaitan dengan

pelaksanaan sistem elektronik berlalu lintas ini.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan masukan bagi

aparat penegak hukum, khususnya aparat kepolisian lalu lintas dalam

upaya menerapkan sistem elektronik di Polda Sul-Sel. Selain itu, juga

dapat diketahui sejauhmana efektifitas program ini dapat menekan angka

penerapan penindakan tilang dengan sistem elektronik di Polda Sul-Sel


TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Lalu Lintas

Menyadari akan pentingnya peranan transportasi, maka lalu lintas ditata

dalam sistem transportasi Nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan

tersedianya jasa transportasi yang serasi dengan tingkat kebutuhan lalu lintas

yang tertib, selamat, aman, nyaman, cepat, teratur, lancar, dan dengan biaya

yang terjangkau oleh masyarakat. Lalu lintas yang mempunyai karakteristik dan

keunggulan tersendiri perlu dikembangkan dan dimanfaatkan sehingga mampu

menjangkau seluruh wilayah pelosok daratan.

Lalu lintas memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri maka perlu

dikembangkan dan dimanfaatkan sehingga mampu menjangkau seluruh wilayah

dan pelosok daratan dengan mobilitas tinggi dan mampu memadukan sarana

transportasi lain. Menyadari peranan transportasi maka lalu lintas ditata dalam

sistem transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan

tersedianya jasa transportasi yang serasi dengan tingkat kebutuhan lalu lintas

yang tertib, selamat, aman, nyaman, cepat, teratur, lancar, dan biaya yang

terjangkau oleh masyarakat.

Pelanggaran Lalu Lintas

1. Pengertian Pelanggaran Lalu Lintas

Perbuatan pidana atau sering disebut tindak pidana (strafbaar feit)

dibedakan atas dua bentuk, yaitu dalam bentuk pelanggaran

(overtredingen) dan dalam bentuk kejahatan (misdrijven). Secara teoretis

sulit sekali membedakan antara kejahatan dengan pelanggaran. Suatu

perbuatan dapat disebut pelanggaran apabila perbuatan yang sifatnya


melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah adanya undang-undang

{wet) yang menentukan demikian. Masyarakat baru menyadari hal

tersebut merupakan tindak pidana karena perbuatan tersebut tercantum

dalam undang-undang, istilahnya disebut wetsdelict (delik undang-

undang).

Pelanggaran lalu lintas atau yang sering disebut dengan tilang

merupakan perbuatan atau tindakan seseorang yang bertentangan

dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas.

Pelanggaran yang dimaksud tersebut adalah sebagaimana yang diatur

dalam pasal 106 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang berbunyi:

setiap orang yang menggunakan jalan wajib:

a. Berperilaku tertib; dan/atau

b. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan

dan keselamatan lalu lintas dang angkutan jalan, atau dapat

menimbulkan kerusakan jalan


Titik Pemberlakuan Tilang Kamera (ETLE) di Makassar

15 Titik Pemberlakuan Kamera Sementara di daerah Makassar

1. Simpang Lima Jalan Perintis Kemerdekaan-Tol Ir Sutami-Masuk Bandara

2. Simpang Empat Jalan Perintis Kemerdekaan-Paccerakkang-Kapasa

Raya

3. Simpang Empat Jalan Urip Sumoharjo-AP Pettarani-Tol Reformasi

(Bawah Fly Over)

4. Jalan Urip Sumoharjo (Atas Fly Over)

5. Simpang Empat Jalan Gunung Bawakaraeng-Veteran Utara

6. Simpang Empat Jalan Gunung Bawakaraeng-Latimojong

7. Simpang Empat Jalan Gunung Bawakaraeng-Jenderal Sudirman-RA

Kartini

8. Simpang Empat Jalan Jenderal Sudirman-Sam Ratulangi-Monginsidi-Haji

Bau

9. Simpang Empat Jalan Sungai Saddang-Gunung Latimojong-Bulukunyi

10. Simpang Tiga Jalan AP Pettarani-Flertasning

11. Simpang Tiga Jalan AP Pettarani-Pengayoman depan MSC Telkomsel

12. Empat Jalan Veteran Utara-Kerung Kerung

13. Simpang Tiga Jalan Tentara Pelajar-Wahidin Sudiro Husodo

14. Simpang Empat Jalan Andalas-Tentara Pelajar

15. Teras Balaikota Makassar Jalan Ahmad Yani


Mekanisme Penindakan Pelanggaran :

1. CCTV merekam dan meng-capture foto situasi pelanggar termasuk tanda

nomor kendaraan bermotor (TNKB)

2. Petugas kemudian menganalisa jenis dan menentukan validitas

pelanggaran kemudian STNK diblokir.

3. Petugas mengirim surat pemberitahuan berisikan perihal waktu dan

tempat terjadinya pelanggaran, pasa! yang dilanggar termasuk foto bukti

pelanggaran kepada pemilik kendaraan melalui PT Pos.

4. Surat pemberitahuan berisi informasi jenis pelanggaran, pemblokiran

STNK, dan penebusan denda melalui kode tertentu.

5. Pemilik kendaraan diberikan kesempatan terlebih dahulu mengkiarifikasi

dan konfirmasi terkait sanksi yang menjadi subjek pelanggar melalui

website https://etlepoldasulsel.info dan atau nomor handphone petugas

dengan menyebutkan kode konfirmasi sebagai password.

6. Pemilik kendaraan atau pelanggar yang telah mengkonfirmasi dan

menerima surat pemberitahuan dapat melakukan pembayaran melalui

kode BRI Virtual (BRIVA) yang disertakan daiam surat pemberitahuan

yang telah dikirim.

7. Pelanggar akan diberi waktu tenggat selama 14-25 hari untuk melunasi

denda pelanggaran tersebut.

8. Pembayaran dapat melalui seluruh merchant bank BRI (e-banking ATM,

Teller dll) sebagai bank yang ditunjuk. Namun sangat disarankan untuk

melakukan pembayaran dengan menggunakan rekening pribadi

pelanggar.
9. Pelanggar yang tidak melakukan pembayaran melalui kobe BRIVA akan

membayar melalui kejaksaan setelah putusan denda pengadilan.

10. Setelah dinyatakan pembayaran denda tunas, STNK yang diblokir akan

dicabut kembali.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penerapan tilang dengan sistem elektronik telah dilaksanakan dengan

baik oleh seluruh pihak yang terkait dalam hal ini dari pihak kepoiisian,

pemerintah, maupun kejaksaan dan seluruh pihak yang teiah bekerja

sama dalam penyelenggaraan tilang kamera tetapi hal ini di rasa belum

optimal/ atau kurang efektif karena adanya beberapa factor

yang'rnempengaruhi.

2. Faktor faktor yang mempengaruhi upaya penindakan dengan sistem

elektronik yaitu faktor hukum, faktor penegak hukumiaktor sarana dan

prasarana, faktor masyarakat, can faktor kebudayaan,

Saran

1. Pemerintah sebagai penanggung jawab kepada masyarakat untuk

penerapan tilang dengan system kamera haruslah diselenggarakan

seoptimal mungkin, selayaknya pemerintah melakukan peningkatan

pelayanan publik itu sebagai salah satu tuntutan untuk menciptakan

konsep good governance.

2. Kepada Masyarakat tentunya dinarapkan juga mampu mendukung

program pemerintah , sehingga terjalin keamanan,ketertlban,dan

kelancaran dalam berkendara di daerah Makassar .(kamseltibcariantas di

daerah Makassar)

Anda mungkin juga menyukai