Anda di halaman 1dari 5

Kasus Etik dan Legal Dalam Keperawatan Paliatif

Disusun Untuk Pemenuhan Tugas Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

Disusun oleh : Kelompok 4

1. Aldo Sugiharto 202202166 16. Maftuhin Hasan 202202208


2. Ariz Marzuki 202202168 17. Mugi Rahayu 202202211
3. Danang Syaifurozi 202202173 18. Rinda Oktaviana S 202202218
4. Eka Supriyanti 202202179 19. Riza Listiyani 202202219
5. Eko Agus 202202180 20. Rizqi Anggara 202202221
6. Emi Parwati 202202183 21. Ryan Oktavi Handono 202202218
7. Eva Sugiyanti 202202187 22. Saepulloh 202202222
8. Fatimah Eka Klinik Kroya 202202189 23. Satria Purnomo 202202223
9. Febrina Lutfiasari 202202190 24. Sista Angraeni 202202225
10. Fibri Prabowo 202202191 25. Sri Marliana 202202228
11. Herviati Marselia 202202196 26. Tegar Rianto 202202232
12. Imam S 202202199 27. Tri Maritawati 202202238
13. Kuat Santosa 202202203 28. Unggul Febri Adhi 202202240
14. Lindi sukmawati 202202207 29. Vendy Ary Nugroho 202202241
15. M Subandi 202202210

Program Studi S1 Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Gombong

2022/2023
A. Kasus
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3043602/kisah-lia-putuskan-beri-
perawatan-paliatif-untuk-putrinya-yang-idap-kanker.

B. Berita Kasus
Saat berusia 4 tahun 3 bulan, bocah perempuan bernama Nara didiagnosis
neuroblastoma stadium lanjut. Untungnya, saat itu Nara mendapat pengobatan
medis yang cukup baik di mana selama sepuluh bulan berturut-turut, Nara menjalani
pengobatan.
Diungkapkan sang bunda, Lia, mulai dari kemoterapi, operasi pengangkatan
tumor, transplantasi sumsum tulang belakang, hingga radioterapi 20 kali sudah
dijalani bocah tersebut. Setelah menjalani pengobatan intensif, Nara tetap semangat
bersekolah. Namun, lima bulan pasca radioterapi terakhir, sel kanker kembali
menyerang Nara.
"Scan terakhir menunjukkan kalau Nara relapsed, sel kankernya balik lagi
dengan prognosis yang tidak terlalu baik. Saat itu kami bersyukur dapat tim dokter
yang lumayan baik di mana kami diberi penjelasan ada dua pilihan yang bisa
diambil," tutur Lia di sela-sela Konferensi Pers 'Memasyarakatkan Asuhan Paliatif,
Meningkatkan Kualitas Hidup Insan Indonesia' di Ocha Bella Resto, Jl KH Wahid
Hasyim, Jakarta, Selasa (13/10/2015).
Kedua pilihan tersebut yakni kembali ke treatment awal. Namun, itu bukan
solusi yang tepat karena ternyata tidak efektif. Sedangkan pilihan kedua yakni
perawatan paliatif. Saat itu, kata Lia, dokter bisa menjabarkan apa itu perawatan
paliatif sekaligus konsekuensi apa yang bisa dihadapi jika Nara mengulang treatment
yang sudah dilakukan sebelumnya.
Dengan berbagai pertimbangan, Lia dan keluarga akhirnya memilih
perawatan paliatif. Meksipun, kala itu tak menutup kemungkinan orang sekitar akan
berpikir hal lain terkait keputusan yang diambil oleh Lia sekeluarga.
"Bisa saja ada pemikiran orang tua berhenti melakukan upaya pengobatan
untuk anaknya, kita ini orang tua seperti apa. Tapi dengan pertimbangan yang masuk
akal akhirnya kami memilih perawatan paliatif. Menjalani treatment pasti sangat
berat bagi Nara. Untuk itu, kami memutuskan untuk celebrating a life. Salah satunya
memberi kehidupan normal bagi Nara supaya hidupnya seperti anak-anak
seusianya," terang Lia.
Sejak saat itu pun, di tahun 2008 Lia bergabung dengan Rachel House.
Dengan asuhan paliatif yang didapat dari Rachel House, Lia merasa ketika ada gejala
yang dialami Nara, ia bisa berkonsultasi dengan perawat. Dengan kata lain, ada
tempat bagi Lia untuk bertanya dan ngobrol.
Sebab, menurut Lia tidak hanya fisik pasien atau keluarga saja yang penting
dijaga tetapi juga psikososialnya. Apalagi, kala itu di tahun 2010-2011 akses morfin
cukup sulit. Padahal, untuk menjalani hidup dengan less pain, penggunaan morfin
dikatakan Lia merupakan suatu keharusan.
"Alhamdulillah dengan peace of mind, keseharian Nara bisa mendekati anak
lainnya, dia tetap sekolah. Meskipun saya sendiri juga nggak gampang mencari
sekolah yang mau menerima kondisi Nara yang sakit. Tapi waktu itu dengan bantuan
dokter yang merawat Nara, anak saya diberi kemudahan untuk sekolah," lanjut Lia.
Di tahun 2011, si kecil Nara kembali ke pangkuan Tuhan. Namun, Lia merasa
bersyukur di sisa hidup Nara, putrinya itu bisa merasakan kehidupan normal
layaknya anak-anak sebayanya. Berangkat dari pengalamannya, Lia menekankan
agar anak dengan penyakit kronis seperti kanker bisa menjalani kehidupan normal,
perlu dukungan semua pihak.
Sekolah, tetangga, dan anggota keluarga lain dikatakan Lia perlu sama-sama
memahami perbedaan kasihan dan empati pada anak yang sakit. Kasihan, menurut
Lia tidak sehat untuk anak. Namun, berbeda jika empati yang diungkapkan orang di
sekitar. Dengan empati, orang lain bisa memberi dukungan bagi si anak.
Salah satu perawat di Rumah Rachel, Rina Wahyuni mengatakan asuhan
paliatif bukan berarti tidak ada tindakan medis pada Nara. Rekan Rina yang
kebetulan mendampingi Nara menuturkan jika mata Nara terasa nyeri dan
membesar, dilakukan tindakan radioterapi paliatif guna mengelola nyeri yang
dirasakan. Atau, dilakukan juga kemoterapi dengan dosis obat setengah.
"Bahkan saat itu teman saya, perawatnya Nara ini mau nikah. Nara ngasih wedding
card gitu dia gambar barbie sama si prince-nya. Karena kan kebetulan Nara suka
painting ya apalagi yang bertema rainbow gitu. Itu luar biasa sekali lho. Makanya,
dengan asuhan paliatif, seperti Nara ini, dia tetap bisa sekolah, tetap bisa berkarya
kan," tutur Rina
C. Pembahasan Prinsip Etik
1. Autonomi (kemandirian)
Pada kasus ini, pasien merupakan seorang anak anak berumur kurang dari 4
tahun yang belum mampu berfikir secara logis dan belum mampu membuat
keputusan secara mandiri, dalam kasus ini hak autonom pasien belum bisa
ditegakkan karena masih tergantung kepada kedua orang tuanya.
2. Non malefisience (tidak merugikan)
Pelayanan keperawatan paliatif yang tidak merugikan pasien baik fisik ataupun
psikis pasien ataupun menimbulkan cedera pasien. Pada kasus ini keluarga
memutuskan memilih paliatif care setelah menjalani kemoterapi dan operasi
pengangkatan tumor. Pasien masih bisa berinteraksi bersama anak anak
seumurannya di sisa hidupnya .
3. Benefisience (berbuat baik)
Beneficience berarti, mengerjakan segala sesuatu dengan baik atas dasar
kepentingan pasien dan memberikan keuntungan bagi pasien. Terkadang, dalam
situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
Pada kasus ini, keluarga dan tim medis baik dirumah ataupun di komunitas
memberikan celebrating a life yaitu memberikan kehidupan yang normal kepada
nara sesuai umurnya.
4. Justice (keadilan)
Perawat menerapkan moral adil dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Pada kasus ini, pasien nara diberikan pelayanan perawatan paliatif sesuai umur
tumbuh kembangnya dengan metode celebrate of life. Dan pendampingan saat
tindakan medis dilakukan, misalnya saat radioterapi mata nara kesakitan,
perawat menghentikan terapi atau mengurangi terapi dan memberikan support.
5. Veracity (kejujuran)
Perawat bertindak jujur dan tidak menutup nutupi penyakit pasien. Pada kasus
ini informasi diberikan seluruhnya kepada orang tua nara, baik pengobatan
medis atau paliatif yang akan dilakukan.
6. Fidelity (menepati janji)
Perawat dan tim medis menepati janji mengenai hasil pemeriksaan dan
pengobatan. Pada kasus ini sudah dijelaskan di awal melalui dua pilihan
pengobatan paliatif dan pengobatan medis secara umum.
7. Confidentiality (kerahasiaan)
Perawat memegang teguh rahasia pasien dan keluarga, menghargai apa yang
menjadi keputusan pasien dan keluarga. Menjamin seluruh informasi yang
diberikan pasien kepada tim medis. Pada kasus ini keluarga pasien masih aktif
berkampanye mengalakkan asuhan keperawatan paliatis di rachel house.

Berdasarkan prinsip moral diatas, pada kasus anak nara sudah sesuai diberikan keperawatan
paliatif sesuai umur pasien tersebut, pasien bisa kembali beraktifitas untuk meningkatkan
kualitas hidup dan berinteraksi dengan teman sebayanya tanpa menyingkirkan perawatan
utama yaitu kemoterapi dengan pandampingan tim keperawatan paliatif. Sampai nara
meninggal pada tahun 2011, sampai saat ini keluarga terus menjadikan pelopor dan
promotor bagi keperawatan paliatif khusunya kanker di rachel house dengan cerita
semangat pasien nara.

Anda mungkin juga menyukai